bab ii tinjauan teori - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/8366/3/rizky amelia bab ii.pdf2)...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Medis
1. Kehamilan
a. Definisi
Kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,
2010). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi International, kehamilan
didefinikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan sel
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi (Prawirohardjo,
2010).
b. Proses Kehamilan
1) Pembuahan (Konsepsi=Fertilisasi)
Pembuahan adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi
meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan
ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik (Prawirohardjo, 2010).
Pembuahan (Konsepsi=fertilisasi) adalah suatu peristiwa penyatuan
sel mani dengan sel telur di tuba uterina (Mochtar, 2012).
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
11
Pada coitus (persetubuhan) air mani terpancar ke dalam ujung
atas dari vagina sebanyak ±3cc. Dalam air mani terdapat spermatozoa
(sel-sel mani) sebanyak ±100-200 juta tiap cc. Ovum yang dilepaskan
oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen fimbria infundibulus tuba ke
arah ostium tuba abdominalis, dan disalurkan terus ke arah medial.
Ovum dilingkari oleh zona pelusida. Ovum hanya dilingkari oleh
zona pelusida ketika berada dekat pada pembatasan ampula dan
ismus tuba, tempat pembuahan umumnya terjadi. Hanya satu
spermatozoa yang memiliki kemampuan (kapasitas) untuk membuahi
dan pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di
nukleusnya, dan kaputnya lebih mudah menembus dinding ovum
yang oleh karena diduga dapat melepaskan hialuronidase
(Prawirohardjo, 2010).
Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan nukleusnya,
yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan
mitrokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya mitokondria pada
manusia berasal dari ibu (maternal) (Mochtar, 2012).
2) Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke
dalam endometrium (Mochtar, 2012). Pada hari keempat hasil
konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista (blastocyst),
suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah trofoblas dan di bagian
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
12
dalamnya disebut massa inner cell. Massa inner ini berkembang
menjadi janin dan tofoblas akan berkembang menjadi placenta.
Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks anatara trofoblas dan
endometrium. Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain
menghasilkan hormon human chorionic gonadotropin
(Prawirohardjo, 2010).
3) Plasenta
Plasenta adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta.
Setelah nidasi embrio ke dalam endometrium, plasenta dimulai. Pada
manusia plasenta berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi
(Prawirohardjo, 2010). Plasenta memiliki tiga fungsi yaitu sebagai
organ metabolisme, sebgai organ yang melakukan transfer dan organ
endokrin yang berperan dalam sintesis, produksi dan sekresi baik
hormon protein maupun hormon steroid (Varney, 2007). Darah ibu
dan janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion (Prawirohardjo, 2010).
c. Diagnostik kehamilan
Menurut Mochtar (2012) Diagnostik kehamilan meliputi :
1) Tanda dan gejala Kehamilan
Tanda dan gejala pada kehamilan antara lain :
a) Tanda Persumptif
Tanda persumptif yaitu :
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
13
(1) Amenorea
(2) Mual muntah
(3) Mengidam
(4) Pingsan
(5) Tidak ada selera makan (anoreksia)
(6) Lelah (fatigue)
(7) Payudara membesar
(8) Miksi sering
(9) Konstipasi
(10) Pemekaran vena-vena (varises)
b) Tanda mungkin kehamilan
Tanda mungkin hamil yaitu :
(1) Perut membesar
(2) Uteru membesar, terjadai perubahan bentuk, besar dan
konsistensi rahim
(3) Tanda Hegar: ditemukan serviks dan ishmus uteri bimanual
saat kehamilan 4-6 minggu
(4) Tanda Chardwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang
terlihat diporsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul
akibat melebarnya vena karena peningkatan kadar estrogen
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
14
(5) Tanda Piskacek: pembesaran dan pelunakan rahim ke salah
satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya
tanda ini ditemukan diusia kehamilan 7-8 minggu.
(6) Kontraksi kecil uterus jika dirangsang : Braxon-Hick
(7) Teraba Ballotement
(8) Reaksi kehamilan positif
c) Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti hamil yaitu :
(1) Gerakan janin yang dapat dilihat, diraba atau dirasa, juga
bagian-bagian janin
(2) Denyut jantung janin
(a) Didengar dengan stetoskop
(b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
(c) Dicatat dengan feto-elektrokondiagram
(3) Dilihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
d. Diagnostik Banding Kehamilan
Menurut Mochtar (2012) daignosa banding kehamilan meliputi :
1) Hamil palsu (Pseudocyesis= kehamilan spuria)
Gejala dapat sama dengan kehamilan. Namun, pada
pemeriksaan uterus tidak membesar, tanda-tanda kehamilan lain dan
reaksi kehamilan negatif.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
15
2) Mioma Uteri
Perut dan rahim membesar, tetapi pda perabaan, rahim terasa
padat kadnagkala berbenjol-benjol. Tanda kehamilan negatif dan
tidak dijumpai tanda kehamilan lainnya.
3) Kista ovarium perut membesar, bahkan makin bertambah besar,
tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar biasa. Reaksi
kehamilan negatif
4) Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan
kateter, keluar banyak urin
5) Hematometra
Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen
imperforeta, stenosis vagina/serviks.
e. Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Mochtar (2012) pemeriksaan kehamilan terdiri atas :
1) Anamnesa
a) Identitas istri-suami
b) Anamnesa khusus
(1) Keluhan, makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan dan
sebagainya.
(2) Menstruasi, HPHT
Rumus Neagele : hari +7, bulan -3, tahun +1
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
16
(3) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan
mola sebelumnya
2) Inspeksi dan pemeriksaan fisik
a) Diagnostik
Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan legeartis,
tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, jantung, paru, dan
sebagainya.
b) Perkusi
` Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk
permukaan badan dengan perantara jari tangan, untuk
mengetahui keadaan organ-organ didalan tubuh (Walyani,
2015).
c) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan perabaan,
menggunakan rasa propioseptif ujung jari dan tangan (Walyani
(2015). Palpasi perut untuk menentukan :
(1) Besar dan konsistansi janin
(2) Bagian janin, letak dan presentasi
(3) Gerakan janin
(4) Kontraksi rahim Braxton-Hick
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17
Cara lain menentukan usia kehamilan menurut Mochtar (2012) :
(1) Dihitung dari tanggal haid terakhir
(2) Ditambah 4,5 bulan dari waktu ibu merasakan gerakan janin
hidup “feeling file” (quickening)
(3) Menurut Spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus
uteri dan simfisis, diperoleh tabel :
22-28 mgg 24-25 cm diatas simfisis
28 mgg 26,7 cm diatas simfisis
30 mgg 29,5-30 cm diatas simfisis
32 mgg 29,5-30 diaats simfisis
34 mgg 31 cm diatas simfisis
36 mgg 32 cm diatas simfisis
38 mgg 33 cm diatas simfisis
40 mgg 37,7 cm diatas simfisis
(4) Mac Donald : modifikasi cara spiegelberg, yaitu jarak
fundus-simfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya
kehamilan dalam bulan.
(5) Menurut Ahlfeld: “ukuran kepala-bokong” 0,5 panjang anak
sebenernya, jika jarak kepala-bokong janin adalah 20 cm,
tua kehamilan adalah 8 bulan.
(6) Rumus Johnson-Tausak: BB= (mD-12)x155
BB: berat badan, mD: jarak simfisis-fundus uteri
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18
d) Auskultasi
Auskultasi merupakan pemeriksaan mendengarkan suara
dalam tubuh menggunakan alat (Walyani, 2015). Digunakan
stetoskop monoaural untuk mendengarkan denyut jantung janin,
yang dapat didengar adalah:
(1) Dari janinnya
(a) DJJ pada bulan ke 4-5
(b) Bising tali pusat
(c) Gerakan dan tendangan janin
(2) Dari ibu
(a) Bising rahim (uterine souffle)
(b) Bising aorta
(c) Peristaltik usus (Mochtar, 2012)
f. Perubahan Anatomi Dan Fisiologis Pada Perempuan Hamil
Menurut Prawirohardjo (2010) perubahan anatomi dan fisiologi pada
perempuan hamil meliputi :
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsespsi (janin, plasenta, amnion) sampai
persalinan.. Selama kehamilan uterus akan berubah menjadi suatu
organ yang mamapu menampung janin, plasenta dan cairan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
19
aminion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai
51 bahkan dapat mencapai 201 atau lebih dengan berat rata-rata
1100g.
b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak
dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan
vaskularisasi dan terjadinya edema seluruh serviks.
c) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan berhenti dan pematangan
folikel baru juga ditunda. Hanya satu karpus luteum yang dapat
ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama
6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu berperan sebagai
penghasil progesteron dalamjumlah yang relatif minimal.
d) Vagina dan perineum
Kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat
jelas pada kulit dan otot perineum dan vulva, sehingga pada vagina
akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda
Chadwick.
e) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
20
ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting
akan lebih besar, kehitaman dan tegak.
2) Sistem Kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan
in terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular sistemik. Selain itu,
juga terjadi peningkatan denyut jantung. Anatar minggu ke-10 dan 20
terjadi peningkatan volume plasma sehingga terjadi juga peningkatan
preload.
3) Sistem Respirasi
Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan selama
kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi permenit dan
pengambilan oksigen permenit akan bertambah secara signifikan
pada kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada
minggu ke-37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam 24
minggu setelah persalinan.
4) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang juga akan mengenai daerah payudara
dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.
Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis
berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae
sebelumnya.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
21
5) Metabolisme
Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme. Karena
itu, wanita hamil permu mendapat makanan yang bergizi dan berada
dalam kondisi sehat. Tingkat metabolik basal meninggi hingga 15-
20% terutama pada trimester terakhir. Keseimbangan asam alkali
sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali. Dibutuhkan protein
banyak untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara, dan
badan ibu, serta untuk persiapam laktasi. Metabolisme lemak juga
terjadi, kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100
cc. Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah dan
cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg (Prawirohardjo, 2010).
Tabel. Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan
berdasarkan indeks massa tubuh
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah
Normal
Tinggi
Obesitas
Gemelli
< 19,8
19,8 – 26
26 – 29
>29
12,5 – 18
11,5 – 16
7 – 11,5
≥ 7
16 – 20,5
(Prawiroharjo,2010)
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg,
sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22
dainjurkan menambah berat badan per minggu masing-maning
sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Prawirohardjo, 2010).
Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dihitung dengan membagi
berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam
meter (kg/m2) atau mengalikan berat badan dalam pon dengan 703
lalu dibagi kuadrat tinggi badan dalam inci kuadrat (pon x 703/in2)
(Varney,2007).
g. Asuhan Antenatal
Tabel.2.1. Guidelines of ANC 2016 WHO FANC
Model
2016 WHO ANC
Model
First Trimester
Visit 1 : 8-12 weeks
Contact 1 : up to 12 weeks
Second Trimester
Visit 2 : 24-26 weeks
Contact 2 : 20 weeks
Contact 3 : 26 weeks
Third Trimester
Visit 3 : 32 weeks
Visit 4 : 36-38 weeks
Contact 4 : 30 weeks
Contact 5 : 34 weeks
Contact 6 : 36 weeks
Contact 7 : 38 weeks
Contact 8 : 40 weeks
Return for delivery at 41 weeks if not given birth
(WHO, 2016)
Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil
akan mendapatkan serangkaian palayanan berbagai kemungkinan adanya
penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat
menganggu kualitas dan luaran kehamilan.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
23
Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut :
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Pemeriksaan tekanan darah
3) Nilai status gizi (LILA)
4) Pemeriksaan puncak rahim (Tinggi Fundus Uteri)
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid (TT) bila dianjurkan
7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8) Tes laboratorium (rutin dan khusus)
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.
Pemeriksaan rutin dan penelurusuran penyulit selama kehamilan
dilakukan pencatatan data klien dan keluarganya serta pemeriksaan fisik dan
obstetri seperti identitas dan riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,
persalinan, pemeriksaan (keadaan umum,pemeriksaan abdomen, palpasi,
laboratorium)(Mochtar, 2012).
h. Ketidaknyamanan dalam Kehamilan
1) Hipermesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan
pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24
keadaan umunya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Etiloginya
primigravida diabetes melitus, hamil kembar, depresi, hipertiroid
(Mochtar, 2012). Gejalanya seperti pusing terutama pagi hari,
disertai mual muntah sampai berumur 4 bulan. Tingkatan
hiperemesis gravidarum yaitu tingkat I/ringan mual muntah terus
menerus sampai penderita lemah, anoreksia, berat badan menurun,
nyeri pada epigastrum, nadi sekitas 100 kali permenit. Tingkat
II/sedang yaitu mual muntah yang hebat menyebabkan penderita
lebih parah lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, liang kering dan
kotor, mata cekung. Tingkat III/berat keadaan umum jelek,
somnolen-koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi hebat,
ikterus. Pencegahannya dengan memberikan informasi dan edukasi
mengenai hiperemesis gravidarum, makan sedikit namun sering,
memberikan terapi obat yang sesuai (Mochtar, 2012).
2) Kram kaki
Kram kaki merupakan perubahan keseimbangan elektrolit
dengan kalium, kalsium dan natrium yang menyebabkan terjadinya
perubahan berkelanjutan dalam darah dan cairan tubuh. Pengobatan
keluhan pemberian vitamin rutin pada kehamilan atau pemberian
obat topikal, memberikan nasehat untuk jangan cepat bangu dari
bangun tidur, memberikan kesempatan kaki untuk beradaptasi,
makanan dapat ditambah dengan buah-buahan (Manuaba, 2010).
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
25
3) Varises
Varises merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah
vena. Bentuk varises dapat berupa pembuluh darah besar ampai
tampak dengan jelas dan pelebaran di tingkat kapiler. Pengobatan
konservatif dapat dilakukan seperti meninggikan kaki saat tidur,
memakai stocking yang agak ketat, dapat diketahui dengan obat
salep khusus (thrombopobe) dan obat oral (venoruton), tindakan
operasi setelah bersalin (Manuaba, 2010).
4) Hipersaliva
Hipersaliva atau ptialismus berarti pengeluaran air ludah yang
berlebihan pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama.
Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen dan
human chorionic gonadotropin (HCG). Untuk pengobatannya tidak
ada, ptialismus akan menghilanng seiring dengan tuanya kehamilan
dan dapat diberikan vitamin B kompleks dan vitamin C (Manuaba,
2010).
i. Komplikasi kehamilan
Menurut Manuaba (2010) macam-macam kehamilan patologi yaitu :
1) Perdarahan antepartum
Perdarahan anterpartum adalah perdarahan pervaginam pada
kehamilan diatas 28 minggu atau lebih. Pengelompokkan
perdarahan antepartum yaitu perdarahan yang ada hubungannya
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
26
dengan kehamilan seperti plasenta previa, solusio plasenta,
perdarahan pada plasenta letak rendah, pecahnya sinus margialis,
pecahnya vasa previa, perdarahan yang tidak ada hubungannya
dengan kehamilan seperti pecahnya varises vagina, perdarahan
polipus servikalis, perdarahan perlukaan servkis, perdarahan karena
keganasan serviks.
2) Preeklampsia
Preeklampsia adalah naiknya tekanan darah dalam masa
kehamilan disertai dengan proteinuria. Menurut teori iskemik gejala
preeklampsia-eklampsia adalah :
a) Peningkatan tekanan darah
b) Pengeluaran protein dalam urine
c) Edema kaki, tangan sampai wajah
d) Terjadinya gejala subjektif : sakit kepala, penglihatan kabur,
nyeri pada epigastrium, sesak napas, berkurangnya urin
e) Menurunnya kesadaran sampai koma
f) Terjadinya kejang.
3) Toksemia gravidarum
Istilah toksemia gravidarum untuk kumpulan gejala-gejala
dalam kehamilan yang merupakan trias HPE
(hipertensi,proteinuria,dan edema), yang kadang-kadang bila
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
27
keadaan lebih parah diikuti oleh KK (kejang-kejang/konvulsi dan
koma) (Mochtar, 2012).
4) Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
(Mochtar, 2012).
5) Abortus
Abortus/keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin daoat hidup di luar kandugan. Klasifikasi abortus yaitu abortus
imminens merupakan abortus mengancam keguguran belum terjadi
kehamilan, abortus incipien merupakan proses keguguran yang
sedang berlangsung, abortus inkompletus merupakan abortus yang
hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang
tertinggal adalah desidua atau plasenta, abortus komplektus artinya
seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidau dan fetus), missed
abortion adalah keadaan dimana janin yang telah mati masih berada
di dalam rahim (Mochtar,2012).
6) Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi saat ketika penanaman blastosit
berlangsung manapun, kecuali endometrium yang melapisi rongga
uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah
serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen. Perubahan uterus tidak
dapat digunakan untu menegakkan diagnosa sebab penigngkatan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
28
uterus dan konsisitensinya sama dengan ukuran dan konsistensi
uterus trimester pertama kehamilan akibat pengaruh hormon
plasenta (Varney,2007).
7) Mola hidatidosa
Mola hidatidosa merupakan kehamilan secara genetik tidak normal,
yang muncul dalam bentuk kelainan perkembangan plasenta.
Kehamilan mola hidatidosa biasanya dianggap sebagai suatu timor
jinak, tetapi berpotensi menjadi ganas. Tanda dan gejala kehamilan
mola hidatidosa seperti mual dan muntah, perdarahan uterus yang
terlihat pada minggu ke 12, ukuran uterus besar, sesak nafas,
ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar (Varney, 2007).
8) Kurang Energi Kronis
Menurut Depkes tahun 1999 dalam Jurnal Nasional Kejadian
Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas
dan Pendidikan oleh Agustin Mayasari dkk tahun 2014, kurang
energi kronis adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau
menahun. Dengan ditandai dengan berat badan kurang dari 40 kg
atau tampak kurus dan dengan LILA < 23,5 cm. Menurut Chunnie
dalam Jurnal Nasional Kejadian Kurang Energi Kronis Pada Ibu
Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan Pendidikan oleh Agustin
Mayasari dkk tahun 2014, ibu hamil yang menderita kurang energi
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
29
kronis mempunyai resiko kematian ibu mendadak pada masa
perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah. Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena
perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan
bayi. Status kesehatan dan gizi ibu kemungkinan sangat
berpengaruh terhadap nafsu makannya.
Kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan
sebelumnya (kurang dari 2 tahun) dapat mempengaruhi status gizi
ibu hamil terutama dalam pola pemilihan makanan. Paritas dimana
kehamilan memerlukan tambahan zat gizi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah, janin dan
plasenta, makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan
melahirkan akan makin banyak kehilangan cadangan zat gizi tubuh
sehingga ibu akan kekurangan zat gizi, dan usia hamil, usia muda
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri juga berbagi dengan
janin yang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu energi
yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan
energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
berlangsung. Faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan kurang
energi kronis pada ibu hamil yaitu adalah faktor sosial ekonomi
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
30
(pendapatan keluarga, pendidikan), faktor biologis (usia hamil,
jarak kehamilan, paritas), faktor pola konsumsi dan faktor perilaku
menurut Shopia tahun 2009 dalam Jurnal Nasional Kejadian Kurang
Energi Kronis Pada Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan
Pendidikan oleh Agustin Mayasari dkk tahun 2014.
2. Persalinan
a. Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengetahuan hasil konsepsi
(janin+uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain (Mochtar, 2012). Persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan dan tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba. 2010). Pelahiran bayi adalah periode dari awitan kontraksi
utreus yang regular sampai ekspulsi plasenta (Cunningham, 2013).
Jadi kesimpulan yang dapat penulis ambil, persalinan adalah proses
pengeluaran janin yang dapat hidup dari dalam uterus dan keluar
melalui vagina secara spontan.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
31
b. Penyebab Terjadi Persalinan
Menurut Mochtar (2012) teori-teori yang dikemukakan antara lain :
1) Teori penurunan hormon
Satu-dua minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan
hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai
penenang otot-otot polos rahim. Karena itu akan terjadi kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron
turun.
2) Teori plasenta menjadi tua
Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen
dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal
tersebut akn menimbulkan kontraksi uterus.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang akan menyebabkan
iksekia otot-otot rahim sehingga menganggu sirkulasi uteroplasenta.
4) Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale (pleksus
frankenhauser). Apabila ganglion tersebut digeser dan ditekan,
misalnya oleh kepala janin, maka timbul kontraksi uterus.
5) Induksi persalinan
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin
menjelang aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
32
persalinan atau belum inpartu, dengan kemungkinan janin dapat
hidup diluar kandungan (umur diatas 28 minggu) (Manuaba, 2013).
Indikasi dilakukannya induksi dilihat dari ibu dengan penyakit
yang diderita seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, keganansan payudara dan porcio, komplikasi
kehamilan seperti preeklampsia dan eklampsia, kondisi fisik ibu
seperti kesempitan pada panggul, kelainan bentuk panggul, kelainan
bentuk tulan belakang. Dilihat dari janinnya seperti kehamilan lewat
waktu, plasenta previa, solusio plasenta, kematian intrauterine,
kematian berulang dalam rahim, kelainan kongenital, ketuban pecah
dini (Manuaba, 2013).
Partus dapat juga ditimbulkan oleh :
a) Gagang laminaria, beberapa laminaria dimasukkan dalan kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser
b) Amniotomi, pemecahan ketuban
c) Tetesan oksitosin, pemberian oksitosin melalui tetesan perinfus
(Mochtar, 2012).
c. Tanda persalinan
Menurut Manuaba (2010) tanda persalinan meliputi :
1) Kekuatan his yang semakin meningkat dan makinsering terjadi dan
teratur dengan jarak kontrkasi yang semakin pendek
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
33
His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yag
menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval semakin pendek, dan
kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap
perubahan serviks, semakin beraktivitas (janin) kekuatan makin
bertambah.
2) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda (pengeluaran lendir,
lenidr bercampur darah)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan
menyebabkan lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas.
Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3) Dapat disertai ketuban pecah
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah dini yang
menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru
pecah menjelasng pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.
4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (pelunakan
serviks, pendataran serviks, terjadi pembukaan).
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
34
d. Mekanisme Persalinan
Menurut Cunningham (2013) mekanisme persalinan meliputi :
1) Engagement
Mekanisme ketika diameter biparietal-transversal terbesar pada
presentasi oksiput melewati apertura pelvis superior. Kepala janin
mengalami engage hingga setelah permulaan persalinan. Kepala
janin bergerak bebas diatas apertura pelvis superior saat awitan
persalinan. Pada keadaan ini, kepala kadang-kadang disebut
mengambang/sinklistismus (floating). Kepala berukuran normal
biasanya tidak mengalami engage dengan sutura sagitalis yang
mengarah ke anteroposterior. Namun kepala janin biasanya
memasuki apertura plevis seuperior baik secara transversal maupun
obliq.
2) Penurunan/desent
Sutura sagitalis uumnya mengalami defleksi baik ke posterior
menuju promontorium atau ke arah anterior menuju ke simfisis.
Defleksi lateral kearah posisi anterior atau posterior pelvis disebut
asinklitismus. Asinklotimus derajat sedang merupakan persyaratan
persalinan normal. Namun, jika berat, kondisi ini merupakan
penyebab disproporsi sefalopelvik bahkan pada pelvis berukuran-
normal. Perubahan secara bertahap dari asinklitismus posterior ke
anterior membantu desensus.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
35
3) Fleksi
Segera setelah kepala yangsedang desensus mengalami
hambatan dalik dari serviks, dinding serviks, atau dasar pelvis,
normalnya kemudian terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu
mengalami kontak lebih dengan dada janin, dan diameter
suboksipitobregmatikum yang lebih pendek menggantikan diameter
oksipitofrontalis yang lebih panjang.
4) Putas paksi dalam/rotasi internal
Gerakan ini terdiri dariperputaran kepala sedemikian rupa
sehingga oksiput secara bertahap bergerak ke simfisis pubis
dibagian anterior dari posisi awal atau yang lebih jarang, ke arah
posterior menuju lengkung sakrum.
5) Ekstensi
Setelah rotasi internal, kepala yang berada dalam posisi fleksi
maksimal mencapai vulva dan mengalami ekstensi. Jika keala
mengalami fleksi maksimal, saat mencapai dasar pelvis, tidak
mngealami ekstensi tetappi melanjutkan berjalan turun, dapat
merusak bagian posterior perineum dan akhirnya tertahan oleh
jaringan perineum. Namun ketika kepala menekan dasar pelvis,
terdapat dua kekuatan. Kekuatan pertama, ditimbulkan oleh uterus,
bekerja lebih ke arah posterior, dan kekuatan kedua, ditimbulkan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
36
oleh daya retensi dasar pelvis dan simfisis, bekerja lebih ke arah
anterior.
6) Ekspulsi
Bahu anterior terlihat diabawah simfisi pubis, dan perineum
segera terdistensi oleh bahu anterior. Setelah lahir bahu, berturut-
turut lahib uub, dahi, muka dan dagu.
7) Putar paksi luar/rotasi eksternal
Setelah kepala lahir, jika pada awalnya terarah ke kiri, oksiput
berotasi menuju tuber iskiadicum kiri. Jika awalnya terarah ke
kanan, oksiput berotasi ke kanan. Restitusi kepala ke posisi obllik
diikuti dengan penyelesaian rotasi eksternal ke posisi transversal.
Gerakan ini sesuai dengan rotasi tubuh janin dan membuat diameter
bisakromial berkorelasi dengan diameter anteroposterior apertura
pelvis inferior. Sehingga salah satu bahu terletak anterior
dibelakang simfisis pubis, sedangkan bahu lainnya terletak di
posterior. Gerakan ini tampaknya ditimbulkan oleh faktor pelvis
yang sama dengan terjadinya rotasi internal kepala.
e. Kala Persalinan
Menurut Mochtar (2012), proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
1) Kala I
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm. Inpartu dimulai dengan keluarnya lendir bercampur
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
37
dengan darah (bloody show) karena serviks mulai membuka
(dilatasi) dan mendatar (effacement). Kala pembukaan dibagi
menjadi 2 fase, yaitu :
a) Fase laten, pembukaan serviks yang ber langsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam
b) Fase aktif, berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase
(1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi
4 cm
(2) Periode dilatasi maksimal (staedy): selama 2 jam, pebukaan
berlangsung cepat menjadi 9 jam
(3) Periode deselerasi : berlanhsung lambat, dalam waktu 2 jam
pmebukaan menjadi 10 cm (lengkap)
Fase-fase yang dikemukakan diatas dijumpai pada
primigravida. Perbedaan pembukaan serviks pada primigravida dan
multigravida adalah :
(1) Pada primigravida serviks mendatar (effacement) dulu, baru
dilatasi. Berlangsung selama 13-14 jam
(2) Pada multigravida mendatar dan membuka dapat terjadi
secara bersamaan. Berlangsung 6-7 jam
Asuhan yang dilakukan pada Kala I, meliputi :
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
38
(1) Membantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah,
ketakutan, dan kesakitan dengan memberikan dukungan dan
meyakinkan dirinya, memberikan informasi mengenai
proses dan kemajuan persalinan, mendengarkan keluhannya
dan mencoba untuk lebih sensitif terhadap perasaannya.
(2) Tetpa menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang
lain anpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu.
(3) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang
terjadi serta prosedur yang akan dilakukan dan hasil-hasil
pemeriksaan.
(4) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah buang air kecil/besar.
(5) Ibu bersalin biasanya akan mengalami panas dan banyak
berkeringat, atasi dengan cara menggunkan kipas angin dan
AC dalam kamar, menganjurkan ibu untuk mandi
sebelumnya.
(6) Memberikan ibu cukup air untuk memenuhi kebutuhan
energi dan mencegah dehidrasi.
(7) Menyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin.
Berikut merupakan tabel frekuensi minimal penilaian dan
interval dalam persalinan :
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
39
Tabel 2.2. Frekuensi minimal penilaian dan interval dalam
persalinan normal.
Parameter Frekuensi pada fase
laten
Frekuensi pada fase
aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setipa 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 – 60 menit Setiap 30- 60 menit
Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
(Prawirohardjo,2010)
2) Kala II
Pada kala II pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat,
dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun
dan masuk ke ruang sehingga terjadilah tekanan pada oto-oto dasar
panggul yang melalui lengkun refelks menimbulkan rasa mengedan.
Pada waktu his, kepala janin mulai kellihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengejan yang terpimpin, akan
lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primigravida berlangsung selama 1½ -2 jam, pada multigravida ½ -
1 jam.
Ada 2 cara ibu mengejan :
a) Posisi berbaring sambil merangkul kedua pahanya sengan kedua
engan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu
mengenai dada. Mulut dikatup.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
40
b) Dengan sikap seperti diatas, tapi badan miring ke arah
terdapatnya punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul,
yaitu yang sebelah atas.
Menurut Prawirohardjo (2010) asuhan persalinan normal kala II
meliputi :
a) Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua
(1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
(2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka
b) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
c) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
d) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
e) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
41
f) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan
meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi
atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
g) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut
vagina, perieneum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangsn
tersebut dengan benar di dalam larutan terkontaminasi)
h) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
i) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
42
j) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120
- 160 ×/menit).
k) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
(1) Menunggu hingga ibumempunyai keinginan untuk meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta
janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
dekontaminasikan temuan-temuan.
(2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran.
l) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.
m) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
(1) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
(2) Mendukung dan memberi semangan atas usaha ibu untuk
meneran.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
43
(3) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya
(4) Manganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
(5) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
(6) Menilai DJJ setiap lima menit
(7) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran.
(8) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran
dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara
kontraksi.
(9) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
n) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm,
letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
o) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
44
p) Membuka partus set.
q) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
r) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
mwmbiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
unutk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala
lahir.
s) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih.
t) Memeriksa lilitan talu pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, kemuadian meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
(1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
(2) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
u) Menunggu hingga kepala bayi melakukan outaran paksi luar
secara spontan.
v) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
45
untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hungga bahu anterior
muncul di bawah arcus pubis dan kemudian dengan lembut
menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu
posterior.
w) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangam tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga
tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya
lahir.
x) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangannyang ada
di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan hati-
hati membantu kelahiran kaki.
y) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan) Bila bayi
mengalami asfiksia, lakukan resusitasi
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
46
z) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu dengan bayi. Lakukan penyuntikan
oksitosin /i.m
(1) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah
ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
(2) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
(3) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang
sesuai.
(4) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk
memeluk bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
(5) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
(6) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntuk.
(7) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntukan
oksitosin 10 unit i.m di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
47
3) Kala III
Setelah bayi lahir, kontrakasi rahim beristrahat sebentar. Uterus
teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta
yang menjadi dua kali lebih tebal dan sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu
5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina,
dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-
30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Kala III terdiri dari 2 fase :
a) Fase pelepasan uri
b) Fase pengeluaran uri
Lokasi uri adalah :
a) Pada dinding depan dan belakang korpus uteri
b) Kadang-kadang pada dinding lateral
c) Jarang di fundus uteri
d) Sesekali oada segmen bawah rahim atau plasenta previa
Menurut Prawirohardjo (2010) asuhan persalinan normal kala III
meliputi :
a) Memindahkan klem pada tali pusat.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
48
b) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat
di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilakn uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain
c) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke atas dan belakang
(dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
(1) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seotang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
d) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk menetan sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
(1) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 -10 c, dari vulva.
(2) Jika plasenya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali
pusat selama 15 menit :
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
49
(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit i.m
(b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi
kanding kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika
perlu
(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya
(e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam wakti 30
menit sejak kelahiran bayi.
e) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plaenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahah melahirkan
selaput ketuban tersebut.
f) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, melakukan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi.
4) Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutam terhadap bahaya
perdarahan postpartum.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
50
Menurut Prawirohardjo (2010) asuhan persalinan normal kala IV
meliputi :
a) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
b) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
sgera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
c) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik
d) Mencelupkan kedua tangannyang memakai sarung tangan ke
larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi
dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
e) Menempatkannklem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
f) Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
g) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5%.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
51
h) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanha.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kerinh.
i) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
j) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
(1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
(2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
(3) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
(4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
(5) Jika ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anastesi lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.
k) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
l) Mengevaluasi kehilangan darah
m) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selamam satu jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
(1) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pascapersalinan.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
52
(2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
n) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi.
o) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
p) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir,ndan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
q) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman
dan makanan yang diinginkan.
r) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
s) Mencelupkan sarung tanganbkotor ke dalam larutan klorin
0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
t) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
u) Melengkapi partograf.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
53
Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida adalah :
Tabel. 2.3. Lama Persalinan Primigravida dan Multigravida
Kala Primigravida Multigravida
Kala I 13 jam 7 jam
Kala II 1 jam ½ jam
Kala III ½ jam ½ jam
Lama Persalinan 14 ½ jam 7 ½ jam
(Mochtar, 2012)
f. Komplikasi dalam persalinan
1) Persalinan premature
Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari aterm (37
minggu). Persalinan premature memrlukan pemantauan secara khusus
karena mempunyai resiko tinggi dengan kelahiran Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) (Varney, 2008).
2) Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada
tanda-tanda persalinan tanpa melihat usia gestasi. Dikatakan ketuban
pecah dini apabila ketuban pecah lebih dari 8 jam dan tidak
adapembukaan serviks (Varney,2008).
3) Amnionitis dan korioamnionitis
Amnionitis adalah inflamasi kantong amnion dan cairan amnion.
Korioamnionitis adalah inflamasi korion selain infeksi cairan amnion
dan kantong amnion. Amnionitis dan korioamnionitis paling sering
terjadi akibat dari ketuban pecah yang lama (>24 jam), dengan atau
tanpa persalinan yang memanjang, pada pemeriksaan dalam atau
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
54
manipulasi vagina atau prosedur intrauteri yang berulang (Varney,
2008).
4) Prolaps tali pusat
Prolaps tali pusat adalah menumbungnya tali pusat masuk
kedalam serviks. Bahaya dari prolaps uterus adalah hipoksia janin
akibat dari kompresi tali pusat antara bagian presentasi dan pelvis
(Varney, 2008).
5) Disproporsi Sefalopelvik (CPD)
Merupakan disproporsi antara ukuran janin dan ukuran pelvis
tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya kelhairan
per vaginam. CPD dapat ditandai dengan oleh pola persalinan
disfungsional, kemanjuan persalinan, fleksi kepala buruk, atau
kemacetan rotasi internal dan penurunan (Varney, 2008).
6) Disfungsi uterus
Merupakan diagnosa yangd itegakkan dengan mengobservasi
pemanjangan waktu setiap fase atau kala persalinan yang melebihi
waktu yang diperkirakan. Terdapat dua tepi disfungsi uterus yaitu
hipotonik dan hipertonik (Varney, 2008).
9) Rupture Uteri
Terjadi robekan atau laserasi pada uterus, yang dapat disebabkan
oleh bekas SC, dorongan fundus saat persalinan, janin besar. Tanda
gejalanya dapat menyerupai tanda dan gejala ganguan berat lainnya.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
55
Perdarahan terjadai kedalam peritoneum dapat mengiritasi
diafrgama dan menyebabkan nyeri menjalar ke dada sehingga mirip
dengan tanad dan gejal emboli cairan amnion dan paru (Varney,
2008).
3. Nifas
a. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil
(Mochtar, 2012). Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran
plasenta dan selaput janin (menandakan kahir periode intrapartum)
hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi semula
(Varney, 2008). Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu
pertama setelah kelahiran (Cunningham, 2013).
b. Klasifikasi
Menurut Mochtar (2012) nifas dibagi menjdai 3 periode :
1) Peurperium dini yaitu kepullihan saat ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermediet adalah yaitu pemulihan menyeluruh alat-
alat genetlia yang lamanya 6-8 minggu
3) Pueperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu
persalinan terjadi komplikasi
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
56
c. Perubahan fisiologis dan anotomis Puerperium
1) Uterus
Uterus secara berangsur-angsur kembali menjadi kecil hingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Mochtar, 2012). Involusi
uterus meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium
dan eksfoliasi tempat pelekatan plasenta yang ditandai dengan
penurunan ukuran dan berat serta berubahan pada lokasi uterus juga
ditandai dengan warna dan jumlah lochea (Varney, 2008). Bekas
implasntasi/pelekatan plasenta mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih
(Mochtar, 2012).
2) Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama purperium (Varney, 2008). Lochea adalah cairan
sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Menurut Rustam Mochtar (2012) pembagian lochea yaitu :
a) Lochea rubra (cruenta) yaitu berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan
mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinoenta yaitu berwarna merah kuning, berisi darah
dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
57
c) Lochea serosa yaitu berwarna kuning, cairan tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba yaitu cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta yaitu terjadinya infeksi, keluar cairan seperti
nanah dan berbau busuk.
f) Lokiostasis yaitu lokia tidak lancar keluarnya (Mochtar, 2012)
3) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong,
berwarna merah kehitaman. Konsisteninya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih
bisa dimasukkan ke rongga rahim, setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 2-
3 jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar, 2012).
4) Vagina dan perineum
Segera setelah lalhir vagina terbuka lebar, mungkin mengalami
beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada introitus. Setelah
satu dua hari pascapartum, tonus otot vagina kembali celah vagina
tidak lebar dan vagina tidak lagi edema (Varney, 2008).
d. Pelayanan Masa Nifas
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2016, pelayanan kesehatan
ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang
dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan,
yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
58
ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-
29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari
enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Tabel 2.4. Jadwal Kunjungan Nifas
Kujungan Nifas Waktu
I 6 jam - 3 hari pasca partum
II 4 hari -28 hari pasca partum
III 29 hari -42 hari pasca partum
(Depkes, 2016)
Jenis pelayanan yang diberikan terdiri dari :
1) Pemriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, suhu)
2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri)
3) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam
4) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI Eksklusif
5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu
nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana (Depkes,
2016).
Tujuan dari pelayanan masa nifas yang diberikan menurut Sarwono
Prawirohardjo (2010) adalah untuk mengetahui kebutuhan ibu dan bayi
periode paskapersalinan, mengenali komplikasi paskapersalinan pada ibu
dan bayi, melakukan pencegahan infeksi yang diperlukan serta menjelaskan
dan melaksanakan ASI Eksklusif, konseling HIV AIDS dan kontrasepsi,
prosedur imunisasi.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
59
e. Komplikasi Masa Nifas
1) Mastitis
Matritis adalah infeksi yang terjadi pada payudara. Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri seperti S.aureus, strepcoccus, dan H.
Parainfluenze. Bakteri dapat berasal dari tangan ibu, tangan orang
yang merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus, darah sirkulasi.
Penanganan mastitis adalah dengan pencegahan dengan mencuci
tangan menggunakan sabun antibakteri secara cermat, mencegah
pembesaran dengan menyusui sejak awal dan sering, posisi bayi
yang tepat pada payudara, penyangga payudara yang baik tanpa
kontriksi (Varney, 2008).
2) Tromboplebitis
Tromboflebitis pascapartum ditandai dengan nyeri tungkai, hangat
terlokalisasi, nyeri tekan, atau inflamasi pada issi tersebut, dan
palpasi adanya simpulan atau teraba pembuluh darah.
Tromboplebitis vena ditandai dengan kemungkinan kenaikan suhu
ringan, takikardia ringan, edema pergelangan kaki, tungkai, dan
paha, nyeri pada saat penekanan betis, nyeri tekan pada sepanjang
aliran darah yang terkena dengan pembuluh darah dapat teraba
(Varney, 2008).
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
60
3) Hematoma
Hematoma adalah pembekakakn jaringan yang berisi darah.
Bahaya hematoma adalah kehiangan sejumlah darah karena
hemoragi, anemia dan infeksi. Hematoma terjadi karena ruptur
pembukuh darah spontan atau akibat trauma. Kemungkinan
penyebab hematoma adalah pelahiran operatif, laserasi robek
pembuluh darah penanganan kasar pada jaringan vagina. Tanda
umum meliputi nyeri ekstrem diluar proporsi ketidaknyamanan dan
nyeri yang diperkirakan, pembengkakan yang tegang dan berdenyut,
perubahan waran jaringan kebiruan atau kehitaman (Varney, 2008).
4) Hemoragi pascapartum lambat
Hemoragi pascaprtum lamabat (tertunda) adalah hemoragi yang
terjadi setelah 24 jam pertama pascapartum. Penyebab umumnya
dapat berupa subinvolusi di tempat perlekaatn plasenta, fragmen
plasenta atau membran janin yang tertiinggal, laserasi saluran
reproduksi yang sebelumnya tidak terdiagnosa, hematoma (Varney,
2008).
4. Keluarga Berencana
a. Definisi
Keluarga berencana merupakan usah suami-istri untuk mengukur
jumlah dan jarak anak yang diinginkan (Walyani, 2015). Menurut
Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
61
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa
keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga sehat dan berkualitas (Infodatin, 2014).
b. Tujuan Keluarga Berencana
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
(2014) tujuan keluarga berencana meliputi :
1) Secara kependudukan, KB bertujuan untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk
2) Secara kesehatan, KB merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak
Dalam buku Walyani (2015) tujuan KB antara lain :
1) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
yang manjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera
dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk.
2) Meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan kesehatan
keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak kelahiran.
c. Konseling KB
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
62
Dalam buku Walyani (2015) konseling KB bertujuan untuk
meningkatkan penerimaan, menjamin pilihan cocok, menjamin
penggunaan yang efektif, mejamin kelangsunga yang lebih lama. Jenis
konseling meliputi :
1) Konseling awal
a) Bertujuan menentukan metode apa yang diambil
b) Membantu klien memilih jenis KB
c) Menentukan langkah yang diinginkan klien dan pengetahuna
klien.
2) Konseling khusus
a) Memberikan kesempatan klien untuk bertanay tentang cara
KB dan membicarakan pengalamannya
b) Mendapatkan informasi yang lebih rinci tentang KB yang
diinginankan
3) Konseling tindak lanjut
a) Konseling lebih bervariasi dari konseling awal
b) Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang
memerlukan rujukan dan masalah yang ringan dapat diatasi di
tempat.
Langkah yang dapat digunakan dalam konseling KB :
1) SATU TUJU
a) SA yaitu sapa dan salam.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
63
b) T yaitu tanya. Menanyakan informasi tentang dirinya
termasuk pengalaman KB dan kesehatan reproduksi
c) U yaitu uraikan. Menguraikan pada klien mengenai
pilihannya, mambantu klien pada jenis kontrasepsi yang
paling diinginnkan dan menjelaskan jenisl lainnya.
d) TU yaitu bantu. Membantu klien berpikir yan gayng sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya.
e) J yaitu jelaskan. Menjelaskan secara lengkap bagaimana
menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah klien memilih
jenis kontrasepsi.
d. Penapisan Klien
Menurut Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi (2006) tujuan
utama penapisan klien sebelum pemberian suatu mmetode kontrasepsi
adalah untuk menentukan adakah :
1) Kehamilan
2) Keadaan yan gmembutuhkan perhatian khusus
3) Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.
Tabel 2.5. Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Operatif
Metode Hormonal (pil kombinasi, pil progestin,
suntikan dan susuk)
YA TIDAK
Apakah hari peratam haid terakhir 7 hari yang lalu atau
lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pascapersalinan
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
64
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada,
atau tungkai bengkak (edama)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg
(sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang
(epilepsis)
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks
lain
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama
Apakah pernah mengalami dismenore berat yang
membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan /perdarahan
bercak anatara haid ata setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung
valvutar atau kongenital
Tabel 2.6. Daftar Litik Penapisan Klien. Metode Non Operasi
Keadaan klien Dapat dilakukan pada
fasiliatas rawat jalan
Dilakukan di fasilitas
rujukan
Keadaan umum
(anamnesa dan
pemeriksaan fisik)
Keadaan umum baik, tidak
ada tanda-tanda penyakit
jantung, paru, atau ginjal
Diabetes tidak terkontrol,
riwayat gangguan
pembekuan darah, ada
tanda-tanda penyakit
jantung, paru atau ginjal
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah < 160/100 mmHg > 160/100 mmHg
Berat badan 35-85 kg >85 kg ; <35 kg
Riwayat operasi
abdomen/ panggul
Bekas sc (tanpa pelekatan) Operasi abdomen lainnya,
perlekatan atau terdapat
kelainan pada pemeriksaan
panggul
Riwayat radang panggul,
hami ektopik, apendisitis
Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan dalam ada
kelainan
Anemia Hb > 8 g% Hb < 8 g%
(Syaifudin, Abdul Bari dkk. 2006)
e. Kontrasepsi
1) Macam-Macam Metode Kontraspsi
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
65
a) Kontrasepsi non hormonal
(1) Kontrasepsi tanpa menggunakan alat/obat
(a) Senggama terputus (koitus interruptus)
Senggama terputus ialah penarikan penis dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi (Prawirohardjo,
2011). Metode senggama terputus adalah
mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya
ejakulasi (Manuaba, 2010). Kekurangan dari metode
ini adalah menganggu kepuasan kedua beah pihak,
kegagalan kehamilan sekitar 30%-35% karena semen
keluar sebelum mencapai puncak kenikmatan,
terlambat mengeluarkan kemaluan, semen yang
tertumpah diluar sebagian dapat masuk ke genetalia
dan dapat menimbulkan ketegangan jiwa kedua belah
pihak (Manuaba, 2010). Kegagalan dengan cara ini
dapat disebabkan karena adanya pengeluaran air mani
sebelum ejakulasi, terlambatnya pengeluaran penis
dari vagina, pengeluaran semen dekat dengan vulva
(petting) (Prawirohardjo, 2011).
(b) Pantang berkala
Cara ini diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari
Jepang dan Hermann Knaus dari Jerman, mereka
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
66
bertitik tolak dari hasil penyelidikan mereka bahwa
seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa
hari saja dalam daur hidupnya (Prawirohardjo, 2011).
Masa subur wanita dapat dihitung dengan melakukan
perhitungan minggu subur seperti mentruasi wanita
teratur antara 26-30 hari, masa subur dapat
diperhitungkan yaitu menstruasi hari pertama
ditambah 12 hari merupakan hari pertama minggu
subur dan akhir minggu subur adalah hari pertama
menstruasi ditambah 19, puncak minggu subur adalah
hari pertama menstruasi ditambah 14 (Manuaba,
2010).
(c) Suhu basal
Penurunan suhu basal sebanyak 0,5 sampai 1
derajat pada hari ke-12 sampai 13 menstruasi, ketika
ovulasi terjadi pada hari ke-14. Kegagalan sistem suhu
basal sekitar 10% sampai 20%. Kelemahan sistem
pantang berkala adalah pengukuran suhu basal
merepotkan dan tidak akurat, hanay dapat digunakan
oleh mereka yang terdidik dan hanya berguna siklus
menstruasi 20 sampai 30 hari (Manuaba, 2010).
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
67
(2) Kontrasepsi sederhana dengan alat
(a) Kondom
Kondom adalah kantong sutera yang diolesi
minyak , dan dipasang menyelebungi panis sebekum
koitus. Prinsip penggunaan kondom ialah sebagai
perisai dari penis sewaktu melakukan koitus dan
mencegah penggumpalan seorma dalam vagina.
Keuntungan kondom yaitu memebrikan perlindungan
terhadap penyalit kelamin, dan dapat digunakan untuk
tujuan koontrasepsi. Kekurangannya ialah ada kalanya
pasangan uang mempergunakannya merasakan selaput
karet tersebut oenghalanag dalam kenikmatan sewaktu
melakukan koitus (Prawirohardjo, 2011).
(b) Diagtragma vaginal
Diafragma vaginal adalah kantong karet yang
berbentuk mangkok dengan per elastis pada
peinggirnya. Ukuran gaifragma vagina mempunyai
diamater 55-100 mm. Diafragma dimasukkan ke dalan
vagina sebelum koitus untuk menjaga jangan sampai
sperma masuk ke dalam uterus. Kelemahan
diagfragma vagina ialah diperlkan motivasi yang
cukup kuat, hanay cook untuk perempuan yang
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
68
terpelajar dan tidak dipergunakan secara massal,
pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan
kegagalan, tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil
dan IUD (Prawirohardjo, 2011).
b) Kontrasepsi hormonal
(1) Pil kontrasepsi
(a) Pil kombinasi
Penyelidikan menunjukkan bahwa estrogen dan
progesteron dapat mencegah ovulasi. Pincus dan Rock
melakukan percobaan lapangan di Puert Rico dengan
menggunakan pil tersebut mempunyai daya yang
sangat tinggi untuk mencegah ovulasi. Kontraindikasi
mutlak pil ini adalah adanya tumor yang dipengaruhi
oleh estrogen dan penyakit hati yang aktif, diabetes
melitus dan kehamilan, sedangkan kontraindikasi
relatifnya yaitu depresi, migrain, mioma uteri,
oligomenorea amenorea. Kelebihan pil ini adalah
efektivitas dapat dipercaya, frekuensi koitus tdak perlu
di atur, siklus haid jadi teratur, keluhan desminore jadi
berkurang. Kekurangnya yaitu pil harus diminumsetiap
hari, motivasi harus kuat, efekssamping mual muntah
dan pusing, terkadang berhenti minum pil
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
69
menyebabkan amenore (Prawirohardjo, 2011). Wanita
yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi adalah
hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif,
perdarahan pervaginam yang belum diketahui
penyebabnya, penyakit hati akut (hepatitis), perokok
usia > 35 tahun, riwayat penyakit jantung, stroke, atau
terkana terkena tekanan darah tinggi > 180/110
mmHg, riwayat gangguan faktor pembekuan darah
atau kencing maning > 20 tahun, kanker payudara,
atau dicurigai kanker payudara, migrain dan gejala
neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi), tidak
dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
(b) Pil sekuensial
Pil sekuensial ini merupakan pil yang diminum
yang hanya mengandung estrogen saja untuk 14-16
hari, disusul dengan pil yang mengandung estrogen
dan progesteron untuk 5-7 hari (Prawirohrdjo, 2011).
Pil sekuensial mengandung komponen yang
disesuaikan dengan sistem hormonal tubuh. Dua belas
pil hanaya mengandung estrogen, pil ke tigabelas dan
sterusnya merupakan kombinasi (Manuaba, 2010).
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
70
(c) Mini pil
Mini pil bukan merupakan penghambat ovulasi
oleh akrena selama memakan pil mini ini kadang-
kadang ovulasi masih dapat terjadi. Efek utamanya
adalah terhadap lendir serviks, dan juga terhadap
endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak dapat
terjadi (Prawirohardjo,2011). Wanita yang tidak boleh
menggunakan minipil seperti hamil atau diduga hamil,
perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya
gangguan haid, menggunakan obat tuberkulosis
(rifampisin), atau obat epilepsi (fenitoin dan
abrbiturat), kanker payudara dan riwayat kanker
payudara, sering lupa minum pil, miom uterus karena
progestin memicu pertumbuhan miom uteri, riwayat
stroke karena progestin menyebabkan spasme
pembuluh darah (Syaifudin, 2006).
(d) After morning pil
Pil ini merupakan pil yang digunakan segera
setelah koitus (Manuaba,2010). Cara ini dapat
mnghambat implantasi balstokista dalam endometrium
(Prawirohardjo, 2011).
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
71
(2) Suntik kontrasepsi
(a) Suntikan tiap 3 bulan (Depo Provera)
Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron
yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi parental,
mempunyai efek progesteron yang kuat dan snagat
efektif. Mekanisme kerjanya menghalangi terjadinya
ovulasi dengan jalan menekan pembentukan
gonadotropin realising hormone dari hipotalamus,
lendir serviks bertambah kental, implantasi ovum
dalam endometrium dihalangi, mempengaruhi transpor
ovum di tuba. Keuntungan efektivitas tinggi,
pemakaian sederhana, cukup menyenagkan bagi
ekseptor (hanya 4x setahun), reversibel, cocok untuk
ibu yang sedang menyusui. Kekurangannya
menimbulkan perdarahan yang tidak teratur, amenorea
(Prawirohardjo, 2011). Wanita yang tidak boleh
menggunnakan kontrasepsi suntikan progestin seperti
hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7
per 100.000 kelahiran), perdarahan pervaginam yang
belum jelas penyebabnya, tidak dapat menerima
terjadinya gangguan haid, terutama amenorea,
menderita kanker payudara atau riwayat kanker
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
72
payudara, diabetes mellitus disertai komplikasi
(Syaifudin, 2006).
(b) Suntikan setiap bulan (monthly injectable)
Suntikan ini mengandung 2 macam hormon
progesteron dan estrogen. Kandungan yang dipakai
adalah medroxy progeteron acetate (MPA)/estradiol
caprionate atau norethisterone enanthate (NET-EN).
Conoth sediaan yang beredar cyclofem,cycloprovera,
mesygna, dan norigynon. Mekanisme kerjanya adalah
mencegah keluarnya ovum dari ovarium (ovulasi)
(Prawirohardjo, 2011).
(3) AKBK (Alat Kontasepsi Bawah Kulit)
Implan atau susuk kontraksepsi adalah alat yang
berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di
dalamnya terdapat hormon progesteron, implan ini
kemudian dimasukkan ke dalam kulit di bagian lengan
bawah (Walyani, 2015). Setiap kapsul susuk KB
mengandung 36 mg levonorgestrel yang akan dikeluarkan
setiap harinya sebanyak 80 mcg. Keuntungannya dipasang
selama 5 tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani
didaerah pedesaan, penyulit medis tidak terlalu tinggi,
biaay murah. Kerugiannya menimbulkan gangguan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
73
menstruasi, amenorea, spotting, berat badan bertambah,
menimbulkan akne, ketegangan payudara, liang senggama
terasa kering (Manuaba, 2010). Wanita yang tidak boleh
menggunakan implan seperti wanita yang hamil atau
diduga hamil. Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, benjolan/kanker payudara atau riwayat
kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola
haid yang terjadi, miom uteri dan kanker payudara,
gangguan toleransi glukosa (Syaifudin, 2006).
(4) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/IUD (Intra
Uterine Device)
IUD adalah alat kecil berbentuk yang lentur dan
diletakkan didalam rahim untuk mencegah kehamilan
(Walyani, 2015). Jenis IUD lippes loop, saf-T-coil.
Dalkon Shield, Cu-7, Cu-T, Spring coil, dan Margulies
spiral, Otaring, Antigon F, Ragab Ring, Cincin
Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow. Mekanisme
kerjanya adalah IUS yang dipasang menimbulkan reaksi
peradanagn endometrium yang disertai dengan sebukan
leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau
sperma, karena ionisasi ion logam tembaga (Cu) atau
bahan lain yang terdapat pada IUD mempunyai pengaruh
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
74
pada sperma (Prawirohardjo, 2011). Keuntungan IUD
ialah umumnya hanya memerlukan sau kali pemasangan
dan dengan demikian satu kali motivasi, tidak
menimbulkan efek sistemik, alat yang ekonomis dan
cocok untuk penggunaan secara massal, revesibel kontro
medis ringan, penyulit tidak terlalu berat, pulihnya
kesuburan setelah pencabutan IUD berlangsung baik.
Kerugiannya adalah terdapat perdarahan, leukorea, dapat
terjadi infeksi, tingkat akhir infeksi dapat menimbulkan
kemandulan primer atau sekunder dan kehamilan ektopik,
tali IUD dapat menimbulkan perlukaan (Prawirohardjo,
2011)(Manuaba, 2010). Wanita yang tidak boleh
menggunkan AKDR adalah wanita hamil atau diduga
hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, menderita vaginitis, salpingitis,
endometriosis, menderita penyakit radang panggul atau
pascakeguguran septik, kelainan kongenital rahim, miom
submukosum, rahim yang sulit digerakkan, riwayat
kehamilan ektopik, panyakit trofoblas ganas, terbukti
menderita penyakit tuberkulosis panggul, kanker
genetalia/payudara, sering ganti pasangan, ukuran rongga
rahim kurang dari 5 cm (Syaifudin, 2006).
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
75
c) Kontrasepsi Mantap
(1) Tubektomi/sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan pada kedua
tuba fallopi perempuan yang mnagkibatkan yang
bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan
hamil lagi (Prawirohardjo, 2011). Teknik sterilisasi dengan
melakukan insisi dan membuka forniks posterior dan
melalui tempat tersebut dilakukan sterilisasi tuba
(Manuaba, 2010). Tidak ada kontraindikasi pada sterilisasi
ini. Keuntungan dari sterilisasi adalah motivasi hanya
dilakukan satu kali saja, efektivitas hampir 100%, tidak
mempengaruhi libido seksual, tidak adanya kegagalan dari
pihak pasien. (Prawirohardjo, 2011).wanita yang sebaiknya
tidak menjalani tubektomi yaitu hamil atau diduga hamil,
perdarahan vaginal yang belum jelas penyebabnya, infeksi
sistemik atau pelvik yang akut, tidak boleh menjalani
proses pembedahan, kurang pasti mengenai keinginan
untuk fertilitas masa depan, belum memberikan
persetujuan tertulis (Syaifudin, 2006).
(2) Vasektomi
Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat
dialakukan oleh seseorang yang telah mendapatkan latihan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
76
khusus untuk itu (Prawirohardjo, 2011). Indikasi vasektomi
bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan
lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi
dilakukan pada dirinya. Keuntungan vasektomi adalah
tidak mnimbulkan kelainan baik fisik maupun mental, tidak
menganggu libido seksualis. Komplikasi yang mungkin
muncul adalah infeksi pada sayatan , rasa nyeri/sakit,
terjadinya hematoma oleh karena perdarahan kapiler,
epididimitis, terbentuknya granuloma (Prawirohardjo,
2011).
5. Bayi Baru Lahir
a. Definisi
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
b. Klasifikasi
Menurut Manuaba (2010) bayi baru lahir dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Bayi normal (sehat) memerlukan perawatan biasa.
2) Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulangan khusus,
misalnya bayi mengalami asfiksia dan perdarahan.
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi
menurut Marmi (2015) , yaitu :
1) Neonatus menurut masa gestasinya :
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
77
a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau
lebih)
2) Neonatus menurut berat badan lahir :
a) Berat lahir rendah : < 2500 gram
b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c) Berat lahir lebih : > 4000 gram
3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa
gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa
kehamilan):
a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan
(SMK/KMK/BMK)
c. Ciri-ciri BBL fisiologis
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir
2500-4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera
menangis, bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan
baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar
dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung
120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
78
rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai
APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik (rooting,
sucking, morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki testis
sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi perempuan
vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam
kecoklatan (Dewi, 2010).
Menurut Sondakh (2013) bayo abru lahir dikatakan normal jika
masuk dalam kriteria sebagai berikut :
1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram
2) Panjang badan bayi antara 48-50 cm
3) Lingkar dada bayi 32-34 cm
4) Lingkar kepala 33-25 cm
5) Detak jantung pertama antara 150 kali/menit, kemudian turun
sampai 120-140 kali/menit
6) Pernafasan cepat pada menit pertama kira-kira 80 kali/menit
disertai pernafasan cuping hidung, retraksi supraternal dan
intercostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit
7) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
terbentuk dan dilapisi verniks caseosa
8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik
9) Kuku telah agak panjang dan lemas
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
79
10) Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia
mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan)
11) Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk
12) Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam
pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan
lengket
d. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah untuk
membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan pencegahan infeksi
(Saifuddin, 2008).
Asuhan bayi baru lahir meliputi :
1) Pencegahan Infeksi (PI)
2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk
menilai apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan
penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia
sehingga harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
80
jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
3) Pemotongan dan perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat
atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi
tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan
berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu
pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60 dan
berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari
satu payudara (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
5) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
(Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan
infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
(tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atauantibiotika lain). Pemberian
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
81
salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya
pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam
setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1dosis
tunggal di paha kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang dapat dialami oleh
sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha
kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan
Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang 12 dapat menimbulkan
kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
9) Pemeriksaan Ibu hamil
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan
tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena risiko terbesar
kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat
kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
82
pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
e. Reflek pada bayi normal
Menurut Sondakh (2013) bayi lahir normal mempunyai berbagai
macam reflek antara lain :
1) Reflek menggenggam dilakukan dengan cara medekatkan jari
pemeriksa ketelapak tangan bayi apakah bayi berusaha
menggenggam atau tidak
2) Reflek rooting dilakukan apabila kita memberikan sentuhan ke
pipi bayi apakah bayi akan mencari setuhan atau tidak
3) Reflek moro/terkejut merupakan gerak terkejut bayi yang
dilakukan dengan cara memberikan sentuhan dengan jari maupun
tangan secara tiba-tiba.
4) Reflek suckin/menghisap untuk mengetahui apakah bayi berusaha
menghisap dengan cara memasukkan puting/ dot kedalam mulut
bayi
5) Reflek slowing untuk mengetahui apakah bayi bisa menelan ASI
yang diberikan atau tidak
6) Reflek glabella merupakan kedipan maa dan pengerutan pada
kering bayi pada saat bayi disentuh pada daerah os glabella
dengan jari tangan pemeriksa
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
83
7) Reflek gland merupakan upaya mengangkat kedua paha bayi jika
lipatan paha kanan dan kiri disentuh oleh pemeriksa.
8) Tonick neck untuk mengetahui usaha bayi mengangkat kepalanya
jika bayi digendong.
f. Kunjungan bayi baru lahir
Menurut Kemenkes (2013) terdapat minimal 3 kali kunjungan ulang
bayi baru lahir :
1) Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
2) Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
2) Pad kunjungan 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
Asuhan yang diberikan adalah :
1) Melakukan pemeriksaan fisik
2) Memeriksa tanda bahaya, seperti : tidak mau minum atau
memuntahkan semua, kejang, bergerak jika dirangsang, napas
cepat (>60 kali/menit), napas lambat (< 30 kali/menit), tarikan
dinding dada ke dalam yang sangat kuat, merintih, teraba demam
(suhu ketiak >37,5oC), teraba dingin (suhu ketiak <36
oC), nanah
yang banayak dimata, pusar kemerahan meluas ke dinding perut,
diare, tampak kuning pada telapak tangan perdarahan.
3) Memeriksa tanda-tanda infeksi kulit superfisilal, seperti nanah
keluar dari umbilikus, adanya lebih dari 10 pustula di kulit,
pembengkakan, kemerahan dan pengerasan kulit.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
84
4) Apabila terdapat tanda bahaya atau infeksi , rujuk bayi ke fasilitas
kesehatan.
5) Memastikan ibu memberikan ASI Eksklusif
6) Meningkatkan kebersihan dan rawan kulit, mata, serta tali pusat
dengan baik.
7) Mengingatkan orang tua mengurus akte kelahiran bayinya
8) Mengingatkan bayi untuk mendapatkan imunisasi pada waktunya
9) Menjelaskan kepada orangtua untuk waspada terhadap tanda
bahaya pada bayinya.
g. Tanda bahaya pada bayi baru lahir
Menurut Vivian (2011) tanda bahaya pada bayi baru lahir adalah :
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit
b. Terlalu hangat (≥ 38oC)
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat, atau
memar
d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah dan mengantuk
kelebihan
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan
berdarah
f. Kejang
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
85
h. Penyulit pada neonatus
1) Asfiksia neonatus
Merupakan keadaan bayi yang tidak bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan
CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan yang lebih
lanjut. Faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya asfiksia seperti
gangguan sirkulasi menuju janin, gangguan aliran pada tali pusat
(lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban
telah pecah, kehamilan lewat waktu), gangguan his, plasenta previa
atau solusio plasenta (Manuaba, 2013). Salah satu cara dalam
penanganan asfiksia adalah dengan melakukan resusitasi bayi baru
lahir, penilaian sesuai APGAR score sehingga dapat diketahui
klasifikasi asfiksia diantaranya :
a) APGAR (0-3), asfiksia berat (asfiksia pallida)
b) APGAR (4-6), asfiksia ringan-sedang (asfiksia livida)
c) APGAR (7-10), bayi sehat (normal) (Manuaba, 2013).
2) Kelainan kongenital
Kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan.
Kelaianan kongenital penyebab terjadinya keguguran, lahir
mati/kematian setelah persalinan pada minggu pertama. Penyebab
kelainan kongenital adalah kelainan genetik dan kromosom, faktor
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
86
mekanisme, infeksi, pengaruh pada saat pembentukkan organ, faktor
usia, faktor gizi, dan kelainan hormon (Manuaba, 2013).
3) Infeksi neonatorum
Penyakit infeksi ini dapat terjadi melalui infeksi antenatal, infeksi
intranatal dan infeksi postnatal (Manuaba, 2013).
4) Sepsis neonatorum
Gejala sepsis neonatorum adalah malas minum, bayi tertidur,
tampak gelisah, pernafasan cepat, berat badan cepat turun, terjadi
diare dengan segala manifestasinya, panas badan bervariasi,
pergerakan makin menurun, pada pemeriksaan mungkin dijumpai
bayi berwarna kuning, pembesaran hati dan limpa, purpura dan
kejang-kejang (Manuaba, 2013).
5) Diare
Kuman yang sering menyebabkan diare adalah escherichia coli
yang mempunyai sifat patogen dalam tubuh manusia. Gejala
klinisnya adalah feses jumlah banyak, cair, berwarna hijau dan
berbau khas.
6) Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum menyebabkan kerusakan pada pusat motorik,
jaringan otak, pusat pernafasan, dan jantung. Masa inkubasinya
sekitar 3-10 hari. Gambaran klinis tetanus neonatorum adalah kejang-
kejang sampai pada otot pernafasan, leher kaku diikuti spasme
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
87
umum, dinding abdomen keras, mulut muncucu seperti ikan
(Manuaba, 2013).
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
Varney (2007) menjelaskan proses menejemen terdiri dari 7 langkah
yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Adapun langkahnya yaitu :
1. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan
untuk mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan
antara lain keluhan klien, riwayat kesehatan klien, pemeriksaan klien
secara lengkap sesuai dengan kebutuhan, meninjau catatan terbaru atau
catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium.
2. Langkah 2 : interpretasi data dasar
Menginterpretasikan semua data dasar yang telah dikumpulkan
sehingga ditemukan diagnosa atau masalah.
3. Langkah 3 : Indentifikasi diagnosa/masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian diagnosa dan masalah yang sudah terindentifikasi.
4. Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
88
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk ditangani atau dikonsultasikan bersam dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Langkah 5 : Perencanaan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah terindentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga
dari apa yang akan diperkirakan terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan
konseling dan apakah perlu merujuk klien.
6. Langkah 6 : Pelaksaan
Melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke
lima secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan
atau anggota kesehatan yang lain.
7. Langkah 7 : Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan dan
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif.
C. Aspek Hukum Kebidanan
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/Kes/Per/X/2010 tentang ijin dan penyelenggarakan praktek bidan
2. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor
938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang standar asuhan kebidanan.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
89
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat
kebidanan. Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan, perencanaan, implementasi evaluasi dan pencatatan
asuhan kebidanan.
3. Standar Kompetensi Bidan
a. Kompetensi 1
Bidan memiliki persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari
ilmu sosial, kesmas dan etika yang membentuk dasar dari asuhan
yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita bayi baru
lahir serta keluarganya.
2) Kompetensi 2
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tingi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya, dan pelayanan menyeluruh
dimasyarakat dalam rangka meningkatkan kehidupan keluarga yang
sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua.
3) Kompetensi 3
Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi
dini, pengobatan atau rujukan untuk komplikasi tertentu.
4) Kompetensi 4
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
90
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin persalinan yang
bersih & aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan ibu & bayi baru lahir.
5) Kompetensi 5
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi pada ibu nifas &
dan menyusui & tanggap terhadap budaya setempat.
6) Kompetensi 6
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi & koprehensif
pada bayi baru lahir sehat sampai dengan usia satu bulan.
7) Kompetensi 7
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif
pada bayi & balita sehat sampai usia 2 bulan – 5 tahun.
8) Kompetensi 8
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi & komprehensif
pada keluarga, kelompok, serta masyarakat sesuai dengan budaya
setempat.
9) Kompetensi 9
Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan
gangguan reproduksi.
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan..., RIZKY AMELIA, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018