bab ii tinjauan teori dan studi pustaka a. penelitian...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satu yaitu ketimpangan distribusi pendapatan, sebagaimana di jelaskan di dalam
penelitian Sukmawardhana, dkk (2013), Penelitian ini bertujuan Menganalisis
distribusi pendapatan rumah tangga nelayan gill net desa asinan kecamatan bawan
Kabupaten semarang, dan menganalisis tingkat kesejahteraan menurut badan
pusat statistic (BPS) dan nilai tukar pada rumah tangga nelayan gill net Desa
Asinan kecamatan Bawean Kabupaten Semarang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode studi kasus dengan analisis deskriptif. Berdasarkan
pengamatan dijelaskan bahwa terdapat ketimpangan distribusi pendapatan sedang
antar nelayan Gill Net desa asinan dengan koefisien gini 0,38. Dan tidak ada
perbedaan hasil akhir tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
dan Nilai Tukar Nelayan (NTT), nelayan Gill Net desa Asinan memiliki tingkat
kesejahteraan tinggi berdasarkan hasil skoring indikator BPS dan NTT.
Pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kesejahteraan juga di
teliti oleh Sari, dkk (2014), tujuan dari penelitiannya adalah mendapatkan
informasi tentang tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani jagung di
kecamatan Natar. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif. Di dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pendapatan rumah
tangga petani jagung bersumber dari pendapatan usaha tani jagung dan non jagung
(on farm) ,dari luar kegiatan usaha tani (off farm), dan aktifitas diluar kegiatan
7
pertanian (non farm). Pendapatan petani yang berasal dari On farm memberikan
kontribusi lebih besar (86,85 persen) dibandingkan dengan pendapatan yang berasal
dari kegiatan lainnya (off farm dan non farm).berdasarkan kriteria sajogyo
(1997),petani jagung di kabupaten Natar sebagian besar berada dalam kategori cukup
yaitu sebesar 60,78 persen. Sedangkan berdasarkan kriteria BPS (2007) rumah tangga
di kabupaten Natar dalam kategori sejahtera yaitu sebesar 70,59 persen.
Upaya peningkatan tingkat kesejahteraan akibat ketimpangan distribusi
pendapatan menjadi sangat penting salah satunya yaitu dengan melakukan migrasi
sebagaimana dijelaskan dalam penelitian Purnomo (2009) , tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis bagaimana kondisi tenaga kerja di daerah Kabupaten Wonogiri.
Metode yang digunakan adalah metode survey lapangan. Berdasarkan pengamatan
dijelaskan bahwa mobilitas penduduk Wonogiri meningkat tiap tahunnya, hal ini
berdampak meningkatnya sarana transportasi di Kota Wonogiri sehingga menjadi
penghubung antara masyarakat desa dan masyarakat kota. Dimana penduduk Wonogiri
berharap dapat meningkatkan kesejahteraannya.
B. Landasan Teori
1. Karakteristik Sosial Demografi Masyarakat Pedesaan
Menurut hasil penelitian Thomas dan Worral (2002) mereka meneliti tiga
desa di Purakkad (India), Basarwa (Botswana), dan Cordillera (Philipina) guna
menunjukkan hubungan sosial dan pola resiproka.ketiga desa tersebut relatif
tertutup, terisolasi, kohesif,berada dalam batas ambang subsistensi dan bercirikan
perekonomian agraris.
8
Bentuk- bentuk pinjaman antar warga digunakan untuk memenuhi
konsumsi dan terdapat asuransi informal guna menghadapi cuaca buruk atau
paceklik. Tetapi tidak ada sistem penjaminan pengembalian. Di masyarakat desa
terdapat pemahaman bahwa pelunasan hutang harus ditunda atau tidak dilunasi
jika tidak memungkinkan untuk membayar.
Warga desa terikat dengan struktur pedesaan, struktur jaringan personal,
dan berbagai jenis perjanjian- perjanjian kredit yang tidak dilaksanakan. Jadi,
pinjaman dan pemberian dapat dipandang sebagai sebuah alternatif pasar dalam
mengalokasikan sumber daya, tindakan parsial, dan subsistensi yang tidak
sempurna bagi absennya atau hilangnya instiusi pasar.
Resiko bagi masyarakat pedesaan adalah fakta kehidupan paling menonjol
meliputi resiko tanaman rusak karena cuaca buruk atau serangan hama/ penyakit,
resiko kehilangan binatang ternak atau resiko kehilangan sakit.
James scott dalam bukunya yang berjudul The moral of economy peasant,
mengutip pendapat Tawney yang mengatakan bahwa kondisi masyarakat desa
ibarat seorang yang kebanjiran hingga batas leher, sehingga ombak sekecil apapun
dapat menenggelamkannya.
Setiap warga desa mempunyai asuransi terhadap risiko krisis subsistensi,
jaminan subsistensi tersebut merupakan perwujudan dari control sosial informal
dan norma resiprositas.
Scott mengidentifikasikan beberapa faktor yang mempersulit subsistensi
petani yaitu ketidakstabilan yang bersumber dari petani, perlindungan desa yang
semakin lemah, hilangnya sumber daya subsistensi sekunder seperti hasil-hasil
9
kerajinan, buruknya hubungan-hubungan kelas agraris, serta perilaku negara
colonial semakin ekstensif dan intensif dalam memungut pajak ( Haryanto,
2011:84).
2. Definisi Kesejahteraan
Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana
seseorang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berinteraksi dengan
lingkungannya secara baik. Dalam pekerjaan sosial tingkatan kesejahteraan sosial
dibagi menjadi sebagai berikut :
1. Social Security
2. Social Well Being
3. Ideal Status of Social Welfare (Fahrudin,2012:9).
Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan –
pelayanan sosial dan institusi – institusi yang dirancang untuk membantu
individu-individu dan kelompok – kelompok guna mencapai standar hidup dan
kesehatan yang memadai dan relasi – relasi personal dan sosial sehingga
memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan
sepenuhnya selaras dengan kebutuhan – kebutuhan keluarga dan masyarakatnya
(Friedlander,1980) dalam (Fahrudin, 2012:9).
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menjelaskan bahwa Kesejahteraan
sosial merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu
penyesuaian timbal balik antara individu – individu dengan lingkungan sosial
mereka.
10
Menurut UUD No 11 tahun 2009 menjelaskan bahwa kesejahteraan adalah
kondisi terpenuhinya kebutuhan material,spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Penyelenggara sosial adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan
yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk
pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara yang meliputi
rehabilitas sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
Undang-Undang no 16 Tahun 1994 dalam supriatna (2000) tentang
ketentuan pokok kesejahteraan sosial menyatakan bahwa kesejahteraan sosial
merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun
spiritual, rekreasi yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman
lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial sebaik-baiknya bagi
diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta
kewajiban manusia sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.
Shinta (2008) menjelaskan bahwa pendapatan merupakan faktor yang
menentukan kuantitas dan kualitas komoditi yang akan dikonsumsi. Pendapatan
menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (Perumahan, pendidikan,
kesehatan dan lain-lain). Pendapatan keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil
pekerjaannya. Tingkat pendapatan keluarga akan menentukan jenis pangan yang
akan dibeli. Keluarga yang miskin cenderung membelanjakan uangnya untuk
membeli bahan pangan pokok. Semakin sejahtera suatu keluarga maka presentase
pengeluaran untuk pangan pokok akan semakin kecil.
11
Suwarno (2013:67) juga menjelaskan bahwa Kesejahteraan dalam konsep
modern dapat didefinisikan sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi
kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air
minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki
pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga
memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap
sesama warga lainnya.
Batasan kesejahteraan masih banyak diperdebatkan, terlalu banyak batas-
batas kesejahteraan yang telah dikemukanan para ahli namun secara umum
kesejahteraan dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam
memenuhi kebutuhan primernya (basic needs) berupa sandang, pangan, papan,
pendidikan,dan kesehatan.
Definisi kesejahteraan juga dapat dijelaskan bahwa tingkat aksibilitas
seseorang dalam kepemilikan faktor-faktor produksi yang dapat ia manfaatkan
dalam suatu proses produksi dan ia memperoleh imbalan bayaran (compensations)
dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. semakin tinggi seorang mampu
meningkatkan pemakaian faktor produksi yang ia kuasai maka semakin tinggi
tingkat kesejahteraan yang dicapai. Demikian pula sebaliknya orang menjadi
miskin karena ia tidak memiliki akses yang luas dalam menggunakan faktor
produksi walaupun faktor produksi tersebut adalah dirinya sendiri. Kemiskinan
dan kesejahteraan ibarat dua sisi mata uang yang tidakdapat dipisah dimnapun
diletakkan. Dr Lukman Soestrisno Sosiolog UMG mengatakan, “ dalam
pandangan agrarian populist, negara menjadi penyebab utama kemiskinan,
12
sedangkan berdasarkan pandangan masalah budaya dimana orang menjadi miskin
karena mereka tidak memiliki etos kerja yang tinggi, jiwa wiraswasta, dan
rendahnya pendidikan” (“Prisma” No.10/1995).
3. Tujuan Kesejahteraan
Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar
kehidupan pokok seperti sandang,perumahan, pangan,kesehatan,dan relasi –
relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat
di lingkungannya ,misalnya dengan menggali sumber – sumber,
meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan
(Fahrudin,2012:10).
Tujuan dari sistem kesejahteraan sosial yang sampai tingkat tertentu tercermin
dalam semua program kesejahteraan sosial,yaitu pemeliharaan sistem,pengawasan
sistem, dan perubahan sistem (Schneiderman, 1972) dalam (Fahrudin,2012:10).
4. Fungsi Kesejahteraan
Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau
mengurangi tekanan- tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan- perubahan sosial
ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi- konsekuensi sosial yang negatif akibat
pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat (Friedlander & Apte,1982) dalam (Fahrudin,2012:12)
13
5. Konsep Kesejahteraan
Nasikun (1993) berpendapat bahwa konsep kesejahteraan dapat di
rumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat
dilihat dari empat indikator yaitu :
1. Rasa Aman
2. Kesejahteraan
3. Kebebasan
4. Jati diri
Lukes dalam Supriatna (2000) mengungkapkan konsep kesejahteraan sosial yang
meliputi beberapa aspek, yaitu :
1. Martabat manusia yang menyangkut penerimaan serta penghargaan sebagai
manusia
2. Otonomi yang menyangkut hak dan kewajiban individu untuk mengambil
keputusan bagi dirinya sendiri
3. Privasi yaitu yang menyangkut kebebasan pribadi
Secara ringkas, kesejahteraan/Welfare adalah alokasi sumberdaya (resources)
secara efisien sehingga tercapai tingkat kecukupan berkonsumsi yang ditandai dengan
maximum utility. Dalam analisa kesejahteraan, umumnya berlaku asumsi-asumsi :
1. Setiap individu merupakan hakim terbaik bagi dirinya namun dalambeberapa
kasus, terutama kasus anak-anak,asumsi inisering menuai kritikan.
2. Jika seseorang lebih menyukai “a”daripada “b”, maka diartikan bahwa ia
lebih sejahtera memiliki “a” daripada memiliki “b”.
3. Setiap individu bertindak sesuai dengan preferensinya sendiri.
14
Kesejahteraan inti terdiri dari kebutuhan dasar yang bersifat material
(kebendaan) maupun bukan material, yang mencakup aspek gizi dan kesehatan,
pengetahuan, dan kekayaan materi.dalam lingkungan pendukung (konteks) adalah
lingkungan kehidupan yang mempengaruhi kesejahteraan inti. Misalnya ada dua
anak dengan usiadan tingkat kecerdasan yang sama tetapi tinggal terpisah pada
lingkungan yang berbeda(misalnya di dua daerah yang berbeda). Salah satu anak
tersebut tinggal di daerah dengan lingkungan alam yang sehat, sumber daya alam
yangterjangkau serta dikelola secara lestari, dan pemerintah memberikan
dukungan bagi perkembangan anak ini sampai dewasa yaitu dengan menyediakan
pendidikan berkualitas tinggi yang terjangkau oleh seluruh warga.
Dilin pihak, anak yang lain tinggal didaerah dengan kondidi bertolak
belakang : lingkungan alam yang rusak parah, sungai dan sumber air yang
tercemar, sumber daya alam yang sedikit,serta pelayanan pendidikan yang sangat
rendah. Dengan demikian, dalam 25 tahun kedepan dapat dipastikan kedua anak
tersebut akan mengalami perkembangan yang jauh berbeda (Swarno, 2013:77).
6. Modal manusia (Human Capital)
Konsep modal manusia di kembangkan pertama kali pada tahun 1960
olehTheodore Shuttz (1950, 1961, 1963,1964,1971) dan Arthur Lewis dan
dikembangkan lebih lanjut oleh Garry Becker dari tahun 1980 dan 1990-an.
Gagasan utama dari konsep modal manusia adalah meskipun manusia memiliki
modal berwujud seperti rekening bank dan saham,mereka juga memerlukan
pengetahuan, keterampilan dan kualitas yang juga dapat dianggap modal. Menurut
15
Becker (1975) dalam Suwarno 2013 hal tersebut merupakan usaha bermanfaat
untuk berinvestasi dalam modal manusia. Seperti yang dikatakan para “ekonom”
menganggap pengeluaran untuk pendidikan, pelatihan, perawatan medis, dan
sebagainya sebagai investasi di bidang modal manusia.
Nilai tukar manusia melalui pendapatan relatif orang dengan berbagai latar
belakang pendidikan dan sampai pada kesimpulan bahwa pendidikan tinggi
meningkatkan pendapatan, bahkan ketika dihitung dengan biaya langsung dan
biaya tidak langsung. Diantara biaya tidak langsung adalah waktu yang
dihabiskan untuk belajar, bukan untuk bekerja, merupakan biaya yang lebih besar
dibandingkan biaya kuliah sebenarnya. Terlepas dari fakta ini, pendidikan tetap
menjadi investasi yang layak di perhitungkan kata Becker (1975).
Badan Statistik resmi pendapatan yang berkaitan dengan pendidikan di
Kanada menunjukkan hampir satu –dekade terjadi hubungan positif antara
pendapatan dan tingkat pendidikan. Semakin tinggi gelar pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dan sebaliknya. Pendapat Becker
(1975) terbukti bahwa fakta kehidupan ekonomi pendidikan yang lebih tinggi
meningkatkan produktivitas dan oleh sebab itu pendapatan akan meningkat.
Dalam bentuk model proses produksi pembentukan manusia adalah sebagai
berikut :
16
Gambar 2.1. Proses Produksi Pembentukan Human Capital
Pidato Theodore Schultz pada tahun 1960 dalam (Suwarno, 2013) yang
berjudul “Investment in human capital” di hadapan The American Economic
Association dan sekaligus sebagai peletak dasar teori human capital modern.
Pesan pidato tersebut sederhana bahwa proses pengelolaan pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi
semata-mata, akan tetapi juga merupakan suatu investasi.
Sesuai dengan pemikiran para pakar “ Human Capital Theory” seperti
Becker, Mincer, dan Schultz dalam (Anwar,1997), bahwa para ekonom
mendapatkan konsep bahwa upaya meningkatkan pendidikan dan latihan
merupakan karakteristik dari investasi kepada modal sumberdaya manusia. Jika
individu memilih untuk menempuh program pendidikan dan latihan maka dia
menghadapi biaya yang hilang (Opportunity cost) untuk memperoleh pendapatan
dari bekerja selama masa pendidikan dan latihan berlangsung. Tetapi dalam masa
Resource/ Input
Resource/ Input
Earning / Output
Citizenship Proses
Production Proses
Outcomes Educational Training
17
yang sama sebagai akibat dari hasil pendidikan, maka produktivitas akan
meningkat setelah pendidikannya berakhir dan kemungkinan dapat memperoleh
pendapatan yang lebih baik pada masa yang akan datang.
Menurut England dalam (Sayuti, 1995), ada tiga aktivitas yang dapat dilakukan
individu-individu yang mungkin meningkatkan kualitas keahliannya, yaitu :
1) Pengetahuan dari pendidikan formal,
2) Memperbaiki keahlian atau keterampilan melalui pengalaman kerja,
3) Melalui pelatihan khusus yang direncanakan untuk meningkatkan
produktivitas pekerja, khususnya dalam industri dan jasa.
Berdasarkan beberapa definisi modal manusia yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan bahwa modal manusia (human capital) adalah suatu asset yang
berhubungan dengan intelektualitas dan kondisi seseorang yang diperoleh melalui
pendidikan formal dan non formal yang didukung oleh kesehatan jasmani dan
rohani yang prima dan kemampuan melakukan hubungan atau interaksi antar
sesama secara baik, menguntungkan dan berkelanjutan. Dalam bentuk bagan
model human capital dapat digambarkan sebagai berikut.
18
Gambar 2.2. Teori Model Dasar Hubungan antara Investasi Pendidikan Tinggi, Human Capital, Produktivitas dan Pertumbuhan Ekonomi (Becker 1993)
7. Dimensi Kesmiskinan
Terdapat dua persepektif untuk melakukan pendekatan terhadap kemiskinan
menurut Sunyoto usman (2004) dalam Setiawan (2007) yaitu perspektif kultural dan
perspektif strruktural. Perspektif kultural terdapat tiga analisis yaitu individu, keluarga,
masyarakat. Sedangkan perspektif struktural dampak dari kebijakan ekonomi yang
mengutamakan padat modal dan teknologi modern.
Struktural ekonomi secara sosiologis dapat ditelusuri dengan “Instutional
Arragement” yang diyakini dan berkembang di masyarakat bahwa kemiskinan bukan
hanya berasal atas kelemahan diri tetapi juga konsekuensi dari pilihan strategi
pembangunan serta posisi pemerintah dan perencanaan implementasi kebijakan
ekonomi.
Human Capital
Income Inequality
Produktivity
Economic Growth
Produktivity
On the job training
Education
Technological Change
Physical capital
Other Factors
Private Investment
Public Investment
19
Kemiskinan terdiri dari dua jenis yaitu kemiskinan sujektif dan
kemiskinan objektif, kemiskinan subjektif tidak ada hubungannya dengan
kepemilikan harta maupun kemampuan mengeluarkanuang untuk memenuhi
kebutuhan. Kemiskinan subjektif berhubungan dengan perasaan, seseorang
dikatakan miskin jika ia merasa miskin dan dikatakan kaya jika ia merasa kaya.
Sedangkan kemiskinan objektif yaitu berhubungan dengan gejala sosial yang
terlihat nyata, seseorang dikatakan miskin karena memang cara pandang
mayoritas orang ia tidak berpunya, kemiskinan objektif dapat dianalisis
(Rosyidi,2005).
8. Distribusi Pendapatan
Salah satu cerminan kemiskinan dan kesejahteraan adalah distribusi
pendapatan.Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu;
distribusi ukuran, adalah besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima
masing-masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-
faktor produksi (Todaro, 2000).
Di dalam perekonomian yang menunjukkan bahwa pendapatan terutama
diterima dari penjualan sumber-sumber produksi atau penjualan jasa-jasa sumber
produksi itu , ditemukan dua faktor yang membawa kesenjangan yaitu :
1. Perbedaan penilaian keahlian dan bakat seseorang
2. Perbedaan jumlah pendapatan yang menciptakan milik dikuasai setiap orang
(Komaruddin,1992:88)
20
Untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan atau mengetahui
apakah distribusi pendapatan timpang atau tidak, dapat digunakan kategorisasi
dalam kurva Lorenz atau menggunakan koefisien Gini.
9. Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di
kalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur
sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan
nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk.
Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva
Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi
pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin
jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang
semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata
(Lincolin Arsyad,1997).
Jumlah penerimaan pendapatan dinyatakan pada sumbu horizontal, tidak
dalam arti absolut melainkan dalam persentase komulatif. Garis diagonal dalam
Kurva Lorenz malambangkan pemerataan sempurna (perfect equality) dalam
distribusi antar kelompok pendapatan masing-masing persentase kelompok
penerima pendapatan menerima persentase pendapatan total yang sama besarnya,
contohnya 40% kelompok terbawah menerima 40% dari pendapatan total,
sedangkan 5% kelompok teratas hanya menerima 5% dari pendapatan total
(Todaro dan Smith,2004:223).
21
Gambar 2.3. Kurva Lorenz
10. Koefisien Gini
Pendapat atau ukuran berdasarkan koefisien Gini atau Gini ratio
dikemukakan oleh C.GINI yang melihat adanya hubungan antara jumlah
pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu dengan total
pendapatan. Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan
mempunyai selang nilai antara 0 sampai dengan 1. Bila Gini Ratio mendekati nol
menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati
satu menunjukkan ketimpangan yang tinggi.
Koefisien gini juga dapat dihitung dengan mengunakan matematik. Rumus
koefisien gini sebagai berikut (Arsyad, 1999:232).
∑(( (
Keterangan :
KG = Angka Koefisien Gini
Xi = Proporsi jumlah rumah tangga kumulatif dalam kelas i
22
Yi = Proporsi jumlah pendapatan rumah RT kumulatif dalam kelas i
Kelas i = Jika dibagi lima kelas : 20 % termiskin, 20% kedua, 20% ketiga,
20% keempat, 20% terkaya.
Menurut Kamaluddin (1998) Pengukuran Koefisien Gini dapat di ukur
dengan garis diagonal dibagi dengan luas setengah kurva Lorenz yaitu :
Koefisien Gini merupakan ukuran ketimpangan agregat yang angkanya
berkisar antara nol (pemerataan sempurna), hingga satu (ketimpangan sempurna).
Pada prateknya menurut World Bank Koefisien Gini untuk negara - negara yang
derajat ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70, ketimpangan
sedang berkisar antara 0,36 hingga 0,49 sedangkan untuk negara-negara yang
distribusi pendapatannya relatif merata angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35
(Todaro dan Smith, 2004:226).
Sedangkan menurut M.Ahluwaliya, ketimpangan pendapatan yang tinggi
terjadi apabila koefisien Gini >0,50, ketimpangan sedang terjadi apabila koefisien
Gini sebesar 0,40-0,50 dan ketimpangan rendah terjadi apabila nilai ketimpangan
< 0,40 (Kamaluddin,1998:44)
11. Kesejahteraan Ekonomi
Kesejahteraan ekonomi adalah kegiatan-kegiatan terorganisasi dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi ekonomi melalui pemberian bantuan
kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, standar-standar
kehidupan (Kuncoro, 2004:29). Ekonomi adalah keadaan yang disebabkan oleh
23
adanya suatu tindakan atau usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup
yang sifatnya tidak terbatas jumlahnya (Linasari, 2009:20). Dalam lingkup dunia
ekonomi dan kehidupan sosial, kehidupan rumah tangga atau suatu keluarga
merupakan slah satu pelaku ekonomi yang berperan penting dalam pembangunan
nasional.dalam hal ini pembangunan nasional merupakan upaya yang
dilaksanakan oleh komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Pembangunan akan berhasil dengan efektif apabila disatu pihak ada fasilitas
kemudahan-kemudahan dan sistem partisipasi aktif seluruh masyarakat. Jika
pemerintah dan masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan
ekonomi, diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dalam kehidupan
masyarakat.
Ekonomi kesejahteraan juga dapat diartikan cabang ilmu ekonomi yang
menggunakan teknik mikro untuk menentukan secara serempak efisiensi alokasi
dari ekonomi makro dan akibat distribusi pendapatan yang berhubungan dengan
itu (O’Connel,1982). Ekonomi kesejahteraan adalah kerangka kerja yang
digunakan oleh sebagian besar ekonomi publik untuk mengevaluasi penghasilan
yang diinginkan masyarakat (Rosen,2005:99). Ekonomi kesejahteraan
menyediakan dasar untuk menilai prestasi pasar dan pembuat kebijakan dalam
alokasi sumberdaya (Basley, 2002). Definisi tersebut merupakan seperangkat
alokasi nilai guna (utility) yang dapat dicapai dalam suatu subjek masyarakat
terhadap kendala dari citarasa teknolog
24
Ekonomi kesejahteraan mencoba untuk memaksimalkan tingkatan dari
kesejahteraan sosial dengan pengujian kegiatan ekonomi dari individu yang ada
dalam masyarakat. Kesejahteraan ekonomi mempunyai kaitan dengan
kesejahteraan individu, sebagai lawan kelompok, komunitas atau masyarakat
sebab ekonomi kesejahteraan berasumsi bahwa individu merupakan hakim terbaik
bagi kesejahteraan mereka sendiri, yaitu orang-orang akan menyukai
kesejahteraan lebih besar daripada kesejahteraan lebih kecil, dan kesejahteraan itu
dapat diukur baik dalam terminology yang moneter atau sebagai suatu preferensi
yang relative.
12. Indikator Tingkat Kesejahteraan
Indikator tingkat kesejahteraan merupakan gambaran mengenai taraf
kesejahteraan rakyat Indonesia antar waktu,perkembangan antar waktu serta
perbandingannya antar propinsi dan daerah tempat tinggal (Perkotaan dan
pedesaan). Dimensi kesejahteraan rakyat sangat luas sehingga perlu adanya aspek
yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan.
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 menjelaskan untuk mengukur
tingkat kesejahteraan rumah tangga, ada beberapa indikator yaitu:
1. Pendapatan
Menurut Mosher (1987) dalam Sari (2014), hal yang paling penting dari
kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan
rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan
dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang
25
berpendapatan rendah. Semakin tinggi besarnya pendapatan rumah tangga
maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan
kata lain,apabila terjadi peningkatan pendapatan dan peningkatan tersebut
tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera.
Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah
pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.
2. Pengeluaran
Tingkat kesejahteraan juga dilihat dari presentase pengeluaran. Menurut
Badan Pusat Statistik (2014) pengeluaran rumah tangga dibesakan dalam
kelompok makanan dan non makanan. Perubahan pendapatan seseorang
berpengaruh terhadap pergeseran pola pengeluaran. Semakin tinggi
pendapatan, cenderung semakin tinggi pengeluaran untuk non makanan.
Pergeseran pola makanan terjadi karena elastisitas permintaan pada makanan
umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan pada barang non
makanan umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat umumnya pada
penduduk yang tingkat konsumsi makanan sudah mencapai titik jenuh,
sehingga peningkatan pendapatan akan dignakan untuk memenuhi kebutuhan
non makanan atau saving.
3. Kesehatan
Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang
dapat dilihat derajat kesehatan penduduk dengan mencatat keadaan kesehatan
masyarakat selama satu bulan terakhir, yaitu dengan menanyakan apakah ada
keluhan kesehatan atau tidak.
26
4. Pendidikan
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari keahlian / keterampilan atau
ilmu yang dimiliki yang dapat digambarkan dari tingkat pendidikan yang
ditamatkan. Seseorang yang menamatkan pendidikan hingga jenjang
pendidikan yang tinggi dapat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
luas serta keahlian yang tinggi. Dengan semakin meningkatnya keterampilan
dan keahlian akan semakin mudah mendapatkan kesempatan kerja.indikator
pendidikan yang ditetapkan juga dapat mengukur keberhasilan program
pemerintah wajib belajar 9 tahun.
5. Pola konsumsi / Gizi
Tingkat kecukupan gizi yang mencakup konsumsi kalori dan protein
merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kesejahteraan penduduk. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI
no 75 tahun 2013( Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi XI tahun 2012).
Rata-rata kecukupan energi protein bagi penduduk Indonesia masing-masing
sebesar 2150 kkal dan 57 gram protein.
6. Perumahan
Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indkator kesejahteraan bagi
pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki,dapat diasumsikan semakin
sejahtera rumah tangga yang menempati rumah tersebut.berbagai fasilitas
yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat
dilihta dari luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas buang air besar
rumah tangga dan tempat penampungan kotoran akhir.
27
Menurut Badan kesehatan Dunia (WHO) salah satu kriteria rumah sehat
adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m2.
Sedangkan menurut ketentuan rumah sedehana sehat (Rs Sehat) keputusan
menteri pemukiman dan Prasarana Wilayah adalah kebutuhan ruang perorang
dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia didalam rumah. Aktivitas
seseoran tersebut meliputi aktivitas tidur, bekerja, makan, duduk, kakus, cuci
dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian,kebutuhan ruang per
orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit
adalah 2.80 m.
7. Program Kemiskinan
Kemiskinan menjadi indikator kesejahteraan karena kemiskinan merupakan
ketidakmampuan seseorang dalam memuhi kebutuhan hidupnya, semakin
baik seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maka semakin jauh
penduduk tersebut dari batas kemiskinan. Program kemiskinan dapat dilihat
dari pemanfaatan masyarakat terhadap program pengentasan kemiskinan baik
pemerintah seperti program bantuan beras miskin dan non pemerintah seperti
kemudahan menerima kredit bank.
8. Sosial lainnya
Pada umumnya semakin banyak seseorang memanfaatkan waktu luang untuk
melakukan kegiatan maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki
tingkat kesejahteraan yang semakin meningkat. Pembahasan mengenai sosial
difokuskan terhadap kegiatan sosial seperti organisasi yang diikuti oleh
penduduk.
28
Menurut Wikipedia, sejahtera menunjuk ke keadaan yang lebih baik,
kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan
sehat atau damai. Menurut Wikipedia pula, dalam kebijakan sosial, kesejahteraan
sosial merujuk kejangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya. Untuk mencapai kesejahteraan kita perlu memperhatikan indikator
tersebut. adapun indikator kesejahteraan adalah sebagai berikut.
Pertama. Jumlah pemerataan pendapatan. Hal ini berkaitan dengan
pendapatan ekonomi. Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi
usaha, dan faktor ekonomi lainnya. Tanda- tanda belum sejahteranya suatu
masyarakat adalah jumlah pemerataan pendapatan yang mereka terima.
Kesempatan kerja dan kesempatan usaha diperlukan agar mampu memutar roda
perekonomian masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Kedua, pendidikan yang mudah dijangkau.pengertian mudah disini
meliputi jarak dan biaya yang harus dibayarkan, dengan pendidikan yang mudah
di akses dan biaya yang murah dapat mendorong motivasi masyarakat untuk
mengenyam pendidikan yang tinggi. Pendidikan yang tinggi berpengaruh terhadap
lapangan pekerjaan sehingga tidak lagi berbasis otot tetapi berbasis otak.
Pendidikan harus dibangun banyak dan merata sehingga pendidikan tidak hanya
untuk orang-orang yang ekonomi mampu dan cerdas tetapi untuk setiap kalangan
yang diharuskan mendapat pendidikan tinggi. Dengan demikian dapat
meningkatkan angka melek huruf, karena masyarakat mampu menjangkau
pendidikan dengan mudah dan murah. Kesejahteraan manusia dapat dilihat dari
kemampuan mengakses pendidikan, serta mampu menggunakan pendidikan itu
untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya.
29
Ketiga, kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Kesehatan
merupakan faktor dari memperoleh pendapatan dan pendidikan. Masyarakat yang
sehat mampu dengan mudah memperoleh pendapatan dan pendidikan
dibandingkan masyarakat yang sakit. Pemerintah harus memberikan pelayanan
kesehatan yang baik, mudah di jangkau dan murah bagi masyarakat. Sebakin
banyak masyarakat disuatu daerah yang mengalami keluhan kesehatan maka
semakin rendah tingkat kesejahteraan daerah tersebut.
Menurut Sen, (2002:8) kesejahteraan ekonomi merupakan suatu proses
rasional kearah melepaskan masyarakat dari hambatan untuk memperoleh
kemajuan. Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat
kehidupan, pemenuhan kebutuhan pokok,kualitas hidup, dan pembangunan
manusia.
Nicholson (1992:177),mengemukakan prinsipnya mengenai kesejahteraan
sosial, yaitu keadaan kesejahteraan sosial maksimum tercapai apabila tidak ada
seorangpun yang dirugikan. Sementara itu menurut Bornstein dalam Swasono,
mengajukan “ Performance Kriteria”untuk kesejahteraan sosial dengan batasan-
batasan yang meliputi output, growth, efficiency, stability, security, inequality,
dan freedom, yang harus dikaitkan dengan suatu social reference
(Swasono,2004,b:23). Sedangkan Etzioni,A.(1999:15), mengatakan bahwa
privacy orang-perorangan adalah suatu Mandated Privacy dari masyarakat, dalam
arti privacy terikat oleh kaidah sosial. Dengan demikian kedudukan individu
adalah sebagai masyarakat sosial yang harus ditonjolkan untuk mencapai
kesejahteraan.
30
Kita semua sepakat bahwa setiap orang menginginkan untuk meningkatkan
kesejahteraan, dari keadaan tertentu menuju kepada keadaan kesejahteraan yang lebih
tinggi. Kesejahteraan dapat didekati dari beberapa alat ukur,seperti pendapatan,
kesehatan, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.
a. Apabila kesejahteraan diukur berdasarkan pendapatan uang semua orang
tentu menginginkan tambahan uang.
b. Apabila kesejahteraan diindikasikan berdasarkan tingkat kesehatan, setiap
orang tentu menginginkan lebih sehat.
c. Apabila kesejahteraan diukur berddasarkan tingkat pendidikan, setiap orang
tentu menginginkan tambahan pengetahuan dan keterampilan.
Dalam ilmu ekonomi kesejahteraan (Welfare) adalah istilah umum, dan
biasanya dikaitkan dengan konsep interaksi.yaitu tindakan berhubungan diantara
satu orang dengan orang lainnya. Semua orang yang terlibat dalam interaksi
menginginkan tambahan Welfare. Sen (1998) dalam Swarno 2013 welfare sebagai
the sum-total of utilities.
13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
Kesejahteraan keluarga banyak di pengaruhi faktor internal dan eksternal.
Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi : pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan asset dan
tabungan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan adalah
kemudahan akses finansial, akses bantuan pemerintah, akses dalam kredit,dan
tempat tinggal.
31
a. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu indikator yang sering digunakan dalam
mengukur tingkat kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan
semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan. Selanjutnya, tingkat pendapatan
dipengaruhi oleh produktivitas. Peningkatan produktivitas berarti peningkatan
pendapatan perusahaan yang pada gilirannya akan menaikkan upah kerja karyaan.
Oleh karena itu,sering terdapat perbedaan tingkat produktifitas kerja.tingkat
produktivitas keja itu sendiri dipengaruhi oleh karakteristik individu dan faktor-
faktor lainnya diantaranya pendidikan, yang kemudian berpengaruh pada tingkat
upah atau pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang tinggi dapat menjadi
ukuran bahwa sejahtera telah dicapai namun pada sisi lain, pendapatan tersebut
hanyalah merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan itu
sendiri.
Menurut sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja,
pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan
tenaga kerja (Labour Income) , sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja
disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income) . Dalam
kenyataannya membedakan antar pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan
tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output
tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Untuk yang
bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan
pendapatan (Income approach, Bagi yang bekerja sebagai pedagang,
pendapatannya dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Untuk
32
yang bekerja sebagai petani, pendapatannya dihitung dengan pendapatan produksi
(Production Approach). Dengan demikian berdasarkan pendekatan diatas dalam
pendapatan pekerja telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya.
b. Usia
Faktor umur mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi tingkat
produktivitas seorang individu. Umur merupakan variabel demografi yang
penting. Umur mempunyai pengaruh kuat terhadap tingkah laku demografi dan
sosial ekonomi (Mantra, 1995). Tingkah laku sosial ekonomi termasuk juga upaya
seseorang di dalam meningkatka produktivitas kerja dan pendapatannya. Ananta,
dkk (1986) menyebutkan bahwa hubunganumurberbentuk parabolis.
Sementara itu Tirmizi (1991) menyebutkan tambahan usia pada mulanya
menaikkan penghasilan dan setelah melewati usia tertentu tambahan penghasilan
secara absolut menurun dengan meningkatnya usia.
Mazumar (1996) dalam studinya mengenai pekerja di Malaysia
menemukan bahwa penghasilan para pekerja yang berumur di bawah 25 tahun dan
diatas 50 tahun lebih rendah daripada penghasilan mereka yang berada dalam
kelompok usia 25-50. Namun demikian, Ananta, dkk(1986) lebih lanjut
menyebutkan apabila laki-laki dan wanita dianalisis secara terpisah hubungan
tersebut menjadi tidak jelas. Umur berasosiasi dengan pengalaman yang berkaitan
erat dengan upaya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Sukamdi (1990) menyebutkan asumsi bahwa semakin tua migran,semakin
banyak penghasilan yang diperolehnya, adalah posibel untuk mengatakan bahwa
ada hubungan positif antara umur dan pendapatan. Selanjutnya mereka
33
mengemukakan bahwa pada sektor industry pengolahan skala besar
dimungkinkan umur berkaitan dengan kemampuan fisik individu dalam
menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang monoton. Umur juga berkaitan dengan
proses pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan
bekerja.sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan upah
nominal yang diperoleh.
c. Pendidikan
Tyler mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan
produkivitas kerja seseorang, yang kemudian akan meningkatkan pendapatannya.
Peningkatan pendapatan ini berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara
yang bersangkutan,untuk kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf
hidup masyarakat berpendapatan rendah.
Hasil penelitian Sukamdi (1990) dan Tarmizi (1991) secara terpisah,
menemukan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan. semakin
Tinggi pendidikan, semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Namun hasil
penelitian Ananta, dkk (1986) menyebutkan bahwa justru rata-rata pendapatan
responden dengan pendidikan perguruan tinggi lebih rendah dibandingka dengan
rata-rata pendapatan responden dengan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas. Hal ini dimungkinkan adanya pengaruh faktor lain yang lebih dominan atau
kurangnya keterkaitan antara pekerjaan yang digeluti dan tingkat pendidikan,
maka tidak mustahil antara pendidikan dan pendapatan tidak ada hubungan yang
signifikan khususnya
34
14. Definisi Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk horizontal, atau sering pula disebut dengan mobilitas
penduduk geografis, adalah gerak (movement) penduduk yang melintas batas
wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu ( Mantra,
1978).
Menurut BPS, seorang disebut migran apabila orang tersebut bergerak
melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan lamanya tinggal di propinsi
tujuan adalah enam bulan atau lebih, atau dapat pula, seseorang disebut migran
walau berada di propinsi tujuan kurang dari enam bulan, tetapi orang tersebut
berniat tinggal menetap, atau tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.
15 Faktor Pendorong Mobilitas Penduduk
Lee(1966), Todaro(1979), dan Titus (1982) berpendapat bahwa Motivasi
seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena
adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro juga menyatakan bahwa motif
ekonomi merupakan pertimbangan yang rasional, Mobilitas penduduk pedesaan
ke perkotaan memiliki dua harapan yaitu memperoleh pekerjaan dan harapan
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari pada desa asalnya. Oleh sebab itu
Mobilitas penduduk mencerminkan adanya ketimpangan ekonomi antara dua
daerah tersebut, dan arah pergerakannya yaitu ke kota yang memiliki kekuatan-
kekuatan ekonomi yang besar sehingga mampu memenuhi harapan- harapan
mereka ( Mantra, 2003;186).
35
Menurut Lee faktor pendorong migrasi ada empat hal yaitu :
1. Faktor Individu
2. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
3. Faktor – faktor yang terdapat di daerah tujuan, dan
4. Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan (Mantra,2003;181)
Migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomena ekonomi,
dimana terdapat perbedaan penghasilan yang diharapkan daripada penghsilan
actual antara desa-kota (Todaro,1992;1998).
Menurut Ida Bagoes (1992) dalam penelitian purnomo (2009) di jelaskan bahwa
daerah tujuan di kota juga merupakan harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan
pendapatan yang lebih besar.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran
Penduduk Pulau Ra as yang melakukan migrasi dan tidak melakukan migrasi
Menurut BPS 2014 ada 8 Indikator untuk mengukur perbedaan tingkat kesejahteraan antara penduduk pulau Ra as yang melakukan migrasi dan tidak melakukan migrasi yaitu :
1. Pendapatan, 2. Pengeluaran, 3. Kesehatan, 4. Pendidikan, 5.Pola konsumsi dan gizi, 6. Perumahan, 7. Program pengentasan Kemiskinan, 8. Sosial lainnya.
Perbedaan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Pulau Ra as
36
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat di jelaskan bahwa untuk
mencapai kesejahteraan penduduk pulau Raas ada yang melakukan migrasi dan
ada pula yang tidak melakukan migrasi atau menetap di pulau raas. Perbedaan ini
tentu juga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan penduduk pulau Raas,
tingkat kesejahteraan penduduk pulau Raas yang melakukan migrasi akan berbeda
dengan penduduk pulau Raas yang tidak melakukan migrasi.
Untuk mengukur tingkat kesejahteraan maka penelitian ini menggunakan
indikator kesejahteraan rakyat Badan Pusat Statistik (2014), menurut Badan Pusat
Statistik kesejahteraan dapat di ukur dengan delapan indikator yaitu : Pendapatan,
pengeluaran, kesehatan, pendidikan, pola Konsumsi dan gizi, perumahan dan
Lingkungan, kemiskinan, sosial Lainnya.