bab ii tinjauan teori dan studi pustaka a. penelitian...

31
6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu yaitu ketimpangan distribusi pendapatan, sebagaimana di jelaskan di dalam penelitian Sukmawardhana, dkk (2013), Penelitian ini bertujuan Menganalisis distribusi pendapatan rumah tangga nelayan gill net desa asinan kecamatan bawan Kabupaten semarang, dan menganalisis tingkat kesejahteraan menurut badan pusat statistic (BPS) dan nilai tukar pada rumah tangga nelayan gill net Desa Asinan kecamatan Bawean Kabupaten Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan analisis deskriptif. Berdasarkan pengamatan dijelaskan bahwa terdapat ketimpangan distribusi pendapatan sedang antar nelayan Gill Net desa asinan dengan koefisien gini 0,38. Dan tidak ada perbedaan hasil akhir tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Nilai Tukar Nelayan (NTT), nelayan Gill Net desa Asinan memiliki tingkat kesejahteraan tinggi berdasarkan hasil skoring indikator BPS dan NTT. Pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kesejahteraan juga di teliti oleh Sari, dkk (2014), tujuan dari penelitiannya adalah mendapatkan informasi tentang tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani jagung di kecamatan Natar. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Di dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pendapatan rumah tangga petani jagung bersumber dari pendapatan usaha tani jagung dan non jagung (on farm) ,dari luar kegiatan usaha tani (off farm), dan aktifitas diluar kegiatan

Upload: others

Post on 12-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

6

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah

satu yaitu ketimpangan distribusi pendapatan, sebagaimana di jelaskan di dalam

penelitian Sukmawardhana, dkk (2013), Penelitian ini bertujuan Menganalisis

distribusi pendapatan rumah tangga nelayan gill net desa asinan kecamatan bawan

Kabupaten semarang, dan menganalisis tingkat kesejahteraan menurut badan

pusat statistic (BPS) dan nilai tukar pada rumah tangga nelayan gill net Desa

Asinan kecamatan Bawean Kabupaten Semarang. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode studi kasus dengan analisis deskriptif. Berdasarkan

pengamatan dijelaskan bahwa terdapat ketimpangan distribusi pendapatan sedang

antar nelayan Gill Net desa asinan dengan koefisien gini 0,38. Dan tidak ada

perbedaan hasil akhir tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

dan Nilai Tukar Nelayan (NTT), nelayan Gill Net desa Asinan memiliki tingkat

kesejahteraan tinggi berdasarkan hasil skoring indikator BPS dan NTT.

Pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap tingkat kesejahteraan juga di

teliti oleh Sari, dkk (2014), tujuan dari penelitiannya adalah mendapatkan

informasi tentang tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani jagung di

kecamatan Natar. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis

deskriptif kuantitatif. Di dalam penelitian ini dijelaskan bahwa pendapatan rumah

tangga petani jagung bersumber dari pendapatan usaha tani jagung dan non jagung

(on farm) ,dari luar kegiatan usaha tani (off farm), dan aktifitas diluar kegiatan

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

7

pertanian (non farm). Pendapatan petani yang berasal dari On farm memberikan

kontribusi lebih besar (86,85 persen) dibandingkan dengan pendapatan yang berasal

dari kegiatan lainnya (off farm dan non farm).berdasarkan kriteria sajogyo

(1997),petani jagung di kabupaten Natar sebagian besar berada dalam kategori cukup

yaitu sebesar 60,78 persen. Sedangkan berdasarkan kriteria BPS (2007) rumah tangga

di kabupaten Natar dalam kategori sejahtera yaitu sebesar 70,59 persen.

Upaya peningkatan tingkat kesejahteraan akibat ketimpangan distribusi

pendapatan menjadi sangat penting salah satunya yaitu dengan melakukan migrasi

sebagaimana dijelaskan dalam penelitian Purnomo (2009) , tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis bagaimana kondisi tenaga kerja di daerah Kabupaten Wonogiri.

Metode yang digunakan adalah metode survey lapangan. Berdasarkan pengamatan

dijelaskan bahwa mobilitas penduduk Wonogiri meningkat tiap tahunnya, hal ini

berdampak meningkatnya sarana transportasi di Kota Wonogiri sehingga menjadi

penghubung antara masyarakat desa dan masyarakat kota. Dimana penduduk Wonogiri

berharap dapat meningkatkan kesejahteraannya.

B. Landasan Teori

1. Karakteristik Sosial Demografi Masyarakat Pedesaan

Menurut hasil penelitian Thomas dan Worral (2002) mereka meneliti tiga

desa di Purakkad (India), Basarwa (Botswana), dan Cordillera (Philipina) guna

menunjukkan hubungan sosial dan pola resiproka.ketiga desa tersebut relatif

tertutup, terisolasi, kohesif,berada dalam batas ambang subsistensi dan bercirikan

perekonomian agraris.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

8

Bentuk- bentuk pinjaman antar warga digunakan untuk memenuhi

konsumsi dan terdapat asuransi informal guna menghadapi cuaca buruk atau

paceklik. Tetapi tidak ada sistem penjaminan pengembalian. Di masyarakat desa

terdapat pemahaman bahwa pelunasan hutang harus ditunda atau tidak dilunasi

jika tidak memungkinkan untuk membayar.

Warga desa terikat dengan struktur pedesaan, struktur jaringan personal,

dan berbagai jenis perjanjian- perjanjian kredit yang tidak dilaksanakan. Jadi,

pinjaman dan pemberian dapat dipandang sebagai sebuah alternatif pasar dalam

mengalokasikan sumber daya, tindakan parsial, dan subsistensi yang tidak

sempurna bagi absennya atau hilangnya instiusi pasar.

Resiko bagi masyarakat pedesaan adalah fakta kehidupan paling menonjol

meliputi resiko tanaman rusak karena cuaca buruk atau serangan hama/ penyakit,

resiko kehilangan binatang ternak atau resiko kehilangan sakit.

James scott dalam bukunya yang berjudul The moral of economy peasant,

mengutip pendapat Tawney yang mengatakan bahwa kondisi masyarakat desa

ibarat seorang yang kebanjiran hingga batas leher, sehingga ombak sekecil apapun

dapat menenggelamkannya.

Setiap warga desa mempunyai asuransi terhadap risiko krisis subsistensi,

jaminan subsistensi tersebut merupakan perwujudan dari control sosial informal

dan norma resiprositas.

Scott mengidentifikasikan beberapa faktor yang mempersulit subsistensi

petani yaitu ketidakstabilan yang bersumber dari petani, perlindungan desa yang

semakin lemah, hilangnya sumber daya subsistensi sekunder seperti hasil-hasil

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

9

kerajinan, buruknya hubungan-hubungan kelas agraris, serta perilaku negara

colonial semakin ekstensif dan intensif dalam memungut pajak ( Haryanto,

2011:84).

2. Definisi Kesejahteraan

Kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana

seseorang dapat memenuhi kebutuhannya dan dapat berinteraksi dengan

lingkungannya secara baik. Dalam pekerjaan sosial tingkatan kesejahteraan sosial

dibagi menjadi sebagai berikut :

1. Social Security

2. Social Well Being

3. Ideal Status of Social Welfare (Fahrudin,2012:9).

Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan –

pelayanan sosial dan institusi – institusi yang dirancang untuk membantu

individu-individu dan kelompok – kelompok guna mencapai standar hidup dan

kesehatan yang memadai dan relasi – relasi personal dan sosial sehingga

memungkinkan mereka dapat mengembangkan kemampuan dan kesejahteraan

sepenuhnya selaras dengan kebutuhan – kebutuhan keluarga dan masyarakatnya

(Friedlander,1980) dalam (Fahrudin, 2012:9).

Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menjelaskan bahwa Kesejahteraan

sosial merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan membantu

penyesuaian timbal balik antara individu – individu dengan lingkungan sosial

mereka.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

10

Menurut UUD No 11 tahun 2009 menjelaskan bahwa kesejahteraan adalah

kondisi terpenuhinya kebutuhan material,spiritual, dan sosial warga negara agar dapat

hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi

sosialnya. Penyelenggara sosial adalah upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan

yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat dalam bentuk

pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara yang meliputi

rehabilitas sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

Undang-Undang no 16 Tahun 1994 dalam supriatna (2000) tentang

ketentuan pokok kesejahteraan sosial menyatakan bahwa kesejahteraan sosial

merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun

spiritual, rekreasi yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman

lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmani, rohani dan sosial sebaik-baiknya bagi

diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta

kewajiban manusia sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.

Shinta (2008) menjelaskan bahwa pendapatan merupakan faktor yang

menentukan kuantitas dan kualitas komoditi yang akan dikonsumsi. Pendapatan

menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain (Perumahan, pendidikan,

kesehatan dan lain-lain). Pendapatan keluarga dalam bentuk uang sebagai hasil

pekerjaannya. Tingkat pendapatan keluarga akan menentukan jenis pangan yang

akan dibeli. Keluarga yang miskin cenderung membelanjakan uangnya untuk

membeli bahan pangan pokok. Semakin sejahtera suatu keluarga maka presentase

pengeluaran untuk pangan pokok akan semakin kecil.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

11

Suwarno (2013:67) juga menjelaskan bahwa Kesejahteraan dalam konsep

modern dapat didefinisikan sebuah kondisi dimana seorang dapat memenuhi

kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, air

minum yang bersih serta kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan memiliki

pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya sehingga

memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap

sesama warga lainnya.

Batasan kesejahteraan masih banyak diperdebatkan, terlalu banyak batas-

batas kesejahteraan yang telah dikemukanan para ahli namun secara umum

kesejahteraan dapat diartikan sebagai tingkat kemampuan seseorang dalam

memenuhi kebutuhan primernya (basic needs) berupa sandang, pangan, papan,

pendidikan,dan kesehatan.

Definisi kesejahteraan juga dapat dijelaskan bahwa tingkat aksibilitas

seseorang dalam kepemilikan faktor-faktor produksi yang dapat ia manfaatkan

dalam suatu proses produksi dan ia memperoleh imbalan bayaran (compensations)

dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. semakin tinggi seorang mampu

meningkatkan pemakaian faktor produksi yang ia kuasai maka semakin tinggi

tingkat kesejahteraan yang dicapai. Demikian pula sebaliknya orang menjadi

miskin karena ia tidak memiliki akses yang luas dalam menggunakan faktor

produksi walaupun faktor produksi tersebut adalah dirinya sendiri. Kemiskinan

dan kesejahteraan ibarat dua sisi mata uang yang tidakdapat dipisah dimnapun

diletakkan. Dr Lukman Soestrisno Sosiolog UMG mengatakan, “ dalam

pandangan agrarian populist, negara menjadi penyebab utama kemiskinan,

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

12

sedangkan berdasarkan pandangan masalah budaya dimana orang menjadi miskin

karena mereka tidak memiliki etos kerja yang tinggi, jiwa wiraswasta, dan

rendahnya pendidikan” (“Prisma” No.10/1995).

3. Tujuan Kesejahteraan

Kesejahteraan sosial mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar

kehidupan pokok seperti sandang,perumahan, pangan,kesehatan,dan relasi –

relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat

di lingkungannya ,misalnya dengan menggali sumber – sumber,

meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan

(Fahrudin,2012:10).

Tujuan dari sistem kesejahteraan sosial yang sampai tingkat tertentu tercermin

dalam semua program kesejahteraan sosial,yaitu pemeliharaan sistem,pengawasan

sistem, dan perubahan sistem (Schneiderman, 1972) dalam (Fahrudin,2012:10).

4. Fungsi Kesejahteraan

Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau

mengurangi tekanan- tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan- perubahan sosial

ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi- konsekuensi sosial yang negatif akibat

pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan

kesejahteraan masyarakat (Friedlander & Apte,1982) dalam (Fahrudin,2012:12)

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

13

5. Konsep Kesejahteraan

Nasikun (1993) berpendapat bahwa konsep kesejahteraan dapat di

rumuskan sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia yang dapat

dilihat dari empat indikator yaitu :

1. Rasa Aman

2. Kesejahteraan

3. Kebebasan

4. Jati diri

Lukes dalam Supriatna (2000) mengungkapkan konsep kesejahteraan sosial yang

meliputi beberapa aspek, yaitu :

1. Martabat manusia yang menyangkut penerimaan serta penghargaan sebagai

manusia

2. Otonomi yang menyangkut hak dan kewajiban individu untuk mengambil

keputusan bagi dirinya sendiri

3. Privasi yaitu yang menyangkut kebebasan pribadi

Secara ringkas, kesejahteraan/Welfare adalah alokasi sumberdaya (resources)

secara efisien sehingga tercapai tingkat kecukupan berkonsumsi yang ditandai dengan

maximum utility. Dalam analisa kesejahteraan, umumnya berlaku asumsi-asumsi :

1. Setiap individu merupakan hakim terbaik bagi dirinya namun dalambeberapa

kasus, terutama kasus anak-anak,asumsi inisering menuai kritikan.

2. Jika seseorang lebih menyukai “a”daripada “b”, maka diartikan bahwa ia

lebih sejahtera memiliki “a” daripada memiliki “b”.

3. Setiap individu bertindak sesuai dengan preferensinya sendiri.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

14

Kesejahteraan inti terdiri dari kebutuhan dasar yang bersifat material

(kebendaan) maupun bukan material, yang mencakup aspek gizi dan kesehatan,

pengetahuan, dan kekayaan materi.dalam lingkungan pendukung (konteks) adalah

lingkungan kehidupan yang mempengaruhi kesejahteraan inti. Misalnya ada dua

anak dengan usiadan tingkat kecerdasan yang sama tetapi tinggal terpisah pada

lingkungan yang berbeda(misalnya di dua daerah yang berbeda). Salah satu anak

tersebut tinggal di daerah dengan lingkungan alam yang sehat, sumber daya alam

yangterjangkau serta dikelola secara lestari, dan pemerintah memberikan

dukungan bagi perkembangan anak ini sampai dewasa yaitu dengan menyediakan

pendidikan berkualitas tinggi yang terjangkau oleh seluruh warga.

Dilin pihak, anak yang lain tinggal didaerah dengan kondidi bertolak

belakang : lingkungan alam yang rusak parah, sungai dan sumber air yang

tercemar, sumber daya alam yang sedikit,serta pelayanan pendidikan yang sangat

rendah. Dengan demikian, dalam 25 tahun kedepan dapat dipastikan kedua anak

tersebut akan mengalami perkembangan yang jauh berbeda (Swarno, 2013:77).

6. Modal manusia (Human Capital)

Konsep modal manusia di kembangkan pertama kali pada tahun 1960

olehTheodore Shuttz (1950, 1961, 1963,1964,1971) dan Arthur Lewis dan

dikembangkan lebih lanjut oleh Garry Becker dari tahun 1980 dan 1990-an.

Gagasan utama dari konsep modal manusia adalah meskipun manusia memiliki

modal berwujud seperti rekening bank dan saham,mereka juga memerlukan

pengetahuan, keterampilan dan kualitas yang juga dapat dianggap modal. Menurut

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

15

Becker (1975) dalam Suwarno 2013 hal tersebut merupakan usaha bermanfaat

untuk berinvestasi dalam modal manusia. Seperti yang dikatakan para “ekonom”

menganggap pengeluaran untuk pendidikan, pelatihan, perawatan medis, dan

sebagainya sebagai investasi di bidang modal manusia.

Nilai tukar manusia melalui pendapatan relatif orang dengan berbagai latar

belakang pendidikan dan sampai pada kesimpulan bahwa pendidikan tinggi

meningkatkan pendapatan, bahkan ketika dihitung dengan biaya langsung dan

biaya tidak langsung. Diantara biaya tidak langsung adalah waktu yang

dihabiskan untuk belajar, bukan untuk bekerja, merupakan biaya yang lebih besar

dibandingkan biaya kuliah sebenarnya. Terlepas dari fakta ini, pendidikan tetap

menjadi investasi yang layak di perhitungkan kata Becker (1975).

Badan Statistik resmi pendapatan yang berkaitan dengan pendidikan di

Kanada menunjukkan hampir satu –dekade terjadi hubungan positif antara

pendapatan dan tingkat pendidikan. Semakin tinggi gelar pendidikan seseorang

maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dan sebaliknya. Pendapat Becker

(1975) terbukti bahwa fakta kehidupan ekonomi pendidikan yang lebih tinggi

meningkatkan produktivitas dan oleh sebab itu pendapatan akan meningkat.

Dalam bentuk model proses produksi pembentukan manusia adalah sebagai

berikut :

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

16

Gambar 2.1. Proses Produksi Pembentukan Human Capital

Pidato Theodore Schultz pada tahun 1960 dalam (Suwarno, 2013) yang

berjudul “Investment in human capital” di hadapan The American Economic

Association dan sekaligus sebagai peletak dasar teori human capital modern.

Pesan pidato tersebut sederhana bahwa proses pengelolaan pengetahuan dan

keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi

semata-mata, akan tetapi juga merupakan suatu investasi.

Sesuai dengan pemikiran para pakar “ Human Capital Theory” seperti

Becker, Mincer, dan Schultz dalam (Anwar,1997), bahwa para ekonom

mendapatkan konsep bahwa upaya meningkatkan pendidikan dan latihan

merupakan karakteristik dari investasi kepada modal sumberdaya manusia. Jika

individu memilih untuk menempuh program pendidikan dan latihan maka dia

menghadapi biaya yang hilang (Opportunity cost) untuk memperoleh pendapatan

dari bekerja selama masa pendidikan dan latihan berlangsung. Tetapi dalam masa

Resource/ Input

Resource/ Input

Earning / Output

Citizenship Proses

Production Proses

Outcomes Educational Training

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

17

yang sama sebagai akibat dari hasil pendidikan, maka produktivitas akan

meningkat setelah pendidikannya berakhir dan kemungkinan dapat memperoleh

pendapatan yang lebih baik pada masa yang akan datang.

Menurut England dalam (Sayuti, 1995), ada tiga aktivitas yang dapat dilakukan

individu-individu yang mungkin meningkatkan kualitas keahliannya, yaitu :

1) Pengetahuan dari pendidikan formal,

2) Memperbaiki keahlian atau keterampilan melalui pengalaman kerja,

3) Melalui pelatihan khusus yang direncanakan untuk meningkatkan

produktivitas pekerja, khususnya dalam industri dan jasa.

Berdasarkan beberapa definisi modal manusia yang telah diuraikan, maka

dapat disimpulkan bahwa modal manusia (human capital) adalah suatu asset yang

berhubungan dengan intelektualitas dan kondisi seseorang yang diperoleh melalui

pendidikan formal dan non formal yang didukung oleh kesehatan jasmani dan

rohani yang prima dan kemampuan melakukan hubungan atau interaksi antar

sesama secara baik, menguntungkan dan berkelanjutan. Dalam bentuk bagan

model human capital dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

18

Gambar 2.2. Teori Model Dasar Hubungan antara Investasi Pendidikan Tinggi, Human Capital, Produktivitas dan Pertumbuhan Ekonomi (Becker 1993)

7. Dimensi Kesmiskinan

Terdapat dua persepektif untuk melakukan pendekatan terhadap kemiskinan

menurut Sunyoto usman (2004) dalam Setiawan (2007) yaitu perspektif kultural dan

perspektif strruktural. Perspektif kultural terdapat tiga analisis yaitu individu, keluarga,

masyarakat. Sedangkan perspektif struktural dampak dari kebijakan ekonomi yang

mengutamakan padat modal dan teknologi modern.

Struktural ekonomi secara sosiologis dapat ditelusuri dengan “Instutional

Arragement” yang diyakini dan berkembang di masyarakat bahwa kemiskinan bukan

hanya berasal atas kelemahan diri tetapi juga konsekuensi dari pilihan strategi

pembangunan serta posisi pemerintah dan perencanaan implementasi kebijakan

ekonomi.

Human Capital

Income Inequality

Produktivity

Economic Growth

Produktivity

On the job training

Education

Technological Change

Physical capital

Other Factors

Private Investment

Public Investment

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

19

Kemiskinan terdiri dari dua jenis yaitu kemiskinan sujektif dan

kemiskinan objektif, kemiskinan subjektif tidak ada hubungannya dengan

kepemilikan harta maupun kemampuan mengeluarkanuang untuk memenuhi

kebutuhan. Kemiskinan subjektif berhubungan dengan perasaan, seseorang

dikatakan miskin jika ia merasa miskin dan dikatakan kaya jika ia merasa kaya.

Sedangkan kemiskinan objektif yaitu berhubungan dengan gejala sosial yang

terlihat nyata, seseorang dikatakan miskin karena memang cara pandang

mayoritas orang ia tidak berpunya, kemiskinan objektif dapat dianalisis

(Rosyidi,2005).

8. Distribusi Pendapatan

Salah satu cerminan kemiskinan dan kesejahteraan adalah distribusi

pendapatan.Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu;

distribusi ukuran, adalah besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima

masing-masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan faktor-

faktor produksi (Todaro, 2000).

Di dalam perekonomian yang menunjukkan bahwa pendapatan terutama

diterima dari penjualan sumber-sumber produksi atau penjualan jasa-jasa sumber

produksi itu , ditemukan dua faktor yang membawa kesenjangan yaitu :

1. Perbedaan penilaian keahlian dan bakat seseorang

2. Perbedaan jumlah pendapatan yang menciptakan milik dikuasai setiap orang

(Komaruddin,1992:88)

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

20

Untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan atau mengetahui

apakah distribusi pendapatan timpang atau tidak, dapat digunakan kategorisasi

dalam kurva Lorenz atau menggunakan koefisien Gini.

9. Kurva Lorenz

Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional di

kalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur

sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan

nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk.

Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva

Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi

pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin

jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang

semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata

(Lincolin Arsyad,1997).

Jumlah penerimaan pendapatan dinyatakan pada sumbu horizontal, tidak

dalam arti absolut melainkan dalam persentase komulatif. Garis diagonal dalam

Kurva Lorenz malambangkan pemerataan sempurna (perfect equality) dalam

distribusi antar kelompok pendapatan masing-masing persentase kelompok

penerima pendapatan menerima persentase pendapatan total yang sama besarnya,

contohnya 40% kelompok terbawah menerima 40% dari pendapatan total,

sedangkan 5% kelompok teratas hanya menerima 5% dari pendapatan total

(Todaro dan Smith,2004:223).

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

21

Gambar 2.3. Kurva Lorenz

10. Koefisien Gini

Pendapat atau ukuran berdasarkan koefisien Gini atau Gini ratio

dikemukakan oleh C.GINI yang melihat adanya hubungan antara jumlah

pendapatan yang diterima oleh seluruh keluarga atau individu dengan total

pendapatan. Ukuran Gini Ratio sebagai ukuran pemerataan pendapatan

mempunyai selang nilai antara 0 sampai dengan 1. Bila Gini Ratio mendekati nol

menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah dan bila Gini Ratio mendekati

satu menunjukkan ketimpangan yang tinggi.

Koefisien gini juga dapat dihitung dengan mengunakan matematik. Rumus

koefisien gini sebagai berikut (Arsyad, 1999:232).

∑(( (

Keterangan :

KG = Angka Koefisien Gini

Xi = Proporsi jumlah rumah tangga kumulatif dalam kelas i

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

22

Yi = Proporsi jumlah pendapatan rumah RT kumulatif dalam kelas i

Kelas i = Jika dibagi lima kelas : 20 % termiskin, 20% kedua, 20% ketiga,

20% keempat, 20% terkaya.

Menurut Kamaluddin (1998) Pengukuran Koefisien Gini dapat di ukur

dengan garis diagonal dibagi dengan luas setengah kurva Lorenz yaitu :

Koefisien Gini merupakan ukuran ketimpangan agregat yang angkanya

berkisar antara nol (pemerataan sempurna), hingga satu (ketimpangan sempurna).

Pada prateknya menurut World Bank Koefisien Gini untuk negara - negara yang

derajat ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70, ketimpangan

sedang berkisar antara 0,36 hingga 0,49 sedangkan untuk negara-negara yang

distribusi pendapatannya relatif merata angkanya berkisar antara 0,20 hingga 0,35

(Todaro dan Smith, 2004:226).

Sedangkan menurut M.Ahluwaliya, ketimpangan pendapatan yang tinggi

terjadi apabila koefisien Gini >0,50, ketimpangan sedang terjadi apabila koefisien

Gini sebesar 0,40-0,50 dan ketimpangan rendah terjadi apabila nilai ketimpangan

< 0,40 (Kamaluddin,1998:44)

11. Kesejahteraan Ekonomi

Kesejahteraan ekonomi adalah kegiatan-kegiatan terorganisasi dengan

tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi ekonomi melalui pemberian bantuan

kepada orang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, standar-standar

kehidupan (Kuncoro, 2004:29). Ekonomi adalah keadaan yang disebabkan oleh

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

23

adanya suatu tindakan atau usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup

yang sifatnya tidak terbatas jumlahnya (Linasari, 2009:20). Dalam lingkup dunia

ekonomi dan kehidupan sosial, kehidupan rumah tangga atau suatu keluarga

merupakan slah satu pelaku ekonomi yang berperan penting dalam pembangunan

nasional.dalam hal ini pembangunan nasional merupakan upaya yang

dilaksanakan oleh komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

Pembangunan akan berhasil dengan efektif apabila disatu pihak ada fasilitas

kemudahan-kemudahan dan sistem partisipasi aktif seluruh masyarakat. Jika

pemerintah dan masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan

ekonomi, diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi dalam kehidupan

masyarakat.

Ekonomi kesejahteraan juga dapat diartikan cabang ilmu ekonomi yang

menggunakan teknik mikro untuk menentukan secara serempak efisiensi alokasi

dari ekonomi makro dan akibat distribusi pendapatan yang berhubungan dengan

itu (O’Connel,1982). Ekonomi kesejahteraan adalah kerangka kerja yang

digunakan oleh sebagian besar ekonomi publik untuk mengevaluasi penghasilan

yang diinginkan masyarakat (Rosen,2005:99). Ekonomi kesejahteraan

menyediakan dasar untuk menilai prestasi pasar dan pembuat kebijakan dalam

alokasi sumberdaya (Basley, 2002). Definisi tersebut merupakan seperangkat

alokasi nilai guna (utility) yang dapat dicapai dalam suatu subjek masyarakat

terhadap kendala dari citarasa teknolog

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

24

Ekonomi kesejahteraan mencoba untuk memaksimalkan tingkatan dari

kesejahteraan sosial dengan pengujian kegiatan ekonomi dari individu yang ada

dalam masyarakat. Kesejahteraan ekonomi mempunyai kaitan dengan

kesejahteraan individu, sebagai lawan kelompok, komunitas atau masyarakat

sebab ekonomi kesejahteraan berasumsi bahwa individu merupakan hakim terbaik

bagi kesejahteraan mereka sendiri, yaitu orang-orang akan menyukai

kesejahteraan lebih besar daripada kesejahteraan lebih kecil, dan kesejahteraan itu

dapat diukur baik dalam terminology yang moneter atau sebagai suatu preferensi

yang relative.

12. Indikator Tingkat Kesejahteraan

Indikator tingkat kesejahteraan merupakan gambaran mengenai taraf

kesejahteraan rakyat Indonesia antar waktu,perkembangan antar waktu serta

perbandingannya antar propinsi dan daerah tempat tinggal (Perkotaan dan

pedesaan). Dimensi kesejahteraan rakyat sangat luas sehingga perlu adanya aspek

yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan.

Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 menjelaskan untuk mengukur

tingkat kesejahteraan rumah tangga, ada beberapa indikator yaitu:

1. Pendapatan

Menurut Mosher (1987) dalam Sari (2014), hal yang paling penting dari

kesejahteraan adalah pendapatan, sebab beberapa aspek dari kesejahteraan

rumah tangga tergantung pada tingkat pendapatan. Pemenuhan kebutuhan

dibatasi oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

25

berpendapatan rendah. Semakin tinggi besarnya pendapatan rumah tangga

maka persentase pendapatan untuk pangan akan semakin berkurang. Dengan

kata lain,apabila terjadi peningkatan pendapatan dan peningkatan tersebut

tidak merubah pola konsumsi maka rumah tangga tersebut sejahtera.

Sebaliknya, apabila peningkatan pendapatan rumah tangga dapat merubah

pola konsumsi maka rumah tangga tersebut tidak sejahtera.

2. Pengeluaran

Tingkat kesejahteraan juga dilihat dari presentase pengeluaran. Menurut

Badan Pusat Statistik (2014) pengeluaran rumah tangga dibesakan dalam

kelompok makanan dan non makanan. Perubahan pendapatan seseorang

berpengaruh terhadap pergeseran pola pengeluaran. Semakin tinggi

pendapatan, cenderung semakin tinggi pengeluaran untuk non makanan.

Pergeseran pola makanan terjadi karena elastisitas permintaan pada makanan

umumnya rendah, sebaliknya elastisitas permintaan pada barang non

makanan umumnya tinggi. Keadaan ini jelas terlihat umumnya pada

penduduk yang tingkat konsumsi makanan sudah mencapai titik jenuh,

sehingga peningkatan pendapatan akan dignakan untuk memenuhi kebutuhan

non makanan atau saving.

3. Kesehatan

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah kualitas fisik penduduk yang

dapat dilihat derajat kesehatan penduduk dengan mencatat keadaan kesehatan

masyarakat selama satu bulan terakhir, yaitu dengan menanyakan apakah ada

keluhan kesehatan atau tidak.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

26

4. Pendidikan

Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari keahlian / keterampilan atau

ilmu yang dimiliki yang dapat digambarkan dari tingkat pendidikan yang

ditamatkan. Seseorang yang menamatkan pendidikan hingga jenjang

pendidikan yang tinggi dapat memiliki keterampilan dan pengetahuan yang

luas serta keahlian yang tinggi. Dengan semakin meningkatnya keterampilan

dan keahlian akan semakin mudah mendapatkan kesempatan kerja.indikator

pendidikan yang ditetapkan juga dapat mengukur keberhasilan program

pemerintah wajib belajar 9 tahun.

5. Pola konsumsi / Gizi

Tingkat kecukupan gizi yang mencakup konsumsi kalori dan protein

merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

tingkat kesejahteraan penduduk. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI

no 75 tahun 2013( Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi XI tahun 2012).

Rata-rata kecukupan energi protein bagi penduduk Indonesia masing-masing

sebesar 2150 kkal dan 57 gram protein.

6. Perumahan

Rumah dapat dijadikan sebagai salah satu indkator kesejahteraan bagi

pemiliknya. Semakin baik fasilitas yang dimiliki,dapat diasumsikan semakin

sejahtera rumah tangga yang menempati rumah tersebut.berbagai fasilitas

yang dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan tersebut antara lain dapat

dilihta dari luas lantai rumah, sumber air minum, fasilitas buang air besar

rumah tangga dan tempat penampungan kotoran akhir.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

27

Menurut Badan kesehatan Dunia (WHO) salah satu kriteria rumah sehat

adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m2.

Sedangkan menurut ketentuan rumah sedehana sehat (Rs Sehat) keputusan

menteri pemukiman dan Prasarana Wilayah adalah kebutuhan ruang perorang

dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia didalam rumah. Aktivitas

seseoran tersebut meliputi aktivitas tidur, bekerja, makan, duduk, kakus, cuci

dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian,kebutuhan ruang per

orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit

adalah 2.80 m.

7. Program Kemiskinan

Kemiskinan menjadi indikator kesejahteraan karena kemiskinan merupakan

ketidakmampuan seseorang dalam memuhi kebutuhan hidupnya, semakin

baik seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maka semakin jauh

penduduk tersebut dari batas kemiskinan. Program kemiskinan dapat dilihat

dari pemanfaatan masyarakat terhadap program pengentasan kemiskinan baik

pemerintah seperti program bantuan beras miskin dan non pemerintah seperti

kemudahan menerima kredit bank.

8. Sosial lainnya

Pada umumnya semakin banyak seseorang memanfaatkan waktu luang untuk

melakukan kegiatan maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut memiliki

tingkat kesejahteraan yang semakin meningkat. Pembahasan mengenai sosial

difokuskan terhadap kegiatan sosial seperti organisasi yang diikuti oleh

penduduk.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

28

Menurut Wikipedia, sejahtera menunjuk ke keadaan yang lebih baik,

kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan

sehat atau damai. Menurut Wikipedia pula, dalam kebijakan sosial, kesejahteraan

sosial merujuk kejangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

rakyatnya. Untuk mencapai kesejahteraan kita perlu memperhatikan indikator

tersebut. adapun indikator kesejahteraan adalah sebagai berikut.

Pertama. Jumlah pemerataan pendapatan. Hal ini berkaitan dengan

pendapatan ekonomi. Pendapatan berhubungan dengan lapangan kerja, kondisi

usaha, dan faktor ekonomi lainnya. Tanda- tanda belum sejahteranya suatu

masyarakat adalah jumlah pemerataan pendapatan yang mereka terima.

Kesempatan kerja dan kesempatan usaha diperlukan agar mampu memutar roda

perekonomian masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kedua, pendidikan yang mudah dijangkau.pengertian mudah disini

meliputi jarak dan biaya yang harus dibayarkan, dengan pendidikan yang mudah

di akses dan biaya yang murah dapat mendorong motivasi masyarakat untuk

mengenyam pendidikan yang tinggi. Pendidikan yang tinggi berpengaruh terhadap

lapangan pekerjaan sehingga tidak lagi berbasis otot tetapi berbasis otak.

Pendidikan harus dibangun banyak dan merata sehingga pendidikan tidak hanya

untuk orang-orang yang ekonomi mampu dan cerdas tetapi untuk setiap kalangan

yang diharuskan mendapat pendidikan tinggi. Dengan demikian dapat

meningkatkan angka melek huruf, karena masyarakat mampu menjangkau

pendidikan dengan mudah dan murah. Kesejahteraan manusia dapat dilihat dari

kemampuan mengakses pendidikan, serta mampu menggunakan pendidikan itu

untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

29

Ketiga, kualitas kesehatan yang semakin meningkat dan merata. Kesehatan

merupakan faktor dari memperoleh pendapatan dan pendidikan. Masyarakat yang

sehat mampu dengan mudah memperoleh pendapatan dan pendidikan

dibandingkan masyarakat yang sakit. Pemerintah harus memberikan pelayanan

kesehatan yang baik, mudah di jangkau dan murah bagi masyarakat. Sebakin

banyak masyarakat disuatu daerah yang mengalami keluhan kesehatan maka

semakin rendah tingkat kesejahteraan daerah tersebut.

Menurut Sen, (2002:8) kesejahteraan ekonomi merupakan suatu proses

rasional kearah melepaskan masyarakat dari hambatan untuk memperoleh

kemajuan. Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat

kehidupan, pemenuhan kebutuhan pokok,kualitas hidup, dan pembangunan

manusia.

Nicholson (1992:177),mengemukakan prinsipnya mengenai kesejahteraan

sosial, yaitu keadaan kesejahteraan sosial maksimum tercapai apabila tidak ada

seorangpun yang dirugikan. Sementara itu menurut Bornstein dalam Swasono,

mengajukan “ Performance Kriteria”untuk kesejahteraan sosial dengan batasan-

batasan yang meliputi output, growth, efficiency, stability, security, inequality,

dan freedom, yang harus dikaitkan dengan suatu social reference

(Swasono,2004,b:23). Sedangkan Etzioni,A.(1999:15), mengatakan bahwa

privacy orang-perorangan adalah suatu Mandated Privacy dari masyarakat, dalam

arti privacy terikat oleh kaidah sosial. Dengan demikian kedudukan individu

adalah sebagai masyarakat sosial yang harus ditonjolkan untuk mencapai

kesejahteraan.

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

30

Kita semua sepakat bahwa setiap orang menginginkan untuk meningkatkan

kesejahteraan, dari keadaan tertentu menuju kepada keadaan kesejahteraan yang lebih

tinggi. Kesejahteraan dapat didekati dari beberapa alat ukur,seperti pendapatan,

kesehatan, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.

a. Apabila kesejahteraan diukur berdasarkan pendapatan uang semua orang

tentu menginginkan tambahan uang.

b. Apabila kesejahteraan diindikasikan berdasarkan tingkat kesehatan, setiap

orang tentu menginginkan lebih sehat.

c. Apabila kesejahteraan diukur berddasarkan tingkat pendidikan, setiap orang

tentu menginginkan tambahan pengetahuan dan keterampilan.

Dalam ilmu ekonomi kesejahteraan (Welfare) adalah istilah umum, dan

biasanya dikaitkan dengan konsep interaksi.yaitu tindakan berhubungan diantara

satu orang dengan orang lainnya. Semua orang yang terlibat dalam interaksi

menginginkan tambahan Welfare. Sen (1998) dalam Swarno 2013 welfare sebagai

the sum-total of utilities.

13. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan

Kesejahteraan keluarga banyak di pengaruhi faktor internal dan eksternal.

Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi : pendapatan,

pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan asset dan

tabungan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan adalah

kemudahan akses finansial, akses bantuan pemerintah, akses dalam kredit,dan

tempat tinggal.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

31

a. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu indikator yang sering digunakan dalam

mengukur tingkat kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan

semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan. Selanjutnya, tingkat pendapatan

dipengaruhi oleh produktivitas. Peningkatan produktivitas berarti peningkatan

pendapatan perusahaan yang pada gilirannya akan menaikkan upah kerja karyaan.

Oleh karena itu,sering terdapat perbedaan tingkat produktifitas kerja.tingkat

produktivitas keja itu sendiri dipengaruhi oleh karakteristik individu dan faktor-

faktor lainnya diantaranya pendidikan, yang kemudian berpengaruh pada tingkat

upah atau pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang tinggi dapat menjadi

ukuran bahwa sejahtera telah dicapai namun pada sisi lain, pendapatan tersebut

hanyalah merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan itu

sendiri.

Menurut sunuharyo (1982), dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja,

pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji disebut pendapatan

tenaga kerja (Labour Income) , sedangkan pendapatan dari selain tenaga kerja

disebut dengan pendapatan bukan tenaga kerja (Non Labour Income) . Dalam

kenyataannya membedakan antar pendapatan tenaga kerja dan pendapatan bukan

tenaga kerja tidaklah selalu mudah dilakukan. Ini disebabkan karena nilai output

tertentu umumnya terjadi atas kerjasama dengan faktor produksi lain. Untuk yang

bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan pendekatan

pendapatan (Income approach, Bagi yang bekerja sebagai pedagang,

pendapatannya dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Untuk

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

32

yang bekerja sebagai petani, pendapatannya dihitung dengan pendapatan produksi

(Production Approach). Dengan demikian berdasarkan pendekatan diatas dalam

pendapatan pekerja telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya.

b. Usia

Faktor umur mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi tingkat

produktivitas seorang individu. Umur merupakan variabel demografi yang

penting. Umur mempunyai pengaruh kuat terhadap tingkah laku demografi dan

sosial ekonomi (Mantra, 1995). Tingkah laku sosial ekonomi termasuk juga upaya

seseorang di dalam meningkatka produktivitas kerja dan pendapatannya. Ananta,

dkk (1986) menyebutkan bahwa hubunganumurberbentuk parabolis.

Sementara itu Tirmizi (1991) menyebutkan tambahan usia pada mulanya

menaikkan penghasilan dan setelah melewati usia tertentu tambahan penghasilan

secara absolut menurun dengan meningkatnya usia.

Mazumar (1996) dalam studinya mengenai pekerja di Malaysia

menemukan bahwa penghasilan para pekerja yang berumur di bawah 25 tahun dan

diatas 50 tahun lebih rendah daripada penghasilan mereka yang berada dalam

kelompok usia 25-50. Namun demikian, Ananta, dkk(1986) lebih lanjut

menyebutkan apabila laki-laki dan wanita dianalisis secara terpisah hubungan

tersebut menjadi tidak jelas. Umur berasosiasi dengan pengalaman yang berkaitan

erat dengan upaya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Sukamdi (1990) menyebutkan asumsi bahwa semakin tua migran,semakin

banyak penghasilan yang diperolehnya, adalah posibel untuk mengatakan bahwa

ada hubungan positif antara umur dan pendapatan. Selanjutnya mereka

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

33

mengemukakan bahwa pada sektor industry pengolahan skala besar

dimungkinkan umur berkaitan dengan kemampuan fisik individu dalam

menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang monoton. Umur juga berkaitan dengan

proses pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan

bekerja.sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan upah

nominal yang diperoleh.

c. Pendidikan

Tyler mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan

produkivitas kerja seseorang, yang kemudian akan meningkatkan pendapatannya.

Peningkatan pendapatan ini berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara

yang bersangkutan,untuk kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf

hidup masyarakat berpendapatan rendah.

Hasil penelitian Sukamdi (1990) dan Tarmizi (1991) secara terpisah,

menemukan bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan. semakin

Tinggi pendidikan, semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Namun hasil

penelitian Ananta, dkk (1986) menyebutkan bahwa justru rata-rata pendapatan

responden dengan pendidikan perguruan tinggi lebih rendah dibandingka dengan

rata-rata pendapatan responden dengan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas. Hal ini dimungkinkan adanya pengaruh faktor lain yang lebih dominan atau

kurangnya keterkaitan antara pekerjaan yang digeluti dan tingkat pendidikan,

maka tidak mustahil antara pendidikan dan pendapatan tidak ada hubungan yang

signifikan khususnya

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

34

14. Definisi Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk horizontal, atau sering pula disebut dengan mobilitas

penduduk geografis, adalah gerak (movement) penduduk yang melintas batas

wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu ( Mantra,

1978).

Menurut BPS, seorang disebut migran apabila orang tersebut bergerak

melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan lamanya tinggal di propinsi

tujuan adalah enam bulan atau lebih, atau dapat pula, seseorang disebut migran

walau berada di propinsi tujuan kurang dari enam bulan, tetapi orang tersebut

berniat tinggal menetap, atau tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.

15 Faktor Pendorong Mobilitas Penduduk

Lee(1966), Todaro(1979), dan Titus (1982) berpendapat bahwa Motivasi

seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena

adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro juga menyatakan bahwa motif

ekonomi merupakan pertimbangan yang rasional, Mobilitas penduduk pedesaan

ke perkotaan memiliki dua harapan yaitu memperoleh pekerjaan dan harapan

memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari pada desa asalnya. Oleh sebab itu

Mobilitas penduduk mencerminkan adanya ketimpangan ekonomi antara dua

daerah tersebut, dan arah pergerakannya yaitu ke kota yang memiliki kekuatan-

kekuatan ekonomi yang besar sehingga mampu memenuhi harapan- harapan

mereka ( Mantra, 2003;186).

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

35

Menurut Lee faktor pendorong migrasi ada empat hal yaitu :

1. Faktor Individu

2. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal

3. Faktor – faktor yang terdapat di daerah tujuan, dan

4. Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan (Mantra,2003;181)

Migrasi dari desa ke kota pada dasarnya merupakan suatu fenomena ekonomi,

dimana terdapat perbedaan penghasilan yang diharapkan daripada penghsilan

actual antara desa-kota (Todaro,1992;1998).

Menurut Ida Bagoes (1992) dalam penelitian purnomo (2009) di jelaskan bahwa

daerah tujuan di kota juga merupakan harapan untuk mendapatkan pekerjaan dan

pendapatan yang lebih besar.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Penduduk Pulau Ra as yang melakukan migrasi dan tidak melakukan migrasi

Menurut BPS 2014 ada 8 Indikator untuk mengukur perbedaan tingkat kesejahteraan antara penduduk pulau Ra as yang melakukan migrasi dan tidak melakukan migrasi yaitu :

1. Pendapatan, 2. Pengeluaran, 3. Kesehatan, 4. Pendidikan, 5.Pola konsumsi dan gizi, 6. Perumahan, 7. Program pengentasan Kemiskinan, 8. Sosial lainnya.

Perbedaan Tingkat Kesejahteraan Penduduk Pulau Ra as

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA A. Penelitian ...eprints.umm.ac.id/46678/3/jiptummpp-gdl-sariyani-45730-3-babii.pdf · 6 BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA. A. Penelitian

36

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat di jelaskan bahwa untuk

mencapai kesejahteraan penduduk pulau Raas ada yang melakukan migrasi dan

ada pula yang tidak melakukan migrasi atau menetap di pulau raas. Perbedaan ini

tentu juga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan penduduk pulau Raas,

tingkat kesejahteraan penduduk pulau Raas yang melakukan migrasi akan berbeda

dengan penduduk pulau Raas yang tidak melakukan migrasi.

Untuk mengukur tingkat kesejahteraan maka penelitian ini menggunakan

indikator kesejahteraan rakyat Badan Pusat Statistik (2014), menurut Badan Pusat

Statistik kesejahteraan dapat di ukur dengan delapan indikator yaitu : Pendapatan,

pengeluaran, kesehatan, pendidikan, pola Konsumsi dan gizi, perumahan dan

Lingkungan, kemiskinan, sosial Lainnya.