bab ii tinjauan teoritis bab ii.pdfpeluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Makna Pembangunan Daerah
Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai
perilaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya
pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan
keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan aspek lingkungan lainnya sehingga
peluang baru untuk meningkatkan kesejahtaraan masyarakat daerah dapat
ditangkap secara berkelanjutan (Sadono Sukirno, 2012)1. Hal ini dapat ditempuh
dengan cara: Pertama, Secara terus menerus menganalisis kondisi dan
pelaksanaan pembangunan daerah. Kedua, Merumuskan tujuan dan kebijakan
pembangunan daerah. Ketiga, Menyusun konsep straregi bagi pemecahan masalah
(solusi). Keempat, Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia.
Di sisi lain, tujuan dilakukannya pembangunan daerah diantaranya ialah :
(1) Mengurangi disparsi atau ketimpangan pembangunan antara daerah dan sub
daerah serta antara warga masyarakat (pemerataan dan keadilan); (2)
Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. (3) Menciptakan
atau menambah lapangan kerja. (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat daerah. (5) Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya
alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi berkelanjutan.2
Beberapa masalah yang menghambat terwujudnya pembangunan di Negara
berkembang diantaranya adalah:
1) Sistem pertanian yang masih tradisional
Terbatasnya modal, pengetahuan, infrastruktur pertanian, dan aplikasi
teknologi modern dalam kegiatan pertanian menyebabkan sector ini
1 “Makroekonomi”, Sadono Sukirno. http://www.tnp2k.go.id. Contoh Program Penanggulangan
Kemiskinan Di Indonesia Pada Tingkat Nasional diunduh tanggal 24 Maret 2015 2 Ibid
7
menjadi sangat rendah produktivitasnya dan seterusnya mengakibatkan
tingkat pendapatan para petani tidah banyak bedanya tingkat subsisten.
2) Kurangnya Dana Modal dan Modal Fiskal
Kekurangan modal adalah salah satu ciri penting dari setiap negara
yang memulai pembangunan dan kekurangan ini bukan saja
mengurangi kepesatan pembangunan perekonomian yang dapat
dilaksanakan, tetapi juga menyebabkan kesukaran terhadap Negara
tersebut untuk keluar dari keadaan kemiskinan.
3) Peranan Tenaga Terampil dan Berpendidikan
Tersedianya modal saja belum cukup untuk memoderenkan suatu
perekonomian. Pelaksananya harus ada. Dengan kata lain dibutuhkan
berbagai golongan tenaga kerja yang terdidik.
4) Pesatnya Perkembangan Penduduk
Penduduk yang pesat di suatu Negara juga menjadi penghambat
terealisasinya pembangunan nasional. Sehingga yang harus dilakukan
adalah menghambat tingkat pertumbuhan penduduk yang pesat
tersebut. Salah satunya ialah dengan mencanangkan program keluarga
berencana.
Sedangkan beberapa kebijakan untuk mempercepat pembangunan diantaranya,
kebijakan diversifasi kegiatan ekonomi, pengembangan infrastruktur, peningkatan
tabungan dan investasi, peningkatan taraf pendidikan masyarakat, pengembangan
institusi yang mendorong pembangunan, perumusan dan melaksanakan
perencanaan ekonomi.
2.2. Program Penanggulangan Kemiskinan3
Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan
yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis
bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan
masyarakat serta program penanggulangan kemiskinan yang berbasis
3 Ibid
8
pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen Pemerintah baik
pusat maupun daerah.
Untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan,
Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan
angka kemiskinan hingga 8 % sampai 10 % pada akhir tahun 2014.
Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan
percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu:
1. Menyempurnakan program perlindungan sosial.
2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
3. Pemberdayaan masyarakat dan;
4. Pembangunan yang inklusif.
Terkait dengan strategi tersebut di atas, Pemerintah telah menetapkan
instrumen penanggulanan kemiskinan yang dibagi berdasarkan tiga klaster,
masing-masing: Klaster I yaitu program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga;
Klaster II berkaitan dengan program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat. Klaster III yaitu penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil.
Program Penanggulangan Kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah
Republik Indonesia terbagi atas tiga kelompok klaster yang dikelola oleh berbagai
Kementerian dan Lembaga Pemerintah.
2.2.1. Klaster I 4
a. Penjelasan
Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan dan
perlindungan sosial bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar,
pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat
miskin. Fokus pemenuhan hak dasar ditujukan untuk memperbaiki kualitas
4 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Bantuan Sosial Terpadu Bebasis Keluarga.
http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/program-penanggulangan-kemiskinan/klaster-i-1/.
Diunduh Maret 2015
9
kehidupan masyarakat miskin untuk kehidupan lebih baik, seperti
pemenuhan hak atas pangan, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.
b. Karakteristik
Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial adalah bersifat
pemenuhan hak dasar utama individu dan rumah tangga miskin yang
meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih.
Ciri lain dari kelompok program ini adalah mekanisme pelaksanaan
kegiatan yang bersifat langsung dan manfaatnya dapat dirasakan langsung
oleh masyarakat miskin.
c. Cakupan
Cakupan program pada kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial dititikberatkan pada
pemenuhan hak dasar utama. Hak dasar utama tersebut memprioritaskan
pada pemenuhan hak atas pangan, pendidikan, pelayanan kesehatan, serta
sanitasi dan air bersih.
d. Penerima Manfaat
Penerima manfaat pada kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis bantuan dan perlindungan sosial ditujukan pada
kelompok masyarakat sangat miskin. Hal ini disebabkan bukan hanya
karena kondisi masyarakat sangat miskin yang bersifat rentan, akan tetapi
juga karena mereka belum mampu mengupayakan dan memenuhi hak
dasar secara layak dan mandiri.
e. Jenis Program
Jenis program untuk klaster I ini yaitu, Jaminan Kesehatan Masyarakat
(JAMKESMAS), Program Keluarga Harapan (PKH), Beras Untuk
Keluarga Miskin (RASKIN), dan Bantuan Siswa Miskin (BSM).
10
2.2.2. Klaster II 5
a. Penjelasan
Upaya penanggulangan kemiskinan tidak cukup hanya dengan
memberikan bantuan secara langsung pada masyarakat miskin karena
penyebab kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh aspek-aspek yang
bersifat materialistik semata, akan tetapi juga karena kerentanan dan
minimnya akses untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat miskin.
Pendekatan pemberdayaan dimaksudkan agar masyarakat miskin dapat
keluar dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumberdaya
yang dimilikinya. Kelompok program penanggulangan kemiskinan
berbasis pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah tahap lanjut dalam
proses penanggulangan kemiskinan. Pada tahap ini, masyarakat miskin
mulai menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk keluar
dari kemiskinan. Pendekatan pemberdayaan sebagai instrumen dari
program ini dimaksudkan tidak hanya melakukan penyadaran terhadap
masyarakat miskin tentang potensi dan sumberdaya yang dimiliki, akan
tetapi juga mendorong masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam skala
yang lebih luas terutama dalam proses pembangunan di daerah.
b. Karakteristik
Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan partisipatif.
Pendekatan partisipatif tidak hanya tentang keikutsertaan
masyarakat dalam pelaksanaan program, tetapi juga keterlibatan
masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program, meliputi
proses identifikasi kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, serta
pemantauan pelaksanaan program, bahkan sampai tahapan proses
pelestarian dari program tersebut.
2. Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat.
5 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Permberdayaan Masyarakat.
http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/program-penanggulangan-kemiskinan/klaster-ii-
1/. Diunduh Maret 2015
11
Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat menitikberatkan pada penguatan aspek
kelembagaan masyarakat guna meningkatkan partisipasi seluruh
elemen masyarakat, sehingga masyarakat mampu secara mandiri
untuk pengembangan pembangunan yang diinginkannya.
Penguatan kapasitas kelembagaan tidak hanya pada tahap
pengorganisasian masyarakat untuk mendapatkan hak dasarnya,
akan tetapi juga memperkuat fungsi kelembagaan sosial
masyarakat yang digunakan dalam penanggulangan kemiskinan.
3. Pelaksanaan berkelompok kegiatan oleh masyarakat secara
swakelola dan berkelompok.
Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat harus menumbuhkan kepercayaan pada
masyarakat miskin untuk selalu membuka kesempatan masyarakat
dalam berswakelola dan berkelompok, dengan mengembangkan
potensi yang ada pada mereka sendiri guna mendorong potensi
mereka untuk berkembang secara mandiri.
4. Perencanaan pembangunan yang berkelanjutan.
Perencanaan program dilakukan secara terbuka dengan prinsip dari
masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat dan hasilnya
menjadi bagian dari perencanaan pembangunan di tingkat
Desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan nasional.
Proses ini membutuhkan koordinasi dalam melakukan kebijakan
dan pengendalian pelaksanaan program yang jelas antar pemangku
kepentingan dalam melaksanakan program penanggulangan
kemiskinan tersebut.
c. Cakupan
Cakupan program pada kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dapat diklasifikasikan
berdasarkan:
1) Wilayah
12
Kelompok berbasis dilakukan pada wilayah perDesaan, wilayah
perkotaan, serta wilayah yang dikategorikan sebagai wilayah
tertinggal.
2) Sektor
Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat
menitikberatkan pada penguatan kapasitas masyarakat miskin
dengan mengembangkan berbagai skema program berdasarkan
sektor tertentu yang dibutuhkan oleh masyarakat di suatu wilayah.
d. Penerima Manfaat
Penerima Kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat
adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin. Kelompok
masyarakat miskin tersebut adalah yang masih mempunyai kemampuan
untuk menggunakan potensi yang dimilikinya walaupun terdapat
keterbatasan.
e. Jenis Program
Jenis program pada klaster ini adalah Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang mencakup PNPM
Mandiri PeDesaan dan PNPM Mandiri Perkotaan.
2.2.3. Klaster III6
a. Penjelasan
Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha
mikro dan kecil adalah program yang bertujuan untuk memberikan akses
dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.
Aspek penting dalam penguatan adalah memberikan akses seluas-luasnya
kepada masyarakat miskin untuk dapat berusaha dan meningkatkan
kualitas hidupnya.
b. Karakteristik
6 Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Ekonomi Mikro dan
Kecil. http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/program-penanggulangan-
kemiskinan/klaster-iii-1/. Diunduh Maret 2015
13
Karakteristik program pada kelompok program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah:
1. Memberikan bantuan modal atau pembiayaan dalam skala mikro.
Kelompok program ini merupakan pengembangan dari kelompok
program berbasis pemberdayaan masyarakat yang lebih mandiri,
dalam pengertian bahwa pemerintah memberikan kemudahan
kepada pengusaha mikro dan kecil untuk mendapatkan kemudahan
tambahan modal melalui lembaga keuangan/ perbankan yang
dijamin oleh Pemerintah.
2. Memperkuat kemandirian berusaha dan akses pada pasar.
Memberikan akses yang luas dalam berusaha serta melakukan
penetrasi dan perluasan pasar, baik untuk tingkat domestik maupun
internasional, terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh usaha
mikro dan kecil. Akses yang dimaksud dalam ciri ini tidak hanya
ketersediaan dukungan dan saluran untuk berusaha, akan tetapi
juga kemudahan dalam berusaha.
3. Meningkatkan keterampilan dan manajemen usaha.
Memberikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan
keterampilan dan manajemen berusaha kepada pelaku-pelaku usaha
kecil dan mikro.
c. Cakupan
Cakupan program kelompok program berbasis pemberdayaan
usaha mikro dan kecil dapat dibagi atas 3 (tiga), yaitu: (1) pembiayaan
atau bantuan permodalan; (2) pembukaan akses pada permodalan
maupun pemasaran produk; dan (3) pendampingan dan peningkatan
keterampilan dan manajemen usaha.
d. Penerima manfaat
Penerima manfaat dari kelompok program berbasis
pemberdayaan usaha mikro dan kecil adalah kelompok masyarakat
hampir miskin yang kegiatan usahanya pada skala mikro dan kecil.
Penerima manfaat pada kelompok program ini juga dapat ditujukan
14
pada masyarakat miskin yang belum mempunyai usaha atau terlibat
dalam kegiatan ekonomi.
e. Jenis Program
Jenis program penanggulangan kemiskinan pada klaster ini adalah
berupa Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Kartu Perlindungan Sosial
(KPS) adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda
Rumah Tangga Miskin. KPS memuat informasi Nama Kepala Rumah
Tangga, Nama Pasangan Kepala Rumah Tangga, Nama Anggota
Rumah Tangga Lain, Alamat Rumah Tangga, Nomor Kartu Keluarga,
dilengkapi dengan kode batang (barcode) beserta nomor identitas KPS
yang unik. Bagian depan bertuliskan Kartu Perlindungan Sosial
dengan logo Garuda, dan masa berlaku kartu.
Sebagai penanda Rumah Tangga Miskin, Kartu Perlindungan Sosial
ini berguna untuk mendapatkan manfaat dari Program Subsidi Beras
untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah atau dikenal dengan
Program RASKIN. Selain itu KPS dapat juga digunakan untuk
mendapatkan manfaat program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan
Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM)
.Pemerintah mengeluarkan Kartu Perlindungan Sosial ini kepada 15,5
juta Rumah Tangga Miskin dan rentan yang merupakan 25% Rumah
Tangga dengan status sosial ekonomi terendah di Indonesia. Kartu
Perlindungan Sosial dikirimkan langsung ke alamat Rumah Tangga
Sasaran (RTS) oleh PT Pos Indonesia.
15
Upaya pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan dalam skala Nasional
merupakan suatu usaha yang sangan baik memenuhi hak-hak dasar masyarakat
untuk mecapai kesejahteraan yang lebih baik. Dengan demikian pemerintah pusat
mengupayakan berbagai bentuk program dengan fungsi dan tujuannya masing-
masing dalam paska penanggulangan kemiskinan sehingga program
penanggulangan kemiskinan dapat dijalankan sesuai fungsi dan tujuan yang telah
di tetapkan. Dengan telah di rencanakan dan telah dilaksanakan program-program
penanggulangan yang diupayakan oleh pemerintah untuk masyarakat sebagai
bagian dari faktor pelayanan publik terhadap masyarakat yang dilakukan secara
bertahap.
2.3. Pengawasan dan Evaluasi Pemerintah Dalam Proses
Pelaksanaan Pembangunan.
2.3.1. Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang bersifat sebagai
pengendalian secara terus-menerus, dilakukan atasan langsung terhadap
bawahannya, agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara
efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. (Suharto, 2010:47)
Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973, dalam Suharto 2010:45)
membagi sistem pengawasan ke dalam:
a. Pengawasan organisasional, yaitu sistem pengawasan umum yang
menilai kinerja keseluruhan dari suatu kegiatan di dalam
organisasi. Standar pengukuran yang lazim digunakan bagi
pengawasan jenis ini adalah pengukuran efektivitas (measurement
of effectiveness) dari kegiatan tersebut. Dari hasil pengukuran
effektivitas tersebut, umpan balik yang dihasilkan dapat digunakan
untuk mengevaluasi tujuan dan sasaran, merumuskan perencanaan
tahap berikutnya, serta memperbaiki petunjuk pelaksanaan kegiatan
(standard operating procedures).
16
b. Pengawasan operasional yaitu sistem pengawasan yang digunakan
untuk mengukur kinerja harian suatu kegiatan dan memberikan
langkah-langkah koreksi langsung.
Pelaksanaan pengawasan belum berlangsung optimal karena yang
Pertama, banyak dan tersebarnya objek pemeriksaan; Kedua, keterbatasan
aparat yang memiliki kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang
handal di bidang pengawasan; Ketiga, belum berjalannya secara baik
pengawasan melekat dari setiap tingkat pimpinan kepada bawahan.
Johnson, Kast, dan Rosenzweig (1973, dalam Suharto:46) juga
menguraikan fungsi pengawasan dengan mengidentifikasikan empat unsur
pokok pengawasan. Unsur-unsur tersebut meliputi, penentuan standar
kinerja, perumusan instrumen pengawasan yang dapat dipergunakan dalam
mengukur kinerja suatu kegiatan, pembandingan hasil aktual dengan kinerja
yang diharapkan, pengambilan langkah-langkah pembenahan atau koreksi.
Dalam konsep pengawasan ada unsur yang mengawasi dan diawasi.
Di sini, selain criteria pelaksanaan pembangunan yang ditetapkan dalam
rancangannya (project design), terlihat pula segi penegakan norma-norma
etika. Misalnya, sasaran tidak tercapai apakah karena keadaan yang berubah
dari semula, karena kelalaian pelaksanaan atau ada unsur kesengajaan untuk
keuntungan pelakunya. Pengawasan dengan demikian mengandung makna
penegakan hukum dan disiplin.
Suatu pengawasan yang efektif membutuhkan tidak saja norma-norma
etika tetapi juga sistem informasi yang memadai. Kebutuhan informasi
menjadi sangat penting artinya untuk menilai situasi dan kondisi yang
melingkupi suatu isu dan mengevaluasi alternatif langkah-langkah
selanjutnya. Fungsi pengawasan yaitu, meningkatkan
kebertanggungjawaban (accountability) dan keterbukaan (transparancy)
sector publik, dan menekankan langkah-langkah pembenahan atau koreksi
17
(corrective actions) jika dalam suatu kegiatan terjadi kesalahan atau
perbedaan dari tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.7
Sedangkan ruang lingkup pengawasan pemerintah terdiri atas,
kebijakan daerah, kelembagaan, pegawai daerah, dan pengawasan keuangan
daerah (kebijakan anggaran).
2.3.2. Evaluasi
Merupakan salah satu rangkaiaan kegiatan dalam meningkatkan kualitas,
kinerja, atau produktifitas suatu lemabaga dalam melaksanakan sebuah program.
Fokus evaluasi adalah individu atau kelompok yaitu sejauh manakan prestasi
kinerja yang telah dicapai dalam sebuah usaha maupun kegiatan dalam
pelaksanaan yang telah berlangsung. Melalui evaluasi akan diperoleh informasi
tentang apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai. Selanjutnya informasi
tersebut akan digunakan untuk perbaikan suatu program.8
Evaluasi menurut Griffen dan Nix (1991, dalam Suharto 2010:46) adalah
Judgment terhadap nilai atau implikasi dari hasil pengukuran. Menurut definisi ini
selalu didahului dengan pengukuran dan penilaian. Menurut Tyler (1950, dalam
Suharto 2010:46), adalah proses penentuan sejauh mana tujuan pendidikan yang
telah dicapai. Masih banyak lagi definisi tentang evaluasi, namun semuanya selalu
memuat masalah informasi dan kebijakan, yaitu informasi tentang pelaksanaan
dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk menentukan
kebijakan berikutnya. Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan dapat mendorong
kinerja suatu individu atau kelompok dalam proses pelaksanaan pada tingkat yang
lebih baik dari sebelumnya.
7 http://admneg08029.blogspot.com/2011/02/fungsi-pengawasan-dalam-administrasi.html.
Diunduh Maret 2015
8(http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-evaluasi-menurut-para
ahli.html#sthash.pLBYakFN.dpuf). Diunduh Maret 2015
18
Adapun tujuan evaluasi yaitu sebagai berikut : (1) sebagai proses
monitoring terhadap suatu program; (2) sebagai proses partisipasi terhadap
suatu program; (3) merupakan suatu proses penilaan terhadap pelaksanaan
suatu program; (4) merupakan suatu tahap pengoreksian dalam pelaksaan
agar terciptanya perbaikan dalam proses pelaksanaan program dalam
keberlanjutannya. Sedangkan manfaat evaluasi antara lain : (1) Untuk
mengetahui sejauh manakan keberhasilan yang dicapai dalam melaksanakan
suatu program; (2) Untuk menggali informasi apa yang diperoleh berkaitan
dengan proses pelaksanaan suatu program.
2.4. Relasi Pemerintah Dengan Masyarakat Dalam Pembangunan
2.4.1. Peran Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan.
Kegiatan pembangunan nasional dengan segala ukuran keberhasilan
dan dampak positif dan negatifnya, tidak terlepas dari kerja keras dan
pengabdian dari aparat pemerintah Desa. Aparat pemerintah yang ada di
Desa dan juga sebagai pemimpin serta penyelengara pembangunan
harus memiliki tanggung jawab atas perubahan-perubahan yang akan
terjadi, baik perubahan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat maupun
perubahan sosial masyarakat. Seiring dengan perkembangan dewasa ini,
maka masyarakat semakin kritis dengan adanya era globalisasi dimana
ilmu pengetahuan serta teknologi dan seni yang kian pesat
perkembangannya sehingga mendorong aparat pemerintah yang dinamis
dalam setiap bidang kerja dilakukan agar mudah untuk dilakukan.
Pemerintah Desa perlu melibatkan masyarakat Desa dalam kegitan-
kegiatan program yang bertujuan untuk membangun Desa, peran-
pemerintah berkaitan dengan pembangunan selalu melibatkan masyrakat,
keterlibatan masyarakat mulai dari perencanaan program, pelaksanaan
maupun sampai pada pengawasannya. Seperti yang di tuturkan oleh
Kepala Desa Mamuya yang berinisial LJ beliau mengatakan dalam
pelaksanaan kegiatan atau program di Desa masyarakat sering
dilibatkan, mulai dari awal perencanaan program, tidak hanya dalam
19
pelaksanaan sampai pada pengawasan dan evaluasi. Selanjutnya menurut
SB, Sekretaris Desa Mamuya beliau mengatakan “dalam perencanaan
program, selalu dilibatkan baik dalam MUSREMBANG (musyawarah
perencanaan pembangunan) yang rutin dilakukan setiap tahun atau pun
dalam pertemuan-pertemuan atau rapat yang sering dilakukan oleh
pemerintahn Desa untuk membicarakan setiapa pembangunan yang akan
dilaksanakan di Desa”.9
Melihat hasil penelitian dan pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pemerintah Desa sudah berperan penting dalam mengajak
masyarakat untuk berpartisipasi dalam musrembang. Hal ini disebabkan
karena melihat tingkat partisipasi masyarakat untuk hadir dan turut
menyampai ide-ide dan gagasan mereka dalam kegiatan Musyawarah
Rencana Pembangunan di Desa. Jika dilihat dari partisipasi masyakat dalam
kegiatan musrembang maka dapat dikatakan peran pemerintah tergolong
tinggi dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan.
Menurut Bapak NJ, masyarakat Desa Mamuya beliau mengatakan
: “masyarakat sudah cukup banyak yang berpartisipasi dalam acara
musrembang, tapi masalahnya justru berada di kalangan pemerintah Desa
yang kurang koordinasi.”10 Melihat pendapat dari salah seorang masyarakat
maka dapat di simpulkan bahwa tidak semua pemerintah Desa yang
berperan dalam mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam
perencanaan pembangunan,hal ini sebabkan karena hanya sebagian dari
mereka saja yang mempublikasikan kepada masyarakat untuk hadir dalam
acara musrembang dan sebagiannya lagi tidak ikut mempublikasikan kepada
masyarakat. Dengan demikian, untuk memperoleh partisipasi secara
aktif dari masyarakat tentunya tidak terlepas dari peranan pemerintah
yang ada di Desa Mamuya agar pembangunan yang dilaksanakan di
Desa berjalan secara baik
9 http://www.galeripustaka.com/2013/03/masyarakat-sebagai-pelaku-ekonomi.html diunduh
tanggal 26 Maret 2015 10 Ibid
20
2.4.2. Peran Masyarakat Dalam Proses Pembangunan Melalui Program
Pemerintah
Wacana partisipasi sudah mengemuka sejak lama, namun sampai
detik ini istilah partisipasi masih menjadi paradoks. Kebijakan seolah-olah
hanya menjadi urusan para pemegang kekuasaan. Partisipasi merupakan
bagian dari esensi demokrasi belum mampu memberikan kedaulatan pada
rakyat. Partisipasi masyarakat hanyalah seperti retorika yang didengungkan
untuk menarik simpati rakyat namun faktanya akses menuju kesana tidaklah
mudah.
Rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dan sulit akses masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pembangunan merupakan kondisi yang ironis,
mengingat partisipasi masyarakat merupakan unsur penting dalam
pembangunan yang menunjang keberhasilan dari suatu program. Partisipasi
masyarakat merupakan aspek yang paling penting dalam pembangunan
masyarakat. Partisipasi merupakan salah satu dari tiga unsur pembangunan
berorientasi masyarakat selain unsur keadilan dan unsur pemberdayaan.
Urgensi tingkat kepentingan partisipasi masyarakat setidaknya dapat
ditinjau dari empat hal yakni :
1. Partisipasi merupakan suatu hak, yang harus diperhatikan dan
dihormati
2. Partisipasi merupakan suatu aksi kelompok
3. Partisipasi merupakan suatu bagian penting dari proses administrasi
pembangunan Desa
4. Partisipasi merupakan suatu indikator pembangunan masyarakat.
Partisipasi masyarakat merupakan faktor penentu serta sekaligus
sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Seberapa kerasnya
pemerintah membangun, jika tidak melibatkan tidak menumbuhkan
partisipasi masyarakat serta tidak didukung oleh masyarakat maka tingkat
keberhasilan pembangunan akan berbeda dengan kondisi jika masyarakat
berpartisipasi.
21
Peningkatan optimalisasi dan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan pada era globalisasi seperti saat ini semakin memiliki nilai
strategis untuk dibicarakan. Hal ini cukup penting, mengingat dari rangkaian
pembicaraan yang terjadi, diharapkan akan memunculkan pemikiran-
pemikiran, ide-ide serta gagasan-gagasan yang inovatif, kreatif serta
berwawasan ke depan bagi kemajuan hubungan yang lebih erat antara
pemerintah dan masyarakat. Dari pembicaraan itu juga, bisa saja ditemukan
kesimpulan-kesimpulan yang baik bagi pengembangan serta peningkatan
partisipasi masyarakat. (Supriana, 2000: 11)
Sebagaimana kita ketahui saat ini, partisipasi masyarakat telah berada
dalam posisi yang semakin penting. Ini terjadi sebagai konsekuensi logis
dari terbukanya kebebasan berekspresi masyarakat akibat proses reformasi
yang terjadi tahun 1998 di Indonesia. Dampaknya, masyarakat menjadi
lebih kritis dan terbuka mengakaji serta mengkritisi kebijakan-kebijakan
yang akan dan sedang dilakukan pemerintah. Dari kondisi tersebut,
bermunculanlah lembaga-lembaga yang tumbuh di tengah masyarakat yang
bukan saja sebagai wujud kepedulian terhadap nasib mereka sendiri.
Ternyata lembaga-lembaga atau organisasi itu ada pula yang tumbuh
menjadi alat-alat atau sarana-sarana bagi mediasi kepentingan masyarakat,
termasuk pula kepada pemerintah. Terkait dengan hal itulah, adalah hal
yang wajar saat ini jikalau pemerintah sendiri melihat hal ini dengan baik.
Berbagai rencana pembangunan yang dimiliki pemerintah semestinya sudah
mulai mengajak partisipasi masyarakat. Karena tanpa didukung peran serta
masyarakat, pembangunan yang dilaksanakan akan menjadi kurang efektif.
Apabila kita cermati keadaan yang terjadi di sekitar lingkungan kita,
masyarakat kecil atau masyarakat kelas bawah ternyata bukanlah
masyarakat yang secara keseluruhan hanya mampu menggantungkan
kehidupannya pada pihak lain, dalam hal ini terutama pada pemerintah.
Mereka juga bukan seluruhnya dapat dikatakan akan menjadi beban
pembangunan bangsa. Kenapa bisa dikatakan seperti itu, bukan lain karena
22
diantara mereka juga pada dasarnya tumbuh semangat untuk mandiri dan
lepas dari ketergantungan pada pihak lain.
2.5. Perubahan Perilaku Masyarakat yang Disebabkan oleh
Pembangunan
Pemahaman mengenai akar penyebab dari persoalan kemiskinan
menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam
penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan
perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang senantiasa berlandaskan pada
nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (good
governance) dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat ini
merupakan pondasi yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang
mandiri, melalui pemberdayaan para pelaku-pelakunya, agar mampu bertindak
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur yang mampu
menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakatnya sehari-hari.
Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun
lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum
miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta
kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal agar lebih berorientasi ke
masyarakat miskin (pro poor) dan mewujudkan tata kepemerintahan yang baik
(good governance), baik ditinjau dari aspek ekonomi, lingkungan - termasuk
perumahan dan permukiman, maupun sosial.
Selain rumah tangga keluarga, masyarakat juga merupakan salah satu dari
pelaku ekonomi. Masyarakat merupakan kumpulan dari rumah tangga.
Masyarakat sebagai pelaku ekonomi sama seperti rumah tangga, yakni berperan
sebagai podusen, distributor dan konsumen.
Pertama, masyarakat sebagai produsen mencakup berbagai bentuk kegiatan
masyarakat yang dapat menghasilkan pendapatan, misalnya dapat berupa kegiatan
usaha, berdagang, bercocok tanam, beternak, dan sebagainya. Sistem ekonomi
23
Indonesia memiliki acuan yang jelas, yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Maka
dari itu sistem ekonomi bukanlah pasar bebas maupun perencanaan sentral,
melainkan sistem ekonomi Indonesia mendasarkan pada ekonomi kerakyatan.
Dalam sistem ekonomi kerakyatan masyarakat memegang peranan aktif dalam
kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim yang sehat bagi
pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha. Pedagang adalah contoh
masyarakat sebagai produsen. Sistem ekonomi kerakyatan dapat didefinisikan
sebagai pengaturan kehidupan ekonomi yang memungkinkan seluruh potensi
masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi.
Kesejahteraan rakyat yang meningkat, merata, dan berkeadilan merupakan tujuan
utama demokrasi ekonomi kerakyatan.
Kedua, masyarakat sebagai konsumen memerlukan barang dan jasa bagi
kelangsungan hidup masyarakat. Masyarakat adalah pengguna (konsumen)
"public goods" atau produk-produk umum, seperti jalan raya, jembatan, rumah
sakit, sekolah, dan lain-lain. Penggunaan public goods yang pada umumnya
disediakan oleh pemerintah pusat maupun daerah, bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau
pengangguran merupakan bentuk kehidupan yang hanya melakukan kegiatan
konsumsi saja, sehingga sering menimbulkan masalah di masyarakat. Berbagai
tindak kejahatan dilakukan semata-mata karena untuk memenuhi kegiatan
konsumsi. Di mana orang memiliki banyak kebutuhan, tetapi tidak memiliki
pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pemenuhan kebutuhan
tersebut.
Ketiga, Masyarakat sebagai distributor diwujudkan dalam bentuk terjadinya
penyaluran proses penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Lalu
lintas perdagangan dan transportasi yang membawa barang-barang pemenuhan
kebutuhan dalam kehidupan masyarakat merupakan bentuk kegiatan distribusi
yang berlangsung di masyarakat. Kelancaran arus distribusi yang berlangsung di
masyarakat dapat kita amati dari lancar tidaknya proses transportasi barang
kebutuhan dari satu kota ke kota yang lain. Salah satu faktor yang memicu
24
terjadinya kelangkaan barang antara lain disebabkan ketidaklancaran proses
distribusi. Hal ini sering terjadi di daerah-daerah yang sulit transportasinya.
Program pembangunan merupakan program pemerintah dalam menunjang
kinerja pemerintahan untuk mencapai tujuan yang lebih baik terhadap masyarakat
sehingga dapat terciptanya masyarakat yang sejahtera. Pemerintah merupakan
oknum yang mengeluarkan kebijakan untuk yang berkaitan dengan apa yang
harus di selesaikan untuk mencapai kesejahteraan dalam masyarakat. Dalam
pembuatan kebijakan oleh pemerintah dapat melalui tiga tahap perting ; 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) evaluasi, 4) manfaat. Untuk pencapaian tahap
pertama pemerintah terlebih dahulu menentukan program pembangunan apa yang
harus dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan potensi apa yang ada dalam
masyarakat. Untuk mencapai tahap kedua yaitu proses pelaksanaan dimana proses
ini merupakan tahap yang paling membutuhkan waktu lama dari keempat tahap di
atas karena merupakan tahap pelaksanaan pembangunan. Pada tahap ketiga
merupakan tahap evaluasi dimana tahap ini akan meninjau kembali apa yang telah
dilaksanakan yang berkaitan dengan pembangunan, apa masih yang harus
dilengkapi atau tidak. Tahap keempat merupakan tahap akhir, dimana tahap ini
merupakan manfaat dari sebuah pembangunan yang telah direncanakan dan
dilaksanakan oleh pemerintah.
Bentuk kerja sama pemerintah dengan masyarakat dalam Pemberdayaan
Keluarga Miskin.
1) Bantuan modal usaha bagi keluarga miskin.
2) Bantuan prasarana dan sarana pendukung pengembangan usaha
keluarga miskin.
3) Bantuan pendampingan kepada keluarga dan kelompok masyarakat
miskin untuk mengembangkan kemampuan usaha dan kebiasaan
hidup produktif.
4) Peningkatan keterampilan keluarga dan masyarakat miskin dalam
mengelola usaha ekonomi produktif. Pengembangan kerja sama
dengan kalangan dunia usaha dan LSM dalam rangka pemberdayaan
keluarga miskin.
25
5) Identifikasi potensi dan sumber daya keluarga dan masyarakat miskin
di Desa/kelurahan.
6) Pola pengembangan partisipasi dan keswadayaan keluarga dan
masyarakat miskin di Desa tertinggal.
2.6. Kebijakan Pemerintah Dalam Usaha Mencapai
Kesejahteraan Masyarakat Dalam Pembangunan
2.6.1. Perencanaan Dalam Pembentukan Kebijakan
Menurut Blitzer (1980:1)11, perencanaan pembangunan adalah suatu
proses kompleks yang melibatkan interaksi berbagai organisasi dan individu
dalam upaya merumuskan dan melaksanakan kebijakan ekonomi dan sosial.
Ada empat eleman utama yang terlibat dalam proses perencanaan yaitu
politisi, perencanaan, statistisi dan peneliti. Namun kendati secara empiris
terjadi tumpang-tindih atas tindakan dan tanggung jawab keempat
komponen itu. Namun untuk proses perencanaan pembangunan, perlu di
ketahui terlebih dahulu tugas pokok dari setiap elemen dan hubungannya
satu sama lain.
Bagan 2.1. Arus informasi dalam perencanaan
11Blitzer, Perencanaan dan Analisis kebijakan Pembangunan, oleh Prapto Yuwono, SE., ME
UKSW 2000.
Politisi
Perencanaan
Peneliti Statistisi
26
Politisi adalah orang-orang yang terlibat secara intens dalam lembaga
perwakilan rakyat ditingkat pusat adalah MPR dan DPR ditingkat Nasional
dan DPRD ditingkat regional.
Perencana adalah orang yang terlibat dalam proses perencanaan
pembangunan seperti Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda).
Peneliti adalah orang-orang yang terlibat secara intensif dalam
berbagai kegiatan penelitian. Mereka pada umumnya adalah akademisi dari
perguruan tinggi yang memiliki kebebasan akademik yang tinggi.
2.6.2. Kerangka Kerja Perencanaan
Blitser (1980 : 2)12 mengemukakan bahwa perencanaan menyatakan
usaha mengkoordinasikan pengambilan keputusan dalam jangka panjang
dalam upaya untuk memberikan arak dan mengekselerasi pembangunan.
Proses perencanaan itu meliputi (Dusseldorp, 1983 : 6)13,
a) Formulasi tujuan. Kegiatan ini adalah memilih tujuan
pembangunan yang hendak dicapai. Tahap ini pada dasarnya
dilakukan oleh politisi dengan memperhatikan aspirasi rakyat.
b) Investasi, penelitian dan survei. Tujuan dari tahapan ini adalah
membangun model estimasi yang diperlukan untuk perencanaan,
menghimpun data yang di perlukan, untuk kemudian mengestimasi
model.
c) Menyusun rencana. Atas dasar etimasi dari model etimasi,
kemudian ditentukan target, baik target makro maupun target
sektoral, kemudian menentukan berbagai strategi kebijakan baik
kebijakan jangka pendek maupun kebijakan jangka menengah.
d) Diseminasi rencana. Setelah rencana pembangunan tersusun tahap
berikutnya adalah mensosialisasikan rencana pembangunan itu ke
masyarakat, baik melalui lembaga-lembaga sosial maupun instansi.
12Ibid, Hal. 4 13 Ibid, Hal. 5.
27
Tujuannya agar masyarakat melihat dan menilai manfaat dari
perencanaan tersebut.
e) Implementasi rencana. Setelah rencana pembangunan
dideseminasikan dan diterima masyarakat, rencana pembangunan
tersebut kemudian dapat dilaksanakan.
f) Memantau dan mengefaluasi pelaksanaan rencana. Proses ini akan
sangat menjadi esensial untuk perencanaan berikutnya.
Keberhasilan dan kegagalan adalah dua sisi yang amat sangat
berharga bagi perencana karena pengalaman adalah guru yang
terbaik. Keberhasilan dan kegaglan belum tentu karena baik dan
buruknya perencana, tetapi karena faktor-faktor yang mendukung
dan menghambat pelaksanaan.
2.7. Efektivitas Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Efektivitas adalah suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang
dikehendaki kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu
dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila
menimbulakan akibat atau mempunyai maksud bagaimana yang dikehendakinya
(Gibson 1994:48). Selanjutnya efektivitas harus dinilai atas tujuan yang bias
dilaksanakan dan bukan atas tujuan yang maksimum. Jadi efektivitas menurut
ukuran seberapa jauh program berhasil mencapai tujuan yang layak dipakai.
Selain itu efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan dengan
memanfaatkan sarana dan prasarana yang tepat untuk mencapai tujuan. Sehingga
efektivitas pada dasarnya mengacu pada keberhasilan atau pencapaian tujuan.
Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yang mengarah
kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang
berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dalam konsep efektivitas unsur
yang penting adalah pencapaian tujuan sesuai dengan apa yang telah disepakati
secara maksimal, tujuan merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatu
kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh serangkaian proses.
28
Efektivitas mengandung pengertian yang beragam, tergantung dari konteks
yang digunakan. Menurut Gibson (1994:50) efektivitas adalah suatu tingkatan
yang santara keluaran secara empiris dalam suatu system dengan keluaran yang
diharapkan. Efektivitas berkaitan dengan pekerjaan untuk mencapai hasil yang
lebih baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Barnard (dalam Gibson
1997:56) mendefinisikan efektivitas sebagai pencapaian sasaran dari upaya
bersama dimana derajat pencapaian menunjukan derajat efektivitas. Efektivitas
juga dapat didefinisikan sebagai kecakapan untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah (Tyson dan Tony, 1992:230). Dari beberapa pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan usaha untuk mencapai
hasil yang lebih baik dengan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pembangunan yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah pembangunan Desa
kepada aras yang lebih baik.
Kerangka pemberdayaan harus dilihat dengan tolok ukur efektivitas.
Pemberdayaan adalah upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber,
kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan
mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan
mempengaruhi kehidupan komunitas mereka (Ife, 2008:130). Sedang menurut
Prijono dan Pranarka (1996: 56-57) proses pemberdayaan mengandung dua
kecenderungan. Kecenderungan pertama, pemberdayaan menekankan kepada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaaan, kekuatan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.
Kecenderungan kedua, proses pemberdayaan mengandung muatan pemikiran
mengenai individu untuk mengontrol lingkungannya.
Uraian di atas, pemberdaayaan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk
memberi daya kepada masyarakat sehingga dapat berkembang sesuai dengan
potensi yang dimilikinya sehingga dapat menentukan nasibnya sendiri. Pemberian
daya dapat berupa kewenangan, akses, dan juga berupa bantuan suntikan dana
kepada masyarakat yang belum berdaya dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan agar dapat mengembangkan diri. Pemberdayaan merupakan langkah
pertama dalam pengembangan masyarakat. Penilaian pemberdayaan msyarakat
29
didasarkan pada elemen pemberdayaan yang dikemukakan oleh Bartle (2008),
terdiri dari 16 elemen pemberdayaan, yaitu mendahulukan kepentingan umum,
kesamaan nilai, layanan masyarakat, komunikasi, percaya diri, keterkaitan (politis
dan administrasi), informasi, rintangan, kepemimpinan, jaringan kerja, organisasi,
kekuatan politik, keahlian, kepercayaan, keselarasan dan kekayaan.
2.8. Kerangka Pikir Penelitian
Bagan 2.2. Kerangka Pikir Penelitian
Keterangan Bagan
Kemiskinan merupakan hal yang tidak jauh dari kehidupan manusia.
Karena kemiskinan menyangkut kondisi hidup dalam masyarakat yang
menyebabkan tidak terciptanya kehidupan yang sejahtera dalam masyarakat.
Maka dari itu sekian banyak konsep dan ide tentang penanggulan kemiskinan baik
secara nasional maupun ditingkat lokal. Pemerintah Indonesia beberapa tahun
terakhir menjadikan kemiskinan adalah fokus utama dalam setiap pelaksanaan
program kerja selain pendidikan dan kesehatan maupun persoalan-persoalan lain
yang berkaitan.
Kemiskinan dalam penjelasan awal adalah persoalan yang tidak hanya
disebabkan oleh salah satu faktor dominan, namun adalah kumpulan persoalan
Kemiskinan Nasional
Pelaksanaan Program Desa Anggur
Merah Oleh Pemerintah Prov NTT
Perencanaan Pembangunan Nasional
Perencanaan Pembangunan Daerah Kemiskinan Di NTT
Efektivitas pelaksanaan
Program Mandiri Anggur
Merah - Pengawasan dan evaluasi
- Relasi antara pemerintah dan
masyarakat
- Peningkatan kondisi ekonomi
masyarakat
30
yang kompleks, oleh karenanya maka penelitian ini akan fokus untuk meneliti
usaha maupun upaya pemerintah Provinsi NTT dalam memberantas kemiskinan
melalui program penguatan ekonomi rumah tangga yang lebih di kenal dengan
Program Mandiri Anggur Merah.
Program Mandiri Anggur Merah yang sedianya sudah berlangsung ±4 tahun
maka dapat dikatakan sudah memiliki hasil baik itu positif maupun negatif.
Berhasil atau tidaknya program Mandiri Anggur Merah tidak saja diperankan oleh
pemerintah, namun itu juga hanya terjadi kalau semua pihak yang terlibat di
dalamnya berperan aktif (buku saku Program Mandiri Anggur Merah).
Program Mandiri Anggur Merah dapat dikatakan berhasil atau tidak, jika;
a. Terjadinya pengawasan dan evaluasi yang secara kontiniu terhadap
pelaksanaan hingga tingkat teknis program tersebut atau mungkin tidak
terjadi pengawasan dan evaluasi.
b. Adanya relasi yang kuat dari program tersebut, dalam hal ini pemerintah
(subjek), dengan masyarakat (objek), dan mungkin sebaliknya.
c. Adanya peningkatan kondisi ekonomi masyarakat yang dapat diukur dari
perubahan perilaku dan taraf hidup masyarakat selama bahkan setelah
progaram tersebut tidak lagi berlangsung.
2.9. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Adanya pengawasan dan evaluasi terhadap Program Mandiri Anggur
Merah.
b. Adanya hubungan yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam
pelaksanaan Program Mandiri Anggur Merah.
c. Adanya Perubahan perilaku dan taraf hidup penerima dan pemanfaat
Program Mandiri Anggur Merah.