bab ii tinjauan umum mengenai keimigrasian...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI KEIMIGRASIAN DAN VISA
KUNJUNGAN
2.1. Pengertian Imigrasi
Berdasarkan hukum internasional klasik,indiviu mendapatkan kedudukan
dari aturan –aturan penting hukum kebiasaan internasional , misalnya aturan atau
ketentuan mengenai perlakuan terhadap orang asing1. Imigrasi adalah perpindahan
orang dari suatu negara-bangsa (nation-state) ke negara lain, di mana ia bukan
merupakan warga negara dan dalam perpindahan orang/penduduk dari suatu
tempat/negara luar ke dalam negeri dengan tujuan menetap, bahwa keimigrasian
merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas
wilayah Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan
bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 6 tahun 2011 tentang
Keimigrasi menyebutkan keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang masuk
aatau keluar wilayah Indonesia serta pengawasanya dalam rangka menjaga
tegaknya kedaulatan negara.
1 Schwarzenberger, 1976, A Manual Of Internastional law, Stevens And Sons, 6th ed,
London, hal.102.
Bahwa perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya
mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan
negara Republik Indonesia, sehingga diperlukan peraturan perundang-undangan
yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan,
perlindungan, dan pemajuan hak asasi manusia.
Meskipun migrasi manusia telah berlangsung selama ribuan tahun, konsep
modern imigrasi, khususnya di abad ke-19, terkait dengan perkembangan negara-
bangsa dengan kriteria yang jelas untuk kewarganegaraan, paspor, pengawasan
perbatasan permanen, serta kebangsaan hukum, Anggota imigrasi dalam rangka
mempertahankan dan melaksanakan tugas untuk mengawasi kedatangan dan
keberangkatan dari warga / orang untuk melihat / memvalidasi identitas orang
yang akan bepergian ke luar negeri juga memiliki tugas untuk mengawasi orang-
orang yang datang dari luar negeri ke imigrasi itu sendiri, tugas imigrasi antara
lain untuk juga melihat dan mengidentifikasi kedatangan negara untuk imigrasi
sendiri Lokasi Anggota imigrasi itu sendiri, antara lain: Bandara Internasional,
International Pelabuhan Laut dan Perbatasan Negara untuk mempertahankan,
mengawasi, dan memperhatikan kedatangan dan keberangkatan orang atau barang
yang datang dan pergi dari satu negara atau lainnya negara.
Dalam hal ini ada empat pendapat terpenting mengenai penerimaan orang
asing ke negara-negara yang bukan negaranya :
(a) Suatu negara wajib menerima semua orang asing
(b) Suatu negara wajib menerima semua orang asing, namun berhak menolak
golongan tertentu, misalnya pecandu obat bius, orang yang mengidap
penyakit tertentu dan orang-orang tak diingini lainya.
(c) Suatu negara terikat untuk menerima orang asing tetapi bisa mengenakan
syarat-syarat tertentu atas penerimaan mereka.
(d) Suatu negara berhak sepenuhnya melarang masuk orang asing sesuka
hatinya.
Sejauh menyangkut praktek yang dilakukan negara, dapat dikatakan
bahwa pandangan yang pertama tidak pernah diterima sebagai suatu peraturan
umum dalam hukum internasional. Kebanyakan negara menegaskan dalam teori
hukum untuk melarang masuk semua orang asing semau-maunya, menegaskan
bahwa hak seperti itu merupakan atribut esensial dari pemerintah yang berdaulat.2
Oleh karena itu dari pandangan tersebut imigrasi yang disini sebagai tolak
ukur suatu negara dalam hal lintas batas negara yang menjadi lembaga yang dapat
memfilter atau menyaring sapa saja individu-individu maupun kelompok yang
dapat keluar masuk suatu negara, sesuai dengan prinsip keimigrasian yaitu
selective policy (kebijkan selektif) bahwa hanya orang asing yang memberikan
manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik Indonesia, tidak
18 J.G.starke, loc.cit.
membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap
rakyat maupun negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang –undang Dasar Negara Republik Indonesia.3 Sehingga tidak semua
warga negara asing dapat diijinkan tinggal menetap di dalam wilayah negara
Indonesia sebagai salah satu tugas dari Direktorak Jendral Imigrasi yang
menyeleksi setiap warga negara asing yang akan mengajukan ijin tinggal disuatu
wilayah negara Indonesia.
2.2 Pengertian Visa Kunjungan
Jika kita tinjau kehidupan negara-negara selalu kita melihat hubungan
antara negara yang satu dengan yang lain yang diluar wilayah kekuasaan negara
tertentu hubungan tersebut dapat bercorak politk, ekonomi, sosial, kultural,
sampai pada perikemanusiaan hubungan demikian itu dapat meliputi
daerah/region dan sekaligus merupakan hubungan tetangga terdekat, maupun
menunjukan daerah yang lebih luas lagi sampai melampaui batas-batas benua
sendiri dan meliputi seluruh dunia4.
Dalam lalu lintas negara yang meliputi warga negaranya diperlukan
sebuah aturan untuk mengunjungi suatu negara terutama di Indonesia untuk
tinggal menetap sementara dalam jangka waktu tertentu warga negara asing wajib
19 Muahamad Arief, Op.cit, hal.20.
19 Misbach DKK, 1980, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Negri Jember,
hal .1.
memiliki visa Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Visa adalah
keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan
Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan
perjalanan ke wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian Ijin Tinggal5.
Hal tersebut dikeluarkan oleh direktorat jendral Keimigrasian yang digunakan
oleh warga negara asing yang tiba di indonesia sebagai tanda bukti boleh
berkunjung yang mempersyaratkan adanya izin masuk. Bisa berbentuk stiker visa
yang dapat diajukan di kedutaan negara yang akan dikunjungi atau berbentuk
stempel pada paspor pada negara tertentu.
Pasal 34 Undang-undang No.6 Tahun 2011 tentang Keiimigrasian
menyebutkan ,visa terdiri atas :
a. Visa diplomatik
b. Visa dinas
c. Visa kunjungan
d. Visa tinggal terbatas
Dalam hal ini penulis mengkhususkan pada visa kunjungan, yang mana
pasal 38 UU Keimigrasian menyebutkan : visa kunjungan diberikan kepada orang
asing yang akan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dalam rangka
kunjungan tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, pariwisata, bisnis,
keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain.
visa kunjungan terdiri dari :
5http://kbri-astana.kz/id/visa-95%7C96.html , di akses pada tanggal 16 Juni 2015
1. visa kunjungan (VK)
2. visa Kunjungan Beberapa Kali Perjalanan (VKBP)
3. visa kunjungan saat kedatangan (VKSK)
visa kunjungan dapat diberikan untuk: 1 (satu) kaliperjalanan dan beberapa
kali perjalanan.visa kunjungan untuk 1 (satu) kali perjalanan diberikan kepada
Orang Asing yang akan melakukan kegiatan:
a.wisata
b.keluarga
c.sosial
d.seni dan budaya
e.tugas pemerintahan
f.olahraga yang tidak bersifat komersial
g.studi banding, kursus singkat, dan pelatihan singkat
h. memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pelatihan dalam penerapan
dan inovasi teknologi industri untuk meningkatkan mutu dan desain
produk industri serta kerja sama pemasaran luar negeri bagi Indonesia
I. melakukan pekerjaan darurat dan mendesak
J. jurnalistik yang telah mendapat izin dari instansi yang berwenang;
k. Pembuatan film yang tidak bersifat komersial dan telah mendapat izin
dari instansi yang berwenang
l. melakukan pembicaraan bisnis
m.melakukan pembelian barang
N.memberikan ceramah atau mengikuti seminar
O.mengikuti pameran internasional
P. mengikuti rapat yang diadakan dengan kantor pusat atau perwakilan di
Indonesia
Q.melakukan audit, kendali mutu produksi, atau inspeksi pada cabang
perusahaan di Indonesia
r.calon tenaga kerja asing dalam uji coba kemampuan dalam bekerja
s.meneruskan perjalanan ke negara lain, dan
t.bergabung dengan Alat Angkut yang berada di Wilayah Indonesia.
visa kunjungan beberapa kali perjalanan diberikan kepada orang asing yang akan
melakukan kegiatan:
a. Kunjungan keluarga
b. Kunjungan bisnis, dan
c. Kunjungan tugas pemerintahan.
visa kunjungan beberapa kali perjalanan digunakan untuk keperluan tidak
bekerja yang meliputi semua aspek yang berkaitan dengan pemerintahan,
kepariwisataan, sosial budaya, dan kegiatan usaha yang memerlukan beberapa kali
kunjungan ke Indonesia dalam waktu paling lama 1 tahun, dengan jangka waktu
setiap kali kunjungan tidak lebih dari 60 hari.
Pasal 41 UU Keimigrasian juga menyebutkan :
(1) Visa kunjungan dapat juga diberikan kepada orang asing pada saat
kedatangan ditempat pemeriksaan Imigrasi.
(2) Orang asing yang dapat diberikan visa kunjungan saat kedatangan
adalah warga negara dari negara tertentu yang ditetapkan berdasarkan
peraturan mentri.
(3) Pemberian visa kunjuangan saaat kedatangan di tempat pemeriksaan
Imigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
pejabat Imigrasi
2.3 Prosedur Keimigrasian
Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia harus melalui
prosedur yang berlaku, dalam hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, dan khusus bagi warga negara asing berikut
penjelasan singkat mengenai pengaturan keluar masuk wilayah Indonesia
Warga negara asing (WNA) yang akan memasuki wilayah Negara
Republik Indonesia memiliki kewajiban sebagai berikut:
1. Memiliki Surat Perjalanan masuk yang sah dan masih berlaku;
2. Mengisi kartu E/D, kecuali bagi pemegang kartu elektronik;
3. Memiliki visa yang masih berlaku, kecuali orang-orang yang tidak
diwajibkan memiliki visa. Dan yang tidak diwajibkan memiliki visa antara
lain:
a) Warga Negara Asing dari negara-negara yang berdasarkan
Keputusan Presiden tidak diwajibkan untuk memiliki visa
b) Orang asing yang memiliki izin masuk kembali
c) Kapten atau nahkoda dan awak yang bertugas pada alat angkut
yang berlabuh di pelabuhan atau mendarat di bandar udara wilayah
Indonesia;
d) Penumpang transit.
Untuk pemeriksaan Keimigrasian terhadap warga negara asing yang akan
memasuki wilayah Negara Republik Indonesia, meliputi :
1. Memeriksa Surat Perjalanannya dan mencocokkan dengan pemegangnya;
2. Memeriksa visa bagi orang asing yang diwajibkan memiliki visa;
3. Memeriksa pengisian lembar E/D, dan
4. Memeriksa nama yang bersangkutan dalam daftar penangkalan.
Adapun tempat pemeriksaan imigrasi adalah pelabuhan (laut), bandara
udara, atau tempat-tempat lain yang ditetapkan oleh menteri hukum dan hak asasi
manusia sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia. Tempat-tempat
pemeriksaan imigrasi tersebut maksudnya adalah seperti perbatasan darat antara
Republik Indonesia dengan Serawak (Malaysia) dan perbatasan Republik
Indonesia dengan Timor Leste.
Pemberian atau penolakan ijin masuk yang dicirikan melalui visa atau
surat perjalanan orang asing yang memasuki wilayah Indonesia dilakukan oleh
Pejabat imigrasi yang bertugas ditempat pemeriksaan imigrasi, masuk atau
keluarnya subjek keimigrasian dalam hal ini adalah orang yang masuk ke wilayah
atau pun orang yang akan keluar wilayah Negara Republik Indonesia, warga
negara asing (WNA). Dan terkait hal tersebut, negara kita memiliki prosedur atau
tata cara tersendiri sebagaimana yang diatur dalam peraturan mengenai
Keimigrasian, bagi setiap warga negara Indonesia maupun warga negara asing
yang akan menggunakan haknya untuk melakukan perjalanan ke luar negeri
maupun kembali masuk ke Negara Indonesia, dalam Undang-Undang
Keimigrasian telah diatur kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi, antara lain
adalah :
Tanda Bertolak;
Surat Perjalanan Republik Indonesia dalam hal melakukan perjalanan ke
luar negeri;
Surat Izin masuk kembali ke wilayah Indonesia.
Secara spesifik dalam peraturan perundang-undangan telah diatur
kewajiban Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia harus melalui
pemeriksaan keimigrasian di tempat pemeriksaan oleh petugas imigrasi, dan lebih
lanjut pemeriksaan keimigrasian diatur sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Keimigrasian Warga Negara Indonesia yang akan masuk ke
wilayah Negara Republik Indonesia meliputi:
1) Memeriksa Surat Perjalanannya dan mencocokkan dengan
pemegangnya
2) Memeriksa pengisian lembar E/D;
3) Memeriksa nama yang bersangkutan dalam daftar penangkalan.
2. Pemeriksaan Keimigrasian Warga Negara Asing yang akan masuk ke
wilayah Negara Republik Indonesia meliputi:
1) Memeriksa Surat Perjalanannya dan mencocokkan dengan
pemegangnya
2) Memeriksa visa bagi orang asing bagi mereka yang diwajibkan
memiliki visa
3) Memeriksa pengisian lembar E/D, kecuali bagi pemegang kartu
elektronik
4) Memeriksa nama yang bersangkutan dalam daftar penangkalan.
Dalam hal yang dianggap perlu dapat dilakukan juga pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Tiket untuk kembali atau untuk meneruskan perjalanan ke negara lain;
2. Keterangan mengenai jaminan hidup selama berada di Indonesia; atau
3. Keterangan kesehatan bagi negara yang terkena wabah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, petugas imigrasi dapat memberi
keputusan sebagai berikut :
1. Menolak pemberian ijin masuk (penolakan) karena dianggap tidak
memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut di atas; atau
2. Memberikan ijin masuk karena telah memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagaimana yang telah disebutkan diatas atau untuk yang telah memiliki
ijin masuk kembali, masih berlaku ijinnya.
Terkait penolakan pihak keimigrasian, dalam hal pihak asing tersebut :
1. Tidak memiliki Surat Perjalanan yang sah atau tidak berlaku;
2. Tidak memiliki Visa, kecuali yang tidak diwajibkan memiliki visa
sebagaimana yang diatur dalam pasal 13 ayat (1) huruf d Undang-Undang
nomor 6 tahun 2011, yakni ”orang asing warga negara dari negara yang
berdasarkan Keputusan Presiden tidak diwajibkan memiliki visa
3. Menderita gangguan jiwa atau penyakit menular yang membahayakan
kesehatan umum;
4. Memberikan keterangan yang tidak benar dalam memperoleh Surat
Perjalanan dan/ atau visa.
2.4 Undang-undang Keimigrasian
Di Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan
Belanda. Pada saat itu terdapat badan pemerintah kolonial bernama Immigratie
Dients yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh kawasan
Hindia Belanda keimigrasian berasal dari kata imigrasi yang merupakan
terjemahan dari bahasa Belanda immigratie dan bahasa Latin immigratio6.
Kataimigrasi terdiri dari 2 (dua) suku kata yaitu in yang artinya dalam dan migrasi
yang artinya pindah, datang, masuk atau boyong. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa arti imigrasi adalah pemboyongan orang-orang masuk ke suatu
6 T.S.G.Mulia dan K.A.H.Hidding, Ensiklopedia Indonesia, Jilid II, W. Van Hoeve,
Bandung-Gravenhage, 1957, hal.649.
negeri7. 35 Pada saat itu jumlah kantor cabang Imigrasi di Indonesia sangat
terbatas, hanya di kota-kota pelabuhan yang banyak disinggahi oleh kapal-kapal
yang datang maupun berangkat ke luar negeri.
Menurut Staatsblad 1916 No. 47 Pasal 1 ayat 2 tentang Penetapan
IzinMasuk (PIM) dinyatakan bahwa : "Untuk turun kedarat diperlukan suatu Surat
izin dari pegawai yang ditunjuk oleh Presiden yang dalam pekerjaan disebut
pejabat urusan pendaratan (Pejabat Imigrasi).
Setelah bangsa Indonesia menjadi negara merdeka yang diproklamirkan
tanggal 17 Agustus 1945 dan tanggal 27 Desember 1949 penyerahan kedaulatan
negara dari pemerintahan Hindia Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia
maka pada tanggal 26 Januari 1950 secara resmi Kantor Imigrasi sebagai kantor
penting pada zaman penjajahan Hindia Belanda diserahkan kepada pemerintah
Republik Indonesia dan sekaligus menjadi Jawatan Imigrasi yang dipimpin oleh
putra Indonesia Mr.H.Jusuf Adiwinata sebagai Kepala Jawatan Imigrasi. Sejak
adanya Jabatan Imigrasi maka negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat
mempunyai hak dan kewenangan untuk menentukan sistim hukum yang berlaku
termasuk merumuskan masalah Hukum Keimigrasian diantaranya perubahan
kebijakan keimigrasian dari open deur policy untuk kepentingan pemerintah
Kolonial, menjadi politik hukum keimigrasian yang bersifat selective policy
7 M.Iman Santoso, 2004, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan ketahanan
Nasional, hal.17.
yang didasarkan pada, kepentingan nasional pemerintah Indonesia, artinya hanya
bagi mereka yang benar-benar menguntungkan kesejahteraan rakyat dan tidak
membahayakan keselamatan bangsa dan negara Republik Indonesia diizinkan
masuk ke Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Hindia
Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia (Serikat) pada tanggal 27
Desember 1949, maka masalah keimigrasian di Indonesia diserahkan dari
Pemerintah Hindia Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal
26 Januari 1950, yang selanjutnya diambil langkah-langkah untuk mengatur
masalah keimigrasian di Indonesia sebagai berikut:
2.5 Pengaturan Terhadap Penyalahgunaan Izin
Pada kamus hukum, izin (vergunning) sebagai “Overheidstoestemming
door wet of verordening gesteld voor tal van handling waarop in het algemeen
belang speciaal toezicht vereist is, maar die, in het algemeen, niet als onwenselijk
wonden beschouwd”8 (perkenan/izin dari pemerintah berdasarkan Undang-undang
atau peraturan pemerintahan yang disyaratkan untuk perbuatan yang ada pada
umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang ada pada umumnya
tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak dikehendaki). Ateng
syarifudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan,
hal yang dilarang menjadi boleh,9 atau “Als Opheffing van een algemene
8 S.J. Fockema Andreae, 1951, Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Tweede Druk,J.B. Wolter
Uitgeversmaatshappij N.V, Groningen, hal.311.
verbodsregel in het concrete geval”10 (sebagai peniadaan ketentuan larangan
umum dalam peristiwa konkret).
Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu
persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang – undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umumu
dilarang.11 Secara teoritis, tindakan hukum berarti “de handelingen die naar hun
aard gericht op een bepaald rechtgevolf”12 (tindakan-tindakan yang berdasarkan
sifatnya dapat menimbulkan akibat hukum tertentu). Dengan kata lain, akibat
hukum yang dimaksudkan adalah muncul atau lenyapnya hak dan kewajiban bagi
subjek hukum tertentu. Akibat hukum yang lahir dari tindakan hukum, dalam hal
ini dengan dikeluarkanya ketetapan, berarti muncul atau lenyapnya hak dan
kewajiban bagi subjek hukum tertentu segera setelah adanya ketetapan tertentu.
Akibat hukum terhadap keputusan administratif dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu keputusan yang dapat dibatalkan dan keputusan yang batal demi hukum
keputusan yang dapat dibatalkan adalah yang kepentinganya tidak mematuhi
pembatasan – pembatasan, syarat –syarat atau ketentuan peraturan perundang-
perundangan yang dikaitkan pada izin, subsidi, atau pembayaran dengan
9 Ateng Syarifudin, perizinan untuk berbagi kegiatan, Makalah tidak dipublikasikan, hal.1.
10 M.M Van Praag, 1950, Algemeen Nederlands Administratief Recht, Juridische Boekhandel
en Uitgeverij A. Jongbloed & Zoon, S Gravenhage, hal.54.
11 Bagir Manan, 1995, Ketentuan – Ketentuan Mengenai Pengaturan Penyelengaraan Hak
Kemerdekaan Berkumpul Ditinjau Dari Perspektif UUd 1945, Makalah, Tidak dipublikasikan,
Jakarata, hal.8
12 R.J.H.M Huisman, Algemeen Bestuursrecht, een Inleiding.Amsterdam : Kobra. hal.13
sendirinya hampir dapat dipastikan bahwa apabila pemegang izin tidak mematuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan, syarat-syarat atau pembatasan yang
dikaitkan pada izin, maka tata usaha negara dapat beraksi dengan penarikan
kembali. Dalam banyak hal ini ditetapkan secara teliti oleh pembuat Undang-
undang apabila pemberlakuan surut dikaitkan dengan penarikan kembali (yang
biasanya pada izin tidak ada artinya, berlainan dengan subsidi atau pembayaran),
maka pemberlakuan surut tidak dapat lebih jauh daripada yang dibenarkan dari
tidak dipatuhinya syarat-syarat, peraturan Perundang-undangan atau pembatasan-
pembatasan.
Keputusan yang batal demi hukum adalah penarikan kembali suatu
keputusan atau ketetapan pada kenyataanya juga merupakan perbuatan dari suatu
keputusan/perbuatan ketetapan (beschikkingsdaad van de administratie) dengan
menerbitkan ketetapan baru yang menarik kembali (dan menyatakan tidak berlaku
lagi) keputusan (ketetapan ) yang terdahulu, sebagai suatu keputusan (ketetapan),
maka keputusan (ketetapan) yang memuat penarikan kembali keputusan
(ketetapan) tersebut niscaya menimbulkan akibat hukum yang baru bagi seorang
warga atau badan hukum perdata yang dikenakan keputusan (ketetapan) itu.
Dalam hal seorang warga atau badan hukum perdata merasa dirugikan
oleh akibat hukum yang timbul dri keputusan (ketetapan) penarikan kembali itu,
maka ia berhak mengajukan banding administratif (administratiefberoep) atau
menggunakan upaya hukum yang tersedia di Undang-undang nomor 5 tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara ( Undang – undang nomor 9 tahun 2004
tentang perubahan atas Undang –undang Nomor 5 tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara) dengan yakni cara membawakan permasalahanya ke hadapan
hakim (Tata Usaha Negara).13
13 Philipus M Hadjon dkk, 2005, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Surabaya, hal.260.