bab ii tinjauan umum tentang sampah adalah sesuatu bahan...
TRANSCRIPT
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Sampah
1. Pengertian Sampah
Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan Amerika membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.22
Dari penjelasan tersebut penulis berpendapat dikatakan bahwa tidak
semua sampah mampu diolah / di daur ulang kembali untuk mendapatkan
keuntungan seperti yang diharapkan sebelumnya. Seperti halnya sisa dari
benda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung meletus, hal ini tidak
dapat digunakan sebagai sampah yang mampu dikelola sebagai kerajinan
tangan atau yang memiliki nilai ekonomi. Akan tetapi mampu digunakan
sebagai kompos atau tanah subur, karena memiliki unsur hara didalamnya.
Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan manusia
yang dibuang karena sudah tidak berguna. Sehingga bukan semua benda
padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah, misalnya: benda-
benda alam, benda-benda yang keluar dari bumi akibat gunung meletus,
banjir, pohon yang tumbang akibat angin ribut dan sebagainya bukanlah
merupakan sampah sebagaimana mestinya.
22
Soekidjo Notoatmodjo, 2011, Kesehatan Masyarakat : Ilmu Dan Seni, Jakarta PT. Rineka Cipta, hal 190
21
2. Klasifikasi Sampah
a. Berdasarkan Sifat Berdasarkan sifatnya sampah dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Sampah organik – dapat diurai (degradable) Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk seperti
sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
2) Sampah anorganik – tidak terurai (undegradable) Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,
seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya.
b. Berdasarkan Sumber
Menurut sumbernya sampah dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Sampah alam 2. Sampah manusia 3. Sampah konsumsi 4. Sampah nuklir 5. Sampah industri 6. Sampah pertambangan.23
Menurut penulis klasifikasi diatas sangat berguna apabila masyarakat
cermat dalam menanggapi problematika akan sampah selama ini. Tidak
hanya pemerintah yang diuntungkan apabila negara Indonesia menjadi negara
yang bersih dari problematika sampah, tetapi juga masyarakat yang turut
berperan sangatlah memiliki keuntungan yang sangat besar. Tidak hanya
memiliki lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman, tetapi juga memiliki
lingkungan hidup yang telah mempengaruhi masyarakat sekitar untuk
memiliki tanggung jawab terhadap sampah yang dihasilkannya. Sehingga
perilaku tersebut merupakan sebuah kesejahteraan masyarakat sekitar dan
juga makhluk hidup lain yang tinggal.
23Seokidjo, Ibid, hal 194
22
Sampah yang dapat diurai akan sangat berguna apabila dapat dikelola
dengan baik seperti halnya didaur ulang kembali menjadi kompos, seperti
halnya sampah rumah tangga dan restoran yaitu sayur-sayuran, buah-buahan
dan sebagainya. Kandungan yang terdapat di pupuk kompos memiliki
kandungan zat yang lebih lengkap, dimana dalam salah satu unsurnya mampu
memperbaiki struktur tanah, karena kandungan zat hara yang tinggi sehingga
tanah kembali menjadi tanah gembur, dan juga dapat menghemat penggunaan
pupuk kimia.
Sampah anorganik sendiri telah menjadi permasalahan selama ini,
dimana sampah anorganik merupakan sampah yang tidak dapat diurai,
apabila dapat diurai maka memerlukan proses yang begitu lama. Tumpukan
sampah yang dihasilkan dari sampah anorganik dapat mengeluarkan gas
metan (CH4), yang dimana memiliki pengaruh besar terhadap pemanasan
global, apabila tidak segara didaurulang menjadi lebih bermanfaat, setidaknya
mengurangi permasalahan sampah. Ada beberapa sumber sampah yang dapat
didaur ulang, seperti sampah kertas yang dihasilkan oleh sampah industri,
sampah konsumsi seperti plastik, kresek dan sebagainya.
3. Sumber-sumber Sampah
a. Sampah yang berasal dari permukiman (domestic wastes). Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagaia hasil dari
kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang. Seperti: sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, dan lain sebagainya.
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.
Sampah ini berasal dari dari tempat-tempat umum, seperti tempat-tempat hiburan, terminal bus. Sampah ini berupa: kertas, plastik, botol dan lain sebagainya.
23
c. Sampah yang berasal dari perkantoran. Sampah yang berasal dari perkantoran baik perkantoran
pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan lain sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon dan sebagainya.
d. Sampah yang berasal dari jalan raya.
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari: kertas, kardus, debu, batu-batuan, daun-daunan, plastik dan sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes).
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi. Seperti: logam, sampah-sampah pengepakan barang, plastik, kayu, kaleng, botol, dan sebagainya.24
Sumber sampah tidak hanya dari masyarakat yang memiliki perilaku
konsumtif terhadap suatu barang yang tidak berguna yang berada di dalam
rumah, akan tetapi sumber sampah terletak disetiap tempat yang terdapat
manusia disekitarnya, bahkan sampah tidak hanya berupa plastik, kertas
atau kaleng, sampah bisa juga berasal dari debu atau daun-daunan yang
gugur akibat tua. Dilihat dari sumber sampah sendiri, sesungguhnya
masyarakat dapat mengelola sampah-sampah tersebut. Tidak hanya sampah
basah saja yang dapat dikelola sebagai kompos, sampah kering juga dapat
didaur ulang kembali sebagai kerajinan yang memiliki nilai ekonomi di
kalangan masyarakat.
Sampah yang dihasilkan dari berbagai tempat yang menjadi sumber
sampah dapat dijadikan proses pembelajaran, dimana dari sumber-sumber
diatas dapat menjadikan masyarakat memiliki rasa tanggung jawab terhadap
sampah yang telah di hasilkan oleh mereka dan dijadikan sebagai teman
24Soekidjo, Op.cit, hal. 1995
24
untuk memiliki rasa kepedulian terhadap sesamam apabila sampah yang
dihasilkan telah mengganggu kenyaman orang lain dari akibatnya. Bukan
hanya di area perkantoran, permukiman, kawasan industri saja yang
memiliki rasa tanggung jawab akan penanggulangan sampah tetapi juga di
jalan raya dan juga tempat-tempat umum lainnya.
4. Jenis-jenis Sampah
Terdapat berbagai jenis sampah yang seharusnya disadari, meliputi sampah padat, sampah cair, sampah alam, sampah manusia dan sampah gas.
a. Sampah padat
1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya, sampah di bagi menjadi: a) Sampah an-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat
membusuk, misalnya: logam (besi), pecahan gelas, plastik dan sebagainya.
b) Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya: sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.
2) Berdasarkan dapat dan tidaknya di bakar
a) Sampah yang mudah terbakar, misalnya: kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, botol dan sebagainya.
b) Sampah yang tidak dapat dibakar, misalnya: kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.
3) Berdasarkan karakteristik sampah a) Garbage, yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan
makanan, yang umumnya mudah membusuk, dan berasal dari rumah tangga, restoran, dan sebagainya.
b) Rubbish, yaitu sampah yang berasal dari perkantoran perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, plastik, karton, dan sebagainya, mupun yang tidak mudah terbakar seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, dan sebagainya.
c) Ashes (Abu), yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.
d) Sampah jalanan (street sweeping), yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan, yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik dan sebagainya.
e) Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik.
25
f) Bangkai binatang (dead animal), yaitu bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan, atau dibuang oleh orang.
g) Bangkai kendaraan (abandoned vehicle), adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.
h) Sampah pembangunan (contruction wastes), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung, rumah dan sebagainya, seperti kayu, besi, bambu dan sebagainya.25
Sampah padat merupakan sampah yang mudah di dapatkan dan
muda untuk didaur ulang kembali. Sampah ini tidak hanya didapatkan
dari area permukiman tetapi juga diarea perkantoran/instansi dan juga
perusahan besar yang ada di Indonesia. Baik berupa kertas, plastik,
kaleng dan lain-lain, akan tetapi sampah tersebut tidak memiliki nilai
ekonomi karena pihak yang berkaitan tidak bersedia bahkan tidak mampu
untuk mengelola limbah / sampah yang telah dihasilakan sebelumnya.
Bagi mereka yang melihat peluang dari sampah yang dihasilkan, maka
sampah tersebut diambil dan di daurulang kembali. Seperti halnya
pemulung yang melihat kesempatan yang berserakan tanpa diolah oleh
penghasil sampah sendiri, dianggap sebagai tumpukan uang yang telah
dibuang oleh pemiliknya.
Pemulung yang telah mengumpulkan sampah tersebut
memanfaatkannya dengan menjadikan lagi peluang usaha ataupun
pendapatannya. Jika tidak mampu mengolah sampah, maka dapat di
setorkan kepada pengrajin dari limbah sampah kering.
Sampa padat ini juga tidak semua dapat dilakukan proses
pembakaran, karena proses pembakaran sendiri memiliki efek yang
25 Soekidjo, Loc.cit
26
buruk, sehingga sampah seharusnya di daur ulang dengan baik daripada
harus dilakukan proses pembakaran. Sampah padat yang tidak dapat
dibakar yaitu, kaleng bekas, besi, logam dan sebagainya.
b. Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Adapun jenis sampah cair. 1. Sampah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet dan industri.
Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya. 2. Sampah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.26
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Untuk mencegah sampah cair adalah pabrik-pabrik tidak membuang limbah sembarangan seperti membuang ke selokan.
Sampah cair ini merupakan sampah yang tidak dapat di daur ulang
kembali sebagaimana mestinya, karena di dalam sampah cair ini
memiliki kandungan yang sangat berbahaya seperti patogen. Sampah cair
ini tidak seharusnya dibuang di sembarang tempat seperti di selokan,
sungai, bahkan laut, karena akibat dari pembuangan sampah cair ini
memiliki efek yang buruk terhadap kelangsungan hidup ekosistem
makhluk hidup lain yang tinggal di sungai dan laut.
Kandungan patogen yang dihasilkan setiap hari akan semakin
meningkat apabila tidak memiliki penampungan sendiri sehingga dampak
26Sukanda Husin, 2009, Penegekan Hukum Lingkungan Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, hal
43
27
negatif yang ditimbulkan semakin luas, seperti kesehatan diri sendiri dan
juga masyarakat sekitar.
c. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui
proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang
terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat
menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
Sampah ini juga merupakan proses yang mampu di daur ulang
dengan baik, karena sifat daun yang mudah diurai / memiliki proses
pembusukan dengan baik, maka dapat dijadikan sebagai pupuk kompos
dalam pertanian masyarakat sekitar pemukiman.
d. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.27
Sampah ini merupakan sampah kedua yang tidak dapat di daur ulang
kembali, karena sampah yang dihasilkan merupakan faktor penyebaran
penyakit yang serius apabila penempatan sampah ini tidak dikelola
dengan baik. Karena sampah ini merupakan sampah yang memiliki virus
yang berbahaya bagi kesehatan diri sendiri bahkan kesehatan masyarakat
yang berada di lingkungan sekitar.
27 Sukanda Husin, Ibid. Hal, 42
28
e. Sampah gas
Udara dikatakan bersih apabila komponen udara telah tidak tercampur dengan zat, energi, dan/atau komponen lain yang tidak diinginkan. Untuk melindungi udara, pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien. Udara dikatakan tercemar apabila mutu ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.28
Sampah ini dapat tercemar di udara apabila terjadi proses
pembakaran yang berlebihan, seperti halnya pembakaran lahan yang
tidak segera dipadamkan oleh masyarakat yang melakukan pembakaran
tersebut. Asap yang di hasilkan dari proses pembakaran lahan dan juga
pembakaran sampah yang tidak memiliki teknologi pembakaran sampah
yang benar, sehingga asap yang dihasilkan menyebar luas sampai di
udara.
Menurut penulis limbah gas merupakan salah satu penyebab
terjadinya pencemaran udara. Hal ini disebabkan karena limbah gas
mengandung zat yang berbentuk asap, nitrogen, karbon monoksida,
hidrokarbon, sulfur dioksida yang dilepas ke udara. Limbah gas biasanya
berasal dari industri pabrik yang memiliki cerobong besar untuk
mengalirkan sisa pembuangan produksi dalam bentuk gas. Selain itu,
asap yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor juga dapat disebut
sebagai limbah gas. Sehingga memicu untuk munculnya limbah berupa
gas.
Limbah gas dapat mempengaruhi pencemaran udara karena zat yang
dilepaskan ke udara merupakan zat nitrogen, asap dan banyak zat lain
28 Sukanda Husin, Ibid, hal 43.
29
apabila dilakukan proses pembakaran sampah yang tidak sesuai dengan
teknologi pembakaran sampah yang baik di tempat pembakarn sampah,
sehingga zat yang dikeluarkan tidak mencemari udara dan juga tidak
menjadi penyebab bau tak sedap akibat pembakaran, sekalipun pabrik
yang telah memiliki cerobong asap sendiri, akan tetapi asap yang
dihasilkan tetap dilepaskan ke udara.
B. Tinjauan Umum Bank Sampah
Indonesia merupakan suatu negara yang dikenal sebagai negara yang
memiliki kawasan terluas didunia setelah Brazil. Namun seiring dengan
berjalannya waktu masyarakat Indonesia sendiri tidak memiliki kendali atau
eksplorasi yang berlebihan terhadap barang-barang yang digunakan dalam
kehidupan sehari-harinya. Jika ditinjau dari segi nilai ekonomis, baik nilai
ekonomi nasional, pendapatan dan devisa negara, menggerakkan roda
perekonomian dan meningkatkan pendapatan asli daerah semua itu memiliki
keuntungan masing-masing. Akan tetapi bagaimana dengan akibat yang
ditimbulkan dari perilaku konsumsi yang berlebihan tersebut, terutama
terhadap sampah.
1. Pengertian Bank Sampah
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 13
Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle
Melalui Bank Sampah, bank sampah sendiri di atur dalam pasal 1 ayat 2
peraturan ini. Adapun bunyi dari pasal ini yaitu:
30
“Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang
dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.”
Kesempatan ini seharusnya di manfaatkan oleh masyarakat untuk
mendapat keuntungan dari sampah yang dihasilkan selama ini dan tidak lagi
memiliki kebiasaan buruk untuk membuang sampah disembarang tempat
seperti halnya disungai, karena sekarang pemerintah telah menyediakan
tempat untuk memilah sampah yang dapat didaur ulang kembali. Upaya
pemerintah tersebut seharusnya mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat
untuk bergotongroyong untuk mengelola sampah di Bank Sampah yang ada
disetiap daerah. Jika tidak ingin terlibat dalam memilah sampah yang
bertujuan untuk menanggulangi sampah, maka bisa ikut andil sebagai
nasabah yang menabungkan sampahnya di Bank Sampah, sehingga kebijakan
pemerintah dalam menanggulangi dan mengurangi sampah dapat terlaksana
dengan baik. Kebijakan ini tidak hanya berlaku bagi masyarakat yang tinggal
dikota saja melainkan juga bagi masyarakat desa yang berada di wilayah
Indonesia.
“Bank sampah adalah suatu tempat dimana terjadi kegiatan pelayanan terhadap penabung sampah yang dilakukan oleh teller bank sampah. Penabung dalam hal ini adalah seluruh warga baik secara individu maupun kelompok, menjadi anggota penabung sampah yang dibuktikan dengan adanya buku tabungan sampah dan berhak atas tabungan sampahnya.29
Teller yang dimaksud adalah petugas bank sampah yang bertugas
melayani penabung sampah antara lain: menimbang berat sampah yang
dibawa penabung, membeli sampah, mencatat dalam buku induk, dan
29Bambang Suwerda, 2010, Bank Sampah Buku I, Yogyakarta, Werda Press, hal. 33-34
31
berkomunikasi dengan pengepul. Sedangkan pengepul adalah perseorangan
dan/atau lembaga yang masuk dalam pengelolaan sampah.
“Pengelolaan sampah permukiman yang menerapkan sistem penyetoran sistem penyetoran sejumlah sampah ke badan yang di bentuk dan disepakati bersama oleh masyarakat setempat (bank sampah) untuk menampung sampah yang memiliki nilai ekonomi ditabung sampai pada jumlah dan waktu tertentu ditukar sejumlah uang.30
Disisi yang lain, perilaku tersebut sangat menguntungan bagi para pelaku
usaha atau produsen, namun akibat yang ditimbulkan tidak cukup
membuktikan bahwa para pelaku usaha sepenuhnya salah, karena mereka
hanya menyediakan yang dibutuhkan oleh konsumen/masyarakat. Dalam
kondisi ini maka pemerintahlah yang dirugikan karena masyarakat yang
selaku konsumen tidak dapat mengolah dengan baik barang yang telah
digunakan, seperti halnya mengolah sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat.
2. Jenis Sampah dalam Kelompok Bank Sampah
Menurut lampiran II point G Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah, dimana jenis-jenis sampah yang
dapat ditabungkan dibank sampah yaitu:
a) Kertas, meliputi koran, majalah, kardus dan dupleks;
b) Plastik, meliputi plastik bening, botol plastik, dan plastik kertas lainnya;
c) Logam, meliputi besi, aluminium, dan timah.
30Cecep Dani Sucipto, Op.cit, hal. 204
32
Menurut penulis bahwa sampah rumah tangga yang dihasilkan dapat
memiliki nilai ekonomi apabila masyarakat mampu mengelola jenis sampah
yang dihasilkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya didalam rumah
tetapi juga ruang lingkup perumahan yang ditempati oleh masyarakat. Bukan
semua jenis sampah yang dapat ditabung atau disetorkan oleh nasabah kepada
pihak pengurus bank sampah, sehingga sampah yang di tabungkan memiliki
nilai ekonomi. Seperti halnya kertas, botol, plastik dan logam.
3. Kondisi Sampah dalam Penyetoran ke Bank Sampah
Dalam lampiran II Point I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
RI Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan
Recycle Melalui Bank Sampah, kondisi atau keadaan sampah yang di
setorkan haruslah dalam keadaan bersih dan utuh, karena harga sampah dalam
keadaan bersih dan utuh sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Menurut penulis tujuan dari kondisi diatas untuk mempermudah para
pihak pengurus dalam hal melakukan transaksi dan juga pemilihan dengan
cepat tanpa harus membersihkan jenis sampah yang telah disetorkan
masyarakat setempat dan pihak pengurus tidak bekerja dua kali (2x), karena
pihak pengurus bukan sepenuhnya bekerja sebagai karyawan tetap melainkan
sukarela.
C. Pengelolaan Sampah
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah, menjelaskan bahwa Pengelolaan sampah adalah
33
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah sebagaimana diatur dalam
pasal 1 ayat 5.
Menurut penulis pengelolaan sampah merupakan suatu tempat untuk
menampung sampah-sampah yang tetimbun selama berhari-hari bahkan
bertahun-tahun. Sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang
memiliki volume timbunan sampah semakin besar, karena volume
timbunan sampah yang besar berpotensi untuk melepas gas metan (CH4)
yang dapat meningkatkan emisi gas yang berpengaruh terhadap pemansan
global dan akan mempengaruhi rumah kaca.
Teknik pengelolaan sampah akan sangat dibutuhkan dalam hal
menangani permasalahan sampah yang terjadi selama ini. Pemilahan
sampah sangat dianjurkan dalam melakukan teknologi pengelolaan
sampah, karena akan memiliki dampak yang sangat baik terhadap
pengurangan sampah dalam hal pemilahan sampah basah dan sampah
kering. Pemilahan jenis sampah dilakukan untuk memilah lagi mana
sampah kering yang mampu di daur ulang kembali dan sampah basah
mana yang dapat dijadikan pupuk kompos. Sehingga pengurangan sampah
yang ada di tempat pembuangan akhir bisa mencapai 50% dari
permasalahan sampah.
34
Kata pengelolaan adalah proses atau cara mengolah, sedangkan
sampah adalah benda yang berbentuk padat dari bahan basah (organik)
maupun kering (an-organik) yang sudah tidak terpakai lagi.31
Pengelolaan sampah merupakan wadah untuk menampung jenis
sampah yang dapat di daur ulang menjadi kerajinan tangan yang bermanfaat
atau menjadi pupuk kompos yang dihasilkan dari jenis sampah basah.
Pengelolaan sampah juga memiliki peran penting terhadap sampah yang di
angkut oleh truk-truk sampah yang disediakan oleh pemerintah, sehingga
sampah yang telah menumpuk disekitar lingkungan permukiman dapat di
lakukan proses pengolahan sampah yang baik di pengelolaan sampah. Akan
tetapi selama ini sampah yang telah berada di tempat pengelolaan sampah
tidak didaur ulang kembali, sehingga semakin hari sampah yang diletakkan
di pengelolaan sampah semakin menggunung.
D. Teori Efektifitas hukum
Peraturan perundang-undangan, baik yang tingkatannya lebih rendah
maupun yang lebih tinggi bertujuan agar masyarakat maupun aparatur Negara
dapat melaksanakan secara konsisten dan tanpa membedakan antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya. Semua orang dipandang
sama di hadapan hukum (equality before the law). Namun dalam realisasinya
undang-Undang tersebut sering diabaikan akan penerapannya, sehingga aturan
tersebut tidak berlaku efektif. Tidak efektifnya suatu peraturan disebabkan
karena Undang-Undangnya kabur atau tidak jelas, aparatnya yang tidak
31 Gibson. L, James. 1986, organisasi, manajemen, prilaku, struktur dan proses, Jakarta, Erlangga, hal 27
35
konsisten atau masyarakatnya tidak mendukung dari pelaksanaan peraturan
tersebut. Apabila Undang-Undang itu dilaksanakan dengan baik maka Undang-
Undang tersebut dikatakan efektif. Dikatakan efektif karena bunyi Undang-
Undangnya jelas dan dalam penerapannya tidak perlu melakukan penafsiran,
aparatnnya menegakkan hukum secara konsisten dan masyarakat yang terkena
aturan tersebut mendukungnya. Teori yang mengkaji dan menganalisis hal itu
yaitu teori efektifitas Hukum.
Istilah teori efektifitas hukum berasal dari terjemahan bahasa inggris,
yaitu effectiveness of the legal theory, bahasa Belanda disebut dengan
effectiviteit van de juridische theorie, bahasa Jermannya yaitu wirksamkeit der
rechtlichen theorie. Hans kelsen menyajikan definisi tentang efektifitas hukum,
efektifitas hukum adalah apakah orang pada kenyataannya berbuat menurut
suatu cara untuk menghindari sanksi yang diancamkan oleh norma hukum atau
bukan, dan apakah sanksi tersebut benar dilaksanakan bila syaratnya terpenuhi
atau tidak terpenuhi.32
Konsep efektifitas dalam definisi Hans Kelsen difokuskan pada subjek
dan sanksi. Subjek yang melaksanaknnya yaitu orang atau badan hukum.
Orang-orang tersebut harus melaksanakan hukum sesuai dengan bunyi dari
norma hukum. Bagi yang dikenai sanksi maka sanksi hukum tersebut benar
dilaksanakan atau tidak.
Hukum diartikan norma hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Norma hukum tertulis merupakan norma hukum yang ditetapkan oleh lembaga
32Hans Kelsen.2006. Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Bandung. Penerbit Nusa Media. Hal 39
36
yang berwenang untuk itu. Lembaga yang berwenang yaitu DPR RI dan
dengan persetujuan presiden. Sedangkan norma hukum tidak tertulis
merupakan norma hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat adat.
Anthony Allot mengemukakan tentang efektifitas hukum. Bahwa Hukum
akan menjadi efektif jika tujuan dan penerapannya dapat mencegah perbuatan
yang tidak diinginkan dapat menghilangkan kekacauan. Hukum yang efektif
secara umum dapat membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu
kegagalan maka kemungkinan terjadi pembetulan secara gampang jika tertjadi
keharusan untuk melaksanakan atau menerapkan hukum dalam suasana baru
yang berbeda, hukum akan sanggup menyelesaikannya. Konsep Anthony Allot
tentang efektifitas hukum difokuskan pada perwujudanny. Hukum yang efektif
secara umum dapat membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan dalam
kehidupan sosial bermasyarakat.
Teori efektifitas hukum adalah teori yang mengkaji dan menganalisis
tentang keberhasilan dan kegagalan dan faktor yang mempengaruhi dalam
pelaksanaan dan penerapan hukum. Ada tiga kajian teori efektifitas hukum
yang meliputi :
1. Keberhasilan dalam pelaksanaan hukum.
2. Kegagalan dalam pelaksanaannya.
3. Faktor yang mempengaruhinya.
Keberhasilan dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa hukum yang
dibuat itu telah tercapai maksudnya. Maksud dari norma hukum adalah
mengatur kepentingan manusia. Apabila norma hukum itu ditaati dan
37
dilaksanakan oleh masyarakat maupun penegak hukum maka pelaksanaan
hukum itu dikatakan efektif dalam implementasinya. Hal ini, dapat dilihat
dalam masyarakat dalam melaksanakan aturan hukum tersebut.
Kegagalan dalam pelaksanaan hukum adalah bahwa ketentuan hukum
yang telah ditetapkan tidak mencapai maksudnya atau tidak berhasil dalam
implementasinya. Faktor yang mempengaruhi adalah hal yang menyebabkan
atau berpengaruh dalam pelaksanaan dan penerapan hukum tersebut. Faktor
yang mempengaruhi dapatn dikaji dari :
1. Aspek keberhasilannya.
2. Aspek kegagalannya.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan itu meliputi substansi hukum,
struktur hukum, kultur hukum, dan fasilitasnya. Norma hukum dikatakan
berhasil apabila norma tersebut ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat
maupun aparat penegak hukum itu sendiri.
Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam pelaksanaan adalah karena
norma hukum yang kabur atau tidak jelas aparatur hukum yang korup atau
masyarakat yang tidak sadar atau taat kepada norma hukum tersebut. Fasilitas
yang mendukung norma hukum tersebut sangat minim sehingga sulit untuk
terciptanya keefektifan hukum tersebut.
Menurut Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu
hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor yaitu :
Faktor hukumnya sendiri, Faktor penegak hukum, pihak yang membuat
dan yang menerapkan hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung
38
penegakan hukum, Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan, Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya, cipta
dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan.33
Ahmad ali berpendapat bahwa pada umumnya ketika kita ingin
mengetahui sejauh mana efektifitas hukum tersebut untuk ditaati atau tidak
ditaati yaitu faktor yang mempengaruhi efektifitas suatu perundang undangan
adalah professional dan optimal pelaksanan peran dari para penegak hukum
baik dalam menjalankan tugas dan menjalankan isi dari Undang-Undang
tersebut34.
Hukum dalam arti materil merupakan peraturan tertulis yang berlaku
umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. Peraturan
dibagi dua macam yaitu peraturan pusat dan peraturan daerah setempat.
Peraturan pusat berlaku untuk seluruh warga Negara yang ada pada wilayah
tersebut. Peraturan daerah setempat hanya berlaku untuk orang yang ada pada
daerah tersbut saja.
Bronislaw Malinowski menyajikan teori efektifitas pengendali sosial atau
hukum. Ia menyajikan teori efektifitas hukum dengan menganalisis tiga
masalah berikut ini yang meliputi :
1. Dalam masyarakat modern tata tertib kemasyarakatan dijaga antara lain
oleh suatu system pengendalian sosial yang bersifat memaksa yaitu
hukum, untuk melaksanakannya hukum didukung oleh suatu system alat
kekuasaan yang diorganisasikan untuk Negara. 33Soerjono Soekamto. 2008. Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Hal.8 34Achmad Ali. 2010. Menguak Teori Hukum Dan Teori Keadilan. Jakarta. Kencana. Hal 375
39
2. Dalam masyarakat primitive alat kekuasaan serupa kadang tidak ada
3. Dengan demikian apakah dalam masyarakat primitif tidak ada hukum ?35.
Lawrence M Friedman mengemukakan tiga unsur yang harus
diperhatikan dalam penegakan hukum. Ketiga unsur tersebut meliputi struktur,
substansi dan budaya hukum36.
Pengertian struktur hukum terdiri dari :
1. Unsur jumlah dan ukuran pengadilan yurisdiksinya.
2. Cara naik banding dari satu pengadilan ke pengadilan lainnya.
3. Bagaimana badan legislatif ditata.
Pengertian substansi meliputi :
1. Aturan norma dan perilaku masyarakat dalam system hukum tersebut.
2. Produk yang dihasilkan oleh orang yang berada dalam sistem hukum itu
keputusan yang mereka keluarkan dan aturan baru yang mereka terapkan.
Budaya hukum sebagai sikap dan nilai yang ada hubungannya dengan
system hukum dan hukum. Budaya hukum dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Kultur hukum eksternal.
2. Kultur hukum internal.37
Kultur hukum eksternal adalah kultur hukum yang ada pada pupulasi
masyarakat umum. Kultur hukum internal adalah kultur hukum para anggota
masyarakat yang menjalankan tugas hukum. Semua masyarakat memiliki
kultur hukum tetapi hanya masyarakat dengan para spesialis hukum yang
memiliki suatu kultur hukum yang memiliki suatu kultur hukum internal. 35Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta. Penerbit UI Press. Hal 167 36Lawrence M Friedman. 1984. American Law. London. W.W. Norton & Company. Hal. 6 37Lawrence M Friedman. Op.cit. Hal 293
40
Pandangan tentang efektifitas hukum dikemukakan oleh Clearence J.
Dias. Syarat bagi efektif atau tidaknya suatu aturan hukum adalah
1. Mudah tidaknya makna atau isi aturan hukum itu untuk ditangkap.
2. Luas tidaknya kalangan didalam masyarakat yang mengetahui isi aturan
yang bersangkutan.
3. Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan hukum yang dicapai dengan
bantuan aparat administrasi dan masyarakat.
4. Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya harus mudah
dihubungi dan dimasuki oleh setiap warga Negara akan tetapi juga harus
cukup efektif menyelesaikan sengketa.
5. Adanya anggapan dan pengakuan yang merata dikalangan warga
masyarakat, bahwa aturan dan pranata hukum itu memang berdaya mampu
efektif.38
Syarat agar hukum dapat berjalan dengan efektif adalah dengan melihat
Undang-Undangnya yang berlaku dimasyarakat, adanya pelaksanan hukum,
kondisi sosio ekonomi masyarakat, Undang-Undang yang dibuat harus
dirancang dengan baik dan substansinya yang meliputi isi dari peraturan
tersebut harus bersifat melarang, mengandung sanksinya, mengandung
moralitas. Pelaksanan hukum adalah aparat yang melaksanakan hukum itu
sendiri, seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Pelaksanaan hukum ini
harus dilakukan dengan baik. Efektifitas hukum harus dilihat dari kondisi sosio
ekonomi masyarakat. Semakin baik ekonomi masyarakat maka semakin efektif
38Marcus Priyo. 2008. Kriminalisasi dan Penalisasi Dalam Rangka Fungsionalisasi Perda
Pajak dan Retribusi. Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang. Hal 71