bab ii tinjauan umum tentang strategi pembelajaran pengertian strategi...
TRANSCRIPT
18
BAB II
A. TINJAUAN UMUM TENTANG STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Pengertian Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan suatu kebutuhan bagi seorang guru
atau pendidik untuk mendorong prakarsa dan memudahkan peserta didik
belajar, mempercepat proses pembelajaran dengan hasil yang maksimal, dan
meningkatkan kemampuan dasar peserta didik.
Strtegi berasal dari kata Yunani ‚strategos dan strategus‛, yang
berarti jendral atau perwira negara. Lebih lanjut, Shirley mengatakan
sebagaimana dikutip oleh Ulin Nuha bahwa strategi adalah keputusan-
keputusan bertindak yang diarahkan dan keseluruhannya diperlukan untuk
mencapai tujuan.30
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai.31
Istilah strategi pada mulanya banyak digunakan dalam dunia militer
yang berarti sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk
memenangkan peperangan. Secara umum straregi berarti garis-garis besar
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.32
Sedangkan pembelajaran berasal dari kata ‚ajar‛ yang berarti
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Pembelajaran adalah
30
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab (Jogjakarta: DIVA Press,
2012), 156. 31
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), 694. 32
Syaiful Bahri Djamarah-Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 5.
19
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.33
Dalam
arti yang lebih kompleks, pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai tujuan.34
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan dikemukakan beberapa
pendapat para ahli tentang pengertian pembelajaran, antara lain:
a. Menurut Rusman, pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru
dan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran.35
b. Menurut Sutrisno, pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan belajar
dengan sengaja, agar seseorang membentuk diri secara positif dalam
kondisi tertentu. Kegiatan ini berpusat pada peserta didik sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator.36
c. Menurut Muhaimin, pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to)
membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan
mudah dan terdorong kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (what to)
yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs)
peserta didik.37
d. Menurut Syaiful Sagala, pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan azaz pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
33
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 14. 34
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif, 153. 35
Rusman, Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2010) 134. 36
Sutrisno, Pengantar Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Jakarta: GP Press Jakarta, 2011), 4. 37
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Agama Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah (Bandung: Rosdakarya, 2001), 144.
20
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. 38
Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
segala upaya untuk membelajarkan siswa yang efisien dan efektif, baik
interaksi secara langsung maupun secara tidak langsung, berpusat pada
peserta didik dan guru sebagai fasilitator. Sedangkan pembelajaran kitab
kuning adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik tentang nilai-nilai
yang terkandung dalam kitab kuning.
Kata ‚strategi‛ bila di gabungkan dengan kata ‚pembelajaran‛ akan
memiliki makna yang lebih khusus. Strategi pembelajaran dipahami
sebagai strategi untuk membelajarkan peserta didik dan guru yang
membelajarkannya dengan memanfaatkan segala sesuatu untuk
memudahkan proses belajar.39
Berikut ini beberapa pengertian tentang strategi pembelajaran
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli :
a. Menurut Kozna sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno, menjelaskan
bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan setiap kegiatan yang
dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada
peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.40
38
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabexta, 2005), 61. 39
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), 325. 40
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, 1.
21
b. Gerlach dan Ely sebagamana juga dikutip oleh Hamzah B. Uno
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan
pembelaran tertentu. Selanjutnya mereka menjabarkan bahwa strategi
pembelajaran dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan kegiatan
pembelaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.41
c. Menurut Rusman dengan mengutip pendapat Kemp, strategi pembelaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efesien.42
d. Menurut Nana Sudjana, strategi pembelajaran adalah tindakan guru
dalam melaksanakan rencana mengajar.43
Dalam arti lain, yaitu usaha
guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran yang meliputi
tujuan, bahan, metode dan alat serta evaluasi agar dapat mempengaruhi
siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara atau langkah-langkah yang akan
dipilih dan digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Dengan demikian dapat memudahkan peserta didik menerima materi
pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efesien di akhir kegiatan belajar.
41
Ibid, 1 42
Rusman, Model-model Pembelajaran, 132. 43
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000),
147.
22
2. Perbedaan antara Strategi, Metode, dan Teknik
Berkaitan dengan strategi pembelajaran ada beberapa konsep yang
perlu diketahui, yaitu menyangkut strategi, metode, dan teknik. Ketiga konsep
tersebut seringkali digunakan dalam situasi proses pembelajaran yang pada
dasarnya untuk menjelaskan cara, tahapan, atau pendekatan yang dilakuakan
oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, ketiganya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam proses pembelajaran.
Istilah strategi, metode, dan teknik pada dasarnya mempunyai
perbedaan satu sama lain, walaupun sering digunakan secara bergantian.
Metode adalah seperangkat cara yang digunakan oleh guru dalam mentransfer
ilmu kepada siswa yang berlangsung proses pembelajaran.44
Menurut Nana
Sujana sebagaimana dikutip oleh Darwyn Syah adalah cara yang dipergunakan
oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.45
Hamzah B. Uno menjabarkan bahwa metode adalah sebagai cara
yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan teknik adalah cara yang
digunakan, yang bersifat implementatif.46
Dengan kata lain, metode yang
dipilih masing-masing guru sama, akan tetapi teknik yang digunakan bisa
berbeda.
44
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif, 157. 45
Darwyn Syah dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Gaung
Persada Perss, 2007), 133. 46
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, 2.
23
Endin Mujahidin dengan mengutip pendapat Verner mengemukakan
perbedaan antara metode dan teknik, yaitu bahwa metode adalah setiap
kegiatan yang ditetapkan oleh pendidik untuk mencapai tujuan belajar.
Sedangkan teknik merupakan katalisator yang memiliki ruang lingkup sendiri
dan waktu penggunaannya lebih singkat dari penggunaan metode.47
Maka dengan menyimak definisi strategi pembelajaran yang
dikemukakan oleh para ahli di atas jelaslah bahwa strategi mengandung arti
yang lebih luas. Artinya, metode dan teknik merupakan bagian dari strategi
pembelajaran. Untuk lebih jelasnaya, upaya mengimplementasikan rencana
pembelajaran yang telah disusun agar tujuan dapat tercapai secara optimal,
maka diperlukan suatu metode untuk merealisasikan strategi yang telah
ditentukan. Dengan demikian, satu strategi bisa terjadi menggunakan
beberapa metode.
3. Komponen-komponen Strategi Pembelajaran
Dick dan Carey sebagaimana dikutip oleh Djamarah, menyebutkan
ada 5 komponen umum strategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajan
pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes,
dan (5) kegiatan lanjutan.48
a. Kegiatan Pendahuluan
Pada bagian ini guru diharapkan mampu membangkitkan motivasi
dan minat peserta didik, sehingga peserta didik siap memperhatikan dan
47
Endin Mujahidin, Pesantren Kilat, Alternatif Pendidikan Agama di Luar Sekolah, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2005), 44-45. 48
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, 3.
24
konsentrasi ketika menerima pelajaran. Motivasi merupakan fase
permulaan yang sangat strategis dalam semua fase belajar. Kegagalan pada
fase ini menjadi pangkal penyebab gagalnya untuk melangkah pada fase
berikutnya.
Untuk membangkitkan minat dan motivasi peserta didik, kegiatan
pendahululan harus disampaikan dengan menarik. Menurut Djamarah, ada
beberapa macam cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat
peserta didik, yaitu :
1) Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri peserta didik,
sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.
2) Menghubungkan bahan pelajaran dengan persoalan pengalaman yang
dimiliki peserta didik sehingga dia mudah menerima bahan pelajaran.
3) Memberi kesempatan kepada peserta didk untuk mendapatkan hasil
belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang
kreatif dan kondusif.
4) Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam
konteks perbedaan individual peserta didik.49
b. Penyampaian Informasi
Penyampaian informasi bisa menjadi berarti dengan adanya
pendahuluan yang menarik atau dapat membangkitkan motivasi peserta
didik. Guru yang mampu menyampaikan informasi dengan baik, akan
tetapi dalam melakukan kegiatan pendahuluan gagal membangkitkan minat
49
Ibid., 332-333.
25
dan motivasi, maka akan menghadapi kendala dalam kegiatan pembelajaran
selanjutnya.
Agar informasi yang disampaikan bisa diserap dengan baik oleh
peserta didik, maka guru harus memperhatikan dan memahami situasi dan
kondisi yang dihadapinya. Menurut Hamzah B. Uno, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penyampain informasi, yaitu :
1) Urutan penyampaian
Urutan penyampaian informasi (materi pelajaran) harus menggunakan
pola yang tepat. Urutan penyampaian informasi yang sistimatis akan
memudahkan peserta didik untuk cepat memahami apa yang
disampaikan oleh guru. Urutan materi diberikan berdasarkan tahapan
berpikir dari hal yang bersifat kongkrit ke hal yang bersifat abstrak atau
dari hal yang sederhana atau mudah dilakukan ke hal yang lebih
komplek atau sulit dilakukan. Selain itu, juga perlu diperhatikan apakah
suatu materi disampaikan secara berurutan atau boleh berlompat-lompat
atau dibolak-balik, seperti dari teori ke praktik atau dari praktik ke teori.
2) Ruang lingkup materi yang disampaikan
Ruang lingkup materi yang disampaikan sangat tergantung pada
karakteristik peserta didik dan jenis materi yang dipelajari. Dalam
memperkirakan besar kecilnya materi guru perlu mempertimbangkan
hal-hal berikut :
a) Apakah materi akan disampaikan dalam bentuk bagian-bagian kecil
seperti pembelajaran terprogram.
26
b) Apakah materi akan disampaikan secara global/keseluruhan dulu baru
kemudian ke bagian-bagian. Keseluruhan dijelaskan melalui
pembahasan isi buku, selanjutnya bagian-bagian dijelaskan melalui
uraian per bab.50
3) Materi yang akan disampaikan
Materi pelajaran pada umumnya merupakan gabungan antara jenis
materi yang berbentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Masing-
masing jenis pelajaran memerlukan strategi penyampaian yang berbeda
beda. Oleh karena itu, agar diperoleh strategi pembelajaran yang sesuai,
terlebih dahulu guru harus memahami jenis materi pelajaran yang akan
disampaikan. Apabila materi berbentuk fakta, maka alternatif strategi
penyampaiannya berbentuk ceramah atau tanya jawab, apabila materi
berbentuk konsep, maka alternatif strategi penyampaiannya berbentuk
resitasi atau diskusi kelompok, dan apabila materi berbentuk prinsif,
maka alternative strategi penyampaiannya berbentuk diskusi
terpimpin atau studi kasus.51
c. Partisipasi Peserta didik
Variabel utama dalam pembelajaran adalah guru dan siswa (peserta
didik). Hubungan guru dengan siswa harus bersifat dinamis dan syarat
dengan makna edukasi. Untuk itu penggunaan pendekatan dan model
pembelajaran harus mampu mengaktifkan peserta didik agar terdapat
perubahan pada diri peserat didik dalam kegiatan belajar.
50
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, 5. 51
Ibid., 6.
27
Berkaitan dengan partisipasi peserta didik, Dick dan Carey
mengemukakan sebagaimana dikutip oleh Hamzah B. Uno bahwa proses
pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif
melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran
yang sudah ditetapkan.52
Selanjutnya B. Uno menyebutkan tentang
beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik,
yaitu :
1) Latihan dan Praktik
Setelah peserta didik diberi informasi tentang materi (suatu
pengetahuan, sikap, atau ketrampilan tertentu) maka kegiatan
selanjutnya agar materi tersebut benar-benar terinternalisasi adalah
peserta didik diberi kesempatan berlatih atau mempraktikkan
pengetahuan, sikap, atau ketrampilan tersebut.
2) Umpan Balik (feedback)
Setelah peserta didik menunjukkan prilaku sebagai hasil belajarnya,
maka guru segera memberi umpan balik terhadap hasil belajar tersebut.
Melalui umpan balik, peserta didik segera mengetahui apakah jawaban
yang merupakan kegiatan yang mereka lakukan benar atau salah, tepat
atau tidak, atau ada yang perlu diperbaiki. Umpan balik bisa berupa
penguatan positif (baik, bagus, tepat sekali, dan lain sebagainya) dan
penguatan negatif ( kurang tepat, salah, perlu disempurnakan, dan lain
sebagainya). Melalui penguatan positif diharapkan prilaku tersebut terus
52
Ibid., 6.
28
dipelihara dan ditunjukkan oleh peserta didik, dan melalui penguatan
negatif diharapkan prilaku itu dihilangkan atau tidak melakukan
kesalahan serupa.53
d. Tes
Tes atau evaluasi yang dilaksanakan oleh guru tujuan utamanya
adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh peserta
didik setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran,54
apakah tujuan
pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan apakah pengetahuan
sikap dan ketrampilan telah benar-benar dimiliki atau belum.55
Di samping itu, tes berfungsi untuk memberikan umpan balik kepada
guru sebagai dasar untuk memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan
perbaikan dan pengayaan bagi peserta didik, serta menempatkan peserta
didik pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimilikinya.56
e. Kegiatan lanjutan
Kegiatan lanjutan dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil
kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan ini harus dilaksanakan dengan
baik oleh guru, peserta didik diharapkan menerima tindak lanjut yang
berbeda sebagai konsekwensi dari hasil belajar yang bervariasi.
53
Ibid., 6-7. 54
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 200. 55
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, 7. 56
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, 247.
29
4. Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Untuk memilih strategi pembelajaran hendaknya dilandasi prinsip
efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan pembelajaran dan tingkat
keterlibatan peserta didik, mengingat tidak semua strategi pembelajaran sama
efektifnya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan
kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran tersebut.
Syaiful Djamarah menyampaikan enam kriteria yang harus
diperhatikan oleh guru dalam upaya memilih strategi pembelajaran yang baik,
yaitu :
a. Kesesuaian strategi pembelajaran dengan tujuan baik di ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotorik.
b. Kesesuaian strategi pembelajaran dengan jenis pengetahuan.
c. Kesesuaian strategi pembelajaran dengan sasaran (karakteristik peserta
didik, jumlahnya, latar belakang pendidikan dan sosial - ekonominya,
minatnya, motivasi dan gaya belajarnya).
d. Kemampuan strategi pembelajaran untuk mengoptimalkan belajar peserta
didik.
e. Karena strategi pembelajaran tertentu mengandung beberapa kelebihan dan
kelemahan, maka pemilihan dan penggunaan harus disesuaikan dengan
pokok bahasan dalam mata pelajaran tertentu.
f. Memperhitungkan aspek pembiayaan.
g. Memperhatikan waktu, berapa lama waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan strategi pembelajaran, berapa lama waktu yang tersedia
30
untuk menyajikan bahan pelajaran, dan lain sebagainya.57
5. Macam-macam Strategi Pembelajaran
Seperti yang dijelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan
suatu kebutuhan bagi seorang guru untuk mendorong prakarsa dan
memudahkan siswa belajar, mempercepat proses pembelajaran dengan hasil
yang maksimal, dan meningkatkan kemampuan dasar peserta didik. Kegiatan
pembelajaran, dalam implemintasinya mengenal banyak istilah untuk
menggambarkan cara mengajar yang dilakukan oleh guru.
Ada beberapa macam strategi pembelajaran yang bisa digunakan oleh
guru, di antaranya adalah strategi pembelajaran kooperatif, strategi
pembelajaran PAIKEM, strategi pembelajaran PBAS, dan strategi
pembelajaran tuntas (mastery learning).
a. Strategi Pembelajaran Kooperatif
1) Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaburatif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.58
Melalui strategi pembelajaran kooperatif, peserta didik bukan
hanya belajar dan menerima apa yang disajikan guru dalam PBM,
melainkan juga bisa belajar dari peserta didik yang lainnya, dan
sekaligus mempunyai kesempatan mempelajarkan yang lainnya. Dengan
57
Ibid., 329-330. 58
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 202.
31
kata lain, dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang
lebih luas, yaitu interaksi dan komonikasi antara guru dengan peserta
didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru.
Untuk mendapatkan pemahaman lebih jelas tentang strategi
pembelajaran kooperatif, akan dikemukakan pendapat para ahli, antara
lain:
a) Tom V. Savage sebagaimana dikutip oleh Rusman mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan yang
menekankan kerja sama dalam kelompok.59
b) Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya
mengkondisikan peserta didik untuk bekerja bersama-sama di dalam
kelompok-kelompk kecil untuk saling membantu satu sama lain
dalam belajar.60
2) Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif
Dari konsep strategi pembelajaran kooperatif yang telah
dikemukakan, dipahami bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai
sejumlah karakteristik atau ciri-ciri yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Pembelajaran secara tim, di mana tim harus mampu membuat setiap
peserta didik belajar dan anggota tim harus saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
59
Ibid., 203. 60
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, 357.
32
b) Didasarkan pada manajemen kooperatif, yaitu dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah
ditentukan. Di samping itu, juga perlu ditentukan kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
c) Kemauan untuk bekerja sama, yaitu dengan menekankan prinsip
kebersamaan atau kerja sama yang baik.
d) Keterampilan bekerja sama, yaitu peserta didik didorong untuk mau
dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain
dalam rangka mencapai tujuan pembelajran yang telah ditetapkan.61
Menurut Johnson dan Hilke sebagaimana dikutip oleh Djamarah,
ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :
a) terdapat saling ketergantungan yang positif di antara anggota
kelompok,
b) dapat dipertanggungjawabkan secara individu,
c) heterogen,
d) berbagi kepemimpinan,
e) berbagi tanggung jawab,
f) menekankan pada tugas an kebersamaan,
g) membentuk keterampilan sosial,
h) peran guru mengamati proses belajar siswa,
i) efektivitas belajar tergantung pada kelompok.62
61
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 206. 62
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, 359.
33
3) Prinsip Strategi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut :
a) Prinsip ketergantungan positif, yaitu keberhasilan dalam
menyelesaikan tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh
kelompok tersebut.
b) Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasialan kelompok sangat
tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya.
c) Interaksi tatap muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan
interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi
dari anggota kelompok lain.
d) Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih peserta didik untuk dapat
berpatisipasi aktif dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
e) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja dan hasil kerja sama
mereka.63
b. Strategi Pembelajaran PAIKEM.
1) Konsep Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM berawal dari konsep student centered learning di
mana pembelajaran berpusat pada anak dan pembelajaran harus bersifat
menyenangkan (learning is fun), agar mereka termotivasi untuk terus
63
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 212.
34
belajar sendiri tanpa diperintah dan tidak merasa terbebani atau takut.
Dalam pembelajaran PAIKEM, di samping upaya untuk memotivasi
anak agar anak mengadakan eksplorasi, kreasi, dan bereksperimen dalam
pembelajaran maka aspek learning is fun merupakan salah satu aspek
terpenting.
Pembelajaran PAIKEM adalah sebuah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik untuk mengerjakan kegiatan yang beragam
dalam rangka mengembangkan keterampilan dan pemahamannya,
dengan penekanan peserta didik belajar sambil bekerja, sementara guru
menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, supaya
pembelajaran lebih menyenangkan dan efektif.64
Dalam pembelajaran PAIKEM, guru harus mampu menciptakan
suasana pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan agar supaya kompetensi dasar dan standar kompetensi
yang telah dirancang dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Brooks yang dikutip oleh Rusman bahwa ‚pembaharuan
dalam pendidikan harus dimulai dari ‘bagaimana anak belajar’ dan
‘bagaimana guru mengajar’, bukan dari ketentuan-ketentuan hasil‛.65
PAIKEM sebagai strategi pembelajaran memiliki enam kriteria
sebagamana berikut :
a) Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif adalah pembelajaran yang melibatkan
64
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, 369. 65
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 322-323.
35
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran secara optimal.66
Peserta
didik diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas
kegiatan pembelajaran sehingga mampu berperan aktif dalam
mengaktualisasikan kemampuannya, sementara guru berperan sebagai
fasilitator dan mediator.
b) Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan yang lebih banyak
melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai
informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran di kelas,67
sedangkan guru lebih banyak memberikan
arahan dan bimbingan.
c) Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan ide-ide baru
untuk perbaikan atau pengembangan kegiatan pembelajaran dalam
rangka pencapaian tujuan pembelajaran.68
d) Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang mampu menciptakan
siswa lebih aktif, berani menyampaikan pendapat dan berargumen,
menyampaikan masalah atau solusinya serta memberdayakan semua
potensi yang tersedia.69
Pembelajaran di sini tidak menoton dan tidak
66
Ibid., 323 67
Ibid., 324 68
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Anak Didik Dalam Interaksi Eduktif, 373. 69
Ibid.,374.
36
didominasi guru dalam penyampaian materi, akan tetapi menekankan
pada pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta peserta
didik.
e) Pembelajaran Efektif
Pembelajaran efektif merupakan pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan mudah dan menyenangkan.70
Rusman menjelaskan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika
mampu memberikan pengalaman baru kepada siswa, membentuk
kopetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal.71
Dalam pelaksanaannya, seluruh peserta
didik dilibatkan secara penuh dan didorong agar bergairah, sehingga
suasana pembelajaran betul-betul kondusif, efisien dan terarah pada
tujuan.
f) Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik
antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran.72
Pembelajaran menyenangkan bisa tercipta selain karena proses
pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik juga
karena guru memosisikan diri sebagai mitra belajar.
2) Prinsip-prinsip Pembelajaran PAIKEM
Dalam pelaksannaan pembelajaran PAIKEM, selain harus
ditunjang oleh penguasaan berbagai keterampilan mengajar guru juga
70
Ibid., 375. 71
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 325. 72
Ibid., 326
37
dituntut untuk menguasai berbagai metode mengajar, sehingga akan
memberi keleluasaan untuk memilih metode yang sesuai dengan tujuan,
materi, peserta didik, dan aspek-aspek lainnya. Dengan demikian
prinsip-prisip PAIKEM bisa diterapkan secara optimal.
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran PAIKEM yang dimaksud
antara lain adalah :
a) Pengalaman, yaitu peserta didik terlibat secara aktif baik fisik,
mental maupun emosional.73
Melalui pengalaman langsung sekitar
90% materi yang didapatkan oleh peserta didik akan cepat terserap
dan bertahan lebih lama. Di dalam penerapannya terdapat banyak
cara, antara lain seperti eksperimen, pengamatan, percobaan,
penyelidikan, dan wawancara.74
b) Komunikasi, yaitu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik. Ada beberapa
bentuk yang dapat dilakukan dalam komunikasi, antara lain seperti
mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajangkan hasil
kerja.
c) Interaksi, yaitu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan tejadinya
interaksi multi arah, atara guru dengan peserta didik, peserta didik
dengan guru, dan peserta didik dengan peseta didik. Interaksi ini
dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab dan saling
melempar pertanyaan.
73
Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Eduktif, 380. 74
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 327.
38
d) Refleksi, yaitu kegiatan pembelajaran yang memungkinkan peseta
didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan selama mereka
belajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian proses pembelajaran.
3) Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran PAIKEM
Syaiful Djamarah menyebutkan beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru agar pembelajaran PAIKEM dapat dilaksanakan
dengan baik. Hal-hal tersebut antara lain adalah:
a) Memahami sifat yang dimiliki peserta didik
b) Mengenal peserta didik secara perorangan
c) Memanfaatkan prilaku peserta didik dalam pengorganisasian belajar
d) Mengambangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
e) Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan yan menarik
f) Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar
c. Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
1) Konsep dan Tujuan
Standar proses satuan pendidikan mengarahkan kepada guru untuk
menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik sebagaimana
yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 bahwa
‚Pembelajaran didesain untuk membuat siswa aktif belajar melalui
kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi‛. Aktivitas siswa
39
merupakan inti dari pembelajaran, yang meliputi aktivitas fisik maupun
mental dan menghasilkan perubahan nilai atau sikap positif pada
dirinya.
Menurut Sanjaya sebagaimana dikutip oleh Rusman, PBAS dapat
dipandang sebagai pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar
berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang.75
Dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan
kepada aktivitas siswa yang optimal, seimbang antara aktivitas fisik,
mental, emosional, dan intelektual. Dipandang dari sisi hasil belajar,
PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara
kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor).
Adapun tujuan dari PBAS secara umum adalah untuk membantu
peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat
menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Sedangkan secara khusus, PBAS bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna.
2) Peranan Guru dalam PBAS
Dalam pelaksanaan PBAS, guru sebagai mediator dan fasilitator
berperan untuk menciptakan dan mengkondisikan aktivitas belajar
75
Ibid., 390
40
siswa. Dengan demikian, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif
dalam mendesain pembelajaran sehingga sesuai dengan gaya dan
karakteristik belajar masing-masing siswa.
Menurut Djamarah ada beberapa tugas yang harus dilakukan oleh
guru dalam desain pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, yaitu:
a) Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran dan bersama-
sama menentukan dan memutuskannya
b) Bersama siswa menyusun tugas-tugas belajar
c) Memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran
d) Memberikan bantuan pelayanan kepada siswa yang berkesulitan
belajar
e) Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar,
membimbingnya via pertanyaan yang kritis dan kreatif
f) Membantu siswa dalam membuat kesimpulan.76
d. Strategi Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
1) Konsep Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran tuntas adalah suatu sistem belajar yang
menginginkan peseta didik dapat menguasai tujuan pembelajaran secara
tuntas.77
Dalam Pedomanan Pembelajaran Tuntas yang diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan SMA dinyatakan bahwa pembelajaran tuntas
adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk
76
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Anak Didik Dalam Interaksi Eduktif, 350. 77
Kunandar, Guru Profesional Implemmentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses
daam Sertifikasi Guru, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010), 327.
41
memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap
kompetensi tertentu.78
Di sampnig itu, dalam Permendikbud Nomor 81A
Tahun 2013 ditegaskan bahwa untuk kompetensi pada kategori
pengetahuan dan keterampilan, peserta didik tidak diperkenankan
mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan
pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
Harapan dari proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran
tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa dengan
memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, dan
perhatian khusus bagi siswa yang lambat agar kopetensi tertentu dapat
dikuasai. Dengan kata lain, melalui strategi pembelajaran tuntas
diharapkan proses pembelajaran dapat dilaksanakan sedemikian rupa
agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara
optimal dan proses pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Landasan pembelajaran dengan strategi pembelajaran tuntas
adalah berdasarkan asumsi bahwa peserta didik dapat belajar apapun,
hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang
belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama,
dibandingkan peserta didik pada umumnya. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran harus memberikan waktu yang berbeda-beda kepada
masing-masing peserta didik sesuai dengan kebutuhan, agar mencapai
peguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan.
78
Depdiknas, Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning), (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008), 2.
42
2) Prinsip-prinsip Pembelajaran Tuntas
Dari konsep pembelajaran tuntas yang telah diuraikan di atas,
maka dapat dikemukakan bahwa prinsip utama dalam pembelajaran
tuntas adalah:
a) penguasaan kompetensi berdasarkan kriteria tertentu,
b) pendekatan bersifat sistemik dan sistimatis,
c) pemberian bimbingan yang diperlukan,
d) pemberian waktu yang cukup.79
Standar kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara
jelas. Peserta didik belajar selangkah demi selangkah dan baru boleh
melanjutkan kompetensi berikutnya setelah menguasai kompetensi
yang ditetapkan menurut kriteria tertentu.
Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar yang
maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistimatis. Di
samping itu, kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar
dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
3) Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas
Indikator dalam pelaksanaan pembelajaran tuntas dapat dilihat
dari beberapa aspek, yaitu:
a) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang sangat ditekankan adalah pembelajaran
individual, pembelajaran sejawat, dan bekerja dalam kelompok kecil.
79
Ibid., 327.
43
Pendekatan-pendekatan alternatif tambahan harus dilakukan untuk
mengakomodasi perbedaan gaya belajar peerta didik.
b) Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan peran dan tanggung jawab
guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara individual.
Beberapa peran guru dalam pembelajaran tuntas antara lain adalah:
memecah kompetensi dasar ke dalam satuan-satuan yang lebih kecil
dengan memperhatikan pengetahuan-pengetahuan prasyaratnya,
menyajikan materi dalam bentuk yang bervariasi, menilai
perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi,
menggunakan teknik diagnostik, dan menyediakan sejumlah
alternatif strategi bagi peserta didik yang kesulitan.
c) Peran Siswa
Peserta didik diberikan keleluasaan dalam menentukan jumlah waktu
belajar, dalam arti peserta didik diberikan kebebasan dalam
menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Kemajuan peserta
didik sangat tertumpu pada usaha serta ketekunan secara individual.80
B. TINJAUAN TENTANG KITAB KUNING.
1. Konsep Kitab Kuning
Kitab kuning (KK) dan pondok pesantren merupakan dua sisi yang
tidak bisa dipisahkan, dan tidak bisa saling meniadakan. Ibarat mata uang,
80
Ibid., 331-332.
44
antara satu sisi dengan yang lainnya saling terkait erat.81
Sebagai sumber
belajar kitab kuning telah dipergunakan sejak abad 16, miskipun tradisi cetak
belum tersebar di Indonesia,82
dipergunakan secara permanen dari generasi
kegenerasi, sehingga ia menjelma sebagai ‛kultur santri‛.
Kitab, merupakan istilah khusus yang digunakan untuk menyebut
karya tulis dibidang keagamaan yang ditulis dengan huruf Arab. Sebutan
‛kuning‛ karena kertas yang digunakan berwarna kuning.83
Sehubungan
dengan warna kertas itulah disebut kitab kuning.84
Pengertian kitab kuning secara termenologi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Secara sederhana, kitab kuning adalah kitab-kitab Islam klasik yang
berbahasa Arab dan ditulis menggunakan aksara Arab, biasanya
mempunyai format tersendiri yang ditulis di atas kertas berwarna
kekuning-kuningan.85
b. Pada umumnya, kitab kuning dipahami sebagai kitab-kitab keagamaan
berbahasa Arab, menggunakan aksara Arab, yang dihasilkan oleh para
‘ulama dan pemikir muslim lainnya di masa lampau, khususnya yang
berasal dari Timur Tengah dengan mempunyai format sendiri yang khas,
dan warna kertas ‚kekuningan-kuningan‛. Dengan pengertian lebih luas,
kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayu atau
81
Binti Maunah, TRADISI INTELEKTUAL SANTRI, 38. 82
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam
di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001), 171. 83
Ibid., 170. 84
Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial: Dari Segi Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga Ukhwah
(Bandung: Mizan, 1994), 51. 85
Muljono Amopoli, Pesantren Modern IMMIM, Pencetak Muslim Modern (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2011), 71.
45
Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan
aksara Arab, yang selain ditulis oleh ‘ulama’ di Timur Tengah, juga
ditulis oleh ‘ulama’ Indonesia sendiri. 86
c. Kitab kuning adalah kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad yang lalu
dan berhuruf Arab yang dipakai di lingkungan pesantren. 87
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kitab
kuning adalah kitab keagamaan yang dihasilkan oleh para ulama atau pemikir
Islam, berbahasa Arab atau di tulis dengan aksara Arab di atas kertas
berwarna kekuning-kuningan, dan mempunyai format tersendiri yang dipakai
dikalangan pesantren.
Dari segi metode penulisan, khususnya berkenaan dengan luas
pembahasannya kitab kuning dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Matan, yaitu risalah atau kitab yang umumnya ringkas, hanya memuat
kaidah dan pokok-pokok masalah, tidak dilengkapi dengan dalil-dalil atau
argumentasi, dan kebanyakan ditulis berbentuk prosa.
b. Sharh, yaitu kitab-kitab yang ditulis sebagai penjelasan bagi suatu matan.
Kata-kata yang sulit diterangkan dengan menggunakan sinonimnya atau
dengan kalimat dan uraian yang lebih luas.
c. H{ashiyah, yaitu uraian lebih lanjut yang diberikan atas suatu sharh dan
matan untuk menambah penjelasan lebih luas dan mendalam.88
Adapun ruang lingkup materi kitab kuning adalah ilmu-ilmu agama
yang ditulis dengan menggunakan pendekatan naqli> dan pendekatan aqli>.
86
Azyurmardi Azra, Pendidikan Islam ,111. 87
Martin Van Bruinessen, KitabKuning, Pesantren dan Tarekat, 131. 88
Binti Maunah, Tradisi Intelektual Santri, 40-41.
46
Menurut Zamakhsyari Dhofier, kitab-kitab kuning yang diajarkan di pesantren
digolongkan menjadi delapan kelompok, yaitu (1) Nahwu dan S{araf (2) Fiqh,
(3) Ushul al-Fiqh, (4) Hadith, (5) Tafsi>r, (6) Tauhi>d, (7) Tasawuf dan etika,
dan (8) cabang-cabang lainnya seperti Tari>kh dan Balaghah.89
2. Signifikansi Kitab Kuning di Pesantren
Sebagaimana dijelaskan bahwa kitab kuning dan pondok pesantren
ibarat mata uang, antara satu sisi dengan yang lainnya saling terkait erat.
Keterkaitan pesantren dengan kitab kuning demikian eratnya sehingga pada
gilirannya menjelma sebagai tradisi yang kaku, tidak goyah walaupun banyak
kritik yang dilontarkan.
Pada umumnya pesantren dipandang sebagai subkultur dalam
mengembangkan pola kehidupan yang unik menurut kacamata umum dan
modern.90
Disamping kepemimpinan kiai, kitab kuning merupakan faktor
penting yang menjadi karakteristik subkultur tersebut, yang berfungsi sebagai
refrensi nilai universal di kalangan pesantren.91
Ali Yafie mengatakan sebagaimana dikutip oleh Binti Maunah bahwa
peran kitab kuning sebagai salah satu unsur mutlak dari pengajaran pesantren
sedemikian penting dalam proses terbentuknya kecerdasan intelektual dan
moraliatas kesalehan pada diri santri (peserta didik).92
Sistem pendidikan
pesantren menjadikan kitab kuning, karya ulama abad pertengahan Islam
(abad 16-18) sebagai sumber tata nilai.
89
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,Studi Tentang Pandangan Kyai, (Jakarta: LP3S, 1986),
50. 90
Zamakhsyari dzofier, Tradisi, 44-45. 91
Binti Maunah, Tradisi, 42-43. 92
Ibid., 45.
47
Pada masa klasik Islam, ajaran Islam yang dikembangkan dari al-
Qura>n dan Hadi>th Nabi telah melembaga dalam sistem-sistem ajaran tertentu
yang disebut madzhab. Dalam fikih, dikenal ada empat madzhab yang populer,
yaitu Hanafiy, Ma>likiy, Sha>fi’iy dan Hambaliy. Sedangkan dalam akidah
terdapat dua madzhab, yaitu al-Ash’a >riyah dan al-Ma>turi>diyah. Madzhab-
madzhab dari dua bidang ajaran Islam tersebut disebut Ahl al-Sunnah wa al-
Jama’ah.93 Paham Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah yang dianut kitab kuning
tetap terpelihara sampai sekarang.
3. Metodologi Pembelajaran Kitab Kuning
Dalam kegiatan pembelajaran, metode merupakan hal sangat penting.
Guru harus mempunyai wawasan yang luas tentang bagaimana kegiatan
pembelajaran itu terjadi, dan langkah-langkah apakah yang harus ia tempuh
dalam kegiatan tersebut. Jika seorang guru tidak paham dan tidak menguasai
metode, maka kegiatan pembelajaran tersebut tidak akan maksimal, bahkan
cendrung gagal.
Metode adalah seperangkat cara yang digunakan oleh guru dalam
mentransfer ilmu kepada siswa yang berlangsung proses pembelajaran. Secara
umum, metode pembelajaran yang digunakan di pesantren meliputi: sorogan,
wetonan (bandongan), musyawarah (mudza>karah), tuntunan, hafalan dan
lalaran.
a. Sorogan, yaitu metode belajar individual dimana santri berhadapan
93
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan, 179.
48
langsung dengan kyai atau ustadz.94
Teknisnya, santri menyorogkan atau
menyodorkan kitabnya untuk dibaca dihadapan guru. Selanjutnya, guru
memperhatikan kemampuan dalam membaca dan membetulkan
kesalahannya.
b. Bandongan (wetonan), yaitu metode kuliah di mana para santri mengikuti
pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran.
Santri menyimak kitab masing-masing dan memberi catatan bila perlu.95
c. Musyawarah (mudza>karah), yaitu metode untuk mendiskusikan berbagai
masalah yang ditemukan oleh para santri. Dalam praktiknya, materi yang
didiskusikan terbatas pada kitab-kitab tertentu yang telah disepakati.96
d. Tuntunan, yaitu menuntun bacaan para santri sambil memberikan
perbaikan bilamana ada bacaan kurang tepat. Kyai atau ustadz senantiasa
berusaha membacakan isi kitab, kata perkata atau kalimat perkalimat.97
e. Hafalan, yaitu metode di mana santri menghafal teks atau kalimat tertentu
dari kitab yang dipelajarinya.98
Materi hafalan biasanya berbentuk syair
atau naz}am, seperti ‘Aqi>dat al-’Awam (akidah), Imri>thiy, Alfiyah Ibn
Malik (nahwu), dan lain sebagainya.
f. Lalaran, yaitu metode pengulangan materi yang dilakukan santri secara
mandiri. Materi yang diulang adalah materi yang telah dibahas dalam
sorogan maupun bandongan.99 Praktiknya, santri mengulang secara utuh
94
Endin Mujahidin, Pesantren Kilat, 46. 95
Abuddin Nata, Sejarah Pertumbuhan, 89. 96
Endin Mujahidin, Pesantren Kilat, 47. 97
Muljono Amopoli, Pesantren Modern, 249. 98
Sulthon Masyhud dkk., Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), 89. 99
Endin Mujahidin, Pesantren Kilat, 48.
49
materi yang telah disampaikan oleh guru, sehingga santri betul-betul
menguasai materi tersebut.
4. Inovasi Pembelajaran Kitab Kuning
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional
pertama di Indonesia. Sebagai sebuah institusi pendidikan Islam, pesantren
bertujuan untuk mempelajari, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam
dengan menekankan pentingnya aspek moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari.100
Kata tradisional sebagaimana dijelaskan di atas tidaklah merujuk
pada arti bahwa pesantren, dalam perkembangannya bersifat tetap dan
stagnan, akan tetapi menunjuk bahwa lembaga ini hidup sejak 300-400 tahun
yang lalu, dan telah menjadi bagian yang mendalam dari sistem kehidupan
sebagian besar masyarakat Indonesia. Lembaga ini juga telah mengalami
perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan hidup ummat Islam di
Indonesia.101
Secara substansial, pesantren merupakan lembaga yang memosisikan
dirinya sebagai lembaga yang sarat dengan nuansa tranformatif. Artinya,
peran pesantren di dalam masyarakat Islam meletakkan visi dan kiprahnya
dalam kerangka pengabdian sosial yang pada mulanya ditekankan kepada
pembentukan moral keagamaan dan kemudian dikembangkan kepada rintisan-
rintisan pengembangan yang lebih sistematis dan terpadu.102
Hal ini dilakukan
pesantren karena untuk menyeimbangkan diri dengan perkembangan zaman.
100
A. Rofiq dkk, Pemberdayaan Pesantren (Yogyakarta: LKiS, 2005), 1 101
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantrten (Jakarta: INIS, 1994), 5. 102
Abd. A'la, Pembaruan Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006), 2-3.
50
Oleh karena itu, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai institusi lembaga
pendidikan semata sebagai tempat orang mencari ilmu akan tetapi juga
berfungsi sebagai agen perubahan, utamanya memasuki dunia modern.103
Sebagaimana dijelaskan bahwa kitab kuning merupakan salah satu
faktor penting yang menjadi karakteristik subkultur dalam mengembangkan
pola kehidupan yang unik, yang berfungsi sebagai refrensi nilai universal di
kalangan pesantren. Sementara membaca kitab kuning itu gampang-gampang
susah lebih-lebih bagi mereka yang tidak memiliki dasar membaca tulisan
Arab.
Di zaman yang serba instan seperti sekarang ini ditambah dengan
masih banyaknya stigma bahwa belajar gramatika Arab (qawa>'id) itu sangat
sulit dan juga ribet serta membutuhkan waktu yang lama, hal ini menjadi
suatu problema tersendiri. Dengan demikian menuntut para pengelola
pesantren untuk mencarikan problem solving yang efektif dan efisien guna
dapat terus memompa motivasi santri dalam mempelajari dan memahami
kitab kuning serta menghasilkan out-put yang baik.
Dalam pembelajaran kitab kuning khususnya guru atau pengelola
dituntut melakukan upaya-upaya yang kreatif-inovatif, baik dalam strategi,
metode maupun teknik pembelajarannya. Akan tetapi tetap memegang prinsip
"امُلحاَفظُة َعَلى الَقدمِي الّصاِلح واألخُر باجَلديِد األْصَلح"
(Melestarikan pola atau nilai-nilai lama yang relevan dan mengadopsi pola
baru yang lebih relevan).
103
Gus Dur, Pendidikan Islam Harus Beragam, http://www.dipertais.net/artikel/gurdur01.asp, 18
Desember 2013.
51
Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata salah satu pondok
pesantren di Kabupaten Pamekasan telah melakukan upaya-upaya kreatif-
inovatif tersebut, yaitu di antaranya melalui program akselerasi baca kitab
kuning bagi santri kecil di Maktab Nubdzatul Bayan, program akselerasi baca
kitab kuning di Prakom M2KD, dan Halaqah Tadarrus Kitãb (HTK). Dengan
upaya itu, diharapkan penguasaan kitab kuning yang merupakan ciri khas
pondok pesantren kelestariannya tetap terjaga dan mengimbangi
perkembangan dan kemajuan zaman.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Kitab Kuning
Sebagaimana dimaklumi bahwa kegiatan pembelajaran bukanlah
kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Faktor-faktor itu bisa sebagai penunjang atau sebagai penghambat. Dalam
pembelajaran kitab kuning juga tidak terlepas dari sejumlah faktor yang
mempengaruhi terhadap keberhasilan belajar siswa (santri). Faktor-faktor
tersebut bisa dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal siswa dan faktor
eksternal siswa.
a. Faktor internal
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu
sendiri. Ada dua faktor pada aspek intern siswa, yaitu faktor fisiologis dan
faktor psikologis. Paktor fisiologis terkait dengan jasmani dan panca indra,
seperti kesehatan, kelelahan, cacat tubuh dan sakit. Sedangkan faktor
psikologis terkait dengan intelegensi, bakat, minat dan motivasi.104
104
Syaiful Bahri Djamarah, Guru Anak Didik Dalam Interaksi Eduktif, 353.
52
1) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.105
Inteligensi dianggap sebagai
suatu norma umum dalam keberhasilan belajar. Inteligensi normal bila
nilai IQ menunjukkan angka 85-115.106
Dengan demikian, faktor
intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan
pembelajaran.
2) Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang.107
Dengan demikian, setiap orang pasti memilki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas masing-masing. Keahlian tertentu pada seseorang
sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya, sehingga dalam proses
pembelajaran terutama keterampilan, bakat memegang peranan penting
dalam mencapai suatu hasil dan prestasi yang baik.
3) Minat.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa aktifitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu
aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa
105
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2003), 148. 106
Dimyati-Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 245. 107
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 151.
53
senang.108
Dengan demikian, jelaslah bahwa minat itu besar
pengaruhnya terhadap hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran
tergantung pada minat belajar yang dimiliki siswa yang merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Siswa yang
mempunyai minat tinggi akan terus berusaha untuk belajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
4) Motivasi
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
keterampilan dan pengalaman.109
Motivasi merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan keefektifan pembelajaran,110
karena mendorong
dan mengarah minat belajar untuk mencapai tujuan.
b. Faktor Eksternal
Di samping dipengaruhi oleh faktor internal siswa, hasil pembelajaran
juga dipengaruhi atau diperkuat oleh faktor eksternal. Faktor eksternal
adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
sifatnya di luar diri siswa.
Adapun faktor-faktor eksternal tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Guru
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
108
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, 48. 109
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Press Jakarta, 2009),
80. 110
Abd. Muin, Pengantar Pengembagan Kurikulum (Pasuruan: Primamedia Press, 2009), 48.
54
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas hubungan timbal balik yang
berlansung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.111
Guru merupakan unsur utama yang mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran, karena guru disamping sebagai pengajar yang mendidik
juga berperan sebagai pembimbing, pengatur lingkungan belajar,
perencana pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator.
2) Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan
fasilitas laboraturium, dan bebagai media pembelajajaran yang lain.
Prasarana pembelajaran meliputi gedung, ruang belajar, dan
ruang/tempat ibadah. Kegiatan pembelajaran harus didukung dengan
sarana dan prasarana yang memadai. Kelengkapan sarana dan prasarana
yang didukung dengan pengelolaan yang baik menetukan jaminan
terselenggaranya proses pembelajaran yang baik.
3) Lingkungan Sosial
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit
pengaruhnya terhadap keberhasialan proses pembelajaran. Lingkungan
alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi
anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul
dengan lingkungan di mana anak itu berada.112
Lingkungan sosial
mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun, dan damai. Sebaliknya,
lingkungan sosial bisa mewujud dalam suasan perselisihan, bersaing,
111
Rusman, Model-model Pembelajaran, 58. 112
Martinis Yamin & Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas, Straegi Meningkatkan Mutu
Pembelajaran (Jakarta: GP Press, 2009), 83.
55
salah-menyalahkan, dan cerai berai. Suasana kejiwaan tersebut
berpengaruh pada semangat dan proses pembelajaran.
4) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam
keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan
bimbingan. Di dalam keluarga yang menjadi penanggung jawab adalah
orang tua. Sikap orang tua yang otoriter atau demokratis di dalam
keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan dan hasil belajar
peserta didik.113
Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan
motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun.
5) Kebijakan Penilaian
Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar adalah
kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.114
Hasil belajar
dinilai dengan ukuran-ukuran guru dan lembaga. Dengan ukuran-ukuran
tersebut, seorang siswa dapat digolongkan lulus atau tidak lulus.
Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara
kejiwaan, siswa akan terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajar.
113
Haidar Putra Dauly, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia
(Jakata; Prenada Media Kencana, 2004), 80. 114
Rusman, Model-Model Pembelajaran, 78.
56
Oleh karena itu, lembaga dan guru harus berlaku arif dan bijaksana
dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap hasil
pembelajaran, Ali Bin Abi Thalib berkata ;
Ingat ! sesungguhnya engkau tidak akan dapat memperoleh ilmu
kecuali dengan memenuhi enam perkara, yang akan saya terangkan
secara ringkas, yaitu; cerdas, rajin, sabar, mempunyai bekal, petunjuk
guru, dan waktu yang panjang (lama).115
115
Azzarnuji, Ta’li >m al-Muta’alim (Surabaya: Nur al-Hid>ayah, tth), 15.