bab ii tugas
DESCRIPTION
vghhhhggTRANSCRIPT
TUGAS REKAYASA BAHAN GALIAN INDUSTRI
ASPAL
OLEH :
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNUVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada aspal, baik dari alam maupun hasil residu penyulingan
minyak, mempunyai andil dalam mendukung keberhasilan pembangunan.
Posisi aspal sangat sstrategis ditinjau dari pemakaiannya yaitu sebagai
pelapis, pengikat, pemelihara, penunjang, peningkat, pembangunan jalan,
dan juga pengganti jembatan. Oleh karena itu, aspal merupakan salah satu
indikator untuk menilai hasil pembangunan..
Terhentinya produksi aspal alam buton sejak 1987, dalam skala
makro berarti tidak mengoptimalkan kekayaan alam Indonesia sementara
dalam skala mikro berarti berkurangnya kontribusi pendapatan nasional
atau daerah. Yang menjadi permasaalahan utama terhentinya aspal alam
buton adalah kendala pemasaran sehingga stok diperusahaan semakin
menumpuk. Disamping itu, adanya aspal hasil sampingan penyulingan
minyak bumi yang harganya lebih murah dan mudah diperoleh.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari Makalah Rekayasa Bahan Galian Industri tentang Aspal
ini adalah untuk memuhi salah satu tugas pada mata kuliah Rencana
Bahan Galian Industri S1 Teknik Pertambangan, Universitas Palangka
Raya
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui asal mula aspal
2. Mengetahui persebaran aspal
3. Mengetahui bagaimana system pertambangan aspal meliputi
eksplorasi,penambangan,dan pengolahan.
4. Mengetahui kegunaan aspal
5. Mengetahui potensi dan perkembangan aspal
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian aspal
1.3 Manfaat
Manfaat dari Tugas Makalah Rencana Bahan Galian ini diharapkan
menjadi bahan dalam pembelajaran mahasiswa khususnya tentang aspal
didalam aplikasi lingkungan atau lapangan
1.4 Rumusan Masalah
1. Bagaimana asal mula aspal ?
2 Bagaimana persebaran aspal ?
3 Bagaimana system pertambangan aspal meliputi
eksplorasi,penambangan,dan pengolahan ?
4 Apa saja kegunaan aspal ?
5 Bagaimana potensi dan perkembangan aspal ?
6 Apa keuntungan dan kerugian aspal ?
BAB II
ISI
2.1. Asal Mula
Aspal merupakan bitumen yang merupakan istilah umum untuk
sekelompok material yang terbentuk dari campuran hidrokarbon yang
dapat dilebur (fusible) dan mencair (soluble) dalam karbon disulfida selain
aspal yang termasuk dalam kelompok ini adalah minyak, aspaltit, dan
minerak wax (lilin).
Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan
senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan
klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai
sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat
cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan
secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak
jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per
molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun
aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain.
Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10%
hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah
renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan
atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa
molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten.
Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
a. Aspal Minyak
Sumber aspal ini berasal dari kilang minyak (refinery bitumen).
Aspal yang dihasilkan dari industri kilang minyak mentah (crude oil)
dikenal sebagai residual bitumen, straight bitumen atau steam refined
bitumen. Istilah refinery bitumen merupakan nama yang tepat dan umum
digunakan.
Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui
proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan
pemanasan hingga suhu 350oC dibawah tekanan atmosfir untuk
memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti gas oline (bensin), kerosene
(minyak tanah) dan gas oil.
b. Aspal Alam
Aspal alam terbentuk perlahan-lahan dari fraksionasi alami minyak
bumi di dekat minyak bumi. Aspal alam terdapat di alam biasanya dalam
bentuk batuan sehingga biasa disebut batuan aspal. Aspal alam disebabkan
adanya pengaruh tektonik terhadap minyak bumi yang diduga semula
terkandung dalam batuan induk kemudian berimigrasi melalui dasar dan
mengimpregnasi batuan sekitarnya, yaitu batugamping dan batupasir.
Secara teoritis, aspal alam terbentuk perlahan lahan dari fraksionasi alam
minyak bumi di dekat permukaan material aspal membentuk suatu danau
yang mengisi pori-pori, celah batuan, atau deposit yang mengandung
campuran aspal alam dan bahan mineral dalam berbagai porsi.
Di alam, batuan aspal berkadar bitumen sesuai dengan aslinya, seperti:
- Batuan aspal kapur yang merupakan natural limestone rock aspalt dengan
kadar 9 – 12 % dan perimbangan material pengotor bebas.
- Batuan aspal yang merupakan natural sandstone rock aspalt berkadar 7%
sisanya bebas dari tanah liat atau material yang lain.
- Batuan aspal terproses yang terdiri atas natural sandstone aspalt yang
becampur dengan beberapa bagian semen aspal.
2.2. Persebaran
Aspal alam di pulau buton, Sulawesi tenggara diketahui sejak awal
abad ke 20. Penyelidikan pertama dilakukan oleh Elbert tahun 1909.
Kemudian, tahun 1922 -1930 oleh departemen tambang pemerintah
belanda di hindia timur. Pada tahun 1926, aspal buton dikerjakan oleh N.V.
Meijnbouwen Cultuur Maatscappij Boeton sampai terjadinya perang
pasific atas dasar kerja borongan untuk pemerintah sampai tahun 1954.
Sejak itu, pengusaha aspal dikelola oleh bagian butas, kementrian
pekerja umum. Tahun 1962 didirikan Perusahaan Aspal Negara (PAN)
sesuai dengan PP no 195 tahun 1961 yang mengusahakan aspal lebih
lanjut. Kemudian berdasarkan PP. No 3 tahun 1984, PAN dialihkan
menjadi PT Sarana Karya (persero).
Kadar aspal dalam batuan bervariasi antara 10-45% bergantung
kepada jenis dan porositas batuan, meskipun dalam lappangan yang sama.
Areal aspal biasanya ditemukan pada puncak pegunungan atau dilereng
antiklin.
Dipulau buton terdapat 19 lapangan aspal besar dan kecil 4
diantaranya dikategorikan ekonomis, yaitu lapangan waisiu dengan
cadangan sekitar 200.000 ton dan kadar bitumen rata-rata adalah 30%,
kabungka (4,5 juta ton, 30-45%). Wariti (600.000 ton, 30%), dan lapangan
lawele (20.000 ton, 20-35%), Dengan julah semua potensi sekitar 650 juta
ton.
2.3. PERTAMBANGAN
2.3.1 Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi aspal buton dilakukan dengan dua cara, yaitu
eksplorasi seismik dan elektrik
a. Eksplorasi Seismik
Dilakukan untuk menganalisis tebal tanah penutup. Eksplorasi
dilaksanakan sepanjang 12 garis pengukuran, dengan regu pencatat berada
sekitar 500 meter dari titik tembak untuk dapat menyelidiki sampai
kedalaman 100 meter.
Arah lapisan napal untuk lapisan aspal adalah 340 NE dan
kemiringan 260 NU, sekitar 10 m dibawah lapisan batu aspal. Kecepatan
gelombang antara batu aspal dan napal tidak dapat dihitung dengan
analisis, sehingga garis batas antara keduanya hamper tidak diketahui.
Tebal tanah penutup 7 m atau kurang tidak dapat diketahui. Kecepatan
gelombang seismik dalam tanah penutup sekitar 400-600 m/detik,
sedangkan dalam batuan aspal dan napal antara 1.500-3.000 m/detik.
b. Eksplorasi Geolistrik
Dikerjakan dengan dua cara yaitu horizontal dan vertical. Cara
vertical dipakai untuk menyelidiki variasi vertical dari tanah dan batuan.
Kesalahan kecil akibat tidak teraturnya permukaan tanah tidak dapat
dihindarkan. Variasi dari revistisitas arah vertical digambarkan sebagai
resistivity log.
Cara horizontal digunakan untuk menyelidiki variasi horizontal
dari batuan aspal yaitu dengan memindahkan serial elektroda secara
horizontal yang diatur pada interval yang sama (2,5 dan 10 meter) menurut
prinsip wanner melalui pengukuran berulang kali. Resistivitas yang
tercatat menunjukkan kandungan bitumen. Batu aspal berbitumen lebih
tinggi akan mempunyai nilai resistivitas yang relatif lebih tinggi pula.
Tetapi hubungan kuantatif antara kandungan bitumen dan resistivitas tak
dapat diketahui dalam penyelidikan eksplorasi oleh karenanya nilai
resistivitas dibagi menjadi dua golongan.
- Nilai resistivitas lebih dari 150 Ohm-M untuk batu aspal berbitumen di
atas 10%
- Nilai resistivitas lebih dari 150 Ohm-M untuk batu aspal berbitumen di
bawah 10% .
Nilai batas resistivitas antara kandungan bitumen yang tinggi dan
rendah perlu dikoreksi setelah hasil analisis kandungan bitumen diketahui.
Pada umumnya tanah alluvial, tanah penutup, dan napal lauk yang
kelihatan mencolok mempunyai resistivitas kurang dari 50 Ohm-M.
dengan demikian material penutup mudah dibedakan dengan batu aspal
ditinjau dari resistivitasnya.
2.3.2. Penambangan
Sampai saat ini penambangan aspal alam hanya dilakukan di
kabungka yang dilakukan dengan cara tambang terbuka. Penambangan
dilakukan dengan cara mengupas tanah penutup kemudian batu aspalnya
dieksploitasi dengan peledakan, pengecilan ukuran pemilihan kadar dan
pencampuran. Kadar bitumen berkisar antara 3-15% dengan hasil
pencampuran berkisar 6,5-7%.
Lapisan aspal buton yang refleksinya batuan induk (batuan
induknya pasir) digali dengan bulldozer (ripping) dan yang batuan induknya
kapur digali dengan peledakan hasil galian aspal buton diangkut ke crushing
plant untuk dipecah menjadi tiga macam ukuran disaring dalam bentuk
curah. Aspal buton curah diangkut kepelabuhan benabung untuk dimuat
kekapal/tongkang dengan alat muat ship loader/conveyor dan kemudian
dikirim kedaerah daerah yang memerlukan di Indonesia.
2.3.3. Pengolahan
a. Pengolahan aspal minyak
Pada tahun 1881-1901 berbagai percobaan dilakukan untuk
menemukan konversi dari suatu residu minyak menjadi produk setengah
padat, tetapi hasilnya belum memenuhi persyaratan untuk pelapis jalan
baru pada tahun 1902 aspal minyak dapat diterima oleh pasar dengan
jumlah yang cukup besar kurang lebih 90 % terutama setelah penemuan
minyak dicalifornia yang menghasilkan residu padat dan setengah padat
dengan sifat sama seperti aspal alam. Proses penyulingan minyak mentah
pertama dilakukan dengan menggunakan batch still dengan memisahkan
dari fraksi yang lebih ringan dan lebih volatile hasil residu tergantung dari
pada jumlah fraksi ringan yang dapat dipishkan pada temperature sekitar
7000F. Proses aspal ini dikenal sebagai aspal minyak, sedangkan dari
proses penguapan diperoleh aspal uap. Penemuan tabung kontinu atau pipa
still pada tahun 1912 telah memudahkan prooduk residu secara kontinu
dalam operasinya penemuan tersebut juga memungkinkan untuk
mengelola jenis minyak yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan produk
dari proses ini dikenal dengan straight reduced atau straight non aspalt.
Munculnya proses continuous cracking pada tahun 1923 menyebabkan
aspal panas menjadi factor penentu untuk pengaspalan jalan atau industri
dan terus berkembang sehingga pasokan aspal panas cukup dengan hanya
menggunakan fraksi kecil dari minyak mentah pada taraf catalytic
cracking. Setelah itu teknik baru oksidasi terus berkembang misalnya
dengan perubahan bejana peniupan horizontal menjadi vertical, peniupann
bertekanan tinggi, pengontrol temperature yang lebih baik dan pemakaian
katalisator. Produknya sekarang dikenal sebagai air-blow aspalt dengan
berbagai tipe dan kadar. Aspal tiup telah dikembangkan dengan
mencampurkan bahan pengisi, polimer, soloen, dalam bentuk emulsi.
Pengembangan disesuaikan dengan kodisi pasar berdasarkan fungsi dan
pemakaiannya.
b. Pengolahan Batuan Aspal
Untuk memudahkan pengangkutan batuan aspal terutama
pengaspalan dan pelayanan terhadap pemakai diperlukan pengecilan
ukuran dan kadar tertentu. Untuk memproduksi aspal buton perusahaan
telah memiliki 1 unit pemecah batu aspal jenis hummer mill buatan jaques,
Australia dengan kapasitas gilling 250 ton/jam menghasilkan tiga macam
ukuran dengan hasil pecahan atau penggilingan.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen pada tahun 1977, PAN
buton membangun sebuah pabrik dibenabung untuk mencetak aspal dalam
bentuk briket. Pendirian pabrik karena adanya anggapan dari konsumen
aspal bahwa aspal halus dalam bentuk curah adalah bukan aspal. Tetapi
sejak pabrik tidak dipakai lagi karena suatu alas an yang kurang pasti
meskipun biaya investasi pendirian pabrik cukup besar sekitar 200 juta.
Pada tahun 1978 dibangun pula suatu pabrik pengolah unit pemecah aspal
dikabunga. Operasi percobaan pada bulan maret –juni 1979 dengan produk
dalam tiga jenis ukuran -50mm sampai dengan +10mm sampai saat ini
crushing plant tersebut masih dipakai.
2.4. Kegunaan
Aspal merupakan komponen utama konstruksi jalan raya.
Penggunaannya bervariasi sebagai pengikat jalan dengan pelapisan
sempurna, disalin teknis yang kompleks untuk ultimate traffic
disemprotkan untuk melindungi lapisan yang telah ada..
Materi aspaltik dari penyulingan minyak mentah merupakan
sumber utama aspal sebagai pengganti aspal alam. Material aspaltik
residu mulai dipakai sebagai pengikat sekitar tahun 1900. Dalam hal ini
aspal minyak menghasilkan komposisi kimia yang sangat berbeda oleh
karena itu beberapa model pengujian untuk mengukur sifat fisik dari
aspal tersebut .
2.4.1 Jenis, Sifat dan Kegunaan
Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk jalan pembuatan
terbagi atas dua jenis yaitu:
1. Aspal Alam
Menurut sifat kekerasannya dapat berupa:
a. Batuan ( aspal buton)
b. Plastis ( Trinidad)
c. Cair ( Bermuda)
Menurut kemurniannya terdiri dari :
a. Murni ( Bermuda)
b. Tercampur dengan mineral ( aspal buton + Trinidad)
2. Aspal minyak (buatan)
Jenis aspal ini dibuat dari proses pengolahan minya bumi, jadi
bahan baku yang dibuat untuk aspal pada umumnya adalah minyak
bumi yang banyak mengandung aspal. Jenis dari aspal buatan antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Aspal Keras
Aspal keras digunakan untuk bahan pembuatan AC. Aspal yang
digunakan dapat berupa aspal keras penetrasi 60 atau penetrasi 80 yang
memenuhi persyaratan aspal keras.
Jenis-jenis aspal keras :
1. Aspal penetrasi rendah 40 / 55, digunakan untuk kasus: Jalan
dengan volume lalu lintas tinggi, dan daerah dengan cuaca iklim
panas.
2. Aspal penetrasi rendah 60 / 70, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintas sedang atau tinggi, dan daerah dengan
cuaca iklim panas.
3. Aspal penetrasi tinggi 80 / 100, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintassedang / rendah, dan daerah dengan cuaca
iklim dingin.
4. Aspal penetrasi tinggi 100 / 110, digunakan untuk kasus : Jalan
dengan volume lalu lintas rendah, dan daerah dengan cuaca iklim
dingin.
b. Aspal Cair
Aspal cair digunakan untuk keperluan lapis resap pengikat
(prime coat) digunakan aspal cair jenis MC – 30, MC – 70, MC –
250 atau aspal emulsi jenis CMS, MS. Untuk keperluan lapis
pengikat (tack coat) digunakan aspal cair jenis RC – 70, RC–250
atau aspal emulsi jenis CRS, RS.
3. Aspal emulsi
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan
aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan
pengemulsi sehingga diperoleh partikel aspal yang bermuatan
listrik positif (kationik), negatif (anionik) atau tidak bermuatan
listrik (nonionik). Jenis-jenisnya adalah;
a. Aspal emulsi anionik
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras
ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi
anionik sehingga partikel-partikel aspal bermuatan ion-negatif
b. Aspal emulsi anionik mengikat cepat (Rapid setting, RS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat
secara cepat setelah kontak dengan agregat.
c. Aspal emulsi anionik mengikat lebih cepat (Quick setting, QS)
Aspal emulsi bermuatan negatif yang aspalnya mengikat agregat
secara lebih cepat setelah kontak dengan agregat. Meliputi : QS-1h
(quick setting-1): Mengikat lebih cepat-1 keras (Pen 40-90).
d. Aspal emulsi jenis mantap sedang
Aspal emulsi yang butir-butir aspalnya bermuatan listrik
positip.
e. Aspal emulsi kationik
Aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal
keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan
pengemulsi jenis kationik sehingga partikel-partikel aspal
bermuatan ion positif.
f. Aspal emulsi kationik mengikat cepat (CRS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air
secara cepat setelah kontak dengan agregat.
g. Aspal emulsi kationik mengikat lambat (CSS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air
secara lambat setelah kontak dengan agregat.
h. Aspal emulsi kationik mengikat lebih cepat (CQS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air
secara lebih cepat setelah kontak dengan agregat.
i. Aspal emulsi kationik mengikat sedang (CMS)
Aspal emulsi bermuatan positif yang aspalnya memisah dari air
secara sedang setelah kontak dengan agregat.
j. Aspal emulsi mantap cepat (Cationic Rapid Setting – CRS)
Aspal emulsi kationik yang partikel aspalnya memisah cepat
dari air setelah kontak dengan aggregat.
2.5. Potensi dan Perkembangan
2.5.1. Perkembangan Pemasokan dan Permintaan
Produksi aspal Indonesia terdiri dari aspal alam oleh PT
Sarana Karya dan aspal minyak yang dihasilkan oleh empat dari
delapan kilang minyak pertamina yaitu kilang pangkalan brandan,
musi, cilacap, dan wonokromo.
Aspal alam buton produksinya telah dihentikan sejak
agustus 1987 karena masalah pemasaran hal ini terlihat dengan
turunya produksi aspal buton tahun 1984-1986 sebesar 62%
padahal produksi yang dicapai pada tahun 1983 adalah 533 ribu
ton. Tahun 1983 merupakan titik balik untuk produksi aspal alam
Indonesia, pada tahun 1990 kegiatan pemasaran aspal buton
Indonesia aktif kembali tercatat produksinya tahun 1993 mencapai
200.513 ton, sementara pembeli utama aspal buton ialah direktorat
bina marga , departemen pekerja umum, kemudian pemda yang di
Indonesia kawasan timur, BUMN, dan swasta.
Selain itu hampir 50% aspal yang dipakai di Indonesia
berasal dari aspal minyak, sekarang hampir 95% berasal dari aspal
minyak. Pemakaian aspal minyak di Indonesia oleh industry cat,
vernis, dan lak, industry aki, batu batere, barang dari karet, dan
barang daru logam.
2.5.2. Potensi
Potensi cadangan aspal alam dipulau buton saat ini
bejumlah 5,72 ton dengan kadar bitumen 20-30% . mengingat
jumlah cadangan tersebut untuk memasok kebutuhan aspal di
Indonesia yang saat ini lebih dari 500 ribu ton sangat tidak
mungkin oleh karena itu cadangan yang ada masih dapat
dimanfaatkan sebagai pelapis permukaan jalan dan pengikat
agregat sebagai aspal hot mix . konsumen diarahkan ke Indonesia
kawasan timur yang mempunyai jarak yang tidak terlalu jauh
sehingga pengangkutan tidak memerlukan ongkos tinggi.
2.6 Keuntungan dan Kerugian
Ada beberapa keuntungan apabila aspal di Indonesia dimanfaatkan
yaitu sebagai berikut;
1. Pemanfaatan kekayaan sumberdaya alam Indonesia
2. Menghemat devisa Negara
3. Menambah kesempatan kerja
4. Penggunaan energy sedikit karena tidak perlu pemanasan
5. Tidak diperlukan teknologi tinggi dan dapat dikerjakan secara padat
karya
6. Merupakan bahan yang plastis yang dengan kelenturannya mudah
diawasi untuk dicampur dengan agreget
Namun, adapula kerugian dalam menggunakan aspal yaitu :
1. Dalam pengaplikasian kehidupan,contohnya jalan aspal bahan aspal ini
tidak tahan terhadap genangan air sehingga memerlukan saluran
drainase yang baik untuk proses pengeringan jalan.
2. Dalam hal perkerasaan beraspal dalam kontruksi jalan, membutuhkan
biaya yang besar selama umur rencana.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dipulau buton saat ini masih terdapat beberapa lapangan aspal
berpotensi, enpat diantaranya dikategorikan ekonomis, potensi cadangan
diperkirakan 5,72 juta ton dengan kadar 20-30%
Sampai dengan tahun 1989 pemasok aspal Indonesia berasal dari
aspal alam buton akan tetapi sejak 1987 produsi aspal buton dihentikan
dengan alas an pemasaran. Disamping itu , mudahnya diperoleh aspal
minyak dengan harga yang lebih murah. Baru pada tahun 1992 produksi
aspal buton berjalan kembali dengan produksi sebesar 200.153 ton, dengan
pemasaran ditujukan ke kawasan timur.
Mengingat jumlah cadangan aspal alam buton dan prospek
pengusaha yang ada saat ini, pemasarannya dapat dilakukan untuk propinsi
yang ada diwilayah Indonesia timur. Untuk itu perlu kebijaksanaan
pemerintah yang dapat mendukung peningkatan aspal alam buton dimasa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
1. G.V. Chilingarian dan T.F. Yen, Bitumens, aspalt, and Tar sands,
Elsevier scientific publishing company, 1978
2. Anomim, buku induk kestatistikaan, pekerja umum edisi VI 1988,
departemen pekerja umum, 1988.
3. Anomim, Aspal, Buku pedoman bahan galian Indonesia 1950-
1965, Bahan Galian Industri, Direktorat pertambangan,
Departemen pertambangan.