bab ii.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KETUBAN
PECAH DINI
DI RUANG BERSALIN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL
Di susun oleh:
DIAN LUBERIONO
2213078
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2016
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal
Di Ruang Bersalin RSUD Panembahan Senopati Bantul
Disahkan Pada :
Hari/ Tanggal :
Oleh :
Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,
( ) (
)
Mahasiswa,
( )
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum ada tanda persalinan. Waktu
sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “Kejadian ketuban
pecah dini” (periode latern). Kondisi ini merupakan penyebab terbesar persalinan
premature dengan segala akibatnya. Early rupture of membrane adalah ketuban
pecah pada fase latern persalinan (Lily Yukaikhah, 2009).
Pecah ketuban sebelum persalinan adalah pecahnya ketuban sebelum
persalinan dimulai. Pecah ketuban sebelum persalinan dapat terjadi pada janin
immature (premature atau gestasi kurang dari 37 minggu) maupun janin matur
(term) (Devi Yulianti, 2006).
Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obsteri
berkaitan dengan penyulit kelahiran premature terjadinya infeksi koriaminiotis
sampai spesies, yang meningkatkan morbditas dan moralitas perinatal dan
menyebabkan infeksi pada ibu. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intrauteri atau oleh
karena kedua faktor tersebut. Bekurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. (Abdul Bari Saifuddin,
2009)
B. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini, yakni :
1. Infeksi : Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebankan
terjadinya KPD.
3
2. Serviks inkompetensia : Kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uteri yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (Overdistensi utris)
misalnya trauma, hidramination, gemili. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai
faktor predisisiatau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang dapat misalnya berhubungan
seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak misalnya sungsang sehigga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu
atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
5. Keadaan sosial ekonomi
6. Faktor lain :
a. Faktor golongan darah akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat
menimbulkan kelemahan jaringan kulit ketuban.
b. Faktor disporporsiantar kepala janin dan panggul ibu
c. Faktor multi gravidas, merokok dan pendarahan antepartum
d. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
(Anik Maryunani, 2013)
C. Tanda dan Gejala
1. Keluarnya cairan yang merembes melalui vagina.
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
4. Demam, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda – tanda
infeksi yang terjadi.
(Anik Maryunani, 2013)
D. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan
peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput
ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sntesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan
struktur, jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor resiko untuk terjadinya ketubban pecah dini adalah :
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal
karena antara lain merokok
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh
inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protase. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan
antara MMP dan TIMP – 1 mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular
dan membrane janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban
pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput mudah
pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, dan gerakan janin.
Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban
pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur disebabkan oleh adanya faktor – faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar
dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten
serviks, solusio plasenta. (Sarwono Prawihardjo, 2011)
PATHWAY
Gemeli, hidroamnion serviks inkompeten infeksi genetalia
Defisiensi gizi tekanan intra uteri kelainan letak janin
Ketuban pecah dini
Kontraksi bertambah pasien tidak tahu KPD tidak adanya pelindung janin
Ketuban banyak keluar memudahkan mikroorganisme masuk
Laseasi jalan lahir
Kecemasan ibu dg
keadaan janinnya
Ancietas
Nyeri akut
Defisisnsi
pengetahuanResiko infeksi
E. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Abdul Bari Saifuddin, 2008 yaitu :
1. Bagi Ibu :
a. Infeksi maternal ataupun neonatal
b. Seksio sesarea
c. Gagalnya persalinan normal
d. Kematian
2. Bagi Janin :
a. Persalinan premature
b. Hipoksia karena kompresi tali pusat
c. Deformitas janin
A. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakan diagnosis dapat diambil pemeriksaan :
a. Inspekulo untuk pengambilan cairan pada forniks posterior:
1. Pemeriksaan lakmus yang akan berubah menjadi biru (sifat basa)
2. Fern tes cairan amnion
3. Kemungkinan infeksi dengan memeriksa :
a) Beta sterepcocus
b) Clamydia trachomatis
c) Neisseria gonorrheae
b. Pemeriksaan USG untuk mencari
1. Amniotic fluid index (AFI)
2. Pengukuran BB janin
3. Detak Jantung janin
4. Kelainan kongenital atau deformitas
c. Membuktikan kebeneran ketuban pecah dengan jelas
1. Aspirasi air ketuban untuk dilakaukan :
a) Kultur cairan amnion
b) Pemeriksaan Interleukin 6
c) Alfa fetoprotein
Seluruhnya digunakan untuk memungkinkan adanya kemungkinan infeksi intrauteri
2. Penyutikan indigo karmin ke dalam amnion serta melihat dikeluarkannya pervaginal.
(Ida Bagus Gde Manuaba, 2007)
B. Penatalaksanaan Medis
a. Konservatif
1. Rawat inap rumah sakit
2. Tidak ada tanda- tanda infeksi dan gawat janin
3. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
4. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama5 hari
5. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk
memetangkan fungsi paru janian
6. Jangan melakukan pemeriksaan dalam vagina kecuali ada tanda-tanta persalinan
7. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janian
8. Bila dalam 3x24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka
lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus lakukan
terminasi kehamilan.
b. Aktif
1. Bila di dapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosisi tinggi. Bila di temukan
tanda-tanda inpartu, infesi dan gawat janian maka lakukan terminasi kehamilan
2. Induksi atau akselerasi persalinan
3. Lakukan seksio sesaria bila induksi atau aselerasi persalinan mengalami kegagalan
4. Lakukan seksio histerektomibila tanda-tanda infeksi uterus berat ditemukan.
(Anik Maryunani et.al , 2013)
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama Ibu
2) Umur
3) Pekerjaan
4) Agama
5) Alamat
6) Nama Suami
b. Riwayat penyakit.
1) Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi.
2) Riwayat kesehatan dahulu :
a) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.
b) Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual.
c) Kehamilan ganda, polihidramnion.
d) Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.
e) Selaput amnion yang lemah atau tipis.
f) Posisi fetus tidak normal.
g) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti pendeknya serviks.
h) Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
3) Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah
hamil kembar atau turunan kembar.
c. Keluhan utama, sejak kapan keluhan tersebut dirasakan
d. Riwayat haid
e. Riwayat perkawinan :
Menikah atau tidak, berapa kali menikah, berapa lama menikah.
f. Riwayat kehamilan : Persalinan Premature
g. Riwayat psikososial
h. Riwayat hubungan seksual baru-baru ini
Pola Hubungan Seksualitas Pada Kehamilan
i. Anamnesa Keluarga
j. Kebiasaan Sehari-hari.
k. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Kesadaran
2) Tanda-tanda vital meliputi tensi, nadi, suhu, respirasi.
3) Berat badan sebelum hamil dan sesudah hamil
4) Inspeksi
a) Muka
i. Kelopak mata : cekung atau tidak
ii. Konjungtiva : anemis atau tidak
iii. Sklera : ikterik atau tidak
b) Mulut dan gigi : apakah ada stoma, mulut kering, warna mukosa gigi, karies
pada gigi, lidah, graham gigi, dan gusi.
c) Leher : Pembendungan vena, pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfa.
d) Dada : Bentuk buah dada, pigmentasi puting dan areola, keadaan puting
menonjol atau tidak.
e) Perut : Pembesaran, keadaan pusat, gerakan janin, kontraksi rahim, striae,
linea, dan bekas luka.
f) Genitalia : adanya edema varices, luka keadaan perineum elastis atau tidak,
apa ada benjolan, kemerahan, kebersihan.
5) Palpasi
a) Besarnya rahim, dengan ini dapat menentukan tuanya kehamilan (TFU).
b) Menentukan letaknya anak dalam rahim (leopald I-IV), serta diraba apakah
ada kelainan seperti tumor, cysta, pembesaran limfa, dll.
c) Kandung kemih penuh atau tidak.
d) Pembukaan serviks (0-4 cm).
6) Auskultasi
a) Denyut Jantung Janin
b) Bising tali pusat
c) Gerakan Janin
7) Vagina Taucher
a) Portio: masih tebal atau sudah mengalami penipisan
b) Pembukaan beberapa cm
c) Selaput ketuban masih ada atau tidak
d) Air ketuban (jumlah, warna, dan bau)
e) Lendir darah
f) Anus ada hemoroid apa tidak
D. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
3. Resiko infeksi
4. Anxietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri akut b/d
agen cidera
biologis
Setelah dilakukan tinda-kan
keperawatan selama
…….nyeri pasien ber-kurang
dengan kriteria hasil:
*Kontrol nyeri
_menggambarkan bagaimana
cara meng-atasi nyeri
_menggambarkan dan
mendemonstrasikan na-pas
dalam
_menggunakan skala nyeri
untuk menunjukan skala
nyeri berkurang
*Manajemen nyeri
_Kaji PQRST
_amati respon nonverbal
pada ketidak nyamanan
_Berikan informasi tentang
nyeri yang terjadi
_Kontrol linggkungan dari
penyebab bertambahnya
nyeri
_Ajarkan tehnik napas
dalam
_Kolaborasikan dengan
dok-ter jika tindakan yang
sudah dilakukan belum
berhasil
2 Defisiensi
pengetahuan b/d
kurang pajanan
Setelah dilakukan tinda-kan
keperawatan selama
……..diharapkan pengetahuan
klien bertambah dengan
kriteria hasil
*Knowlwdge: preconception
maternal helath
_cara mengejaan yang benar
_control pernapasan yang baik
_diet makanan terjaga
_
*Theacing: prosedur
tindakan
_ajarkan kepada klien
tentang prosedur tindakan
_Dukung keluarga pasien
untuk terlibat
_ajarkan kepada klien tahap
tahap tindakan dan berapa
lama tindakan berlangsung
_diskusikan tindakan lain
yang dapat di gunakan
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama …….
Diharapkan faktor resiko
tidak terjadi dengan kriteria
hasil
*Control infeksi
_tanda tanda infeksi tidak
muncul
_TTV adalam rentang normal
_Pasien mampu meng-
identifikasi faktor resiko
_memonitor faktor res-iko
secara mandiri
*Proteksi infeksi
_Kaji pengeluaran cairan
vagina
_kaji TTV
_Gunakan teknik asektif
saat pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan vagina
_intruksikan pasien meng-
gunakan antibiotic
_ajarkan pasien tanda dan
gejala infeksi
4 Ancietas b/d
perubahan dalam
status kesehatan
Setelah dilakukan tinda-kan
keperawatan selama …….
Diharapkan kece-masan
pasien berkurang dengan
kriteria hasil:
*Treatmen procedure
_pengetahuan
klienbertambah setelah diberi
edukasi mengenai kondisinya
_klien melaporkan
kecemasan berkurang
_menunjukan pemehaman
akan proses yang dilakukan
*theacing: prosedur
tindakan
_berikan pelayanan
kesehatan mengenai
penyakitnya
_kaji tingkat kecemasan
_jelaskan keada klien
mengenai status kesehatan
klien
_ berikan kesempatan klien
bertanya
_ciptakan suasana nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Chandranita , Ida Ayu et.al . 2008. Buku Ajar Patologi Obsteri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Maryunani, Anik . 2013 . Asuhan Keperawatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Tras Info
Media
Manuaba, Ida Bagus et.al. 2007. Pengantar Kuliah Obsteri. Jakarta : EGC
Mitayani . 2009 . Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Prawihardjo, Sarwono . 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Saifuddin, Abdul Bari et.al . 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.
Yulianti, Devi . 2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC
Yulailah, Lily . 2008 . Seri Asuhan Kebidanan : Kehamilan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC