bab iii

25
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian PT. Marunda Grahamineral (MGM) adalah perusahaan pemegang Kontrak Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Nomor 006/PK/PTBA-MGM/1994 dengan luas daerah ± 23.541,30 ha, yang terdiri dari wilayah KW 98 PB 0179 seluas 12.880 ha dengan status Tahap Produksi dan wilayah dengan kode KW 98 PB 0025 seluas 10.661,30 ha dengan status tahap konstruksi. Wilayah pertambangan KW 00 PB 0179 seluas 12.880 ha dengan status Tahap Produksi terdiri dari Blok North Kawi, Blok Central Kawi dan Blok East Kawi, Blok Bambang, Blok Central Mantubuh, Blok SE Mantubuh, Blok Bondang, Blok Tahujan, Blok Pendasiron, Blok Menyango. Sedangkan wilayah pertambangan dengan kode KW 98 PB 0025 seluas 10.661,30 ha dengan status Tahap Konstruksi terdiri dari Blok I Maruwei seluas 6.776 ha, Blok II Belawan seluas 2.147 ha, Blok III seluas 1.309 ha dan Blok IV seluas 429,30 ha. Lokasi Tambang aktif sampai saat ini adalah Blok North Kawi dan Blok SE Mantubuh serta Kawi Tengah yang keduanya terletak di wilayah KW 00 PB 0179. Blok yang dianggap prospek untuk daerah dengan kode wilayah KW 98 PB 0025 antara lain

Upload: rony-melan

Post on 15-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB III LAPORAN KP PENGUPASAN OB TEKNIK PERTAMBANGAN

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

PT. Marunda Grahamineral (MGM) adalah perusahaan pemegang

Kontrak Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara

(PKP2B) Nomor 006/PK/PTBA-MGM/1994 dengan luas daerah ±

23.541,30 ha, yang terdiri dari wilayah KW 98 PB 0179 seluas 12.880 ha

dengan status Tahap Produksi dan wilayah dengan kode KW 98 PB 0025

seluas 10.661,30 ha dengan status tahap konstruksi.

Wilayah pertambangan KW 00 PB 0179 seluas 12.880 ha dengan

status Tahap Produksi terdiri dari Blok North Kawi, Blok Central Kawi dan

Blok East Kawi, Blok Bambang, Blok Central Mantubuh, Blok SE

Mantubuh, Blok Bondang, Blok Tahujan, Blok Pendasiron, Blok

Menyango. Sedangkan wilayah pertambangan dengan kode KW 98 PB

0025 seluas 10.661,30 ha dengan status Tahap Konstruksi terdiri dari Blok

I Maruwei seluas 6.776 ha, Blok II Belawan seluas 2.147 ha, Blok III seluas

1.309 ha dan Blok IV seluas 429,30 ha. Lokasi Tambang aktif sampai saat

ini adalah Blok North Kawi dan Blok SE Mantubuh serta Kawi Tengah

yang keduanya terletak di wilayah KW 00 PB 0179. Blok yang dianggap

prospek untuk daerah dengan kode wilayah KW 98 PB 0025 antara lain

Page 2: BAB III

34

sebagai berikut : Blok 1 (Maruwei), Blok II (Belawan) sedangkan untuk

Blok III dan Blok IV dianggap tidak prospek karena tidak mengandung

batubara atau kalaupun ada mempunyai dip yang curam. Berdasarkan hasil

kompilasi data geologi dan pemetaan geologi lapangan bahwa pada Blok IV

tidak mengandung batubara sedangkan di Blok III terdapat batubara dengan

sebaran yang sedikit dan arah dipnya masuk kedalam sungai besar, dan

untuk Blok I Maruwei sebagian dari wilayah tersebut tidak mengandung

batubara sehingga ketiga blok tersebut diatas akan dikembalikan kepada

Pemerintah.Sistem penambangan yang digunakan adalah sistem

penambangan terbuka (open pit).

Untuk Blok North Kawi (NK), South East Mantubuh dan Central

Kawi (CK) pengerjaannya dilakukan oleh kontraktor PT. LEIGHTON

CONTRACTOR INDONESIA (LCI) dengan tahap produksi.

3.1.1 Letak, Lokasi, dan Kesampaian Daerah

Secara administrasi wilayah PKP2B PT. Marunda Grahamineral

terletak pada Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya,

Provinsi KalimantanTengah berada pada 0°17'31" LS sampai 0°35'12"

LS dan 114°43'27" BT sampai 114°47'23" BT. Untuk mencapai lokasi

PT. Leighton Contractor Indonesia Site MGM Coal Mine Project

dapat di tempuh dengan cara, yaitu dari Palangka Raya – Muara

Teweh dengan kendaraan roda empat (jalan darat) selama ± 7 jam.

Kemudian dilanjutkan lagi dengan Speed Boat ke arah hulu Sungai

Barito selama ± 2 jam untuk mencapai desa Beras Balange yang

Page 3: BAB III

35

merupakan tempat lokasi pengapalan (Barging) dan CCP (Coal

Crushing Plant). Setelah itu dari pos utama di PT. Marunda

Grahamineral Jamut Site untuk menuju ke Office PT. Leighton

Contractor Indonesia Site MGM Coal Mine Project melalui jalan darat

menggunakan bus atau kendaraan roda empat (sarana) sejauh ± 50 km

selama ±1 ½ jam.

Batas-batas PT. Leighton Contractor Indonesia Site MGM Coal

Mine Project yaitu :

Sebelah Utara berbatasan dengan PT. Maruwai Coal

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baloi, Desa Batu Tujah,

Desa Tumbang Bauh, Tumbang Masalo, dan Desa Dirung

Sararung.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Muara Laung I dan II,

Desa Muara Tuhup, Desa Muara Tupuh, Desa Makunjung dan

Desa Bumban Tuhup.

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kelang Duhung, Desa

Belarang, Desa Narui, Desa Tumbang Bana dan Batu Tuhup.

Page 4: BAB III

36

Page 5: BAB III

37

3.1.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Lokasi daerah penelitian PT. Leighton Contractor Indonesia site

MGM Coal Mine Project berada pada iklim tropis basah yang

bercirikan dua pertukaran angin dan musim seperti umumnya terjadi

di wilayah Indonesia. Musim sangat berpengaruh pada kelancaran

jalannya penambangan. Bila musim kemarau effisiensi kerja lebih

baik daripada musim penghujan yang kemungkinan pekerjaan

terganggu.

Tabel 3.1 Data Curah Hujan (Maret 2012 – Juni 2014)

Bulan Tahun

2011

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun 2014 Rata–

rata

Januari - - 281,5 416,8 349,1

Februari - - 555,5 251,2 403,4

Maret - 444 541,9 218,1 401,3

April - 672,7 623,8 492,3 596,3

Mei - 73,5 724,7 331,6 376,6

Juni - 223,8 105,6 168,6 166

Juli - 610 318,5 - 464,3

Agustus - 262,1 180,4 - 221,2

September - 129,8 304,3 - 217

Page 6: BAB III

38

Oktober - 251,9 109,2 - 180,6

November - 557,4 464,8 - 511,1

Desember - 729,5 593,8 - 661,6

Total 0 3.955 4.804 4.616 (Target

akhir tahun)

4.549

Sumber : PT. Leighton Contractor Indonesia Site MGM Coal Mine Project

Dari data curah hujan diatas terlihat pada awal, pertengahan, dan

akhir tahun (januari, februari, maret, april, juli, november, dan

desember) memiliki rataan curah hujan yang tinggi. Diperkirakan

pada bulan tersebut kegiatan penambangan akan terganggu karena

lokasi loading overburden akan tergenang dan jalan hauling menjadi

licin.

Sumber : PT. Leighton Contractor Indonesia Site MGM Coal Mine Project

Gambar 3.2 Grafik Curah Hujan (mm) Tahun 2012-2013

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec

2012

2013

Page 7: BAB III

39

3.1.3 Flora dan Fauna

1. Flora

Sebagian besar tumbuhan penutup daerah sungai Laung

dan sekitarnya adalah hutan sekunder, semak belukar (bekas

ladang berpindah) dan perkebunan penduduk (70%) sedangkan

sisanya adalah hutan primer (30%).

Jenis hutan yang terdapat di daerah sungai Laung dan

sekitarnya adalah Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi

Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat dikonversikan

(HPK) (sumber: Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan;

Departemen Kehutanan dan Perkebunan). Beberapa jenis

vegetasi yang ada di wilayah ini antara lain ulin, tengkawan,

akasia, sengon, dan sungkai. Sedangkan tumbuhan yang

diusahakan oleh penduduk antara lain adalah perkebunan karet

dan rotan serta ladang padi yang masih menggunakan cara

berpindah.

2. Fauna

Beberapa jenis fauna yang terdapat di daerah penelitian

antara lain adalah tupai (Tupaia Splendidula), babi hutan

(Susscrofa), kancil (Tragulus Javanicus), landak (Hystrix

Brachiura), beruang madu (Helarctos Malayanus),

kijang(Muntiacus Muncak), trenggiling (Manis Javanicus),

gagak (Corvus Enca), rangkong badak (Buceros Rhinoceros),

Page 8: BAB III

40

bunglon (Calotus Jubatus), katak pohon (Hyla sp.), dan

beberapa jenis ikan air tawar seperti patin, baung, udang, tapah

dan jelawat.

Sedangkan hewan-hewan yang dipelihara penduduk di

daerah penelitian meliputi ayam, anjing, kucing, itik, angsa, ikan

mas, kambing dan burung. Pemanfaatannya adalah untuk

dikonsumsi dan sebagai penjaga rumah, ladang atau kebun.

3.1.4 Sosial dan Kependudukan

Aktifitas mata pencaharian masyarakat desa di sekitar wilayah

PT. Leighton Contractor Indonesia site MGM Coal Mine Project

didominasi sektor pertanian lahan kering (ladang berpindah),

pertambangan dan perdagangan. Sementara untuk Kecamatan Laung

Tuhup, secara persentase mata pencaharian dominan adalah pertanian

(ladang berpindah) mencakup 60% sedangkan sisanya mencakup mata

pencaharian berupa perdagangan, jasa transportasi, PNS,

pertambangan dan mata pencaharian lainnya seperti buruh bangunan,

buruh industri kayu, nelayan atau pencari ikan.

Ditinjau dari aspek etnis wilayah tambang PT. Leighton

Contractor Indonesia didominasi oleh suku Dayak, sedangkan suku

lainnya yang ada seperti Banjar, Bakumpai dan Jawa.

Untuk kependudukan sendiri, Desa Batubuah (1 dan 2) serta

daerah Bondang merupakan desa terdekat dengan daerah blok V.

penduduk Desa Batubuah I berpenduduk 1157 jiwa, tingkat kepadatan

Page 9: BAB III

41

3 jiwa/km persegi dengan jumlah 107 kepala keluarga. Penduduk

Desa Batubuah II berpenduduk 504 jiwa, tingkat kepadatan 29

jiwa/km persegi dengan jumlah 279 kepala keluarga, umumnya dari

suku Bakumpai dan beragama Islam. Sedangkan penduduk Desa

Bondang berjumlah 217 kepala keluarga atau 860 jiwa, dengan tingkat

kerapatan 29 jiwa/km persegi, umumnya dari suku Dayak Siang,

beragama Kristen dan Kaharingan.

Penduduk Desa Maruwei I berjumlah 119 kepala keluarga atau

527 jiwa, dengan tingkat kerapatan 22 jiwa/km persegi, penduduk

Desa Maruwei II berjumlah 116 kepala keluarga atau 545 jiwa,

dengan tingkat kerapatan 11 jiwa/km persegi.

Sedangkan penduduk Desa Pendasirun berjumlah 78 kepala

keluarga atau sekitar 339 jiwa, dengan tingkat kerapatan 2 jiwa/km

persegi, dari suku Dayak Siang dan umumnya beragama Kristen serta

Kaharingan (sumber: Kecamatan dalam angka, Registrasi penduduk

kecamatan Laung Tuhup, 2013).

Terdapat 4 buah Sekolah Dasar (SD), yang terletak dikeempat

Desa tersebut, dan sebuah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP)

di Desa Batubuah II serta sebuah puskesmas. Secara umum, tingkat

pendidikan untuk daerah-daerah Batubuah dan Pendasirun tersebut

adalah lulusan Sekolah Dasar (SD).

Page 10: BAB III

42

3.2 Kondisi Geologi

3.2.1 Kondisi Geologi Regional

1. Morfologi Regional

Ada beberapa klasifikasi satuan morfologi yang digunakan

untuk menentukan kondisi morfologi suatu daerah, salah satu di

antaranya adalah Klasifikasi Satuan Morfologi (Van Zuidam,

1985).

Tabel 3.2 Klasifikasi Satuan Morfologi

Relief Lereng (%) Ketinggian (m)

Datar - Hampir datar 0 – 2 < 5

Berombak 3 – 7 5-50

Berombak- Bergelombang 8 – 13 25 – 75

Bergelombang – Berbukit 14 – 20 75 – 200

Berbukit – Pegunungan 21 – 55 200 – 500

Pegunungan Curam 55 – 140 500 - 1.000

Pegunungan sangat Curam > 140 > 1.000

Sumber : Van Zuidam, 1985

Morfologi di daerah Kabupaten Murung Raya berupa

pedataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

sampai 500 - 1.000 m di atas permukaaan laut, serta terdapat

bukit yang mempunyai kemiringan landai, sedang, hingga terjal.

Pada umumnya Kabupaten Murung Raya dengan luas wilayah

sekitar 23.700 Km², dari wilayah bagian selatan hingga bagian

Page 11: BAB III

43

Timur merupakan dataran rendah, sedangkan kearah utara

dengan bentuk daerah berbukit – bukit lipatan, patahan yang

dikelilingi oleh hamparan pegunungan Muller/Schwaner. Maka

dari itu, berdasarkan klasifikasi pada tabel 3.2 morfologi

regional pada daerah penelitian termasuk dalam relief

bergelombang-berbukit, dengan kelerengan rata-rata sebesar 14

– 20% dan dengan ketinggian rata-rata 75 – 200 meter.

2. Stratigrafi Regional

Daerah Sungai Laung dan sekitarnya termasuk ke dalam

Cekungan Barito Utara atau merupakan bagian tepi dari

pengendapan Tersier di Cekungan Barito. Stratigrafi regional

daerah penelitian dan sekitarnya terdiri dari delapan formasi

batuan sedimen dan dua formasi batuan beku. Masing-masing

formasi batuan dari tua ke muda di sekitar daerah konsesi adalah

sebagai berikut :

a. Formasi Tanjung (Tet)

Merupakan sedimen tertua di dalam Cekungan

Barito, diendapkan pada Eosen Bawah, terdiri dari

perselingan batupasir (kuarsa), batulempung dan batulanau

(bersisipan batubara) dan bersisipan batugamping dan

konglomerat. Formasi ini ada di luar daerah pemetaan

yang ada di lokasi daerah penelitian kerja praktek didalam

laporan ini.

Page 12: BAB III

44

b. Formasi Batupasir Halog (Teh)

Merupakan batuan sedimen tertua di dalam

Cekungan Barito dan Cekungan Upper Kutai. Susunan

batuannya terdiri atas: batupasir kuarsa, sedikit

konglomerat dan batulumpur, jarang batugamping,

berlapis sedang sampai tebal. Tidak selaras di atas

kelompok Embaluh dan Selangkai (Kse). Diendapkan

pada lingkungan laut dangkal yang berenergi kuat. Umur

Eosen Akhir, sama umurnya dengan Formasi Tanjung

(Tet). Formasi ini ada di luar daerah pemetaan.

c. Formasi Batupasir Halog (Teh) + Formasi Batu Kelau

(Tek) Tak Terpisahkan

Formasi Batu Kelau susunan batuannya terdiri atas:

serpih, batulumpur, batulanau sedikit batupasir, berlapis

tipis sampai sangat tebal. Diendapkan pada lingkungan

laut dangkal sampai delta. Umur Eosen Akhir. Selaras

diatas Batupasir Halog.Formasi batuan ini ada di daerah

pemetaan.

d. Formasi Batu Ayau (Tea)

Susunan batuannya terdiri atas: batupasir,

batulumpur, batulanau, umumnya karbonan, setempat

sisipan batubara dan lignit. Selaras di atas Formasi Batu

Kelau. Diendapkan pada lingkungan laut terbuka sampai

Page 13: BAB III

45

dangkal. Umur Eosen Akhir – Oligosen Awal. Formasi

Batu Ayau ini mendominasi susunan batuan yang ada di

daerah pemetaan.

e. Formasi Ujoh Bilang (Tou)

Susunan batuannya terdiri atas: batulumpur, sedikit

batupasir, sebagian gampingan dan karbonan; setempat

tufaan. Selaras di atas Formasi Batu Ayau. Diendapkan

pada lingkungan laut terbuka sampai paparan luar. Umur

Oligosen Awal. Satuan batuan pada formasi ini terletak

diluar sebelah timur. Formasi ini ada di luar daerah

pemetaan.

f. Formasi Karamuan (Tomk)

Susunan batuannya terdiri atas: batulumpur abu-abu

sebagaian gampingan dan berfosil; batupasir kuarsa

berlapis baik; batulanau abu-abu; batulanau tufaan abu-

abu kehijauan; bersisipan gamping berfosil, batulanau

serpihan dan batulanau karbonan. Diendapkan pada

lingkungan laut dangkal sampai paparan luar.

g. Formasi Puruk Cahu (Tomc)

Susunan batuannya terdiri atas: batulempung

berfosil, kelabutua, berselingan dengan batulanau

mengandung lensa kecil dan lapisan tipis batubara vitrinit,

dan batupasir berstruktur perairan sejajar dan konvolut,

Page 14: BAB III

46

bersisipan bereaksi berfragmen andesit, dasit, geneis dan

batubara, matriks berupa batupasir kasar mengandung

fragmen batubara vitrinit. Secara stratigrafi berumur

Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Formasi batuan ini

ada di daerah pemetaan.

h. Intrusi Sintang (Toms)

Susunan batuannya terdiri atas: andesit dan diorit,

setempat dasit berupa sumbat, stok, retas dan retas

lempeng. Secara stratigrafi berumur Oligosen Akhir

sampai Miosen Awal. Formasi batuan ini ada di daerah

pemetaan.

Page 15: BAB III

47

Sumber : PT. Marunda Graha Mineral (MGM)

Gambar 3.3 Stratigrafi Regional Daerah Penyelidikan

3. Struktur Geologi Regional

Struktur geologi yang dijumpai di areal konsesi PT.

Marunda Grahamineral (MGM) berupa sesar, perlipatan dan

kelurusan yang secara umum ke arah Barat Daya – Barat Laut –

Tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar geser, dan sesar

Page 16: BAB III

48

naik yang melibatkan batuan sedimen. Kelurusan – kelurusan ini

diduga merupakan petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar

dengan struktur umum. Lipatan – lipatan berupa Sinklin dan

Antiklin seperti halnya sesar dan kelurusan juga berarah sejajar

dengan struktur regional Timur Laut – Barat Daya.

Sumber : PT. Marunda Graha Mineral (MGM)

Gambar 3.4 Peta Geologi Regional Wilayah PT. Marunda

Graha Mineral (MGM)

Page 17: BAB III

49

3.2.2 Kondisi Geologi Daerah Penelitian

1. Morfologi Daerah Penelitian

Secara wilayah konsesi tambang batubara PT. Marunda

Grahamineral mempunyai bentuk wilayah dataran berombak –

berbukit yang terbentuk oleh proses pengendapan batuan

sedimen. Daerah ini telah mengalami proses pengangkatan dan

pelipatan dengan kekuatan lemah-kuat sehingga menghasilkan

bentuk-bentuk wilayah atau relief yang bervariasi dari datar

hingga berbukit. Bentuk wilayah bergelombang - berbukit

dijumpai pada bagian dengan elevasi yang relatif lebih tinggi.

Bagian puncak dan lereng dari daerah perbukitan ini mengalami

pengikisan membentuk alur-alur drainase dari bagian yang

tinggi ke bagian yang lebih rendah, yaitu dari puncak lipatan ke

dasar lipatan.

Alur-alur tersebut bertemu di bagian yang lebih rendah

yang memiliki bentuk wilayah berombak hingga datar,

membentuk dataran aluvial yang agak lebar. Satuan-satuan

morfologi yang menyusun wilayah konsesi tambang batubara

PT. Marunda Grahamineral adalah morfologi perbukitan

bergelombang sedang – kuat, morfologi perbukitan

bergelombang lemah – sedang, mofologi perbukitan kerucut,

dan morfologi dataran aluvial. Satuan morfologi perbukitan

bergelombang sedang-kuat mendominasi wilayah konsesi

Page 18: BAB III

50

menempati ruas tengah hulu sungai-sungai, memanjang di

bagian timur wilayah studi dari utara ke selatan. Morfologi ini

dicirikan oleh perbukitan yang memanjang dan saling

berhubungan, beda tinggi antara puncak bukit dengan lembah

terdekat dapat mencapai 25 – 80 m, bentuk relatif seperti huruf

”V”, batuan penyusun umumnya batu pasir.

Satuan morfologi ini membentuk wilayah bergelombang -

berbukit dengan kemiringan lereng 25 - 45%. Satuan morfologi

perbukitan bergelombang lemah-sedang umumnya menempati

daerah kiri kanan sepanjang sungai-sungai besar (Sungai Laung

dan Sungai Maruwei), bentuk bukit membulat dan dengan

bentuk lembah relatif seperti huruf ”U”, batuan penyusun

umumnya batulempung dan batulanau.

Beda tinggi antara puncak bukit dengan lembah terdekat

berkisar antara 10 – 30 m. Satuan morfologi ini mempunyai

bentuk wilayah bergelombang-berbukit dengan kemiringan

lereng 10 – 25%.

Satuan morfologi perbukitan kerucut dijumpai secara

terpisah-pisah, terutama di bagian kiri dan kanan Sungai Laung,

bentuk bukit kerucut dengan lereng sangat curam – terjal dan

beda tinggi antara puncak dan lembah terdekat dapat mencapau

50 – 100 m. Batuan penyusun satuan morfologi ini adalah

batuan beku intrusif (andesite – diorite).

Page 19: BAB III

51

Satuan morfologi dataran aluvial menempati wilayah

sekitar sungai. Dataran ini berupa lembah-lembah di antara

perbukitan. Lembah - lembah ini bertemu dengan cekungan

yang merupakan dataran aluvial yang ada disepanjang sungai -

sungai besar di wilayah tersebut seperti Sungai Laung dan

Sungai Maruwei. Satuan morfologi ini mempunyai bentuk

wilayah datar-berombak dengan kemiringan lereng 0 - 8%.

Selain itu sungai dan pola aliran yang terdapat di wilayah

daerah penelitian adalah sungai Barito. Sungai Barito

merupakan sungai terbesar yang mengalir di wilayah kerja

(bagian Selatan), mempunyai lebar antara 200 - 250 meter dan

kedalaman berkisar antara 10 - 25 meter (keadaan normal, di

bagian palung), mengalir relatif Barat - Timur. Sungai Laung

adalah anak Sungai Barito dan merupakan sungai utama yang

mengalir di wilayah kerja, mengalir relatif Utara - Selatan,

mempunyai lebar antara 50 - 75 meter dan kedalaman antara 3 -

10 meter.

Sungai lain yang cukup besar dan mengalir relatif Timur

Laut - Barat Daya bermuara di Sungai Laung adalah Sungai

Maruwei, Sungai Mantubuh dan Sungai Tahujan serta Sungai

Tupuh (mengalir relatif Barat Laut - Tenggara).

Page 20: BAB III

52

2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Berdasarkan stratigrafi wilayah ini terdapat 3 satuan

batuan yaitu Satuan Batupasir Atas, Satuan Batulempung dan

Satuan Batupasir Bawah perselingan lempungan. Namun ada

beberapa lokasi yang mengindikasikan adanya intrusi batuan

beku di daerah Mantubuh Tengah dan Tenggara dan juga

daerah Tahujan. Pada satuan Batupasir atas, dapat ditemui

lapisan batupasir berwana putih sampai abu - abu , pasir halus

dengan kekerasan sedang, membutir serta pemilahannya baik,

porositas tinggi dengan struktur massif - laminasi. Terdapat

sisipan lapisan batulempung karbonan dan batulumpur, terdapat

lapisan tipis lempung merah sangat keras dan terdapat kuarsa.

3. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi yang dijumpai di wilayah PT. Marunda

Graha Mineral berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang

secara umum ke arah Barat Daya – Barat Laut – Tenggara. Sesar

terdiri dari sesar normal, sesar geser, dan sesar naik yang

melibatkan batuan sedimen. Kelurusan–kelurusan ini diduga

merupakan petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar

dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan

antiklin seperti halnya sesar dan kelurusan juga berarah sejajar

dengan struktur regional Timur Laut – Barat Daya.

Page 21: BAB III

53

Tabel 3.3 Keadaan Geologi di Wilayah PKP2B PT. Marunda

Graha Mineral (MGM)

Lokasi Morfologi

Formasi

Batuan Struktur

SE Mantubuh Gelombang Kuat

Puruk Cahu dan

Karamuan

Intrusi batuan

beku, Patahan,

Kekar

Menyango Gelombang Kuat

Puruk Cahu dan

Karamuan

Patahan, Intrusi

batuan beku

Central Kawi

Gelombang

lemah

Batuayau,

Halog,

Batu Kelau

North Kawi

Gelombang

lemah

Batu Ayau,

Halog

Batu Kelau

Bondang Pegunungan

Warukin

Intrusi batuan

beku, Patahan,

Kekar, Lipatan

Tahujan

Gelombang

lemah

Puruh Cahu dan

Karamuan

Sumber : PT. Marunda Graha Mineral (MGM)

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dipergunakan selama melaksanakan kerja

praktek di area penambangan PT Leighton Contractor Indonesia site

MGM Coal Mine Project yaitu :

1. Buku lapangan

2. Stopwatch

3. Kamera digital

4. Alat tulis

5. Tas lapangan

6. Kalkulator dan laptop

Page 22: BAB III

54

3.4 Tata Laksana

3.4.1 Langkah Kerja

Adapun langkah kerja yang dilakukan selama dalam

kegiatan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan kegiatan orientasi di setiap departemen yang

ada di PT Leighton Contractor Indonesia site MGM Coal

Mine Project.

2. Melakukan orientasi lapangan terlebih dahulu sebelum

melakukan pengambilan data - data sebagai bahan dalam

pengamatan kegiatan kerja praktek.

3. Melakukan pengamatan kegiatan penambangan khususnya

kegiatan pengupasan overburden yang dilakukan oleh PT

Leighton Contractor Indonesia site MGM Coal Mine

Project

4. Melakukan kegiatan pengambilan data berupa pencatatan

jumlah retasi alat angkut pada proses pengangkutan

overburden yang bekerja di pit Central Kawi pada shift

siang.

5. Melakukan kegiatan pengambilan data berupa

penghitungan dan pencatatan Cycle Time alat muat dan

alat angkut yang bekerja pada kegiatan pengupasan

overburden di pit Central Kawi dengan menggunakan

Stopwatch dan mencatatnya ke dalam buku lapangan.

Page 23: BAB III

55

6. Melakukan penyusunan laporan.

7. Presentasi.

3.4.2 Metode Penelitian

Dalam melaksanakan pembahasan permasalahan ini,

penulis menggabungkan antara beberapa metode, yaitu :

a. Metode Observasi

Metode dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

secara langsung dilapangan.

b. Metode Interview (wawancara)

Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui

penjelasan secara langsung dilapangan dari pihak

perusahaan PT Leighton Contractor Indonesia site MGM

Coal Mine Project.

c. Metode Pustaka

Metode ini dilakukan dengan mencari literatur mengenai

kegiatan produksi, baik berupa data yang diberikan pihak

perusahaan atau laporan kerja praktek terdahulu.

Page 24: BAB III

56

3.4.3 Bagan Alir

Gambar 3.5 Bagan Alir Kegiatan Kerja Praktek di PT. Leighton Contractor

Indonesia Site MGM Coal Mine Project

Start

Rumusan Masalah :

a. Apa saja alat mekanis yang digunakan pada proses pengupasan overburden?

b. Bagaimana pola pemuatan overburden dengan alat gali muat dan angkut

yang digunakan ?

c. Bagaimana menghitung nilai efisiensi alat gali muat dan angkut pada proses

pengupasan overburden ?

d. Bagaimana menghitung nilai match factor dan produktivitas alat muat

angkut dalam proses pengupasan overburden ?

Observasi Lapangan

Studi Literatur

Pengambilan Data

Data Primer :

1. Alat Yang Digunakan Dalam Proses

Pengupasan Overburden

2. Cycle Time Alat Mekanis

3. Waktu Hambatan Kerja

Data Sekunder :

1. Peta Lokasi

2. Peta Topografi

3. Data Target Produksi

4. Data Curah Hujan

Analisis dan Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

Hasil dan Pembahasan

Finish

Page 25: BAB III

57

3.4.4 Waktu Penelitian

Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan,

yang dilaksanakan pada daerah pertambangan PT. Leighton Contractor

Indonesia Site MGM Coal Mine Project, Kecamatan Muara Laung,

Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Tabel 3.4 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kegiatan

Juni Juli Agustus

I II III IV I II III IV I II III IV

Studi Literatur

Pengambilan data

Pembahasan dan evaluasi

Pembuatan laporan

Presentasi di perusahaan