bab iii
DESCRIPTION
BAB III LAPORAN KP PENGUPASAN OB TEKNIK PERTAMBANGANTRANSCRIPT
![Page 1: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/1.jpg)
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
PT. Marunda Grahamineral (MGM) adalah perusahaan pemegang
Kontrak Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara
(PKP2B) Nomor 006/PK/PTBA-MGM/1994 dengan luas daerah ±
23.541,30 ha, yang terdiri dari wilayah KW 98 PB 0179 seluas 12.880 ha
dengan status Tahap Produksi dan wilayah dengan kode KW 98 PB 0025
seluas 10.661,30 ha dengan status tahap konstruksi.
Wilayah pertambangan KW 00 PB 0179 seluas 12.880 ha dengan
status Tahap Produksi terdiri dari Blok North Kawi, Blok Central Kawi dan
Blok East Kawi, Blok Bambang, Blok Central Mantubuh, Blok SE
Mantubuh, Blok Bondang, Blok Tahujan, Blok Pendasiron, Blok
Menyango. Sedangkan wilayah pertambangan dengan kode KW 98 PB
0025 seluas 10.661,30 ha dengan status Tahap Konstruksi terdiri dari Blok
I Maruwei seluas 6.776 ha, Blok II Belawan seluas 2.147 ha, Blok III seluas
1.309 ha dan Blok IV seluas 429,30 ha. Lokasi Tambang aktif sampai saat
ini adalah Blok North Kawi dan Blok SE Mantubuh serta Kawi Tengah
yang keduanya terletak di wilayah KW 00 PB 0179. Blok yang dianggap
prospek untuk daerah dengan kode wilayah KW 98 PB 0025 antara lain
![Page 2: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/2.jpg)
34
sebagai berikut : Blok 1 (Maruwei), Blok II (Belawan) sedangkan untuk
Blok III dan Blok IV dianggap tidak prospek karena tidak mengandung
batubara atau kalaupun ada mempunyai dip yang curam. Berdasarkan hasil
kompilasi data geologi dan pemetaan geologi lapangan bahwa pada Blok IV
tidak mengandung batubara sedangkan di Blok III terdapat batubara dengan
sebaran yang sedikit dan arah dipnya masuk kedalam sungai besar, dan
untuk Blok I Maruwei sebagian dari wilayah tersebut tidak mengandung
batubara sehingga ketiga blok tersebut diatas akan dikembalikan kepada
Pemerintah.Sistem penambangan yang digunakan adalah sistem
penambangan terbuka (open pit).
Untuk Blok North Kawi (NK), South East Mantubuh dan Central
Kawi (CK) pengerjaannya dilakukan oleh kontraktor PT. LEIGHTON
CONTRACTOR INDONESIA (LCI) dengan tahap produksi.
3.1.1 Letak, Lokasi, dan Kesampaian Daerah
Secara administrasi wilayah PKP2B PT. Marunda Grahamineral
terletak pada Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya,
Provinsi KalimantanTengah berada pada 0°17'31" LS sampai 0°35'12"
LS dan 114°43'27" BT sampai 114°47'23" BT. Untuk mencapai lokasi
PT. Leighton Contractor Indonesia Site MGM Coal Mine Project
dapat di tempuh dengan cara, yaitu dari Palangka Raya – Muara
Teweh dengan kendaraan roda empat (jalan darat) selama ± 7 jam.
Kemudian dilanjutkan lagi dengan Speed Boat ke arah hulu Sungai
Barito selama ± 2 jam untuk mencapai desa Beras Balange yang
![Page 3: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/3.jpg)
35
merupakan tempat lokasi pengapalan (Barging) dan CCP (Coal
Crushing Plant). Setelah itu dari pos utama di PT. Marunda
Grahamineral Jamut Site untuk menuju ke Office PT. Leighton
Contractor Indonesia Site MGM Coal Mine Project melalui jalan darat
menggunakan bus atau kendaraan roda empat (sarana) sejauh ± 50 km
selama ±1 ½ jam.
Batas-batas PT. Leighton Contractor Indonesia Site MGM Coal
Mine Project yaitu :
Sebelah Utara berbatasan dengan PT. Maruwai Coal
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baloi, Desa Batu Tujah,
Desa Tumbang Bauh, Tumbang Masalo, dan Desa Dirung
Sararung.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Muara Laung I dan II,
Desa Muara Tuhup, Desa Muara Tupuh, Desa Makunjung dan
Desa Bumban Tuhup.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kelang Duhung, Desa
Belarang, Desa Narui, Desa Tumbang Bana dan Batu Tuhup.
![Page 4: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/4.jpg)
36
![Page 5: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/5.jpg)
37
3.1.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Lokasi daerah penelitian PT. Leighton Contractor Indonesia site
MGM Coal Mine Project berada pada iklim tropis basah yang
bercirikan dua pertukaran angin dan musim seperti umumnya terjadi
di wilayah Indonesia. Musim sangat berpengaruh pada kelancaran
jalannya penambangan. Bila musim kemarau effisiensi kerja lebih
baik daripada musim penghujan yang kemungkinan pekerjaan
terganggu.
Tabel 3.1 Data Curah Hujan (Maret 2012 – Juni 2014)
Bulan Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun 2014 Rata–
rata
Januari - - 281,5 416,8 349,1
Februari - - 555,5 251,2 403,4
Maret - 444 541,9 218,1 401,3
April - 672,7 623,8 492,3 596,3
Mei - 73,5 724,7 331,6 376,6
Juni - 223,8 105,6 168,6 166
Juli - 610 318,5 - 464,3
Agustus - 262,1 180,4 - 221,2
September - 129,8 304,3 - 217
![Page 6: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/6.jpg)
38
Oktober - 251,9 109,2 - 180,6
November - 557,4 464,8 - 511,1
Desember - 729,5 593,8 - 661,6
Total 0 3.955 4.804 4.616 (Target
akhir tahun)
4.549
Sumber : PT. Leighton Contractor Indonesia Site MGM Coal Mine Project
Dari data curah hujan diatas terlihat pada awal, pertengahan, dan
akhir tahun (januari, februari, maret, april, juli, november, dan
desember) memiliki rataan curah hujan yang tinggi. Diperkirakan
pada bulan tersebut kegiatan penambangan akan terganggu karena
lokasi loading overburden akan tergenang dan jalan hauling menjadi
licin.
Sumber : PT. Leighton Contractor Indonesia Site MGM Coal Mine Project
Gambar 3.2 Grafik Curah Hujan (mm) Tahun 2012-2013
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1.000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sept Oct Nov Dec
2012
2013
![Page 7: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/7.jpg)
39
3.1.3 Flora dan Fauna
1. Flora
Sebagian besar tumbuhan penutup daerah sungai Laung
dan sekitarnya adalah hutan sekunder, semak belukar (bekas
ladang berpindah) dan perkebunan penduduk (70%) sedangkan
sisanya adalah hutan primer (30%).
Jenis hutan yang terdapat di daerah sungai Laung dan
sekitarnya adalah Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi
Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat dikonversikan
(HPK) (sumber: Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan;
Departemen Kehutanan dan Perkebunan). Beberapa jenis
vegetasi yang ada di wilayah ini antara lain ulin, tengkawan,
akasia, sengon, dan sungkai. Sedangkan tumbuhan yang
diusahakan oleh penduduk antara lain adalah perkebunan karet
dan rotan serta ladang padi yang masih menggunakan cara
berpindah.
2. Fauna
Beberapa jenis fauna yang terdapat di daerah penelitian
antara lain adalah tupai (Tupaia Splendidula), babi hutan
(Susscrofa), kancil (Tragulus Javanicus), landak (Hystrix
Brachiura), beruang madu (Helarctos Malayanus),
kijang(Muntiacus Muncak), trenggiling (Manis Javanicus),
gagak (Corvus Enca), rangkong badak (Buceros Rhinoceros),
![Page 8: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/8.jpg)
40
bunglon (Calotus Jubatus), katak pohon (Hyla sp.), dan
beberapa jenis ikan air tawar seperti patin, baung, udang, tapah
dan jelawat.
Sedangkan hewan-hewan yang dipelihara penduduk di
daerah penelitian meliputi ayam, anjing, kucing, itik, angsa, ikan
mas, kambing dan burung. Pemanfaatannya adalah untuk
dikonsumsi dan sebagai penjaga rumah, ladang atau kebun.
3.1.4 Sosial dan Kependudukan
Aktifitas mata pencaharian masyarakat desa di sekitar wilayah
PT. Leighton Contractor Indonesia site MGM Coal Mine Project
didominasi sektor pertanian lahan kering (ladang berpindah),
pertambangan dan perdagangan. Sementara untuk Kecamatan Laung
Tuhup, secara persentase mata pencaharian dominan adalah pertanian
(ladang berpindah) mencakup 60% sedangkan sisanya mencakup mata
pencaharian berupa perdagangan, jasa transportasi, PNS,
pertambangan dan mata pencaharian lainnya seperti buruh bangunan,
buruh industri kayu, nelayan atau pencari ikan.
Ditinjau dari aspek etnis wilayah tambang PT. Leighton
Contractor Indonesia didominasi oleh suku Dayak, sedangkan suku
lainnya yang ada seperti Banjar, Bakumpai dan Jawa.
Untuk kependudukan sendiri, Desa Batubuah (1 dan 2) serta
daerah Bondang merupakan desa terdekat dengan daerah blok V.
penduduk Desa Batubuah I berpenduduk 1157 jiwa, tingkat kepadatan
![Page 9: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/9.jpg)
41
3 jiwa/km persegi dengan jumlah 107 kepala keluarga. Penduduk
Desa Batubuah II berpenduduk 504 jiwa, tingkat kepadatan 29
jiwa/km persegi dengan jumlah 279 kepala keluarga, umumnya dari
suku Bakumpai dan beragama Islam. Sedangkan penduduk Desa
Bondang berjumlah 217 kepala keluarga atau 860 jiwa, dengan tingkat
kerapatan 29 jiwa/km persegi, umumnya dari suku Dayak Siang,
beragama Kristen dan Kaharingan.
Penduduk Desa Maruwei I berjumlah 119 kepala keluarga atau
527 jiwa, dengan tingkat kerapatan 22 jiwa/km persegi, penduduk
Desa Maruwei II berjumlah 116 kepala keluarga atau 545 jiwa,
dengan tingkat kerapatan 11 jiwa/km persegi.
Sedangkan penduduk Desa Pendasirun berjumlah 78 kepala
keluarga atau sekitar 339 jiwa, dengan tingkat kerapatan 2 jiwa/km
persegi, dari suku Dayak Siang dan umumnya beragama Kristen serta
Kaharingan (sumber: Kecamatan dalam angka, Registrasi penduduk
kecamatan Laung Tuhup, 2013).
Terdapat 4 buah Sekolah Dasar (SD), yang terletak dikeempat
Desa tersebut, dan sebuah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP)
di Desa Batubuah II serta sebuah puskesmas. Secara umum, tingkat
pendidikan untuk daerah-daerah Batubuah dan Pendasirun tersebut
adalah lulusan Sekolah Dasar (SD).
![Page 10: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/10.jpg)
42
3.2 Kondisi Geologi
3.2.1 Kondisi Geologi Regional
1. Morfologi Regional
Ada beberapa klasifikasi satuan morfologi yang digunakan
untuk menentukan kondisi morfologi suatu daerah, salah satu di
antaranya adalah Klasifikasi Satuan Morfologi (Van Zuidam,
1985).
Tabel 3.2 Klasifikasi Satuan Morfologi
Relief Lereng (%) Ketinggian (m)
Datar - Hampir datar 0 – 2 < 5
Berombak 3 – 7 5-50
Berombak- Bergelombang 8 – 13 25 – 75
Bergelombang – Berbukit 14 – 20 75 – 200
Berbukit – Pegunungan 21 – 55 200 – 500
Pegunungan Curam 55 – 140 500 - 1.000
Pegunungan sangat Curam > 140 > 1.000
Sumber : Van Zuidam, 1985
Morfologi di daerah Kabupaten Murung Raya berupa
pedataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian
sampai 500 - 1.000 m di atas permukaaan laut, serta terdapat
bukit yang mempunyai kemiringan landai, sedang, hingga terjal.
Pada umumnya Kabupaten Murung Raya dengan luas wilayah
sekitar 23.700 Km², dari wilayah bagian selatan hingga bagian
![Page 11: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/11.jpg)
43
Timur merupakan dataran rendah, sedangkan kearah utara
dengan bentuk daerah berbukit – bukit lipatan, patahan yang
dikelilingi oleh hamparan pegunungan Muller/Schwaner. Maka
dari itu, berdasarkan klasifikasi pada tabel 3.2 morfologi
regional pada daerah penelitian termasuk dalam relief
bergelombang-berbukit, dengan kelerengan rata-rata sebesar 14
– 20% dan dengan ketinggian rata-rata 75 – 200 meter.
2. Stratigrafi Regional
Daerah Sungai Laung dan sekitarnya termasuk ke dalam
Cekungan Barito Utara atau merupakan bagian tepi dari
pengendapan Tersier di Cekungan Barito. Stratigrafi regional
daerah penelitian dan sekitarnya terdiri dari delapan formasi
batuan sedimen dan dua formasi batuan beku. Masing-masing
formasi batuan dari tua ke muda di sekitar daerah konsesi adalah
sebagai berikut :
a. Formasi Tanjung (Tet)
Merupakan sedimen tertua di dalam Cekungan
Barito, diendapkan pada Eosen Bawah, terdiri dari
perselingan batupasir (kuarsa), batulempung dan batulanau
(bersisipan batubara) dan bersisipan batugamping dan
konglomerat. Formasi ini ada di luar daerah pemetaan
yang ada di lokasi daerah penelitian kerja praktek didalam
laporan ini.
![Page 12: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/12.jpg)
44
b. Formasi Batupasir Halog (Teh)
Merupakan batuan sedimen tertua di dalam
Cekungan Barito dan Cekungan Upper Kutai. Susunan
batuannya terdiri atas: batupasir kuarsa, sedikit
konglomerat dan batulumpur, jarang batugamping,
berlapis sedang sampai tebal. Tidak selaras di atas
kelompok Embaluh dan Selangkai (Kse). Diendapkan
pada lingkungan laut dangkal yang berenergi kuat. Umur
Eosen Akhir, sama umurnya dengan Formasi Tanjung
(Tet). Formasi ini ada di luar daerah pemetaan.
c. Formasi Batupasir Halog (Teh) + Formasi Batu Kelau
(Tek) Tak Terpisahkan
Formasi Batu Kelau susunan batuannya terdiri atas:
serpih, batulumpur, batulanau sedikit batupasir, berlapis
tipis sampai sangat tebal. Diendapkan pada lingkungan
laut dangkal sampai delta. Umur Eosen Akhir. Selaras
diatas Batupasir Halog.Formasi batuan ini ada di daerah
pemetaan.
d. Formasi Batu Ayau (Tea)
Susunan batuannya terdiri atas: batupasir,
batulumpur, batulanau, umumnya karbonan, setempat
sisipan batubara dan lignit. Selaras di atas Formasi Batu
Kelau. Diendapkan pada lingkungan laut terbuka sampai
![Page 13: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/13.jpg)
45
dangkal. Umur Eosen Akhir – Oligosen Awal. Formasi
Batu Ayau ini mendominasi susunan batuan yang ada di
daerah pemetaan.
e. Formasi Ujoh Bilang (Tou)
Susunan batuannya terdiri atas: batulumpur, sedikit
batupasir, sebagian gampingan dan karbonan; setempat
tufaan. Selaras di atas Formasi Batu Ayau. Diendapkan
pada lingkungan laut terbuka sampai paparan luar. Umur
Oligosen Awal. Satuan batuan pada formasi ini terletak
diluar sebelah timur. Formasi ini ada di luar daerah
pemetaan.
f. Formasi Karamuan (Tomk)
Susunan batuannya terdiri atas: batulumpur abu-abu
sebagaian gampingan dan berfosil; batupasir kuarsa
berlapis baik; batulanau abu-abu; batulanau tufaan abu-
abu kehijauan; bersisipan gamping berfosil, batulanau
serpihan dan batulanau karbonan. Diendapkan pada
lingkungan laut dangkal sampai paparan luar.
g. Formasi Puruk Cahu (Tomc)
Susunan batuannya terdiri atas: batulempung
berfosil, kelabutua, berselingan dengan batulanau
mengandung lensa kecil dan lapisan tipis batubara vitrinit,
dan batupasir berstruktur perairan sejajar dan konvolut,
![Page 14: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/14.jpg)
46
bersisipan bereaksi berfragmen andesit, dasit, geneis dan
batubara, matriks berupa batupasir kasar mengandung
fragmen batubara vitrinit. Secara stratigrafi berumur
Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Formasi batuan ini
ada di daerah pemetaan.
h. Intrusi Sintang (Toms)
Susunan batuannya terdiri atas: andesit dan diorit,
setempat dasit berupa sumbat, stok, retas dan retas
lempeng. Secara stratigrafi berumur Oligosen Akhir
sampai Miosen Awal. Formasi batuan ini ada di daerah
pemetaan.
![Page 15: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/15.jpg)
47
Sumber : PT. Marunda Graha Mineral (MGM)
Gambar 3.3 Stratigrafi Regional Daerah Penyelidikan
3. Struktur Geologi Regional
Struktur geologi yang dijumpai di areal konsesi PT.
Marunda Grahamineral (MGM) berupa sesar, perlipatan dan
kelurusan yang secara umum ke arah Barat Daya – Barat Laut –
Tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar geser, dan sesar
![Page 16: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/16.jpg)
48
naik yang melibatkan batuan sedimen. Kelurusan – kelurusan ini
diduga merupakan petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar
dengan struktur umum. Lipatan – lipatan berupa Sinklin dan
Antiklin seperti halnya sesar dan kelurusan juga berarah sejajar
dengan struktur regional Timur Laut – Barat Daya.
Sumber : PT. Marunda Graha Mineral (MGM)
Gambar 3.4 Peta Geologi Regional Wilayah PT. Marunda
Graha Mineral (MGM)
![Page 17: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/17.jpg)
49
3.2.2 Kondisi Geologi Daerah Penelitian
1. Morfologi Daerah Penelitian
Secara wilayah konsesi tambang batubara PT. Marunda
Grahamineral mempunyai bentuk wilayah dataran berombak –
berbukit yang terbentuk oleh proses pengendapan batuan
sedimen. Daerah ini telah mengalami proses pengangkatan dan
pelipatan dengan kekuatan lemah-kuat sehingga menghasilkan
bentuk-bentuk wilayah atau relief yang bervariasi dari datar
hingga berbukit. Bentuk wilayah bergelombang - berbukit
dijumpai pada bagian dengan elevasi yang relatif lebih tinggi.
Bagian puncak dan lereng dari daerah perbukitan ini mengalami
pengikisan membentuk alur-alur drainase dari bagian yang
tinggi ke bagian yang lebih rendah, yaitu dari puncak lipatan ke
dasar lipatan.
Alur-alur tersebut bertemu di bagian yang lebih rendah
yang memiliki bentuk wilayah berombak hingga datar,
membentuk dataran aluvial yang agak lebar. Satuan-satuan
morfologi yang menyusun wilayah konsesi tambang batubara
PT. Marunda Grahamineral adalah morfologi perbukitan
bergelombang sedang – kuat, morfologi perbukitan
bergelombang lemah – sedang, mofologi perbukitan kerucut,
dan morfologi dataran aluvial. Satuan morfologi perbukitan
bergelombang sedang-kuat mendominasi wilayah konsesi
![Page 18: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/18.jpg)
50
menempati ruas tengah hulu sungai-sungai, memanjang di
bagian timur wilayah studi dari utara ke selatan. Morfologi ini
dicirikan oleh perbukitan yang memanjang dan saling
berhubungan, beda tinggi antara puncak bukit dengan lembah
terdekat dapat mencapai 25 – 80 m, bentuk relatif seperti huruf
”V”, batuan penyusun umumnya batu pasir.
Satuan morfologi ini membentuk wilayah bergelombang -
berbukit dengan kemiringan lereng 25 - 45%. Satuan morfologi
perbukitan bergelombang lemah-sedang umumnya menempati
daerah kiri kanan sepanjang sungai-sungai besar (Sungai Laung
dan Sungai Maruwei), bentuk bukit membulat dan dengan
bentuk lembah relatif seperti huruf ”U”, batuan penyusun
umumnya batulempung dan batulanau.
Beda tinggi antara puncak bukit dengan lembah terdekat
berkisar antara 10 – 30 m. Satuan morfologi ini mempunyai
bentuk wilayah bergelombang-berbukit dengan kemiringan
lereng 10 – 25%.
Satuan morfologi perbukitan kerucut dijumpai secara
terpisah-pisah, terutama di bagian kiri dan kanan Sungai Laung,
bentuk bukit kerucut dengan lereng sangat curam – terjal dan
beda tinggi antara puncak dan lembah terdekat dapat mencapau
50 – 100 m. Batuan penyusun satuan morfologi ini adalah
batuan beku intrusif (andesite – diorite).
![Page 19: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/19.jpg)
51
Satuan morfologi dataran aluvial menempati wilayah
sekitar sungai. Dataran ini berupa lembah-lembah di antara
perbukitan. Lembah - lembah ini bertemu dengan cekungan
yang merupakan dataran aluvial yang ada disepanjang sungai -
sungai besar di wilayah tersebut seperti Sungai Laung dan
Sungai Maruwei. Satuan morfologi ini mempunyai bentuk
wilayah datar-berombak dengan kemiringan lereng 0 - 8%.
Selain itu sungai dan pola aliran yang terdapat di wilayah
daerah penelitian adalah sungai Barito. Sungai Barito
merupakan sungai terbesar yang mengalir di wilayah kerja
(bagian Selatan), mempunyai lebar antara 200 - 250 meter dan
kedalaman berkisar antara 10 - 25 meter (keadaan normal, di
bagian palung), mengalir relatif Barat - Timur. Sungai Laung
adalah anak Sungai Barito dan merupakan sungai utama yang
mengalir di wilayah kerja, mengalir relatif Utara - Selatan,
mempunyai lebar antara 50 - 75 meter dan kedalaman antara 3 -
10 meter.
Sungai lain yang cukup besar dan mengalir relatif Timur
Laut - Barat Daya bermuara di Sungai Laung adalah Sungai
Maruwei, Sungai Mantubuh dan Sungai Tahujan serta Sungai
Tupuh (mengalir relatif Barat Laut - Tenggara).
![Page 20: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/20.jpg)
52
2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Berdasarkan stratigrafi wilayah ini terdapat 3 satuan
batuan yaitu Satuan Batupasir Atas, Satuan Batulempung dan
Satuan Batupasir Bawah perselingan lempungan. Namun ada
beberapa lokasi yang mengindikasikan adanya intrusi batuan
beku di daerah Mantubuh Tengah dan Tenggara dan juga
daerah Tahujan. Pada satuan Batupasir atas, dapat ditemui
lapisan batupasir berwana putih sampai abu - abu , pasir halus
dengan kekerasan sedang, membutir serta pemilahannya baik,
porositas tinggi dengan struktur massif - laminasi. Terdapat
sisipan lapisan batulempung karbonan dan batulumpur, terdapat
lapisan tipis lempung merah sangat keras dan terdapat kuarsa.
3. Struktur Geologi Daerah Penelitian
Struktur geologi yang dijumpai di wilayah PT. Marunda
Graha Mineral berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang
secara umum ke arah Barat Daya – Barat Laut – Tenggara. Sesar
terdiri dari sesar normal, sesar geser, dan sesar naik yang
melibatkan batuan sedimen. Kelurusan–kelurusan ini diduga
merupakan petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar
dengan struktur umum. Lipatan-lipatan berupa sinklin dan
antiklin seperti halnya sesar dan kelurusan juga berarah sejajar
dengan struktur regional Timur Laut – Barat Daya.
![Page 21: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/21.jpg)
53
Tabel 3.3 Keadaan Geologi di Wilayah PKP2B PT. Marunda
Graha Mineral (MGM)
Lokasi Morfologi
Formasi
Batuan Struktur
SE Mantubuh Gelombang Kuat
Puruk Cahu dan
Karamuan
Intrusi batuan
beku, Patahan,
Kekar
Menyango Gelombang Kuat
Puruk Cahu dan
Karamuan
Patahan, Intrusi
batuan beku
Central Kawi
Gelombang
lemah
Batuayau,
Halog,
Batu Kelau
North Kawi
Gelombang
lemah
Batu Ayau,
Halog
Batu Kelau
Bondang Pegunungan
Warukin
Intrusi batuan
beku, Patahan,
Kekar, Lipatan
Tahujan
Gelombang
lemah
Puruh Cahu dan
Karamuan
Sumber : PT. Marunda Graha Mineral (MGM)
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipergunakan selama melaksanakan kerja
praktek di area penambangan PT Leighton Contractor Indonesia site
MGM Coal Mine Project yaitu :
1. Buku lapangan
2. Stopwatch
3. Kamera digital
4. Alat tulis
5. Tas lapangan
6. Kalkulator dan laptop
![Page 22: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/22.jpg)
54
3.4 Tata Laksana
3.4.1 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan selama dalam
kegiatan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan kegiatan orientasi di setiap departemen yang
ada di PT Leighton Contractor Indonesia site MGM Coal
Mine Project.
2. Melakukan orientasi lapangan terlebih dahulu sebelum
melakukan pengambilan data - data sebagai bahan dalam
pengamatan kegiatan kerja praktek.
3. Melakukan pengamatan kegiatan penambangan khususnya
kegiatan pengupasan overburden yang dilakukan oleh PT
Leighton Contractor Indonesia site MGM Coal Mine
Project
4. Melakukan kegiatan pengambilan data berupa pencatatan
jumlah retasi alat angkut pada proses pengangkutan
overburden yang bekerja di pit Central Kawi pada shift
siang.
5. Melakukan kegiatan pengambilan data berupa
penghitungan dan pencatatan Cycle Time alat muat dan
alat angkut yang bekerja pada kegiatan pengupasan
overburden di pit Central Kawi dengan menggunakan
Stopwatch dan mencatatnya ke dalam buku lapangan.
![Page 23: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/23.jpg)
55
6. Melakukan penyusunan laporan.
7. Presentasi.
3.4.2 Metode Penelitian
Dalam melaksanakan pembahasan permasalahan ini,
penulis menggabungkan antara beberapa metode, yaitu :
a. Metode Observasi
Metode dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
secara langsung dilapangan.
b. Metode Interview (wawancara)
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui
penjelasan secara langsung dilapangan dari pihak
perusahaan PT Leighton Contractor Indonesia site MGM
Coal Mine Project.
c. Metode Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mencari literatur mengenai
kegiatan produksi, baik berupa data yang diberikan pihak
perusahaan atau laporan kerja praktek terdahulu.
![Page 24: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/24.jpg)
56
3.4.3 Bagan Alir
Gambar 3.5 Bagan Alir Kegiatan Kerja Praktek di PT. Leighton Contractor
Indonesia Site MGM Coal Mine Project
Start
Rumusan Masalah :
a. Apa saja alat mekanis yang digunakan pada proses pengupasan overburden?
b. Bagaimana pola pemuatan overburden dengan alat gali muat dan angkut
yang digunakan ?
c. Bagaimana menghitung nilai efisiensi alat gali muat dan angkut pada proses
pengupasan overburden ?
d. Bagaimana menghitung nilai match factor dan produktivitas alat muat
angkut dalam proses pengupasan overburden ?
Observasi Lapangan
Studi Literatur
Pengambilan Data
Data Primer :
1. Alat Yang Digunakan Dalam Proses
Pengupasan Overburden
2. Cycle Time Alat Mekanis
3. Waktu Hambatan Kerja
Data Sekunder :
1. Peta Lokasi
2. Peta Topografi
3. Data Target Produksi
4. Data Curah Hujan
Analisis dan Pengolahan Data
Kesimpulan dan Saran
Hasil dan Pembahasan
Finish
![Page 25: BAB III](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052401/563dbb94550346aa9aae67c7/html5/thumbnails/25.jpg)
57
3.4.4 Waktu Penelitian
Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan,
yang dilaksanakan pada daerah pertambangan PT. Leighton Contractor
Indonesia Site MGM Coal Mine Project, Kecamatan Muara Laung,
Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
Tabel 3.4 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan
Juni Juli Agustus
I II III IV I II III IV I II III IV
Studi Literatur
Pengambilan data
Pembahasan dan evaluasi
Pembuatan laporan
Presentasi di perusahaan