bab iii
DESCRIPTION
BAB IIITRANSCRIPT
![Page 1: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB III
GAMMA KNIFE SEBAGAI TERAPI TERHADAP MENINGIOMA
DITINJAU DARI KEDOKTERAN DAN ISLAM
3.1 Meningioma Menurut Pandangan Islam
Meningioma adalah salah satu penyakit keganasan yang menyerang bagian
otak, tepatnya pada selaput otak atau meningen. Dalam hal ini Islam membahas
penyakit ini dalam pembahasan secara luas mengenai penyakit yang Allah berikan
kepada kita selaku hamba Nya.
Saat Allah menakdirkan kita untuk sakit, pasti ada alasan tertentu yang
menjadi penyebab itu semua. Tidak mungkin Allah subhanahu wa ta’ala melakukan
sesuatu tanpa sebab yang mendahuluinya atau tanpa hikmah di balik semua itu. Allah
pasti menyimpan hikmah di balik setiap sakit yang kita alami. Karenanya, tidak layak
bagi kita untuk banyak mengeluh, menggerutu, apalagi su’udzhan kepada
Allah subhanahu wa ta’ala. Lebih parah lagi, kita sampai mengutuk taqdir. Na’udzu
billah…
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam pernah menemui Ummu As-Saa’ib,
beliau bertanya :”Kenapa engkau menggigil seperti ini wahai Ummu As-Saa’ib?”
Wanita itu menjawab : “Karena demam wahai Rasulullah, sungguh tidak ada
barakahnya sama sekali.” Rasulullahshallallahu ’alayhi wasallam
bersabda : ”Jangan engkau mengecam penyakit demam. Karena penyakit itu bisa
menghapuskan dosa-dosa manusia seperti proses pembakaran menghilangkan noda
pada besi”. (HR. Muslim)
1
![Page 2: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/2.jpg)
Sakit adalah Ujian
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Quran,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”. (QS. Al-Anbiyaa`: 35)
2
![Page 3: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/3.jpg)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampuryang Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat”. (QS. Al-Insaan:2)
Begitulah Allah subhanahu wa ta’ala menguji manusia, untuk melihat siapa
di antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan
kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan
melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam
kehidupan oleh seluruh anggota badan. Allah subhanahu wa ta’ala menegaskan
bahwa Dia akan menguji setiap orang yang mengaku beriman,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)
Semua ujian yang diberikan-Nya semata-mata hanya agar hamba-Nya
menjadi lebih baik di hadapanNya. Rasulullah shallallahu ’alayhiwasallam bersabda:
”Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menguji dan menimpakan
musibah kepadanya”. (HR. Bukhari).
3
![Page 4: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/4.jpg)
Jadi, sudah selayaknya bagi setiap mu`min untuk kemudian bertambah
imannya saat ujian itu datang, termasuk di dalamnya adalah ujian sakit yang
merupakan bagian dari ujian yang menimpa jiwa. Jangan sampai kita menjadi seperti
orang-orang munafiq yang tidak mau bertaubat atau mengambil pelajaran saat mereka
diuji oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
“Dan tidaklah mereka memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (QS. At-Tawbah: 126)
Sudah selayaknya pula kita merenungi segala amalan yang telah kita lakukan,
karena bisa jadi ada beberapa amalan yang memang dianggap sebagai sebuah
kemakshiyatan di hadapan Allahsubhanahu wa ta’ala. Begitu cintanya Allah kepada
kita sehingga Dia mengingatkan kita melalui sakit ini, agar kita dapat segera
bertaubat sebelum ajal menjemput kita.
Dari Anas ibn Malik radhiyallahu’anhu diriwayatkan bahwa ia menceritakan:
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Sesungguhnya pahala yang
besar didapatkan melalui cobaan yang besar pula. Kalau Allah mencintai seseorang,
pasti Allah akan memberikan cobaan kepadanya. Barangsiapa yang ridha menerima
cobaanNya, maka ia akan menerima keridhaan Allah. Dan barangsiapa yang kecewa
menerimanya, niscaya ia akan menerima kermurkaan Allah”. (HR. Tirmidzi).
4
![Page 5: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/5.jpg)
Sakit adalah Adzab
Bagi seorang mu`min sakit dapat menjadi tadzkirah atau ujian yang akan
mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Namun bagi sebagian
orang, sakit bisa menjadi adzab yang akan membinasakan dirinya. Allah subhanahu
wa ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimuatau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih bergantiagar mereka memahami(nya)”.”(QS. Al-An’aam: 65)
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang kecil di dunia sebelum adzab yang lebih besar di akhirat, mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. As-Sajdah: 21)
5
![Page 6: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/6.jpg)
Maka dari itu, pertaubatan adalah langkah nyata menuju kesembuhan.
Seseungguhnya, segala macam bencana yang menimpa kita, pada hakikatnya adalah
karena perbuatan kita sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di ketika menafsirkan ayat ini, beliau
berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan bahwa semua musibah yang
menimpa manusia, (baik) pada diri, harta maupun anak-anak mereka, serta pada apa
yang mereka sukai, tidak lain sebabnya adalah perbuatan-perbuatan buruk (maksiat)
yang pernah mereka lakukan.”
Dari sebuah hadist, ‘A`isyah radhiyallahu‘anha ia berkata, “Aku mendengar
Rasulallah shallallahu‘alayhi wa sallam bersabda : “Tidaklah seorang muslim
tertimpa musibah walau hanya tertusuk duri, kecuali Allah akan mencatat baginya
kebaikan dan dihapus baginya kesalahan dan dosanya.”(HR.Muslim)
Ingatlah bahwa adzab yang diturunkan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap
seseorang di dunia bisa berbagai macam bentuknya. Kekurangan harta, bencana alam,
peperangan, sakit, atau bahkan kematian. Cukuplah kiranya pelajaran kaum terdahulu
yang diadzab oleh Allahsubhanahu wa ta’ala dengan berbagai macam penyakit yang
aneh dan sulit disembuhkan. Hal itu dikarenakan mereka tetap bertahan di dalam
6
![Page 7: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/7.jpg)
kekafiran, padahal bukti-bukti dan tanda-tanda kebesaran-Nya telah ditampakkan di
hadapan mereka. Firman Allah,
“Dan demikianlah Kami menurunkan Al Quran dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al-Quran itu menimbulkan pengajaran bagi mereka” (QS. Thaahaa: 113)
Allah swt. juga berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun” (QS. Ali ‘Imraan: 116)
Lihatlah bahwa azab yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tidak
dapat ditahan, baik oleh harta ataupun sanak saudara kita. Demi Allah, saat azab itu
telah sampai pada kita, tidak ada tangan-tangan yang sanggup menahannya, baik
tangan manusia, jin, ataupun malaikat. Jangan sampai kita menjai seperti Fir’aun
yang baru bertaubat saat ajal di depan mata, dimana Allah subhanahu wa ta’ala telah
menutup pintu ampunan-Nya. Semoga kita bukan termasuk orang yang diberi adzab
di dunia ataupun di akhirat.
7
![Page 8: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/8.jpg)
Sakit adalah Cinta
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa
menguji hamba-hambaNya untuk menilai siapa yang memang benar-benar memiliki
ketulusan iman. Siapa di antara hamba-hambaNya yang sabar, yang sanggup
bertahan, baik dalam susah maupun senang. Inilah golongan yang dirahmati
Allah subhanahu wa ta’ala. Para shahabat berkata saat golongan ini sedang ditimpa
sakit, “Demam sehari dapat menghapuskan dosa setahun”.
Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam Ath Thibb An Nabawi menafsirkan
riwayat atsar ini dalam dua pengertian. Pertama, bahwa demam itu meresap ke
seluruh anggota tubuh dan sendi-sendinya. Sementara jumlah tiap sendi-sendi tubuh
ada 360. Maka, demam itu dapat menghapus dosa sejumlah sendi-sendi tersebut,
dalam satu hari.
Kedua, karena demam itu dapat memberikan pengaruh kepada tubuh yang
tidak akan hilang seratus persen dalam setahun. Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam, “Barangsiapa meminum minuman keras, maka shalatnya tidak
akan diterima selama empat puluh hari.” Karena pengaruh minuman keras tersebut
masih tetap ada dalam tubuhnya, pembuluh nadi, dan anggota tubuh lainnya selama
empat puluh hari. Wallahu a’lam. Beliau mengakhiri perkataannya.
Hal tersebut dapat dipahami dan diterima walaupun beliau (Imam Ibn al-
Qayyim) masih belum mengetahui kedudukan atsar tersebut, karena kita senantiasa
mengingat do’a yang seringkali diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam saat beliau menjenguk orang sakit. Beliau shallallahu ‘alayhi wa
sallam senantiasa mengucapkan, “Laa ba’sa thahuurun, insya Allahu ta’ala” Tidak
8
![Page 9: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/9.jpg)
mengapa, insya Allah menjadi pembersih (atas dosa-dosamu). Inilah yang dimaksud
bahwa Islam memandang sakit bisa bermakna cinta. Cinta dari Sang Ilahy agar
hambaNya tidak mendapatkan azab di akhirat, maka Dia membersihkan segala noda
dan dosanya di dunia. Ma syaa Allah.
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam pernah bersabda : ”Sesungguhnya
besarnya pahala (balasan) sangat ditentukan oleh besarnya cobaan. Dan jika
sekiranya Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menguji dan memberikan
cobaan kepada mereka”. (HR. Tirmidzi dan Baihaqi).
Dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa ia
menceritakan: Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Setiap muslim
yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan
berbagai kesalahnnya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-daunya.” (HR.
Muslim)
Dari Abu Hurayrah radhiyallahu ’anhu diriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Cobaan itu akan selau menimpa
seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada diri anaknya ataupun pada
hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)
Begitu pula, Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda : ”Tiadalah
kepayahan, penyakit, kesusahan, kepedihan dan kesedihan yang menimpa seorang
muslim sampai duri di jalan yang mengenainya, kecuali Allah menghapus dengan itu
kesalahan – kesalahannya”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ’alayhi wasallam, ia
berkata : ”Saya mengidap penyakit epilepsi dan apabila penyakitku kambuh,
9
![Page 10: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/10.jpg)
pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Allah untuk diriku”. Rasulullah shallallahu
’alayhi wasallam bersabda : ”Kalau engkau bersabar, engkau mendapatkan
jannah. Tapi kalau engkau mau, aku akan mendoakan agar engkau sembuh”. Wanita
itu berkata : ”Aku bersabar saja”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia
menceritakan: Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam bersabda :” Kalau seorang
hamba sakit atau sedang bepergian, pasti Allah akan menuliskan baginya pahala
seperti saat ia mengamalkan ibadah di masa masih sehat dan sedang
bermukim.” (HR. Bukhari)
Syaikh Al Faqih Muhammad ibn Shalih Al-‘Utsaymin rahimahullah berkata:
”Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa
kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu,
akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah akan menggantikan dengan yang lebih baik
(pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon
menggugurkan daun-daunnya.”
Hendaklah kita bersabar dan ridha terhadap sakit yang menimpa kita. Dengan
bersabar, kita akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah terhadap orang yang
bersabar :
10
![Page 11: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/11.jpg)
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Selain itu, Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah berpendapat bahwa sakit,
khususnya demam, sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Karena, menurutnya,
orang yang sedang demam akan meninggalkan makanan yang buruk dan kemudian
beralih kepada makanan yang baik-baik. Ia pun akan mengonsumsi obat-obatan yang
bermanfaat bagi tubuh. Hal ini tentu akan membantu proses pembersihan tubuh dari
segala macam kotoran dan kelebihan yang tidak berguna. Sehingga prosesnya mirip
api terhadap besi yang berfungsi menghilangkan karat dari inti besi. Proses seperti ini
sudah dikenal di kalangan medis. Karenanya tidak heran jika Abu
Hurayrah radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Tidak ada penyakit yang menimpaku
yang lebih aku sukai daripada demam. Karena demam merasuki seluruh organ
tubuhku. Sementara Allah akan memberikan pahala pada setiap organ tubuh yang
terkena demam.”
3.2 Gamma Knife sebagai Terapi Mengioma dalam Pandangan Islam
Gamma Knife merupakan teknik bedah menggunakan gelombang sinar
gamma yang dipusatkan tepat pada sel atau organ yang mengalami keganasan, dalam
hal ini meningioma. Dalam Islam, Terapi bedah Gamma Knife merupakan suatu hal
yang baru dimana belum ada di zaman Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam.
Untuk itu terapi ini diqiyaskan dengan penggunaaan terapi besi panas pada zaman
Rasulullah shallallahu ’alayhi wasallam.
Dalam kitab sahih yang dituturkan hadis riwayat Jabir Ibnu Abdullah bahwa
Rasululullah SAW pernah mendelegasikan tabib kepada Ubai Ibnu ka’ab. Tabib itu
11
![Page 12: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/12.jpg)
memotong untuk melakukan terapi urat dan melakukan terapi dengan besi panas
terhadap Ubai. Dalam sebuah riwayat dituturkan bahwa “ketika Saad Ibnu Muadsz
terpanah di pundaknya dalam sebuah pertempuran, maka Rasulullah melakukan
terapi penyembuhan dengan menggunakan besi panas terhadap luka Saad.
Dalam riwayat lain dituturkan bahwa pada saat Rasullah SAW dan para
sahabatnya berada di sebuah daerah yang bernama Misyqash, Rasulullah SAW ini
mengobati Saad Ibnu Ubai dengan terapi besi panas di bagian pundak Saad. Sahabat
Nabi ini juga melakukan terapi yang sama kepada Rasulullah SAW, atau bisa jadi
dilakukan oleh sahabat Nabi yang lain. Dalam hadis lain disebutkan dengan redaksi,
“ketika meletus pertempuran di Misyqash. Ada seorang pria dari komunitas Anshar
yang terpanah di pundaknya. Rasulullah SAW lantas memerinthakan untuk menerapi
lukanya dengan pengobatan besi panas.
Abu Ubadah menuturkan bahwa suatu ketika ada seorang pria dibawa
kehadapan Rasullah SAW. Pria itu direkomendasikan untuk diterapi dengan
penobatan besi panas. Rasulullah SAW bersabda,“terapi dia dengan kayy (pengobatan
dengan besi panas) atau dengan batu panas (rahf). Lebih lanjut Abu Ubadah
menjelaskan,” terapi dengan batu panas disebut rahf, yaitu batu kerikil yang
dibakar (dipanaskan) kemudian dipakai untuk mengompres bagian tubuh yang sakit.”
Fadhal Ibnu Dukain mengatakan, “Sofyan mewartakan sebuah riwayat dari Abu
Zubair dai Jabir di hadapan kami. Bahwa Rasulullah SAW pernah menerapi dirinya
dengan pengobatan besi panas di bagian pundaknya.” Dalam kitab sahih Bukhari
dituturkan hadis riwayat Anas Ibnu Malik, bahwa dia pernah diterapi dengan
12
![Page 13: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/13.jpg)
pengobatan besi panas di bagain pinggangnya, di mana kala itu Rasulullah SAW
masih hidup.
Dalam kitab sunan at-Turmudzi dituturkan riwayat dari Anas bahwa
Rasulullah SAW pernah mengobati As’ad Ibunu Zararah yang tertusuk duri dengan
pongobatan besi panas. Dalam hadis riwayat Imam Bukharidan Muslim disebutkan
bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Aku tidak senang diterapi dengan pengobatan besi
panas.” Dalam riwayat lain ditandaskan, “Dan aku tidak mempernankan umatku
melakukan penyembuhan dengan pengobatan besi panas.”
Dalam kitab Jami’ at-Turmudzi dituturkan riwayat hadis riwayat Imran
Ibnu Husain bahwa Rasulullah SAW pernah melarang terapi dengan menggunakan
besi panas. Ia menuturkan, “Apabila kita tertimpa suatu penyakit,kemudian kita
mengobatinya dengan menggunakan terapi besi panas, maka kita akan merugi dan
tidak akan sembuh.” Dalam riwayat lain ditandaskan, “sebab dengan terapi besi panas
itu, kita tidak bakal untung, akan tetapi kita akan merugi serta tidak akan sembuh.”
Al-Khitabi mengatakan, “Tatkala Rasulullah SAW melakukan terapi
penyembuhan dengan besi panas terhadap Saad Ibnu Muadz, Rasulullah SAW ini
hanya bermaksud menghentikan darah yang mengalir dari luka Saad. Sebab
Rasulullah SAW khawatir Saad akan kehabisan darah dan mengakibatkan kematian.”
Dalam kasus seperti ini terapi dengan besi panas bisa dilakukan, karena situasi yang
mengharuskan. Demikian halnya dengan kasus orang yang terpotong tangan dan
kakinya. Adapun terapi besi panas tidak diperkanankan adalah yang dimaksud untuk
tujuan pengobatan penyakit tertentu yang disertai dengan klaim keyakinan bahwa
13
![Page 14: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/14.jpg)
hanya terapi besi panas satu-satunya metode pengobatan yang bisa menyembuhkan,
jika tidak maka si penderita ditakutkan akan mati.
Praktik terpi besi panas dengan “landasan”keyakinan serta niatan seperti
itulah yang tidak diperbolehkan. Adapun yang berpendapat bahwa larangan tersebut
hanya ditujukan kepada Imran Ibnu husain, oleh karena dia mengidap penyakit kulit
yang letak sakitnya sangat parah untuk diobati dengan terapi ini. Sehingga dia
dilarang menggunakan terapi ini, sebab akan membahayakan nyawanya. Melakukan
pengobatan yang tujuan pengobatan itu adalah untuk menyembuhkan sakit, bukan
memperparah penyakit, terlebih menyebabkan kematian. Wallahu A’alam
Ibnu Qitaibah menjelaskan bahwa pengobatan dengan terapi besi panas ada
dua macam. Pertama, terapi yang dilakukan orang sehat agar tidak sakit. Inilah
maksud ujaran hadis, “orang yang melakukan terapi besi panas, berarti ia tidak
bertawakal dengan Allah.” Sebab cara pengobatan ini menunjukkan bahwa orang
tersebut menolak takdir Allah terhadap dirinya. Kedua, terapi yang dilakukan untuk
mengobati luka yang mengucurkan darah atau anggota tubuh yang terpotong
(amputasi). Dalam hal ini, terapi besi panas dapat dijadikan alternatif penyembuhan.
Adapun jika terapi besi panas ini dilakukan untuk kepentingan umum, kadang
berhasil kadang gagal, maka dalam kontes hukumnya adalah makruh (tak disukai).
Dalam kitab sahih dituturkan hadis perihal tujuh puluh ribu (70.000) orang
yang bakal masuk surga tanpa hisab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak suka
berobat dengan jampi-jampi, tidak suka berobat dengan terapi besi panas, tidak suka
bertakhayul, dan hanya bertawakal kepada Rabb mereka. Terkait beragam hadis yang
bertutur tentang terapi besi panas ini, ada empat hal yang harus diperhatikan, yaitu:
14
![Page 15: BAB III](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022071715/56d6bea61a28ab3016930562/html5/thumbnails/15.jpg)
1. Bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan terapi pengobatan dengan besi panas
2. Rasulullah tidak menyukai terapi ini.
3. Rasulullah mengapresiasi orang tidak melakukan terapi ini.
4. Rasulullah melarang terapi pengobatan ini.
Sejatinya tidak ada kontradiksi diantara keempat hal tersebut. Jika Rasulullah
melakukan penyembuhan sakit dengan terapi besi panas, maka hal itu menunjukkan
bahwa terapi boleh dilakukan. Jika Rasulullah SAW mengatakan tidak menyukai
terapi besi panas, maka hal itu bukan berarti bukan menunjukkan pelarangannya.
Tatkala Rasulullah memuji dan mengapresiasi orang yang tidak memakai terapi besi
panas, maka hal itumenunjukkan bahwa akan lebih utama serta lebih baik jika tidak
melakukan penyembuhan dengan metode ini. Jika Rasulullah SAW melarang
melarang menggunakan terapi ini, maka hal itu menunjukkan bahwa hukum
menggunakan cara pengobatan dengan besi panasa ini adalah makruh,bukan haram.
Praktik pengobatan ini juga dianjurkan di saat tubuh tidak membutuhkannya. Sebab
jika dipaksa melakukannya justru akan melahirkan penyakit baru. Itulah pendapat
mayoritas alim ulama.
15