bab iii fatwa yusuf qardhawi tentang keharaman...
TRANSCRIPT
37
BAB III
FATWA YUSUF QARDHAWI TENTANG KEHARAMAN WANITA
BERHIAS DENGAN RAMBUT PALSU
A. Biografi Yusuf Qardhawi
Yusuf Qardhawi dilahirkan disebuah desa Shafth Turab,1 di Republik
Arab Mesir pada tanggal 9 September 1926.2 Seorang ulama kontemporer
yang ahli dalam bidang hukum Islam, dan mantan Dekan Fakultas Syari’ah
Universitas Qatar. Nama lengkapnya ialah Muhahammad Yusuf al-Qardhawi.
Sejak usia dua tahun, dia telah ditinggal wafat ayahnya dan diasuh oleh
pamannya, sehingga dia menganggap pamannya sebagai orang tuanya sendiri.
Pamannya inilah yang mengantarkan Qardhawi kecil ke surau tempat mengaji.
Dia merupakan seorang yang sangat cerdas diantara teman-temannya. Karena
kecerdasannya, pada usia belum genap 10 tahun, dia sudah mampu menghafal
seluruh al-Qur'an dengan fasih. Karena kefasihannya, ditambah dengan
kemerduan suaranya, ia sering diminta menjadi imam dalam shalat-shalat
jahriyyah (yang menjaharkan mengeraskan bacaan, seperti maghrib, isya’ dan
subuh).
1 Desa ini dikenal sebagai desa yang ramai, disana dikuburkan salah seorang sahabat
Rasulullah yang meninggal terakhir di Mesir, yakni Abdullah bin al-Haris bin Juz az-Zubaidi 2 Abdul Aziz Dahlan (Editor), et all, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, Jakarta : PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, hlm. 1448
38
Pendidikan tingkat dasar ia tempuh melalui Ibtidaiyah dan Tsanawiyah
di Ma’had Tomto Mesir. Salah satu sekolah yang merupakan cabang al-
Azhar, dan selalu meraih rangking pertama, kecerdasannya telah tampak sejak
dia kecil, sehingga salah seorang gurunya menggelarinya dengan "allamah"3
(sebuah gelar yang biasa diberikan pada seseorang yang memiliki ilmu yang
sangat luas) ia seorang tokoh reformis dengan gagasan dan pikiran-pikiran
yang cermat mencoba menyoroti berbagai hal tentang syari’at Islam.4
Kecerdasan Qardhawi sangat dikagumi oleh teman-temannya, hal ini
karena sejak kecil ia sudah rajin dan gemar mengunjungi perpustakaan al-
Azhar untuk membaca. Bahkan ketika usianya mencapai genap lima belas
tahun, ia sudah gemar membaca referensi buku mahasiswa.
Setelah itu Yusuf Qardhawi masuk fakultas Ushuluddin di Universitas
al-Azhar. Dari al-Azhar ini ia lulus sebagai sarjana S1 pada tahun 1952. Ia
meraih rangking pertama dari mahasiswa yang berjumlah seratus delapan
puluh.5 Kemudian ia memperoleh ijazah setingkat S2 dan memperoleh
rekomendasi untuk mengajar di Fakultas Bahasa dan Sastra pada tahun 1954.
Dia menduduki rangking pertama dari tiga kuliah yang ada di al-Azhar
dengan jumlah siswa lima ratus orang. Kemudian ia melanjutkan studinya ke
3 Ishom Talimah, Manhaj Fiqih Yusuf Qardhawi, Jakarta : Pustaka al-Kautsar, 2001,
hlm. 4 4 Yusuf Qardhawi, al-Madkhal fi Dirasat al-Syari’ah al-Ismlamiyah, terj. M. Zakki dan
Yasir Tajid “Membumikan Syari’at Islam”, Surabaya : Dunia Ilmu, 1997, Cet. I, hlm. V (pengantar)
5 Ishom Talimah, loc.cit.,
39
lembaga tinggi riset dan penelitian masalah-masalah Islam dan
perkembangannya selama 3 tahun.6
Pada tahun 1958 ia memperoleh ijazah diploma dari Ma’had Dirasat
al-Arabiyah al-Aliyah dalam bidang bahasa dan sastra. Sedang di tahun 1960
ia mendapat ijazah setingkat master di jurusan ilmu-ilmu al-Qur'an dan
sunnah di Fakultas Ushuluddin. Pada tahun itu juga masuk pasca sarjana
(Dirasat al-‘Ulya) di Universitas al-Azhar, Cairo. Di fakultas ini ia memilih
jurusan tafsir – hadis atau jurusan akidah-filsafat.7
Pada tahun 1973 dia berhasil meraih gelar Doktornya dengan
peringkat Summa Cum Laude8 dengan disertasi yang berjudul az-Zakat wa
Atsaruha fi Hill al-Masyakil al-Ijtimaiyyah (Zakat dan Pengaruhnya dalam
Memecahkan Masalah-masalah Sosial Kemasyarakatan).9 Dia terlambat
meraih gelar doktornya karena sejak 1968 sampai 1970 ia ditahan oleh
penguasa militer Mesir atas tuduhan mendukung pergerakan ikhwanul
muslimin {organisasi Islam yang didirikan oleh Syekh Hasan al-Banna (1906-
1949) pada tahun 1928 yang bergerak di bidang dakwah, kemudian bergerak
di bidang politik}. Setelah keluar dari tahanan, ia hijrah ke Daha, Qatar, dan
disana ia bersama-sama dengan teman seangkatannya mendirikan Madrasah
Ma’had ad-Din (Istitut Agama). Madrasah inilah yang menjadi cikal bakal
lahirnya Fakultas Syari’ah Qatar yang kemudian berkembang menjadi
6 Abdul Aziz Dahlan, op.cit., hlm. 1448 7 Ibid 8 Yusuf Qardhawi, Ummatuna Baina Qarnain, terj. Yogi Prana dan Ahsan Takwim
“Umat Islam Menyongsong Abad ke-21”, Surakarta : Inter Media, 2001, hlm. 336 9 Ishom Talimah, op.cit., hlm. 4
40
Universitas Qatar dengan beberapa fakultas. Yusuf Qardhawi sendiri duduk
sebagai Dekan Fakultas Syari’ah Pada Universitas tersebut.10
1. Pekerjaan-pekerjaan Resmi Yusuf Qardhawi
Dalam bidang pekerjaan resminya, antara lain ia pernah bekerja
sebagai penceramah (khutbah) dan mengajar di berbagai masjid.
Kemudian menjadi pengawas pada akademi para imam, lembaga yang
berada di bawah kementerian wakaf di Mesir. Setelah itu ia pindah ke
urusan bagian administrasi umum untuk masalah-masalah budaya Islam di
al-Azhar. Ditempat ini, dia bertugas untuk mengawasi hasil cetakan dan
seluruh pekerjaan yang menyangkut teknis pada bidang dakwah.11
Pada tahun 1961 ia ditugaskan sebagai tenaga bantuan12 untuk
menjadi kepala sekolah sebuah sekolah menengah negeri Qatar. Dengan
semangat yang tinggi dia telah melakukan pengembangan dan peningkatan
yang sangat signifikan di tempat itu serta berhasil meletakkan pondasi
yang sangat kokoh dalam bidang pendidikan karena berhasil
menggabungkan antara khasanah lama dan kemodernan pada saat yang
sama.13
Pada tahun 1973 didirikan Fakultas Tarbiyah untuk mahasiswa dan
mahasiswi, yang merupakan cikal bakal Universitas Qatar. Syaikh Yusuf
10 Abdul Aziz Dahlah, op.cit., hlm. 1448 11 Ishom Talimah, op.cit., hlm. 4 12 Awalnya masa penugasan ini hanya akan berlangsung dari empat hingga lima tahun,
namun karena kondisi politik di Mesir sangat tidak menentu, maka masa penugasan ini berlanjut hingga masa waktu yang lama. Karena Syaikh merasa mendapatkan kebebasan di negeri ini, yang jarang ia dapatkan diberbagai negeri lain maka dia merasa tentram di negeri ini namun demikian bukan berarti dia sama sekali tidak memperhatikan masalah-masalah yang sedang berlangsung di Mesir, Lihat Ishom Talimah, loc.cit.,
13 Ibid., hlm. 5
41
ditugaskan di tempat itu untuk mendirikan jurusan studi Islam dan
sekaligus menjadi ketuanya.14
Pada tahun 1977 dia ditugaskan untuk memimpin pendirian dan
sekaligus menjadi dekan pertama Fakultas Syari’ah dan studi Islam di
Universitas Qatar. Dia menjadi dekan di Fakultas itu hingga akhir tahun
ajaran 1989-1990.15
Pada tahun 1990/1991 dia ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk
menjadi dosen tamu di al-Jazair. Di negeri ini dia bertugas untuk menjadi
ketua majlis ilmiah pada semua Universitas dan akademi negeri itu.
Setelah itu dia kembali mengerjakan tugas rutinnya di pusat riset sunnah
dan sirah nabi, yang ia sendiri sebagai penggagasnya, hingga sekarang
jabatan itu masih tetap dipegangnya.16
Pada tahun 1411 H,. dia mendapat penghargaan dari IDB (Islamic
Development Bank) atas jasa-jasanya dalam bidang perbankan. Sedangkan
pada tahun 1413 dia bersama-sama dengan Sayyid Sabiq mendapat
penghargaan dari King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang
keislaman.
Ditahun 1996 dia mendapat penghargaan dari universitas Islam
antar Bangsa Malaysia atas jasa-jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan.
14 Ibid., 15 Ibid., 16 Yusuf Qardhawi, Ummatuna Baina Qarnain, hlm. 336
42
Dan pada tahun 1997 dia mendapat penghargaan dari Sultan Brunai
Darussalam atas jasa-jasanya dalam bidang fiqh.17
2. Kontribusi dan Aktivitasnya dalam Pengabdian Kepada Islam
Yusuf Qardhawi adalah salah seorang tokoh umat Islam yang
sangat menonjol di zaman ini, dalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran,
dakwah, pendidikan dan jihad. Kontribusinya sangat dirasakan diseluruh
belahan bumi.
Pengabdian kepada Islam, tidak terbatas pada satu sisi atau satu
medan tertentu. Aktivitasnya sangat beragam dan sangat luas serta
melebar ke banyak bidang dan sisi, yaitu : dalam bidang ilmu
pengetahuan, bidang fiqih dan fatwa, bidang dakwah dan pengarahan,
bidang seminar dan muktamar, kunjungan dan ceramah-ceramah, bidang
ekonomi Islam, amal sosial, usaha kebangkitan umat bidang pergerakan
dan jihad serta keterlibatannya dalam lembaga-lembaga dunia.18
3. Pemikiran Fiqh Yusuf Qardhawi
Pemikiran Qardhawi dalam bidang keagamaan dan politik banyak
diwarnai oleh pemikiran Syeikh Hasan al-Banna. Ia sangat mengagumi
Syeikh Hasan al-Banna dan menyerap banyak pemikirannya. Baginya al-
Banna merupakan ulama yang konsisten mempertahankan kemurnian
nilai-nilai agama Islam, tanpa terpengaruh oleh paham nasionalisme dan
sekularisme yang diimpor dari Barat atau dibawa oleh kaum penjajah ke
17 Ishom Talimah, op.cit., hlm. 5 18 Ibid.,, hlm. 6
43
Mesir dan dunia Islam. Mengenai wawasan ilmiahnya, Qardhawi banyak
dipengaruhi oleh pemikiran ulama-ulama al-Azhar.19
Walaupun sangat mengagumi tokoh-tokoh dari kalangan ikhwanul
muslimin dan al-Azhar, ia tidak pernah bertaklid kepada mereka begitu
saja.
Dalam masalah ijtihad, Qardhawi merupakan seorang ulama
kontemporer yang mengarahkan bahwa untuk menjadi mujtahid yang
berwawasan luas dan berfikir obyektif, ulama harus lebih banyak
membaca dan menelaah buku-buku agama yang ditulis oleh orang non-
Islam serta membaca kritik-kritik pihak lawan Islam. Menurutnya,
seorang ulama yang bergelut dalam bidang pemikiran hukum Islam tidak
cukup hanya menguasai buku tentang keislaman karya ulama tempo
dulu.20
4. Karya-karya Yusuf Qardhawi
Yusuf Qardhawi adalah profil tokoh yang tidak hanya menggeluti
ilmu pengetahuan Islam, tetapi juga mendalami pelajaran ilmu umum,
sehingga ia dapat menampilkan wajah Islam menjadi cemerlang dengan
menuangkan pemikirannya lewat beberapa hasil karyanya. Beliau
merupakan ulama yang produktif dalam menulis. Karya-karyanya banyak
yang telah dipublikasikan. Bahkan ceramah-ceramah keagamaan beliau
dipublikasikan dalam bentuk kaset. Jika dilihat dari karya-karyanya yang
19 Abdul Aziz Dahlan, (ed), et.all, op.cit., hlm. 1449 20 Ibid.,
44
begitu banyak pantas bila ia disebut ulama monumental abad ke-21 karya-
karya beliau antara lain :
a. Bidang Fiqih dan Ushul Fiqih
1. Al-Halal wal al-Haram fil Islam
2. Fatawa Mu’ashirah Juz 1
3. Fatawa Mu’ashirah Juz 2
4. Fatawa Mu’ashirah Juz 3
5. Taysir al-Fiqh : Fiqh Shiyam
6. Al-Ijtihad Fisy – Syari’ah al-Islamiyyah
7. Madkal li Dirasat al-Syariah al-Islamiyyah
8. Min Fiqhid – Daulah fil – Islam
9. Taysir al-Fiqh li al-Muslim al-Muashir I
10. Al-Fatwa Baina al-Indhibath wat-Tasayyub
11. ‘Awamil as-Sa’ah wal-Murunah Fisy Syari’ah al-Islamiyyah
12. Al-Fiqh al-Islami Bainal-Ashalah wat-Tajdid
13. Al-Ijtihad al-Mu’ashir bainal – Indhibath wal-Infirath
14. Ziwaj al-Misyar
15. Adh-Dhawabith asy-Syari’yyah li Binā al-Masajid
16. Al-Ghina’ wal-Musiqa fi Dhau’il – Kitab was-Sunnah
b. Bidang Ekonomi Islam
1. Fiqhuz – Zakat (dua juz)
2. Musyikilat al-Faqr wa Kaifa ‘Alajaha al-Islam
3. Bai’al – Murabahah lil – Amir Bisy-Syina’
45
4. Fawaidul – Bunuk Hiya ar-Riba al-Haram
5. Daurul – Qiyam wal-Akhlaq fil – Iqtishad al-Islami
c. Bidang Ulum al-Qur'an dan Sunnah
1. Ash-Shabru wal-‘Ilmu fil-Qur’an al-Karim
2. Al-‘Aqlu wal-‘Ilmu fil-Qur’an al-Karim
3. Kaifa Nata’amal Ma’al – Qur’an al-Azhim
4. Kaifa Nata’amal Ma’as – Sunnah an-Nabawiyyah
5. Tafsir surat ar-Rad
6. Al-Madkhal li Dirasatas – Sunnah an-Nabawiyyah
7. Al-Mutaqā fit-Targhib wat-Tarhib (dua juz)
8. As-Sunnah Mashdar lil Ma’rifah wal Hadharah
9. Nahwa Mausu’ah lil-Hadis an-Nabawi
10. Quthuf Daniyyah min al-Kitab was-Sunnah
d. Bidang Aqidah
1. Al-Iman wal-Hayat
2. Mauqif al-Islam min Kufr al-Yahud wan-Nashara
3. Al-Iman bil-Qadar
4. Wujudullah
5. Haqiqat at-Tauhid
e. Bidang Fiqih Perilaku
1. Al-Hayat ar-Rabbaniyyah wal-‘Ilmu
2. An-Niyat wal-Ikhlash
3. At-Tawakkul
46
4. At-Taubat Ila Allah
f. Bidang Dakwah dan Tarbiyah
1. Tsaqafat ad-Da’iyyah
2. At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Madrasatu Hasan al-Banna
3. Al-Ikhwan al-Muslim 70 ‘Āman fi al-Da’wah wa al-Tarbiyyah
4. Ar-Rasul wal-`Ilmu
5. Rishalat al-Azhar Baina al-Amsi wal-Yaum wal-Ghad
6. Al-Waqtu fi Hayat al-Muslim
g. Bidang Gerakan Kebangkitan Islam
1. Ash-Shahwah al-Islamiyyah Bainal-Juhud wat-Tatharruf
2. Ash-Shahwah al-Islamiyyah wa Humum al-Wathan al-‘Arabi wal-
Islami
3. Ash-Shahwah al-Islamiyyah Bainal Ikthilaf al-Masyru’ wat-
Tafarruq al-Madzmum
4. Min Ajli Shalwah Rasyidah Tujaddid ad-Din wa Tanhad bid-
Dunya
5. Ayna al-Khalal?
6. Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyah fi al-Marhalah al-Qadimah
7. Al-Islam wal-‘Almaniyyah Wajhan bin Wajhin
8. Fi Fiqh al-Awlawiyyah (fiqih prioritas)
9. Ats-Tsaqafah al-Arabiyyah al-Islamiyyah Baina al-Ashalah wa al-
Muasharah
10. Malamih al-Mujtama’al al-Islam Alladzi Nunsyiduhi
47
11. Ghayrul al-Muslimin fi al-Mujtama’ al-Islami
12. Syari’at al-Islam Shalihah lil-Tathbiq fi Kulli Zamanin wa
Makanin
13. Al-Ummat al Islamiyyah Haqikat la Wahm
14. Zhahirat al-Ghulluw fit-Tafkir
15. Al-Hulul al-Mustawridah wa Kayfa Janat ‘Ala Ummatina
16. Al-Hill al-Islami Faridhah wa Dharurah
17. Bayyinah Hill al-Islami wa Shubuhat al-‘Ilmaniyyin wal
Mutagharribin
18. A’da’ al-Hill al-Islami
19. Dars an-Nakhbah al-Tsaniyyah
20. Jailun-Nashr al-Mansyud
21. An-Nās wa al-Haq
22. Ummatuna Bainal - Qarnayn
h. Bidang Penyatuan Pemikiran Islam
1. Syumul al-Islam
2. Al-Marji’iyyah al-‘Ulya fi al-Islam li al-Qur'an was-Sunnah
3. Mauqif al-Islam min al-Ilham wa al-Kasyf wa ar-Ru’ā wa Min al-
Tamaim wa al-Kahanah wa al-Ruqa
4. Al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Dhau’Nushush al-Syari’ah wa Maqa
Shidiha
i. Bidang Pengetahuan Islam yang Umum
1. Al-'Ibadah fi al-Islam
48
2. Al-Khasaish al-‘Ammah li al-Islam
3. Madkhal li Ma’rifat al-Islam
4. Al-Islam Hadharat al-Ghad
5. Khuthab al-Syaikh al-Qardhawi Juz I
6. Khuthab al-Syaikh al-Qardhawi Juz II
7. Liqāt wa Muhawarat Hawla Qadhaya al-Islam wal-‘Ashr
8. Tsaqafatuna Baina al-Infitah wa al-Inghilaq
9. Qadhaya Mu’ashirah ‘Ala Bisath al-Bahts
j. Bidang Tokoh-tokoh Islam
1. Al-Imam al-Ghazali Baina Madihihi wa Naqidihi
2. Asy-Syaikh al-Ghazali Kama ‘Araftuhu : Rihlah Nishfu Qarn
3. Nisā Mu’mināt
4. Al-Imam Juwaini Imam al-Haramain
5. ‘Umar bin Abdul Aziz Khamis al-Khulafa’ Al-Rasyidin
k. Bidang Sastra
1. Nafahat wa Lafahat (kumpulan puisi)
2. Al-Muslimin Qadimum (kumpulan puisi)
3. Yusuf ash-Shiddiq (naskah drama dalam bentuk prosa)
4. ’Alim wa Taghiyyah
l. Buku-buku Kecil tentang Kebangkitan Islam
1. Ad-Din fi ‘Ashr al-Ilmi
2. Al-Islam wa al-Fann
49
3. An-Niqāb lil-Mar’ah Baina al-Qaul Bid’atihi wal-Qaul bi
Wujubihi
4. Markaz al-Mar’ah fil Hayah al-Islamiyah
5. Fatawa lil-Mar’ah al-Muslimah
6. Jarimah ar-Riddah wa 'Uqububat al-Murtad fi Dhau' al-Qur'an was
Sunnah
7. Al-Aqalliyat ad-Diniyyah wal-Hill al-Islami
8. Al-Mubasyyirat bi Intishar al-Islam
9. Mustaqbal al-Ushuliyyah al-Islamiyyah
10. Al-Quds Qadhiyat Kulli Muslim
11. Al-Muslimun wal-‘Awlamah
m. Kaset-kaset Ceramah Syaikh al-Qardhawi
1. Limadza al-Islam
2. Al-Islam Alladzi Nad’ullaihi
3. Wajib asy Syabab al-Muslim
4. Muslimat al-Ghad
5. Ash-Shahwah al-Islamiyyah Bainal ‘Amal wal-Mahadzir
6. Qimat al-Insan wa Ghayat Wujudihi fil-Islam
7. Likay Tanjah Mu’assasah az-Zakat fit-Tathbiq al-Mu’ashir
8. At-Tarbiyah ‘Inda al-Imam asy-Syathibi
9. Al-Islam Kama Nu’minubihi
10. Insan Surat al-‘Ashr
11. As-Salam al-Mustahil Bainal-‘Arab wa Israil
50
12. Al-Islam wal-Muslimun wa’Ulum al-Mustaqbal ‘Ala ‘Atab al-
Qarn al-Qadim
13. Al-Muslimun wat-Takhalluf al-‘Ilmi
14. Ash-Shahwah al-Islamiyah wa Fiqh al-'Aulawiyat21
5. Kata Para Tokoh tentang Yusuf Qardhawi
Yusuf Qardhawi begitu dicintai di kalangan ulama', mereka sering
memuji Qardhawi. Sejak masa kecilnya, beliau telah mendapat pujian
sebagaimana yang telah penulis sebutkan bahwa beliau disebut "allamah",
padahal saat itu beliau masih muda.
Di bawah ini akan penulis kutipkan beberapa perkataan ulama
mengenai Yusuf Qardhawi, yang penulis kutip dari buku Manhaj Fiqh
Yusuf Qardhawi.
Hasan Al-Banna22 berkata, "Sesungguhnya dia-yakni Yusuf
Qardhawi adalah seorang penyair yang jempolan dan berbakat".
Muhammad al-Ghazali23 berkata "Qardhawi adalah salah seorang
imam kaum di zaman ini, yang mampu menggabungkan dalam fiqh antara
akal dan atsar".
21 Data Penulis peroleh dari Buku “Manhaj Fiqh Yusuf al-Qardhawi” Karya : Ishom
Talimah, hlm. 35-39 22 Dia adalah Imam Syahid Hasan al-Banna, pendiri pergerakan Ikhwanul muslimin
ungkapan ini muncul pada saat Yusuf Qardhawi masih berstatus siswa di sekolah menengah. Saat itu dia membacakan bait-bait syair dihadapan al-Banna dalam sebuah pertemuan ikhwan di Tomto, maka meluncurlah pujian itu kepadanya setelah pembacaan puisinya.
23 Dia adalah seorang da'i yang sangat terkenal, pengarang buku fiqih sirah dan khuluqul muslim serta buku-buku keislaman yang lain yang telah banyak memberikan pencerahan di kalangan da'i dan intelektual muslim. Al-Ghazali dianggap sebagai salah seorang guru utama Yusuf Qardhawi yang telah memberikan pengaruh yang kuat dalam kehidupannya.
51
Pada kesempatan yang lain beliau juga berkata, "Qardhawi telah
melakukan tindakan yang sangat signifikan dalam langkah-langkah yang
sangat jauh"
Abul Hasan an-Nadawi24 berkata, "Al-Qardhawi adalah seorang
alim yang sangat dalam ilmunya, dan sekaligus sebagai pendidik kelas
dunia", dan masih banyak lagi komentar para tokoh yang tidak dapat
penulis sebutkan.
B. Fatwa Yusuf Qardhawi tentang Keharaman Wanita Berhias dengan
Rambut Palsu
Menurut Yusuf Qardhawi fatwa ) الفتوى( menurut bahasa berarti
jawaban mengenai suatu kejadian (peristiwa), yang merupakan bentukan-
sebagaimana dikatakan Zamakhsyari dalam al-Kasysyaf dari kata الفىت (al-
fata/pemuda) dalam usianya, dan sebagai kata kiasan (metafora) atau
(isti'arah). Sedangkan pengertian fatwa menurut syara’ ialah menerangkan
hukum syara’ dalam suatu persoalan sebagai jawaban dari suatu pertanyaan,
baik si penanya itu jelas identitasnya maupun tidak, baik perseorangan
maupun kolektif.25
Dalam kitab Hadyul Islam Fatawa Mu'asirah Yusuf Qardhawi
memberikan penjelasan salah satunya mengenai hukum wanita memakai
rambut palsu (wig).
24 Dia adalah seorang ulama terkemuka asal India dan ketua Nadwatul Ulama di
Lucknow, India. 25 Yusuf Qardhawi, al-Fatwa Bainal Indhibath wa Tasayyub, terj. As’ad Yasin “Fatwa
antara ketelitian dan kecerobohan”, Jakarta : Gema Insani Press, 1997, Cet. I, hlm. 5
52
Syari'at Islam menghendaki agar manusia laki-laki maupun
perempuan, memperindah diri karena Islam memelihara fitrah wanita dan
kewanitaannya, maka membolehkan mereka berhias termasuk dengan
perhiasan yang diharamkan bagi laki-laki seperti memakai sutera dan
perhiasan emas. Akan tetapi kendati Islam membolehkan wanita berhias,
namun menurut Yusuf Qardhawi ada sebagian bentuk dan cara berhias
yang dilarang, yaitu bentuk dan cara berhias yang menyalahi fitrah dan
mengubah bagian-bagian tubuh ciptaan Allah. Berhias secara demikian
menurut Yusuf Qardhawi dipandang sebagai cara-cara yang dilakukan
oleh setan dalam membujuk dan menipu manusia.26
) 119: النساء ... (ولآمرنهم فليغيرن خلق الله "Dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya (an-Nisa' : 119)27
Sehubungan dengan ini Rasulullah Saw bersabda :
يبلعن اهللا الواصلة : صلى اهللا عليه وسلم قال عن ايب هريرة رضي اهللا عنه عن الن
28 )رواه البخاري. (واملستوصلة والوامشة واملستومشة
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Nabi Saw bersabda : Allah melaknat perempuan yang menyambung rambut, perempuan yang meminta disambungkan rambutnya, orang yang membuat tato dan orang yang meminta dibuatkan tato. (H.R. Bukhari)
26 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu'ashirah, Jilid II, Beirut : Darul Ma'rifah,
1988, Cet. Ke-4, hlm. 54 27Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang : PT. Karya Toha
Putra, 1995, hlm. 141 28 Abi Abdillah Muhammad Al-Bukhari Al-Ja’fi, Sahih Bukhari, Beirut : Darul Ilmiah,
1992, Cet. Ke-1, hlm. 82
53
• Al-Wasym ialah mengukir kulit dengan memberinya warna biru (tato).
• Al-Wasyr ialah meratakan gigi dan memendekkannya dengan kikir
• Al-Namsh ialah menghilangkan rambut kening untuk meninggikannya
(agar tampak tinggi) atau untuk meratakannya, dan sebagainya.
• Al-Washl berarti menyambung, yakni menyambung rambut dengan
rambut lain (yang asli) atau dengan rambut buatan semacam al-
barukah (wig).29
وكل هذه األمرحمرمة ملعون من فعليها او طلبها على لسان حممد صلى اهللا
30عليه وسلم
Semua ini diharamkan Allah dan yang melakukannya atau minta diperlakukan begitu akan dilaknat sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw.
Dalam melarang rambut palsu, Yusuf Qardhawi juga
menggunakan hadis riwayat Said bin Musayyab.
قدم معاوية املدينة اخرقدمة قدمها فخطبنا فاخرج : عن سعيد بن املسيب قال
ما كنت ارى احدا يفعل هذا غري اليهود اءن النيب صلى : كبة من شعر قال
31 . اهللا عليه وسلم مساه الزور يعين الوصلة يف الشعر
Dari Sa’id bin Al-Musayyab berkata : Muawiyah pada akhir perjalanannya datang ke Madinah, ia berpidato kepada kami, kemudian ia mengeluarkan seonggok rambut seraya berkata : “Aku tidak pernah melihat seorang melakukan hal ini kecuali orang-orang Yahudi. Sesungguhnya Nabi Saw menyebutnya sebagai
29Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu'adhirah, op.cit., hlm. 55 30 Ibid., 31 Abi Abdillah Muhammad Al-Bukhari Al-Ja’fi, op.cit., 83
54
kedustaan beliau maksudkan perempuan yang menyambung rambutnya.” (H.R. Bukhari)
Menurut riwayat lain :
عن ابن شهاب عن محيدين عبدالرمحن بن عوف انه مسع معاوية بن أىب سفيان : عام حج وهو على املنرب وهو يقول وتناول قصة من شعر كا نت بيد حرسى
امنا هلكت : اين علماؤكم؟ مسعت رسول اهللا ص م ينهى عن مثل هذه ويقول 32)رواه البخارى(بنوا اسرائيل حني اختد هذه نساؤهم
Dari Ibn Shihab bahwa Humaidi bin ‘Abd ar-Rahman ibn Auf mendengar Muawiyah ibn Abi Sofyan pada tahun haji berkata di atas mimbar sambil memegang sebuah jambul dari rambut yang ia ambil dari salah seorang pengawalnya seraya berkata :”Dimana ulama-ulama kalian? Saya mendengar Rasulullah Saw melarang terhadap hal yang semacam ini seraya bersabda : ”Sesungguhnya Bani Israil mengalami kerusakan ketika kaum wanita mulai menggunakan ini” (HR. Bukhari)
Riwayat ini menurut Yusuf Qardhawi memperingatkan akan dua
hal : pertama kaum Yahudi merupakan sumber dan fondasi kehinaan dan
kerendahan ini sebelumnya, sebagaimana mereka pula yang
mempopulerkannya setelah itu. Kedua, nabi Saw menamakannya dengan
az-zur (kebohongan atau kepalsuan), yang menunjukkan hikmah
diharamkannya yaitu semacam penipuan, pemalsuan, dan pengecohan.33
ـ فاذ , الن الواصلة ملعونة ابدا , ولوكان يف البيت , س هذه الباركة حرام بان لكـان ىف احلـارج ولـيس على رأسها غطا فهواشد حرمة ملا فيه من املخالنة
34ىلاالصرحية لقوله تع
Sesungguhnya memakai rambut palsu hukumnya haram, meskipun didalam rumah, karena wanita yang menyambung rambut dilaknat
32 Ibid., hlm. 82 33 Ibid., hlm. 56 34 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu'asirah, op.cit., hlm. 56
55
selamanya. Jika pemakaianya keluar rumah tanpa mengenakan penutup kepala, hukumnya jelas lebih haram lagi, karena yang demikian itu secara terang-terangan menentang firman Allah :
وبهنيلى جع رهنمبخ نربضلي31: النور (و (
“Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedada mereka” (QS. An-Nur : 31)35
Menurutnya tidak ada seorangpun yang beranggapan bahwa
rambut palsu adalah kerudung.36 Dalam kitabnya yang berjudul al-Halal
wal Haram fil Islam juga dijelaskan bahwa termasuk perhiasan yang
terlarang ialah menyambung rambut dengan rambut lain, baik itu asli atau
imitasi seperti yang terkenal sekarang ini dengan nama wig.37
Menurut Yusuf Qardhawi, pemakaian wig dari sudut manapun
dipandang negatif, ia merupakan tindakan penipuan dan pemalsuan,
kemubaziran, tabarruj dan pemikatan, semua ini diharamkan.38
C. Metode Istinbat Hukum Yusuf Qardhawi
Sejak usia dini ia telah membebaskan diri dari keterikatan pada suatu
mazhab, tradisi, atau pada kefanatikan terhadap pendapat seorang ulama
tertentu. Sekalipun ilmu fiqh yang ia pelajari formal adalah madzhab Abu
Hanifah.39 Itu disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain ia hidup
dilingkungan gerakan Islam yang didirikan oleh pahlawan syahid Hasan al-
35 Departemen Agama RI, op,cit., hlm. 548 36 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu'asirah, op.cit., hlm. 56 37 Yusuf Qardhawi, al-Halal wal Haram fil Islam, Beirut : darul Ma'rifah, 1985, Cet. I,
hlm. 88 38 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu’asirah, Juz II, hlm. 55 39 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu’ashirah, Juz I, Beirut : Darul Ma’arif.
1988, Cet. Ke-4, hlm. 6
56
Banna ra. Dalam risalahnya yang berjudul Risalatut Ta’lim ia menyerukan
pembebasan kaum muslimin dari fanatisme, serta berseru kembali kepada
ajaran Islam, dengan mempelajari kedua sumbernya, yaitu al-Qur'an dan as-
Sunnah, dan menghapus perbedaan-perbedaan furu'iyah di antara madzhab
fiqh, perhatiannya menciptakan generasi muda yang memahami Islam dengan
baik. Membandingkan pendapat para ulama terdahulu atas dasar kitabullah al-
Qur'an dan as-Sunnah Rasulullah Saw.40 Sedang Yusuf Qardhawi menerima
pendapat-pendapat yang sesuai dengan dasar tersebut, tetapi pendapat mereka
yang tidak sesuai dengan dua dasar itu, ia tinggalkan. Seperti ungkapannya :
Siapapun selain al-Ma’sum (Rasulullah Saw) boleh diikuti ataupun ditolak pendapatnya. Karena itulah, saya tidak mau mengikat diri kecuali dengan dalil-dalil yang muhkam (jelas dan pasti maknanya) dari al-Qur'an dan as-Sunnah atau dari tujuan-tujuan syari’at (maqashid al-Syariah) serta kaidah-kaidahnya yang dapat disimpulkan dari nash-nashnya ataupun dari rincian hukum-hukumnya yang tidak terhitung banyaknya.41
Ia mempelajari ilmu fiqh menurut cara yang ditempuh oleh Sayyid
Sabiq dalam bukunya “Fiqh al-Sunnah”, ia banyak mendapat inspirasi dari
dalil-dalil al-Qur'an dan sunnah dari pada hanya kembali kepada kitab-kitab
fiqh yang bercorak kemazhaban
Mengenai metode yang ia tempuh dalam memberikan fatwa bertumpu
pada beberapa “qawaid” (pedoman), antara lain :
1. Tidak fanatik dan tidak taklid42
40 Hasan Al-Bana, Majmu’ah Rora’ al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, terj. Suadri
Sa'ad, "Konsep Pembaharuan Masyarakat Islam", Jakarta : Media Dakwah, hlm. 4 41 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata 'Amal Ma'as Sunnah An Nabawiyyah, terj. M. Baqir,
"Bagaimana Memahami Hadis Nabi Saw", Bandung : Kharisma, 1993, Cet. Ke-1, hlm. 14 42 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu’ashirah, Juz I, op.cit., hlm. 10
57
2. Mempermudah tidak mempersulit43
3. Berbicara pada manusia dengan bahasa zamannya.44
4. Berpaling dari sesuatu yang tidak bermanfaat.45
5. Bersikap moderat antara memperlonggar dan memperketat46
6. Memberikan hak fatwa yang berupa keterangan dan penjelasan.47
Adapun metode istinbat hukum yang digunakan Yusuf Qardhawi
dalam masalah ini adalah al-Quran dan as-Sunnah :
1. Al-Qur'an al-karim
Al-Qur'an menurut Yusuf Qardhawi merupakan kitab suci
agama Islam dan sumber utama syariat serta ajarannya.48
Al-Qur'an adalah "ruh" robbani, yang dengannya akal dan hati
menjadi hidup. Ia juga dustur Ilahi yang mengatur kehidupan individu
bangsa-bangsa.49
Allah SWT menurunkannya secara berangsur-angsur, sesuai
dengan kejadian-kejadian yang berlangsung. Sehingga menurut Yusuf
Qardhawi, ia menjadi lebih melekat dalam hati, lebih dipahami oleh
akal manusia, menuntaskan masalah-masalah dengan ayat-ayat Allah
SWT, memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan, juga untuk
43 Ibid., hlm. 11 44 Yusuf Qardhawi, al-Fatwa Bainal Indhibat wat-Tasayyub, op,cit., hlm. 99 45 Yusuf Qardhawi, Hadyul Islam Fatawa Mu’ashirah, Juz I, op.cit., hlm. 18 46 Ibid., hlm. 21 47 Ibid., hlm. 25 48 Yusuf Qardhawi, al-Ijtihad fi asy Syari'at al-Islam, Kuwait : Dar al-Qalam, t.th, hlm.
16 49 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata'malu Ma'a al-Qur'an al-Azhim, Kairo : Da Rusy Syuruq,
1999, cet. Pertama, hlm. 26
58
menguatkan hati Rasulullah Saw dalam menghadapi cobaan dan
kesulitan yang dialami oleh beliau dan para sahabat.
Menurut Yusuf Qardhawi, al-Qur'an adalah kitab yang sesuai
dengan perjalanan waktu, tidak bisa diasumsikan hanya mewakili satu
peradaban budaya bangsa dalam satu masa, atau hanya mewakili
pemikiran generasi tertentu. Al-Qur'an tetap eksis dan kekal seperti
halnya yang diturunkan oleh Allah sejak pertama kali.50 Oleh karena
itu, Allah SWT menjadikannya sebagai petunjuk bagi manusia dan
alam semesta seperti diungkapkan dalam firman Allah SWT.
)185: البقراة ... (شهر رمضان الذي أنزل فيه القرأ هدى للناس
(berapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia . . . (QS. al-Baqarah : 185)51
2. As-Sunnah
As-Sunnah (hadis nabi Saw) merupakan penafsiran al-Qur'an
dalam praktik atau penerapan ajaran Islam secara faktual dan ideal.
Hal ini mengingatkan bahwa nabi Saw merupakan perwujudan dari al-
Qur'an yang ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran Islam yang
dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Yusuf Qardhawi sunnah Saw adalah manhaj yang
terinci bagi kehidupan seorang muslim dan masyarakat muslim. Yaitu
50 Yusuf Qardhawi, al-Madkhal li Dirasah al-Syari'ah al-Islamiyah, op.cit., hlm. 40 51 Depag RI, al-Qur'an dan Terjemahnya, op.cit., hlm. 45
59
manhaj yang merupakan penafsiran al-Qur'an dalam praktik atau Islam
dalam penjabarannya secara kongkrit.52
As-Sunnah adalah sumber kedua dalam bidang tasyri' dan
dakwah (tuntunan)nya. Menurut Yusuf Qardhawi, hadis yang pendek
dijadikan dasar (bagi kesimpulan hukum atau untuk dakwah) harus
berpredikat sahih atau hasan.53
Mengenai kriteria kesahihan hadis; sanadnya bersambung, dari
awal sampai akhir, melalui para perawi yang terpercaya (tsiqah), jujur
(adil) dan cermat (dhabith), tanpa kekosongan nama, baik jelas
ataupun yang samar-samar. Demikian pula hadis tersebut tidak boleh
bersifat syadz (yakni salah satu rawinya bertentangan dalam
periwayatannya dengan perawi lainnya yang dianggap lebih akurat dan
lebih dipercaya) dan harus bersih dari illat aadihah (yakni bersih dari
cacat yang menyebabkan ditolak oleh para ahli hadis).54
Dalam rangka memahami makna hadis dan menemukan
signifikansi kontekstualnya, Yusuf Qardhawi menganjurkan beberapa
prinsip penafsiran hadis, antara lain :
a. Memahami as-Sunnah berdasarkan petunjuk al-Qur'an. Hal ini
didasarkan argumentasi bahwa al-Qur'an adalah sumber utama
yang menempati hierarki tertinggi dalam keseluruhan sistem
doktrinal Islam, sedangkan hadis adalah penjelas (bayan) atas
52 Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata'amalu Ma'a as-Sunnah an-Nabawiyah, op.cit., hlm. 21 53 Ibid., hlm. 28 54 Ibid., hlm. 24
60
prinsip-prinsip al-Qur'an. Logikanya, penjelas tidak boleh
bertentangan dengan yang dijelaskan. Oleh karenanya makna
hadis dan signifikansi kontekstualnya tidak bisa bertentangan
dengan petunjuk al-Qur'an.55
b. Menghimpun hadis yang topik bahasannya sama. Hal ini
dimaksudkan agar makna sebuah hadis dapat ditangkap secara
holistik, tidak parsial. Al-Qardhawi mencontohkan hadis
mengenai keharaman memanjangkan kain hingga ke tanah. Ketika
hadis tersebut dipahami dengan mengkonfirmasikan hadis-hadis
lain yang mempunyai kesamaan topik, maka dapat ditarik makna
yang lebih komprehensif yakni memanjangkan kain hingga ke
tanah itu haram hukumnya jika dimaksudkan sebagai ekspresi
kesombongan seseorang. Jika tidak dalam rangka kesombongan,
maka tidak haram.56
c. Memahami hadis berdasarkan latar belakang kondisi dan
tujuannya. Maksudnya adalah memperhatikan eksistensi hadis-
hadis yang dipelajari sesuai dengan latar belakang khusus atau
kaitannya dengan penyebab tertentu yang tertuang dalam teks
hadis atau tersirat dari maknanya atau terbaca dari kenyataan yang
melahirkan hadis yang bersangkutan.57
55 Ibid., hlm. 93 56 Ibid., hlm. 103-108 57 Ibid., hlm. 108
61
Menurut Yusuf Qardhawi Sunnah Nabi Saw yang disampaikan
kepada manusia ada yang merupakan Sunnah yang sama sekali bukan
sebagai hukum syari'ah, tetapi murni sebagai persoalan dunia yang
pengelolaan dan penanganannya diserahkan kepada akal dan ijtihad
manusia, artinya manusia dianggap lebih mengerti tentang urusan itu.
Ada juga Sunnah yang bukan merupakan hukum syari'ah yang
ditujukan kepada semua manusia di setiap zaman dan tempat,
melainkan dimaksudkan untuk situasi kasuistik pada kondisi tertentu,
yaitu Sunnah yang mencakup perkataan atau perbuatan Nabi Saw
sebagai pemimpin masyarakat dan kepala negara serta pelaksana
politik.58 Pada waktu itu di tangan beliaulah kekuasaan eksekutif.
Demikian juga perkataan dan perbuatan beliau itu ada yang termasuk
kategori keputusan pengadilan dan kapasitas beliau pada saat itu
sebagai hakim.
58 Yusuf Qardhawi, As Sunnah Masdharan li Al Ma'rifah wa Al Hadharah, Kairo : Dar
Asy-Syuruq, 1997, Cet. Pertama, hlm. 92