bab iii...(gambar 3.1). dengan pola iringan pada piano, vibraphone, dan kendang/konga, yang...

44
12 BAB III ANALISIS KOMPOSISI Komposisi “ The Story of Heroes ” sebuah Komposisi Musik Untuk Iringan Musik Game yang terdiri dari delapan komposisi dari game yang berjudul “Heroes of Kertorahayu”. Dalam komposisi ini, terdapat beberapa unsur tradisional musik daerah Indonesia seperti Jawa Timur (Kertorahayu), Jawa Tengah, Bali, Papua, Sumatera Utara dan Riau, dengan tidak meninggalkan unsur-unsur karakter musik seperti pola iringan dan Frase dari daerah masing-masing. Komposisi musik The Story of Heroes menggunakan format chamber dan instrumen musik yang digunakan adalah instrumen musik modern. Selain stage yang ada Indonesia, terdapat juga stage satu yang bernuansa padang gurun (desert) dan satu nuansa kegelapan dan mistik yang disebut Portal of Death. Dalam game Heroes of Kertorahayu kisah perjuangan para heroes di mulai dari sebuah kisah tentang seorang pemuda yang ada di sebuah desa di Malang bernama desa Kertorahayu. Pemuda ini bernama Julien Lablanc yang berketurunan Prancis Indonesia. Ayahnya berkebangsaan Prancis, yang sudah lama tinggal di Indonesia dan Ibunya sendiri berkebangsaan Indonesia (Malang). Dalam kisahnya Julien Lablanc berjuang untuk menjaga desanya dari gangguan penguasa-penguasa yang mencoba mengganggu ketenangan di desa Kertorahayu. Selain di desa Kertorahayu, perjuangan para heroes juga bermunculan di daerah lain, pada tujuh stage (tempat/lokasi) yang ada, dalam game Heroes of Kertorahyu. Bentuk yang digunakan dalam komposisi ini adalah one part song form, dengan menggunakan satu motif yang divariasi.

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 12

    BAB III

    ANALISIS KOMPOSISI

    Komposisi “ The Story of Heroes ” sebuah Komposisi Musik Untuk

    Iringan Musik Game yang terdiri dari delapan komposisi dari game yang

    berjudul “Heroes of Kertorahayu”. Dalam komposisi ini, terdapat beberapa

    unsur tradisional musik daerah Indonesia seperti Jawa Timur (Kertorahayu),

    Jawa Tengah, Bali, Papua, Sumatera Utara dan Riau, dengan tidak

    meninggalkan unsur-unsur karakter musik seperti pola iringan dan Frase dari

    daerah masing-masing. Komposisi musik The Story of Heroes menggunakan

    format chamber dan instrumen musik yang digunakan adalah instrumen

    musik modern. Selain stage yang ada Indonesia, terdapat juga stage satu yang

    bernuansa padang gurun (desert) dan satu nuansa kegelapan dan mistik yang

    disebut Portal of Death.

    Dalam game Heroes of Kertorahayu kisah perjuangan para heroes di

    mulai dari sebuah kisah tentang seorang pemuda yang ada di sebuah desa di

    Malang bernama desa Kertorahayu. Pemuda ini bernama Julien Lablanc yang

    berketurunan Prancis Indonesia. Ayahnya berkebangsaan Prancis, yang sudah

    lama tinggal di Indonesia dan Ibunya sendiri berkebangsaan Indonesia

    (Malang). Dalam kisahnya Julien Lablanc berjuang untuk menjaga desanya

    dari gangguan penguasa-penguasa yang mencoba mengganggu ketenangan di

    desa Kertorahayu. Selain di desa Kertorahayu, perjuangan para heroes juga

    bermunculan di daerah lain, pada tujuh stage (tempat/lokasi) yang ada, dalam

    game Heroes of Kertorahyu. Bentuk yang digunakan dalam komposisi ini

    adalah one part song form, dengan menggunakan satu motif yang divariasi.

  • 13

    A. East Java (Kertorahayu)

    Komposisi musik East Java terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan

    A’ dengan format chamber, yang menceritakan tentang suasana yang tenang

    di desa Kertorahayu dalam game “Heroes of Kertorahayu”, dan dimainkan

    pada tonalitas A mayor dengan menggunakan tangga nada pentatonik jawa

    (pelog).1 Karakter tonalitas A mayor yang tenang, dan semangat yang muda2

    yang menggambarkan suasana musik East Java dalam game “Heroes of

    Kertorahayu”

    Tabel 3.1Struktur Komposisi East Java

    1 Persichettti, Vincent, “Twentieth Century Harmony Creative Aspects and Practice”,

    (London,1961),50.

    2 http://biteyourownelbow.com/keychar.htm//Rita Steblin/

    Bagian Birama Keterangan

    A 1-4 Anteseden

    5-8 Konsekuen

    9-12 Anteseden

    A’ 13-16 Anteseden

    17-20 Konsekuen

    21-24 Anteseden

    25-28 Konsekuen

    29-32 Anteseden

  • 14

    I . Bagian A

    Pada bagian pertama, terdapat motif pada flute pada birama 1-4

    (gambar 3.1). Dengan pola iringan pada piano, vibraphone, dan

    kendang/konga, yang bernuansa musik gamelan Jawa Timur dengan ritmis

    dan tempo yang statis, dengan progresi Aaakord I - I – I64 - I6

    4.

    Gambar 3.1 Frase Anteseden birama 1-4

    Gambar 3.2 Frase konsekuen birama 5-8

    Pada birama 5-8 terdapat frase konsekuen, sebagai repetisi motif yang

    dimainkan oleh klarinet (Gambar 3.2), dengan pola iringan kontrari disertai

    dengan frase pentatonik (pelog) yang dimainkan oleh piano dan vibraphone

    sebagai pengganti nuansa instrumen gamelan pada birama yang sama

    (Gambar 3.3).

    Gambar 3.3 Pola iringan pada piano dan vibraphone birama 5-8

  • 15

    Gambar 3.4 Frase Anteseden pada birama 9-12

    Pada birama 9-12 terdapat frase anteseden yang dimainkan pada violin 1

    (Gambar 3.4). Pada birama 11-12 terdapat suspensi aaakord (penyelesaian);

    sebagai pengganti aaakord IV dengan sisipan nada fa(empat); yang

    dimaikan oleh violin dan flute, sebagai tanda akhir frase pada bagian

    A.(Gambar 3.5)

    Gambar 3.5 Akord suspensi pada flute pada birama 11-12

    II. Bagian A’

    Pada bagian A’ dimulai pada birama 13, terdapat variasi pola iringan

    yang menggambarkan ketenangan, dengan teknik pizzicato yang lebih

    perkusif pada seksi strings.3 Dengan progresi Aaakord I – VI64 – I - VI6

    4.

    Dengan Frase utama pada pada klarinet.

    Gambar 3.6 Pola iringan pada seksi strings birama 13-14

    3 http://lunanova.org/CelloET/pizzicato.html

  • 16

    Gambar 3.7 Pola iringan pada seksi strings birama 15-16

    Gambar 3.8 Frase anteseden birama 13-16

    Pada birama 13-16 terdapat frase Anteseden yang dimainkan oleh klarinet

    sebagai tema utama.

    Gambar 3.9 Frase konsekuen birama 17-20

    Pada birama 17-20 terdapat frase konsekuen sebagai imitasi motif yang

    dimainkan oleh flute.(Gambar 3.9) Kemuadian motif di imitasi lagi pada

    vibraphone sebagai frase Anteseden pada birama 21-24.

    Gambar 3.10 Frase anteseden birama 21-24

  • 17

    Gambar 3.11 Frase konsekuen birama 25-28

    Pada birama 25-28 terdapat frase konsekuen yang dimainkan oleh viola

    sebagai motif yang diimitasi. Kemudian diimitasi lagi oleh vibraphone pada

    birama 29-32 (frase anteseden) sebagai tanda berakhirnya bagian dua/A’

    dengan ditandai oleh kadens plagal pada birama 28-29.

  • 18

    B. Devata Island

    Komposisi musik Devata Island terdiri dari empat bagian, yaitu bagian

    A,B,C dan A’, dengan format chamber dengan karakter musik gamelan Bali.

    Dimainkan pada kunci (tonalitas) A Mayor, dengan tangga nada pentatonik

    (selendro)4 dan teknik iringan gamelan Bali yang di sebut gangsa jongkok.5

    Yang menceritakan tentang nuansa pulau Bali yang sangat indah, dalam game

    “Heroes of Kertorahayu”. Selain itu komposisi musik Devata Island

    menceritakan tentang seorang tokoh heroes yang bernama Kadek Sintia.

    Dia adalah seorang penari Bali yang sangat cantik dan lincah, yang

    sedang menghadapi persoalan reklamasi suatu pulau di Bali. Kadek Sintia

    tidak tega melihat keindahan pulau Bali yang terus dirusak oleh para

    penguasa-penguasa, dengan pembangunan-pembangunan yang semakin

    merajalela dan akibatnya dapat merusak keindahan alam. Dengan demikian ia

    bertekat untuk tetap melindungi pulau Bali dengan kemampuannya dengan

    ikut bergabung bersama Julien Lablanc dan heroes lainnya untuk melawan

    kejahatan di daerah masing-masing.

    Tabel 3.2 Stuktur Komposisi Devata Island

    4 Persichettti, Vincent, “Twentieth Century Harmony Creative Aspects and Practice”,

    (London, 1961), 50. 5 https://tatabuhan.wordpress.com/2011/12/03/teknik-dasar-permainan-alat-musik-karawitan-gamelanBali/

    Bagian Birama Keterangan

    A

    Birama 1-13

    1-4 Introduksi

    5-7 Anteseden

    7-10 Konsekuen

    11-13 Anteseden

  • 19

    I.Bagian A

    Pada bagian pertama birama 1-4 terdapat introduksi yang dimainkan

    dengan pola iringan pada konga/kendang dengan iringan gamelan Bali

    yang dimainkan oleh marimba dan ritmis yang lincah yang dimainkan

    pada splash cymbal dan kendang. Yang menggambarkan kelincahan

    penari Bali (Kadek Sintia), dengan gerak yang gesit dan lincah, dengan

    progresi aakord I – vi6 – I6 – V - I – vi6 – I6 – V.

    Gambar 3.12 Introduksi dan pola iringan birama 1-2

    Gambar 3.13 Pola iringan birama 1-2

    B

    Birama 15-19

    15-16 Anteseden

    16-17 Konsekuen

    17-18 Anteseden

    18-19 Konsekuen

    Bridge 19-21 Bridge

    C

    Birama 21-24

    21-23 Anteseden

    23-25 Kosekuen

    A’

    Birama 25-28

    25-28 Anteseden

  • 20

    Pada bagian introduksi birama 1-4 marimba menggantikan nuansa

    instrumen gamelan Bali, dengan karakter ritmis seperenambelasan yang lincah

    dan cepat. Pada seksi perkusi splash cymbal menggantikan nuansa intrumen

    ceng-ceng pada gamelan Bali, dengan karakter pola polaritmis

    sinkopasi.(Gambar 3.13)

    Gambar 3.14 Frase anteseden birama 5-7

    Pada birama 5-7 terdapat frase anteseden sebgai motif yang

    dimainkan oleh flute.

    Gambar 3.15 frase konsekuen birama 7-8 pada viola

    Gambar 3.16 frase anteseden birama 9-10 pada viola

    Gambar 3.17 frase anteseden birama 11-13

    Pada birama 11-13 terdapat imitasi motif yang diamainkan oleh violin

    satu (Gambar 3.17). Frase ini ditutup dengan kadens otentik pada birama 13,

    dengan progersi aakord VI64 – V – I sebagai tanda akhir bagian pertama.

    II. Bagian B

    Pada bagian kedua (A’) birama 15-18 terdapat tema kedua yang

    menggambarkan keindahan tarian Bali yang sangat lincah dan lembut, yang

    dimainkan oleh strings dengan teknik pizzicato yang lebih perkusif dengan

  • 21

    pola iringan pada marimba. Selain itu juga menggambarkan keindahan pulau

    Bali dengan suasana alam yang tenang yang digambarkan oleh marimba.6

    Gambar 3.18 Frase Anteseden birama 15-16

    Gambar 3.19 Frase konsekuen birama 16-17

    Pada birama 16-17 terdapat repetisi motif yang dimainkan oleh viola

    (Gambar 3.19) yang sebagai frase konsekuen. Kemudian dilanjutkan dengan

    imitasi motif pada birama 17-18 yang dimaikan oleh violin 2. (Gambar 3.20)

    Gambar 3.20 Frase Anteseden birama 17-18

    Kemudian terdapat repetisi motif pada birama 18-19, sebagai frase konsekuen

    yang dimainkan oleh cello (Gambar 3.21), dan terdapat kadens otentik pada

    birama 18, sebagai akhir frase konsekuen.

    Gambar 3.21 Frase konsekuen 18-19

    Gambar 3.22 Frase anteseden 19-21

    6 http://www.vsl.co.at/en/Marimba/Sound_Characteristics

  • 22

    Pada birama 19-21 (Gambar 3.22) terdapat bridge sekaligus motif

    tema 1 sebagai frase anteseden yang dimainkan pada oleh flute. Sebagai

    pengantar (kadens otentik) perpindahan tonalitas dari dari mayor ke minor;

    dengan progresi aakord I – VI – I6 – V – i, pada birama 19-20.

    III. Bagian C

    Pada bagian ini terdapat tema ketiga dan perubahan tonalitas, dari

    mayor ke minor yang menggambarkan kesedihan7 Kadek Sintia karena

    adanya reklamasi sebuah teluk di tempat asalnya (Bali), dengan pola iringan

    pada marimba.

    Gambar 3.23 frase anteseden birama 21-23

    Pada gamabar diatas (Gambar 3.23), birama 21-23 terdapat motif pada cello

    sebagai frase anteseden. Kemudian motif diimitasi oleh viola pada birama 23-

    24 sebagai frase konsekuen, dengan progresi aakord i - vi – i pada birama 21-

    24.

    IV. Bagian A’

    Pada bagian A’ birama 25-28, terdapat tema pertama sebagai motif dan frase

    anteseden ;yang dimainkan oleh klarinet (Gambar 3.24) sebagai tanda akhir

    frase anteseden, dengan progresi aakord i – vi - V – i.

    Gambar 3.24 Frase anteseden birama 25-27

    7 http://biteyourownelbow.com/keychar.htm//Rita Steblin/

  • 23

    C. Toba Lake

    Komposisi Toba Lake menceritakan tentang kisah seorang heroes,

    yang berasal dari Sumatera Utara bernama Togar Rajaguguk. Dalam game

    Heroes of Kertorahayu, Togar Rajaguguk adalah seorang pengacara, dengan

    karakter yang tegas. Dalam perjalanannya melawan kejahatan, ia memutuskan

    untuk bergabung bersama Julien, Kadek, dan heroes lainnya untuk melawan

    kejahatan di negeri ini. Dalam komposisi musik Toba Lake, penulis

    menghadirkan nuansa musik/gondang batak, dengan karakter musik gondang

    uning-uningan. Uning – uningan adalah salah satu jenis musik untuk

    mengiringi prosesi ritual adat batak, seperti pengucapan syukur dan acara-

    acara lainnya yang masih digunakan sampai sekarang.

    Selain itu jenis intrumen yang digunakan dalam gondang/jenis musik

    ini seperti seruling, asapi, garantang, dan tagading.8 Dan terdapat sentuhan

    frase yang banyak dimainkan oleh flute seperti musik/gondang batak pada

    umumnya dengan menggunakan tangga nada pentatonic mayor (do-re-mi-fa-

    dan sol) dan ritmis seperembelasan dan sinkopasi, yang pada umumnya

    digunakan dalam musik/gondang batak. Komposisi musik Toba Lake

    dimainkan pada tangga nada G mayor dengan format chamber, yang terdiri

    dari tiga bagian A, A’dan A’’.

    Tabel 3.3 Struktur Komposisi Toba Lake

    8 http://batak.blogspot.co.id/2010/09/batak-adat-batak-uning-uningan.html

    Bagian Birama Keterangan

    A

    Birama 1-12

    1-4 Introduksi

    5-6 Anteseden

    6-8 Konsekuen

    9-10 Anteseden

  • 24

    I. Bagian A ( Birama 1-12)

    Pada bagian pertama birama 1-4 terdapat introduksi yang

    menggambarkan nuansa musik Batak dengan ritmis seperenambelasan yang

    dimainkan oleh woodblock dan roto-toms sebagai pengganti nuansa instrumen

    tagading (Gambar 3.25). Frase pada flute menggantikan nuansa seruling batak

    dengan ritmis dan frase yang cepat dan lincah.

    Gambar 3.25 Introduksi birama 1-3

    Gambar 3.26 Introduksi dan pola iringan birama 1-3 Pola iringan

    menggantikan nuansa ritmis tagading dalam musik/gondang/ uning-uningan

    10-12 Konsekuen

    A’

    Birama 13-22

    A’’

    Birama 23-30

    13-14 Anteseden

    15-16 Konsekuen

    17-18 Bridge

    19-20 Anteseden

    21-22

    23-24

    Konsekuen

    Anteseden

    25-26 Konsekuen

    27-30 Bridge/Ending

  • 25

    Gambar 3.27. Frase anteseden birama 5-6

    Gambar 3.28 Frase birama 6-8

    Gambar 3.29 Frase anteseden birama 9-10

    Pada birama 5-6 terdapat motif pada flute (Gambar 3.27) sebagai frase

    anteseden, yang direpetisi pada birama 6-8 sebagai frase konsekuen (Gambar

    3.28) yang juga dimaikan oleh flute. Dengan progresi akord I – V7 – V7 – I

    dan pola iringan pizzicato pada seksi strings yang menggantikan nuansa

    intrumen asapai dalam gondang batak.

    Gambar 3.30 Frase konsekuen birama 10-12

    Pada birama 9-10 (Gambar 3.29) terdapat imitasi motif yang juga dimainkan

    oleh flute sebagai frase konsekuen pada interval yang berbeda. Kemudian

    pada birama 10-12 terdapat repetisi motif sebagai frase konsekuen yang tetap

    dimainkan oleh flute sebagai frase utama (Gambar 3.30). Dengan

    menggunakan pola iringan yang sama pada frase sebelumnya pada birama 5-

    8.

  • 26

    II. Bagian A’ (Birama 13-22)

    Pada bagian A’(birama 13-22) motif utama pada flute, dan terdapat

    pola iringan pada timpani, trompet, dan trombone yang menggambarkan

    tentang karakter yang tegas dari heroes Togar Rajaguguk yang digambarkan

    dengan aksen stacatto yang tegas. Dengan progresi akord I – V6 – vi – V/ VI64

    – I6 – IV – V/ I – V6 – vi – V / IV – V6 - I (Birama 13-16) dan kadens otentik

    pada birama 16 sebagai tanda akhir frase konsekuen.

    Gambar 3.31 Frase anteseden birama 13-14

    Gambar 3.32 Frase konsekuen birama 15-16

    Pada birama 13-14 terdapat motif utama yang dimainkan oleh flute (Gambar

    3.31) sebagai frase anteseden. Kemudian motif utama yang direpetisi pada

    birama 15-16 yang juga dimainkan oleh flute, sebagai frase konsekuen

    (Gambar 3.32).

    III. Bagian A’’ (Birama 23-30)

    Pada bagian A’’ motif utama kembali muncul pada birama 23-26 yang

    dimainkan pada flute dan klarinet sebagai frase anteseden dan konsekuen.

    (Gambar 3.33 dan 3.34)

  • 27

    Gambar 3.33 Frase anteseden birama 23-24 pada flute dan klarinet

    Gambar 3.34 Frase konsekuen birama 24-26 pada flute dan klarinet

    Pada akhir frase konsekuen (Gambar 3.34) yang dimainkan oleh flute

    dan klarinet terdapat kadens pada birama 25 dengan progresi akord I – V7 –

    V7 – I pada birama 23-26. Pada birama 27-30 terdapat bridge yang dimaikan

    oleh perkusi dan double bass sebagai tanda berakhirnya komposisi.

  • 28

    D. Forest of Riau

    Komposisi Forest of Riau menceritakan tentang seorang kisah seorang

    gadis asli Riau yang bernama Bening Anisa. Bening Anisa adalah salah satu

    heroes yang ada dalam game Heroes of Kertorahayu dengan karakter heroes

    yang menggunakan kostum jilbab. Dalam kisahnya Bening Anisa berjuang

    melawan musuh-musuhnya dari kalangan penguasa yang melakukan

    pembakaran hutan di Riau Bening Anisa tidak tega melihat kerusakan hutan

    yang terus-menerus dilakukan oleh para penguasa-penguasa hingga banyak

    mengakibatkan kerugian bagi masyarakat di Riau. Dalam misinya, Bening

    Anisa memutuskan untuk ikut bersama dengan Julien dan heroes lainnya

    untuk membasmi kejahatan di negeri ini.

    Komposisi Forest of Riau juga menceritakan tentang suasana kota

    Riau, dalam game Heroes of Kertorahayu. Penulis menghadirkan karakter

    musik Riau yang pada umumnya menggunakan tangga nada minor harmonis,

    karena musik Riau sendiri banyak terpengaruh dari budaya Timur Tengah.9

    Komposisi musik Forest of Riau juga menggambarkan nuansa musik melayu

    Riau dengan menghadirkan instrumen rebana dan accordion yang seringkali

    digunakan dalam musik melayu Riau.

    Komposisi musik Forest of Riau terdiri dari dua bagian, yaitu bagian

    A dan A’, yang dimainkan pada tonalitas D minor. Dalam komposisi ini

    penulis menggunakan format chamber dengan tambahan instrumen rebana

    dan accordion, dan beberapa bagian permainan solo seperti solo violin,

    gitar/lute, dan cello. Untuk memperkaya karakter musik Riau dalam

    komposisi musik Forest of Riau.

    9 http://wirawandwilazuardy.blogspot.co.id/2010/11/Riau.html

  • 29

    Tabel 3.4 Struktur Komposisi “Forest of Riau”

    I. Bagian A

    Pada bagian pertama/A, terdapat itroduksi pada birama 1-2 yang

    dimainkan oleh rebana, yang menggambarkan ritmis tarian zapin riua.

    Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan

    kaki cepat mengikuti rentak pukulan, seperti ritmis yang dimainkan oleh

    rebana/konga(Gambar3.35).

    Zapin merupakankhazanah tarian rumpun melayu yang mendapat pengaruh

    dari budaya Arab.10

    10 https://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Zapin

    Bagian Birama Keterangan

    A

    Birama 1-16

    1-2 Introduksi

    3-4 Anteseden

    5-6 Konsekuen

    7-8 Anteseden

    9-10 Konsekuen

    11-12 Anteseden

    13-16 Bridge

    A’

    Birama 17-29

    17-18 Anteseden

    18-21 Konsekuen

    22-23 Anteseden

    24-25 Konsekuen

    26-28 Anteseden

  • 30

    Gambar 3.35 Introduksi birama 1-2

    Gambar 3.36 Introduksi birama 1-2

    Gambar 3.37 Frase anteseden birama 3-4

    Pada birama 3-4 terdapat motif yang dimainkan oleh accordion,

    sebagai frase anteseden yang menggambarkan nuansa musik Riau/melayu yang

    banyak menggunakan instrumen accordion, baik sebagai pengiring maupun

    frase utama. 11 Kemudian motif di imitas oleh lute/gitar sebagai pengganti

    nuansa intrumen gambus, pada birama 5-6 sebagai frase konsekuen (Gambar

    3.38).

    11 http://alatmusiktradisional.com/alat-musik-tradisional-Riau.html

  • 31

    Gambar 3.38 Frase konsekuen birama 5-6

    Pola iringan double bass dan cello dengan teknik pizzicato pada birama 5-6

    menambah nuansa iringan yang lebih perkusif12 dan lebih kompleks.

    Gambar 3.39 Pola iringan birama 5-6 pada cello

    Pada birama 7-8 terdapat repetisi motif/frase unison yang dimainkan oleh

    lute/gitar dan accordion (Gambar 3.40 dan 3.41), sebagai frase anteseden.

    Gambar 3.40 Frase anteseden birama 7-8 pada lute/gitar

    Gambar 3.41 Frase anteseden birama 7-8 pada accordion

    Gambar 3.42 Frase konsekuen birama 9-10

    Pada birama 9-10 (Gambar 3.42) terdapat repetisi motif yang

    dimainkan oleh violin solo, sebagai frase konsekuen dan menggambarkan

    nuansa musik Riau yang seringkali menggunakan intrumen biola sebagai frase

    12 http://lunanova.org/CelloET/pizzicato.html

  • 32

    utama.13 Pada birama 11-12 repetisi motif yang dimainkan oleh lute, gitar,

    violin 1,2, dan viola dengan bentuk frase kontrari. Dengan progresi kord i - vi

    – iv – V7 – i yang membentuk kadens otentik pada birama 12.

    Pada biram 13-16 terdapat bridge dengan progresi kord Dm – Gm9/D –

    Bdim/D – Gm9/D yang dimainkan oleh seksi strings. Kemudian pada birama

    17-18 (Gambar 3.40) terdapat motif sebagai frase anteseden yang dimainkan

    oleh cello (solo).

    Gambar 3.43 Frase anteseden birama 17-18

    Gambar 3.44 Frase konsekuen birama 18 – 21

    Pada birama 18-21 terdapat frase konsekuen yang juga dimainkan oleh cello

    (solo), dengan pola iringan, dengan progresi kord Dm – Gm9/D – Bdim/D –

    Gm9/D yang dimainkan oleh seksi strings. Kemudian pada birama 21 tedapat

    kadens i –V – i, sebagai tanda akhir frase konsekuen, pada birama 18-21.

    13 https://www.academia.edu/8261709/Nama-nama_Alat_Musik_Tradisional_Riau

  • 33

    II. Bagian A’

    Pada bagian kedua (A’) birama 22-23 terdapat motif yang dimainkan

    oleh accordion dan violin 1 (Gambar 3.45 dan 3.46), sebagai frase anteseden.

    Gambar 3.45 Frase anteseden birama 22-23

    Gambar 3.46 Frase anteseden birama 22-23

    Kemudian pada birama 24-25 tedapat repetisi motif yang dimainkan oleh

    akordion dan violin 1 (Gambar 3.47), sebagai frase konsekuen dengan variasi

    pola iringan pada rebana mengikuti pola ritmis frase/motif. (Gambar 3.48)

    Gambar 3.47 Frase konsekuen birama 24-25

    Gambar 3.48 Variasi pola iringan birama 24-25

  • 34

    Gambar 3.49 Frase anteseden birama 26-28

    Pada birama 26 – 28 terdapat dua motif/tema yang dimainkan oleh accordion

    (Gambar 3.49), lute/gitar, violin, dan viola secara unison. Sebagai tanda akhir

    frase anteseden, yang ditandai dengan kadens pada birama 27, dengan

    progresi kord iv – V – i.

    Gambar 3.50 Frase konsekuen birama 26-28 pada violin

  • 35

    E. Portal of Death

    Portal of Death adalah salah satu stage yang bernuansa mistik dan

    misterius, dalam game Heroes of Kertorahayu. Pada stage ini semua heroes

    dalam game Heroes of Kertorahayu akan dimasukkan ke dalam stage untuk

    melawan musuh dalam stage ini. Selain itu, dalam komposisi Portal of Death,

    penulis menghadirkan nuansa darkness (kegelapan), yang dimainkan pada

    tonalitas C minor dengan karakter tonalitas yang kelam,14 dengan format

    chamber, yang terdiri dari satu bagian.

    Tabel 3.5 Struktur komposisi Portal of Death

    14 http://biteyourownelbow.com/keychar.htm

    Bagian Birama Keterangan

    A

    Birama 1-26

    1-2 Anteseden

    3-4 Konsekuen

    5-6 Anteseden

    7-9 Konsekuen

    10-11 Anteseden

    12-13 Konsekuen

    14 Bridge

    15-16 Anteseden

    17-20 Konsekuen

    21-22 Anteseden

    23-25 Konsekuen

  • 36

    I. Bagian A

    Dalam komposisi Portal of Death, terdapat banyak lompatan-lompatan

    frase atau interval augmented 4th sebagai frase utama. Interval tersebut sangat

    identik dengan nuansa horor dan mistik dan interval augmented 4th, beberapa

    sumber terkadang menyebut interval ini sebagai interval setan.15 Pada birama

    1-2 (Gambar 3.51) terdapat motif yang dimainkan oleh celesta sebagai frase

    anteseden, yang menggunakan interval frase augmented 4th, sebagai tema

    pembuka yang menggambarkan nuansa horor dan mistik dalam komposisi

    Portal of Death.

    Gambar 3.51 Frase anteseden birama 1-2

    Gambar 3.52 Pola iringan piano birama 1-2

    Pola iringan pada piano (Gambar 3.52) menggambarkan nuansa mistik

    dengan bunyi suara bawah/low voices (lefthand) pada piano menggantikan

    suara lonceng besar. Terkadang lonceng/bell memberi nuansa atau suasana

    horor dalam sebuah film atau video horor. Seperti yang ada di dalam gedung

    tua, bangunan bersejarah dan lain-lain16.

    15 http://www.theguardian.com/notesandqueries/query/0,,-1767,00.html 16 http://www.halloween-sounds.com/

  • 37

    Pada birama 3-4 terdapat repetisi motif (Gambar 3.53) yang dimainkan

    oleh piano, sebagai frase konsekuen. Dan terdapat progresi kord yang

    menggunakan interval augmented 4 pada pola iringan pada piano (lefthand),

    dengan progresi kord Cm – Cdim – Cm.

    Gambar 3.53 Frase konsekuen birama 3-4

    Pada birama 5-6 terdapt imitasi motif yang dimainkan oleh violin 1, sebagai

    frase anteseden (Gambar 3.54). Kemudian dilanjutkan dengan repetisi motif

    birama 7-9 (Gambar 3.55) yang dimaikan oleh celesta dan violin 1 (unison),

    sebagai frase konsekuen.

    Gambar 3.54 Frase anteseden birama 5-6

    Gambar 3.55 Frase konsekuen birama 7-9 pada celesta

  • 38

    Gambar 3.56 Frase anteseden birama 10-11

    Pada birama 10-11 terdapat repetisi motif (Gambar 3.56) yang

    dimainkan oleh piano, dengan karakter suara rendah. Menggambarkan

    suasana tegang dan mistik, sebagai frase anteseden.

    Gambar 3.57 Pola iringan birama 10-11 pada violin 1

    Pada pola iringan diatas (Gambar 3.57), violin 1 memberikan aksen iringan

    yang lebih dramatis dengan memainkan 2 nada secara bersamaan, atau yang

    seringkali disebut sdouble stop. Dengan jarak interval augmented 4th, yang

    juga menggambarkan nuansa ketegangan dan mistik dalam komposisi ini.

    Gambar 3.58 Frase konsekuen birama 12-13

    Terdapat frase konsekuen yang dimainkan oleh cello, sebagai akhir bagian A

    dan terdapat repetisi motif yang dimainkan oleh triangle pada birama 12-13

    (Gambar 3.58) dengan nuansa suara besi/metal yang menggambarkan suasana

    tegang dan horor17

    17 http://filmsound.org/articles/horrorsound/horrorsound.htm

  • 39

    Gambar 3.59 Pola iringan birama 12-13 pada triangle

    Kemudian pada birama 15-16 terdapat motif yang dimainkan oleh

    piano,celesta dan violin 1, yang dimainkan secara bergantian dengan variasi

    ritmis seperdelapanan, yang menggunakan frase dari unsur kord Ddim.

    Gambar 3.60 Frase anteseden birama 15 pada piano

    Gambar 3.61 Frase anteseden birama 16 pada celesta

    Gambar 3.62 Frase anteseden birama 16 pada violin 1

    Pada birama 17-20 terdapat frase konsekuen yang dimainkan oleh piano dan

    celesta, sebagai akhir frase konsekuen dengan progesi kord Ddim (ii) – G (V)

    – Cm (i), yang membentuk kadens otentik pada birama 19.

    Gambar 3.63 Frase konsekuen birama 17 pada piano (lefthand)

  • 40

    Gambar 3.64 Frase konsekuen birama 18-20 pada celesta.

    Pada bagian terakhir frase anteseden dan konsekuen (birama 21-25)

    terdapat variasi pola iringan pada piano,yang memberikan nuansa yang

    semakin mencekam. Sebagai tanda berkhirnya komposisi Portal of Death,

    dengan progresi kord Cm - Cm/Eb – Cm – Cm – G – Cm pada birama 21-25.

    Gambar 3.65 Frase anteseden birama 21-22 pada celesta

    Gambar 3.66 Variasi pola iringan birama 21-22 pada piano

    Gambar 3.67 Frase konsekuen birama 23-25 pada violin 1 (akhir komposisi)

  • 41

    F. Tazmanian Desert

    Komposisi musik Tazmanian Desert dalam game Heroes of

    Kertorahayu, menceritakan tentang suasana stage di padang gurun Australia

    (zavana) di Tazmania. Dengan suasana stage yang panas, yang tidak memiliki

    penghuni. Selain itu komposisi musik Tazmanian Desert, juga menceritakan

    tentang kisah seorang heroes yang bernama Emely Grace.

    Emely Grace menjalankan misinya untuk melawan musuh-musuhnya

    dan sebagai penunggu stage Tazmanian Desert, dalam game Heroes of

    Kertorahayu. Dimaikan pada tonalitas D mayor , yang memiliki karakter

    tonalitas yang bernuansa perjuangan yang penuh dengan pengharapan.18

    Komposisi ini terdiri dari 1 bagian, dengan menggunakan format chamber.

    Tabel 3.6 Struktur Komposisi Tazmanian Desert

    18 http://biteyourownelbow.com/keychar.htm

    Bagian Birama Keterangan

    A

    Birama 1-27

    1 Introduksi

    2-4 Anteseden

    5-7 Konsekuen

    8-9 Bridge

    10-12 Anteseden

    13-15 Konsekuen

    14-17 Anteseden

    18-21 Konsekuen

    22-27 Bridge

  • 42

    I. Bagian A

    Pada birama 1 terdapat introduksi yang dimainkan oleh shaker, dan

    pada birama selanjutnya, birama 2-4 terdapat motif utama, yang dimainkan

    oleh cello (solo) sebagai frase anteseden (Gambar 3.68).

    Gambar 3.68 Frase anteseden birama 2-4

    Untuk pola iringan, terdapat beberpa intrumen yang identik dengan instrumen

    dan karakter suara dan musik di padang gurun. Seperti pada contoh di bawah

    ini.

    Gambar 3.69 Pola iringan birama 2 pada konga.

    - Pola iringan pada konga (Gambar 3.69) menggantikan nuansa serta pola

    ritmis intrumen jimbe, yang sering digunakan pada musik-musik daerah di

    Australia.

    Gambar 3.70 Pola iringan birama 2 pada banjo

    - Intrumen banjo seringkali digunakan dan identik dengan instrumen musik

    para cowboy untuk hiburan pada saat menjaga ternak dan sebagai hiburan

    dalam perjalanan panjang.19 Dalam komposisi Tazamanian Desert

    intrumen banjo memberikan warna suara intrumen untuk musik yang

    bernuansa padang gurun/zavana.

    19 http://thegoldrushbanjo.com/about-2-2/

  • 43

    Gambar 3.71 Frase konsekuen birama 5-7

    Pada birama 5-7 terdapat repetisi motif (Gambar 3.71) yang dimainkan

    oleh klarinet sebagai frase konsekuen. Pada frase ini karakter dan register

    suara klarinet yang sedikit low, menggambarkan suasana panas20 dalam

    komposisi Tazmanian Desert. Pada birama 2-7 terdapat progresi kord yang

    dimulai dengan akord relativ minor dari D mayor ;dengan progresi kord vi –

    I64 – II – IV – V – VI dan dilanjutkan dengan bridge yang terdpat pada birama

    8-9. Terdapat kadens otentik pada birama 9 dengan porgresi kord VI – V – vi

    (i).

    Gambar 3.72 Frase anteseden 14-15 pada klarinet

    Gambar 3.73 Frase konsekuen birama 18-20

    Pada birama 18-20 terdapat repetisi motif (Gambar 3.73) yang dimainkan oleh

    banjo sebagai frase konsekuen. Kemudian dilanjutkan dengan bridge pada

    birama 22-27, sebagai tanda berkhirnya komposisi dengan progresi kord vi –

    I64 – IV – V – VI, dengan menggunakan Landini kadens pada birama 26-27.

    20 https://vsl.co.at/en/Klarinet_in_Bb/Sound_Characteristics

  • 44

    G. City of Magelang

    Komposisi musik City of Magelang, bercerita tentang kisah seorang

    heroes yang bernama Sri Ayudiari dengan kempuan memanah yang sangat

    luar biasa. Karkater heroes Sri Ayudiari yang tenang dan baik hati tergambar

    dalam komposisi musik City of Magelang. Selain bercerita tentang Sri

    Ayudiari, komposisi musik City of Magelang juga menceritakan tentang

    suasana kota yang tenang, dalam game Heroes of Kertorahayu. Komposisi

    musik City of Magelang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian A dan A’.

    Dimainkan pada tonalitas/kunci C mayor dan D mayor, dengan menggunakan

    tangga nada pentatonik (pelog) yang dikemas nuansa musik gamelan Jawa

    Tengah.

    Tabel 3.7 Struktur Komposisi City of Magelang

    Bagian Birama Keterangan

    A

    1-2 Introduksi

    3-4 Anteseden

    5-6 Konsekuen

    7-8 Anteseden

    9-10 Konsekuen

    11-14 Bridge

    A’

    15-16 Anteseden

    17-18 Konsekuen

    19-20 Anteseden

    21-22 Konsekuen

    22-23 Anteseden

    23-26 Bridge

  • 45

    1. Bagian A

    Pada birama 1-2 terdapat introduksi (Gambar 3.74) dengan pola iringan pada piano, yang menggambarkan nuansa musik gamelan kusus seksi ritem pada musik gamelan.

    Gambar 3.74 Introduksi dan pola iringan pada birama 1-2

    Pada birama 3-4 terdapat motif (Gambar 3.75) yang dimainkan oleh cello,

    sebagai frase anteseden. Karakter cello pada frase ini menggambarkan

    ketenangan21 pada tokoh heroes Sri Ayudiari. Dan menggambarkan

    ketenangan kota Magelang dalam cerita game Heroes of Kertorahayu.

    Gambar 3.75 Frase anteseden birama 3-4 Kemudian dilanjutkan dengan repetisi motif (Gambar 3.76) pada birama 5-6

    yang dimainkan oleh viola.

    Gambar 3.76 Frase konsekuen birama 5-6

    Pada birama 7-8 terdapat imitasi motif (Gambar 3.77) yang dimainkan oleh

    klarinet sebagai meldi anteseden.

    Gambar 3.77 Frase anteseden birama 7-8

    21 https://vsl.co.at/en/Cello/Sound_Characteristic

  • 46

    Pola iringan konga/kendang muncul pada birama 7, yang mengikuti pola

    iringan pada piano dengan sedikit tambahan sinkopasi.

    Gambar 3.78 Pola iringan pada kendang/konga birama 7-8

    Terdapat repetisi motif (Gambar 3.79) pada birama 9-10 yang dimainkan oleh

    flute, sebagai frase konsekuen.

    Gambar 3.79 Frase konsekuen birama 9-10

    Pada birama 11-14 terdapat bridge, sebagai jembatan perubahan tonalitas dari

    C mayor ke D mayor.

    Gambar 3.80 Pola iringan dan bridge birama 11-12 pada piano

    Gambar 3.81 Pola iringan dan bridge birama 13-14 pada piano

    Pada pola iringan (bridge) di atas (Gambar 3.80 dan 3.81), terdapat progresi

    kord I(C) – I(C) – VI (A Mayor)/akord V dari D mayor, sebagai tanda akhir

    bagian A. Dengan mengikuti pola tangga nada pentatonik (pelog) yang

    digunakan pada komposisi ini.

  • 47

    II. Bagian A’

    Pada bagian A’, terdapat perubahan tonalitas dengan motif yang

    dimainkan oleh violin 1 dan 2 pada birama 15-16, (Gambar 3.82) sebagai

    frase anteseden.

    Gambar 3.82 Frase anteseden birama 15-16 pada violin 1 dan 2

    Pada birama 17-18 terdapat repetisi motif (Gambar 3.83) yang dimainakan

    oleh klarinet dan violin 2, sebagai frase konsekuen.

    Gambar 3.83 Frase konsekuen birama 17-18 pada klarinet

    Pada kedua frase di atas, terdapat progresi kord I – V6 – vi – I6 – IV – V – I.

    Gambar 3.84 Frase anteseden birama 19-20 pada klarinet

    Gambar 3.85 Pola iringan birama 19-20

    Pola iringan pada vibraphone pada birama 19-20 menggantikan nuansa

    intrumen saron dalam seperangkat alat musik dalam gamelan yang memiliki

    tiga bagian oktaf sedang, tinggi, dan lebih yang lebih tinggi/satu oktaf. Dapat

  • 48

    digambarkan dengan karakter intrumen demung,saron barung, dan saron

    penerus (peking).22

    Gambar 3.86 Frase konsekuen birama 21-22 pada violin 1

    Kemudian dilanjutkan dengan frase anteseden pada birama 22-23 yang

    dimainkan oleh cello sebagai repetisi motif. (Gambar 3.87)

    Gambar 3.87 Frase anteseden birama 22-23

    Kemudian dilanjutkan dengan bagian bridge pada birama 23-26 sebagai tanda

    berkhirnya komposisi, dengan progresi kord I – V – I, yang membentuk

    kadens otentik.

    22 http://ki-demang.com/index.php/gambar-gamelan/602-11-saron

  • 49

    H. Land of Paradise

    Komposisi musik Land of Paradise, bercerita tentang kisah seorang

    anak muda heroes bernama Jose Dayan yang berasal dari Papua, dalam game

    Heroes of Kertorahayu. Dalam kisahnya Jose Dayan adalah seorang anak

    muda yang ingin melawan para investor asing yang terus mengambil hasil

    bumi Papua, yaitu hasil tambang. Karena adanya tambang tersebut maka tidak

    hanya kerugian yang dialami penduduk asli, yang mengakibatkan kerusakan

    hutan secara terus menerus. Selain menceritakan tentang kisah Jose Dayan,

    komposisi musik Land of Paradise juga menceritakan tentang keindahan alam

    Papua dengan semua kekayaan alamnya seperti contoh burung cendrawasi,

    satwa asli Papua, yang sering dijuluki sebagai Bird of Paradise atau burung

    surga.

    Dalam komposisi ini penulis menghadirkan nuansa perkusi yang

    sangat identik dengan musik Papua pada umumnya. Komppsisi musik Land of

    Paradise dimaikan pada tonalitas E mayor dengan format chamber, dengan

    karakter musik yang cepat dan enerjik. Komposisi ini terbagi dalam tiga

    bagian, yaitu bagian A,B, dan A’ yang dimainkan pada tonalitas E mayor.

    Tabel 3.8 Struktur Komposisi Land of Paradise

    Bagian Birama Keterangan

    A

    1-2 Introduksi

    3-4 Anteseden

    5-6 Konsekuen

    7-8 Anteseden

    9-10 Konsekuen

    10-11 Anteseden

    11-12 Konsekuen

    12-13 Atiseden

  • 50

    1. Bagian A

    Pada birama 1-2 terdapat introduksi (Gambar 3.88) yang dimainkan

    oleh konga/jimbe, yang menjadi pola dasar permainan perkusi Papua. Salah

    satu teknik perkusi Papua yang digunakan, dapat diaplikasikan dengan

    menggunakan teknik single paradiddle yang merupakan gabungan dari dua

    kali single stroke dan satu kali double stroke.23

    Gambar 3.88 Introduksi dan pola iringan birama 1-2

    Pada gambar di atas, permainan 2 instrumen konga/jimbe dan roto-toms

    menggantikan suara instrumen tifa, yang banyak digunakan dalam musik

    Papua. Kemudian pada birama 3-4 terdapat motif (Gambar 3.89) sebagai frase

    anteseden yang dimainkan oleh trombon.

    Gambar 3.89 Frase anteseden birama 3-4 pada trombon

    23 http://digilib.isi.ac.id/93/4/BAB%20IV%20Fangka.pdf

    13-14 Konsekuen

    15-16 Anteseden

    17-18 Konsekuen

    B

    19-20 Anteseden

    21-22 Konsekuen

    A’

    23-24 Anteseden

    25-26 Konsekuen

    26-33 Bridge

  • 51

    Gambar 3.90 Frase konsekuen birama 5-6

    Pada birama 5-6 terdapat imitasi motif (Gambar 3.90) yang dimainkan oleh

    klarinet, sebagai frase konsekuen.

    Gambar 3.91 Frase anteseden birama 7-8

    Pada birama 7-8, terdapat motif (Gambar 3.91) pada suara tenor

    (vokal) sebagai frase anteseden. Motif pada suara tenor sendiri

    menggambarkan nuansa nyanyian wor, yang berasal dari Byak. Wor adalah

    bentuk nyanyian, yang diimprovisasi yang berisi pesan dan semangat sebelum

    berperang baik itu dengan lirik maupun tanpa lirik (senandung).24 Pada suara

    bass (Gambar 3.92) terdapat suara teriakan yang juga terdapat dalam nyanyian

    wor, yang menggambarkan semangat heroes Jose Dayan, dalam melawan

    kejahatan, dalam game Heroes of Kertorahayu.

    Gambar 3.92 Frase konsekuen birama 9-10

    24 https://mnuseferorideck.wordpress.com/2015/02/15/apa-itu-wor-byak-nyanyian-dan-tarian-

    tradisional- suku-byak-Papua/

  • 52

    Terdapat repetisi motif (Gambar 3.92) pada birama 9-10 sebagai frase

    konsekuen, yang dinyanyikan oleh suara bass yang menggambarkan nyayian

    wor.

    Pada birama 10-11 terdapat imitasi motif (Gambar 3.93) yang dimainkan oleh

    klarinet, sebagai frase anteseden.

    Gambar 3.93 Frase anteseden birama 10-11

    Gambar 3.94 Frase konsekuen birama 11-12

    Pada gambar di atas (Gambar 3.94) terdapat imitasi motif yang

    dimainkan oleh flute dengan teknik trill menggambarkan kicauan burung

    cendrawasih25, untuk menambah karakter musik Papua yang lebih kontras dan

    dinamis, dalam komposisi musik Land of Paradise. Selain itu pada kedua

    frase di atas (Gambar 3.93 dan 3.94) terdapat progresi kord I – vi. Kemudian

    dilanjutkan dengan repetisi motif yang dimainkan oleh trompet pada gambar

    dibawah ini, sebagai frase anteseden.

    Gambar 3.95 Frase anteseden birama 12-13 pada trompet

    Gambar 3.96 Frase konsekuen birama 13-14

    25 http://birdnote.org/show/bird-sound-types-and-qualities-part-iii

  • 53

    Pada birama 13-14 terdapat imitasi motif, yang dimainkan oleh violin 1,

    sebagai frase konsekuen.(Gambar 3.96)

    Gambar 3.97 Frase anteseden birama 15-16

    Pada birama 15-16 terdapat motif (Gambar 3.97) yang dimainkan oleh cello

    dan disertai dengan wor pada birama 16. Kemudian dilanjutkan repetisi motif

    pada birama 17-18 (Gambar 3.98) sebagai frase konsekuen yang dinyanyikan

    oleh suara bass (wor) dan trombon.

    Gambar 3.98 Frase konsekuen (wor) birama 17-18

    2. Bagian B

    Pada bagian kedua, (B) terdapat perubahan motif dan beberapa pola

    iringan dan variasi teknik sebagai gambaran suasana pada bagian ini. Terdapat

    motif pada birama 19-20 yang dinyanyikan oleh suara tenor sebagai frase

    anteseden. (Gambar 3.99)

    Gambar 3.99 Frase anteseden birama 19-20 (wor)

    Gambar 3.100 pola iringan flute birama 19

  • 54

    Pada gambar di atas (Gambar 3.100) pada birama 19-20 terdapat pola iringan

    pada flute yang memainkan teknik trill. Menggambarkan suara siulan

    burung-burung26 dan hewan-hewan liar yang ada di Papua.

    Gambar 3.101 Frase konsekuen birama 21-22

    Pada birama 21-22 terdapat repetisi motif (Gambar 3.97) yang dimainkan oleh

    trumpet, sebagai frase anteseden. Dan dilengkapi dengan iringan cello yang

    memainkan teknik glissando pada birama 21 dengan progresi kord I – vi.

    Gambar 3.102 Pola iringan glissando pada cello birama 21

    Teknik glissando pada gambar di atas menggambarkan nuasa nyanyian wor

    yang diimprovisasi, yang diimitasikan oleh intrumen. Suara cello mewakili

    karakter Jose Dayan yang sangat kuat (powerful)27 dalam game Heroes of

    Kertorahayu.

    Gambar 3.103 Pola iringan pada birma 21 flute dan klarinet

    Pada gambar di atas (Gambar 3.103) terdapat imitasi pola iringan yang

    dimainkan oleh flute dan klarinet dengan teknik trill, menggambarkan suara

    burung-burung di hutan yang hidup di alam bebas Papua.

    26 http://birdnote.org/show/bird-sound-types-and-qualities-part-iii 27 https://vsl.co.at/en/Cello/Sound_Characteristics

  • 55

    Gambar 3.104 Frase anteseden birama 23-24

    3. Bagian A’ Pada birama 23-24 terdpat repetisi motif (Gambar 3.104) yang dimainkan

    oleh trombon sebagai frase anteseden. Kemudian pada birama 25-26 terdapat

    frase konsekuen (Gambar 3.101) sebagai akhir komposisi yang dinyanyikan

    oleh suara tenor, dengan progresi kord I – V – I pada birama 25.

    Gambar 3.105 Frase konsekuen birama 25-26

    Pada akhir komposisi Land of Paradise, terdapat bridge 26-33 yang

    dimainkan oleh perkusi dengan teknik dasar yaitu teknik paradiddle dan

    dilengkapi dengan nyanyian wor yang dimproviasi.

    BAB IIIANALISIS KOMPOSISI