bab iii gambaran pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan · 2018. 10. 4. · iii-1 bab...
TRANSCRIPT
-
III-1
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DAN KERANGKA PENDANAAN
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah untuk
menggerakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan dan
pembangunan dapat terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan
pemerintahan diikuti dengan penerimaan sumber-sumber pendapatan yang cukup
untuk membiayai bidang-bidang pembangunan dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan (money follow program).
Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk
menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah
untuk mendanai penyelengaraan pembangunan daerah, mengingat bahwa
pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam suatu Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), maka analisis pengelolaan dilakukan terhadap APBD dan
laporan keuangan daerah yang berisikan realisasi capaian kinerja keuangan daerah
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebelumnya.
Mengalisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan
Kabupaten Sumba Barat didahului dengan menganalisa sumber dan jenis obyek-
obyek pendapatan, bidang-bidang pembangunan yang membutuhkan pendanaan
dan pembiayaan sesuai dengan kewenangan dalam susunan/struktur APBD serta
perkembangan neraca daerah yang meliputi aset daerah, hutang dan ekuitas dana.
Kapasitas keuangan daerah diukur dari sejauh mana daerah mampu
mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah. Sedangkan analisis kerangka
pendanaan daerah dimaksud untuk memberikan gambaran proyeksi pendapatan
daerah, belanja, dan pembiayaan daerah dalam suatu jangka waktu tertentu.
-
III-2
3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD
Kinerja pelaksanaan APBD tahun sebelumnya dapat dilihat dari aspek tingkat
realisasi APBD, perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi
sumber pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan, dan gambaran realisasi
belanja daerah, permasalahan yang muncul serta potensi tantangan kedepan.
Secara umum gambaran tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Daerah
Gambaran tentang Pendapatan Daerah yang disajikan secara series
menginformasikan mengenai rata-rata pertumbuhan realisasi Pendapatan Daerah
Kabupaten Sumba Barat Tahun Anggaran 2011-2015 sebagaimana tertuang pada
Tabel 3.1. Memperhatikan Tabel 3.1, diperoleh gambaran bahwa realisasi
pendapatan daerah fluktuatif dari Rp395,951,780,524.55 (2011) hingga mencapai
Rp572,018,742,502.00 (2015) dengan rata-rata tingkat pertumbuhan pendapatan
daerah sebesar 7,64%.
Pendapatan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) rata-
rata pertumbuhannya cukup besar, yaitu sebesar 16,53%. Dari keempat komponen
PAD, secara persentase pertumbuhan masing-masing komponen pembentuk PAD
berbeda-beda. Rata-rata tingkat pertumbuhan tertinggi berasal dari lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah31.76%, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan 14.62% dan pendapatan pajak daerah 12.36%. Sedangkan untuk
pendapatan retribusi daerah mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan
sebesar -19.37%.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan pendapatan daerah adalah
belum diketahui secara pasti besar potensi PAD sehingga target yang ditetapkan
tidak didasarkan atas asesmen potensi yang dimiliki. Setelah berlakunya close list
system dalam ketentuan jenis pajak dan retribusi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2009,
perlu dilakukan penyesuaian perangkat regulasi, kelembagaan pendapatan daerah
serta personil agar tidak berimplikasi pada penurunan pendapatan daerah. Adapun
pendapatandari Dana Perimbangan relatif tanpa masalah berarti, denganrata-rata
pertumbuhan sebesar 9.66%. SedangkanLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
tidak diketahui secara pasti potensi penerimaannya karena bersifat penerimaan
insidentil, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar -6.50%.
-
III-3
Tabel 3.1. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 2011-2015 Kabupaten Sumba Barat
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, 2016
2011 2012 2013 2014 2015
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 PENDAPATAN 395,951,780,524.55 378,921,072,369.00 431,412,060,230.00 502,352,021,774.00 572,018,742,502.00 7.64%
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 20,843,737,126.55 28,256,077,463.00 30,238,934,574.00 34,433,370,276.00 44,780,793,994.00 16.53%
1.1.1 Pajak Daerah 3,493,382,496.00 2,908,103,961.00 3,820,723,200.00 5,502,504,750.00 6,256,281,161.00 12.36%
1.1.2 Retribusi Daerah 6,543,153,088.51 10,230,638,323.00 10,599,893,020.00 12,357,584,340.00 2,229,338,583.00 -19.37%
1.1.3 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3,493,483,088.51 4,498,867,268.00 5,210,318,377.00 5,871,947,586.00 6,910,554,205.00 14.62%
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 7,313,717,656.04 10,888,467,911.00 10,607,999,977.00 10,701,333,600.00 29,044,620,045.00 31.76%
1.2 DANA PERIMBANGAN 297,491,445,889.00 330,515,871,291.00 379,179,319,202.00 417,554,139,545.00 471,768,705,000.00 9.66%
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 15,061,949,889.00 14,169,213,291.00 13,218,399,202.00 8,337,598,545.00 11,318,205,000.00 -5.55%
1.2.2 Dana Alokasi Umum 238,286,996,000.00 278,593,998,000.00 307,533,200,000.00 350,946,291,000.00 373,105,900,000.00 9.38%
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 44,142,500,000.00 37,752,660,000.00 58,427,720,000.00 58,270,250,000.00 87,350,600,000.00 14.63%
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 77,616,597,509.00 19,879,123,615.00 21,993,806,454.00 50,364,511,953.00 55,469,203,508.00 -6.50%
1.3.1 Hibah - - - - 1,250,000,000.00 0.00%
1.3.2 Dana Darurat - - - - - -
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah 3,229,106,429.00 4,978,407,615.00 3.264.38.204 8,085,894,953.00 10,863,986,508.00 27.46%
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 74,387,491,080.00 14,978,407,615.00 18,729,424,250.00 42,168,217,000.00 43,116,007,000.00 -10.33%
1.3.5 Pendapatan Lainnya - - - 110,000,000.00 239,250,000.00 47.48%
Rata-rata
Pertumbuhan
Realisasi (%)
URAIANNOMOR
URUT
-
III-4
Pada tabel di atas terlihat realisasi Pendapatan Asli Daerah, selama periode
Tahun 20011-2015 tingkat pertumbuhan rata-rata Pendapatan Asli Daerah mencapai
16.53%. Sementara tingkat pertumbuhan rata-rata Dana Perimbangan adalah
sebesar 9.66% dan tingkat pertumbuhan rata-rata Lain-lain Pendapatan Daerah
Yang Sah sebesar -6.50%. Artinya tingkat pertumbuhan rata-rata Pendapatan Asli
Daerah lebih besar dari tingkat pertumbuhan penerimaan Dana Perimbangan dan
Lain-lian Pendapatan Daerah Yang Sah.
Selanjutnya pada gambar 3.1 di bawah dijelaskan tentang proporsi
pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Berdasarkan data tahun 2011, realisasi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sumba Barat mampu menyumbangkan
sebesar 5.26% dari total realisasi pendapatan daerah. Sementara porsi terbesar
berasal dari Dana Perimbangan sebesar 75.13% dari total pendapatan daerah.
Sedangkan sisanya merupakan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar
19.60%. Sedangkan pada tahun 2015 realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Sumba Barat mampu menyumbangkan sebesar 7.83% dari total realisasi
pendapatan daerah. Sementara porsi terbesar berasal dari Dana Perimbangan
sebesar 82.47% dari total pendapatan daerah. Sedangkan sisanya merupakan Lain-
lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 9.70%.
Gambar 3.1 Proporsi Pendapatan Daerah Kabupaten Sumba Barat
Tahun 2011-2015
-
III-5
b. Belanja Daerah
Gambaran tentang realisasi Belanja Daerah yang disajikan secara series menginformasikan mengenai rata-rata
perkembangan/kenaikan realisasi Belanja Daerah Kabupaten Sumba Barat sebagaimana tertuang pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2011-2015 Kabupaten Sumba Barat
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, diolah 2016
2011 2012 2013 2014 2015
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2 BELANJA 408,408,702,366.00 425,008,091,138.00 461,223,561,668.00 551,716,431,687.00 671,488,324,773.00 10.46%
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 170,422,148,700.00 168,370,792,234.00 184,349,400,215.00 223,913,323,460.00 260,479,364,751.00 8.86%
2.1.1 Belanja Pegawai 151,360,036,240.00 147,835,401,518.00 165,224,900,215.00 199,848,908,876.00 202,477,046,395.00 5.99%
2.1.2 Belanja Subsidi 2,768,935,800.00 3,181,200,000.00 3,792,800,000.00 - - 11.06%
2.1.3 Belanja Bunga - - - - - -
2.1.4 Belanja Hibah 6,524,762,500.00 5,790,230,600.00 2,284,784,000.00 4,691,860,000.00 20,174,421,000.00 25.33%
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 3,811,489,660.00 1,233,914,000.00 2,218,016,000.00 3,223,500,000.00 3,238,000,000.00 -3.21%
2.1.6 Belanja Bagi Hasil - - - - - -
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 4,945,200,000.00 8,758,900,000.00 8,676,400,000.00 8,827,600,000.00 30,777,816,000.00 44.15%
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 1,001,724,500.00 1,571,146,116.00 2,152,500,000.00 7,321,454,584.00 3,812,081,356.00 30.64%
2.2 BELANJA LANGSUNG 237,986,553,666.00 256,717,298,904.00 276,874,161,453.00 327,803,108,227.00 411,008,960,022.00 11.55%
2.2.1 Belanja Pegawai 35,846,491,302.00 38,507,594,836.00 42,064,306,875.00 51,389,227,235.00 68,229,214,197.00 13.74%
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 84,787,736,499.00 89,851,054,616.00 103,554,933,816.00 111,038,358,793.00 137,400,150,548.00 10.14%
2.2.3 Belanja Modal 117,352,325,865.00 128,358,649,452.00 131,254,920,762.00 165,375,522,181.00 205,379,595,277.00 11.84%
Rata-rata
Pertumbuhan
Realisasi (%)
NOMOR
URUTURAIAN
-
III-6
Memperhatikan Tabel 3.2 di atas, diperoleh gambaran bahwa, realisasi
Belanja Langsung yang merupakan komponen terbesar dari belanja daerah,
Rp237,986,553,666.00(2011) hingga Rp411,008,960,022.00 (2015), dengan rata-
rata kenaikan realisasi Belanja Tidak Langsung mencapai 11.55%. Dengan kenaikan
terbesar pada komponen Belanja Modal yaitu Rp117,352,325,865.00 (2011)
mencapai Rp205,379,595,277.00 (2015) atau sebesar 11.84%. Dari ketiga
komponen Belanja Langsung, Belanja Pegawai merupakan komponen yang paling
besar rata-rata pertumbuhannya, yaitu 13.74%, kemudian diikuti Belanja
Modal11.84% dan Belanja Barang dan Jasa10.14%.
Sedangkan tingkat Realisasi Belanja Tidak Langsung juga mengalami
kenaikan dari tahun ketahun, Rp170,422,148,700.00(2011) hingga
Rp260,479,364,751.00 (2015) dengan rata-rata kenaikan Belanja Tidak Langsung
sebesar 8.86%.Dari ketujuh komponen Belanja Tidak Langsung, Belanja Bantuan
Keuangan, Belanja Tidak Terduga dan Belanja Hibah mengalami kenaikan terbesar
dengan rata-rata kenaikan masing-masing mencapai 44.15%, 30.64% dan 25.33%.
Gambar 3.2 Proporsi Belanja Daerah Kabupaten Sumba Barat
Tahun 2011-2015
Belanja Daerah terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.
Proporsi Belanja Tidak Langsung mengalami penurunan setiap tahunnya, dimana
pada tahun 2011 sebesar 41.37% menjadi sebesar 38.79% pada tahun 2015.
Sedangkan proporsi Belanja Langsung mengalami kenaikan setiap tahunnya,
dimana pada tahun 2011 sebesar 58.27% menjadi sebesar 61.21% pada tahun
2015.
-
III-7
c. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan daerah adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah Daerah,
baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima
kembali, yang dalam penganggaran Pemerintah Daerah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah,
hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan
kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana
cadangan. Penerimaan pembiayaan mencakup:
a. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA)
b. Transfer dari Dana Cadangan
c. Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah
d. Penjualan Aset Daerah Yang Dipisahkan
e. Penerimaan Piutang
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum
Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal
pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran
tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pengeluaran pembiayaan antara lain
digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah daerah. Pengeluaran
pembiayaan mencakup:
a. Transfer ke Dana Cadangan
b. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
c. Pembayaran Utang Pokok yang Jatuh Tempo
d. Pemberian Pinjaman Daerah
Gambaran tentang realisasi Pembiayaan Daerah yang disajikan secara series
menginformasikan mengenai rata-rata perkembangan/kenaikan realisasi Penerimaan
dan Pengeluaran Daerah Kabupaten Sumba Barat sebagaimana tertuang pada
Tabel 3.3 sebagai berikut:
-
III-8
Tabel 3.3. Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pembiayaan Daerah
Tahun Anggaran 2011-2015 Kabupaten Sumba Barat
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, diolah 2016
NOMOR
URUT2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp)
Rata-rata
Pertumbuhan
Realisasi (%)
3 PEMBIAYAAN DAERAH 71,214,204,611.00 58,167,018,769.00 47,801,501,438.00 49,364,409,914.00 99,469,582,270.00 6.91%
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 72,714,204,610.85 59,767,018,769.00 49,301,501,438.00 69,864,409,914.00 114,469,582,270.00 9.50%
3.1.1 SILPA Tahun Lalu 70,397,445,110.85 58,767,282,769.00 49,101,501,438.00 698,814,409,914.00 114,369,582,270.00 10.19%
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan - - - - - -
3.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - - - - - -
3.1.4 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 2,316,759,500.00 999,736,000.00 200,000,000.00 50,000,000.00 100,000,000.00
3.1.5 Piutang Daerah - - - - - -
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 1,500,000,000.00 1,600,000,000.00 1,500,000,000.00 20,500,000,000.00 15,000,000,000.00 58.49%
3.2.1 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - - - - - -
3.2.2 Pembentukan Dana Cadangan - - - - - -
3.2.3 Penyertaan Modal/Investasi 1,600,000,000.00 1,600,000,000.00 1,500,000,000.00 20,500,000,000.00 15,000,000,000.00 56.46%
3.2.4 Pembayaran Pokok Utang - - - - - -
3.2.5 Pemberian Pinjaman Daerah - - - - - -
3.2.6 Pembayaran Utang Potongan Pihak Ketiga - - - - - -
URAIAN
-
III-9
Memperhatikan Tabel 3.3 di atas, diperoleh gambaran bahwa, realisasi
Penerimaan Pembiayaan Daerah yang merupakan komponen terbesar dari
Pembiayaan Daerah, Rp72,714,204,610.85 (2011) hingga Rp114,469,582,270.00
(2015), dengan rata-rata kenaikan realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah
mencapai 9.50%. Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan Daerah tahun 2011 sebesar
Rp1,500,000,000.00 dan pada tahun 2015 sebesar Rp15,000,000,000.00 dengan
pertumbuhan rata-rata sebesar 58.49%.
3.1.2. Neraca Daerah
Neraca Daerah menggambarkan posisi keuangan Kabupaten Sumba Barat,
yang meliputi Asset, Kewajiban, dan Ekuitas Dana pada suatu jangka waktu tertentu.
Analisis terhadap Neraca Daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan
keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan
kemampuan asset daerah dalam penyediaan dana untuk membiayai pembangunan
daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2001, Neraca Daerah
adalah neraca yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintah secara
bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing pemerintah. Neraca Daerah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang),
dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset, kewajiban, dan
ekuitas dana merupakan rekening utama yang masih dapat dirinci lagi menjadi sub
rekening sampai level rincian obyek.
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar
Akuntasi Pemerintahan, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan
yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan Neraca Daerah digunakan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka
pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki daerah secara efisien dan
efektif.
-
III-10
Tabel 3.4. Neraca
Keuangan Daerah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2012 – 2015
U R A I A N 2012 2013 2014 2015
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah 58.504.637.949,40 48.680.700.275,41 68.361.274.870,29 113.429.221.993,81
Kas di BLUD RSUD Waikabubak - - - -
Kas di Bendahara Pengeluaran 383.666.205,00 455.332.458,00 1.474.601.162,00 948.534.642,00
Belanja di Bayar di Muka - - 814.897.942,61 -
Kas di Bendahara Penerimaan 28.969.000,00 25.161.330,00 36.432.326,00 21.182.419,00
Piutang Pajak dan Retribusi 224.781.400,00 201.226.000,00 266.618.000,00 1.222.016.082,00
Piutang Lain-lain PAD Yang Sah 4.846.800,00 4.846.800,00 12.958.320,00 49.122.308,00
Piutang Sewa 1.086.703.129,00 162.887.496,00 963.759.582,00 778.546.650,00
Piutang Lain-lain 436.575.000,00 462.693.000,00 332.213.320,00 201.062.000,00
Piutang Jasa Pelayanan - - - -
Bagian Lancar Kredit Kendaraan Roda Dua - - - -
Bagian Lancar Kredit Kendaraan Roda Empat - - - -
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR) 13.568.500,00 - 27.820.000,00 -
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 1.764.940.500,00 - - -
Bagian Lancar Tagihan Dana Bergulir (TKI) - - - -
Bagian Lancar Kredit Lunak Untuk Sertifikasi Tanag Masyarakat - - - -
Bagian Lancar Dana Pinjaman Kepada Kelompok Masyarakat - - - -
Bagian Lancar Dana Pinjaman Kepada Dunia Usaha (Koperasi) - - - -
Persediaan 5.465.347.382,00 12.384.945.189,38 9.483.469.273,72 10.590.189.936,00 Jumlah Aset Lancar 67.914.035.865,40 62.377.792.548,79 81.774.044.796,62 127.239.876.030,81
-
III-11
U R A I A N 2012 2013 2014 2015
INVESTASI JANGKA PANJANG
INESTASI NON PERMANEN 7.412.430.650,00 2.108.780.118,00 1.573.128.340,00 1.441.853.770,00
Kredit Kendaraan Roda Dua - - - -
Kredit Kendaraan Roda Empat - - - -
Kredit Kepada Dunia Usaha (Koperasi) - - - -
Kredit Kepada Kelompok Masyarakat - - - -
Jumlah Investasi Non Permanen 7.412.430.650,00 2.108.780.118,00 1.573.128.340,00 1.441.853.770,00
INVESTASI PERMANEN
Penyertaan Modal Ke Bank NTT 21.086.611.203,00 23.174.214.264,00 23.329.375.908,00 42.257.134.453,00
Penyertaan Modal Ke PD. Sumbar Dharma
- -
Jumlah Investasi Permanen 21.086.611.203,00 23.174.214.264,00 23.329.375.908,00 42.257.134.453,00 Jumlah Investasi Jangka Panjang 28.499.041.853,00 25.282.994.382,00 24.902.504.248,00 43.698.988.223,00
ASET TETAP
Tanah 44.534.140.473,00 42.083.973.541,00 50.842.735.767,00 52.552.474.767,00
Peralatan dan Mesin 126.358.582.486,24 143.561.165.437,81 152.675.032.686,92 169.927.823.754,19
Gedung dan Bangunan 166.113.047.557,84 206.592.406.996,57 266.454.489.597,06 297.617.863.460,52
Jalan, Irigasi dan Jaringan Lainnya 426.068.577.336,19 464.119.086.337,17 521.571.651.192,87 583.014.119.938,64
Aset Tetap Lainnya 23.958.286.141,00 24.264.045.741,00 24.690.843.566,00 26.169.018.175,00
Konstruksi Dalam Pengerjaan 14.187.904.697,77 22.843.661.720,77 17.374.313.572,82 11.392.884.149,00
Akumulasi Penyusutan - - - -
Jumlah Aset Tetap 801.220.538.692,04 903.464.339.774,32 1.033.609.066.382,67 1.140.674.184.244,35
DANA CADANGAN
Dana Cadangan - - - -
Jumlah Dana Cadangan - - - -
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran/tidak lancar lainnya 2.241.430.600,00 3.378.343.100,00 3.190.617.750,00 3.720.615.088,00
Aset Tetap yang Tidak Digunakan PEMDA - - - -
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 3.729.079.100,31 4.419.388.592,78 3.198.297.536,35 3.200.405.874,35
Kemitraan Dengan Pihak Ke Tiga - - - -
-
III-12
U R A I A N 2012 2013 2014 2015
Aset Tidak Berwujud 886.540.000,00 1.421.750.250,00 1.808.900.895,00 1.834.720.895,00
Aset Lain-lain 25.879.707.999,35 32.951.681.457,00 27.699.747.483,09 25.788.864.026,82
Jumlah Aset Lainnya 32.736.757.699,66 42.171.163.399,78 35.897.563.664,44 34.544.605.884,17
JUMLAH ASET 930.370.374.110,10 1.033.296.290.104,89 1.176.183.179.091,73 1.346.157.654.382,33
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Belanja - - - -
Utabg Perhitungan Pihak Ketiga 110.729.155,00 18.485.195,00 8.767.068,00 3.221.615,00
Utang Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten - - - -
Utang agi Hasil Retribusi Ke Kabupaten - - - -
Utang Jasa Pelayanan - - - -
Utang Upah Punggut (Insentif) - - - -
Utang Jangka Pendek Lainnya 470.525.508,00 1.026.202.508,00 3.437.580.460,20 3.654.287.762,20
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 581.254.663,00 1.044.687.703,00 3.446.347.528,20 3.657.509.377,20
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Pemerintah Pusat - - - -
Utang Jangka Panjang Lainnya - - - -
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang - - - -
Jumlah Kewajiban 581.254.663,00 1.044.687.703,00 3.446.347.528,20 3.657.509.377,20
EKUITAS DANA
Ekuitas Dana Lancar
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 58.767.282.769,40 49.101.501.438,41 69.814.409.914,29 114.369.582.270,81
Pendapatan Yang Ditangguhkan 39.261.230,00 41.207.430,00 49.131.376,00 26.135.169,00
Cadangan Piutang 3.531.415.329,00 831.653.296,00 2.418.267.164,61 2.250.747.040,00
Cadangan Persediaan 5.465.347.382,00 12.384.945.189,38 9.483.469.273,72 10.590.189.936,00
Dana Yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka
Pendek (470.525.508,00) (1.026.202.508,00) (3.437.580.460,20) (3.654.287.762,20)
Jumlah Ekuitas Dana Lancar 67.332.781.202,40 61.333.104.845,79 78.327.697.268,42 123.582.366.653,61
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka 28.499.041.853,00 25.282.994.382,00 24.902.504.248,00 43.698.988.223,00
-
III-13
U R A I A N 2012 2013 2014 2015
Panjang
Dinvestasikan Dalam Aset Tetap 801.220.538.692,04 903.464.339.774,32 1.033.609.066.382,68 1.140.674.184.244,35
Dinvestasikan Dalam Aset Lainnya 32.736.757.699,66 42.171.163.399,78 35.897.563.664,44 34.544.605.884,17
Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka - -
Panjang - -
Jumlah Ekuitas Dana Investasi 862.456.338.244,70 970.918.497.556,10 1.094.409.134.295,12 1.218.917.778.351,52
Ekuitas Dana Cadangan - -
Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan - - - - Jumlah Ekuitas Dana Cadangan - - - -
JUMLAH EKUITAS DANA 929.789.119.447,10 1.032.251.602.401,89 1.172.736.831.563,54 1.342.500.145.005,13
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
930.370.374.110,10 1.033.296.290.104,89 1.176.183.179.091,74 1.346.157.654.382,33
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, 2016
-
III-14
Pertumbuhan aset lancar adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5. Pertumbuhan Aset Lancar Tahun 2012 – 2015
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, diolah 2016
U R A I A N 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Pertumbuhan
ASET
ASET LANCAR 67,914,035,865.40 62,377,792,548.79 81,774,044,796.62 127,239,876,030.81 26.18%
Kas di Kas Daerah 58,504,637,949.40 48,680,700,275.41 68,361,274,870.29 113,429,221,993.81 29.85%
Kas di BLUD RSUD Waikabubak - - - -
Kas di Bendahara Pengeluaran 383,666,205.00 455,332,458.00 1,474,601,162.00 948,534,642.00 68.95%
Belanja di Bayar di Muka - - 814,897,942.61 -
Kas di Bendahara Penerimaan 28,969,000.00 25,161,330.00 36,432,326.00 21,182,419.00 -3.40%
Piutang Pajak dan Retribusi 224,781,400.00 201,226,000.00 266,618,000.00 1,222,016,082.00 126.79%
Piutang Lain-lain PAD Yang Sah 4,846,800.00 4,846,800.00 12,958,320.00 49,122,308.00 148.81%
Piutang Sewa 1,086,703,129.00 162,887,496.00 963,759,582.00 778,546,650.00 129.15%
Piutang Lain-lain 436,575,000.00 462,693,000.00 332,213,320.00 201,062,000.00 -20.57%
Piutang Jasa Pelayanan - - - - 0.00%
Bagian Lancar Kredit Kendaraan Roda Dua - - - - 0.00%
Bagian Lancar Kredit Kendaraan Roda Empat - - - - 0.00%
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TPTGR) 13,568,500.00 - 27,820,000.00 -
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 1,764,940,500.00 - - -
Bagian Lancar Tagihan Dana Bergulir (TKI) - - - -
Bagian Lancar Kredit Lunak Untuk Sertifikasi Tanag Masyarakat - - - -
Bagian Lancar Dana Pinjaman Kepada Kelompok Masyarakat - - - -
Bagian Lancar Dana Pinjaman Kepada Dunia Usaha (Koperasi) - - - -
Persediaan 5,465,347,382.00 12,384,945,189.38 9,483,469,273.72 10,590,189,936.00 38.28%
-
III-15
Pertumbuhan Rata-rata Aset Lancar Pemerintah Kabupaten Sumba Barat
memiliki kenaikan yang cukup besar yaitu 26,18%. Pertumbuhan rata-rata tertinggi
ada pada komponen Piutang Lain-lain PAD Yang Sah, dengan pertumbuhan sebesar
148,41%, diikuti komponen Piutang Sewa dengan pertumbuhan rata-rata sebesar
129,15%, dan komponen Piutang Pajak dan Retribusi dengan pertumbuhan rata-rata
sebesar 126,79%.
Tabel 3.6. Pertumbuhan Investasi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2015
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, diolah 2016
Investasi Jangka Panjang yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sumba
Barat, memberikan sumbangan dalam Neraca Aset Daerah, dengan pertumbuhan
rata-rata sebesar 20,90%. Pertumbuhan rata-rata tertinggi ada pada komponen
Investasi Non Permanen, dengan pertumbuhan sebesar 30,10%. Sedangkan
Investasi Permanen mengalami penurunan rata-rata sebesar -30,10%.
Tabel 3.7. Pertumbuhan Aset Tetap Tahun 2012 – 2015
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, diolah 2016
Pertumbuhan Rata-rata Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Sumba Barat
memiliki kenaikan yang cukup besar yaitu 12,51%. Pertumbuhan rata-rata tertinggi
ada pada komponen Gedung dan Bangunan, dengan pertumbuhan sebesar 21,68%,
diikuti komponen Jalan, Irigasi dan Jaringan Lainnya dengan pertumbuhan rata-rata
sebesar 11,03%, komponen Peralatan dan Mesin 10,42%, komponen Tanah sebesar
Uraian 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Pertumbuhan
INVESTASI JANGKA PANJANG 28,499,041,853.00 25,282,994,382.00 24,902,504,248.00 43,698,988,223.00 20.90%
INESTASI NON PERMANEN 7,412,430,650.00 2,108,780,118.00 1,573,128,340.00 1,441,853,770.00 -35.10%
Kredit Kendaraan Roda Dua - - - -
Kredit Kendaraan Roda Empat - - - -
Kredit Kepada Dunia Usaha (Koperasi) - - - -
Kredit Kepada Kelompok Masyarakat - - - -
INVESTASI PERMANEN
Penyertaan Modal Ke Bank NTT 21,086,611,203.00 23,174,214,264.00 23,329,375,908.00 42,257,134,453.00 30.57%
Penyertaan Modal Ke PD. Sumbar Dharma - -
Uraian 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Pertumbuhan
ASET TETAP 801,220,538,692.04 903,464,339,774.32 1,033,609,066,382.67 1,140,674,184,244.35 12.51%
Tanah 44,534,140,473.00 42,083,973,541.00 50,842,735,767.00 52,552,474,767.00 6.22%
Peralatan dan Mesin 126,358,582,486.24 143,561,165,437.81 152,675,032,686.92 169,927,823,754.19 10.42%
Gedung dan Bangunan 166,113,047,557.84 206,592,406,996.57 266,454,489,597.06 297,617,863,460.52 21.68%
Jalan, Irigasi dan Jaringan Lainnya 426,068,577,336.19 464,119,086,337.17 521,571,651,192.87 583,014,119,938.64 11.03%
Aset Tetap Lainnya 23,958,286,141.00 24,264,045,741.00 24,690,843,566.00 26,169,018,175.00 3.01%
Konstruksi Dalam Pengerjaan 14,187,904,697.77 22,843,661,720.77 17,374,313,572.82 11,392,884,149.00 0.88%
Akumulasi Penyusutan - - - - 0.00%
-
III-16
6,22%, komponen Aset Tetap Lainnya sebesar 3,01%, komponen Konstruksi Dalam
Pengerjaan sebesar 0,88%, dan komponen Akumulasi Penyusutan sebesar 0,00%.
Tabel 3.8.
Pertumbuhan Aset Lainnya Tahun 2012 – 2015
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, diolah 2016
Pertumbuhan Aset Lainnya pada kurun waktu Tahun 2012-2015 mengalami
peningkatan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,39%. Pertumbuhan terbesar terjadi
pada komponen Aset Tidak Berwujud sebesar 29,68% dan komponen Tagihan
Penjualan Angsuran/tidak lancar lainnya sebesar 20,59%. Sementara komponen
Aset Lain-lain sebesar 1,50% dan komponen Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian
Daerah mengalami penurunan sebesar -3,02%.
Tabel 3.9. Pertumbuhan Kewajiban Tahun 2012– 2015
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, diolah 2016
Uraian 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Pertumbuhan
ASET LAINNYA 32,736,757,699.66 42,171,163,399.78 35,897,563,664.44 34,544,605,884.17 3.39%
Tagihan Penjualan Angsuran/tidak lancar lainnya 2,241,430,600.00 3,378,343,100.00 3,190,617,750.00 3,720,615,088.00 20.59%
Aset Tetap yang Tidak Digunakan PEMDA - - - - 0.00%
Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah 3,729,079,100.31 4,419,388,592.78 3,198,297,536.35 3,200,405,874.35 -3.02%
Kemitraan Dengan Pihak Ke Tiga - - - - 0.00%
Aset Tidak Berwujud 886,540,000.00 1,421,750,250.00 1,808,900,895.00 1,834,720,895.00 29.68%
Aset Lain-lain 25,879,707,999.35 32,951,681,457.00 27,699,747,483.09 25,788,864,026.82 1.50%
Uraian 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Pertumbuhan
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 581,254,663.00 1,044,687,703.00 3,446,347,528.20 3,657,509,377.20 105.25%
Utang Belanja - - - -
Utabg Perhitungan Pihak Ketiga 110,729,155.00 18,485,195.00 8,767,068.00 3,221,615.00 -66.38%
Utang Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten - - - -
Utang agi Hasil Retribusi Ke Kabupaten - - - -
Utang Jasa Pelayanan - - - -
Utang Upah Punggut (Insentif) - - - -
Utang Jangka Pendek Lainnya 470,525,508.00 1,026,202,508.00 3,437,580,460.20 3,654,287,762.20 119.79%
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Pemerintah Pusat - - - -
Utang Jangka Panjang Lainnya - - - -
-
III-17
Pertumbuhan Kewajiban hanya terjadi pada Kewajiban Jangka Pendek, sedangkan Kewajiban Jangka Panjang tidak ada
dikarenakan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat tidak mempunyai Kewajiban Utang Pemerintah Pusat dan Utang Jangka Panjang
Lainnya. Kewajiban Jangka Pendek pada kurun waktu Tahun 2012-2015 mengalami peningkatan pertumbuhan rata-rata sebesar
105,25%.
Tabel 3.10. Pertumbuhan Ekuitas Dana Tahun 2011 - 2014
Sumber: DPPKAD Sumba Barat, diolah 2016
Uraian 2012 2013 2014 2015 Rata-rata
Pertumbuhan
EKUITAS DANA 929,789,119,447.10 1,032,251,602,401.89 1,172,736,831,563.54 1,342,500,145,005.13 13.04%
Ekuitas Dana Lancar 67,332,781,202.40 61,333,104,845.79 78,327,697,268.42 123,582,366,653.61 25.52%
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 58,767,282,769.40 49,101,501,438.41 69,814,409,914.29 114,369,582,270.81 29.85%
Pendapatan Yang Ditangguhkan 39,261,230.00 41,207,430.00 49,131,376.00 26,135,169.00 -7.54%
Cadangan Piutang 3,531,415,329.00 831,653,296.00 2,418,267,164.61 2,250,747,040.00 35.80%
Cadangan Persediaan 5,465,347,382.00 12,384,945,189.38 9,483,469,273.72 10,590,189,936.00 38.28%
Dana Yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka - - - -
Pendek (470,525,508.00) (1,026,202,508.00) (3,437,580,460.20) (3,654,287,762.20) 119.79%
Ekuitas Dana Investasi 862,456,338,244.70 970,918,497,556.10 1,094,409,134,295.12 1,218,917,778,351.52 12.22%
Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang 28,499,041,853.00 25,282,994,382.00 24,902,504,248.00 43,698,988,223.00 20.90%
Dinvestasikan Dalam Aset Tetap 801,220,538,692.04 903,464,339,774.32 1,033,609,066,382.68 1,140,674,184,244.35 12.51%
Dinvestasikan Dalam Aset Lainnya 32,736,757,699.66 42,171,163,399.78 35,897,563,664.44 34,544,605,884.17 3.39%
Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka - - - -
Panjang - - - -
Ekuitas Dana Cadangan - - - -
Diinvestasikan Dalam Dana Cadangan - - - -
-
III-18
Pertumbuhan Ekuitas Dana Pemerintah Kabupaten Sumba Barat memiliki
kenaikan yang cukup besar yaitu 13,04%. Pertumbuhan rata-rata tertinggi ada pada
komponen Ekuitas Dana Lancar, dengan pertumbuhan sebesar 25,52%, diikuti
komponen Ekuitas Dana Investasi dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 12,22%.
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk neraca keuangan daerah,
rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar (current ratio) dan Quick
Ratio. Rasio lancar adalah aset lancar dibagi dengan kewajiban jangka pendek.
Sedang Quick Ratio adalah aset lancar dikurangi persediaan dibagi dengan
kewajiban jangka pendek.
Tabel 3.11. Rasio Liquiditas Tahun 2012-2015
Sumber: Data diolah 2016
Rasio lancar digunakan untuk melihat kemampuan Pemerintah Kabupaten
Sumba Barat dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Semakin besar rasio
yang diperoleh, semakin lancar hutang pembayaran jangka pendeknya.
Berdasarkan perhitungan, nilai rasio lancar Neraca Keuangan Pemerintah
Kabupaten Sumba Barat tahun 2012-2015 mengalami penurunan yang cukup
tajam dari 116,84 menjadi 34,79, sehingga rata-rata pertumbuhan rasio lancar
sebesar -0,21. Nilai yang diperoleh ini mengindikasikan bahwa Pemerintah pada
tahun 2012-2015 dapat dengan mudah mencairkan aset lancarnya untuk
membayar seluruh hutang atau kewajiban jangka pendeknya, namun
kemampuan tersebut cenderung menurun.
Quick Ratio lebih akurat dibandingkan rasio lancar (current ratio) karena Quick
ratio telah mempertimbangkan persediaan dalam perhitungannya. Sebaiknya
ratio ini tidak kurang dari 1. Berdasarkan perhitungan, nilai Quick ratio Neraca
Keuangan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat tahun 2010-2014 mengalami
penurunan yang cukup tajam dari 107,44 menjadi 31,89, sehingga rata-rata
pertumbuhan rasio lancar sebesar -0,20. Nilai dari perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan aset lancar Pemerintah Kabupaten Sumba
No. Rasio Likuiditas 2012 2013 2014 2015Rata-Rata
Pertumbuhan
1. Rasio Lancar 116.84 59.71 23.73 34.79 -0.21
2. Quick Ratio 107.44 47.85 20.98 31.89 -0.20
-
III-19
Barat setelah dikurangi persediaan mempunyai kemampuan yang cukup kuat
untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya, namun kemampuan tersebut
cenderung menurun.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Untuk neraca
keuangan daerah, rasio solvablitas yang digunakan adalah rasio kewajiban
terhadap aset dan rasio kewajiban terhadap ekuitas. Rasio kewajiban terhadap
aset adalah kewajiban dibagi dengan aset, sedangkan rasio kewajiban terhadap
ekuitas adalah kewajiban dibagi dengan ekuitas.
Tabel 3.12. Rasio Solvabilitas Tahun 2012-2015
Sumber: Data diolah 2016
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rasio kewajiban terhadap aset
tahun 2012 sebesar 0,06%, tahun 2015 sebesar 0,27%. Semakin besar nilai
rasio ini, maka semakin buruk rasio kewajiban terhadap asset. Jika dilihat dari
hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan keuangan Pemerintah
Kabupaten Sumba Barat selama tahun 2012-2015 sangat kuat untuk membayar
jika Pemerintah melakukan pinjaman ke kreditor dengan tingkat kemampuan
membayar tersebut cenderung meningkat dengan laju 81,46 %.
Rasio kewajiban terhadap ekuitas secara langsung membandingkan
kewajiban dibagi dengan ekuitas. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rasio
tahun 2012 sebesar 0,06, tahun 2015 sebesar 0,27%. Semakin kecil nilai rasio ini,
maka semakin baik rasio kewajiban terhadap ekuitas karena menunjukkan
kemampuan Pemerintah Daerah untuk membayar kewajibannya.
No. Rasio Solvabilitas 2012 2013 2014 2015Rata-Rata
Pertumbuhan
1. Rasio Kewajiban
terhadap aset
0.06% 0.10% 0.29% 0.27% 81.46%
2. Rasio Kewajiban
terhadap ekuitas
0.06% 0.10% 0.29% 0.27% 81.66%
-
III-20
3.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU
3.2.1. Kebijakan Pendapatan
a. Kebijakan Perencanaan Pendapatan Daerah .
Target pendapatan asli daerah (PAD) harus bersifat realistis mendekati
potensi riil melalui pendataan subyek dan obyek pajak serta retribusi daerah
serta mengoperasionalkan asset / kekayaan daerah bagi peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD) melalui :
Upaya pemberdayaan asset melalui pola kerjasama operasional dengan
masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip ekonomis;
Upaya inventarisasi dan mengoptimalkan semua potensi sumber-sumber
pendapatan masyarakat dan daerah secara keseluruhan;
Peningkatan kemampuan manajemen Perusahaan Daerah;
Upaya peningkatan kerjasama usaha dengan para pihak untuk menopang
pendapatan masyarakat dan pendapatan asli daerah;
Upaya peningkatan iklim usaha yang kondusif dan proses perijinan yang
cepat agar para investor tertarik untuk berinvestasi.
b. Target Pendapatan
Pendapatan daerah yang bersumber dari komponen pendapatan asli daerah
(PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah selama
tahun 2017 - 2021 ditargetkan sebesar Rp.738.593.157.250,- pada tahun
2017, meningkat menjadi Rp. 812.452.472.750,- pada tahun 2018 dan pada
tahun 2019 sebesar Rp.893.697.720.273,- dan meningkat menjadi Rp.
983.067.492.300,- pada tahun 2020 dan pada tahun 2021 pendapatan daerah
menjadi Rp. 1.081.374.241.530,- dengan asumsi bahwa rata-rata kenaikan
pendapatan setiap tahun sebesar 10% dari tahun dasar perencanaan yaitu
pada tahun 2016.
c. Upaya – upaya pemerintah untuk mencapai target
Meningkatkan koordinasi dan konsultasi dengan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi maupun lembaga-lembaga Internasional untuk
memperoleh alokasi dana baik dana APBD Provinsi, dana Dekonsentrasi,
dana Perimbangan dari APBN maupun dana-dana non Pemerintah yang
didukung informasi dan data yang akurat melalui suatu perencanaan yang
matang, terarah, dan dapat dipertanggungjawabkan.
-
III-21
3.2.2. Kebijakan Belanja
a. Kebijakan Terkait Dengan Perencaan Belanja Daerah
Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran, belanja daerah
disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi pada
pencapaian output dari input yang direncanakan dengan memperhatikan
prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Tujuan penggunaan anggaran
berbasis kinerja adalah untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
anggaran serta menjamin efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran
kedalam program/kegiatan. Oleh karena itu belanja daerah diprioritaskan pada
belanja yang berkaitan dengan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten yang terdiri dari Urusan Wajib dan Urusan Pilihan
yang ditetapkan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Belanja dalam kerangka penyelenggaraan Urusan Wajib digunakan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan sosial dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial
dan fasilitas umum yang layak. Sedangkan belanja dalam kerangka
penyelenggraan Urusan Pilihan digunakan untuk peningkatan dan perluasan
sektor riil.
b. Kebijakan Belanja Pegawai, Bunga Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial, Belanja
Bagi Hasil, Bantuan Keuangan dan Belanja Tidak Terduga
Belanja pegawai diprioritaskan untuk menyediakan gaji pokok/tunjangan
Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan mempedomani ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Belanja hibah dialokasikan untuk
membiayai pembangunan yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Belanja Bantuan sosial diprioritaskan pada kegiatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat,pemberian bantuan sosial akan dikurangi dengan
tujuan agar dana APBD dapat dialokasikan untuk mendanai program dan
kegiatan pemerintahan daerah sehingga dapat dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat, menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan
pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas
perekonomian. Dengan demikian dapat dihindari diskriminasi pengalokasian
dana APBD yang hanya dinikmati kelompok masyarakat tertentu.
Belanja bagi hasil digunakan untuk penganggaran dana bagi hasil yang
-
III-22
bersumber dari pendapatan kabupaten kepada pemerintah desa dalam
rangka pemerataan dan atau peningkatan kemampuan keuangan bagi desa
penerima bantuan. Belanja bantuan keuangan kepada desa/kelurahan
diprioritaskan pada program-program yang berkaitan dengan peningkatan
kualitas pendidikan dan kesehatan, peningkatan dan perluasan produksi,
peningkatan pelayanan sosial dasar dan prasarana ekonomi serta
pelaksanaan kegiatan pemerintahan.
Belanja tidak terduga diprioritaskan untuk kegiatan yang sifatnya darurat
dalam rangka pencegahan dan gangguan terhadap stabilitas
penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan dan ketertiban di
daerah dan tidak diharapkan berulang, seperti penanggulangan bencana alam
dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya.
3.2.3. Kebijakan Pembiayaan
Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah untuk
menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah ketika terjadi defisit
anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran
tahun lalu, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan maupun hasil
penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan dalam pengeluaran pembiayaan
itu sendiri adalah angsuran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan.
Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu
yaitu dengan:
Optimalisasi sumber tetap pendapatan daerah Kabupaten Sumba Barat;
Mendorong dunia perbankan untuk mengalokasikan kredit pada usaha-usaha
produktif masyarakat;
Memberikan stimulasi kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan misalnya dengan alokasi dana langsung ke kelompok-kelompok
masyarakat;
Inisiasi penerbitan obligasi Pemerintah Kabupaten Sumba Barat;
Pembenahan manajemen pengelolaan BUMN/D agar memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap penerimaan daerah.
Pembiayaan daerah meliputi dua hal yaitu untuk menutup defisit yang disebabkan
belanja daerah lebih besar dibandingkan dengan pendapatan daerah dan
-
III-23
pemanfaatan surplus anggaran. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah
adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat tidak diimbangi
dengan penerimaan pendapatan. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
a. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya, mencakup: Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun
anggaran sebelumnya (SILPA); pencairan dana cadangan; hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan; penerimaan pinjaman daerah; penerimaan
kembali pemberian pinjaman; dan penerimaan piutang daerah. Kebijakan
penerimaan pembiayaan tahun 2016-2021 adalah:
Sisa Lebih Anggaran tahun sebelumnya (SILPA) dipergunakan sebagai
sumber penerimaan pembiayaan pada APBD tahun berikutnya dan rata-
rata SILPA akan diupayakan seminimal mungkin dengan melaksanakan
perencanaan dan pelaksanaan anggaran secara konsisten.
Apabila sangat diperlukan maka perlu merintis pemanfaatan pinjaman
daerah untuk membiayai pembangunan infrastruktur publik ataupun
program/ kegiatan strategis lainnya.
b. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan;penyertaan modal
(investasi) pemerintah daerah; pembayaran pokok utang; dan pemberian
pinjaman daerah. Kebijakan pengeluaran pembiayaan adalah:
Investasi dan Penyertaan modal kepada BUMN/D atau perusahaan swasta
untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah atau sosial ekonomi
masyarakat.
Penyertaan modal BUMD dibarengi dengan revitalisasi dan restrukturisasi
kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan
dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap
kelayakan BUMD.
-
III-24
Pembentukan dana cadangan untuk membangun infrastruktur atau
kegiatan yang memerlukan dana besar dan tidak dapat dipenuhi dalam satu
tahun anggaran misalnya kegiatan pemilihan kepala daerah manakala
terjadi surplus anggaran.
3.2.4. Proporsi Penggunaan Anggaran
Selama periode tahun 2011-2015, rata-rata belanja untuk memenuhi
kebutuhan aparatur sebesar 43.50%. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi belanja
untuk memenuhi kebutuhan aparatur relatif lebih kecil persentasenya apabila
dibandingkan dengan belanja untuk masyarakat (belanja publik). Dengan demikian,
kebijakan pengelolaan keuangan daerah difokuskan untuk pembiayaan kebutuhan
belanja publik.
Tabel 3.13.
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur PemerintahKabupaten Sumba Barat Tahun 2011 - 2015
Sumber: Hasil Analisa
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka kebijakan keuangan masa lalu
Pemerintah Kabupaten Sumba Barat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Implementasi kebijakan pengelolaan keuangan daerah pada disesuaikan dengan
Arah Kebijakan Umum Kabupaten Sumba Barat yaitu meningkatkan efektifitas
dan optimalisasi pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah. Realisasi
kebijakan tersebut dilakukan melalui program peningkatkan pengelolaan
keuangan dan kekayaan daerah, intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber
pendapatan asli daerah, program peningkatan pengawasan, program
peningkatan investasi dan realisasi investasi, program penataan peraturan
perundang-undangan, program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur
serta program pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan.
No. Uraian
Total belanja untuk
pemenuhan
kebutuhan aparatur
(Rp)
Total pengeluaran
(Belanja +
Pembiayaan
Pengeluaran) (Rp)
Proporsi (%)
1 Tahun Anggaran 2011 187,206,527,542.00 409,908,702,366.00 45.67%
2 Tahun Anggaran 2012 186,342,996,354.00 426,608,091,138.00 43.68%
3 Tahun Anggaran 2013 207,289,207,090.00 462,723,561,668.00 44.80%
4 Tahun Anggaran 2014 251,238,136,111.00 572,216,431,687.00 43.91%
5 Tahun Anggaran 2015 270,706,260,592.00 686,488,324,773.00 39.43%
43.50%Rata-rata
-
III-25
2. Dalam hal penyusunan APBD senantiasa dianut sistem kehati-hatian dalam
mengalokasikan dana. Kehati-hatian ini senantiasa dijaga agar program-program
yang telah direncanakan tetap terpadu.
3. Perumusan Kebijakan Akuntansi yang dipakai sebagai landasan penyajian
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas mengacu pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan dipatutkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
4. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan rekening kas umum daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode anggaran tahun yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan diakui pada saat diterima pada
rekening kas umum daerah. Akuntasi Pendapatan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan secara bruto.
5. Kebijakan pengelolaan keuangan daerah khususnya belanja daerah diarahkan
pada beberapa komponen yaitu:
a) Belanja Operasi yang meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang/Jasa dan
Belanja Bantuan Sosial, Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Keuangan.
b) Belanja Modal, yang meliputi belanja tanah, belanja Peralatan dan Mesin,
Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan, Belanja
Aset Tetap lainnya dan Belanja Aset lainnya.
c) Belanja Tak terduga.
d) Belanja Transfer (Bagi Hasil ke Desa).
e) Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya terjadi
pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
3.2.5. Analisis Pembiayaan
Kondisi pembiayaan daerah dalam kurun waktu tahun 2011-2015 dapat
digambarkan seperti tercantum pada Tabel 3.18. Dari tabel tersebut terlihat bahwa
surplus riil anggaran Pemerintah Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2010
mencapai sekitar Rp19.032.854.327,97, kemudian menjadi defisit sebesar
Rp16.737.907.514,00 pada tahun 2015.
-
III-26
3.2.6. Defisit Riil Anggaran Pemerintah
Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011 – 2015
Sumber: Hasil Analisa
Ini menunjukkan bahwa rencana anggaran APBD lebih kecil dari target
pengeluaran yang dicanangkan. Untuk menutup defisit riil anggaran pada kurun
tahun tersebut, secara umum Pemerintah Kabupaten Sumba Barat menggunakan
SILPA, komposisinya penutup defisit riil ditampilkan pada Tabel 3.16 sebagai berikut:
Tabel 3.14.
Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011 – 2015
Sumber: Hasil Analisa
Pada tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2011 defisit riil tidak dapat
ditutup oleh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran sebelumnya
sebesar -504.39%.Begitu juga dengan tahun 2015 defisit riil tidak dapat ditutup oleh
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) Tahun Anggaran sebelumnya sebesar -
99.91%.
Untuk mengetahui nilai dan komposisi realisasi SILPA tahun
anggaransebelumnya, dapat dilihat pada tabel berikut:
No. 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 (Rp)
1 395,951,780,524.55 378,921,072,369.00 431,412,060,230.00 502,352,021,774.00 572,018,742,502.00
2 408,408,702,366.00 425,008,091,138.00 461,223,561,668.00 551,716,431,687.00 671,488,324,773.00
3 1,500,000,000.00 1,600,000,000.00 1,500,000,000.00 20,500,000,000.00 15,000,000,000.00
(13,956,921,841.45) (47,687,018,769.00) (31,311,501,438.00) (69,864,409,913.00) (114,469,582,271.00)
Uraian
Realisasi Pendapatan Daerah
Dikurangi realisasi:
Belanja Daerah
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Defisit riil
2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%)
1
-504.39% -123.24% -156.82% -1000.24% -99.91%
2 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
3 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
4 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
5 -16.60% -2.10% -0.64% -0.07% -0.09%
6 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Penerimaan Piutang Daerah
No. UraianProporsi dari total defisit riil
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun
Anggaran sebelumnya
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan
-
III-27
Tabel 3.15.
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011 – 2015
Sumber : Hasil Analisa
Rp % dari SILPA Rp % dari SILPA Rp % dari SILPA Rp % dari SILPA Rp % dari SILPA
1 58,767,282,769.00 100.00% 49,101,501,438.00 100.00% 698,814,409,914.00 100.00% 114,369,582,270.00 100.00% 0.00 0.00%
2 18,730,745,238.00 31.87% 50,928,946,774.00 103.72% (411,008,960,021.89) -58.82% 0.00 0.00% 0.00 0.00%
3 (33,630,096,927.55) -57.23% (19,552,908,475.00) -39.82% 99,469,582,271.5214.23% 0.00 0.00% 0.00 0.00%
4 (11,630,162,341.85) -19.79% 649,712,908,476.00 1323.20% (114,369,582,269.90) -16.37% 0.00 0.00% 0.00 0.00%
5 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.000.00%
0.000.00% 0.00 0.00%
6 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00
0.00%
0.00
0.00% 0.00 0.00%
7 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00% 0.00 0.00%
2013 2014 2015
Jumlah SiLPA
Pelampauan penerimaan PAD
No. Uraian2011
Pelampauan penerimaan dana perimbangan
Pelampauan penerimaan lain-lain
Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya
Kewajiban kepada pihak ketiga sampai
dengan akhir tahun belum terselesaikan
Kegiatan lanjutan
2012
-
III-28
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Jumlah SILPA pada Tahun 2015
meningkat menjadi Rp0dari Rp58,767,282,769.00 pada Tahun 2011. Tahun 2011,
pelampauan penerimaan PAD 31.87% dari SILPA), dana perimbangan (-57.23 dari
SILPA) dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah (-19.79% dari SILPA) belum
dapat mempengaruhi SILPA secara signifikan.
Sedangkan pada Tahun 2015, semuanya tidak ada yang melampaui, karena
memang SILPA pada tahun 2015 sebesar Rp.0,-.
3.3 KERANGKA PENDANAAN
3.3.1 Analisis pengeluaran periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama
Selain belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur, ada lagi belanja
periodik yang wajib dan mengikat, dan belanja periodik prioritas utama yang harus
diperhitungkan untuk kebutuhan pendanaan belanja dan pengeluaran pembiayaan
yang tidak dapat dihindari, atau harus dibayar dalam suatu tahun anggaran. Untuk
lebih lengkapnya,dapat dilihat pada tabel berikut:
-
III-29
Tabel 3.16.
Pengeluaran Periodik,Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2011 – 2015
Sumber: Hasil Analisa
Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa rata-rata pertumbuhan Pengeluaran Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama
selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu: Tahun 2011-2015 adalah 2.56%. Tingkat pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada Belanja
Tidak Langsung yaitu sebesar 8.66%.
No 2011 2012 2013 2014 2015Rata-rata
Pertumbuhan (%)
A BELANJA TIDAK LANGSUNG 169,410,424,200.00 166,799,646,118.00 182,196,900,215.00 216,591,868,876.00 256,667,283,395.00 8.66%
1 Belanja Pegawai 151,360,036,240.00 147,835,401,518.00 165,224,900,215.00 199,848,908,876.00 202,477,046,395.00 5.99%
2 Belanja Subsidi 2,768,935,800.00 3,181,200,000.00 3,792,800,000.00 - - 11.06%
3 Belanja Bunga - - - - - -
4 Belanja Hibah 6,524,762,500.00 5,790,230,600.00 2,284,784,000.00 4,691,860,000.00 20,174,421,000.00 25.33%
5 Belanja Bantuan Sosial 3,811,489,660.00 1,233,914,000.00 2,218,016,000.00 3,223,500,000.00 3,238,000,000.00 -3.21%
6 Belanja Bagi Hasil - - - - - -
7 Belanja Bantuan Keuangan 4,945,200,000.00 8,758,900,000.00 8,676,400,000.00 8,827,600,000.00 30,777,816,000.00 44.15%
8 Belanja Tidak Terduga 1,001,724,500.00 1,571,146,116.00 2,152,500,000.00 7,321,454,584.00 3,812,081,356.00 30.64%
B BELANJA LANGSUNG 237,986,553,666.00 128,358,649,452.00 145,619,240,691.00 162,427,586,028.00 205,629,364,745.00 -2.88%
1 Belanja Pegawai 35,846,491,302.00 38,507,594,836.00 42,064,306,875.00 51,389,227,235.00 68,229,214,197.00 13.74%
2 Belanja Barang dan Jasa 84,787,736,499.00 89,851,054,616.00 103,554,933,816.00 111,038,358,793.00 137,400,150,548.00 10.14%
TOTAL 407,396,977,866.00 295,158,295,570.00 327,816,140,906.00 379,019,454,904.00 462,296,648,140.00 2.56%
Uraian
-
III-30
3.3.2 Proyeksi Data Masa Lalu
Hal utama yang perlu diperkirakan dalam penghitungan kemampuan
anggaran adalahpendapatan daerah. Ini karena akan berkaitan dengan kapasitas
pemerintah daerahdalam melaksanakan pembangunan dan memberikan pelayanan
kepada publik.
Proyeksi data masa lalu merupakan proyeksi data untuk lima tahun kedepan
yangdidasarkan pada rata-rata pertumbuhan selama lima tahun kebelakang.
Adapunproyeksi untuk lima tahun kedepan, meliputi proyeksi pendapatan, serta
proyeksibelanja tidak langsung dan belanja langsung yang periodik, wajib, mengikat
sertaprioritas utama.
Proyeksi tersebut di atas juga didasari oleh beberapa asumsi umum, yaitu: (1)
rata-rata tingkat inflasi (Berdasarkan Indeks Implisit) 6.27%, (2) rata-rata
pertumbuhan sektoral5.02%, dan (3) rata-rata pertumbuhan penduduk 1,45%.
-
III-31
Tabel 3.17.
Proyeksi APBD Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Tahun 2016 – 2021
NOMOR URUT
URAIAN
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 PENDAPATAN 659.298.207.417 680.763.326.338 752.862.890.404 783.047.527.341 812.351.510.865 842.926.175.316 4,18%
1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH 58.341.487.397 60.772.382.705 65.026.722.495 68.928.036.465 72.374.438.288 75.269.415.818 4,34%
1.1.1 Pajak Daerah 8.274.094.803 8.618.848.753 9.222.168.166 9.775.498.256 10.264.273.168 10.674.844.095 4,34%
1.1.2 Retribusi Daerah 2.978.310.801 3.102.407.084 3.319.575.580 3.518.750.115 3.694.687.621 3.842.475.125 4,34%
1.1.3 Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
11.647.410.075 12.132.718.828 12.982.009.146 13.760.929.695 14.448.976.180 15.026.935.227 4,34%
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
35.441.671.718 36.918.408.040 39.502.969.603 41.872.858.399 43.966.501.319 45.725.161.371 4,34%
1.2 DANA PERIMBANGAN 551.397.259.798 568.902.947.528 635.053.579.125 659.583.168.792 683.625.687.213 709.426.705.073 4,29%
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
10.197.433.818 10.964.982.600 11.951.831.034 13.760.929.695 14.199.970.451 15.477.967.792 7,20%
1.2.2 Dana Alokasi Umum 368.063.034.277 379.446.427.090 421.729.819.903 434.381.714.500 447.413.165.935 460.835.560.913 3,82%
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 173.136.791.703 178.491.537.838 201.371.928.188 211.440.524.597 222.012.550.827 233.113.176.368 5,08%
1.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
49.559.460.222 51.087.996.105 52.782.588.784 54.536.322.084 56.351.385.364 58.230.054.425 2,72%
1.3.1 Hibah - - - - - -
1.3.2 Dana Darurat - - - - - - -
1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
8.053.754.630 8.302.839.825 8.717.981.816 9.153.880.907 9.611.574.952 10.092.153.700 3,83%
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
41.368.905.592 42.648.356.280 43.927.806.968 45.245.641.177 46.603.010.412 48.001.100.725 2,51%
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
136.800.000 136.800.000 136.800.000 136.800.000 136.800.000 136.800.000 0,00%
JUMLAH PENDAPATAN 659.298.207.417 680.763.326.338 752.862.890.404 783.047.527.341 812.351.510.865 842.926.175.316 4,18%
2 BELANJA 753.537.923.591 776.655.550.094 845.788.671.300 876.254.420.040 907.948.509.230 940.924.835.412 3,77%
-
III-32
NOMOR URUT
URAIAN
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 258.507.473.478 266.314.879.874 277.429.216.301 285.687.369.642 294.226.154.237 303.056.488.464 2,69%
2.1.1 Belanja Pegawai 199.999.671.435 206.185.228.284 211.339.858.991 216.623.355.466 222.038.939.353 227.589.912.836 2,18%
2.1.2 Belanja Subsidi - - - - - - -
2.1.3 Belanja Bunga - - - - - - -
2.1.4 Belanja Hibah 3.000.000.000 3.000.000.000 3.500.000.000 3.500.000.000 3.500.000.000 3.500.000.000 2,60%
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial 68.000.000 68.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 100.000.000 6,64%
2.1.6 Belanja Bagi Hasil - - - - - - -
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan 52.439.802.042 54.061.651.590 59.489.357.310 62.464.014.176 65.587.214.884 68.866.575.628 4,65%
2.1.8 Belanja Tidak Terduga 3.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000 0,00%
2.1.9 Belanja Bantuan Pendidikan - - - - - - -
2.2 BELANJA LANGSUNG 495.030.450.113 510.340.670.220 568.359.454.999 590.567.050.398 613.722.354.993 637.868.346.948 4,32%
2.2.1 Belanja Pegawai 74.939.633.600 77.257.354.227 78.802.501.311 80.378.551.338 81.986.122.364 83.625.844.812 1,84%
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 145.495.975.684 149.995.851.221 192.315.115.677 198.084.569.148 204.027.106.222 210.147.919.409 6,32%
2.2.3 Belanja Modal 274.594.840.829 283.087.464.772 297.241.838.011 312.103.929.912 327.709.126.407 344.094.582.727 3,83%
JUMLAH BELANJA 753.537.923.591 776.655.550.094 845.788.671.300 876.254.420.040 907.948.509.230 940.924.835.412 3,77%
SURPLUS (DEFISIT) (94.239.716.174) (95.892.223.756) (92.925.780.896) (93.206.892.699) (95.596.998.365) (97.998.660.096) 0,65%
3 PEMBIAYAAN DAERAH 133.353.669.738 137.354.279.830 141.474.908.225 145.719.155.472 150.090.730.136 154.593.452.040 2,49%
3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 117.903.669.738 121.440.779.830 125.084.003.225 128.836.523.322 132.701.619.022 136.682.667.592 2,49%
3.1.1 SILPA Tahun Lalu 117.800.669.738 121.334.689.830 124.974.730.525 128.723.972.441 132.585.691.614 136.563.262.363 2,49%
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan - - - - - - -
3.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
- - - - - - -
3.1.4 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
103.000.000 106.090.000 109.272.700 112.550.881 115.927.407 119.405.230 2,49%
3.1.5 Piutang Daerah - - - - - - -
-
III-33
NOMOR URUT
URAIAN
2016 2017 2018 2019 2020 2021 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
15.450.000.000 15.913.500.000 16.390.905.000 16.882.632.150 17.389.111.115 17.910.784.448 2,49%
3.2.1 Pengeluaran Pembiayaan Daerah - - - - - - -
3.2.2 Pembentukan Dana Cadangan - - - - - - -
3.2.3 Penyertaan Modal/Investasi 15.450.000.000 15.913.500.000 16.390.905.000 16.882.632.150 17.389.111.115 17.910.784.448 2,49%
3.2.4 Pembayaran Pokok Utang - - - - - - -
3.2.5 Pemberian Pinjaman Daerah - - - - - - -
3.2.6 Pembayaran Utang Potongan Pihak Ketiga
- - - - - - -
PEMBIAYAAN NETTO 102.453.669.738 105.527.279.830 108.693.098.225 111.953.891.172 115.312.507.907 118.771.883.144 2,49%
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN (SILPA)
8.213.953.564 9.635.056.074 15.767.317.329 18.746.998.473 19.715.509.542 20.773.223.048 16,72%
Sumber: Data diolah, 2016
-
III-34
3.3.3 Penghitungan Kerangka Pendanaan
Adapun kapasitas riil kemampuan keuangan daerah untuk periode 2016 sampai dengan tahun 2021 tampak pada Tabel di
bawah ini. Analisis ini bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan
program pembangunan jangka menengah daerah selama lima tahun kedepan.
Tabel 3.18.
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah
PemerintahKabupaten Sumba Barat Tahun 2017–2021
No Uraian Proyeksi
2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Pendapatan 659.298.207.417 680.763.326.338 752.862.890.404 783.047.527.341 812.351.510.865 842.926.175.316
2. Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)
0 0 0 0 0 0
3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran
8.213.953.564 9.635.056.074 15.767.317.329 18.746.998.473 19.715.509.542 20.773.223.048
Total penerimaan 667.512.160.981 690.398.382.412 768.630.207.733 801.794.525.814 832.067.020.407 863.699.398.364
Dikurangi:
4. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
750.537.923.591 773.655.550.094 842.788.671.300 873.254.420.040 904.948.509.230 937.924.835.412
Kapasitas riil kemampuan keuangan
-83.025.762.611 -83.257.167.682 -74.158.463.567 -71.459.894.226 -72.881.488.823 -74.225.437.048
Sumber: Hasil Analisa
-
III-35
Tabel 3.19.
Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah PemerintahKabupaten Sumba Barat Tahun 2017–2021
No Uraian Proyeksi
2016 2017 2018 2019 2020 2021
I Kapasitas riil kemampuan keuangan -83.025.762.611 -83.257.167.682 -74.158.463.567 -71.459.894.226 -72.881.488.823 -74.225.437.048
Rencana alokasi pengeluaran prioritas I -83.025.762.611 -83.257.167.682 -74.158.463.567 -71.459.894.226 -72.881.488.823 -74.225.437.048
II.a Belanja Langsung 495.030.450.113 510.340.670.220 568.359.454.999 590.567.050.398 613.722.354.993 637.868.346.948
II.b Pembentukan dana cadangan 0 0 0 0 0 0
Dikurangi:
II.c Belanja langsung yang wajib dan mengikat serta prioritas utama
220.435.609.285 227.253.205.448 271.117.616.988 278.463.120.486 286.013.228.586 293.773.764.221
II.d Pengeluaran pembiayaan yang wajib mengikat serta prioritas utama
0 0 0 0 0 0
II Total rencana pengeluaran prioritas i (II.a+II.b-II.c-II.d)
274.594.840.829 283.087.464.772 297.241.838.011 312.103.929.912 327.709.126.407 344.094.582.727
Sisa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah setelah menghitung alokasi pengeluaran prioritas I (I-II)
-357.620.603.439
-366.344.632.454
-371.400.301.578
-383.563.824.138
-400.590.615.230
-418.320.019.775
Rencana alokasi pengeluaran prioritas II
III.a Belanja Tidak Langsung 258.507.473.478 266.314.879.874 277.429.216.301 285.687.369.642 294.226.154.237 303.056.488.464
Dikurangi:
III.b Belanja tidak langsung yang wajib dan mengikat serta prioritas utama
255.507.473.478 263.314.879.874 274.429.216.301 282.687.369.642 291.226.154.237 300.056.488.464
III Total rencana pengeluaran prioritas II (III.a-III.b)
3.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000 3.000.000.000
Surplus anggaran riil atau Berimbang (I-II-III) Kabupaten Sumba Barat
-360.620.603.439
-369.344.632.454
-374.400.301.578
-386.563.824.138
-403.590.615.230
-421.320.019.775
Sumber: Hasil Analisa Tahun 2016