bab iii hasil penelitianeprints.undip.ac.id/75546/4/bab_iii.pdf · 2019-08-19 · penelitian ini...

21
BAB III HASIL PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan hasil evaluasi program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang dan untuk mengetahui faktor – faktor yang menghambat dalam pelaksanaan program tersebut. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi atau studi dokumen. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan yang dipilih dengan teknik purposive sampling yaitu teknik memilih informan yang memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai tema dan permasalahan yang diteliti. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan interview guide berisi garis-garis besar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai pedoman pertanyaan, sehingga memudahkan peneliti dalam menggunakan data dan menjaga agar peneliti tetap focus pada tema yang diwawancarakan. Observasi lapangan yang dilakukan merupakan observasi non partisipatif pada dinas kependudukan dan pencatatan sipil kota semarang dan stakeholder terkait untuk memperoleh data primer maupun sekunder. Sementara dokumentasi atau studi dokumen dilaukan untuk melengkapi dan mendukung pelaksanaan serta hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi atau studi dukumen yang diperoleh peneliti disajikan dalam bentuk kata kata maupun angka yang dipaparkan langsung oleh informan maupun hasil studi dokumen yang peneliti lakukan berdasarkan arahan informan.

Upload: others

Post on 13-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

BAB III

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan hasil evaluasi program

pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Semarang dan untuk mengetahui faktor – faktor yang menghambat dalam

pelaksanaan program tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data

yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi atau studi dokumen. Wawancara

dilakukan dengan beberapa informan yang dipilih dengan teknik purposive sampling

yaitu teknik memilih informan yang memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai

tema dan permasalahan yang diteliti. Teknik wawancara yang digunakan adalah

wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan interview guide berisi garis-garis

besar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai pedoman pertanyaan, sehingga

memudahkan peneliti dalam menggunakan data dan menjaga agar peneliti tetap focus

pada tema yang diwawancarakan. Observasi lapangan yang dilakukan merupakan

observasi non partisipatif pada dinas kependudukan dan pencatatan sipil kota

semarang dan stakeholder terkait untuk memperoleh data primer maupun sekunder.

Sementara dokumentasi atau studi dokumen dilaukan untuk melengkapi dan

mendukung pelaksanaan serta hasil wawancara dan observasi yang dilakukan.

Data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi atau studi dukumen yang

diperoleh peneliti disajikan dalam bentuk kata kata maupun angka yang dipaparkan

langsung oleh informan maupun hasil studi dokumen yang peneliti lakukan

berdasarkan arahan informan.

Page 2: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

3.1. Profil Informan

Informan merupakan seseorang yang memberikan informasi untuk dapat

mengetahui gambaran dari penelitian yang dlakukan secara jelas, karena informan

adalah bagian penting yang mengetahui dan terjun langsung ke dalam lingkup

permasalahan yang di ambil dari penelitian.

Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian mengenai evaluasi program

pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Semarang. berkaitan dengan penelitian ini, penulis telah memilih beberapa informan

untuk memberikan informasi tentang evaluasi program pencatatan akta kematian di

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang, yaitu sebagai berikut :

Bapak Bani Sulasto, SH selaku informan 1 adalah Kepala Seksi Kematian,

Pengakuan dan Pengesahan Anak di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Bapak Bani yang bertugas langsung untuk mengelola, memeriksa, dan memberikan

penyuluhan tentang akta kematian. Wawancara ini dilakukan di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Kota Semarang pada tanggal 9 Mei 2018

Ibu Meta Natalie P.SH.MKn, selaku informan 2 adalah kabid pelaynan

pencatatan sipil di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Sipil Kota

Semarang. Ibu Meta bertugas mengawasi berjalannya kegiatan yang

berhubungan dengan pelayanan yang ada di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Semarang. Wawancara ini dilakukan di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang pada tanggal 16 Mei 2018

Bapak Nano Suwarno, selaku Informan 3 adalah masyarakat yang menjabat

sebagai ketua RW 07 Tengger. Bapak Nano memiliki tugas salah satunya ialah

memberikan surat pengantar untuk membuat akta kematian warga Tengger.

Page 3: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

Wawancara ini dilakukan di Rumah Bapak Nano di Jalan Tengger I no 150, Kota

Semarang pada tanggal 23 Juni 2018.

Bapak Teguh Nugroho, selaku informan 4 adalah masyarakat yang memiliki

pengalaman membuat akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Semarang. Wawancara ini dilakukan di Rumah Bapak Teguh di jalan Tusam II

no 21A Kota Semarang pada tanggal 30 Mei 2018.

Saudari Nina, selaku informan 4 adalah masyarakat yang memiliki

pengalaman membuat akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Kota Semarang. Wawancara ini dilakukan di Rumah saudari Nina di Vila Payung

Indah Semarang pada tanggal 30 Juni 2018.

3.2 Evaluasi Program Pencatatan Akta Kematian di Disdukcapil Kota Semarang

Program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan pencatatan

sipil kota semarang merupakan program yang wajib dilaksanakan oleh Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang. Akta kematian adalah sebuah

pembuktian kematian seseorang. Program pencatatan akta kematian di Kota

Semarang, mempunyai tujuan untuk menciptakan tertib administrasi di bidang

kependudukan yang dikarenakan terdapat beberapa permasalahan di dalam bidang

administrasi kependudukan. Dalam hal ini jangka waktu pendaftaran paling lambat

yaitu 60 hari kerja sejak peristiwa kematian, hal tersebut berlaku bagi WNI. dalam

pelaksanaannya masih banyak hambatan yang ditemui dalam melaksanakan program-

program yang bertujuan untuk menciptakan tertib administrasi Dalam evaluasi hasil

RKPD dan pencapaian target RPJMD pada urusan kependudukan dan catatan sipil

terlihat satu indikator yang berada dalam kategori perlu upaya keras yaitu rasio

penduduk meninggal berakta kematian. Permasalahan yang utama adalah sebagian

Page 4: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

masyarakat belum paham tentang pentingnya ketersediaan data penduduk yang

akurat. Serta kurangnya approachment dari stake holder yang ada.

Melihat fakta di atas, evaluasi program pencatatan akta kematian sangat

penting karena merupakan suatu kebutuhan pemerintah dan juga masyarakat dalam

mewujudkan kegiatan tertib administrasi di wilayah Kota Semarang.

Berdasarkan data tentang program pencatatan akta kematian, maka kriteria

evaluasi oleh Dunn yang terdapat pada fenomena-fenomena tersebut di atas antara

lain :

3.2.1 Indikator Evaluasi

Evaluasi kebijakan publik yaitu menilai keberhasilan atau kegagalan kebijakan

berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan. Indikator-indikator untuk

mengevaluasi kebijakan biasanya menunjuk pada dua aspek yaitu aspek proses dan

hasil. Adanya tipe evaluasi kebijakan dilaksanakan dengan maksud untuk

mempermudah penilaian keberhasilan program, keberhasilan tersebut harus diukur

melalui indikator evaluasi kebijakan public. Agar penilaian yang dilakukan tidak bias

dan lebih akurat maka suatu kebijjakan perlu dinilai melalui beberapa indikator.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelima indikator yang

dikembangkan oleh William Dunn yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,

dan responsivitas.

Jika ditelisik dari keadaan masyarakat yang tidak memiliki akta kematian dari

kerabat yang sudah meninggal terdapat beberapa kerugian yang ditimbulkan seperti

terhambatnya persyaratan mengurus pembagian waris, mengurus uang pensiun bagi

ahli waris, dan merubah status dari suami atau istri yang ditinggalkan.

Page 5: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelima indikator

yang dikembangkan oleh William Dunn sebagai berikut :

1. Efektivitas

Efektifitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil atau

akibat yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas,

yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit

produk atau layanan atau nilai moneternya. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang

memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pendapat tersebut

menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran

seberapa jauh target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi

dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau

organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh

suatu lembaga atau organisasi itu sendiri (Sedarmayanti, 2006:61). Setiap organisasi

atau lembaga di dalam kegiatannya menginginkan adanya pencapaian tujuan.

Efektivitas, yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu

diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya. Dalam penelitian ini bisa

dilihat diukur dari layanan kebijakan program pencatatan akta kematian dan melihat

bagaimana program tersebut dapat menghasilkan mutu yang baik, dalam hal ini hasil

yang dilihat dapat focus pada trercapainya kegiatan tertib administrasi dokumen

kependudukan secara keseluruhan yang termasuk pencatatan akta kematian di

dalamnya. Dalam mencapai suatu tujuan Dukcapil harus memiliki target yang ingin

dpenuhi atau dicapai, dalam hal ini target tersebut tertera pada RPJMD Kota

Semarang. Target yang tertulis pada RPJMD tertulis 100 % pada indikator rasio

penduduk meninggal berakta kematian, tetapi capaian pada tahun 2016 masih berada

Page 6: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

pada angka 31.51%. capaian tersebut masih sangat jauh dari target yang ditetapkan

oleh Dukcapil yaitu 100%, bahkan belum mencapai setengahnya.

Berikut adalah wawancara dengan Bapak Bani selaku Kepala Seksi Kematian,

Pengakuan dan Pengesahan Anak terkait efektivitas kebijakan program pencatatan

akta kematian

“ya sebenarnya sih sudah meningkat mbak yang mendaftarkan untuk akta kematian, tetapi belum banyak peningkatannya. Rata-rata masih banyak yang terlambat melapornya, kalau dibandingkan dengan akta kelahiran, atau kartu keluarga ya masih agak jauh ya perbandingannya walaupun dibandingkan sama yang dulu-dulu” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018)

Hal senada dikatakan oleh Ibu Meta

“kalau menurut saya ya mbak, masyarakat sendiri masih kurang aktiv untuk lapor peristiwa kematian ke dukcapil jadi mereka cuma mengandalkan surat keterangan kematian saja yang diberikan RT/RW, masyarakat menganggap kalau sudah memiliki surat keterangan kematian tersebut sudah cukup, padahal ya surat itu kan belum bisa untuk mengurus keperluan administrasi kependudukan yang lainnya. Ya gimana jadinya mbak kalau gak ada akta kematian” (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)

Sedangkan wawancara dengan Bapak Nano selaku ketua RW – Tengger :

“ooh akta kematian ya mbak, kalau disini sih yaa sama aja kayak biasanya dari dulu juga gini-gini aja.mereka lapor sih kalau ada peristiwa kematian tapi untuk ngurus ke dukcapil ya nggak langsung, biasanya nunggu kalo pada butuh mau ngurus sesuatu yang butuh akta kematian aja” (wawancara dilakukan pada tanggal 23 Juni 2018)

Dari hasil wawancara beberapa informan tersebut dapat dilihat bahwa

masyarakat Kota Semarang sudah tertib dalam melakukan pencatatan administrasi

Page 7: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

dokumen kependudukan secara umum seperti akta kelahiran, e-ktp, kartu keluarga,

tetapi tidak sebanding dengan pencatatan akta kematian yang masih kurang tertib dan

banyak peristiwa kematian yang tidak di laporkan atau melaporkan tetapi terlambat

tidak sesuai dengan peraturan yaitu 60 hari setelah peristiwa kematian.

Efektivitas yang dilihat dari proses pembuatan akta kematian di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang belum sesuai target yang di

inginkan, masih memiliki kendala utama yaitu kesadaran pada masyarakat akan

pentingnya akta kematian sehingga program pembuatan akta kematian belum dapat

dikatakan berjalan secara efektiv.

2. Efisiensi

Efisiensi adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengukur dan

membandingkan keluaran dan masukan. Atau mengukur perbandingan antara

output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan. (Mahmudi, 2010).

Jumlah usaha yang dilakukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.

Efisiensi merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha yang dilakukan.

Uasaha yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk

memenuhi target yang ditetapkan dengan cara pendekatan terhadap target

groups. Pendekatan bisa dilakukan dengan melakukan atau membuat program

yang berkaitan dengan pencatatan akta kematian yang hasilnya bisa dilihat

dengan adanya peningkatan pencatatan akta kematian yang dipengaruhi oleh

program.

Page 8: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

Berikut adalah wawancara dengan Bapak Bani selaku Kepala Seksi Kematian,

Pengakuan dan Pengesahan Anak terkait efektivitas kebijakan program pencatatan

akta kematian

“kalau yang sekarang sedang dilakukan itu program sosialisasi yang mengadakan bagian data, tetapi saya juga sebagai pembicara disetiap sosialisasi. Ada juga program yang membuat akta bisa di kecamatan jadi di sini tinggal mengambil saja, tapi itu belum di semua kecamatan, masih sedikit. Kalau program yang kerja sama dengan rumah sakit itu hanya di dua rumah sakit ada di telogorejo sama ketileng, dulu karyadi juga tapi tenaga untuk ngambil-ngambil itu nggak ada” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018)

Berdasarkan wawancara dari naarasumber di atas, dapat diketahui bahwa

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sudah melakukan usaha –usaha seperti

sosialisasi tetapi hasilnya tidak maksimal karena adanya kekurangan sumber daya

manusia serta komunikasi. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Meta selaku

Kepala Bidang Pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Akta Kematian

“memang sosialisasi program pencatatan akta kematian itu dari dulu sudah dilakukan mbak, tetapi belum berjalan secara maksimal karena saat sosialisasi berlangsung, yang diterjunkan ke lapangan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil orangnya terbatas dapat dibilang masih kurang untuk mencapai target groups secara merata di Kota Semarang Sosialisasi yang berjalan sekarang baru mulai berteu sebagian warga, ya biasa yang ikut terlibat bantu-bantu kalau ada peristiwa kematian, sebelumnya sosialisasi ya keperangkat saja nanti prangkat yang memberi edaran surat aja.” (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)

Jika dilihat dari usaha-usaha pendukung program pencatatan akta kematian,

ada program yang dianggap efisien dalam meningkatkan pencatatan akta kematian

yaitu program jemput bola yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

tetapi, program tersebut belum mencakup semua target groups karena program

Page 9: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

tersebut hanya dilakukan di beberapa kecamatan. Program yang lainnya seperti

bekerja sama dengan rumah sakit juga belum maksimal dilakukan karena kurangnya

sumber daya yang ada pada pihak rumah sakit. Pendapat lain disampaikan oleh

Bapak Nano

“ya ada lah paling dulu sosialisasi aja dari kelurahan ya kalau usaha dari dukcapil standar aja sih gak ada yang bagaimana gitu harusnya lebih sering di update aja info-info apa yang perlu gitu ya supaya kita yang disini kalau ada apa apa gak bingung dengan program-program yang ada” (wawancara dilakukan pada tanggal 23 Juni 2018)

Program pendukung untuk pencatatan akta kematian masih tidak efisien dan

kurang berpengaruh dalam peningkatan pencatatan akta kematian di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang. Oleh karena itu, Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam menjalankan program pencatatan akta

kematian harus membutuhkan pengelolaan program pencatatan akta kematian yang

efektiv dan efisien, karena efisien saja akan sia sia jika tujuan dari program tidak

tercapai secara efektiv, dan efektiv saja akan sangat mungkin terjadi pemborosan

karena tidak dikelola secara efisien. Jadi dibutuhkan keseimbangan antara efektivitas

dan efisiensi.

3. Kecukupan

Melihat seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan,

nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah dalam suatu program.

Dalam hal ini bagaimana penyelesaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

terhadap permasalahan yang selama ini terjadi dalam proses pencatatan akta

Page 10: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

kematian. Bagaimana Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memecahkan

masalah yang ada pada pemberi layanan maupun pada penerima layanan.

Permasalahan yang ada dalam program pencatatan akta kematian di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang bisa dikatakan cukup

beragam, pada poin ini akan membahas pada permasalahan yang terjadi pada

pemberi layanan serta penerima layanan.

Dalam sebuah layanan yang diberikan oleh Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil terdapat prosedur pelayanan yang sudah di tetapkan, serta ada

objek yang terlibat dalam suatu layanan tersebut. Pemberi layanan disini yaitu

petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai kewajiban untuk

melayani masyarakat lebih khususnya pemohon yang mengajukan pencatatan akta

kematian. Permasalahan yang dialami oleh pemberi layanan yang paling utama

adalah banyaknya pemohon yang masuk pada saat yang bersamaan. Hal tersebut

terjadi karena pemohon tidak melaporkan dengan segera, usai peristiwa kematian

terjadi.

Berikut adalah wawancara dengan Bapak Bani selaku Kepala Seksi

Kematian, Pengakuan dan Pengesahan Anak terkait kecukupa program

pencatatan akta kematian

“kalau dari kita ya mbak, paling karna biasa masuknya dari kecamatan juga nunggu ya mbak masalahnya ya menumpuk di sini, kalau misalnya langsung dilaporkan setelah itu mungkin agak lebih mudah ya karna nggak langsung banyak sebetulnya kalau dari sisi pemberi layanan mungkin maemang masih kurang komunikasi dengan pihak luar ya mbak saat proses sih terutama” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018)

Page 11: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat penumpukan

pemohon pembuatan akta kematian yang menjadikan pencatatan akta kematian

terhambat. Hal tersebut mempengaruhi terbitnya akta kematian yang menjadi

permasalahan pada pemohon. Seperti yang dinyatakan oleh saudari Nina selaku

masyarakat Kota Semarang.

“kalau saya waktu mengurus pembuatan akta kematian itu sih permasalahannya terlambat aja terbit aktanya mbak dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terlambat seminggu dari yang dijanjikan, saya juga waktu itu tidak langsung buat sih sebenarnya ke catatan sipil karna kemarin ada keperluan yang mau diurus butuh akta makanya saya baru urus” (wawancara dilakukan pada tanggal 30 juni 2018)

Berdasarkan wawancara dengan narasumber tidak hanya keterlambatan, tetapi

pemohon juga masih tidak mengetahui dan belum menyadari pentingnya akta

kematian, karena dahulu terbiasa hanya menggunakan surat keterangan kematian

yang dikeluaran oleh kecamatan. Masyarakat menganggap surat tersebut sudh cukup.

Berikut upaya yang dilakukan Dukcapil untuk mengatasi permasalahan yang ada

dijelaskan oleh Ibu Meta

“masalah penumpukan ya kami berusaha semaksimal mungkin untuk bisa tepat waktu ya mbak tapi jujur jaramg ya yang sampai penerbitannya terlambat, walaupun memang masih ada ya. Nah kalau yang lainnya ya sedang di usahakan lebih sering sosialiasai aja” (Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)

Permasalahan-permasalahan tersebut maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil mengadakan program sosialisasi kepada masyarakat yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya akta kematian. Sedangkan pada

Page 12: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

pemberi layanan sendiri Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil masih berusaha

meningkatkan efisiensi dalam bekerja untuk menepati target yang harus dipenuhi.

4. Perataan

Berhubungan erat dengan rasionalitas legal dan social serta menunjuk pada

distribusi akibat dan usaha-usaha antara kelompok yang berbeda dalam

masyarakat. Keterjangkauan dan kemudahan akses target groups dalam mengurus

dan mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan bersangkutan dengan

pembuatan akta kematian seperti pemberian akses yang luas dan melihat dampak

daripada akses tersebut terhadap program pencatatan akta kematian. Dalam hal ini

akses dapat dikaitkan dengan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat

dalam kegiatan pencatatan akta kematian, seperti prosedur yang harus dilakukan,

berkas yang diperlukan, serta biaya dan semua hal yang berkaitan dengan program

pencatatan akta kematian. Akses juga bisa dilihat dari bagaimana dukcapil

menjangkau semua masyarakat di Kota Semarang yang membutuhkan fasilitas

serta kehadiran dukcapil ditengah masyarakat Kota Semarang. berikut penjelasan

yang diberikan oleh Ibu Meta selaku Kepala Bidang Pelayanan di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Akta Kematian

“kalau akses informasi dan komunikasi ya kita sudah sosialisasi ya mbak, kalau tentang kelengkapan untuk persyaratan dan pengajuan akta kematian sepertinya itu udah ada di web dan biasa dibantu sama orang kecamatan dan RT/RW ya saya rasa sih itu cukup tinggal bagaimana respon mereka aja sih mbak” (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)

Informasi lain dituturkan oleh Bapak Bani Sulasto

Page 13: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

“sebenarnya dukcapil itu ada pelayanan mobl keliling itu kan juga akses yang mempermudah ya sebenarnya. Tapi sepertinya banyak yang belumsadar kalau kita punya itu. Mobilnya beroperasi di sekitar simpang lima, kan itu di tengah kota ya harapannya bisa di jangkau sama semua ya” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 mei 2018)

Sedangkan wawancara yang dilakukan dengan informan saudari Nina selaku

masyarakat yang berdomisili di kecamatan Pudakpayung adalah sebagai berikut

“iya pernah mbak disini dulu sih ada surat ya yang saya ingat kalau sosialisasi yang secara langsung dijelaskan atau bagaimana itu sih saya kebetulan belum pernah ikut mengkin tapi tetangga yang lain, waktu itu saya mau bikin akta kematian ya saya dibantu mengurus sama pak RT dan tetangga saya karna saya juga kurang tau apa saja prosedur pembuatan akta kematian yang dibutuhkan”(wawancara dilakukan pada tanggal 30 juni 2018)

Jadi, akses yang diberikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

terbilang belum baik serta merata. Bisa dilihat dari hasil wawancara dengan

narasumber diatas bahwa sudah tertera informasi yang berkaitan dengan pencatatan

akta kematian di website Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tetapi tidak

semua masyarakat mengakses informasi yang mereka butuhkan dari internet, yang

masih dibutuhkan oleh masyarakat adalah keterlibatan langsung dari pihak Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil ke lapangan. Tersedianya mobil keliling juga

dirasa masih banyak yang belum mengetahui, padahal mobil tersebut merupakan

keuntungan bagi penerima layanan.

5. Responsivitas

Responsivitas berkaitan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, prefrensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat

tertentu. Responsivitas adalah poin yang menentukan apakah keempat kriteria

Page 14: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

yang lainnya yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan perataan sudah berhasil

mencapai sasaran. Capaian tersebut dapat diamati salahsatunya melalui tingkat

penerimaaan serta kepuasan dari target groups dalam program pencatatan akta

kematian yaitu masyarakat kota semarang. dilihat juga dari dukungan terhadap

program yang dilakukan terkait pancatatan akta kematian tersebut. Melihat

bagaimana respons masyarakat kota semarang, khususnya masyarakat yang sudah

pernah membuat akta kematian atau masyarakat yamng memiliki keperluan

terhadap hal tersebut. Dalam poin ini peneliti mewawancara narasumber yang

pernah melakukan pencatatan akta kematian di Dukcapil berikut penjelasan yang

diberikan oleh Bapak Teguh

“kalau saya sih ya lumayan puas tapi sebenarnya masih bisa di perbaiki sistemnya biar lebih praktis lagi, mungkin bisa daftar online atau bagaimana, saya sih gak pernah dapat sosialisasi langsung ya kalau tentang manfaatnya selain untuk claim asuransi dan mengurus bank, itukan memang kepentingan dari pihak saya tapi kalau untuk pemerintah saya gak tau ya” (Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Mei 2018)

Dari pernyataan tersebut bisa diketahui bahwa belum puas dan menganggap

bahwa sistem pencatatan akta kematian masih bisa dibuat lebih efisien dan lebih

memudahkan masyarakat dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Ketika ditanya

berkaitan dengan ketepatan waktu penerbitan akta kematian narasumber merespon :

“saya kemarin sih terlambat satu minggu dari yang di janjikan”

(Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Mei 2018)

Seperti pernyataan narasumber yang berasal dari Dukcapil, memang terbitnya

akta kematian masih kurang tepat waktu dari tanggal yang dijanjikan oleh Dukcapil

Page 15: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

pada pemohon. Narasumber juga tidak mengetahui bahwa rumah sakit tertentu bisa

mengurus akta kematian. Berikut pernyataan dari saudari Nina

“wah gak tau sih kalau bisa di urus dari rumah sakit juga, mungkin waktu itu di rumah sakit juga belum ada makanya saya urus sendiri di bantu-bantu sama pak RT aja sih yang udah ngerti” (Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Juni 2018)

Hasil dari wawancara diatas menyatakan bahwa pelayanan yang ada sudah

cukup baik tetapi masih ada keterlambatan penerbitan akta walaupun keterlambatan

tidak terlalu lama, narasumber belum pernah mendapatkan sosialisasi secara langsung

yang diberikan oleh dinas. Sedangkan dari pihak dinas mempunyai penjelasan

mengenai bagaimana dukungan terhadap program yang ada dijelaskan oleh Ibu Metha

sebagai berikut

“ya jelas dukungannya posituf baik itu dari dinas, keluraha, kecamatan maupun masyarakat ya mbak ini kan kegiatan yang positif juga, ada sisi ingin mengedukasi lebih lagi agar masyarakat kota ini lebih tertib adminisstratif, ya semoga dengan dukungan serta respon yang positif ini bisa memuaskan masyarakat” (Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)

Program yang diadakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Semarang memang belum tercapai sesuai dengan target, tetapi Dukcapil berusaha

dengan maksimal untuk mencapai target dengan menjalankan program-program yang

sekiranya di butuhkan serta dapat membantu memperbaiki kekurangan yang ada.

Page 16: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

3.3. Faktor Penghambat dan Pendorong dalam Program Pencatatan Akta

Kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang

Pada dasarnya dalam pelaksanaan suatu program selalu terdapat beberapa hambatan

serta dorongan. Begitu juga dengan program pencatatan akta kematian yang dilakukan

oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang. Program pencatatan

akta kematian ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Kota Semarang yang

tertib administrative. Ada beberapa faktor penghambat dan pendorong yang

mempengaruhi keberhasilan dari program pencatatan akta kematian di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang sebagai berikut :

3.3.1. Faktor Penghambat

Sumber daya adalah potensi nilai materi atau unsur-unsur dalam kehidupan

tertentu. Sumberdaya merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu

program yang dijalankan dalam organisasi. Evaluasi kebijakan harus memiliki

ketentuan-ketentuan atau aturan kebijakan secara konsisten dan jelas dalam menilai

suatu kebijakan tersebut, jika para pegawai yang bertanggung jawab dalam

melaksanakan kebijakan kurang memiliki sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan

secara efektiv dan efisien maka kebijakan tersebut tidak akan berjalan sesuai tujuan.

Sumber-sumber yang penting dalam program ini meliputi sumber daya menusia yaitu

pegawai yang bertugas.

Sumber daya manusia merupakan individu yang produktif yang bekerja

sebagai penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan

yang memiliki fungsi sebagai asset sehingga harus dilatih dan dikembangkan

kemampuannya. Sumber daya paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah

staff. Ada satu hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak selalu mempunyai

Page 17: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa staff yang banyak

tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya kecakapan yang dimiliki oleh para pelaksana, namun di sisi yang lain

kekurangan staff juga akan menimbulkan persoalan yang rumit menyangkut

implementasi kebijakan yang efektif (Winarno, 2012).

Faktor yang mempengaruhi program pencatatan akta kematian melihat pada

kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan dan mengelola pencatatan

akta kematian. Berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Metha

“kendala SDM ya disini yang dirasa agak kurang jumlahnya, untuk soisalisasi itu sekarang yang sedang turun ke lapangan pak bani, tapi kan pak bani sebenarnya juga masih banyak tanggung jawab di kantor ya disambi sosialisasi kalau pagi. Untuk koordinasi dengan yang ada diluar juga kalau SDM nya lebih banyak lagi sepertinya akan lebih mudah ya jadi komunikasi kan lancar dan bisa focus ke permasalahan apa yang ada atau butuh bantuan apa dari sini, begitu” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)

seperti keterangan diatas bahwa staff yang terlibat program pencatatan akta kematian

masih kurang. Kekurangan SDM tersebut menjadi penghambat berjalannya program

pencatatan akta kematian. Keterangan yang hamper sama juga diutarakan oleh Bapak

Bani beliau merasa jika SDM yang ada lebih banyak lagi mungkin kegiatan yang

dikerjakan bisa lebih focus dan bisa mempercepat target.

“mungkin kalau lebih banyak lagi yang bisa membantu akan lebih mudah ya mbak, terutama untuk yang bantu sosialisasi jadi bisa merata dan lebih intense bisa focus agar hasil sosialisasinya maksimal tanpa mengabaikan pekerjaan di kantor”(Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018).

Page 18: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

Sedangkan menurut pengalaman Bapak Teguh yang pernah mengurus akta kematian

mengatakan, kendala yang ia rasakan adalah kurang mengerti alur atau apa saja yang

harus ia persiapkan untuk mengurus akta kematian karena beliau belum pernah

mendapat informasi atau soasialisasi, berikut kutipannya

“kurang sosialisasi sih mbak kayaknya, saya juga cari tau sendiri gak pernah dapat edaran juga, mungkin karna saya warga baru ya disini tapi dulu saya di mulawarman juga seingat saya belum pernah dapat juga. Sebenarnya tidak susah ya mengurusnya ya kaya surat kependudukan lain saja mudah kan tinggal ke RT RW untuk minta pengantar ke kelurahan lalu ke Dukcapil, mungkin kalau orang yang belum ngurus mungkin saja gak ada waktu atau belum butuh aktanya ya” ”(Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018).

Pentingnya SDM dalam program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil di kota semarang sangatlah penting, karena dengan adanya SDM

yang mencukupi maka program sosialisasi bisa dilakukan lebih sering, serta lebih

tepat sasaran langsung ke target groups dan bisa meningkatkan tingkat kesadaran

masyarakat kota Semarang dalam mencapai perilaku tertib administrative terutama

dalam program pencatatan akta kematian.

Penghambat yang lainnya adalah masalah komunikasi. Dalam menjalankan

suatu kebijakan, komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Kebijakan

yang ada, dalam hal ini yaitu program pencatatan akta kematian tidak hanya

dijalankan oleh Dinas saja tetapi membutuhkan peran dari masyarakat juga. Maka

dari itu komunikasi yang baik harus ada di antara para stake holder yang berkaitan

dengan program pencatatan akta kematian di di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Semarang. Proses pertukaran informasi yang terjadi di antara stake holder

sangat mempengaruhi bagaimana program pencatatan akta kematian berjalan.

Pernyataan tersebut dikatakan oleh Bapak Bani

Page 19: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

“kendala lain ya ada lah mbak missal dari instansi lain, dari kelurahan, dari kecamatan banyak yang salah informasi mengenai persyaratan pembuatan akta. Banyak yang masih mengira kalau harus ada surat nikah dan membawa semua akta kelahiran anaknya mungkin kalau yang sudah berkeluarga, padahal kan sekarang hal-hal tersebut tidak diperlukan. ya artinya kan seperti pesan nya tidak tersampaikan gitu mbak” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018)

Dari hasil wawancara dengan Bapak Bani, adanya pemberian informasi yang

salah tentang persyaratan pembuatan akta, hal tersebut berdampak kepada pola piker

masyarakat yaitu membuat akta kematian merupakan hal yang sulit dan merepotkan.

Penyampaian informasi yang salah yang terjadi antara implementor ini menyebabkan

program yang dilaksanakan tidak mencapai hasil yang maksimal. Jika dikaitkan

dengan kurangnya SDM maka adanya kesalahan informasi ini memang bisa terjadi.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang memerlukan kegiatan

sosialisasi secara langsung dan merata, hal tersebut dinyatakan oleh Ibu Meta

“ Jadi gini mbak, memang betul sering ada misscom diantara yang seperti itu, setelah kami pahami ya memang sosialisasi secara langsung sangat dibutuhkan bukan hanya sekedar surat edaran saja, supaya pesan yang ingin kami sampaikan bisa dipahami dengan jelas atau malah yang penting kan diskusinya juga agar kita dapat input ya dari masyarakat. Komunikasi itu memang penting sekali agar masyarakat sadar kalau akta kematian itu juga dibutuhkan” (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)

Dari penjelasan di atas bisa dilihat bahwa sosialisasi secara langsung kepada

warga diharapkan dapat meningkatkan daya tanggap masyarakat akan pentingnya

dokumen kependudukan khususnya akta kematian. Penyampaian informasi yang

akurat juga sudah seharusnya dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Semarang beserta jajarannya yaitu kecamatan dan kelurahan untuk

melakukan sosialisasi yang lebih giat lagi. Warga sendiri menyatakan bahwa

Page 20: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

komunikasi yang dilakukan oleh dukcapil harus lebih diperbaiki agar kedepannya

urusan masyarakat yang bersangkutan dengan administrasi kependudukan semakin

mudah. Berikut penjelasan dari Bapak Nano

“ sebetulnya kalau ada pemberitahuan secara rutin dan terus di update tentang apa aja yang baru atau kita dari RT/RW harus bagaimana itu pasti kita akan bantu lah ya tinggal di komunikasikan saja sebenarnya simple ya semoga kedepannya bisa lebih baik lagi ya pelayanannya” (Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Juni 2018)

Komunikasi dan juga sumber daya manusia merupakan kedua unsur penting

dalam mengimplementasikan suatu kegiatan. Dari informasi yang diperoleh

narasumber bisa diketahui bahwa jika kedua unsur tersebut diperbaiki maka program

pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Semarang akan berjalan lebih lancar.

3.3.2 Faktor Pendorong

Regulasi merupakan sebuah peraturan yang dibuat untuk mengendalikan suatu

kelompok, lembaga, dan masyarakat demi mencapai tujuan tertentu. Dibuatnya

regulasi tentunya memiliki batasan-batasan tertentu. Regulasi sangat mempengaruhi

bagaimana berjalannya suatu program yang ada, dalam hal ini yaituprogram

pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Semarang. Menurut Ibu Meta selaku Kabid Pelayanan di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Semarang, Regulasi merupakan faktor pendorong yang paling

utama dalam mewujudkan masyarakat Kota Semarang yang tertib administrasi

“Regulasi itu fondasi dari sebuah kebijakan mbak menurut saya, bagaimana program-program ada kan juga dari adanya regulasi terlebih dahulu. Tujuan apa sih yang mau kita capai, apa saja yang harus kita lakukan begitu mbak, ya penting sekali lah itu pasti” (Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)

Page 21: BAB III HASIL PENELITIANeprints.undip.ac.id/75546/4/BAB_III.pdf · 2019-08-19 · Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu wawancara, observasi

Regulasi yang dikatakan sebagai fondasi bukan satu-satunya faktor pendorong

dalam program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kota Semarang. Faktor pendorong lainnya adalah pengadaan fasilitas fisik oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang yaitu mobil keliling yang

diharapkan oleh Bapak Bani dapat menjangkau masyarakat Kota Semarang

“menurut saya fasilitas yang sudah kami sediakan seperti mobil keliling yang beroprasi di pusat Kota Semarang itu juga bisa menjangkau masyarakat lah ya jadi bisa urus dokumen kependudukan di sana, sekarang syarat-syarat juga sudah mudah kan kita buat simple sajadari hal tersebut ya harapannya bisa mempermudah dan meningkatkan target yang ingin di capai mbak” (Wawancara dilakukan pada tanggal 09 Mei 2018)

Hal yang sama juga dikatakan oleh masyarakat kota semarang yaitu Bapak

Teguh

“jika persyaratannya mudah untuk membuat akta kematian dan tidak harus membawa banyak dokumen pasti ya jelas meringankan pemohon yang mau mengurus ya mbak, jadi kan pas ngurus tidak takut kurang ini itu, harus cari-cari lagi dokumen dari yang mau dilaporkan, ya praktis lah mbak” (Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Mei 2018)

Dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang menjadi pendorong dari pelaksanaan

program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota

Semarang. yang pertama adalah adaya regulasi yang jelas, yang kedua yaitu

pengadaan fasilitas fisik berupa mobil keliling dan yang terakhir yaitu syarat

permohonan yang mudah.