bab iii hasil penelitianeprints.undip.ac.id/75546/4/bab_iii.pdf · 2019-08-19 · penelitian ini...
TRANSCRIPT
BAB III
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, penulis akan menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan hasil evaluasi program
pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Semarang dan untuk mengetahui faktor – faktor yang menghambat dalam
pelaksanaan program tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengumpulan data
yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi atau studi dokumen. Wawancara
dilakukan dengan beberapa informan yang dipilih dengan teknik purposive sampling
yaitu teknik memilih informan yang memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai
tema dan permasalahan yang diteliti. Teknik wawancara yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur yang dilakukan dengan interview guide berisi garis-garis
besar pertanyaan yang telah disiapkan sebagai pedoman pertanyaan, sehingga
memudahkan peneliti dalam menggunakan data dan menjaga agar peneliti tetap focus
pada tema yang diwawancarakan. Observasi lapangan yang dilakukan merupakan
observasi non partisipatif pada dinas kependudukan dan pencatatan sipil kota
semarang dan stakeholder terkait untuk memperoleh data primer maupun sekunder.
Sementara dokumentasi atau studi dokumen dilaukan untuk melengkapi dan
mendukung pelaksanaan serta hasil wawancara dan observasi yang dilakukan.
Data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi atau studi dukumen yang
diperoleh peneliti disajikan dalam bentuk kata kata maupun angka yang dipaparkan
langsung oleh informan maupun hasil studi dokumen yang peneliti lakukan
berdasarkan arahan informan.
3.1. Profil Informan
Informan merupakan seseorang yang memberikan informasi untuk dapat
mengetahui gambaran dari penelitian yang dlakukan secara jelas, karena informan
adalah bagian penting yang mengetahui dan terjun langsung ke dalam lingkup
permasalahan yang di ambil dari penelitian.
Pada penelitian ini penulis melakukan penelitian mengenai evaluasi program
pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Semarang. berkaitan dengan penelitian ini, penulis telah memilih beberapa informan
untuk memberikan informasi tentang evaluasi program pencatatan akta kematian di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang, yaitu sebagai berikut :
Bapak Bani Sulasto, SH selaku informan 1 adalah Kepala Seksi Kematian,
Pengakuan dan Pengesahan Anak di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Bapak Bani yang bertugas langsung untuk mengelola, memeriksa, dan memberikan
penyuluhan tentang akta kematian. Wawancara ini dilakukan di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Semarang pada tanggal 9 Mei 2018
Ibu Meta Natalie P.SH.MKn, selaku informan 2 adalah kabid pelaynan
pencatatan sipil di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Sipil Kota
Semarang. Ibu Meta bertugas mengawasi berjalannya kegiatan yang
berhubungan dengan pelayanan yang ada di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Semarang. Wawancara ini dilakukan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang pada tanggal 16 Mei 2018
Bapak Nano Suwarno, selaku Informan 3 adalah masyarakat yang menjabat
sebagai ketua RW 07 Tengger. Bapak Nano memiliki tugas salah satunya ialah
memberikan surat pengantar untuk membuat akta kematian warga Tengger.
Wawancara ini dilakukan di Rumah Bapak Nano di Jalan Tengger I no 150, Kota
Semarang pada tanggal 23 Juni 2018.
Bapak Teguh Nugroho, selaku informan 4 adalah masyarakat yang memiliki
pengalaman membuat akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Semarang. Wawancara ini dilakukan di Rumah Bapak Teguh di jalan Tusam II
no 21A Kota Semarang pada tanggal 30 Mei 2018.
Saudari Nina, selaku informan 4 adalah masyarakat yang memiliki
pengalaman membuat akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Semarang. Wawancara ini dilakukan di Rumah saudari Nina di Vila Payung
Indah Semarang pada tanggal 30 Juni 2018.
3.2 Evaluasi Program Pencatatan Akta Kematian di Disdukcapil Kota Semarang
Program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan pencatatan
sipil kota semarang merupakan program yang wajib dilaksanakan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang. Akta kematian adalah sebuah
pembuktian kematian seseorang. Program pencatatan akta kematian di Kota
Semarang, mempunyai tujuan untuk menciptakan tertib administrasi di bidang
kependudukan yang dikarenakan terdapat beberapa permasalahan di dalam bidang
administrasi kependudukan. Dalam hal ini jangka waktu pendaftaran paling lambat
yaitu 60 hari kerja sejak peristiwa kematian, hal tersebut berlaku bagi WNI. dalam
pelaksanaannya masih banyak hambatan yang ditemui dalam melaksanakan program-
program yang bertujuan untuk menciptakan tertib administrasi Dalam evaluasi hasil
RKPD dan pencapaian target RPJMD pada urusan kependudukan dan catatan sipil
terlihat satu indikator yang berada dalam kategori perlu upaya keras yaitu rasio
penduduk meninggal berakta kematian. Permasalahan yang utama adalah sebagian
masyarakat belum paham tentang pentingnya ketersediaan data penduduk yang
akurat. Serta kurangnya approachment dari stake holder yang ada.
Melihat fakta di atas, evaluasi program pencatatan akta kematian sangat
penting karena merupakan suatu kebutuhan pemerintah dan juga masyarakat dalam
mewujudkan kegiatan tertib administrasi di wilayah Kota Semarang.
Berdasarkan data tentang program pencatatan akta kematian, maka kriteria
evaluasi oleh Dunn yang terdapat pada fenomena-fenomena tersebut di atas antara
lain :
3.2.1 Indikator Evaluasi
Evaluasi kebijakan publik yaitu menilai keberhasilan atau kegagalan kebijakan
berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan. Indikator-indikator untuk
mengevaluasi kebijakan biasanya menunjuk pada dua aspek yaitu aspek proses dan
hasil. Adanya tipe evaluasi kebijakan dilaksanakan dengan maksud untuk
mempermudah penilaian keberhasilan program, keberhasilan tersebut harus diukur
melalui indikator evaluasi kebijakan public. Agar penilaian yang dilakukan tidak bias
dan lebih akurat maka suatu kebijjakan perlu dinilai melalui beberapa indikator.
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelima indikator yang
dikembangkan oleh William Dunn yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan,
dan responsivitas.
Jika ditelisik dari keadaan masyarakat yang tidak memiliki akta kematian dari
kerabat yang sudah meninggal terdapat beberapa kerugian yang ditimbulkan seperti
terhambatnya persyaratan mengurus pembagian waris, mengurus uang pensiun bagi
ahli waris, dan merubah status dari suami atau istri yang ditinggalkan.
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelima indikator
yang dikembangkan oleh William Dunn sebagai berikut :
1. Efektivitas
Efektifitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil atau
akibat yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas,
yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit
produk atau layanan atau nilai moneternya. Efektivitas merupakan suatu ukuran yang
memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pendapat tersebut
menyatakan bahwa efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran
seberapa jauh target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh lembaga atau organisasi
dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting peranannya di dalam setiap lembaga atau
organisasi dan berguna untuk melihat perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh
suatu lembaga atau organisasi itu sendiri (Sedarmayanti, 2006:61). Setiap organisasi
atau lembaga di dalam kegiatannya menginginkan adanya pencapaian tujuan.
Efektivitas, yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu
diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya. Dalam penelitian ini bisa
dilihat diukur dari layanan kebijakan program pencatatan akta kematian dan melihat
bagaimana program tersebut dapat menghasilkan mutu yang baik, dalam hal ini hasil
yang dilihat dapat focus pada trercapainya kegiatan tertib administrasi dokumen
kependudukan secara keseluruhan yang termasuk pencatatan akta kematian di
dalamnya. Dalam mencapai suatu tujuan Dukcapil harus memiliki target yang ingin
dpenuhi atau dicapai, dalam hal ini target tersebut tertera pada RPJMD Kota
Semarang. Target yang tertulis pada RPJMD tertulis 100 % pada indikator rasio
penduduk meninggal berakta kematian, tetapi capaian pada tahun 2016 masih berada
pada angka 31.51%. capaian tersebut masih sangat jauh dari target yang ditetapkan
oleh Dukcapil yaitu 100%, bahkan belum mencapai setengahnya.
Berikut adalah wawancara dengan Bapak Bani selaku Kepala Seksi Kematian,
Pengakuan dan Pengesahan Anak terkait efektivitas kebijakan program pencatatan
akta kematian
“ya sebenarnya sih sudah meningkat mbak yang mendaftarkan untuk akta kematian, tetapi belum banyak peningkatannya. Rata-rata masih banyak yang terlambat melapornya, kalau dibandingkan dengan akta kelahiran, atau kartu keluarga ya masih agak jauh ya perbandingannya walaupun dibandingkan sama yang dulu-dulu” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018)
Hal senada dikatakan oleh Ibu Meta
“kalau menurut saya ya mbak, masyarakat sendiri masih kurang aktiv untuk lapor peristiwa kematian ke dukcapil jadi mereka cuma mengandalkan surat keterangan kematian saja yang diberikan RT/RW, masyarakat menganggap kalau sudah memiliki surat keterangan kematian tersebut sudah cukup, padahal ya surat itu kan belum bisa untuk mengurus keperluan administrasi kependudukan yang lainnya. Ya gimana jadinya mbak kalau gak ada akta kematian” (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)
Sedangkan wawancara dengan Bapak Nano selaku ketua RW – Tengger :
“ooh akta kematian ya mbak, kalau disini sih yaa sama aja kayak biasanya dari dulu juga gini-gini aja.mereka lapor sih kalau ada peristiwa kematian tapi untuk ngurus ke dukcapil ya nggak langsung, biasanya nunggu kalo pada butuh mau ngurus sesuatu yang butuh akta kematian aja” (wawancara dilakukan pada tanggal 23 Juni 2018)
Dari hasil wawancara beberapa informan tersebut dapat dilihat bahwa
masyarakat Kota Semarang sudah tertib dalam melakukan pencatatan administrasi
dokumen kependudukan secara umum seperti akta kelahiran, e-ktp, kartu keluarga,
tetapi tidak sebanding dengan pencatatan akta kematian yang masih kurang tertib dan
banyak peristiwa kematian yang tidak di laporkan atau melaporkan tetapi terlambat
tidak sesuai dengan peraturan yaitu 60 hari setelah peristiwa kematian.
Efektivitas yang dilihat dari proses pembuatan akta kematian di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang belum sesuai target yang di
inginkan, masih memiliki kendala utama yaitu kesadaran pada masyarakat akan
pentingnya akta kematian sehingga program pembuatan akta kematian belum dapat
dikatakan berjalan secara efektiv.
2. Efisiensi
Efisiensi adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengukur dan
membandingkan keluaran dan masukan. Atau mengukur perbandingan antara
output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan. (Mahmudi, 2010).
Jumlah usaha yang dilakukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.
Efisiensi merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha yang dilakukan.
Uasaha yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk
memenuhi target yang ditetapkan dengan cara pendekatan terhadap target
groups. Pendekatan bisa dilakukan dengan melakukan atau membuat program
yang berkaitan dengan pencatatan akta kematian yang hasilnya bisa dilihat
dengan adanya peningkatan pencatatan akta kematian yang dipengaruhi oleh
program.
Berikut adalah wawancara dengan Bapak Bani selaku Kepala Seksi Kematian,
Pengakuan dan Pengesahan Anak terkait efektivitas kebijakan program pencatatan
akta kematian
“kalau yang sekarang sedang dilakukan itu program sosialisasi yang mengadakan bagian data, tetapi saya juga sebagai pembicara disetiap sosialisasi. Ada juga program yang membuat akta bisa di kecamatan jadi di sini tinggal mengambil saja, tapi itu belum di semua kecamatan, masih sedikit. Kalau program yang kerja sama dengan rumah sakit itu hanya di dua rumah sakit ada di telogorejo sama ketileng, dulu karyadi juga tapi tenaga untuk ngambil-ngambil itu nggak ada” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018)
Berdasarkan wawancara dari naarasumber di atas, dapat diketahui bahwa
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil sudah melakukan usaha –usaha seperti
sosialisasi tetapi hasilnya tidak maksimal karena adanya kekurangan sumber daya
manusia serta komunikasi. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Meta selaku
Kepala Bidang Pelayanan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Akta Kematian
“memang sosialisasi program pencatatan akta kematian itu dari dulu sudah dilakukan mbak, tetapi belum berjalan secara maksimal karena saat sosialisasi berlangsung, yang diterjunkan ke lapangan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil orangnya terbatas dapat dibilang masih kurang untuk mencapai target groups secara merata di Kota Semarang Sosialisasi yang berjalan sekarang baru mulai berteu sebagian warga, ya biasa yang ikut terlibat bantu-bantu kalau ada peristiwa kematian, sebelumnya sosialisasi ya keperangkat saja nanti prangkat yang memberi edaran surat aja.” (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)
Jika dilihat dari usaha-usaha pendukung program pencatatan akta kematian,
ada program yang dianggap efisien dalam meningkatkan pencatatan akta kematian
yaitu program jemput bola yang dilakukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
tetapi, program tersebut belum mencakup semua target groups karena program
tersebut hanya dilakukan di beberapa kecamatan. Program yang lainnya seperti
bekerja sama dengan rumah sakit juga belum maksimal dilakukan karena kurangnya
sumber daya yang ada pada pihak rumah sakit. Pendapat lain disampaikan oleh
Bapak Nano
“ya ada lah paling dulu sosialisasi aja dari kelurahan ya kalau usaha dari dukcapil standar aja sih gak ada yang bagaimana gitu harusnya lebih sering di update aja info-info apa yang perlu gitu ya supaya kita yang disini kalau ada apa apa gak bingung dengan program-program yang ada” (wawancara dilakukan pada tanggal 23 Juni 2018)
Program pendukung untuk pencatatan akta kematian masih tidak efisien dan
kurang berpengaruh dalam peningkatan pencatatan akta kematian di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang. Oleh karena itu, Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam menjalankan program pencatatan akta
kematian harus membutuhkan pengelolaan program pencatatan akta kematian yang
efektiv dan efisien, karena efisien saja akan sia sia jika tujuan dari program tidak
tercapai secara efektiv, dan efektiv saja akan sangat mungkin terjadi pemborosan
karena tidak dikelola secara efisien. Jadi dibutuhkan keseimbangan antara efektivitas
dan efisiensi.
3. Kecukupan
Melihat seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan,
nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah dalam suatu program.
Dalam hal ini bagaimana penyelesaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
terhadap permasalahan yang selama ini terjadi dalam proses pencatatan akta
kematian. Bagaimana Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil memecahkan
masalah yang ada pada pemberi layanan maupun pada penerima layanan.
Permasalahan yang ada dalam program pencatatan akta kematian di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang bisa dikatakan cukup
beragam, pada poin ini akan membahas pada permasalahan yang terjadi pada
pemberi layanan serta penerima layanan.
Dalam sebuah layanan yang diberikan oleh Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil terdapat prosedur pelayanan yang sudah di tetapkan, serta ada
objek yang terlibat dalam suatu layanan tersebut. Pemberi layanan disini yaitu
petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai kewajiban untuk
melayani masyarakat lebih khususnya pemohon yang mengajukan pencatatan akta
kematian. Permasalahan yang dialami oleh pemberi layanan yang paling utama
adalah banyaknya pemohon yang masuk pada saat yang bersamaan. Hal tersebut
terjadi karena pemohon tidak melaporkan dengan segera, usai peristiwa kematian
terjadi.
Berikut adalah wawancara dengan Bapak Bani selaku Kepala Seksi
Kematian, Pengakuan dan Pengesahan Anak terkait kecukupa program
pencatatan akta kematian
“kalau dari kita ya mbak, paling karna biasa masuknya dari kecamatan juga nunggu ya mbak masalahnya ya menumpuk di sini, kalau misalnya langsung dilaporkan setelah itu mungkin agak lebih mudah ya karna nggak langsung banyak sebetulnya kalau dari sisi pemberi layanan mungkin maemang masih kurang komunikasi dengan pihak luar ya mbak saat proses sih terutama” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018)
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat penumpukan
pemohon pembuatan akta kematian yang menjadikan pencatatan akta kematian
terhambat. Hal tersebut mempengaruhi terbitnya akta kematian yang menjadi
permasalahan pada pemohon. Seperti yang dinyatakan oleh saudari Nina selaku
masyarakat Kota Semarang.
“kalau saya waktu mengurus pembuatan akta kematian itu sih permasalahannya terlambat aja terbit aktanya mbak dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terlambat seminggu dari yang dijanjikan, saya juga waktu itu tidak langsung buat sih sebenarnya ke catatan sipil karna kemarin ada keperluan yang mau diurus butuh akta makanya saya baru urus” (wawancara dilakukan pada tanggal 30 juni 2018)
Berdasarkan wawancara dengan narasumber tidak hanya keterlambatan, tetapi
pemohon juga masih tidak mengetahui dan belum menyadari pentingnya akta
kematian, karena dahulu terbiasa hanya menggunakan surat keterangan kematian
yang dikeluaran oleh kecamatan. Masyarakat menganggap surat tersebut sudh cukup.
Berikut upaya yang dilakukan Dukcapil untuk mengatasi permasalahan yang ada
dijelaskan oleh Ibu Meta
“masalah penumpukan ya kami berusaha semaksimal mungkin untuk bisa tepat waktu ya mbak tapi jujur jaramg ya yang sampai penerbitannya terlambat, walaupun memang masih ada ya. Nah kalau yang lainnya ya sedang di usahakan lebih sering sosialiasai aja” (Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)
Permasalahan-permasalahan tersebut maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil mengadakan program sosialisasi kepada masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya akta kematian. Sedangkan pada
pemberi layanan sendiri Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil masih berusaha
meningkatkan efisiensi dalam bekerja untuk menepati target yang harus dipenuhi.
4. Perataan
Berhubungan erat dengan rasionalitas legal dan social serta menunjuk pada
distribusi akibat dan usaha-usaha antara kelompok yang berbeda dalam
masyarakat. Keterjangkauan dan kemudahan akses target groups dalam mengurus
dan mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan bersangkutan dengan
pembuatan akta kematian seperti pemberian akses yang luas dan melihat dampak
daripada akses tersebut terhadap program pencatatan akta kematian. Dalam hal ini
akses dapat dikaitkan dengan informasi-informasi yang diperlukan masyarakat
dalam kegiatan pencatatan akta kematian, seperti prosedur yang harus dilakukan,
berkas yang diperlukan, serta biaya dan semua hal yang berkaitan dengan program
pencatatan akta kematian. Akses juga bisa dilihat dari bagaimana dukcapil
menjangkau semua masyarakat di Kota Semarang yang membutuhkan fasilitas
serta kehadiran dukcapil ditengah masyarakat Kota Semarang. berikut penjelasan
yang diberikan oleh Ibu Meta selaku Kepala Bidang Pelayanan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Akta Kematian
“kalau akses informasi dan komunikasi ya kita sudah sosialisasi ya mbak, kalau tentang kelengkapan untuk persyaratan dan pengajuan akta kematian sepertinya itu udah ada di web dan biasa dibantu sama orang kecamatan dan RT/RW ya saya rasa sih itu cukup tinggal bagaimana respon mereka aja sih mbak” (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)
Informasi lain dituturkan oleh Bapak Bani Sulasto
“sebenarnya dukcapil itu ada pelayanan mobl keliling itu kan juga akses yang mempermudah ya sebenarnya. Tapi sepertinya banyak yang belumsadar kalau kita punya itu. Mobilnya beroperasi di sekitar simpang lima, kan itu di tengah kota ya harapannya bisa di jangkau sama semua ya” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 mei 2018)
Sedangkan wawancara yang dilakukan dengan informan saudari Nina selaku
masyarakat yang berdomisili di kecamatan Pudakpayung adalah sebagai berikut
“iya pernah mbak disini dulu sih ada surat ya yang saya ingat kalau sosialisasi yang secara langsung dijelaskan atau bagaimana itu sih saya kebetulan belum pernah ikut mengkin tapi tetangga yang lain, waktu itu saya mau bikin akta kematian ya saya dibantu mengurus sama pak RT dan tetangga saya karna saya juga kurang tau apa saja prosedur pembuatan akta kematian yang dibutuhkan”(wawancara dilakukan pada tanggal 30 juni 2018)
Jadi, akses yang diberikan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
terbilang belum baik serta merata. Bisa dilihat dari hasil wawancara dengan
narasumber diatas bahwa sudah tertera informasi yang berkaitan dengan pencatatan
akta kematian di website Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tetapi tidak
semua masyarakat mengakses informasi yang mereka butuhkan dari internet, yang
masih dibutuhkan oleh masyarakat adalah keterlibatan langsung dari pihak Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil ke lapangan. Tersedianya mobil keliling juga
dirasa masih banyak yang belum mengetahui, padahal mobil tersebut merupakan
keuntungan bagi penerima layanan.
5. Responsivitas
Responsivitas berkaitan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, prefrensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
tertentu. Responsivitas adalah poin yang menentukan apakah keempat kriteria
yang lainnya yaitu efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan perataan sudah berhasil
mencapai sasaran. Capaian tersebut dapat diamati salahsatunya melalui tingkat
penerimaaan serta kepuasan dari target groups dalam program pencatatan akta
kematian yaitu masyarakat kota semarang. dilihat juga dari dukungan terhadap
program yang dilakukan terkait pancatatan akta kematian tersebut. Melihat
bagaimana respons masyarakat kota semarang, khususnya masyarakat yang sudah
pernah membuat akta kematian atau masyarakat yamng memiliki keperluan
terhadap hal tersebut. Dalam poin ini peneliti mewawancara narasumber yang
pernah melakukan pencatatan akta kematian di Dukcapil berikut penjelasan yang
diberikan oleh Bapak Teguh
“kalau saya sih ya lumayan puas tapi sebenarnya masih bisa di perbaiki sistemnya biar lebih praktis lagi, mungkin bisa daftar online atau bagaimana, saya sih gak pernah dapat sosialisasi langsung ya kalau tentang manfaatnya selain untuk claim asuransi dan mengurus bank, itukan memang kepentingan dari pihak saya tapi kalau untuk pemerintah saya gak tau ya” (Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Mei 2018)
Dari pernyataan tersebut bisa diketahui bahwa belum puas dan menganggap
bahwa sistem pencatatan akta kematian masih bisa dibuat lebih efisien dan lebih
memudahkan masyarakat dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Ketika ditanya
berkaitan dengan ketepatan waktu penerbitan akta kematian narasumber merespon :
“saya kemarin sih terlambat satu minggu dari yang di janjikan”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Mei 2018)
Seperti pernyataan narasumber yang berasal dari Dukcapil, memang terbitnya
akta kematian masih kurang tepat waktu dari tanggal yang dijanjikan oleh Dukcapil
pada pemohon. Narasumber juga tidak mengetahui bahwa rumah sakit tertentu bisa
mengurus akta kematian. Berikut pernyataan dari saudari Nina
“wah gak tau sih kalau bisa di urus dari rumah sakit juga, mungkin waktu itu di rumah sakit juga belum ada makanya saya urus sendiri di bantu-bantu sama pak RT aja sih yang udah ngerti” (Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Juni 2018)
Hasil dari wawancara diatas menyatakan bahwa pelayanan yang ada sudah
cukup baik tetapi masih ada keterlambatan penerbitan akta walaupun keterlambatan
tidak terlalu lama, narasumber belum pernah mendapatkan sosialisasi secara langsung
yang diberikan oleh dinas. Sedangkan dari pihak dinas mempunyai penjelasan
mengenai bagaimana dukungan terhadap program yang ada dijelaskan oleh Ibu Metha
sebagai berikut
“ya jelas dukungannya posituf baik itu dari dinas, keluraha, kecamatan maupun masyarakat ya mbak ini kan kegiatan yang positif juga, ada sisi ingin mengedukasi lebih lagi agar masyarakat kota ini lebih tertib adminisstratif, ya semoga dengan dukungan serta respon yang positif ini bisa memuaskan masyarakat” (Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)
Program yang diadakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Semarang memang belum tercapai sesuai dengan target, tetapi Dukcapil berusaha
dengan maksimal untuk mencapai target dengan menjalankan program-program yang
sekiranya di butuhkan serta dapat membantu memperbaiki kekurangan yang ada.
3.3. Faktor Penghambat dan Pendorong dalam Program Pencatatan Akta
Kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang
Pada dasarnya dalam pelaksanaan suatu program selalu terdapat beberapa hambatan
serta dorongan. Begitu juga dengan program pencatatan akta kematian yang dilakukan
oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang. Program pencatatan
akta kematian ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Kota Semarang yang
tertib administrative. Ada beberapa faktor penghambat dan pendorong yang
mempengaruhi keberhasilan dari program pencatatan akta kematian di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang sebagai berikut :
3.3.1. Faktor Penghambat
Sumber daya adalah potensi nilai materi atau unsur-unsur dalam kehidupan
tertentu. Sumberdaya merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu
program yang dijalankan dalam organisasi. Evaluasi kebijakan harus memiliki
ketentuan-ketentuan atau aturan kebijakan secara konsisten dan jelas dalam menilai
suatu kebijakan tersebut, jika para pegawai yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan kebijakan kurang memiliki sumber-sumber untuk melakukan pekerjaan
secara efektiv dan efisien maka kebijakan tersebut tidak akan berjalan sesuai tujuan.
Sumber-sumber yang penting dalam program ini meliputi sumber daya menusia yaitu
pegawai yang bertugas.
Sumber daya manusia merupakan individu yang produktif yang bekerja
sebagai penggerak suatu organisasi, baik itu di dalam institusi maupun perusahaan
yang memiliki fungsi sebagai asset sehingga harus dilatih dan dikembangkan
kemampuannya. Sumber daya paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah
staff. Ada satu hal yang harus diingat adalah bahwa jumlah tidak selalu mempunyai
efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa staff yang banyak
tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya kecakapan yang dimiliki oleh para pelaksana, namun di sisi yang lain
kekurangan staff juga akan menimbulkan persoalan yang rumit menyangkut
implementasi kebijakan yang efektif (Winarno, 2012).
Faktor yang mempengaruhi program pencatatan akta kematian melihat pada
kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan dan mengelola pencatatan
akta kematian. Berikut ini hasil wawancara dengan Ibu Metha
“kendala SDM ya disini yang dirasa agak kurang jumlahnya, untuk soisalisasi itu sekarang yang sedang turun ke lapangan pak bani, tapi kan pak bani sebenarnya juga masih banyak tanggung jawab di kantor ya disambi sosialisasi kalau pagi. Untuk koordinasi dengan yang ada diluar juga kalau SDM nya lebih banyak lagi sepertinya akan lebih mudah ya jadi komunikasi kan lancar dan bisa focus ke permasalahan apa yang ada atau butuh bantuan apa dari sini, begitu” ( Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)
seperti keterangan diatas bahwa staff yang terlibat program pencatatan akta kematian
masih kurang. Kekurangan SDM tersebut menjadi penghambat berjalannya program
pencatatan akta kematian. Keterangan yang hamper sama juga diutarakan oleh Bapak
Bani beliau merasa jika SDM yang ada lebih banyak lagi mungkin kegiatan yang
dikerjakan bisa lebih focus dan bisa mempercepat target.
“mungkin kalau lebih banyak lagi yang bisa membantu akan lebih mudah ya mbak, terutama untuk yang bantu sosialisasi jadi bisa merata dan lebih intense bisa focus agar hasil sosialisasinya maksimal tanpa mengabaikan pekerjaan di kantor”(Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018).
Sedangkan menurut pengalaman Bapak Teguh yang pernah mengurus akta kematian
mengatakan, kendala yang ia rasakan adalah kurang mengerti alur atau apa saja yang
harus ia persiapkan untuk mengurus akta kematian karena beliau belum pernah
mendapat informasi atau soasialisasi, berikut kutipannya
“kurang sosialisasi sih mbak kayaknya, saya juga cari tau sendiri gak pernah dapat edaran juga, mungkin karna saya warga baru ya disini tapi dulu saya di mulawarman juga seingat saya belum pernah dapat juga. Sebenarnya tidak susah ya mengurusnya ya kaya surat kependudukan lain saja mudah kan tinggal ke RT RW untuk minta pengantar ke kelurahan lalu ke Dukcapil, mungkin kalau orang yang belum ngurus mungkin saja gak ada waktu atau belum butuh aktanya ya” ”(Wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018).
Pentingnya SDM dalam program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil di kota semarang sangatlah penting, karena dengan adanya SDM
yang mencukupi maka program sosialisasi bisa dilakukan lebih sering, serta lebih
tepat sasaran langsung ke target groups dan bisa meningkatkan tingkat kesadaran
masyarakat kota Semarang dalam mencapai perilaku tertib administrative terutama
dalam program pencatatan akta kematian.
Penghambat yang lainnya adalah masalah komunikasi. Dalam menjalankan
suatu kebijakan, komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Kebijakan
yang ada, dalam hal ini yaitu program pencatatan akta kematian tidak hanya
dijalankan oleh Dinas saja tetapi membutuhkan peran dari masyarakat juga. Maka
dari itu komunikasi yang baik harus ada di antara para stake holder yang berkaitan
dengan program pencatatan akta kematian di di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Semarang. Proses pertukaran informasi yang terjadi di antara stake holder
sangat mempengaruhi bagaimana program pencatatan akta kematian berjalan.
Pernyataan tersebut dikatakan oleh Bapak Bani
“kendala lain ya ada lah mbak missal dari instansi lain, dari kelurahan, dari kecamatan banyak yang salah informasi mengenai persyaratan pembuatan akta. Banyak yang masih mengira kalau harus ada surat nikah dan membawa semua akta kelahiran anaknya mungkin kalau yang sudah berkeluarga, padahal kan sekarang hal-hal tersebut tidak diperlukan. ya artinya kan seperti pesan nya tidak tersampaikan gitu mbak” (wawancara dilakukan pada tanggal 9 Mei 2018)
Dari hasil wawancara dengan Bapak Bani, adanya pemberian informasi yang
salah tentang persyaratan pembuatan akta, hal tersebut berdampak kepada pola piker
masyarakat yaitu membuat akta kematian merupakan hal yang sulit dan merepotkan.
Penyampaian informasi yang salah yang terjadi antara implementor ini menyebabkan
program yang dilaksanakan tidak mencapai hasil yang maksimal. Jika dikaitkan
dengan kurangnya SDM maka adanya kesalahan informasi ini memang bisa terjadi.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang memerlukan kegiatan
sosialisasi secara langsung dan merata, hal tersebut dinyatakan oleh Ibu Meta
“ Jadi gini mbak, memang betul sering ada misscom diantara yang seperti itu, setelah kami pahami ya memang sosialisasi secara langsung sangat dibutuhkan bukan hanya sekedar surat edaran saja, supaya pesan yang ingin kami sampaikan bisa dipahami dengan jelas atau malah yang penting kan diskusinya juga agar kita dapat input ya dari masyarakat. Komunikasi itu memang penting sekali agar masyarakat sadar kalau akta kematian itu juga dibutuhkan” (wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)
Dari penjelasan di atas bisa dilihat bahwa sosialisasi secara langsung kepada
warga diharapkan dapat meningkatkan daya tanggap masyarakat akan pentingnya
dokumen kependudukan khususnya akta kematian. Penyampaian informasi yang
akurat juga sudah seharusnya dilaksanakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Semarang beserta jajarannya yaitu kecamatan dan kelurahan untuk
melakukan sosialisasi yang lebih giat lagi. Warga sendiri menyatakan bahwa
komunikasi yang dilakukan oleh dukcapil harus lebih diperbaiki agar kedepannya
urusan masyarakat yang bersangkutan dengan administrasi kependudukan semakin
mudah. Berikut penjelasan dari Bapak Nano
“ sebetulnya kalau ada pemberitahuan secara rutin dan terus di update tentang apa aja yang baru atau kita dari RT/RW harus bagaimana itu pasti kita akan bantu lah ya tinggal di komunikasikan saja sebenarnya simple ya semoga kedepannya bisa lebih baik lagi ya pelayanannya” (Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Juni 2018)
Komunikasi dan juga sumber daya manusia merupakan kedua unsur penting
dalam mengimplementasikan suatu kegiatan. Dari informasi yang diperoleh
narasumber bisa diketahui bahwa jika kedua unsur tersebut diperbaiki maka program
pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Semarang akan berjalan lebih lancar.
3.3.2 Faktor Pendorong
Regulasi merupakan sebuah peraturan yang dibuat untuk mengendalikan suatu
kelompok, lembaga, dan masyarakat demi mencapai tujuan tertentu. Dibuatnya
regulasi tentunya memiliki batasan-batasan tertentu. Regulasi sangat mempengaruhi
bagaimana berjalannya suatu program yang ada, dalam hal ini yaituprogram
pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Semarang. Menurut Ibu Meta selaku Kabid Pelayanan di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Semarang, Regulasi merupakan faktor pendorong yang paling
utama dalam mewujudkan masyarakat Kota Semarang yang tertib administrasi
“Regulasi itu fondasi dari sebuah kebijakan mbak menurut saya, bagaimana program-program ada kan juga dari adanya regulasi terlebih dahulu. Tujuan apa sih yang mau kita capai, apa saja yang harus kita lakukan begitu mbak, ya penting sekali lah itu pasti” (Wawancara dilakukan pada tanggal 16 Mei 2018)
Regulasi yang dikatakan sebagai fondasi bukan satu-satunya faktor pendorong
dalam program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Semarang. Faktor pendorong lainnya adalah pengadaan fasilitas fisik oleh
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang yaitu mobil keliling yang
diharapkan oleh Bapak Bani dapat menjangkau masyarakat Kota Semarang
“menurut saya fasilitas yang sudah kami sediakan seperti mobil keliling yang beroprasi di pusat Kota Semarang itu juga bisa menjangkau masyarakat lah ya jadi bisa urus dokumen kependudukan di sana, sekarang syarat-syarat juga sudah mudah kan kita buat simple sajadari hal tersebut ya harapannya bisa mempermudah dan meningkatkan target yang ingin di capai mbak” (Wawancara dilakukan pada tanggal 09 Mei 2018)
Hal yang sama juga dikatakan oleh masyarakat kota semarang yaitu Bapak
Teguh
“jika persyaratannya mudah untuk membuat akta kematian dan tidak harus membawa banyak dokumen pasti ya jelas meringankan pemohon yang mau mengurus ya mbak, jadi kan pas ngurus tidak takut kurang ini itu, harus cari-cari lagi dokumen dari yang mau dilaporkan, ya praktis lah mbak” (Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Mei 2018)
Dapat disimpulkan bahwa ada tiga hal yang menjadi pendorong dari pelaksanaan
program pencatatan akta kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Semarang. yang pertama adalah adaya regulasi yang jelas, yang kedua yaitu
pengadaan fasilitas fisik berupa mobil keliling dan yang terakhir yaitu syarat
permohonan yang mudah.