bab iii hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
42
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Desa Ngebruk
1. Desa Ngebruk
Penelitian ini dilaksanakan dikawasan industri rumahan dan kawasan
persawahan. Secara administratif Desa Ngebruk termasuk dalam wilayah
Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Desa Ngebruk merupakan
daerah yang masih memiliki daerah yang memiliki luas wilayah 505,275
Ha, yang dimana Desa Ngebruk terletak di bagian Timur.
Seperti desa-desa di Indonesia pada umumnya, Desa Ngebruk
merupakan kesatuan masyarkat yang memiliki aturan batas-batas wilayah
yang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat hukum yang tinggal
di wilayah Desa Ngebruk, dengan kondisi tanah yang sedang dan bukan
merupakan wilayah pantai dan pegunungan, teradapat suatu jarak dari
Desa dengan ibu kota Kecamatan 5 Km, dengan ibu kota Kabupaten 25
km, adapun batas adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kecamatan Kromengan
- Sebelah Timir : Kecamatan Kepanjen
- Sebelah Selatan : Desa Ternyang,Senggreng dan Sambigede
- Sebelah barat : Desa Jatiguwi
Jumlah penduduk yang berada di Desa Ngebruk 6.475 orang dan
1.905 KK yang dimana ada 3 dusun dalam Desa Ngebruk, yaitu dusun
43
Krajan, dusun Kebonsari dan dusun Mbodo, dengan jumlah RT 39 dan
RW 6.42 Desa Ngebruk juga memiliki mata pencaharian baik dalam sektor
pertanian maupun sektor industri makanan, kerajinan dan sektor lain yang
membantu nilai ekonomi masyarakat yang tinggal di Desa Ngebruk,
sehingga mengurangi jumlah kepala keluarga miskin sebanyak 398 KK.43
a. Kondisi Fisik
Kondisi daerah penelitian bukan merupakan wilayah pantai dan
bukan wilayah pegunungan yang ada di Indonesia. Dengan demografi
dataran tanah yang sedang inilah banyak dimanfaatkan masyarakat
sekitar untuk dijadikan area persawahan dan industri lain yang
mendukung untuk menambah nilai ekonomi desa.Akan tetapi masih
banyak yang melakukan suatu kesalahan yang berakibat pada kerugian
masyarakat baik dalam hal melakukan proses pembuangan sampah
yang sembarangan dan juga kerusakan lingkungan hidup yang lain.
Selain itu terdapat juga kerugian lain bagi pemilik tanah dimana
kualitas tanah menjadi terganggu dan tidak mampu menghasilkan
jumlah produksi sawah menjadi baik.
b. Kondisi Sosial Budaya
Pada bagian ini akan dibahas mengenai kondisi kependudukan dan
sosial ekonomi yang meliputi jumlah dan pertumbuhan penduduk,
struktur dan mata pencaharian. Dimana jumlah dan kepadatan
penduduk merupakan bagian yang sangat penting dalam ekosistem
42Kondisi Demografi Desa Ngebruk 43Profil Desa Ngebruk dan Sejarah Desa
44
suatu wilayah. Jumlah penduduk pada suatu daerah mempunyai
pengaruh terhadap potensi kerusakan lingkungan hidup dan cenderung
akan lebih mempunyai resiko kerusakan lingkungan hidup sekitar
akibat jumlah kepadatan penduduk yang besar dalam suatu desa,
khususnya Desa Ngebruk.
1) Mata Pencaharian
Mata pencaharian sebagaian besar penduduk Desa Ngebruk, pada
sektor pertanian dan didukung dengan sektor yang lain :
1) Petani : 817 Or 2) Buruh tani : 1.298 Or 3) Wiraswasta/dagang : 489 or 4) Tukang bangunan : 192 or 5) Swasta : 614 or 6) PNS : 122 or 7) ABRI : 56 or 8) Lainnya : 175 or44
Menurut penulis dari data yang di peroleh dalam hal mata
pencaharian yang ada di Desa Ngebruk menunjukan jumlah yang
tinggi terhadap mata pencaharian sendiri adalah buruh tani yakni1.298
Or. Akan tetapi petani yang ada di Desa Ngebruk juga tinggi sekitar
817 Or sehingga dapat membantu pekerja buruh apabila petani
memperoleh hasil panen yang tinggi. Tidak hanya jumlah petani dan
juga buruh tani yang tinggi di Desa Ngebruk tetapi juga pedagang
yang memiliki pengaruh terhadap berkembangnya suatu desa. Jumlah
pedagang sendiri sekitar 489 or.
44Ibid
45
Dari jumlah mata pencaharian yang ada di Desa Ngebruk maka
dapat dikatakan bahwa Desa Ngebruk lebih baik dari desa-desa lain.
Sehingga potensi membuang sampah sembarangan menjadi
berkurang, karena memiliki pola yang mampu mengelola jenis
sampah dengan baik. Akan tetapi masyarakat yang memiliki mata
pencaharian telah menganggap bahwa sampah kering yang tidak dapat
digunakan merupakan sampah yang tidak memiliki manfaat.
2) Kondisi Sumber Daya Manusia ( SDM )
Kuantitas dan kwalitas SDM aparat pemerintah Desa dan personil
mitra kerja Pemerintah Desa sebagaimana tabel dibawah ini:
Tabel 1.1 Kuantitas dan Kualitas SDM Di Desa Ngebruk
No Kelembagaan Tingkat pendidikan SD SLTP SLTA DPL S.1 S.II S.III
1 Perangkat Ds - 2 7 - 1 - - 10 2 BPD - - - 1 6 - - 7 3 LPMD 1 3 4 9 - - 17 4 PKK 8 7 13 2 1 - 39 5 RT/RW 14 22 6 1 2 - - 45 6 Kr Taruna 25 50 27 3 8 - - 113
Sumber: Desa Ngebruk, 2016
Dilihat dari jumlah pendidikan yang ada di Desa Ngebruk
menggambarkan bahwa masyarakat sekitar masih memiliki wawasan
yang kurang terhadap pendidikan mengenai pengelolaan sampah, yang
dimana ada beberapa jenis sampah yang dapat digunakan kembali
seperti halnya, kresek, botol dan lain-lain.
3) Budaya Membuang Dan Membakar Sampah Tidak Sesuai Ketentuan
Budaya ini telah terjadi pada tahun 2007-2012 dimana sampah
kering telah masuk kearea persawahan masyarakat yang memiliki
46
sawah, baik di Dusun Mbodo dan juga ada dusun lain yang
mengalami dampak tersebut. Akan tetapi Dusun Mbodo yang
mengalami banyak kerugian karena aliran sungai untuk mengairi
sawah berakhir Dusun Mbodo. Akibat yang ditimbulkan yakni petani
sedikit mengalami kesulitan dalam mengelola sawah yang
sebelumnya terdapat sampah kering di area tersebut.45
Menurut penulis kebudayaan yang semacam inilah yang
menjadikan citra atau proses suatu dusun bahkan desa menjadi jelek
karena pola perilaku masyarakatnya sendiri yang tidak menyadari
betapa pentingnya suatu kebudayaan untuk tidak membuang sampah
dialiran sungai, karena dampak yang ditimbulkan sangatlah
merugikan pihak-pihak lainnya. Tidak hanya dalam bidang ekonomi
tetapi juga bidang kesehatan dan keefektifan petani memiliki sawah
dalam mengelola sawah, karena petani harus bekerja dua (2X) ketika
hendak mengelola sawah milikinya.
Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh penumpukan
sampah yang ada di bantaran sungai terjadi sejak 2007 sampai saat
ini, dimana ada banyak petani yang meresahkan perbuatan tersebut.
Tidak hanya masyarakat kerugian yang dialami oleh mayarakat
tetapi juga banyak ekosistem yang tinggal di sungai mengalami
kepunahan dan sungai yang semula jernih kini telah menjadi
45 Ibid
47
kotor/keruh. Dapat dilihat di sepanjang jalan yang ada di Dusun
Mbodo, Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung.
Gambar 1.1 Jenis Sampah di Aliran Sungai yang ada di Sekitar Dusun Mbodo Sumber. Desa Ngebruk
Dari gambar diatas penulis berpendapat bahwa perilaku
masyarakat sekitar masih memiliki kebudayaan membuang sampah
sembarangan sehingga memiliki dampak negatif bagi masyarakat
yang lain, seperti halnya persawahan yang dimiliki oleh masyarakat
setempat. kebudayaan seperti inilah yang mampu membuat para
petani menjadi marah karena mereka merasa dirugikan, tidak
hanyaaliran air sungai yang menggenang menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk dan petani juga sulit mendapatkan
aliran air sungai yang bersih seperti yang diharapkan para petani
sehingga hasil panen menjadi lebih baik.
Tidak hanya budaya buang sampah di sungai proses pembakaran
sampah yang tidak diperbolehkan dalam Undang-Undang tetap
48
dilakukan karena dianggap sebagai cara efektif kedua setelah
membuang sampah disungai.46 Dapat dilihat pada gambar 1.2
sebagai berikut:
Gambar 1.2 Jenis Sampah dalam Proses pembakaran yang tidak sesuai di Sekitar Dusun Krajan Sumber. Desa Ngebruk
Dari gambar diatas penulis beranggapan bahwa masyarakat
belum sepenuhnya menyadari akan bahaya yang ditimbulkan apabila
membakar sampah dengan sembarangan tanpa melalui proses
pembakaran yang dalam Undang-undang. Menurut penulis tindakan
seperti inilah yang akan memicu pemanasan global menjadi lebih
cepat. Tidak hanya asap yang di timbulkan akan memicu pemanasan
global menjadi lebih cepat tetpai juga menganggu sistem pernapasan
manusia itu sendiri dan orang lain apabila terhirup oleh saluran
pernapasan dan mata juga akan memerah akibat yang idtimbulkan
46Ibid
49
dari proses pembakaran sampah yang sembarangan. Dampak yang
jelas adalah bau yang dihasilkan dari hasil pembakaran tersebut.
Budaya yang semacam inilah yang seharusnya mulai dilakukan
perangkat desa untuk mengurangi jumlah volume sampah yang
dibuang dialiran sungai. Perangkat desa dapat memberikan informasi
apabila sampah yang dibuang dialiran sungai akan memiliki dampak
negatif bagi semua masyarakat.
Jumlah penduduk juga memiliki pengaruh terhadap kebudayaan
membuang sampah sembarangan di aliran sungai. Selain jumlah
penduduk dapat dilihat dari faktor keagamaan masyarakat, semakin
luas wawasan agama yang dimiliki maka semakin luas pemikiran
masyarakat dalam hal bertindak dan tidak sesuka hati, yang
mengakibatkan dampak negatif kepada masyarakat lain. Apabila itu
terjadi seharusnya memiliki rasa tanggung jawab dan rasa kepedulian
terhadap sesama akibat perbuatannya.
c. Potensi Sumber Daya Alam berupa Pengelolaan Lahan
Potensi yang sangat di Desa Ngebruk adalah pengelolaan sawah
dan industri, yang mempunyai pengaruh penting untuk mengurangi
jumlah kemiskinan di Desa Ngebruk. Akan tetapi banyak masyarakat
yang tidak memiliki tingkat kesadaran akan kebersihan lingkungan di
Desa Ngebruk, sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh para petani
yang menggarap sawah pribadi ataupun sawah yang disewa. Tidak
50
hanya sebagai lahan pertanian, terdapat juga sektor industri makanan
kecil, seperti halnya tiwul, gatot, keripik, dan juga buah-buahan.
d. Peta Wilayah Desa Ngebruk
Gambar 1.3 Peta Wilayah Desa Ngebruk Sumber. Desa Ngebruk
2. Tugas Pokok dan fungsi BSM Lestari
Tugas dalam menjalankan BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk
dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang telah terstruktur sebelumnya, sehingga
pengelolaan sampah yang ada dapat berjalan dengan baik. Adapun tugas dan
fungsi dari BSM Lestari yakni:
PETA DESA NGEBRUK
51
Struktur Organisasi
B. Impelementasi Sistem “Bank Sampah” yang ada di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang
1. Sejarah Berdirinya Bank Sampah di Desa Ngebruk
Pada tahun 2014 desa Ngebruk memiliki gagasan dalam hal
menanggulangi volume jumlah sampah yang ada di lingkungan sekitar hal
semacam ini mampu membuat para petani marah akibat jumlah sampah
yang mengganggu sistem perairan disawah. Akibat pembuangan sampah
kering ke sungai yang di lakukan oleh masyarakat, sering di sinyalir
penyebab dari kerusakan hasil tanaman sawah yang mengandalkan air dari
aliran sungai.
BSM Lestari juga bekerja sama dengan Bank Sampah Malang dalam
hal menanggulangi sampah kering, akan tetapi BSM Lestari yang ada di
Wakil Ketua
Sunarwan., ST
Sekretaris
Agus Sulistiyono
Bendahara
Nurhuda
Penimbangan
Zainuri
Pemilahan
Bakron
Marketing
Slamet
Ketua BSM Lestari
Fatkhur Rahman
52
Desa Ngebruk ini tidak mendapat pengawasan yang baik dari BSM Pusat,
sehingga memutuskan untuk mundur dan mengelola sendiri sampah
kering yang ada di BSM Lestari yang dibuat oleh Posdaya.
Dari hasil wawancara dengan salah satu penasehat yaitu;
“Motivasi berdirinya Bank Sampah Mandiri (BSM Lestari) yaitu karena adanya sungai yang sangat dibanjiri sampah yang dampaknya kasian sekali kepada petani, karena setiap hari petani harus menyingkirkan sampah, terutama sampah plastik yang sangat mengganggu, apalagi tehadap tanaman, selama ini banyak masyarakat yang tidak sadar akan akibat membuang sampah di sungai dan sungai dijadikan sebagai tempat penampungan sampah, sehingga dampak negatifnya kepada petani yang di bawahnya, karena hari ini petani mengumpulkan sampah yang ada di sawah milik pribadinya, maka besok sampah plastik tersebut kembali lagi, begitu seterusnya. Akhirnya muncul pemikiran anak-anak mahasiswa yang KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa), yaitu bagaimana jika sampah bisa ditanggulangi, memberikan kesempatan kepada warga untuk meningkatkan kesejahteraannya apabila di pilah-pilah, kemudian sampah organiknya dijadikan pupuk dan sampah anorganiknya bisa dijual. Sehingga petani bisa tertolong dan sungai yang kotor menjadi bersih, setidaknya berkurang dari sampah.”47 BSM Lestari memiliki visi, misi dan motto yang tidak jauh berbeda
dengan Bank Sampah Malang dalam hal menanggulangi sampah sekalipun
telah melepaskan diri dari Bank Sampah Malang. Adapun bunyi dari visi,
misi dan motto dari Bank Sampah Malang yakni;
Motto Bank Sampah Malang " Pinjam Uang, Nyicil Sampah " " Beli Sembako, Bayar Sampah " " Bayar Listrik Dengan Sampah " " Sehat Dengan Sampah "
Visi
“ Menuju Kota Malang Yang Ber-Bsm " “ Bersih Dari Sampah ” “ Sejuk Dari Pepopohonan ”
47Hasil wawancara dengan bapak Mochnur Laksono., SE, selaku penasehat dari Posdaya
Bank Sampah, Dusun Mbodo, Desa Ngebruk, tanggal 01 Juni 2016
53
“ Manfaat Akibat Pengelolaan Sampah ”
Misi
1. Pengelolaan Sampah Sampai Bersih Dengan Kegiatan : o Pengomposan (Komposter, Takakura), Biogas, Budidaya Cacing
Pada Sampah Organik o Pembuatan Kerajinan Pada Sampah An-Organik o Penabungan Sampah Layak Jual Pada Bsm Pada Sampah An-
Organik (70 Jenis Sampah)
2. Mewujudkan Kesejukan Dengan Penanaman Pohon Dan Terhindari Polusi Bau Dari Sampah Dan Sehat Lingkungannya
3. Memanfaatkan Sampah Untuk : o Meningkatkan Pendapatan Masyarakat o Mengurangi Pengangguran Terutama Masyarakat Kecil o Merubah Perilaku Masyarakat Akibat Manfaat Sampah
Visi dan Misi diatas menggambarkan bahwa sampah mampu dikelola
dengan baik apabila memalui penanganan yang tepat, apabila sampah kering
tidak dilakukan dengan proses yang tepat maka masyarakat yang memiliki
sawah mengalami kerugian dan dampak negatif dapat dirasakan oleh
masyarakat sekitar. Tujuan dari visi dan misi diatas guna untuk mengajak
masyarakat dalam hal mengurangi jumlah sampah yang semakin hari
semakin menumpuk.
2. Sistem Pengelolaan Bank Sampah di BSM Lestari Desa Ngebruk
Bank Sampah dimanapun memiliki suatu sistem tersendiri untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati sejak awal. Sistem pengelolaan
sendiri merupakan suatu komponen yang memiliki sub-sub namun saling
memiliki keterkaitan. Adapun kegunaan dari sistem ini menunjukan bahwa
setiap sub/komponen memiliki tanggung jawab sehingga mendukung dari
tujuan dalam mengelola Bank Sampah khususnya BSM Lestari.
54
Sistem dalam mengelola bank sampah sendiri merupakan salah satu
cara yang bertujuan untuk berjalannya bank sampah baik dalam
mekanisme/tahapan pengelolaan BSM Lestari dan juga terlaksananya
sistem lain. Pengelolaan dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang
diharapkan apabila sistem mampu memberikan perannya dalam sistem
tersebut dalam BSM Lestari. Sehingga BSM Lestari akan menjadi lebih
baik apabila terdapat sistem yang mendukung telah berjalan sesuai
harapan, adapun sistem yang dimaksud yakni:
55
Sistem Pengelolaan Sampah BSM Lestari
Gambar 1.4 Sistem Pengelolaan Sampah BSM Lestari
Bank Sampah
1. Pengelola dan Pengelolaan
a. Dikelola Oleh Koperasi
b. Dikelola oleh Masyarakat
2. Pengelolaan a. Mekanisme
pengelolaan 1) Sosialisasi
a) Secara Kelompok
b) Secara Individu 2) Pendataan menjadi
Nasabah 3) Pelatihan 4) Penyetoran 5) Pembiayaan
a) Tabungan Hari Raya
b) Tabungan kesehatan
b. Standar Manajemen Bank Sampah
3. Norma/Peraturan a. Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recyle Melalui Bank Sampah
b. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
4. Kebijakan Dari Desa
a. Himbauan b. Teguran
Ringan c. Teguran
berupa Pengumuman tingkat RT
d. Sanksi Tidak tertulis, yakni Sanksi Berupa pembayaran Uang Kas selam 3 Bulan
5. Subyek Sampah a. Kuantitas jenis
sampah 1) Memadai 2) Tidak
Memadai b. Kualitas jenis
sampah 1) Tidak Dipilah 2) Dipilah
7. Sarana/Prasarana a. Memadai b. Tidak Memadai c. Tidak Memiliki
6. Obyek/Peran Aktif Masyarakat
a. Ingin Mendapat Uang Lebih dari Sampah Yang Ditabung
b. Mengurangi Volume Sampah dalam Rumah Tangga
c. Menjadi Ruang Lingkup Rumah menjadi Bersih
d. Mengurangi Berkembangbiaknya Bakteri Penyakit
56
Dari bagan diatas terdapat penjelasan yang menjelaskan tentang
sistem pengelolaan sehingga mendukung BSM Lestari sehingga dapat
berjalan dengan sukses yakni:
1. Pengelola yang dimana pengelola memiliki peranan yang penting
dalam menjalankan BSM Lestari, karena tanpa adanya pengelola sama
halnya tidak berjalan sama sekali. Pengelola juga memiliki badan
hukum yang melindungi BSM Lestari, badan hukum yang dimaksud
yakni:
a. Dikelola koperasi, dimana koperasi merupakan pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang berbasis lingkungan,
sehingga sampah yang dapat didaur ulang memiliki nilai ekonomi.
b. Dikelola melalui masyarakat, dimana masyarakat mendirikan
sendiri melalui paguyuban/komunitas pecinta lingkungan bersih
sehingga Bank Sampah mampu menanggulangi jumlah sampah
yang semakin hari semakin menumpuk, baik didirikan dibawah
naungan Posdaya, Karang Taruna bahkan ibu PKK.
Menurut penulis sistem dalam pengelola memiliki etikat baik
dalam menanggulangi masalah sampah, sehingga sampah yang
semula menjadi barang yang tidak berguna menjadi barang yang
memiliki nilai ekonomi, dengan adanya pihak koperasi maupun
pihak paguyuban yang membantu menanggulangi sampah sehingga
masyarakat yakin bahwa sampah memiliki nilai ekonomi
tersendiri. Tidak hanya menjadikan masyarakat memiliki rasa
57
persaudaraan yang baik akan tetapi mampu menjadi masyarakat
lebih bertanggung jawab terhadap sampah, baik sampah anorganik
maupun sampah organik. Dapat disimpulkan juga bahwa kedua
pengelola mampu menjadi sampah memiliki nilai ekonomiyang
lebih baik dalam menangani masalah sampah.
2. Pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksud merupakan sistem yang
mampu menjalankan Bank Sampah Khususunya BSM Lestari.
Sehingga sistem pengelolaan menjadi peran penting kedua setelah
sistem pengeloa. Pengelolaan memiliki tahapan / mekanisme yang
dapat menunjang berjalannya sistem dari pengelolaan. Adapun
mekanisme/tahapan yang dimaksud dalam BSM Lestari sebagai
berikut:
a. Mekanisme / Tahapan Sistem Pengelolaan Sampah di BSM Lestari Desa Ngebruk
1) Upaya Pemberian Informasi dari Pihak Pengelola Bank
Sampah melalui Sosialisasi
Upaya yang dilakukan pihak pengelola dalam mengenalkan
BSM Lestari yang ada di Dusun Mbodo yaitu dengan membentuk
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengantisipasi
dampak dari pengelolaan sampah yang tidak terkendali merupakan
hal yang membutuhkan suatu bentuk pengenalan program melalui
sosialisasi. Dengan proses sosialisasi bisa dilakukan kepada banyak
masyarakat akan pentingnya mendaur ulang sampah baik sampah
kering maupun sampah basah yang bertujuan untuk menanggulangi
58
permasalahan sampah dan peduli lingkungan yang ada di Desa
Ngebruk baik Dusun Krajan, Kebonsari dan juga Dusun Mbodo.
Proses sosialisasi juga dapat dibantu dari kelompok PKK yaitu
Dasa Wisma. Adapun hasil dari wawancara tentang prsoses
sosialisasi sebagai berikut:
“Sosialisasi dibantu dari kelompok PKK yaitu Dasa Wisma, ada 3 (tiga) yang sangat intens melakukan sosialisasi di permukiman Desa Ngebruk, hanya saja belum berjalan dengan baik.48
Menurut penulis sebuah program atau kebijakan tidak akan
terlaksana dengan baik apabila tidak adanya pihak-pihak yang
terlibat dalam pelaksanaannya dalam hal mewujudkan program
atau kebijakan tersebut. Pengelolaan sampah melalui BSM Lestari
di Desa Ngebruk merupakan bentuk kerjasama antara pemerintah
dan seluruh masyarakat dalam mengatasi permasalahan sampah
yang ada. Ada 2 (dua) pendekatan yang digunakan oleh pihak
pengelola/pengurus untuk menarik minat masyarakat menjadi
nasabah BSM Lestari yakni dengan cara;
a) Melalui pendekatan sosialisasi kepada masyarakat secara
kelompok (komunal), dimana sosialisasi ini bisa terwujud
apabila masyarakat hadir dalam undangan musyawarah yang
diselenggarakan oleh pihak pengurus dan perangkat desa
dalam hal mengurangi jumlah sampah. Baik dilakukan kepada
kelompok PKK, Karang Taruna, dan pertemuan RT.
48Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Muhaimin., S.Pdi, selaku Perangkat Desa yang
mengendalikan BSM Lestari, Desa Ngebruk, tanggal 01 Juni 2016
59
b) Pendekatan yang kedua yang dilakukan yakni dilakukan
dengan sistem individu dimana pihak pengurus melakukan
sosialisasi kepada pihak pemilik industri rumah tangga dan
juga masyarakat sekitar yang telah mengikuti sosialisasi
terlebih dahulu yang diadakan dibalai desa, sehingga peran
aktif masyarakat dalam menangani sampah yang dihasilkan
mampu dijadikan bahan baku yang memiliki nilai ekonomi.
Menurut penulis tujuan dari diadakannya sosialisasi tersebut
mampu menjelaskan secara detail bahwa sampah rumah tangga
mampu dijadikan sumber penghasilan tambahan yang mampu
mensejahterakan masyarakat yang tidak mampu secara materi.
Pihak-pihak yang memiliki peran dalam mendukung
berjalannya BSM Lestari adalah pihak-pihak yang bergerak
dibawah naungan perangkat desa, sehingga BSM Lestari menjadi
lebih baik. Adapun pihak pelaksana pengelolaan sampah melalui
BSM Lestari di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung,
Kabupaten Malang, yaitu:
1) Bank Sampah (BSM Lestari) membantu Pemerintah kabupaten Malang dalam mengurangi sampah di Kabupaten Malang, khususnya Desa Ngebruk. Bank Sampah Mandiri sebagai sebuah tempat untuk membina, melatih atau mendidik, mendampingi serta menerimadan membeli hasil kegiatan pengelolaan sampah para nasabah.
2) Tim Penggerak PKK melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait dengan pengelolaan sampah.
3) Para kader lingkungan bertindak sebagai inisiator penggagas BSM Lestari nantinya diharapkan dapat memacu masyarakat di wilayah Desa Ngebruk agar dapat menciptakan kebersihan
60
lingkungan khususnya dalam rangka turut serta mengelola sampah dengan metode 3R.
4) Seluruh warga Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang merupakan aktor yang bertindak sebagai pendukung dari kebijakan pengelolaan sampah.49
Menurut penulis pihak-pihak diatas memiliki tugas dan
tanggung jawab yang berbeda pula namun dengan tujuan yang
sama yaitu mengatasi permasalahan sampah melalui pengelolaan
yang baik yaitu 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Sehingga
program dalam menanggani permasalahan sampah akan menjadi
lebih baik karena adanya peran serta oleh masyarakat sekitar diarea
permukiman.
Akan tetapi fakta yang ada dilapangan para pihak yang
diharapkan untuk menanggulangi sampah kering yang berserakan
menjadi berkurang bahkan bersih dialiran sungai. Akan tetapi para
aktor diatas tidak mampu membantu pihak pengurus dalam
mengelola dan tidak mampu mensosialisasikan BSM Lestari
selama ini, dapat dikatakan juga bahwa masyarakat tidak
mendukung proses berjalannya BSM Lestari sesuai dengan
Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle
Melalaui Bank Sampah, dimana Pemerintah Kabupaten/Kota
memiliki wewenang dalam mengawasi dan memberikan pelaksaan
dan juga penyediaan tempat pengelolaan sampah.
49Ibid
61
“BSM Lestari yang diciptakan oleh beberapa masyarakat Dusun Mbodo ini mendapat apresiasi yang baik bagi perangkat desa. Akan tetapi perangkat desa tidak mendukung 100% akan gagasan tersebut, sehingga hanya dijadikan uji coba saja. Apabila Bank Sampah tersebut mampu berjalan dengan baik maka, perangkat desa mengakui adanya Program Bank Sampah dalam membawa perubahan dari sampah kering yang tidak berguna menjadi lebih bernilai, bahkan perangkat desa tidak menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh BSM Lestari, baik berupa tempat penampungan maupun kendaraan pengangkut sampah kering.”50
Menurut penulis untuk mengingat hal yang berpengaruh
terhadap kegiatan untuk menanggulangi sampah sebagaimana
tujuan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah, dengan menggunakan fasilitas seadanya dan
tenaga kerja swadaya untuk mengurangi sampah kering tidak ada
yang memberi upah atas tenaga mereka dalam mengumpulkan
sampah yang dibuang disungai maupun yang dikumpulkan dari
rumah masyarakat.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
mengetahui bagaimana proses berjalannya BSM Lestari, maka
penulis melakukan penelitian pada bulan September 2016 hingga
bulan November 2016. Penulis merasa bahwa gagasan/ide yang
dimiliki oleh tokoh masyarakat sangatlah baik, akan tetapi peran
masyarakat ataupun pemerintah desa tidak memberikan motivasi
maupun contoh yang baik kepada masyarakat yang tinggal di Desa
Ngebruk sendiri, sehingga penulis merasa ada sesuatu yang harus
50Hasil wawancara dengan bapak Fathur Rahman selaku Wakil ketua pengurus Posdaya
Bank Sampah, Dusun Mbodo, Desa Ngebruk, tanggal 02 Juni 2016
62
dilakukan dalam hal menangulangi sampah kering yang
menyumbat aliran sungai sehingga dapat mengakibatkan kerugian
bagi petani.
Tidak hanya menanggulangi sampah kering yang di hasilkan
oleh masyarakat setiap harinya, baik di area permukiman maupun
area persawahan. Pengelola BSM Lestari memiliki semangat
dimana sampah kering yang semula tidak berguna menjadi berkah
dalam bentuk uang, apabila sampah kering disetorkan kepada
pengelola BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk. Diharapkan
pula kepada masyarakat untuk menanggapi proses pengelolaan
BSM Lestari ini agar berfungsi untuk mensejahterakan rakyat
dalam mengelola sampah kering, sehingga Desa Ngebruk mampu
menciptakan lapangan pekerjaan dalam pengelolaan sampah.
2) Tahap Pendataan Calon Nasabah BSM Lestari
Tujuan dari sistem pendataan ini untuk mengetahui jumlah
masyarakat yang ingin menjadi nasabah setelah diadakan proses
sosialisasi sebelumnya, sehingga pihak pengelola dapat
memberikan tahapan selanjutnya untuk mendukung berjalannya
Bank Sampah, khususnya di BSM Lestari. Sehingga pengelola juga
dapat mengetahui minat dari masyarakat seberapa persen (%) untuk
menjadi nasabah dari wilayah cakupan yang berada di desa baik
dusun Krajan, Kebonsari, maupun dusun Mbodo sendiri. Adapun
syarat dalam menjadi calon nasabah dari BSM Lestari yaitu;
63
1. Mengisi formulir yang disediakan oleh pihak BSM Lestari 2. Pilih tabungan yang diinginkan, jenis regular atau tabungan hari
raya 3. Menyerahkan sampah kering yang akan ditabungkan dalam
kondisi bersih.
Tidaklah sulit dalam menjadikan diri menjadi lebih baik dalam
mengelola sampah, khususnya sampah kering yang mampu
memiliki nilai ekonomi.51
Menurut penulis persyaratan yang ada pada BSM Lestari
sangatlah sederhana akan tetapi bagaimana masyarakat mampu
menjalankan perannya dalam hal mengurangi jumlah sampah yang
ada dalam rumah tangganya maupun yang ada disekitar tempat
tinggalnya. Sehingga mampu mencerminkan perilaku yang baik
dan peduli terhadap lingkungan disekitar dan juga dapat dijadikan
contoh masyarakat lain bahwa sampah yang ada dirumah masih
dapat digunakan kembali atau memiliki nilai ekonomi dalam
membantu perekonomian rumah tangganya.
3) Tahap Pelatihan Kepada Nasabah
Setelah warga sepakat untuk melaksanakan sistem bank
sampah, maka perlu dilakukan proses lanjutan. Tujuan dari tahapan
ini merupakan suatu proses lanjutan untuk memberikan penjelasan
secara detail tentang standarisasi sistem bank sampah. Tidak hanya
proses standarisasi yang dijelaskan akan tetapi cara kerja dari bank
sampah khususnya BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk.
51Ibid
64
Sehingga diharapkan kepada nasabah untuk memilah sampah yang
akan disetorkan ke BSM Lestari.
Menurut penulis cara ini merupakan cara yang lebih efektif
dalam melakukan proses penimbangan sampah kering yang telah
disetorkan oleh nasabah ke bank sampah baik BSM Lestari maupun
BSM lain. Sehingga pihak pengurus tidak perlu melakukan proses
pemilahan ulang.
4) Tahap Penyetoran Sampah Kering
Penyetoran sampah ke BSM Lestari, waktu penyetoran sampah
biasanya telah disepakati sebelumnya. Penjadwalan ini maksudnya
untuk menyamakan waktu nasabah menyetor dan pengangkutan ke
pengepul. Hal ini agar sampah tidak bertumpuk di lokasi Bank
Sampah.52
Menurut penulis dimana tujuan penyetoran ini bertujuan untuk
menyamakan proses pengangkutan sampah yang telah disetorkan
sesuai waktu yang telah disepakati. Sehingga pihak pengurus tidak
mengalami kesusahan dalam mengelola sampah yang telah
disetorkan oleh nasabah dan tidak menumpuk seperti gudang yang
tidak terurus. Dan tidak dijadikan tempat berkembangbiaknya
serangga yang akan berdampak negatif bagi masyarakat yang lain.
Proses ini diawali dari petugas yang akan mencatat jenis dan
bobot sampah setelah penimbangan. Hasil pengukuran tersebut lalu
52Ibid
65
dikonversi ke dalam nilai rupiah yang kemudian ditulis di buku
tabungan. Pada tahapan ini, nasabah akan merasakan keuntungan
sistem bank sampah.
5) Tahap Pembiayaan / Pembayaran
Dalam tahap ini merupakan tahap akhir dimana semua sampah
memiliki nominal atau satuan harga dari jenis sampah yang telah
disetorkan oleh pihak nasabah kepada pihak bank sampah yang ada
di Desa Ngebruk yakni BSM Lestari. Proses pembiayaan ini terjadi
hanya setiap 1 (satu) tahun sekali. Setelah nasabah melihatkan
jumlah nominal uang yang ada pada buku tabungan yang mereka
miliki.
Menurut penulis tahap ini merupakan proses yang sangat
diharapkan oleh setiap nasabah yang telah menabungkan sampah
kering mereka selama 1 (satu) tahun. Tahapan ini juga merupakan
tahapan yang memerlukan proses kehati-hatian agar tidak ada
kesalahpahaman karena dari hasil yang ditabung, para pekerja yang
membantu proses berjalannya BSM Lestari juga mendapatkan hasil
kerjanya selama setiap bulan, sehingga nasabah mengetahui jumlah
potongan yang terjadi untuk membantu memberikan upah kepada
para pekerja BSM Lestari setiap bulannya. Kesepakatan ini terjadi
di awal tahapan yaitu sosialisai yang menjelaskan bahwa hasil yang
diperoleh oleh nasabah akan dilakukan proses pemotongan harga
sebagai proses pemberian upah kepada pekerja BSM Lestari.
66
b. Sistem Standar Manajemen Bank Sampah dalam Pengelolaan Sampah di BSM Lestari Desa Ngebruk
Sistem penerapan yang dilakukan oleh pihak Bank Sampah
Mandiri ini tidak jauh berbeda dengan penerapan sistem yang ada
pada Bank Sampah Malang, karena dulunya sempat terjadi
kerjasama antara Bank Sampah Malang dengan BSM Lestari. Akan
tetapi penerapan yang digunakan di BSM Lestari hanyalah
pengelolaan sampah kering, bukan sampah basah.
Sistem penerapan yang digunakan untuk menghasilkan uang
dari sampah kering sehingga dapat mengurangi jumlah penimbunan
sampah kering yang tida dapat dihasilkan, karena dianggap sebagai
barang yang tidak berguna bagi masyarakat, menjadi lebih
bermanfaat dan dapat mengurangi jumlah kemiskinan di Desa
Ngebruk. Adapun sistem penerapannya sebagai berikut:
Gambar 1.5 Diagram Pengelolaan Sampah Melalui Bank Sampah pada BSM Lestari.
Sumber: Bank Sampah Malang Tahun 2012
67
Sampah rumah tangga, merupakan jenis sampah yang berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam lingkup rumah tangga, seperti
halnya sampah organik, anorganik dan residu, tidak termasuk tinja.
Adapun jenis sampah rumah tangga yakni:
1) Sampah organik, disebut dengan sampah yang mudah
mengalami proses pembusukan atau mudah terurai, seperti
halnya sayuran dan buah-buahan.
2) Sampah anorganik, merupakan jenis sampah yang sulit
mengalami proses pembusukan atau sulit untuk terurai, seperti
halnya plastik, kaleng, besi dan lain sebagainya.
3) Residu, merupakan jenis sampah yang tidak dapat diolah dengan
pemadatan, pengomposan maupun didaur ulang.
4) Sarana pengangkutan, dimana sarana yang digunakan dalam hal
mengangkut sampah dari sumber sampah sementara menuju
tempat pengelolaan sampah terpadu.
5) Proses pemilahan, dimana kegiatan tersebut merupak
pengelompokkan dan melakukan proses pemisahan sampah
sesuai dengan jenis.
6) Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (TPS-3R),
dimana kegiatan ini merupakan proses pengumpulan,
pemilahan, penggunaan kembali sampah.
Menurut penulis, dengan adanya diagram tersebut diatas
mampu membuat masyarakat sadar bahwa sampah yang semula
68
tidak memiliki kegunaan menjadi lebih bermanfaat. Seperti halnya
sampah rumah tangga yang mudah busuk, karena merupakan
sampah organik bisa dijadikan kompos, yang mana sampah organik
dapat dikelola oleh masyarakat setempat. Sampah organik sendiri
merupakan jenis sampah seperti sayuran, buah, makanan dan yang
mudah melakukan pembusukan.
Sedangkan untuk sampah anorganik dapat dijual atau dapat
dijadikan bahan kerajinan yang memiliki nilai ekonomi, apabila
dijual proses penjualan dapat dilakukan kepada pihak BSM yang
dimana pihak BSM Pusat memiliki kewenangannya. dalam hal
mengelola sampah anorganik yang dapat diolah menjadi kerajinan
bahkan dijual kembali kepada pabrik untuk dapat dikelola menjadi
barang yang bermanfaat dar limbah sampah yang dihasilkan dari
BSM Pusat. Sampah anorganik sendiri merupakan sampah seperti
kertas, plastik, botol, besi dan lain-lain yang tidak dapat membusuk
dengan cepat. Sedangkan hasil dari sampah Residu hanya dapat
dikelola oleh TPS dan TPA yang dilakukan oleh DKP Kota
Malang. Sehingga semua jenis sampah dapat didaur ulang sesuai
dengan jenis sampah yang sudah di sebutkan diatas.
Sistem pengelolaan sampah juga harus dilihat dari standar
manajemen bank sampah yang telah ditentukan dalam pasal 4 point
b Peraturan Menteri Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah
69
yang menjelaskan tentang standar manajemen bank sampah yang
akan diolah kembali menjadi sampah yang bermanfaat.
Adapun standar manajemen bank sampah terhadap jenis
sampah yang dapat dimiliki oleh nasabah/penabung sampah
dimana terdapat beberapa sub komponen didalamnya antara lain:
a. dilakukan penyuluhan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan
b. setiap penabung diberikan 3 (tiga) wadah/tempat sampah terpilah
c. penabung mendapat buku rekening dan nomor rekening tabungan sampah
d. telah melakukan pemilahan sampah e. telah melakukan upaya mengurangi sampah
Dari hasil komponen diatas dapat disimpulkan bahwa
penabung harus memiliki kewajiban dalam mengelola sampah
kering sebelum disetorkan ke pihak pengurus BSM Lestari untuk
membantu mengurangi jumlah sampah kering yang ada di dalam
rumah bahkan diarea sekitar.
Menurut penulis dengan adanya komponen tersebut dapat
memberikan kemudahan terhadap pihak pengurus dalam hal
mengelola sampah kering. Tidak hanya membantu pihak pengurus
tetapi juga mengingatkan masyarakat terhadap perannya dalam
mengelola sampah kering yang ada diarea sekitar tempat tinggalnya
dimana masyarakat harus melakukan komponen diatas supaya
mayarakat sendiri memiliki tanggungjawabnya sebagai nasabah
dalam bank sampah khususnya BSM Lestari yang ada di Desa
Ngebruk. Tidak hanya penyuluhan yang harus dilakukan
70
setidaknya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan kepada nasabah akan
tetapi komponen tersebut tidak berjalan sama sekali dalam 3 (tiga)
bulan sehingga nasabah tidak melupakan kewajibannya dalam
mengurangi jumlah sampah sebagaimana dimaksud dalam point e
dari komponen diatas.
Tidak hanya penabung sampah yang memiliki tanggung
jawabnya terhadap sampah kering, akan tetapi pihak pengelolaan
sampah di bank sampah juga memiliki peranan penting terhadap
sampah kering khusunya. Seperti halnya penabung sampah/nasabah
yang memiliki sub komponen, pihak pengelolaan sampah juga
memiliki sub komponen yang harus diperhatikan, antar lain:
a. sampah layak tabung diambil oleh pengepul paling lama sebulan sekali
b. sampah layak kreasi didaurulang oleh pengrajin binaan Bank Sampah
c. sampah layak kompos dikelola skala RT dan/atau skala komunal d. sampah layak buang (residu) diambil petugas PU 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) minggu e. cakupan wilayah pelayanan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu)
kelurahan (lebih besar dari 500 (lima ratus) kepala keluarga) f. sampah yang diangkut ke TPA berkurang 30-40% setiap
bulannya g. jumlah penabung bertambah rata-rata 5-10 penabung setiap
bulannya h. adanya replikasi Bank Sampah setempat ke wilayah lain
Menurut penulis sub komponen diatas dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam hal mengelola jenis sampah kering yang
telah menumpuk di gudang Bank Sampah. Tidak hanya mampu
menjadikan jenis sampah kering untuk didaurulang bahkan
dijadikan bahan kreasi yang memiliki nilai ekonomi, pihak
71
pengelola juga seharusnya mampu mengelola jenis sampah basah
yang mampu dijadikan sampah kompos yang bekerjasama dengan
skala RT, akan tetapi itu tidak berjalan sebagaiamana yang
diharapkan oleh Peraturan Menteri, tidak hanya pengelolaan
sampah kering dan juga sampah basah, pihak pengelola juga
seharusnya membawa masyarakat dusun lain untuk menjadi
nasabah bank sampah khususnya di BSM Lestari, sehingga jumlah
sampah yang diangkut menjadi berkurang 30% - 40% setiap
bulannya dan juga menjadi nasabah BSM Lestari menjadi lebih
banyak bahkan setiap bulan bertambah 5-10 penabung setiap
bulannya. Akan tetapi hal tersebut menjadi hal yang sangat langka,
karena pihak perangkat desa tidak mendukung secara penuh akan
pengurangan sampah yang ada di Desa Ngebruk.
Tidak hanya pihak penabung dan juga pihak pengelola yang
memiliki sub komponen tetapi juga pihak pelasanaan Bank Sampah
dimana salah satunya sebagai fasilitator dalam pembangungan dan
pelaksanaan Bank Sampah, antara lain sub komponen sebagai
berikut:
a. sebagai fasilitator dalam pembangunan dan pelaksanaan Bank Sampah
b. menyediakan data “pengepul/pembeli sampah” bagi Bank Sampah
c. menyediakan data “industri daur ulang” d. memberikan reward bagi Bank Sampah catatan:
Fasilitator adalah orang yang memfasilitasi keperluan pembangunan dan pelaksanaan Bank Sampah, antara lain:
72
a. membantu dalam memfasilitasi penggalangan dana corporate
social responsibility (CSR);
b. penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana bagi berdirinya Bank Sampah;
c. pengurusan perijinan usaha Bank Sampah; d. membantu dalam memasarkan produk daur ulang sampah
(kompos, kerajinan).
Menurut penulis sendiri pihak fasilitator diatas tidak mampu
memberikan tugasnya sebagai fasilitator akan tetapi hanya sebagai
pengawas dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator
khusunya dalam point c tentang perijinan usaha Bank sampah dan
juga memasarkan produk daur ulang sampah (kompos dan
kerajinan). Akan tetapi pihak fasilitator mampu memberikan
fasilitas berupa infrastruktur bagi berdirinya bank sampah yang ada
di Desa Ngebruk. Hasil pengumpulan sampah kering juga mampu
dijadikan suatu penggalangan dana Corporate Social Responsibility
(CSR) di Desa Ngebruk tersebut.
Hasil dari pengumpulan sampah kering yang di setorkan
kepada pihak pengurus BSM Lestari akan memiliki nominalnya
masing-masing. Seperti halnya plastik bening, kresek, buku, kertas
HVS, selang air, dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat yang
mengumpulkan dapat memiliki uang yang ad di BSM Lestari. Akan
tetapi sistem penerapan ini mengalami banyak kemunduran, tidak
hanya program yang tidak berjalan perangkat desa sendiri juga
tidak memberikan dukungan yang penuh terhadap program
tersebut. Baik dalam sosialisasi kepada masyarakat dengan baik
73
akan bahaya yang ditimbulkan akibat membuang sampah yang
sembarangan khususnya di sungai, tempat penampungan sampah
yang hanya mengandalkan fasilitas dari kesadaran masyarakat yang
berpartisipasi.
“Peran perangkat desa sendiri sangat jauh dari kata membantu, kata membantu disini hanyalah menyediakan kendaran pengangkut roda tiga yang mana itu diberikan karena adanya paksaan dari pihak pengurus yang mengalami kebingungan dalam hal mengangkut sampah kering dari rumah nasabah/ masyarakat yang melakukan proses penabungan sampah di BSM Lestari.”53
Akan tetapi perangkat desa tidak memberikan kendaraan yang
layak untuk proses pengangkutan sampah kering dari tempat
penampungan BSM Lestari menuju BSM Pusat. Sebagaimana di
sebutkan dalam pasal 6 tentang tugas pemerintah dan pemerintahan
dalam mengawasi pengelolaan sampah sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah jo
Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2012
Tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa, pemerintah
daerah memberikan fasilitas dalam hal pelaksanaan penanganan
sampah yang ada di setiap daerah, baik kota atau kabupaten, baik
tingkat RW atau tingkat RT.
Pihak Pengurus terlebih dahulu menghubungi pihak BSM Pusat
dalam hal mengambil sampah yang ada di tempat penampungan.
Jika itu tidak terjadi maka sampah kering yang ada di tempat
53Hasil wawancara dengan bapak Mochnur Laksono., SE, selaku penasehat dari Posdaya
Bank Sampah, Dusun Mbodo, Desa Ngebruk, tanggal 01 Juni 2016
74
penampungan menjadi menumpuk dan akan dijadikan tempet
perkembangan serangga lain untuk berkembangbiak.
Menurut penulis dengan adanya pengelolaan sampah melalui
kegiatan bank sampah untuk meningkatkan kebersihan dan
kesadaran kepada masyarakat luas bahwa sampah adalah sumber
daya yang bernilai ekonomis apabila dikelola dengan baik dan benar.
Tidak hanya pada aspek ekonomi saja, pengelolaan sampah yang
dilaksanakan juga berdampak pada peningkatan pendidikan dalam
memilah sampah, serta kesehatan lingkungan dan masyarakat. Pada
dasarnya, pelaksanaan sampah tidak hanya pada metode bank
sampah, masih ada beberapa cara memilah sampah.
Dalam hal mengetahui berjalan atau tidaknya sistem penerapan
ini dapat dilihat dari hasil Input, Proses dan juga Output yang ada di
Desa Ngebruk. Untuk mengukur indikator keberhasilan dari adanya
kegiatan pengelolaan sampah Desa Ngebruk atau lebih dikenal BSM
Lestari, penulis dalam penelitian ini menggunakan metode yang
digunakan oleh Bambang Suwerda. Sehingga dapat diketahui sejauh
mana keberhasilan yang ada di BSM Lestari yang terletak di Desa
Ngebruk.
Gambar 1.6. Alur Indikator Keberhasilan Bank Sampah Oleh Bambang Suwerda. Sumber: Bambang Suwerda (2012, Hal. 24)
INPUT PROSES OUTPUT
75
Hasil dari Input yang dimaksud diantaranya;
1. Jumlah partisipasi aktif para warga tingkat dusun yang mengikuti
kegiatan pengelolaan sampah
2. Pendanaan yang menunjang dan digunakan dalam menjalankan
kegiatan pengelolaan sampah melalui bank sampah di Desa
Ngebruk.
Menurut penulis dapat dilihat dari hasil prosesnya yakni,
proses merupakan tahapan-tahapan kegiatan yang terlaksana dalam
mengelola sampah di Desa Ngebruk, termasuk berjalan atau
tidaknya kegiatan bank sampah baik secara individu maupun
kelompok. Pada dasarnya, mekanisme pelaksanaan pengelolaan
sampah melalui manajemen bank sampah adalah sesuai dengan
prosedur yang ada, dimulai dari pengumpulan, pemilahan,
penyetoran serta kegiatan menabung sampah.
Sedangkan hasil Output sebagai hasil keluaran yang diperoleh
dari adanya kegiatan pengelolaan sampah setelah kegiatan
berlangsung, diantaranya:
a) Jumlah nominal Rupiah dari tabungan sampah yang diperoleh
b) Jumlah warga yang berpartisipasi dalam kegiatan mengelola
sampah
c) Kondisi wilayah Desa Ngebruk semakin bersih dan petani
mendapatkan hasil sawah yang lebih baik.
76
Menurt penulis apabila dikaitkan dengan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, output yang
dihasilkan dari keberhasilan Bank Sampah dalam mengelola
sampah kering yakni terdapat pengurangan sampah sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 dalam hal Pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Adapun bunyi
dari pasal diatas yakni:
“Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga terdiri atas:
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.”
Tidak hanya pengurangan sampah menjadi berkurang,
pengelolaan sampah dengan sistem Bank Sampah juga mampu
mengatasi permasalahan sampah yang selama ini menjadi musuh
masyarakat karena akibat yang ditimbulkan dari timbunan sampah
yang ada di Desa Ngebruk sangat mengganggu produktifitas para
petani, kesehatan dan kenyaman bagi masyarakat sekitar.
Pengelolaan sampah dengan sistem Bank Sampah dapat juga
membantu masyarakat untuk memiliki penghasilan dari sampah
yang mereka hasilkan.
Sehingga dalam hal ini masyarakat dapat memiliki lingkungan
yang sehat dan nyaman untuk di tinggali sesuai dengan pasal 4
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
77
Sampah dimana dalam meningkatkan kesehatan masyarakat yang
menjadikan sampah menjadi sumber daya yang memiliki manfaat
di masa mendatang. Adapun bunyi dari pasal 4 yakni:
“Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya.”
Dari alur indikator diatas dapat disimpulkan bahwa berhasil
atau tidaknya Bank Sampah dapat dilihat dari hasil Input yang
terdapat di tempat tinggal masyarakat sperti halnya BSM Lestari.
3. Norma atau Peraturan (Dasar Hukum) yang mendukung proses
Sistem Pengelolaan Bank Sampah dalam proses berjalannya BSM
Lestari juga dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah dalam hal menimbang point c
dimana sampah merupakan permasalahan nasional dari hulu ke hilir,
dan dapat memberikan manfaat secara ekonomi dan aman bagi
lingkungan. Akan tetapi ada faktor lain yang mendukung dalam
undang-undang untuk mengurangi masalah sampah yang terjadi
selama ini, sehingga muncul paradigma baru akan pengelolaan
sampah, dimana sampah merupakan sumber daya energi yang
memiliki nilai ekonomi dan memiliki manfaat, seperti halnya
kompos, pupuk atau bahan baku industri lain.
Tidak hanya undang-undang yang menjadi dasar hukum dalam
sistem pengelolaan sampah ada juga Peraturan Menteri Lingkungan
78
Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce,
Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah, seperti dijelaskan dalam
pasal 7 ayat 1 point e terhadap kegiatan 3R, dan ayat 4 dimana
masyarakat memiliki kewajiban dalam melaksanakan kegiatan 3R
melalui bank sampah, khususnya di Desa Ngebruk yang telah
memiliki bank sampah yakni BSM Lestari, sehingga masyarakat
yang tinggal di Desa Ngebruk memiliki tanggung jawab baik di
tingkat dusun amupun tingkat RT/RW.
Sedangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor
10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah dimana tujuan dari
pengelolaan sapah rumah tangga dapat dilihat pada pasal 4 yang
dimana sapah yang dapat dikelola antara lain, sapah rumah tangga,
sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Dengan
adanya peraturan atau kebijakan tersebut dapat diketahui bahwa jenis
sampah yang mampu dikelola oleh BSM Lestari hanya meliputi jenis
sampah rumah tangga dan juga sampah sejenis sampah rumah
tangga.
Menurut penulis dengan adanya dasar hukum yang menjadi
landasan utama, maka diharapkan kepada masyarakat untuk
mematuhi dan melaksanakan pengelolaan sampah dengan
bersungguh-sungguh, karena dasar hukum ini mampu dijadikan
bahan pertimbangan apabila masyarakat hendak melakukan
kebudayaan lama, yakni membuang sampah dan mengelola sampah
79
dengan cara dibakar yang tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Dalam peraturan yang berlaku tentang pengelolaan sampah
juga memiliki ketentuan lain apabila melawan hukum, dan akibat
yag ditimbulkan disesuaikan dengan perbuatan yang telah dilanggar.
4. Kebijakan Desa, kebijakan ini dimaksud agar masyarakat
memahami bahwa kebijakan tersebut guna mengurangi bahkan
menanggulangi volume sampah yang selama ini mengganggu
perairan air sungai dan juga masyarakat mengetahui akibat yang
akan ditimbulkan dari perbuatan membuang sampah dialiran sungai.
Adapun kebijakan yang dimaksud sebagai berikut:
a. Himbauan b. Teguran Ringan c. Teguran berupa Pengumuman tingkat RT d. Sanksi Tidak tertulis, yakni Sanksi Berupa pembayaran Uang
Kas selama 3 Bulan sebesar Rp 170.000,-
Menurut penulis dari kebijakan yang telah diberikan oleh desa
bertujuan untuk menyadarkan masyarakat bahwa membuang
smmpah sembarangan khususnya disungai akan berdampak negatif
kepada masyarakat lain, baik yang dikelola melalui pembakaran
yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku dan juga
menumpuk sampah di area sekitar rumah maka menimbulkan
dampak negatif bagi masyarakat lain yang tinggal diarea sekitar.
Masyarakat juga diharapkan mampu menjadi anggota atau
nasabah BSM Lestari yang baik dalam menanggulangi permasalahan
sampah dan mengelola sampah semula tidak mempunyai nilai
80
ekonomi tersendiri, bagi penduduk Desa Ngebruk. Tidak hanya
masyarakat yang menjadi nasabah atau anggota BSM Lestari tetapi
juga perangkat desa yang mengeluarkan kebijakan tersebut. Apabila
dikenakan sanksi maka memberikan efek tersendiri bagi masyarakat.
5. Subyek sampah yang dimaksud dapat dilihat dari berbagai aspek,
seperti halnya aspek kuantitas dimana sampah dapat dilihat dari jenis
harga sampah yang telah disesuaikan dengan daftar harga pembelian
sampah di BSM Lestari yang diperoleh dari Bank Sampah Pusat,
sehingga dapat memiliki keuntungan. Sedangkan dilihat dari segi
kualitas sendiri jenis sampah yang telah disetorkan oleh nasabah
tidak dikelola melainkan hanya disetorkan kepada pihak Bank
Sampah Pusat, dilain sisi pihak pengurus BSM Lestari memiliki
keinginan untuk menjadikan sampah menjadi suatu kerajinan tangan
yang memiliki nilai ekonomi akan tetapi tidak dapat berjalan.
Menurut penulis subyek dari sampah merupakan jenis sampah
yang dapat diterima oleh pihak pengurus BSM Lestari, karena tidak
semua jenis sampah dapat diterima dan memiliki nilai ekonomi
apabila ditabung di semua Bank Sampah, seperti halnya kaleng yang
mengandung besi dan juga kaleng mengandung besi memiliki nilai
tersendiri dibanding dengan nilai ekonomi jenis sampah yang
lainnya apabila dijadikan kilogram, kaleng yang mengandung besi
dan aluminium dapat dinominalkan sebesar Rp 5.000 – 6.000 / kg.
Sedangkan sampah jenis lain memiliki nominal tersendiri setiap
81
kilogram. Sehingga masyarakat mengetahui jenis sampah apa saja
yang memiliki nilai tinggi hingga memiliki nilai terendah. Harga
sampah dapat dilihat pada tabel. 1.2 yang terdapat pada lampiran.
6. Obyek/Peran Aktif Masyarakat atau disebut sebagai Nasabah
Bank Sampah, sehingga harapan pemerintah bahkan perangkat desa
dalam hal mengurangi volume sampah yang ada di Desa Ngebruk
baik Dusun Mbodo, Krajan, Kebonsari. Partisipasi masyarakat dalam
menjadi nasabah BSM Lestari karena dari sampah masyarakat yang
semula berpikiran bahwa sampah tidak memiliki manfaat ternyata
mampu mendapatkan penghasilan apabila jenis sampah yang
disetorkan ke pihak BSM Lestari sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan oleh pihak Bank Sampah Pusat dan dijadikan panduan
oleh BSM Lestari. Adapun alasan masyarakat yang menjadi nasabah
antara lain;
1) Ruang Lingkup tempat tinggal menjadi bersih
2) Menjadikan budaya baru dalam mengelola sampah
3) Mendapatkan penghasilan baru dari sampah yang sesuai dengan
kriteria yang sudah ada.
4) Dapat membantu mengurangi jumlah angka kemiskinan dari
mengelola sampah.
Menurut penulis peran aktif dari masyarakat mampu
menjadikan setiap masyarakat bertanggungjawab terhadap jenis
sampah yang dihasilkan baik sapah rumah tangga yang ada di area
82
rumah dan juga di sekitar area tempat tinggal. Tidak hanya memiliki
tanggungjawab akan tetapi mampu menjadi contoh kepada
masyarakat lain yang ada di Desa Ngebruk, bahwa setiap masyarakat
mampu memiliki penghasilan tambahan yang akan membantu
mereka setiap tahunnya ketika hendak hari raya. Peran aktif
masyarakat dapat di lihat pada tabel 1.3 yang terdapat pada lampiran.
Sehingga dapat mengetahui jumlah nasabah yang ada si BSM
Lestari.
“Dari Sampah Menjadi Berkah”, dari slogan ini maka dapat
disimpulkan bahwa tidak semua jenis sampah merupakan barang
yang tidak memiliki kegunaan, tetapi masyarakat yang menyadari
akan sampah memiliki nilai ekonomi maka akan menjadi nasabah
yang baik sehingga mendapatkan keuntungan dari sampah yang telah
disetorkan kepada pihak BSM Lestari.
7. Sarana dan Prasarana, merupakan sistem ketiga yang menjadi
faktor pendukung berjalannya BSM Lestari, karena sarana dan
prasarana yang memadai akan membantu pihak pengelola dalam
menangani jenis sampah. Sarana dan prasarana tidak dapat berjalan
apabila sarana dan prasarana yang diperoleh masyarakat sekitar,
karena peran pemerintah desa juga diharapkan.
Menurut penulis dari sistem sarana dan prasarana memiliki
pengaruh penting dalam berjalannya BSM Lestari yang ada di Desa
Ngebruk. Apabila hanya mengharapkan dari masyarakat maka BSM
83
Lestari tidak berjalan sesuai harapan pihak pengurus, maka
pemerintah desa atau pemerintah kabupaten memberikan fasilitas
sarana dan prasarana sesuai dengan pasal 5 point d Peraturan Daerah
Nomor 10 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah yang
menyatakan bahwa tugas pemerintah adalah melaksanakan
pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan
sarana pengelolaan sampah.
Sehingga perangkat desa juga memiliki peran dalam
menyediakan fasilitas yang mendukung berjalannya BSM Lestari,
dimana BSM Lestari mampu menanggulangi permasalahan sampah
selama ini. Fasilitas yang dimaksud adalah kendaran pengangkut
sampah dari rumah nasabah menuju gudang dari BSM Lestari.
Pemerintah desa telah memberikan fasilitas berupa sarana yang
mendukung antara lain kendaraan roda tiga (3) sebagai pengangkut
sampah dari rumah nasabah menuju BSM Lestari dalam artian
bahwa perangkat desa memenuhi kewajibannya, akan tetapi
prasarana yang diharapkan oleh pengurus BSM Lestari sendiri belum
terfasilitasi secara penuh. Prasarana ini masih menggunakan tanah
kosong milik warga yang tidak digunakan, dengan memanfaatkan
tanah tersebut maka jadilah BSM Lestari tanpa dilengkapi oleh
prasarana yang diharapkan dan juga penyediaan tempat
penampungan sampah yang layak.
84
Menurut penulis dengan adanya semua sistem diatas mampu
memiliki tanggungjawab dalam mengurangi volume sampah yang
ada, tidak hanya mengurangi tetapi juga mampu menjadikan sebuah
dusun yang menjadi edukasi lingkungan yang bersih, tidak hanya
lingkungan yang bersih akan tetapi menjadikan masyarakat memiliki
peran penting dalam mengelola sampah, tidak hanya sampah kering
tetapi juga sampah basah yang diolah menjadi kompos bagi
masyarakat sekitar.
Apabila semua sistem diatas telah mendukung sesuai dengan
harapan pihak pengelola maka dari sampah mampu membantu
pendapatan uang kas bagi desa, dan desa juga akan menrapkan ke
dusun lain, sehingga nasabah BSM Lestari yang semula 61 nasabah
menjadi 1.905 KK yang ada di Desa Ngebruk, seperti halnya dusun
Krajan dan Dusun Kebonsari. Tidak hanya lingkungan yang bersih
tetapi juga mampu dijadikan contoh oleh desa-desa lain yang
mengalami masalah yang sama dalam mengurangi ataupun
mengelola sampah, baik sampah kering maupun sampah basah.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat sistem Bank Sampah BSM Lestari di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang
Dalam sebuah proses selalu ada banyak faktor ada faktor pendukung
dan faktor penghambat yang dapat menentukan proses berjalannya program
dari BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk, tidak lain faktor tersebut terjadi
akibat tanggung jawab dari pihak BSM Lestari maupun kesadaran dari
masyarakat yang tinggal di Desa Ngebruk baik yang memiliki sektor industri
85
maupun sektor pertanian dan juga terdapat faktor yang mempengaruhi
perangkat Desa Ngebruk sendiri.
a. Faktor Pendukung
Menurut Soerjono Soekamto adalah bahwa efektif atau tidaknya suatu
hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor diantaranya yaitu Faktor hukumnya
sendiri, Faktor penegak hukum, pihak yang membuat dan yang menerapkan
hukum, Faktor sasaran atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,
Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan, Faktor kebudayaan, sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan.54
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terdapat faktor
pendukung dalam BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk. Adapun yang di
maksud dengan faktor pendukung yang mempengaruhi yaitu faktor hukum
itu sendiri, yakni faktor kebijakan hukum, subyek hukum (subyek sampah)
dan juga sistem pengelolaan dengan aspek penyetoran dan pembiayaan.
Faktor pendukung tersebut antara lain:
Menurut hasil wawancara dapat diketahui bahwa perangkat desa
menyediakan fasilitas berupa sepeda motor roda 3 (tiga). Adapun hasil dari
wawancara sebagi berikut:
54Soerjono Soekamto. Op.Cit
86
“Dukungan hanya memberikan fasilitas berupa sepeda motor roda 3
(tiga) dari perangkat desa untuk pembuangan sampah dari warga yang
tidak bisa di daur ulang maka akan dibuang ke pembuangan sampah.”55
Menurut penulis, sebagai perangkat desa yang mengayomi masyarakat
yang hasil tinggal di Desanya, peran perangkat desa tidak hanya
memberikan 1 (satu) fasilitas sepeda motor roda 3 (tiga) saja. Baik
memberikan fasilitas berupa kendaran akan tetapi sosialisasi juga lebih di
kuatkan, karena selama ini hal berupa sosialisasi sangat kurang dan
menyediakan tempat sampah yang layak, sehingga masyarakat tidak peduli
akan BSM Lestari dalam hal mengelola sampah, baik dari proses
pengumpulan sampah, memilah sampah bahkan hingga menyetorkan
sampah tanpa harus menikmati fasilitas jemputan sampah yang disediakan
oleh pihak BSM Lestari.
Sehingga dampak negatif yang selama ini merugikan masyarakat
khususnya petani dapat terkendali dengan baik. Adanya pengelolaan
sampah melalui kegiatan bank sampah adalah untuk meningkatkan
kebersihan dan kesadaran kepada masyarakat luas bahwa sampah adalah
sumber daya yang bernilai ekonomis apabila dikelola dengan baik dan
benar. Tidak hanya pada aspek ekonomi saja, pengelolaan sampah yang
dilaksanakan juga berdampak pada peningkatan pendidikan dalam
memilah sampah, serta kesehatan lingkungan dan masyarakat.
55Hasil wawancara dengan bapak Mochnur Laksono., SE, selaku penasehat dari Posdaya
Bank Sampah, Dusun Mbodo, Desa Ngebruk, tanggal 01 Juni 2016
87
Tidak hanya sarana berupa kendaran 3 (tiga) roda yang diberikan oleh
pihak desa terdapat pula faktor pendukung lain seperti, Kebijakan Desa,
merupakan salah satu faktor pendukung dalam hal ini karena adanya
teguran berupa teguran secara lisan dari pihak RT, jika masih ada yang
melanggar dalam membuang sampah di sembarang tempat dikenakan
sanksi berupa denda dengan membayar uang kas selama 3 bulan sebsesar
Rp 170.000,-. Subyek Sampah, yaitu sifat sampah dalam hal ini
merupakan sampah kering, yang dimana akan disetorkan kepada pihak
BSM Lestari. Didalam sistem pengelola terdapat 2 (dua) aspek yakni
penyatoran dan pembiayaan, apabila setiap masyarakat yang ingin menjadi
nasabah BSM lestari akan dilakukan proses pendataan terlebih dahulu, dan
adanya pembiayaan yang dilakukan oleh BSM Lestari setiap 1 (satu) tahun
sekali ataupun ada keperluan lain.
Sehingga masyarakat yang berada diarea permukiman untuk
mendorong berjalannya program yang membawa dampak positif. Akan
tetapi masyarakat tinggal disekitar permukiman tidak menyadari akan
pentingnya program yang sedang berjalan. Tidak hanya pada saat berjalan
seperti sekarang, awal di bentuknya gagasan akan BSM Lestari yang
direncanakan oleh tokoh masyarakat tidak mendapatkan respon yang baik.
b. Faktor Penghambat
Menurut hasil wawancara terdapat beberapa faktor yang menjadi faktor
penghambat dalam menjalankan BSM Lestari yang ada di Desa Ngebruk.
Adapun hasil dari wawancara sebagai berikut:
88
“Kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat sangatlah sedikit, tak jarang mereka tidak peduli akan program dari Bank Sampah Mandiri sendiri, sehingga masyarakat yang menjadi nasabah hanya sedikit, bisa dikatakan hanya 5%.”56 Menurut penulis seharusnya kesempatan tersebut digunakan sebaik
mungkin oleh masyarakat, karena selain menjadikan akrab sesama nasabah
yang lain, tetapi juga memiliki rasa tanggung jawab yang baik terhadap
penggelolaan sampah kering yang ada di dalam tempat tinggalnya. Selain 2
(dua) hal tersebut dapat pula menjadikan motivasi bagi masyarakat/warga
masyarakat yang lain untuk ikut serta menjadi nasabah dalam BSM Lestari
selama ini, agar dapat membantu mengurangi pencemaran sampah kering di
lingkungan sekitar dan dapat mensejahterakan kehidupan masing-masing
setiap nasabah dalam kesehariannnya, sekalipun hanya menabungkan
sampah kering yang ada di sekitaran tempat tinggal. Akan tetapi semua
tidak mampu berjalan dengan lancar, karena faktor penghambat terdapat
kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat dan memiliki
dampak yang positif apabila mengelola sampah kering di Desa Ngebruk.
Tidak hanya warga masyarakat sekitar letak BSM Lestari saja yang
berpartisipasi dalam melancarkan program dari BSM Lestari, perangkat
desa di Desa Ngebruk juga seharusnya memiliki partisipasi tersebut dan
juga seluruh masyarakat yang tinggal di Desa Ngebruk. Seperti halnya ketua
RT/RW yang seharusnya mencontohkan dirinya sebagai nasabah dari BSM
Lestari dapat sekalipun membantu program dari Pemerintah kabupaten
56Wawancara dengan bapak Sunarwan, ST, selaku wakil ketua dari Posdaya Bank Sampah
Mandiri, Dusun Mbodo, Desa Ngebruk,tanggal 6 juni 2016
89
dalam hal menciptakan lingkungan yang bersih, sehungga diharapkan
kepada masyarakat untuk ikut serta dalam kelompok BSM Lestari.
“Akan tetapi itu tidak dijadikan contoh sebagaimana yang diharapkan oleh pihak pengurus BSM Lestari, karena ketua RT/RW tidak mampu memberikan contoh yang baik kepada warga masyarakatnya, sehingga nasabah yang di harapkan dari 1(satu) Desa menjadi nasabah, namun pada kenyataannya hanya 5% dari fakta yang ada. Inilah yang menjadi faktor penghambat yang ada di Dusun Mbodo, Desa Ngebruk.”57
Dari hasil wawancara mengenai faktor penghambat sendiri terdapat
perbedaan antara pihak posdaya dan perangkat desa yang ada di Desa
Ngebruk khusus dalam menerapkan BSM Lestari dalam mengurangi
volume sampah. Adapun hasil wawancaranya sebagai berikut:
“Masih banyak kekurangan dan banyak kendala yang perlu dibenahi baik dalam hal sisi administrasi maupun dari sisi sosialisasi ke masyarakat, karena apabila seluruh masyarakat Desa Ngebruk mengikuti program BSM Lestari, sehingga perangkat desa akan menambah fasilitas kendaraan roda 3 (tiga) dan menyediakan tempat sampah yang layak.”58
Tidak hanya kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh perangkat desa
mengalami kendala, tetapi bagi pengelola sampah sendiri mengalami
banyak kendala yang mana kendala tersebut adalah masyarakat yang
menjadi nasabah sendiri masih belum memilah sampah yang disetorkan
atau diambil oleh pihak BSM Lestari, sehingga pihak pengelola harus
bekerja 2 (dua) kali yakni harus memilah sampah kering yang disetorkan
atau diambil, karena ada tipe sampah yang tidak serta merta dicampur
dengan sampah kering lainnya. Yang menjadi faktor penghambat lain
57Hasil wawancara dengan Bapak Abdul Muhaimin., S.Pdi, selaku Perangkat Desa yang
mengendalikan BSM Lestari, Desa Ngebruk, tanggal 01 Juni 2016 58Ibid.
90
adalah tidak adanya prasarana yang di berikan oleh pihak desa kepada
BSM Lestari.
Bank Sampah Malang sendiri tidak melakukan sosialisasi secara rutin
untuk mendukung berjalannya proses pengelolaan sampah di BSM Lestari.
Sehingga peran serta masyarakat yang diharapkan oleh pihak pengelola
BSM Lestari untuk menjadi nasabah tidak berjalan dengan baik, sehingga
jumlah yang terlibat menjadi nasabah hanya sekitar 5% dan itu hanya di
dapatkan dari sekitar warga sekitar letak BSM Lestari saja. Sehingga
partisipatif aktif dari masyarakat sendiri tidak bekerja secara maksimal.
Menurut penulis BSM Lestari mampu menjadi Bank Sampah yang
Mandiri apabila terdapat pengawasan khusus dari Bank Sampah Pusat,
agar masyarakat sadar bahwa BSM Lestari masih memiliki tanggung
jawab kepada bank sampah pusat sebagai mitra kerja. Sehingga BSM
Lestari tidak dipandang remeh oleh masyarakat yang belum menjadi
nasabah, dan BSM Lestari mampu menanggulangi sampah yang selama ini
meresahkan masyarakat khususnya hasil sampah yang dibuang dialiran
sungai yang mengganggu persawahan masyarakat setempat.