bab iii hasil penelitian dan analisa -...
TRANSCRIPT
53
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
A. Hasil Penelitian
1. Pemahaman Hakim Berkaitan Dengan Barang Bukti Pengganti Yang Diatur
Dalam Pasal 45 KUHAP
Ada atau tidak ada barang bukti mempengaruhi terbukti atau tidak terbukti
dakwaan Penuntut Umum. Barang bukti bukan merupakan alat bukti sebagaimana
dalam Pasal 184 KUHAP melainkan barang bukti memperkuat alat-alat bukti yang
sah. Terhadap barang bukti tidak bisa dihadirkan di persidangan, maka Majelis
Hakim bisa melakukan pemeriksaan setempat di tempat barang bukti disimpan atau
dititipkan. Sedangkan Pasal 45 KUHAP barang bukti pengganti, misal dalam hal
sesuatu barang yang diperoleh dari hasil tindak pidana sudah dijual si pelaku maka
hasil penjualan atau barang lain itu dijadikan sebagai barang bukti pengganti.
Barang bukti pengganti sama kualitas dan bentuk barang bukti semula.
2. Pendapat Hakim Korelasi Antara Barang Bukti dan Alat Bukti
Barang bukti bukan merupakan alat bukti, namun barang bukti memperkuat
alat-alat bukti yang ada1.
Keberadaan barang bukti di persidangan, hanya untuk mendukung atau
memperkuat pembuktian walaupun barang bukti tidak diajukan di persidangan maka
pembuktian perkara tetap dilakukan berdasarkan alat bukti yang ada2.
1 Hasil Wawancara Hakim Aris Gunawan (Hakim Pengadilan Negeri Ungaran), tanggal 18 Juni 2013.
54
Penggunaan pembuktian dengan alat-alat bukti sebagai persyaratan untuk
menilai kebenaran materiil oleh Hakim. Alat-alat bukti dan barang bukti secara akurat
bertujuan meyakinkan hakim dalam memutus kesalahan terdakwa3.
3. Barang Bukti Pengganti Diluar Ketentuan Pasal 45 KUHAP di Dalam Proses
Pembuktian Perkara Pidana
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 181 KUHAP pemeriksaan barang bukti
tersebut harus diperlihatkan dan ditanyakan kepada Terdakwa, jika perlu barang bukti
tersebut diperlihatkan kepada saksi oleh ketua sidang. Apabila dianggap perlu untuk
pembuktian, hakim ketua sidang membacakan atau memperlihatkan surat atau Berita
Acara Persidangan kepada Terdakwa atau Saksi.
Jika dikaitkan dengan Pasal 45 KUHAP, barang bukti yang semula sudah
dijual atau dipindahtangankan kepada pihak lain sehingga hasil penjualan atau
pemindahtanganan atau barang yang dibeli dari hasil itu, dapat digunakan sebagai
barang bukti pengganti yang diajukan sebagai barang bukti di persidangan.
Dalam pencurian handphone apabila Penuntut Umum mengajukan barang
bukti kardus handphone dapat saja digunakan sebagai penunjuk pemilik (saksi
korban) yang termuat dalam Berita Acara Pemeriksaan. Barang bukti semula yang
tidak terkait langsung dalam suatu tindak pidana, misalnya kardus handphone bisa
diajukan persidangan guna memperkuat pembuktian, apabila kardus tersebut benar-
benar kardus handphone yang dilaporkan telah hilang. Dari alat-alat bukti yang sah
dan barang bukti tersebut Hakim memperoleh keyakinan atas kesalahan Terdakwa
terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut
Umum.
2 Op. Cit, tanggal 19 April 2013.
3 Syaiful Bakhri, 2012, Beban Pembuktian Dalam Beberapa Praktik Peradilan, Gramedia Publishing, Jakarta,
hal. 17 dan 23.
55
4. Pertimbangan Hakim dan Barang Bukti
Pertimbangan hakim bisa memberikan rasa keadilan bagi Terdakwa,
menegakan keadilan (kepastian hukum). Dalam memberikan pertimbangan untuk
memutuskan suatu perkara pidana diharapkan Hakim tidak menilai dari satu pihak
sehingga hal-hal pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku
tindak pidana diharapkan untuk mencapai suatu keadilan dan mencegah agar
perbuatan tersebut tidak terulang kembali baik bagi pelaku tindak pidana maupun
orang lain.
Terdakwa terbukti atau tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, apabila
Terdakwa dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum oleh
Majelis Hakim maka pernyataan tersebut harus juga disertai pembebasan Terdakwa
dari dakwaan. Penetapan Majelis Hakim terhadap barang bukti akan dikembalikan
kepada pihak yang paling berhak, namun dalam praktik pelaksanaannya penyerahan
barang bukti berdasarkan Pasal 194 ayat (2) KUHAP, khususnya terhadap barang
bukti yang dapat diangkut/ dibawa ke persidangan. Hakim berwenang menyerahkan
barang bukti tersebut dari siapakah benda tersebut disita atau kepada orang yang
paling berhak.
a. Putusan Pengadilan Negeri Ungaran Tanggal 4 Juni 2009, Nomor : 82/ Pid/ B/
2009/ PN. Ung. Terdakwa 1. SRI KUNCORO Bin HARNO SUGONDO dan
Terdakwa 2. HARYOKO NOTO SUHARJO Bin SUGITO NOTO SUHARJO
1) Fakta Persidangan
PTPN IX Getas beralamat di Dusun Getas, Desa Kauman Lor,
Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang; Juli 2008 gamelan milik PTPN IX
56
Getas telah hilang yang terdiri dari 2 (dua) buah Kenong, 7 (tujuh) buah
Demung, 7 (tujuh) buah Saron, 14 (empat belas) buah Peking, berjumlah 30
(tiga puluh) buah.
Para Terdakwa telah mencabut keterangan dalam Berita Acara
Penyidikan dan para Terdakwa membantah telah mengambil gamelan milik
PTPN IX Getas. Saksi Dwi Budiono Bin Darsono dan saksi R. Danang Sri
Wiratmo Bin R. Moelyono yang menerangkan Sri Kuncoro Bin Harno
Sugondo dan Haryoko Noto Suharjo Bin Sugito Noto Suharjo bersama Widodo
Bin Rohmadi dan Sukamto Bin Suwarno telah mengambil gamelan milik
PTPN IX kemudian menjual kepada saksi H. Joko Sunarno.
Keterangan saksi Dwi Budiono Bin Darsono dan saksi R. Danang Sri
Wiratmo, S.H. bin R. Moelyono hanya berdasarkan keterangan saksi Widodo
Bin Rohmadi ketika ditangkap oleh saksi Dwi Budiono Bin Darsono dan saksi
R. Danang Sri Wiratmo S.H. dan tidak didukung alat bukti lain.
Keterangan saksi Pramono, saksi Siswanto, saksi Slamet Buang, saksi
Suyana, saksi Sulastri, saksi H. Joko Sunarno dan keterangan para Terdakwa,
barang bukti gamelan dalam perkara ini bukan milik PTPN IX melainkan milik
saksi H. Joko Sunarno sebab gamelan yang hilang berbentuk blimbingan dan
diperkuat oleh keterangan saksi Mulyadi pengrajin yang membuat gamelan
menjadi barang bukti.
Keterangan saksi Mulyadi barang bukti gamelan yang diajukan di
persidangan sesuai pesanan secara bertahap oleh Saksi H. Joko Sunarno yang
diproduksi tahun 1995 sampai dengan 2000, dibuktikan dengan kualitas bahan
baku, bentuk, ukuran dan tata letak ukuran gamelan. Di persidangan, barang
57
bukti gamelan tersebut tidak bisa dipasang pada kotak gamelan milik PTPN IX
Getas.
Majelis Hakim membandingkan hasil perubahan gamelan berbeda
kualitas bahan baku maupun bentuk antara milik PTPN IX Getas dan milik saksi
H. Joko Sunarno. Maka Majelis Hakim berkesimpulan barang bukti gamelan
bukan milik PTPN IX Getas melainkan milik Saksi H. Joko Sunarno.
2) Pertimbangan Hakim
Terdakwa I Sri Kuncoro Bin Harno Sugondo, Terdakwa II Haryoko
Noto Suharjo Bin Sugito Noto Suharjo, Widodo Bin Rohmadi dan Sukamto
Bin Suwarno pada Jumat 11 Juli 2008 di dalam gedung Balai Karyawan PTPN
IX Getas Dusun Klopo, Desa Bringin, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang, telah mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian
termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu
dengan melawan hak yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ke tempat
kejahatan itu atau dapat mencapai barang untuk diambilnya dengan jalan
membongkar, memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci palsu,
perintah palsu atau pakaian jabatan palsu dilakukan oleh dua orang bersama-
sama atau lebih perbuatan tersebut dilakukan oleh para Terdakwa.
Menimbang keterangan Saksi Pramono Bin Samadi mengenal para
Terdakwa dan mengetahui PTPN IX Getas memiliki seperangkat gamelan
Jawa. Gamelan milik PTPN IX Getas hilang dan Saksi melaporkan kehilangan
gamelan kepada pimpinan PTPN IX Getas. Saksi tidak mengetahui pelaku yang
mengambil gamelan tersebut.
58
Menimbang Saksi Dwi Budiono Bin Darsono tidak mengenal para
Terdakwa. Saksi memperoleh informasi PTPN IX Getas kehilangan gamelan,
setelah saksi mendalami informasi pelakunya adalah Saudara Widodo bin
Rohmadi. Widodo mengaku ambil gamelan bersama Haryoko yang berada di
PTPN IX Getas bahwa barang tersebut telah dijual kepada Dalang H. Joko
Sunarno. Di rumah H. Joko Sunarno, menemukan Kenong 2 (dua) buah,
Demung 7 (tujuh) buah, Peking 14 (empat belas) buah dan Saron 7 (tujuh) buah,
berjumlah 30 (tiga puluh) buah. Gamelan tersebut disita berdasarkan
penunjukan dari Saudara Widodo bin Rohmadi.
Menimbang semua keterangan saksi tersebut, Terdakwa I Sri Kuncoro
bin Harno Sugondo dan Terdakwa II Haryoko Noto Suharjo bin Sugito Noto
Suharjo menerangkan tidak mengambil gemelan milik PTPN IX Getas. Barang-
barang bukti berupa gamelan berbentuk polosan dalam perkara ini milik H. Joko
Sunarno, bukan milik PTPN IX Getas berbentuk blimbingan dan sudah kusam.
Menimbang Saksi Danang Sri Wiratmo, S.H. Bin R. Moeljono, di
rumah Dalang H. Joko Sunarno menemukan gamelan tersebut berjumlah 30
(tiga puluh) buah, disita gamelan tersebut berdasarkan penunjukan dari Widodo
Bin Rohmadi. Saksi memperoleh informasi dari Terdakwa I Sri Kuncoro Bin
Harno Sugondo dan Terdakwa II Haryoko Noto Suharjo Bin Sugito Noto
Suharjo, Widodo bin Rohmadi dan Sukamto Bin Suwarno tidak mengambil
gamelan-gamelan milik PTPN IX Getas dan menjual kepada H. Joko Sunarno.
Menimbang Saksi Siswanto Bin Basuki tidak mengetahui pelaku yang
mengambil gamelan milik PTPN IX Getas. Saksi mengetahui gamelan yang
hilang 4 (empat) buah kotakan dan Kenong 2 (dua) buah.
59
Menimbang Saksi Slamet Bin Buang Martono, mengetahui PTPN IX
Getas mempunyai seperangkat gamelan Jawa. Saksi melaporkan kehilangan
gamelan milik PTPN IX Getas dan tidak mengetahui pelaku yang mengambil
gamelan tersebut.
Menimbang Saksi Suyana Bin (Alm.) Supiyo, mengetahui gamelan
hilang berupa Kenong 2 (dua) buah, Demung 7 (tujuh) buah, Peking 14 (empat
belas) buah dan Saron 7 (tujuh) buah, berjumlah 30 (tiga puluh) buah dan
gamelan PTPN IX Getas berbentuk blimbingan. Gamelan yang menjadi barang
bukti dalam perkara ini bukan milik PTPN IX Getas.
Menimbang Saksi Joko Sunarno, mencabut keterangan dalam Berita
Acara Penyidikan. Saksi tidak menerima penawaran dan/atau membeli gamelan
dari para Terdakwa dan membeli gamelan dari pengrajin bernama Mulyadi di
Kampung Sangkrah Solo. Saksi membeli gamelan mulai tahun 1995 sampai
tahun 2000 dengan mencicil harga mulai Rp. 800.000,00 (delapan ratus ribu
rupiah) sampai Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
Keterangan saksi Joko Sunarno tersebut diperkuat oleh Saksi a de
charge Mulyadi pengrajin gamelan, bahwa Dalang H. Joko Sunarno membeli
gamelan-gamelan tahun 1995 sampai dengan tahun 2000 dengan mencicil.
Terdakwa I Sri Kuncoro Bin Harno Sugondo dan Terdakwa II Haryoko
Noto Suharjo Bin Sugito Noto Suharjo menerangkan tidak mengambil gamelan
milik PTPN IX Getas ataupun menjual kepada H. Joko Sunarno.
Keterangan para Terdakwa di persidangan, Terdakwa I Sri Kuncoro
Bin Harno Sugondo mencabut keterangan yang telah diberikan di hadapan
60
Penyidik. Terdakwa I tidak mungkin mengambil gamelan milik PTPN IX Getas,
Terdakwa pelatih karawitan.
Terdakwa I mengetahui gamelan milik PTPN IX Getas berbentuk
blimbingan dan kusam, tidak seperti barang bukti dalam perkara ini.
Terdakwa II Haryoko Noto Suharjo Bin Sugito Noto Suharjo telah
mencabut keterangan di hadapan Penyidik. Di Polsek Bringin Widodo Sukamto
dan Terdakwa II dipaksa mengakui telah mengambil gamelan milik PTPN IX
Getas kemudian menjual kepada saksi H. Joko Sunarno.
Terdakwa II anggota karawitan, tidak mungkin mengambil gamelan.
Barang bukti gamelan dalam perkara ini bukan milik PTPN IX Getas.
Majelis Hakim berkesimpulan bahwa tidak ada alat bukti yang cukup
untuk membuktikan para Terdakwa telah mengambil gamelan dan barang bukti
gamelan tersebut milik H. Joko Sunarno bukan milik PTPN IX Getas
sebagaimana yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum sehingga dengan
demikian maka unsur ad. 1. Mengambil barang sesuatu tidak terbukti.
b. Putusan Pengadilan Negeri Ungaran Tanggal 4 Juni 2009, Nomor : 83/ Pid/ B/
2009/PN. Ung. Terdakwa 1. WIDODO Bin ROHMADI dan Terdakwa 2.
SUKAMTO Bin SUWARNO
1) Fakta Persidangan
Juli 2008 gamelan milik PTPN IX Getas telah hilang yang terdiri dari 2
(dua) buah Kenong, 7 (tujuh) buah Demung, 7 (tujuh) buah Saron, 14 (empat
belas) buah Peking, berjumlah 30 (tiga puluh) buah.
61
Dalam perkara ini para Saksi mengatakan bahwa mereka tidak melihat
siapa yang mengambil gamelan milik PTPN IX Getas, apa yang mereka jelaskan
dalam Beriita Acara Penyidikan didasarkan keterangan Terdakwa I Widodo Bin
Rohmadi. Apa yang saksi terangkan dalam sidang tersebut oleh Terdakwa I
Widodo Bin Rohmadi ditanggapi bahwa Terdakwa I Widodo Bin Rohmadi tidak
pernah bercerita kepada para saksi tentang pengambilan gamelan milik PTPN
IX Getas.
Bahwa dalam persidangan para Terdakwa juga telah mencabut
keterangan yang diberikan dalam Berita Acara Penyidikan dan para Terdakwa
membantah mengambil gamelan milik PTPN IX Getas. Para Saksi tidak
mengetahui pelaku yang mengambil gamelan tersebut.
Berdasarkan keterangan Saksi Pramono, Saksi Siswanto, Saksi Slamet
Buang, Saksi Suyana, Saksi Sulastri, Saksi H. Joko Sunarno dan keterangan para
Terdakwa, serta diperkuat keterangan dari pengrajin gamelan yang bernama
Mulyadi, barang bukti gamelan yang diajukan dalam persidangan dalam perkara
ini bukan milik PTPN IX yang dilaporkan telah hilang, tetapi barang bukti yang
berupa gamelan yang diajukan dalam persidangan adalah milik Saksi H. Joko
Sunarno.
Setelah Majelis Hakim membandingkan hasil perubahan gamelan
berbeda kualitas bahan baku maupun bentuk antara milik PTPN IX Getas dan
milik Saksi H. Joko Sunarno. Maka Majelis Hakim berkesimpulan barang bukti
gamelan bukan milik PTPN IX Getas melainkan milik Saksi H. Joko Sunarno.
62
2) Pertimbangan Hakim
Menimbang keterangan Saksi Pramono Bin Samadi mengenal para
Terdakwa dan mengetahui PTPN IX Getas memiliki seperangkat gamelan Jawa.
Gamelan milik PTPN IX Getas hilang dan Saksi melaporkan kehilangan
gamelan kepada pimpinan PTPN IX Getas. Saksi tidak mengetahui pelaku yang
mengambil gamelan tersebut.
Menimbang Saksi Dwi Budiono Bin Darsono tidak mengenal para
Terdakwa. Saksi memperoleh informasi PTPN IX Getas kehilangan gamelan,
setelah Saksi mendalami informasi pelakunya adalah Terdakwa I Widodo bin
Rohmadi. Widodo mengaku ambil gamelan bersama Haryoko yang berada di
PTPN IX Getas bahwa barang tersebut telah dijual kepada Dalang H. Joko
Sunarno. Di rumah H. Joko Sunarno, menemukan gamelan-gamelan tersebut.
Gamelan tersebut disita berdasarkan penunjukan dari Terdakwa I Widodo.
Gamelan tersebut yang diambil dari rumah Dalang H. Joko Sunarno menjadi
barang bukti dalam perkara ini.
Menimbang semua keterangan saksi tersebut, Terdakwa I Widodo bin
Rohmadi dan Terdakwa II Sukamto bin Suwarno menerangkan tidak mengambil
gemelan milik PTPN IX Getas. Barang-barang bukti berupa gamelan berbentuk
polosan dalam perkara ini milik H. Joko Sunarno, bukan milik PTPN IX Getas
berbentuk blimbingan dan sudah kusam.
Menimbang Saksi Danang Sri Wiratmo, S.H. Bin R. Moeljono, di
rumah Dalang H. Joko Sunarno menemukan gamelan tersebut berjumlah 30
(tiga puluh) buah, disita gamelan tersebut berdasarkan penunjukan dari
63
Terdakwa I Widodo. Saksi memperoleh informasi dari Terdakwa I Widodo Bin
Rohmadi, bahwa Terdakwa I dan Terdakwa II Sukamto Bin Suwarno, Sri
Kuncoro Bin Harno Sugondo, Haryoko Bin Noto Suharjo tidak mengambil
gamelan-gamelan milik PTPN IX Getas dan menjual kepada H. Joko Sunarno.
Menimbang Saksi Siswanto Bin Basuki tidak mengetahui pelaku yang
mengambil gamelan milik PTPN IX Getas. Saksi mengetahui gamelan yang
hilang 4 (empat) buah kotakan dan Kenong 2 (dua) buah.
Menimbang Saksi Slamet Bin Buang Martono, PTPN IX Getas
mempunyai seperangkat gamelan Jawa. Saksi melaporkan kehilangan gamelan
milik PTPN IX Getas dan tidak mengetahui pelaku yang mengambil gamelan
tersebut.
Menimbang Saksi Suyana Bin (Alm.) Supiyo, mengetahui gamelan
hilang berupa Kenong 2 (dua) buah, Demung 7 (tujuh) buah, Peking 14 (empat
belas) buah dan Saron 7 (tujuh) buah, berjumlah 30 (tiga puluh) buah dan
gamelan PTPN IX Getas berbentuk blimbingan. Gamelan yang menjadi barang
bukti dalam perkara ini bukan milik PTPN IX Getas sebab tidak berbentuk
blimbingan.
Menimbang Saksi Joko Sunarno, mencabut keterangan dalam Berita
Acara Penyidikan. Saksi tidak menerima penawaran dan/atau membeli gamelan
dari para Terdakwa dan membeli gamelan dari pengrajin bernama Mulyadi di
Kampung Sangkrah Solo. Saksi membeli gamelan mulai tahun 1995 sampai
tahun 2000 dengan mencicil harga mulai Rp. 800.000,00 (delapan ratus ribu
rupiah) sampai Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
64
Menimbang Majelis Hakim telah mendengarkan keterangan para
Terdakwa di persidangan, Terdakwa I Widodo bin Rohmadi dan Terdakwa II
Sukamto Bin Suwarno tidak mengambil gamelan milik PTPN IX Getas pada
Juli 2008, ataupun menjual gamelan kepada H. Joko Sunarno. Terdakwa I
Widodo Bin Rohmadi, Terdakwa II Sukamto Bin Suwarno, Kuncoro dan
Haryoko dipaksa mengakui telah mencuri gamelan milik PTPN IX Getas oleh
Polisi.
Majelis Hakim berkesimpulan bahwa tidak ada alat bukti yang cukup
untuk membuktikan para Terdakwa telah mengambil gamelan dan barang bukti
gamelan tersebut milik H. Joko Sunarno bukan milik PTPN IX Getas
sebagaimana yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum sehingga dengan
demikian maka unsur Mengambil barang sesuatu tidak terbukti.
Dalam perkara pidana nomor : 82/ Pid/ B/ 2009/ PN. Ung., dan perkara
pidana nomor : 83/ Pid/ B/ 2009/ PN. Ung., para terdakwa didakwa dengan
Pasal yang sama, yaitu Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP, yang unsur-
unsurnya sebagai berikut :
1. Mengambil barang sesuatu;
2. Barang tersebut yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain;
3. Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum;
4. Yang dilakukan dua orang atau lebih secara bersekutu;
5. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk
sampai pada barang yang diambilnya, dilakukan dengan merusak,
memotong, atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu,
perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.
65
Berdasarkan unsur-unsur Pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, maka apabila ada Terdakwa yang
memenuhi seluruh unsur Pasal tersebut, Terdakwa dapat dinyatakan
bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan, karena keterpenuhan
unsur tersebut bersifat kumulatif. Mengingat dalam perkara ini salah
unsur, yaitu unsur mengambil barang sesuatu tidak terpenuhi, maka unsur
selebihnya tidak perlu dibuktikan sehingga para Terdakwa harus
dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana seperti didakwakan dalam dakwaan Penuntut Umum dan para
Terdakwa haruslah dibebaskan dari dakwaan tersebut.
c. Putusan Pengadilan Negeri Semarang Tanggal 18 Agustus 2009, Nomor: 818/
Pid/ B/ 2009/ PN. Smg. Terdakwa EKO UNTARI als. Ambon Bin SAPARI
1) Fakta Persidangan
Saksi Rini Hardaniwati Binti Harsoyo, Saksi Leonard Rocky Nugroho
Bin Mulyono dan Saksi Sandre Makassar Bin Batjo Djufri Makassar
menerangkan Terdakwa Eko Untari alias Ambon Bin Sapari mengambil 1 (satu)
buah Handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan 1 (satu) buah
Handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam milik saksi korban Rini
Hardaniwati.
Berdasarkan keterangan Terdakwa barang bukti 1 (satu) buah
Handphone Nokia N70 warna hitam milik saksi korban Rini Hardaniwati jatuh
dan rusak kemudian dibuang ke kali Garang dan 1 (satu) buah handphone merek
Nokia tipe 1600 warna hitam dijual kepada supir angkutan plat hitam jurusan
66
Mangkang seharga Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) dan telah habis
digunakan untuk main perempuan.
Dalam perkara ini diajukan barang bukti berupa 1 (satu) buah kardus
handphone merek Nokia N70 warna hitam dengan nomor IMEI :
355720023255924 dan 1 (satu) buah kardus handphone merek Nokia 1600
warna hitam dengan nomor IMEI : 358992011756497.
Terdakwa dapat dipertanggungjawabkan perbuatan tersebut. Majelis
Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghilangkan sifat melawan
hukum. Majelis Hakim berpendapat Terdakwa telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana seperti yang didakwakan Jaksa
Penuntut Umum di dalam dakwaan Pasal 362 KUHP maka Terdakwa harus
dijatuhi pidana dan dibebani biaya perkara.
2) Pertimbangan Hakim
Keterangan Saksi Rini Hardaniwati Binti Harsoyo, Saksi Leonard
Rocky Nugroho Bin Mulyono dan Saksi Sandre Makassar Bin Batjo Djufri
Makassar membenarkan Terdakwa mengambil Handphone.
Terdakwa Eko Untari alias Ambon Bin Sapari mengambil Handphone
tersebut milik saksi korban Rini Hardaniwati Binti Harsoyo. Barang bukti
berupa 1 (satu) buah kardus Handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan
1 (satu) buah kardus Handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam. Barang
bukti tersebut telah disita secara sah menurut hukum dan diajukan persidangan.
67
Majelis Hakim menjatuhkan pidana dan mempertimbangkan hal-hal
yang memberatkan dan meringankan.
3) Unsur-Unsur Delik
Pasal 362 KUHP
Unsur-Unsur delik :
1. Barangsiapa;
2. Mengambil sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain;
3. Dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan hukum.
Majelis Hakim mempertimbangkan unsur-unsur tersebut sebagai berikut :
1. Unsur “Barang Siapa”
Bahwa yang dimaksud dengan unsur ini adalah setiap orang yang
menjadi subyek hukum yang dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya dan berdasarkan bukti permulaan yang cukup ia sebagai
pelakunya;
Di persidangan telah diajukan sebagai Terdakwa adalah seorang
bernama Eko Untari alias Ambon Bin Sapari, sebagai subyek hukum dan
diketahui sehat jasmani dan rohani sehingga Terdakwa dipandang dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya secara hukum di persidangan,
selain itu dalam diri terdakwa tidak ada satu alasan pembenar atau pemaaf.
2. Unsur “Mengambil Sesuatu Barang”
68
Bahwa yang dimaksud dengan unsur ini adalah memindahkan
sesuatu barang yang dijadikan sebagai objek hukum dari suatu tempat ke
tempat lain tanpa sepengetahuan atau seizin yang berhak;
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan sesuai dengan
keterangan para Saksi dan telah dibenarkan oleh Terdakwa pada hari Kamis
tanggal 05 Maret 2009 jam 02.14 WIB. Terdakwa telah mengambil 1 (satu)
buah handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan 1 (satu) buah
handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam milik Saksi Rini
Hardaniwati di atas meja resepsionis Hugos Cafe lantai 6 Matahari
Simpang Lima Semarang.
Akibat perbuatan Terdakwa tersebut, saksi korban menderita
kerugian sebesar Rp. 2.585.000 (dua juta lima ratus delapan puluh lima ribu
rupiah).
3. Unsur “Yang Sebagian Atau Seluruhnya Milik Orang Lain”
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan persidangan,
keterangan Saksi dan Terdakwa, barang bukti berupa 1 (satu) buah
Handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan 1 (satu) buah
Handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam, seluruhnya adalah milik
atau kepunyaan saksi korban Rini Hardaniwati.
4. Unsur “Dengan Maksud Untuk dimiliki Dengan Melawan Hukum”
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan,
berdasarkan keterangan para Saksi dan Terdakwa diketahui Terdakwa
69
mengambil 1 (satu) buah handphone merek Nokia tipe N70 warna hitam dan
1 (satu) buah handphone merek Nokia tipe 1600 warna hitam untuk dimiliki
secara melawan hukum tanpa seizin pemiliknya.
Berdasarkan pertimbangan keterpenuhan unsur Pasal 362 KUHP
dikaitkan dengan fakta yang terungkap dalam persidangan, Majelis Hakim
berpendapat bahwa semua unsur esensial delik pidana yang termuat dalam
Pasal tersebut pada dakwaan telah terpenuhi dan oleh karenanya menurut
hukum Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam dengan pidana dalam Pasal
362 KUHP.
B. Analisa
Puncak dari sebuah proses peradilan (termasuk peradilan pidana) adalah
diucapkannya putusan atau vonnis. Vonnis sendiri berasal dari kata vondere, yang berarti
menemukan hukumnya, artinya Hakim dalam proses pembuktian suatu perkara pidana
dengan memperhatikan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan selanjutnya akan
mempertimbangkan bagaimana fakta-fakta tersebut jika dikaitkan dengan unsur tindak
pidana yang didakwakan oleh Penuntut Umum, apakah dan manakah Pasal yang dapat
dibuktikan, sehingga dapat digunakan untuk menyatakan bahwa Terdakwa telah terbukti
bersalah melakukan suatu tindak pidana yang didakwakan dan menjatuhkan pidana.
Fakta yang terungkap dalam persidangan yang digunakan oleh Hakim dalam
perkara yang penulis teliti tersebut meliputi fakta yang diperoleh dari alat bukti
(sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP) maupun barang bukti (sebagaimana
70
diatur dalam Pasal 39 KUHAP) yang dikemukakan oleh Penuntut Umum selama proses
persidangan.
Apabila diperhatikan dalam perkara yang penulis teliti, baik yang berasal dari
Pengadilan Negeri Semarang maupun Pengadilan Negeri Ungaran, terhadap pembuktian
tindak pidana secara umum, berdasarkan bunyi Pasal 183 KUHAP, Penuntut Umum
sudah cukup ketika menampilkan 2 (dua) alat bukti yang sah dari alat bukti sebagaimana
disebut dalam Pasal 184 KUHAP, dengan memperhatikan bunyi Pasal 185 sampai
dengan Pasal 189 KUHAP, dan dengan 2 (dua) alat bukti menimbulkan keyakinan
Hakim, bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana yang didakwakan.
Sesuai dengan bunyi Pasal 183 KUHAP, Hakim dalam memutuskan perkara
pidana yang diperiksa, ternyata cukup memperhatikan 2 (dua) alat bukti yang sah dan
dengan 2 (dua) alat bukti yang sah menimbulkan keyakinan Hakim. Hal ini berarti tidak
pernah menyinggung tentang bagaimana dengan peranan barang bukti yang diajukan
oleh Penuntut Umum ke dalam persidangan.
Walaupun Pasal 183 KUHAP tidak menyinggung peranan barang bukti dalam
proses Hakim mengambil keputusan, tetapi ternyata Pasal 181 KUHAP memuat
ketentuan bahwa Hakim Ketua Sidang memperlihatkan kepada Terdakwa segala barang
bukti dan menanyakan kepadanya apakah ia mengenal benda tersebut; jika perlu Hakim
Ketua sidang memperlihatkan benda tersebut kepada Saksi. Hal ini berarti menunjukkan
betapa penting barang bukti jika dikaitkan dengan perbuatan yang didakwakan kepada
Terdakwa, karena dengan Hakim menanyakan kepada Terdakwa dan memperlihatkan
kepada Saksi, maka akan dapat diperoleh korelasi antara barang bukti dengan perbuatan
yang didakwakan kepada Terdakwa, sehingga barang bukti inipun akan dapat digunakan
71
oleh Hakim untuk menentukan apakah Terdakwa akan diputus bebas, lepas dari segala
tuntutan hukum atau dipidana.
Menurut Andi Hamzah barang bukti berfungsi untuk meyakinkan kebenaran
suatu dalil, pendirian atau dakwaan dan menurut Ratna Nurul Afiah barang bukti yang
ditampilkan dalam proses persidangan dapat menambah keyakinan Hakim atas kesalahan
Terdakwa. Menurut penulis, jika barang bukti diperlihatkan dan dimintakan keterangan
kepada Terdakwa maupun Saksi, maka akan dapat menjadi alat keterangan Terdakwa
atau keterangan Saksi tentang barang bukti.
Lebih lanjut Ratna Nurul Afiah juga mengatakan bahwa fungsi barang bukti
diajukan dalam proses persidangan dan ditunjukkan kepada Terdakwa maupun Saksi
adalah untuk menjaga agar jangan sampai barang bukti yang tidak ada sangkut pautnya
dengan perkara Terdakwa dijadikan bahan bukti, sehingga tidak dikenal oleh Terdakwa
maupun Saksi. Di samping itu menurut penulis jangan sampai barang bukti yang
dikembalikan kepada yang berhak berbeda dengan barang bukti yang telah diambil oleh
Terdakwa.
Barang bukti yang diajukan dalam persidangan pada perkara nomor :
82/Pid.B/2009/PN.Ung., dan nomor : 83/Pid.B/2009/PN.Ung., setelah melalui
pembuktian di sidang pengadilan, ternyata barang bukti tersebut tidak masuk kategori
barang bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 39 KUHAP. Sementara itu memperhatikan
barang bukti yang diajukan dalam persidangan pada perkara nomor :
818/Pid.B/2009/PN.Smg., menurut penulis tidak termasuk dalam instrumenta delicti
maupun dalam corpora delicti, sebagaimana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf a
sampai dengan d KUHAP, tetapi dapat dikategorikan benda lain yang mempunyai
72
hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan, sebagaimana diatur dalam
Pasal 39 ayat (1) huruf e KUHAP.
Dalam Pasal 181 ayat (1) KUHAP juga ditentukan bahwa Hakim Ketua Sidang
dalam memperlihatkan dan menanyakan kepada Terdakwa tentang barang bukti harus
memperhatikan Pasal 45 KUHAP. Pasal 45 KUHAP ini mengatur tentang barang bukti
pengganti apabila barang bukti lekas rusak, maka barang bukti itu dapat dilelang dan
untuk kepentingan pembuktian disisakan sebagian. Artinya sebagian berupa barang bukti
pengganti yang biasanya berupa uang hasil lelang dan sebagian lagi berupa barang bukti
yang asli, tetapi Pasal 45 KUHAP ini tidak mengatur tentang barang bukti yang
seluruhnya diganti atau tidak ada barang bukti yang asli.
Walaupun Pasal 45 KUHAP tidak mengatur peranan barang bukti, melainkan
Pasal 39 ayat (1) huruf e KUHAP memuat ketentuan bahwa benda lain yang mempunyai
hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan. Dalam kenyataannya perkara
nomor : 818/Pid/B/2009/PN.Smg., barang buktinya bukan barang yang diambil oleh
Terdakwa yaitu 2 (dua) buah handphone, tetapi diganti dengan barang lain yang berupa
kardus handphone.
Terkait dengan putusan yang penulis teliti yaitu Putusan Pengadilan Negeri
Nomor: 818/Pid/B/2009/PN. Smg, tanggal 18 Agustus 2009, tidak cukup
mempertimbangkan barang bukti yang ditampilkan ke dalam persidangan, karena dalam
pertimbangan Hakim berdasarkan Pasal 39 ayat (1) huruf e, Hakim mengatakan “Barang
bukti berupa berupa 1 (satu) buah kardus handphone merek Nokia N70 warna hitam
dengan nomor IMEI : 355720023255924 dan 1 (satu) buah kardus Nokia 1600 warna
hitam dengan nomor IMEI : 358992011756497 telah disita secara sah menurut hukum”.
73
Dalam putusan perkara tersebut Hakim tidak pernah memperlihatkan barang
bukti kardus handphone baik kepada Terdakwa maupun para Saksi, sehingga tidak
diperoleh keterangan apapun dari Terdakwa maupun para Saksi terkait dengan barang
bukti. Bahkan dalam putusannya Hakim juga tidak mengkaitkan barang bukti tersebut
ketika menganalisis keterpenuhan unsur pasal pencurian yang didakwakan kepada
Terdakwa, khususnya dikaitkan dengan pertimbangan Hakim tentang unsur mengambil
barang. Apakah 2 (dua) kardus handphone yang diajukan ke dalam persidangan tersebut
memang terkait dengan 2 (dua) buah handphone yang didakwakan diambil oleh
Terdakwa, atau kardus handphone yang lain.
Sedangkan dalam putusan Pengadilan Negeri Ungaran Tanggal 4 Juni 2009,
Nomor : 82/Pid/B/2009/PN. Ung. dan putusan Pengadilan Negeri Ungaran Tanggal 4
Juni 2009, Nomor : 83/Pid/B/2009/PN.Ung. bahwa Hakim telah menunjukkan barang
bukti yang diajukan ke persidangan, baik kepada para Terdakwa maupun kepada para
Saksi dan Hakim juga telah meminta keterangan segala sesuatu yang terkait dengan
barang bukti baik kepada para Terdakwa maupun para Saksi, sehingga Hakim
memperoleh kejelasan hubungan antara barang bukti dengan perbuatan yang didakwakan
kepada para Terdakwa.
Dalam kedua putusan Pengadilan Negeri Ungaran tersebut Hakim
mempertimbangkan barang bukti yang diajukan dalam persidangan dikaitkan dengan
keterpenuhan unsur Pasal yang didakwakan, yaitu Pasal tentang pencurian, khususnya
dikaitkan dengan unsur mengambil barang. Ketika barang bukti yang diajukan dalam
persidangan dikaitkan dengan keterangan para Terdakwa dan keterangan para Saksi
tentang barang bukti dan ketika barang bukti yang berupa gamelan ditempatkan pada
tempat gamelan yang diajukan dalam persidangan ternyata antara gamelan dan tempat
74
gamelan tidak cocok. Hal ini menunjukkan bahwa barang bukti yang diajukan di
persidangan tidak ada korelasi dengan perbuatan yang didakwakan kepada Terdakwa.
Demikian juga ketika Hakim menanyakan bentuk barang bukti yang hilang
dengan bentuk barang bukti yang diajukan dalam persidangan, ternyata ada perbedaan
atau ketidak samaan, bahwa barang bukti yang didakwakan oleh para Terdakwa dengan
barang bukti yang diajukan dalam persidangan ternyata berbeda, artinya barang bukti
yang diajukan dalam persidangan tidak ada korelasi dengan perbuatan yang didakwakan
kepada Terdakwa. Demikian juga dengan kualitas material barang bukti yang diajukan
dalam persidangan berbeda dengan barang bukti yang didakwakan diambil oleh
Terdakwa.
Memperhatikan pertimbangan Hakim terkait dengan barang bukti pengganti
dalam putusan Pengadilan Negeri Semarang dan putusan Pengadilan Negeri Ungaran
dapat dijelaskan bahwa di Pengadilan Negeri Semarang barang bukti yang diajukan ke
persidangan bukan barang bukti pengganti sebagaimana diatur dalam Pasal 45 KUHAP.
Khusus terkait dengan barang bukti yang diajukan dalam persidangan di Pengadilan
Negeri Ungaran tidak dapat dikategorikan juga barang bukti sebagaimana diatur dalam
Pasal 39 ayat (1) huruf a sampai dengan e KUHAP, sedangkan untuk barang bukti yang
diajukan dalam persidangan di Pengadilan Semarang masih dimungkinkan untuk
dikategorikan sesuai dengan bunyi Pasal 39 ayat (1) huruf e KUHAP, terlebih apabila
Majelis Hakim dapat mencocokkan nomor IMEI yang terdapat pada barang bukti berupa
kardus handphone dengan nomor IMEI hendphone yang didakwakan diambil oleh
Terdakwa.
Dalam putusan Pengadilan Negeri Semarang Hakim tidak mempertimbangkan
sebagaimana mestinya barang bukti yang diajukan ke persidangan, karena dalam proses
75
persidangan Hakim tidak berusaha mengkorelasikan hubungan barang bukti pengganti
tersebut dengan barang yang didakwakan diambil oleh Terdakwa dengan cara
memperlakukan barang bukti tersebut sesuai dengan Pasal 181 KUHAP, sehingga Hakim
tidak mempunyai fakta persidangan tentang barang bukti dikaitkan dengan perbuatan
yang didakwakan kepada Terdakwa. Hakim hanya menimbang bahwa kedua kardus
tersebut telah disita secara sah menurut hukum.
Sedangkan dalam putusan Pengadilan Negeri Ungaran, barang bukti yang
diajukan dalam persidangan tersebut juga tidak dapat dikategorikan barang bukti
pengganti sebagaimana diatur dalam Pasal 45 KUHAP. Namun demikian menurut
penulis dalam putusan Pengadilan Negeri Ungaran tersebut Hakim telah
mempertimbangkan keberadaan barang bukti yang diajukan dalam persidangan secara
proporsional, dengan mengkaitkan barang bukti tersebut dengan keterpenuhan unsur
mengambil barang, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa barang bukti yang diajukan
dalam persidangan tersebut bukan barang bukti yang dilaporkan telah hilang dan tidak
korelasi dengan perbuatan yang didakwakan kepada para Terdakwa.
Seharusnya yang dilakukan oleh Hakim Pengadilan Negeri Ungaran juga harus
dilakukan oleh Hakim Pengadilan Negeri Semarang, yaitu mempertimbangkan hubungan
barang bukti dengan perbuatan yang didakwakan, sehingga ketika barang bukti tidak
terkait dengan perbuatan yang didakwakan, maka terdakwa harus dibebaskan dan jika
barang bukti tersebut ada korelasi dengan perbuatan yang didakwakan, maka selayaknya
Terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. Terutama barang bukti yang diajukan
ke persidangan berupa kardus handphone, yang seharusnya dipertimbangkan apakah
nomor IMEI yang tercantum dalam kedua kardus handphone sama dengan nomor IMEI
yang tercantum dalam kedua buah handphone yang didakwakan diambil oleh Terdakwa.