bab iii hasil penelitian dan analisis · 2014. 1. 7. · 41 bab iii hasil penelitian dan analisis ....

28
41 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini Penulis menggambarkan suatu hasil penelitian yang diperoleh dari putusan pengadilan No. 1887. Uraian tentang hasil penelitian atas putusan tersebut akan dibagi menjadi beberapa sub Bab dan terutama sebagai sisipan analisis akan dikemukakan bagian dari putusan tersebut yang menurut pendapat Penulis memiliki tanda-tanda bahwa Trust Receipt ada di dalam Putusan 1887 seperti dalam BAB II sudah digambarkan prinsip-prinsip dan kaedah yang berlaku. Bab ini juga berisi penggambaran analisis Trust Receipt dengan cara membandingkan uraian kepustakaan mengenai prinsip prinsip hukum dalam Trust Receipt pada BAB II dengan unsur-unsur / indikator-indikator Trust Receipt yang dianggap ada dalam putusan 1887. 3.1. Pihak-Pihak dalam Putusan 1887 Hasil penelitian berupa Putusan 1887 itu menyangkut perkara perdata dalam tingkat kasasi, antara pihak pihak. Yaitu PT. Perusahaan Pelayaran Samudera “Samudera Indonesia”, berkedudukan di Jakarta, Jalan Kalibesar Barat No.43, yang diwakili oleh dan memilih domilisi di kantor kuasanya LOEKMAN WIRIADINATA, SH., dan kawan-kawan, Advokat dan Pengacara, Jalan Veteran

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 41

    BAB III

    HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

    Dalam Bab ini Penulis menggambarkan suatu hasil penelitian yang

    diperoleh dari putusan pengadilan No. 1887. Uraian tentang hasil penelitian atas

    putusan tersebut akan dibagi menjadi beberapa sub Bab dan terutama sebagai

    sisipan analisis akan dikemukakan bagian dari putusan tersebut yang menurut

    pendapat Penulis memiliki tanda-tanda bahwa Trust Receipt ada di dalam Putusan

    1887 seperti dalam BAB II sudah digambarkan prinsip-prinsip dan kaedah yang

    berlaku.

    Bab ini juga berisi penggambaran analisis Trust Receipt dengan cara

    membandingkan uraian kepustakaan mengenai prinsip – prinsip hukum dalam

    Trust Receipt pada BAB II dengan unsur-unsur / indikator-indikator Trust Receipt

    yang dianggap ada dalam putusan 1887.

    3.1. Pihak-Pihak dalam Putusan 1887

    Hasil penelitian berupa Putusan 1887 itu menyangkut perkara perdata

    dalam tingkat kasasi, antara pihak – pihak. Yaitu PT. Perusahaan Pelayaran

    Samudera “Samudera Indonesia”, berkedudukan di Jakarta, Jalan Kalibesar Barat

    No.43, yang diwakili oleh dan memilih domilisi di kantor kuasanya LOEKMAN

    WIRIADINATA, SH., dan kawan-kawan, Advokat dan Pengacara, Jalan Veteran

  • 42

    III/7A Jakarta berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 28 Februari 1986 selaku

    Pemohon Kasasi.

    Pemohon Kasasi dahulu adalah pihak Tergugat I-Pembanding; Sedangkan

    pada pihak Termohon Kasasi adalah PT. Sejahtera Bank Umum, berkedudukan di

    Jakarta, Jalan Tiang Bendera No.15 Jakarta Barat, dalam hal ini diwakili oleh

    kuasanya : HERMAN WIDJAJA, SH., dan kawan, berdasarkan surat kuasa

    khusus tanggal 10 Maret 1986. Termohon kasasi, dahulu adalah pihak Penggugat-

    Terbanding. Pihak Termohon Kasasi berikutnya adalah PT. GESPAMINDO,

    berkedudukan di Jakarta, Jalan Mangun Sarkoro No.8 Jakarta Pusat, Pihak Turut

    Termohon kasasi dahulu adalah pihak tergugat II-Turut Terbanding.

    3.2. Dalil-Dalil Putusan 1887

    Dari surat-surat yang telah dibaca oleh Mahkamah Agung, ternyata bahwa

    Termohon kasasi sebagai Penggugat asli telah menggugat pihak Pemohon Kasasi

    dalam persidangan Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Pada pokoknya dalil-dalil

    pihak – pihak tersebut Penulis kemukakan sebagai berikut di bawah ini.

    Pada akhir tahun 1982, permulaan tahun 1983 Tergugat asli II dalam hal

    ini PT. Gespamindo telah melakukan import pupuk dari Phosphate Mining

    Company of Christmas Island Ltd. Canberra, Australia. Adapun jumlah pupuk

    yang diimport oleh PT Gespamindo adalah sebanyak 3000 metric ton seharga

    seluruhnya US.$ 195.000,- . Import pupuk yang dilakukan oleh PT Gespamindo

  • 43

    tersebut dilakukan atas pesanan PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT.

    Sinar Mulia Buana, masing-masing sebanyak1000 metric ton.

    Untuk melaksanakan impor tersebut, atas permintaan Tergugat asli II,

    Penggugat asli dalam hal ini PT. Bank Sejahtera Umum melalui The Chartered

    Bank di Jakarta telah membuka 3 buah L/C untuk dibayar kepada pihak eksportir

    di Canberra Australia, yang keseluruhannya berjumlah US.$ 195.000,-.

    Pupuk import tersebut telah dikirim dan diangkut oleh Tergugat asli I,

    dalam hal ini PT. Perusahaan Pelayaran Samudra “Samuda Indonesia” sesuai Bill

    of Lading / Konosemen dari Melbourne tertanggal 23 Maret 1983.

    Setelah ditebus oleh Penggugat asli1, dari The Chartered Bank Jakarta.

    Semua lembar dari Bill of Lading / Konosemen tersebut yang masing-masing

    dibuat rangkap 2, kini ada pada Penggugat Asli.

    Meskipun demikian, sesuai jawaban dari Tergugat Asli I, ternyata seluruh

    impor tersebut oleh Tergugat Asli I telah diserahkan kepada pemesannya dengan

    melalui Tergugat Asli II, tanpa penyerahan Bill of Lading / Konosemen asli.

    Pada titik ini atau point / dalil di Mahkamah Agung ini, Penulis melihat

    bahwa sebetulnya terdapat indikator Trust Receipt. Mungkin saja sudah sempat

    dibuat oleh para pihak dalam hal ini antara PT. Bank Sejahtera Umum dengan the

    Chartered Bank Jakarta. Namun belakangan ternyata,si Pihak PT. Gespamindolah

    malahan yang menjual barang impor itu kepada tiga PT. Pemesan tanpa

    1 menurut Penulis yang dimaksud dengan kata ditebus adalah dibeli oleh PT. Bank Sejahtera Umum.

  • 44

    persetujuan PT. Bank Sejahtera Umum, yang menurut Penulis telah memberi

    Trust Receipt kepada the Chartered Bank Jakarta.

    3.3. Kewajiban Pembayaran Tersisa

    Sesuai dengan ketentuan, maka Tergugat Asli II untuk kepentingan

    pembukaan L/C tersebut di atas masih mempunyai kewajiban pembayaran kepada

    Penggugat Asli uang sejumlah sebagai berikut : Untuk L/C tanggal 31 Januari

    1983 No. 901/0475/83 dan tanggal 31 Januari 1983 No. 901/076/83 sebesar : 2 X

    US.$ 65.000 = US.$ 130.000,-, Baru dibayar 10% = US.$ 13.000,-, Sisa = US.$

    117.000,-. Untuk L/C tanggal 14 Februari 1983 No. 901/0691/83, sejumlah :1 x

    US.$ 65.000,- = US.$ 65.000,-, Baru dibayar 20% = US.$ 13.000,-, Sisa

    seluruhnya : US.$ 117.000,- + US.$ 52.000,- = US.$ 169.000,-.

    Penulis berpendapat bahwa sebetulnya yang dimaksud pembukaan L/C itu

    adalah tidak mempunyai makna yuridis. Mengingat secara yuridis yang

    menerbitkan L/C dalam kasus ini adalah The Chartered Bank di Jakarta. Atau ada

    kemungkinan L/C tersebut, bersama-sama dengan documentary credit telah

    “ditukarkan” dengan Trust Receipt yang diserahkan kepada the Chartered Bank.

    3.4. Perbuatan Melawan Hukum

    PT. Gespamindo tidak melakukan pembayaran atas sisa kewajibannya.

    Sehingga menurut hukum, Tergugat Asli II telah melakukan perbuatan melawan

  • 45

    hukum. Derry Firmansyah dalam skripsinya berpendapat 2 bahwa yang terjadi

    sesungguhnya adalah suatu wanprestasi dus bukan Perbuatan Melawan Hukum

    (PMH) sebagaimana dikemukakan oleh para hakim yang mengadili dan memutus

    kasus itu. Demikian juga dengan Tergugat Asli I yaitu PT. Pelayaran Samudra

    “Samudra Indonesia” atas tindakannya yang secara tanpa hak menurut para

    hakim, menyerahkan pupuk yang diangkutnya kepada pihak yang tidak dapat

    menunjukkan Bill of Lading / Konosemen dari pupuk tersebut, adalah merupakan

    perbuatan yang melawan hokum. PMH tersebut adalah pelanggaran Pasal 507,

    508, 509 dan atau 510. Namun ada yang berpendapat3 bahwa sebetulnya PT.

    Pelayaran Samudera Indonesia tidak ada sangkut paut dalam perhubungan hukum

    itu.

    3.5. Ganti Rugi yang Dituntut

    Dengan adanya perbuatan melawan hukum dari Tergugat-Tergugat Asli

    tersebut, Penggugat Asli berhak menurut pembayaran dari Tergugat-Tergugat Asli

    secara tanggung renteng sejumlah US.$ 169.000,- ditambah ganti rugi, bunga 13%

    per tahun terhitung mulai tanggal 24 Maret 1983 sampai dengan 15 November

    1984 = US.$ 36.378,72, sehingga jumlah seluruhnya US.% 205.738,72

    2 Menurut Firmansyah, SH, bahwa dalam kasus 1887 yang ada seharusnya wanprestasi dan bukan perbuatan melawan hukum adalah suatu penemuan hukum.

    3 Skripsi Derry Firmansyah, SH.

  • 46

    3.6. Sita Jaminan yang Dituntut

    Untuk menjamin pelaksanaan putusan dalam perkara, Penggugat asli

    sempat mohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus

    kasus atau perkara tersebut agar terhadap barang-barang bergerak milik Tergugat-

    tergugat asli, diletakkan sita jaminan (conservatoir beslag).

    Penggugat asli menuntut kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat untuk

    memutus didalam Provinsi supaya para hakim dimaksud meletakkan sita jaminan

    atas barang-barang bergerak berupa alat perlengkapan kantor. Sita jaminan yang

    juga dimintakan kepada para hakim untuk dilakukan atas tanah berikut bangunan

    Milik Tergugat I yang terletak di Jalan Let. Jen. S. Parman No.35 Jakarta Barat.

    Penggugat asli juga memohon agar para majelis hakim tersebut

    menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang telah diletakkan sebelumnya.

    Selanjutnya Penggugat Asli kemudian meminta supaya para hakim menyatakan

    bahwa Tergugat I : PT. Samudera Indonesia telah melakukan perbuatan melawan

    hukum. Adapun Perbuawan Melawan Hukum dimaksud adalah dalam

    kedudukannya sebagai pengangkut dan / atau sebagai agen pelayaran telah

    menyerahkan barang berupa 300 metric ton kepada pihak ketiga tanpa penyerahan

    Bill of Lading / Konosemen asli, sehingga merugikan kepentingan Penggugat

    sejumlah US.$ 205.738.72.

    Penggugat Asli, dalam hal ini PT. Bank Sejahtera Umum juga menuntut

    kepada Pengadilan untuk menyatakan bahwa Tergugat II telah melakukan aspek

    perbuatan melawan hukum. Lainnya yaitu telah tidak memenuhi kewajibannya

  • 47

    kepada Penggugat sehubungan dengan pembukuan 3 (tiga) L/C : L/C

    No.901/0475/83 sebesar US.$ 65.000,- , L/C No. 901/0476/83 sebesar US.$

    65.000,- + US.$ 130.000,- sudah dibayar 10% US.S 13.000,- US.$ 117.000,- , L/C

    No. 901/0691/83 sebesar US.$ 65.000,- , dibayar 20% US.$ 13.000,- US.$

    52.000,- US.$ 169.000,- , bunga (24 Maret 1983 sampai dengan 15 November

    1984); 602 hari x 13% p.a US.$ 36.738,72. Jumlah berikut bunga sebesar US.$

    205.738,72.

    Penggugat Asli juga meminta Pengadilan supaya menghukum oleh karena

    itu Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk membayar kepada

    Penggugat secara tunai dan sekaligus uang sejumlah US.$ 205.738,72 atau dengan

    nilai lawan dengan kurs US.$ 1 = Rp 1.072,- yakni berjumlah 205.738,72 X Rp

    1.072 = Rp 220.551.908,- (dua ratus dua puluh juta lima ratus lima puluh satu ribu

    sembilan ratus delapan rupiah), ditambah dengan bunga yang berlaku bagi suatu

    pemberian kredit dan jumlah tersebut.

    Adapun bunga yang dituntut adalah sebesar 2,5% per bulan, sejak mulai

    didaftarkannya gugatan itu sampai dibayar lunas jumlah tersebut di atas.

    Penggugat Asli memohon Pengadilan menyatakan putusan dalam kasus itu

    dapat dijalankan lebih dahulu, meskipun andaikata Tergugat I dan II naik banding

    atau kasasi atau mengadakan verzet.

    Penggugat Asli juga memohon kepada Pengadilan supaya para Tergugat

    membayar biaya-biaya menurut hukum atau setidak-tidaknya Pengadilan memberi

    putusan yang seadil-adilnya sebagaimana layaknya suatu pengadilan yang baik.

  • 48

    3.7. Delik-Delik Eksepsi Tergugat Asli II

    Terhadap gugatan Penggugat Asli tersebut, oleh Tergugat Asli II diajukan

    eksepsi yang pada pokoknya dengan dalil-dalil sebagai berikut di bawah ini.

    Gugatan Penggugat asli campur aduk antara wanprestasi dengan perbuatan

    melawan hukum seperti yang diatur dalam Pasal 1365 BW.

    Karena itu, gugatan Penggugat Asli yang kabur itu harus ditolak dan / atau

    dinyatakan bahwa gugatan itu adalah mengenai wansprestasi saja atau mengenai

    perbuatan melawan hukum saja.

    3.8. Putusan Pengadilan Negeri

    Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Barat telah

    mengambil putusan. Adapun Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat itu dibuat

    pada tanggal 18 September 1985 No. 009/Pdt/G/1985/PN.Jkt. Bar.

    Amar Putusan dimaksud adalah mengabulkan gugatan Penggugat untuk

    sebagian. Para hakim juga menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang

    diletakkan dalam perkara itu.

    Selanjutnya para hakim juga menyatakan bahwa Tergugat I, PT. Samudera

    Indonesia telah melakukan perbuatan melawan hukum, yakni dalam

    kedudukannya sebagai pengangkut dan / atau sebagai agen pelayaran telah

    menyerahkan barang berupa 3000 metric ton pupuk Phosphate kepada pihak

    ketiga tanpa penyerahan Bill of Lading / Konosemen asli, sehingga merugikan

    Penggugat sebesar US.$ 169.000,- (seratus enam puluh sembilan ribu US dollar).

  • 49

    Amar putusan hakim juga menyatakan bahwa Tergugat I membayar dengan tunai

    dan sekaligus dengan penerimaan surat tanda pembayaran yang sah, kepada

    Penggugat yang sebesar US.$ 169.000,- (seratus enam puluh sembilan ribu U$

    dollar), atau dengan nilai lawan dengan kurs US.$ 1 = Rp 1.072,- atau kurs yang

    sedang berlaku pada saat pembayaran dilakukan. Putusan tersebut dapat

    dijalankan lebih dahulu, tanpa mengindahkan Tergugat I mengajukan perlawanan,

    banding, atau kasasi (uitvoerbaar bij voorraad).

    Para hakim juga menyatakan bahwa mereka menolak gugatan Penggugat

    untuk selebihnya dan menghukum Tergugat I untuk membayar biaya perkara,

    yang hingga sekarang ditentukan sebesar Rp 90.750- (sembilan puluh ribu tujuh

    ratus lima puluh rupiah).

    3.9. Putusan Pengadilan Banding

    Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat sebagaimana telah dikemukakan

    di atas dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat I telah diperbaiki oleh

    Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusannya tanggal 8 Januari 1986

    No.544/Pdt/1985/PT.DKI. Adapun amar Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta

    tersebut berbunyi sebagai berikut di bawah ini :

    Majelis hakim dalam perkara itu menerima permohonan banding dari

    Pembanding semula Tergugat I. Mereka juga menguatkan Putusan Pengadilan

    Negeri Jakarta Barat tanggal 11 September 1985

    No.009/Pdt/G/1985PN.JKT.BAR., yang dimohonkan banding namun demikian

  • 50

    para hakim tersebut melakukan perbaikan atas Putusan Pengadilan Negeri Jakarta

    Barat itu sehingga berbunyi: mengabulkan gugatan penggugat untuk sebahagian.

    Selanjutnya amar putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Barat itu juga

    menyatakan sah dan berharga sita jaminan yang diletakkan dalam perkara

    tersebut, menyatakan bahwa Tergugat I, PT. Samudra Indonesia dalam

    kedudukannya sebagai pengakut dan sebagai agen pelayaran dengan menyerahkan

    barang berupa 3000 metric ton pupuk Phospate kepada pihak ketiga tanpa

    penyerahan Bill of Lading/Konosemen asli dan Tergugat II, PT. Gespamindo yang

    telah meminta agar 3000 metric ton pupuk itu diserahan tanpa Bill of Lading /

    Konosemen asli, telah melakukan perbuatan melawan hukum.

    Para hakim dalam Amar Putusan itu juga menghukum oleh karena itu

    Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng untuk membayar kepada

    Penggugat secara tunai dan sekaligus, uang sejumalh US.$ 169.000,- (seratus

    enam puluh sembila ribu US dollar) dengan nilai tukar rupiah pada saat

    pembayaran dilakukan, ditambah dengan ganti rugi sebesar 6% setahun dari

    jumlah tersebut, mulai dari gugatan didaftarkan sampai dibayar lunas.

    Para hakim dalam perkata itu juga menyatakan bahwa perkara itu dapat

    dijalankan lebih dahulu, meskipun Tergugat I dan Tergugat II mengajukan upaya-

    upaya hukum seperti perlawanan, banding, atau kasasi.

    Akhirnya para hakim tersebut juga dalam Amar Putusannya menolak

    gugatan Penggugat selebihnya; Menghukum Tergugat I sekarang Pembanding

  • 51

    untuk membayar biaya perkara dalam tingkat banding sebesar Rp 17.750,- (tujuh

    belas ribu rujuh ratus lima puluh rupiah).

    3.10. Perkara Kasasi di Mahkamah Agung

    Menyusul putusan Pengadilan Tinggi di atas telah diberitahukan kepada

    Tergugat I Pembanding pada tanggal 19 Februari 1986, kemudian terhadapnya

    oleh Tergugat I Pembanding (dengan perantaraan kuasanya khusus berdasarkan

    surat kuasa khusus tanggal 28 Februari 1986) diajukan permohonan kasasi secara

    lisan pada tanggal 3 Maret 1986 sebagaimana ternyata dari akta permohonan

    kasasi No. 014/Srt. Perdata/1986 yang dibuat oleh Panitera Kepala Pengadilan

    Negeri Jakarta Barat. Permohonan Kasasi tersebut kemudian disusul oleh memori

    kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kapaniteraan Pengadilan

    Negeri tersebut pada tanggal 14 Maret 1986.

    Setelah itu oleh Penggugat-Terbanding yang pada tanggal 15 Maret 1986

    telah diberitahu tentang memori kasasi dari Tergugat I-Pembanding, diajukan

    jawaban memori kasasi, diterima Kapaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Barat

    tanggal 5 April 1986.

    Baik pemberitahuan isi putusan maupun permohonan kasasi dilakukan

    sesudah Undang-Undang No.14 tahun 1985 berlaku, maka terhadap perkara kasasi

    tersebut diberlakukan tenggang-tenggang waktu kasasi menurut Undang-Undang

    No.14 tahun 1985.

  • 52

    Permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasan yang telah diberitahukan

    kepada pihak lawan dengan seksama diajukan dalam tenggang waktu dan dengan

    cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan

    kasasi tersebut secara legal dapat diterima.

    3.11. Memori Kasasi yang Digunakan

    Keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon kasasi dalam memori

    kasasi tersebut pada pokoknya diuraikan oleh Penulis di bawah ini.

    Putusan Pengadilan Tinggi yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri

    tentang putusan dapat dijalankan lebih dahulu (uitvoerbaar bij voorraad) adalah

    melanggar Pasal 189 (1) HIR jo. Instruksi Mahkamah Agung tanggal 13 Februari

    1958 No.348/K/5216/M dan surat Mahkamah Agung terganggal 30 Mei 1975 No.

    158/0254/i/um/1975 serta surat-surat edaran Mahmakah Agung No. 06/1975

    tanggal 1 Desember 1975, No.3/1971 tanggal 17 Mei 1971, No.02/1975 tanggal

    28 Agustus 1975.

    Menurut Pemdion Kasasi, dalam perkara tersebut tidak ada hal-hal yang

    bersifat eksepsional, lagipula terhadap barang-barang milik Tergugat Asal 1 Ayat

    (15) Wali Amanat adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Umum untuk

    mewakili kepentingan pemegang Surat Berharga berdasarkan perjanjian antara

    Bank Umum dengan emiten Surat Berharga yang bersangkutan telah diletakkan

    sita jaminan yang nilainya melebihi nilai gugatan.

  • 53

    Terlihat menurut dalil Pemohon Kasasi bahwa dalam gugatan, yang

    menjadi pokok perkara bukan karena telah diserahkannya barang yang diangkut

    oleh Tergugat Asal I yang in casu atas permintaan Tergugat Asli kepada pemesan

    sebagaimana terlihat dalam B/L nya. Melainkan karena masih adanya kewajiban

    pembayaran oleh Tergugat Asal II kepada Penggugat asal, uang sejumlah US.$

    169.000,- sebagai akibat dibukanya L/C untuk mengimpor pupuk dari Australia.

    Dengan adanya kenyataan tersebut, maka menurut pemohon kasasi Judex

    Facti seharusnya mempertimbangkan, siapa yang dibebani tanggung jawab.

    Pengadilan Tinggi menganggap telah terbukti bahwa Tergugat Asal II

    melakukan perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian bagi

    Penggugat asal, maka sesuai dengan bunyi ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata,

    yang wajib mengganti kerugian adalah Tergugat Asal II.

    Di samping itu, menurut pemohon kasasi Judex Facti 4 juga tidak

    mempertimbangkan akan hak-hak dan kewajiban masing-masing pihak terhadap

    perjanjian yang dibuatnya, yang dalam perkara a quo adalah adanya L/C yang

    dibuat oleh dan di antara Penggugat asal dengan Tergugat Asal II dan adanya B/L

    yang dibuat oleh dan di antara Tergugat Asal II dengan Tergugat Asal I.

    Kedua perjanjian itu menurut Pemohon Kasasi berbeda, yaitu L/C diatur

    dalam Undang-Undang Pokok Perbankan Kredit adalah penyediaan uang atau

    tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan

    4 Yang dimaksud dengan judex factie adalah pengadilan dimana majelis hakim di Pengadilan Tinggi memutus dengan pemeriksaan fakta. Berbeda dengan judex juris, hakim memutus hanya

    mempertimbangkan hukumnya saja.

  • 54

    pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

    pemberian bunga.

    Sedangkan Wali Amanat adalah kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank

    Umum untuk mewakili kepentingan pemegang surat berharga berdasarkan

    perjanjian antara Bank Umum dengan emiten surat berharga yang bersangkutan .5

    Sedangkan B/L diatur dalam KUHD yang menyamakan dengan

    konosemen atau Surat Berhaga dalam mana pengangkut menerangkan bahwa ia

    telah menerima barang tertentu untuk diangkut ke suatu tempat tujuan yang

    ditunjuk dan disana menyerahkannya kepada orang yang ditunjuk (Penerima)

    disertai dengan janji – janji apa penyerahan akan terjadi6 dan dalam perkara a quo

    kedua perjanjian itu merupakan perjanjian yang masing-masing berdiri sendiri-

    sendiri.

    Sehingga menurut Pasal 1338 (1) dan Pasal 1340 KUHPerdata, hak-hak

    dan kewajiban-kewajibannya juga terpisah satu sama lain, karena perjanjian hanya

    mengikat bagi para pihak yang membuatnya 7 dan tidak dapat membawa rugi

    kepada pihak ketiga.

    Mengenai hal ini dapat dilihat tentang asas kepribadian dalam

    KUHPerdata asas Kepribadian adalah asas yang menentukan bahwa seseorang

    5 UU Perbankan Nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 Ayat 11 dan 15.

    6 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

    7 Asas Kepribdian, dalam KUHPerdata Pasal 1340.

  • 55

    yang akan melakukan kontrak hanya untuk kepentingan perorangan Pasal 1315

    dan 1340 BW.8

    Atas dari itu, menurut Pemohon Kasasi maka kerugian yang ditimbulkan

    oleh belum dibayarnya lunas L/C oleh Tergugat asal II tidak dapat dibebankan

    kepada Tergugat Asal I dengan alasan barang-barang yang diangkutnya telah

    diserahkan tanpa B/L asli, yang notebene penyerahan tersebut telah mendapat

    jaminan dari Tergugat Asal II dan sebelumnya telah mendapat pula persetujuan

    dari prinsipnya.

    3.12. Putusan yang Kontradiktif

    Selain hal-hal yang diuraikan di atas, Putusan Pengadilan Negeri mengenai

    perkara a quo mengandung kontradiksi. Di mana dalam pertimbangan hukum

    menyatakan telah terbukti bahwa Tergugat Asal II masih mempunyai kekurangan

    pembayaran kepada Penggugat asal sebesar US.$ 169.000,- tetapi dalam amarnya

    menghukum pembayaran L/C sebesar US.$ 169.000,- Tergugat Asal I secara

    tanggung renteng membayar kerugian itu. Putusan Pengadilan Tinggi yang

    menghukum Tergugat Asal I dan II secara tanggung renteng membayar ganti rugi

    kepada Penggugat Asal sebesar US.$ 169.000,- adalah melanggar Pasal 1282

    KUHPerdata yang berbunyi;

    “tiada perikatan dianggap tanggung-menanggung, melainkan

    jika hal itu dinyatakan secara tegas”.

    8 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1315 dan 1340 BW.

  • 56

    Selama persidangan, menurut pendapat Pemohon Kasasi Penggugat Asal

    tidak dapat membuktikan adanya perjanjian / hubungan hukum antara Penggugat

    asal dengan Tergugat Asal I, dan juga tidak dapat membuktikan adanya suatu

    perjanjian tanggung renteng antara Tergugat Asal I dengan Tergugat Asal II, dan

    pula tidak ada undang-undang yang menetapan demikian.

    Pula, Penggugat Asal tidak dapat membuktikan bahwa kerugian yang

    diderita Penggugat Asal adalah sebagai akibat perbuatan Tergugat Asal I. Oleh

    karena Penggugat asal tidak dapat membuktikan secara terinci kerugian yang

    dideritanya, maka gugatan tentang ganti rugi harus ditolak.

    Tambahkan pula, menurut Pemohon Kasasi suatu putusan Pengadilan

    tidak boleh mengandung kontradiksi antara pertimbangan hukum dengan amar

    dalam pelaksanaannya (Putusan Mahkamah Agung tanggal 18 Desember 1971

    No. 598 K/Sip/1971 dan Putusan Mahkamah Agung tanggal 25 Maret 1972 No.51

    K/Sip/1972).

    Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, maka menurut pendapat

    Pemohon Kasasi tidak ada alasan bagi Judex Facti untuk menghukum Tergugat

    Asal I secara tanggung renteng dengan Tergugat Asal II untuk membayar ganti

    kerugian kepada Penggugat asal.

  • 57

    3.13. Hukum Tentang Bunga Bank

    Putusan Pengadilan Tinggi yang mengabulkan bunga ganti rugi sebesar

    6% setahun juga menurut pendapat Pemohon Kasasi adalah melanggar hukum

    yang berlaku tentang bunga pinjaman di bank.

    Penggugat Asal tidak dapat membuktikan bahwa antara Tergugat Asal I

    dengan Penggugat Asal ada suatu hubungan hukum. Sehingga, dengan demikian

    telah tidak terbukti pula bahwa antara Tergugat asal I dengan Penggugat asal ada

    perjanjian mengenai bunga. Dari Putusan Mahkamah Agung tanggal 7 Agustus

    1975 No. 1114 K/Sip/1972 dapat diketahui dengan jelas bahwa tuntutan bunga

    harus diperjanjikan dalam perjanjian, tanpa ada diperjanjikan, tuntutan bunga

    harus ditolak.

    Dalam perkara a quo, bunga yang dituntut sebagai ganti rugi tersebut tidak

    diperjanjikan dalam perjanjian L/C dan tuntutan bunga ganti rugi sebesar 13% per

    tahun bukan merupakan bunga bank sebagaimana lazimnya.

    3.14. L/C Bukan Hutang-Piutang Biasa

    Selain itu perjanjian L/C bukan merupakan perjanjian hutang-piutang biasa

    antara satu orang dengan orang lain yang mungkin berdasarkan rasa keadilan

    dapat ditetapkan oleh Pengadilan besarnya bunga sebagai ganti rugi, melainkan

    merupakan suatu perjanjian pinjam meminjam antar bank di satu pihak dengan

    peminjam di lain pihak.

  • 58

    Menurut Pendapat Penulis dalam L/C "peminjam", bukan suatu hubungan

    hukum hutang-piutang, tetapi surat tanda bukti Pembiayaan Internasional oleh

    suatu Bank (the issuing Bank) berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka

    waktu tertentu. Sehingga, seharusnya tentang bunga secara tegas dicantumkan

    dalam perjanjian dan apabila tidak adalah merupakan resiko bank sendiri.

    3.15. Ketertiban Beracara

    Putusan Pengadilan Tinggi yang menguatkan dengan perbaikan Putusan

    Pengadilan Negeri menurut Pemohon Kasasi terdapat ketidaktertiban dalam

    beracara dan mengandung kontradiksi dan kabur, serta melanggar Pasal 181 (1)

    HIR dan Pasal 184 (1) HIR.

    Dalam pertimbangan hukumnya, Pengadilan Negeri menyatakan bahwa

    telah terbukti berdasarkan hukum bahwa Tergugat asal II mempunyai kekurangan

    pembayaran kepada Penggugat Asal sejumlah US.$ 169.000,- hingga dengan

    demikian tuntutan Penggugat asal sepanjang Tergugat Asal II tidak memenuhi

    kewajibannya kepada Penggugat asal sejumlah US.$ 169.000,- harus dikabulkan.

    Akan tetapi dalam amarnya, apa yang telah dipertimbangkan itu sama sekali tidak

    tercantum.

    Sewaktu dalam tingkat Banding, terhadap hal tersebut telah diajukan

    keberatan oleh Tergugat Asal I dalam memori bandingnya, sehingga Pengadilan

    Tinggi hendak memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri tentunya hal tersebut

  • 59

    dipertimbangkan. Akan tetapi, kenyataannya hal tersebut tidak dipertimbangkan

    oleh Pengadilan Tinggi.

    Andaikata Pengadilan Tinggi hendak mengadili sendiri, menurut Pemohon

    Kasasi seharusnya Pengadilan Tinggi membatalkan Putusan Pengadilan Negeri

    lebih dahulu dan kemudian dengan pertimbangannya sendiri memberikan

    putusannya. Putusan Pengadilan Negeri mengenai ganti rugi dan tanggung renteng

    adalah tepat. Sehingga, Tergugat Asal I tidak memperoleh lagi dalam memori

    bandingnya, akan tetapi kenyataannya Pengadilan Tinggi telah meninjau Putusan

    Pengadilan Negeri yang tidak dibanding itu dan mengubahnya dengan

    mengabulkan tuntutan Penggugat Asal akan bunga ganti rugi dan tanggung

    renteng.

    Sehingga menurut Pemohon Kasasi dalam hal ini Pengadilan Tinggi telah

    menyimpang dari Putusan Mahkamah Agung tanggal 2 Desember 1975 No.261

    K/Sip/1973.

    Kecuali itu, menurut Pemohon Kasasi Putusan Pengadilan Tinggi juga

    mengandung kontradiksi dan kabur, karena di satu pihak menyatakan bahwa

    kerugian yang diderita Penggugat asal adalah sebanyak sisa pelunasan L/C yang

    masih harus dibayar oleh Tergugat Asal I telah melakukan perbuatan melanggar

    hukum dan dihukum untuk membayar kerugian yang diderita Penggugat Asal

    sebesar US.$ 169.000,- secara tanggung renteng, meskipun Penggugat asal tidak

    dapat membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya itu adalah akibat perbuatan

    Tergugat Asal I.

  • 60

    Kemudian ternyata pula bahwa Putusan Pengadilan Tinggi telah

    melanggar Pasal 181 (1) HIR jo. Pasal 184 (1) HIR tentang biaya perkara, yaitu

    dalam putusannya, Pengadilan Tinggi telah memutuskan bahwa Tergugat Asal I

    dan II telah melakukan perbuatan melawan hukum dan karenanya menghukum

    Tergugat Asal I dan II secara tanggung renteng membayar kepada Penggugat asal

    uang sejumlah US.$ 169.000,- sehingga ini berarti bahwa Tergugat Asal I dan II

    dinyatakan sebagai pihak yang kalau dan berdasarkan Pasal 181 (1) HIR jo 184

    (1) HIR harus dihukum untuk membayar biaya perkara.

    Akan tetapi kenyataannya dalam amar, yang dihukum untuk membayar

    biaya perkara hanya Tergugat Asal I. Judex Facti baik dalam proses pemeriksaan

    dan dalam putusannya terdapat keanehan-keanehan dan ketidaktertiban dalam

    beracara.

    Pertimbangan pengadilan Negeri menyatakan Tergugat asal II terbukti

    melakukan perbuatan melawan hukum, yaitu tidak melunasi kekurangan

    pembayaran L/C kepada Penggugat asal, akan tetapi anehnya amar putusannya

    tidak mencantumkan hukuman terhadap Tergugat Asal II. Malah, yang

    dicantumkan adalah hukuman terhadap Tergugat Asal I, meskipun Penggugat

    Asal tidak dapat membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya adalah akibat

    perbuatan Tergugat Asal I.

    Pada waktu putusan diucapkan jelas dinyatakan oleh Majelis Pengadilan

    Negeri bahwa biaya perkara dibebankan kepada Tergugat Asal II, demikian pula

    sebagaimana tercantum dalam akta banding, tetapi dalam amar putusan, yang

    dihukum membayar biaya perkara adalah Tergugat Asal I.

  • 61

    Putusan Pengadilan Tinggi terdapat kontradiksi dan kabur, karena di satu

    pihak menyatakan bahwa kerugian yang diderita Penggugat Asal adalah karena

    belum dilunasinya sisa pembayaran L/C oleh Tergugat Asal II dan karena itu

    tuntutan tersebut dapat dikabulkan, akan tetapi anehnya, Tergugat Asal I juga

    turut dihukum secara tanggung renteng, meskipun Penggusal asal tidak dapat

    membuktikan bahwa kerugian yang dideritanya adalah akibat perbuatan Tergugat

    Asal I.

    Lebih aneh lagi, menurut Pemohon Kasasi bahwa berkas perkara dikirim

    oleh Pengadilan Negeri tanggal 21 November 1985, tetapi telah diterima oleh

    Pengadilan Tinggi pada tanggal 19 November 1985.

    3.16. Pertimbangan-pertimbangan Mahkamah Agung

    Para hakim dalam majelis peradilan Kasasi yang terdiri dari R. Poerwoto

    Soehadi Gandasoebrata, S.H., Wakil ketua sebagai ketua, Ny. Djoewarini, S.H.,

    dan Yahya, S.H, sebagai Hakim-Hakim Anggota mempertimbangkan jika

    keberatan yang diajukan Pemohon Kasasi tidak dapat dibenarkan, karena hal

    tersebut tidak perlu dipertimbangkan, sebab amar dalam putusan kasasi tidak perlu

    menyebutkan tentang serta merta.

    Pengadilan Tinggi Jakarta tidak salah menerapkan hukum demikian

    menurut para majelis hakim, lagi pula keberatan tersebut mengenai penilaian hasil

    pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak

    dapat dipertimbangkan dalam tingkat kasasi karena pemeriksaan dalam tingkat

  • 62

    kasasi hanya berkenaan dengan tidak dilaksanakan atau ada kesalahan dalam

    perlaksanaan hukum, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-

    Undang No.14 Tahun 1985.

    Tidak ada perjanjian antara Tergugat Asal I dan Tergugat Asal II yang

    menyatakan dengan tegas adanya tanggung jawab renteng sesuai dengan

    ketentuan Pasal 1282 KUHPerdata.

    Oleh karena telah terbukti bahwa Penggugat Asal menderita kerugian

    sebesar US.$ 169.000,- sebagai akibat dari kesalahan/perbuatan melawan hukum

    yang dilakukan oleh Tergugat-tergugat Asal, di mana Tergugat Asal I sebagai

    pengangkut dan/atau agen pelayaran atas permintaan Tergugat Asal II telah

    menyerahkan barang-barang yang diangkutnya kepada pihak ketiga tanpa

    penyerahan B/L, maka adalah adil apabila risiko atas kesalahan bersama itu

    dipikul oleh Tergugat-Tergugat asal secara bersama-sama pula yakni masing-

    masing setengah bagian dari US.$ 169.000,- atau Tergugat Asal I dan II masing-

    masing dihukum untuk membayar kepada Penggugat asal, uang sejumlah US.$

    84.500,-.

    Mengenai penilaian hasil pembuktian, seperti telah dipertimbangkan di

    atas, keberatan serupa itu tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan tingkat

    kasasi, demikian pertimbangan para MH yang memutus perkara itu.

    Pengadilan Tinggi Jakarta tidak salah menerapkan hukum. Pengadilan

    Tinggi Jakarta seharusnya membatalkan lebih dahulu Putusan Pengadilan Negeri

    Jakarta Barat, sepanjang mengenai gugatan terhadap Tergugat Asal II dan bunga,

  • 63

    dan mengadilinya sendiri tentang hal-hal tersebut. Pengadilan Tinggi Jakarta tidak

    salah menerapkan hukum, sebab dalam tingkat banding, perkara diperiksa lagi

    secara keseluruhan.

    Tergugat Asal I dan II telah dinyatakan kalah dalam perkara ini, maka

    Tergugat Asal I dan II harus dihukum untuk membayar ongkos perkara.

    Pengadilan Tinggi Jakarta tidak salah menerapkan hukum, kecuali mengenai

    tanggung renteng.

    Menurut pendapat Mahmakah Agung, cukup alasan untuk mengabulkan

    permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon kasasi. PT. Perusahaan

    Pelayaran Samudera “Samudera Indonesia” tersebut di atas, dan untuk

    membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta tanggal 8 Januari 1986. No.

    554/PDT/1985/PT.DKI, yang menguatkan dan memperbaiki Putusan Pengadilan

    Negeri Jakarta Barat tanggal 11 September 1985 No. 009/Pdt/G/1985/Jkt.

    Sehingga Mahkamah Agung mengadili sendiri dengan amar sepanjang

    mengenai tanggung renteng dan ongkos perkara bahwa dalam perkara tersebut

    Pemohon kasasi / Tergugat Asal I dan Turut Termohon Kasasi / Tergugat Asal II

    sebagai pihak yang dikalahkan harus membayar semua biaya perkara, baik yang

    jatuh dalam tingkat pertama dan tingkat banding, maupun yang jatuh dalam

    tingkat kasasi, masing-masing separo-separo.

    Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No.14 Tahun 1970 dan

    Undang-Undang No.14 Tahun 1985 yang bersangkutan Mahkamah Agung

    mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. Perusahaan Pelayaran

    Samudera “Samudera Indonesia” tersebut dan membatalkan Putusan Pengadilan

  • 64

    Tinggi Jakarta tanggal 8 Januari 1986 No.544/Pdt/1985/PT.DKI yang menguatkan

    dan memperbaiki Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 11 September

    1985 No. 009/Pdt/G/1985/PN.Jkt.Bar, sepanjang mengenai tanggung renteng dan

    ongkos perkara.

    3.17. Putusan Kasasi Mahkamah Agung

    Mahkamah Agung RI yang mengadili sendiri perkara di tingkat Kasasi itu

    memutuskan bahwa Menolak Eksepsi Tergugat II. Selanjutnya Mahkamah Agung

    juga menyatakan sah dan berharga conservatoir beslag yang dilaksanakan oleh

    Penitera Pengganti Pengadilan Negeri Jakarta Barat tanggal 29 Januari 1986 No.

    009/Pdt/1985/PN.Jkt.Bar atas sebidang tanah beserta dua buah bangunan yang

    berdiri diatasnya yang terletak di Jalan Let. Jen.S. Parman No.35 (Slipi) Jakarta

    Barat.

    Tergugat I dan Tergugat II telah melakukan perbuatan melawan hukum.

    Menghukum Tergugat I dan Tergugat II membayar kepada Penggugat secara tunai

    dan sekaligus, masing-masing setengah bagian dari US.$ 169.000,- atau masing-

    masing sejumlah US.$ 84.500,- ditambah dengan bunga sebear 6% setahun dari

    jumlah tersebut mulai dari gugatan didaftarkan sampai dibayar lunas serta

    menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya.

    Mahkamah Agung dalam putusan atas perkara tersebut menghukum

    Pemohon Kasasi dan Turut Termohon Kasasi untuk membayar biaya perkara, baik

    yang jatuh dalam tingkat pertama dan tingkat banding maupun yang jatuh dalam

  • 65

    tingkat kasasi masing-masing separo-separo dan biaya dalam tingkat kasasi ini

    ditetapkan sebanyak Rp 20.000,-.

    3.18. Analisis

    Memang, perlu dinyatakan di sini bahwa gambaran hasil penelitian yang

    telah Penulis kemukakan di atas, analisis (break down) Putusan 1887, sama sekali

    tampak tidak terdapat apa yang disebut sebagai Trust Receipt. Terkecuali apa

    yang telah Penulis kemukakan dalam Sub Judul 3.2 di atas.

    Namun demikian Penulis berpendapat bahwa apabila putusan tersebut

    diselami, atau dikaji secara mendalam, sebetulnya menurut pendapat Penulis,

    terdapat indikator (tanda-tanda) bahwa sesungguhnya, apa yang disebut dengan

    Trust Receipt ada di dalam Putusan 1887 tersebut.

    Berikut di bawah ini Penulis akan mengemukakan suatu analisis (break

    down) unsur-unsur (indikator) Trust Receipt, yang menurut pendapat Penulis

    terkandung di dalam Putusan 1887, hasil penelitian dimaksud.

    3.19. Pihak dalam Trust Receipt Versi Putusan 1887

    Menurut pendapat Penulis, pihak (the party to contract), mengingat Trust

    Receipt adalah suatu kontrak (a contract) adalah antara The Standard Chartered

    Bank di Jakarta dengan PT. Sejahtera Bank Umum yang di dalam Putusan 1887

    adalah berkedudukan sebagai pihak Termohon Kasasi I.

  • 66

    Adapun indikator unsur Trust Receipt dimaksud dapat dilihat dalam

    ungkapan :

    "...untuk melaksanakan impor tersebut, atas permintaan

    tergugat Asli II, Penggugat Asli melalui The Chartered Bank di

    Jakarta telah membuka tiga buah L/C untuk dibayarkan kepada

    penjual pupuk (eksportir)...".

    Ungkapan di atas terutama dalam kata-kata "...melalui The Chartered

    Bank..." memerlihatkan dengan jelas bahwa pihak yang melakukan pembayaran

    pupuk atau (barang impor) dari Australia itu bukan Gespamindo.

    Pihak tersebut sesungguhnya adalah the Chartered Bank.

    Penulis mengatakan demikian sebab, bukankah sudah merupakan rahasia

    umum, bahwa biasanya hanya L/C Bank dengan reputasi Internasional seperti The

    Standard Chartered Bank sajalah yang dapat meyakinkan penjual luar negeri

    (eksportir) seperti Phospate Mining Company of Christmas Island Ltd., Canberra,

    Australia ?

    Hal ini selanjutnya membuktikan bahwa "kredit" sebetulnya diberikan

    oleh The Chartered Bank kepada PT. Bank Sejahtera Umum.

    Selanjutnya, "jaminan"/ secutity atas "kredit" yang diberikan oleh The

    Standard Chartered Bank kepada PT. Sejahtera Bank Umum itu adalah dokumen

    ekspor yang "dibeli” oleh The Standard Chartered Bank dari Bank-nya si

    Eksportir yang ada di Australia. Dimaksud dengan dokumen ekspor adalah

    documentary credit.

  • 67

    The Standard Chartered Bank kemudian "mendeliver" atau menyerahkan

    dokumen eksport kepada PT. Bank Sejahtera Umum. Dengan catatan, PT. Bank

    Sejahtera Umum akan "membayar" harga dokumen eksport, yang dalam hal ini

    mewakili barang eksport yang telah dibeli atau di impor dari Australia oleh The

    Standard Chartered Bank di Jakarta tersebut.

    Hanya saja, dalam hukum jaminan (security) berlaku prinsip yang umum,

    bahwa barang "jaminan" dikuasai oleh kreditur dalam gadai / plegde antara

    debitur dengan si pihak kreditur.

    Atas dasar itu, maka dalam rangka “menerobos” "jalan buntu" tidak dapat

    dikuasainya dokumen eksport, maka Trust Receipt dikeluarkan oleh pihak The

    Srtandard Chartered Bank kepada PT. Bank Sejahtera Umum. Inilah yang Penulis

    maksudkan dalam Judul Penelitian dan Karya Tulis kesarjanaan ini dengan “Trust

    Receipt” dalam mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya Bill of Lading oleh

    Importir dalam Perdagangan Internasional.

    PT. Bank Sejahtera Umum kemudian mencari pembeli barang-barang

    eksport yang telah dibayar oleh The Standard Chartered Bank tersebut. Pembeli

    yang membeli barang-barang eksport itu, Penulis duga adalah PT. Gespamindo.

    Dalam Trust Receipt antara The Stadard Chartered Bank dan PT.

    Sejahtera Bank Umum tersebut, kemungkinan diisyaratkan bahwa pembayaran

    oleh PT. Gespamindo dibayarkan kepada rekening PT. Sejahtera Bank Umum

    yang ada di The Standard Chartered Bank.

  • 68

    Namun demikian, sampai dengan jatuh tempo pelunasan "kredit import"

    yang diberikan oleh The Standard Chartered Bank kepada PT. Bank Sejahtera

    Umum tersebut, tidak ada uang yang dibayarkan oleh Gespamindo ke rekening

    PT. Sejahtera Bank Umum. Akhirnya PT. Bank Sejahtera Umum "menalangi"

    mambayar harga dokumen eksport tersebut dan mengajukan tuntutan perdata

    kepada Gespamindo, seperti yang tertera dalam Putusan 1887.

    Memerhatikan uraian /analisis tersebut di atas. Penulis berpendapat bahwa

    Trust Receipt telah dicoba dipergunakan, antara The Standard Chartered Bank

    dan PT. Sejahtera Bnak Umum dalam mengatasi kebuntuan, tidak dapat

    dikeluarkan dokumen-dokumen eksport termasuk di dalamnya B/L.

    Namun demikian, jalan yang disediakan oleh hukum (a contract) tersebut

    dalam tahap-tahap selanjutnya, yaitu dalam hubungan antara PT. Bank Sejahtera

    Umum dan PT. Gespamindo, terjadi kendala yang disebabkan oleh PT.

    Gespamindo yang tidak dapat menggunakan fasilitas yang diberikan oleh PT.

    Sejahtera Bank Umum kepada PT. Gespamindo dan berakhir dalam kasus No

    1887 itu.

    Tetapi, di atas semuanya, menurut pendapat Penulis, Trust Receipt telah

    dipergunakan dan berhasil mengatasi kebutuan antara The Standard Chartered

    Bank dan pihak PT. Bank Sejahtera Umum dalam pembiayaan Perdagangan

    Internasional.