bab iii hasil penelitian dan analisis a. hasil...

27
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Hasil Penelitian 1. Sejarah Munculnya Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia Dan Timor Leste a. Indonesia Masalah perlindungan konsumen di Indonesia baru mulai terjadi pada dekade 1970-an. Hal ini ditandai dengan berdirinya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang secara popular dipandang sebagai sebagai perintis advokasi konsumen di Indonesia berdiri pada bulan Mei 1973. 1 Ketika itu gagasan perlindungan konsumen disampaikan secara luas kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan advokasi konsumen, seperti pendidikan, penelitian, pengujian, pengaduan, dan publikasi media konsumen. Tanggal 11 Mei 1973, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia disahkan melalui Akte Pendirian No.26 dari Notaris Loemban Tobing, S.H. YLK resmi 1 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi revisi, PT Grasindo Jakarta 2004 hal 35

Upload: vanthuy

Post on 22-May-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Munculnya Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia

Dan Timor Leste

a. Indonesia

Masalah perlindungan konsumen di Indonesia baru mulai

terjadi pada dekade 1970-an. Hal ini ditandai dengan berdirinya

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang secara popular

dipandang sebagai sebagai perintis advokasi konsumen di Indonesia

berdiri pada bulan Mei 1973.1 Ketika itu gagasan perlindungan

konsumen disampaikan secara luas kepada masyarakat melalui

berbagai kegiatan advokasi konsumen, seperti pendidikan, penelitian,

pengujian, pengaduan, dan publikasi media konsumen. Tanggal 11 Mei

1973, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia disahkan melalui Akte

Pendirian No.26 dari Notaris Loemban Tobing, S.H. YLK resmi

1 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Edisi revisi, PT Grasindo Jakarta

2004 hal 35

menjadi Lembaga Perlindungan Konsumen pertama di Indonesia

dengan Ibu Lasmidjah Hardi sebagai Ketua. 2

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang secara

populer dipandang sebagai perintis advokasi konsumen di

Indonesia.Setelah YLKI kemudian muncul organisasi-organisasi

serupa, antara lain Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen

(LP2K) di Semarang tahun 1985.3

YLKI bersama dengan BPHN (Badan Pembinaan Hukum Nasional)

membentuk Rancangan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Namun Rancangan Undang-Undang ini ternyata belum dapat memberi

hasil, sebab pemerintah mengkhawatirkan bahwa dengan lahirnya

Undang-Undang Perlindungan Konsumen akan menghambat laju

pertumbuhan ekonomi. Pada awal tahun 1990-an, kembali diusahakan

lahirnya Undang-undang yang mengatur mengenai perlindungan

konsumen.

Pada akhir tahun 1990-an, Undang-Undang Perlindungan

Konsumen tidak hanya diperjuangkan oleh lembaga konsumen dan

Departemen Perdagangan, tetapi adanya tekanan di lembaga keuangan

internasional (IMF/International Monetary Fund). Berdasarkan desakan

2 http://ylki.or.id/profil/sejarah/ di kunjung pada tanggal 31 Agustus pukul 6.10

3https://gunawansriguntoro.wordpress.com/2015/11/09/sejarahperlindungan-

konsumen/ di kunjung pada tanggal 25 Agustus 2015, pukul 23.11

dari IMF itulah akhirnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen

dapat dibentuk. Keberadaan Undang-undang Perlindunga Konsumen

merupakansimbol kebangkitan hak-hak sipil masyarakat, sebab hak

konsumen pada dasarnya juga adalah hak-hak sipil masyarakat.Pada

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen mulai berlaku sejak tanggal 20 april tahun 2000. 4

b. Timor Leste

Timor-Leste adalah Negara merdeka dan berdaulat yang

mempunyai Konstitusi Republik Demokrasi de Timor-Leste(RDTL)

yang ditetapkan pada tanggal 20 Mei 2002, mengamanatkan bahwa

cita-cita bangsa dan Negara adalah mewujudkan kesejahteraan dan

kemakmuran bangsa. Bagi Negara yang baru merdeka ini tentu

bukanlah hal yang mudah untuk menempuh kesejahteraan

masyarakatnya.5Untuk membuat peraturan harus butuh pemikiran yang

sangat tajam dan kritis sehingga bisa menghasilkan suatu aturan yang

bermanfaat bagi Negara dan masyarakatnya dengan begitu rintangan

yang di hadapi Negara ini tersebut sampai pada tahun 2009 dikeluarkan

kitab undang-undang hukum pidana, atau Codigo Penal, dalam

4http://belajarhukum27.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-lahirnya-hukum-

perlindungan.html, di kunjung pada tanggl 21 Agustus pukul 22.10

5www.timor-leste.gov.tl di kunjung pada tanggal 30 Agustus pukul 21.24

undang-undang tersebut yang sebagaimana telah di adopsi dari Negara

eropa yang tentunya dari Negara Portugal salah satunya dalah untuk

memenuhi kebutuhan Negara.6

Berkaitan dengan perlindungan konsumen, pada tahun 2011

pemerintah Timor Leste mengeluarkan peraturan perundang-undangn

yang mengatur tentang perdagangan perindustrian yang mulai terlihat

adanya perlindungan terhadap konsumen, dan pada tahun 2016 ini

pembukaan dari parlemen nasional terhadap undang-undang parlamen

nasional atau disebut resolucões do parlamentu nascional nu

6/III/3o/2016.

Tentang perlindungan konsumen sejalan dengan ini adanya

perubahan pada undang-undang tentang perlindungan konsumen.

Walaupun adnya undang-undang perlindungan konsumen, namun tidak

dapat dipungkiri juga bahwa usaha pemerintah untuk memberikan

perlindungan kepada konsumen telah dilakukan sejak adanyakonstitusi

RDTL Timor Leste tahun 2002.

6http://www.wipo.int/edocs/lexdocs/laws/pt/tl/tl006pt. di kunjung pada tanggal 31

Agustus pukul 8.22

2. Asas-asas Perlindungan Konsumen Timor Leste dengan

Indonesia

a. Asas-asas Perlindungan Konsumen di Timor Leste

Asas-asas perlindungan konsumen di Timor Leste di atur dalam

Peraturan Parlemen “Resolucões do Parlamento nemuro

6/III/3o/2016” ;

Artigo 6o

1. Proteccão a saude e a seguranca fisica,Terjemahan bebas dari

penulis : Memberikan dan melindungi kesehatan dan keselamatan

konsumen dari ;

a. Os bens e serviços colocados no mercado de consumo não devem

causar riscos à saúde ou segurança dos consumidores, exceto os

considerados normais e previsíveis em decorrência da sua natureza e

fruição, obrigando-se os fornecedores, em qualquer caso, a dar todas

as informações necessárias e adequadas para que o uso se faça em

condições de segurança.

Terjemahan bebas dari penulis :Barang yang ditempatkandan untuk

diperjualjualkan di pasar harus memenuhi standardan kuaklitas yang

baik sehingga tidak menimbulkan resiko bagi kesehatan konsumen.

Bagi penjual barang, atau disebut pelaku usaha memaksa dalam hal

papaun untuk memberikan informasi yang diperlukan oleh konsumen

sehingga bagi konsumen menggunakan barang/jasa dengan baik dan

bagi pelaku usaha akan terhindar dari masalah hukum.

b. É proibido o fornecimento de bens ou serviços que, em condições de

uso normal ou previsível, incluindo a duração, impliquem riscos

incompatíveis com a sua utilização, não aceitáveis em termos de

proteção à saúde e à segurança física das pessoas.

Terjemahan bebas dari penulis :Penyedia barang atau jasa dalam

kondisi penggunaan normal, melarang pelaku usaha menyediakan

barang dalam jangka waktu yang panjang artinya bahwa menyangkut

barang kedaluarsa.

c. Os serviços da administração pública que, no exercício das suas

funções, tenham conhecimento da existência de bens ou serviços

proibidos, nos termos do número anterior, devem notificar tal facto

às entidades competentes nos termos da lei.As entidades

competentes devem apreender, retirar do mercado ou interditar os

bens e prestação de serviços que impliquem perigo para a saúde

pública ou que não obedeçam aos requisitos técnicos legalmente

exigidos.

Terjemahan bebas dari penulis : Dari pihak pemeriksaan barang,

dalam menjalankan tugasnya, harus dengan teliti terhadap barang-

barang yang sudah berkedaluarsa sebagai ayat yang disbut diatas,

jika terdapat barang-barang kedaluarsa maka dari pihak pemeriksaan

segera melakukan tindakan untuk pengambilan barang-barang

tersebut di hancurkan, sehingga tidak memberikan ancaman atau

merugikan bagi masyarakat dan penyedia barang harus taat

informasi itu.

2. Formacão da educacão artigo 7o(Pembentukan Pendidikan Pasal 7

ayat 1 & 2).

Ao Estado incumbe a promoção de uma política educativa para os

consumidores, recorrendo, entre outros, aos meios tecnológicos,

cabendo-lhe desenvolver ações e adotar medidas tendentes à formação

e à educação do consumidor, designadamente, através de:

Terjemahan bebas dari penulis :Negara adalah tanggung jawab penuh

untuk mempromosikan pendidikan bagi konsumen, dengan

menggunakan antara lain melalui ; sarana teknologi dalam

mengembangkan dan mengambil langkah-Lngkah untuk pelatihan dan

pendidikan konsumen, khusus antara lain ; )

a) Introdução no sistema educativo de programas de atividades de

educação para o consumo;

Terjemahan bebas dari penulis :Pembukaan dalam sistem pendidikan

dalam program kegiatan pendidikan untuk mengkonsumsi )

b) Promoção de ações de educação permanente, de formação e

sensibilização para os consumidores em geral.

Terjemahan bebas dari penulis :Mempromosikan dengan

melanjutkan kegiatan pendidikan, pelatihan dan kesadaran

konsumen pada umumnya). Dalam pelayanan public, TV, Radio

harus mencakup dalam pemograman untuk pendidikan dan

pelatihan bagi konsumen.

3. Protecão contra a publicidade enganosa e abusive artigo 11o.

Terjemahan bebas dari penulis :Memberikan Perlindungan terhadap

iklan yang menyesatkan pasal 11 alinea a dan ).

a. consumidor tem direito à proteção dos seus interesses económicos,

impondo-se nas relações jurídicas de consumo a igualdade material

dos intervenientes, a lealdade e a boa fé.

Terjemahan bebas dari penulis :Memberikan perlindungan terhadap

konsumen dari iklan yang menyesatkan bagi pelaku usaha harus

mengetahui tentang informasi itu sehinga tidak dikenakan sanksi dari

perilaku yang tidak menyeyangkan itu.

b. Com vista à prevenção de abusos resultantes de contratos pré-

elaborados, o fornecedor de bens e de serviços está obrigado:

Terjemahan bebas dari penulis :untuk mencegah penyalahgunaan

kontrak pemasok barang atau jasa yang diperlukan).”

Dan Selanjutnya padaDecreito Lei numero 28/2011,

Regulamento da Indústria e Comercialização dos Géneros

Alimentares,

Artigo 6o aline dois (2) ;

Terjemahan bebas dari penulis :"O princípio da protecção dos

consumidores, que fornece segurança jurídica em benefício do

consumidores. No princípio da oportunidade se destina a impor tudo

na implementação da protecção dos consumidores deve fornecer o

máximo benefício para os interesses dos consumidores e das empresas

como um todo. "

Terjemahannya ;

Undang-undang perdagangan dan Perindustrian, Pasal 6 ayat dua

(2) bahwa ;

Asas perlindungan Konsumen yang memberikan kemanfaatan

dalam kepastian hukum bagi konsumen. Dalam asas kemanfaatan

dimaksudkan untuk mengamanatkan segala sesuatu dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara

keseluruhan.

b. Asas-asas Perlindungan Konsumen di Indonesia

Aasas-asas Perlindungan konsumen di Indonesia telah di atur

dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen atau UUPK nomor 8

tahun 1999. Yang tercantum dalam Pasal 2, mengatakan bahwa

;Perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan ke-seimbangan,

keamanan dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum.

Disamping itu perlindungan konsumen diselenggarakan bersama

berdasarkan lima asas yang sesuai dengan pembangunan nasional yaitu7:

1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus

7 Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis (Prinsip & Pelaksanaannya di Indonesia)

Jkt/20212, hal, 192

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan

konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan

kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya

dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan

keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan

pemerintah dalam arti materil dan spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk

memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam peggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang

dan atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam

menyelenggarakan perlindungan konsumen serta negara

menjamin kepastian hukum.8

Dalam huruf d dari dasar pertimbangan dikeluarkan Undang-

Undang No. 8 tahun 1999 dinyatakan, bahwa untuk meningkatkan harkat

dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi

dirinya serta menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha yang

bertanggung jawab..9

8 Undang- Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Pasl 2

9 Zaeni Asyhadie, Opcit, hal 193

Kelima asas yang disebutkan dalam pasal tersebut, bila

diperhatikan substansinya, dapat dibagi menjadi 3 (tiga) asas yaitu

1. Asas kemanfaatan yang ada di dalamnya meliputi asas keamanan

dan keselamatan konsumen,

2. Asas keadilan yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan,

dan asas kepastian hukum.

3. Asas kepastian hukum.

Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam

Pasal 1 angka Undang-Undang Perlindungan Konsumen Indonesia

tersebut cukup memadai. Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk

meniadakan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha

hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen.10

Kepastian

hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen itu antara lain

adalah dengan meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta

membuka akses informasi tentang barang dan/atau jasa baginya, dan

menumbuhkan sikap pelaku usaha yag jujur dan bertanggung jawab.11

10 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Rajawali

Pers, Jakarta, 2010, hlm. 1

11 Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan Konsumen, Ghalia

Indonesia, Bogor, 2008, hlm. 9

Tujuan Perlindungan Konsumen

Tujuan Perlindungan Konsumen, sebagaimana termaksud dalam

ketentuan Pasal 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen adalah12

:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri;

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau

jasa;

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan siste perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi;

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggungjawab dalam berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan consume

3. Hak-hak Konsumen Timor Leste dengan Indonesia

a. Hak-hak Konsumen di Timor Leste

Hak-hak konsumen menurut Undang-undang Dasar Republik

Demokratik Timor Leste (CRDTL) tahun 2002, di atur dalam pasal ;

12 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 3

Artigo 53 alinea um (1) ;

1. Os consumidores têm direito à qualidade dos bens e serviços

consumidos, a uma informação verdadeira e à protecção da saúde,

da segurança e dos seus interesses económicos, bem como à

reparação de danos

Terjemahannya ;Pasal 53 ayat 1 ;

1. Konsumen berhak atas kwalitas barang dan jasa yang bermutu baik, atas

informasi yang benar dan perlindungan atas kesehatan, atas keamanan dan

atas kepentingan-kepentinganekonomisnya, demikian juga hak untuk

mendapatkan ganti-rugi atas kerugian-kerugian.

Dari Peraturan Parlemen atau disebut sebagai Resolucão do

Parlemanto, numero 06 /2016, maka hak-hak konsumen tercantum dalam

Pasal ;

Artigo 4 ;

O consumidor tem direito a:

a. Qualidade dos bens e serviços;

b. Proteção da vida, saúde e segurança;

c. Formação e educação para o consumo;

d. Informação para o consumo;

e. Proteção dos interesses económicos;

f. Proteção contra a publicidade enganosa e abusiva;

g. Prevenção e reparação de danos;

h. Proteção jurídica.

Terjemanhannya ;Pasal 4 ayat satu (1)

Konsumen berhak untuk:

a. Kualitas barang dan jasa;

b. perlindungan kehidupan, kesehatan dan keselamatan;

c. pendidikan pelatihan dan konsumen;

d. Informasi untuk konsumsi;

e. melindungi kepentingan ekonomi;

f. perlindungan terhadap iklan yang menyesatkan dan tidak adil;

g. pencegahan dan perbaikan kerusakan;

h. Perlindungan hukum.

Dari pasal 53, Konstitusi RDTL dan Peraturan Parlemen nomor 6

tahun 2016, pasal 4 ayat satu (1), kesimpulan bahwa ; bagi konsumen

bukan hanya semata memakai dan mengkonsumsi barang yang berkualitas

dan tidak berkualitas namun tetapi bagi konsumen juga mendapat

perlindungan khusus dari aturan hukum yang ada sehingga bisa menjamin

keselamatn konsumen dalam memakai atau mengunakan barang atau jasa.

b. Hak-hak Konsumen di Indonesia

Hak-hak konsumen menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, Hak-hak Konsumen di atur dalam pasal 4

(empat), yaitu ;

a. Hak konsumen adalah : hak atas kenyamanan, keamanan, dan

keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa,

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa yangdigunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai

dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak- hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

Hak-hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 UUPK

lebih luas daripada hak-hak dasar konsumen yang ada sebelumnya.

4. Lembaga-Lembaga Perlindungan Konsumen Timor

Leste dengan Indonesia

a. Lembaga Perlindungan Konsumen di Timor leste

Konstitusi Republik demokratik Timor Leste

Artigo 56o alinea 3

o ;

O Estado apoia e fiscaliza, nos termos da lei, a actividade e o

funcionamento das instituicoes de solidariedade social e de outras de

reconhecido interesse publico sem caracter lucrativo.

Terjemahannya ;Pasal 56 ayat 3o: Negara mendukung dan

mengawasi kegiatan dan tata kerja lembaga-lembaga solidaritas sosial dan

lain-lain yang dikenal untuk kepentingan umum dan tidak bertujuan

mencari keuntungan, berdasarkan undang-undang.

Lembaga Perlindungan Konsumen di Timor leste tidak di atur

secara khusus sebagaimana di Negara Indonesia, namun dari

beberapa sengketa konsumen yang di tangani lansung dari

Kementrian Perdagangan dan Industri dan Kementrian Solidaritas

dan Sosial. Adanya Kementrian Solidaritas dan Sosial karena terlihat

pada kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah di Timor

Leste seperti ; “Rede Feto”, “Yayasan Hak” namun dari beberapa

lembaga tersebut yang ikut membentu konsumen, melalui proses

kedamaian secara adminstrasi maupun dari jalur hukum.

b. Lembaga Perlindungan Konsumen di Indonesia

1. Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN).

Di Indonesia dalam Undang-undang No 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen memperkenalkan satu lembaga khusus yang

mengurus perlindungan konsumen yang diberi nama Badan

Perlindungan Konsumen Nasional, disingkat BPKN. Badan ini di

maksudkan untuk mengembagkan upaya perlindungan kepada

konsumen dalam mencari upaya-upaya atau alternative-alternatif

usaha untuk mempertinggi perlindungan hukum terhadap konsumen.

2. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM).

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

adalah lembaga non pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh

pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan

konsumen.

Walaupun Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya

Masyarakat dikatakan sebagai lembaga non Pemerintah, tetapi

bukanlah Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

yang selama ini diketahui “independen” , mengingat Lembaga

Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang dimaksud

dalam Undang-undang ini harus didaftarkan dan mendapat

pengakuan Pemerintah, dengan tugas-tugas yang masih harus diatur

dengan Peraturan Pemerintah. Setelah di Undangkan Peraturan

Pemerintah Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan

Konsumen Swadaya Masyarakat, maka dalam pasal 2 menentukan

bahwa ;

Pemerintah mengakui LPKSM yang memenuhi syarat, yakni

terdaftar pada Pemerintah Kabupaten/ Kota dan bergetak dibidang

perlindungan konsumen sebagaimana tercantum dalam anggaran

dasarnya. LPKSM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

melakukan kegiatan perlindungan konsumen di seluruh wilayah

Indonesia. Tata cara pendaftaran LPSM sebagaimana di maksud

dalam ayat (1) huruf a diatur lebih lanjut dalam Keputusan Menteri.

Ketentuan diatas secara tegas menyatakan bahwa pendaftaran

hanya dimaksud sebagai pencatatan dan bukan merupakan

preizinan. Sampai disini dapat dikatakan bahwa lembaga

pendaftaran dimaksudkan hanya sebagai alat control bagi

pemerintah yang tidak memberikan pengaruh apapun bagi

independensi LPKSM.

3. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

Penyelesaian sengketa diluar pengadilan dilaksanakan untuk

mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti

kerugian dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin

tidak akan terjadfi kembali atau tidak akan terulang kembali

kerugian yang diderita oleh konsumen. dengan cara ini

dimaksudkan supaya persoalan antara konsumen dan produsen

dapat segera ditemukan jalan penyelesaian. Namun demikian, tidak

tertutup kemungkinan persoalan diselesaikan melalui pengadilan.

Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan ini sama

seperti penyelesaian sengketa dengan jalan negosiasi, konsultasi,

konsilasi, mediasi, ataupun arbitrase.

5. Perbedaan dan Persamaan Hukum Perlindungan Konsumen

Timor Leste dan Indonesia

a. Tabel I

Perbedaan hukum perlindungan konsumen Timor leste dan Indonesia

Indikator

Perbedaan

Indonesia Timor Leste

Asas-asas

Perlindungan

Konsumen

Transparan dan banyak asas

yang terlihat dalam asas-asas

perlindungan konsumen ini,

seperti manfaat, keadilan,

keseimbangan, keamanan, dan

keapstian hukum13

Belum terperinci dengan

baik, namun pada intinya

bahwa Memberikan

kemanfaaatan dan kepastian

hukum bagi konsumen sudah

tertulis dalam peraturan

perundang-undangan yang

ada

Hak-hak hak-hak yang di atur dalam Ditetapka pada UUD CRDL,

13

Undang-Undang Perlindungan Konsumen Indonesia Nomor 8 Tahun 1999, Pasal

2

Konsumen ketentuan peraturan

perundang-undangan yang

lainnya.

Decreito Lei dan UU

Parlemen, tetapi tidak

mengatakan bahwa hak-hak

konsumen di atur dalam

peraturanperundang-

undangan lainnya.

Lembaga-

Lembaga

Perlindungan

Konsumen

Cukup lengkap sehingga

membantu Negara dalam

menanggani sengketa

Konsumen

Belum lengkap sehingga

masih banyak kasus yang

belum terselesaikan

Dalam perbedaan hukum perlindungan konsumen di Timor Leste dan

Indonesia dalam table tersebut menunjukkan bahwa sangat jauh

perbedaannya antara hukum perlindungan konsumen di Timor leste dan

Indonesia, perbedaan asas-asas perlindungan konsumen yang ada di Timor

leste hanya terlihat pada Decreito lei no 28 /2011, bahwa memberikan

manfaat dan memberikan kepastian hukum bagi konsumen dan pelaku

usaha, sedangkan undang-undang perlindungan konsumen di Indonesia

nomor 8 tahun 1999 bahwa ; “perlindungan konsumen berasaskan manfaat,

keadilan, keseimbangan, keamanan dan kepastian hukum, secara lengkap

dan terinci Uupk di Indonesia. Begitupun dengan Hak-hak konsumen serta

lembaga-lembaga Perlindungan konsumen. hak-hak dan lembaga-lembaga

perlindungan konsumen di Timor Leste terlihat pada UUD Timor Leste

dan Resolusi parlemen nomor 6/III/3. 2016, tentang Perlindungan

konsumen itupun hanya mengatur secara tidak terrinci.

b. Tabel II

Persamaan Hukum Perlindungan Konsumen TimorLeste dan Indonesia

Indikator

Persamaan

Indonesia dan Timor leste

Asas-asas

Perlindungan

Konsumen

Kemanfaatan dan memberikan kepastian hukum bagi

konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan,14

Hak-hak Konsumen Menjamin keselamtan dan keamanan dalam

mengkonsumsi barang atau jasa, serta menjamin atas

kerugian yang di alaminya

Lembaga-Lembaga

Perlindungan

Konsumen

Baik dari pemerintah maupun non pemerintah, semua

bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap

konsumen

14

Decreito Lei Numero 28 /2011tentang Perdagangan dan Perindustrian artigo 6o,

& Undang-Undang Perlindungan Konsumen Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 1 & 5

Persamaan pengaturan tentang perlindungan konsumen antara kedua

Negara terlihat pada asas-asas konsumen yang sama banhwa keduanya

memberikan manfaat dan kepastian hukum bagi konsumen tersebut,

sedangkan pada hak-hak konsumen sangat jelas di Timor leste bahwa

konsumen berhak atas kualitas barang dan jasa yang bermutu, sedangkan di

Indonesia persamaan hak-hak konsumen dengan UUPK Inodesia terlihat

pada pasal empat (4) alinea b, bahwa ; hak untuk memilih barang dan jasa

atau serta mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar serta

jaminan yang di janjikan.15

Pada lembaga-lembaga perlindungan konsumen di Indonesia

beberapa lembaga non pemerintah yan turut serta membantu konsumen

dalam menghadapi sengketa/kasus tersebut, namun di Timor leste adanya

lembaga-lemabaga yang berkaitan dengan sengketa konsumen, bukanlah

secara khusus namun lembaga-lembaga tersebut menanggani dari berbagai

kasus termasuk memberikan perlindungan terhadap konsumen.

B. Analisis

Berbicara mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen hal

tersebut merupakan salah satu hal terpenting dari unsur suatu Negara

15 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Indonesia Nomor 8 Tahun 1999, pasal

4 alinea b

hukum. Dianggap penting karena dalam pembentukan suatu Negara

akan dibentuk pula hukum yang mengatur tiap-tiap warga negaranya

masin-masing. Begitu juga dengan hukum perlindungan konsumen

dimana lahirnya hukum perlindungan konsumen di dalam suatu Negara

dengan tujuan untuk melindungi para konsumensebagaimana di kedua

Negara tersebut, Timor leste dengan Indonesia.

Dalam kedua Negara hukum perlindungan konsumen dengan

tujuan untuk melindungi masyarakatnya dari perilaku para pelaku usaha

yang melakukan kegiatan-kegiatan terlarang sehingga menimbulkan

kerugian bagi para konsumen. Dengan begitu diterapkan Undang-

undang perlindungan konsumen bahwa, harus melindungi konsumen,

dalam hal hak-hak konsumen dan memberikan asas-asas perlindungan

konsumen, bagi konsumen serta bantuan dari lembaga-lembaga

pemerintah maupun non pemerintah untuk membantu konsumen dalam

menyelesaikan perkara-perkara dalam perlindungan konsumen senhinga

bagi konsumen merasa aman mengkonsumsi atau memakai barang dan

atau jasa.

Dilihati dari peraturan perlindungan konsumen di Timor Leste

dibandingkan dengan peraturan perlindungan konsumen di Indonesia,

maka sangatlah jauh perbedaanya, karena dalam peraturan perlindungan

konsumen di Indonesia cukup lengkap dan memadai terlihat pada

undang-undang perlindungan konsumen Nomor 8 Tahun 1999 (UUPK

Indonesia). Namun di Timor Leste sangatlah minim karena belum

adanya undang-undang secara khusus seperti di Indonesia, di Timor

Leste masih menggunakan undang-undang Perdagangan Dan

Perindustrian serta Undang-undang Dasar (Konstitusi RDTL), dengan

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen.

Dari uraian di atas maka dari peneliti ingin melihat asas-asas

perlindungan konsumen dan hak-hak perlindungan konsumen serta

lembaga-lembaga perlindungan konsumen, sesuai dengan teori-teori

yang ada atau tidak ;

1. Asas Perlindungan konsumen

Berbicara mengenai asas-asas perlindungan konsumen antar

kedua Negara tentu ada perbedaan dan persamaan asas perlindungan

konsumen di Indonesia terlihat cukup jelas dan, jika bandingkan

dengan asas perlindungan konsumen di Timor Leste, karena di Timor

Leste belum begitu lengkap dan transparan seperti di Indonesia.

Dalam asas-asas perlindungn konsumen yang mengatakan

bahwa keadilan, keamfaatan, dan kepastian hukum, banyak Jurist

yang menyebut sebagai tujuan hukum dengan demikian dapat

dikatakan bahwa tujuan hukum tertentu untuk mencapai keadilan,

keamfaatan, atau kepastian hukum bagi masyarakat. Dan pada asas

keseimbangan adalah juga keadilan bagi kepentingan masing-masing

pihak. Yaitu konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah. Kepentingan

pemerintah dalam hubngan ini tidak dapat dilihat dari hubungan

transaksi dagang secara lansung menyertai pelaku usaha dan

konsumen kepentingan pemerintah dalam rangka harus mewakili

kepentingan para public.

Dari keseimbangan perlindungan antara pelaku usaha dan

konsumen yang menampakan fungsi hukum itulah sehingga dari

salah satu tokok Dunia RoscouPoud menganggap sebagai sarana

pengendalian hidup masyarakat, dengan menyeimbangkan

kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat.

2. Hak-hak konsumen

Hukum perlindungan konsumen yang berada saat ini harus di

tetapkan oleh pemerintah. Karena dengan adanya dasar hukum

yang pasti perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa

dilakukan dengan penuh optimisme. Melihat kondisi konsumen

yang banyak dirugikan, memerlukan peningkatan untuk

melindunginya, sehinga pada hak-hak konsumen dapat ditegakkan.

Dan yang terpenting dalam memberikan perlindungan kepada

konsumen adalah melalui peraturan perundang-undangan,

sehingga perlu melengkapi ketentuan perundang-undangan dalam

bidang perlindungan konsumen yang sudah ada.

Apabila pada konsumen benar-benar akan dilindungi, maka

dari hak-hak konsumen harus dipenuhi baik oleh pemerintah

maupun oleh produsen, karena pemenuhan hak-hak konsumen

tersebut akan melindungi kerugian konsumen dari berbagai aspek.

Dari beberapa hak-hak konsumen, hak-hak konsumen yangat di

akui oleh dunia Internasiolan adalah ;

a. The right to safety

b. The right to be informed

c. The right to choose

d. The right to he heard

Empat dasar hak inilah diakui secara internasional. Karena

dalam perkembangannya, pada organisasi-organisasi konsumen

sedunia yang tergabung dalam The international Organization of

Consumers Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak untuk

memperoleh kebutuhan hidup, hak untuk memperoleh ganti rugi, hak

untuk memperoleh pendidikan konsumen, dan untuk memperoleh

lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

3. Lembaga-lembaga Perlindungan Konsumen

Pengaturan mengenai perlindungan konsumen sangatlah

dibutuhkan dan diperlukan adanya suatu hukum yang dapat

memberikan perlindungan terhadap konsumen. Terutama pada

lembaga-lembaga perlindungan konsumen seperti di Indonesia pada

saat ini Terdapat beberapa lembaga yang berwenang dalam

melakukan perlindungan terhadap konsumen, antara lain BPKN,

LPKSM, YLKI dan BPSK dalam lembaga perlindungan konsumen di

Indonesia sangat luas dan efektif dalam menangani kasus-kasus

konsumen jika di bandingkan denga lembaga-lembaga perlindungan

konsumen di Timor Leste.

Lembaga-lembaga perlindungan konsumen tersebut memiliki

perannya tersendiri dalam upaya memberikan perlindungan terhadap

konsumen, seperti menerima pengaduan tentang perlindungan

konsumen dari masyarakat, bekerja sama dengan instansi terkait

dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen, melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan