bab iii hasil penelitian dan analisis -...
TRANSCRIPT
29
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Hasil Penelitian
A.1. Gambaran Umum Tentang Dinas Perhubungan Kota Salatiga.
a. Sejarah Singkat Dinas Perhubungan Kota Salatiga.
Dinas Perhubungan Kota Salatiga merupakan unsur pelaksanaan otonomi
daerah yang melaksanakan urusan pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada walikota
melalui sekretaris daerah. Dinas Perhubungan sebelumnya adalah Dinas LLAJ (Lalu
Lintas Angkutan Jalan) yang dipimpin oleh Kepala Dinas Perhubungan yang
bertanggung jawab langsung kepada Walikota.1
Dinas perhubungan Kota Salatiga mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah dibidang perhubungan darat. Dalam melaksanakan tugas
pokok Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempunyai fungsi sebagai berikut:
Perumusan kebijakan teknis dibidang perhubungan darat
Penyelenggaraan urusan pemerintah dan layanan umum sesuai dengan lingkup
tugasnya
Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya
Pelaksanaan tugas lain yang diperintahkan oleh walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Dinas Perhubungan Kota Salatiga mengalami perubahan kepemimpinan
sebanyak 4 (empat) kali perubahan, dan saat ini di pimpin oleh Drs.ADY SUPRAPTO,
M.Si sejak 2013 sampai sekarang.2
b. SOTK ( Struktur Organisani dan Tata Kerja).
1 Dinas Perhubungan Kota Salatiga
2 Dinas Perhubungan Kota Salatiga
30
Berdasarkan pasal 3 ayat 1 Peraturan Walikota Salatiga Nomer 45 Tahun 2016
Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Perhubungan mempunyai susunan organisasi sebagai berikut :
Kepala Dinas
Sekretariat, yang membawahi:
- Subbagian Perencanaan dan Keuangan, dan
- Subbagian Umum dan Kepegawaian.
Bidang Lalu Lintas, yang membawahi:
- Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas, dan
- Seksi Bina Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas.
Bidang Angkutan dan Kelaikan Kendaraan, yang membawahi:
- Seksi Pelayanan Angkutan dan Terminal, dan
- Seksi Kelaikan Kendaraan.3
Untuk lebih jelasnya dilihat bagan berikut ini :
3 Peraturan Walikota Salatiga Nomer 45 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Perhubungan
KEPALA DINAS
Drs. ADY SUPRAPTO, M.Si
NIP. 19580623 198603 1 006
SEKRETARIS
AGUNG NUGROHO, S.SOS, MM.
NIP. 19720911 199203 1002
KEPALA SUBBAGIAN
PERENCANAAN DAN
KEUANGAN
OKTORA HOLY SUSANTI,
S.SOS
NIP. 19781008 200312 2 006
KEPALA
SUBBAGIAN UMUM
DAN KEPEGAWAIAN
NUR KHOLIS, ST
NIP. 19770704 200604
2 001
31
Sumber: DISHUB Kota Salatiga
c. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Salatiga.
Tugas dan Fungsi yang terdapat pada Dinas Perhubungan Kota Salatiga adalah
sebagai berikut4:
1. Kepala Dinas
Dinas mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan serta tugas
pembantuan yang diberikan kepada Daerah.
Adapun fungsi dari kepala dinas adalah :
- Perumusan kebijakan bidang perhubungan
- Pelaksanaan kebijakan bidang perhubungan
- Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perhubungan
4 Peraturan Walikota Salatiga Nomer 45 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Perhubungan
KEPALA BIDANG LALU LINTAS
ADI WIBOWO, SE
NIP. 19610713 198503 1 013
KEPALA SEKSI MANAJEMEN
DAN REKAYASA LALU LINTAS
-
KEPALA SEKSI BINA
KESELAMATAN DAN
KETERTIBAN LALU LINTAS
DWI NOPI AWATIY. S.SiT, MT
NIP. 19720711 199503 1 003
KEPALA UPTD PERPARKIRAN
AGUS NUR SOLICHIN, SE
NIP. 19600809 198503 1 015
KEPALA BIDANG ANGKUTAN
DAN KELAIKAN KENDARAAN
SUDARSO, SE
NIP. 19620811 198703 1 006
KEPALA SEKSI PELAYANAN
ANGKUTAN DAN TERMINAL
-
KEPALA SEKSI KELAIKAN
KENDARAAN
MOH. TAKSIS, SE
NIP. 19620518 198303 1 012
32
- Pelaksanaan administrasi Dinas, dan
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas
dan fungsinya.
2. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas menyelenggarakan dukungan perencanaan,
monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas serta
administrasi kesekretariatan, keuangan dan kepegawaian Dinas.
Funsi dari Sekretariat adalah :
- Perencanaan program dan kegiatan Sekretariat
- Pengoordinasian perencanaan program dan kegiatan Bidang
- Penyelenggaraan program dan kegiatan Sekretariat
- Pengoordinasian pelaksanaan program dan kegiatan Bidang
- Penyelenggaraan administrasi Dinas
- Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan
Sekretariat
- Pengoordinasian monitoring, evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan
bidang, dan
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan
fungsinya.
3. Kepala Subbagian Perencanaan dan Keuangan.
Subbagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas dan fungsi
melaksanakan dukungan perencanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas dan fungsi Dinas serta administrasi keuangan Dinas.
4. Kepala Subbagian Umum dan kepegawaian.
Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan
dukungan administrasi kesekretariatan dan kepegawaian Dinas.
5. Kepala Bidang Lalu Lintas
Bidang Lalu Lintas mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub urusan lalu lintas dan angkutan
jalan dilingkup lalu lintas. Menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
33
- Perencanaan program dan kegiatan Bidang
- Penyusunan kebijakan bidang perhubungan sesuai dengan lingkup tugas
Bidang
- Penyelenggaraan program dan kegiatan Bidang
- Pelaksanaan kebijakan bidang perhubungan sesuai dengan lingkup tugas
Bidang
- Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan
Bidang, dan
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan
fungsinya.
6. Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.
Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas melaksanakan
urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub
urusan lalu lintas dan angkutan jalan dilingkup manajemen dan rekayasa lalu lintas.
7. Kepala Seksi Bina Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas.
Seksi Bina Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas melaksanakan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub urusan lalu
lintas dan angkutan jalan dilingkup bina keselamatan dan ketertiban lalu lintas.
8. Kepala Bidang Angkutan dan Kelaikan Kendaraan.
Bidang Angkutan dan Kelaikan Kendaraan mempunyai tugas melaksanakan
urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub
urusan angkutan jalan dilingkup angkutan dan kelaikan kendaraan.
Bidang Angkutan dan Kelaikan Kendaraan dalam melaksanakan
menyelenggarakan fungsi:
- Perencanaan program dan kegiatan Bidang
- Penyusunan kebijakan bidang perhubungan sesuai dengan lingkup tugas
Bidang
- Penyelenggaraan program dan kegiatan Bidang
- Pelaksanaan kebijakan bidang perhubungan sesuai dengan lingkup tugas
Bidang
34
- Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan program dan kegiatan
Bidang, dan
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan
fungsinya.
9. Kepala Seksi Pelayanan Angkutan dan Terminal.
Seksi Pelayanan Angkutan dan Terminal mempunyai tugas melaksanakan
urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub
urusan lalu lintas dan angkutan jalan dilingkup pelayanan angkutan dan terminal.
10. Kepala Seksi Kelaikan Kendaraan.
Seksi Kelaikan Kendaraan mempunyai tugas melaksanakan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah bidang perhubungan sub urusan lalu
lintas dan angkutan jalan dilingkup kelaikan kendaraan.
A.2. Prosedur Perijinan dan Pengawasan Angkutan Kota Salatiga.
Pengawasan Angkutan Kota oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga, sektor
transportasi memiliki peran yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga,
baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan dan jasa. Tidak
hanya itu, transportasi juga merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam
memperlancar roda perekonomian yang sangat berpengaruh semua aspek
perekonomian. Kota Salatiga merupakan salah satu kota kecil yang mengalami
peningkatan mobilitas perjalanan.
Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas pemerintahan dan pembangunan dibidang perhubungan. Salah satu
yang menjadi tugas dari Dinas Perhubungan Kota Salatiga adalah berwenang dalam
menerbitkan izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek berupa izin Angkutan
Kota. Berkaitan dengan izin trayek, adanya aktivitas lalu lintas yang cukup tinggi di
Kota Salatiga tidak menutup kemungkinan terjadinya pelanggaran. Salah satu yang
disorot adalah pelanggaran dalam bidang tidak melakukan uji kelayakan kendaraan
bermotor secara berkala.
a. Prosedur Pengurusan Izin Trayek
35
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk trayek tetap dan teratur adalah memiliki
Izin usaha angkutan dan Izin trayek. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk
memperoleh Izin usaha angkutan :
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Memiliki Akta Pendirian Perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan
usaha, akta pendirian koperasi bagi pemohon berbentuk koperasi dan tanda
kependudukan untuk pemohon perorangan;
Memiliki Surat Keterangan Domisili Perusahaan; Memiliki Surat Izin Tempat
Usaha (SITU)
Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai 5 (lima) kendaraan
bermotor untuk pemohon yang berdomisili di Pulau Jawa, Sumatera dan Bali
Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan.
b. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh Izin trayek terdiri dari
persyaratan administratif dan teknis, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
Persyaratan Administratif
- Memiliki surat Izin usaha angkutan
- Menandatangani surat persyaratan kesanggupan untuk memenuhi
seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin trayek
- Memiliki atau menguasai kendaraan yang laik jalan yang dibuktikan
dengan fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sesuai
domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji Kendaraan
- Menguasai fasilitas penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang
dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat
keterangan mengenai kepemilikan dan penguasaan
- Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu
menyediakan fasilitas pemeliharaaan kendaraan bermotor sehingga
dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan
- Surat keterangan kondisi usaha, seperti permodalan dan sumber daya
manusia
36
- Surat keterangan komitmen usaha seperti jenis pelayanan yang akan
dilaksanakan dan standar pelayanan yang diterapkan
- Surat pertimbangan dari Gubernur, dalam hal ini Dinas Provinsi atau
Dinas Kabupaten/ Kota yang membidangi Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
Persyaratan Teknis
- Pada trayek yang dimohon masih dimungkinkan untuk penambahan
jumlah kendaraan
- Prioritas diberikan bagi perusahaan angkutan yang mampu
memberikan pelayanan angkutan terbaik.
Penyelesaian Permohonan :
a. Pemberian Izin trayek dan Izin usaha diberitahukan atau ditolak setelah
memperhatikan pertimbangan selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
kerja setelah permohonan diterima lengkap;
b. Izin insidentil diberikan kepada perusahaan angkutan yang telah memiliki Izin trayek
untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya yang menyimpang dari trayek
yang dimiliki, dengan ketentuan :
Masa berlaku izin :
Izin berlaku untuk jangka waktu 5 tahun;
Perubahan dan/ atau perpanjangan masa berlakunya, dilakukan dalam hal :
- Pembaharuan masa berlaku Izin
- Penambahan trayek atau penambahan kendaraan atau penambahan
frekuensi
- Pengurangan trayek atau pengurangan kendaraan atau pengurangan
frekuensi
- Perubahan jam perjalanan
- Perubahan trayek (dalam hal terjadi perubahan rute, perpanjangan rute
atau perpendekan rute)
- Penggantian dokumen Perizinan yang hilang dan rusak
- Pengalihan kepemilikan perusahaan
37
- Penggantian kendaraaan meliputi peremajaan kendaraan, perubahan
identitas kendaraan dan tukar posisi operasi kendaraan.5
Contoh Bagan Prosedur Perijinan
Pengurusan izin trayek terlampir dalam Keputusan Menteri Perhubungan
nomor KM. 35 tahun 2003 tentang penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan
kendaraan umum pada pasal 45 ayat (1) bahwa : “ Untuk memperoleh izin trayek
sebagaimana dimaksud dalam pasal 42, pemohon wajib memenuhi:
a. Persyaratan administrative
5 http://dephub.go.id/post/read/pemberian-izin-angkutan-penumpang
PEMOHON PETUGA
S LOKET
SEKERTARIS KEPALA
DINAS
SEKERTARIS
KEPALA
BIDANG
ANGKUTAN
KEPALA
BIDANG
ANGKUTAN
DARAT
PENINJUAN
LAPANGAN
SEKSI
ANGKUTAN
DARAT
KONSEP
SURAT IZIN /
PENOLAKAN
KEPALA
BIDANG
ANGKUTAN
SEKERTARIS
SEKERTARIS
KEPALA
DINAS
KONSEP
SURAT IZIN /
PENOLAKAN
PETUGAS LOKET
SURAT
PENOLAKAN SURAT IZIN
38
b. Persyaratan teknis
Keputusan menteri yang mengikat tentang persyaratam yang harus dimiliki saat
mengajukan izin tayek didukung dengan pernyataan yang sama oleh Kepala Seksi
Darat Dinas Perhubungan Kota Salatiga.
Pengawasan merupakan salah satu tahapan penting dari adanya suatu aturan.
Yang mana dengan adanya suatu pengawasan kita dapat mengukur sejauh mana aturan
tersebut sudah dilaksanakan atau dijalankan oleh suatu dinas. Yang mana pada bagian
sebelumnya dijelaskan tentang syarat operasional dari Angkutan Kota adalah Izin
Trayek. Dengan adanya peraturan yang mengatur, maka Dinas Perhubungan selaku
Dinas yang berwenang serta bertanggung jawab terhadap jalannya Angkutan Kota
maka Dinas Perhubungan juga wajib mengawasi setiap ketentuan atau aturan yang
berlaku untuk setiap angkutan angkota yang berada di Salatiga apakah sudah berjalan
sesuai dengan ketentuan atau belum. Dalam melaksanakan kewajibannya, Dinas
Perhubungan telah memiliki program-pogram yang dirancang untuk mengantisipasi
masalah-masalah ataupun penyimpangan-penyimpangan dari standar/ tujuan sebelum
kegiatan dilaksanakan.6
Setiap pengendara Angkutan Kota wajib menjalankan Angkutan Kota sesuai
ketentuan yang ada. Yang mana setiap ketentuan tersebut wajib dijalankan oleh setiap
pengemudi Angkutan Kota dan tetap harus ada kontrol/ pengawasan dari perusahaan
Angkutan Kota jika Angkutan Kota tersebut merupakan Angkutan Kota yang berada
dalam naungan organisasi. Namun dari beberapa Angkutan Kota yang ada di Salatiga
masih banyak ditemukan pemilik atau pengusaha Angkutan Kota yang melakukan
pelanggaran. Pemilik atau pengusaha Angkutan Kota di Salatiga masih kurang taatnya
melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor. Karena rendahnya pengetahuan yang
dimiliki oleh pemilik atau pengusaha Angkutan Kota di Salatiga ini menjadi penyebab
sering terjadinya pelanggaran. aturan Dinas Perhubungan di Kota Salatiga telah
melakukan pemantauan Angkutan Kota yang dilaksanakan secara langsung kepada
6 http://dephub.go.id
39
Angkutan Kota. Yang mana hal ini merupakan salah satu bentuk pengawasan yang
dilakukan oleh Dinas Perhubungan untuk Angkutan Kota Salatiga.
Pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur
harus disetujui dahulu dalam melaksanakan kegiatan sehingga dapat menetapkan
pelaksanaan dan saksi yang diberikan jika terjadi penyimpangan. Sanksi administrative
diberikan jika ditemukan nya Angkutan Kota yang beroperasi tidak dalam kondisi
standar fisik yang sudah ditentukan. Sepirti ukuran, bentuk tulisan dan bentuk identitas
kendaraan pada mobil Angkutan Kota, kelengkapan angkutan kota. Maka dari itu dapat
diketahui bahwa masih lemahnya pengawasan dan pengendalian dari Dinas
Perhubungan Kota Salatiga terhadap Angkutan Kota di Salatiga karena dari pihak
Dinas Perhubungan sendiri belum mampu menjalankan sanksi dan ketentuan yang
berlaku sesuai standar yang telah ditetapkan. Sehingga dengan begitu dapat dikatakan
peraturan belum berjalan maksimal karena pengawan oleh Dinas Perhubungan yang
tidak maksimal terhadap Angkutan Kota Salatiga.
Dalam melaksanakan pengawasan sebagai upaya penegakan peraturan di
bidang Angkutan Kota perlu didahului dengan meningkatkan intensitas rutin dari
operasi penumbar, pembinaan dan sosialisasi tentang hukum kepada pelaku usaha baik
individu maupun perusahaan Angkutan Kota di Kota Salatiga. Sehingga tidak hanya
perusahaan yang mengetahui ketentuan yang diberlakukan untuk Angkutan Kota,
tetapi pemilik dari Angkutan Kota juga mengetahui ketentuan yang berlaku serta
larangan dalam mengemudi Angkutan Kota di Kota Salatiga. Karena dalam hal ini
pelanggaran-pelanggaran dari ketentuan yang berlaku akan menyebabkan masalah
baru dalam lalu lintas ataupun kemudian akan mengganggu kenyamanan dari
penumpang Angkutan Kota sehingga menyebabkan masyarakat lebih memilih
menggunakan kendaraan pribadi daripada menggunakan Angkutan Kota.
Kepercayaan masyarakat untuk menggunakan Angkutan Kota mulai berkurang
karena ketidaknyamanan dalam menggunakannya. Hal ini disebabkan dari beberapa
Angkutan Kota yang tidak melakukan uji kelayakan dan mengemudi secara ugal-
ugalan, meroko, berhenti di tengah jalan dll. Hal- hal seperti inilah yang harusnya dapat
dibenahi oleh Dinas Perhubungan. Agar tercipta kondisi yang nyaman saat berada
40
dalam Angkutan Kota. Sehingga masyarakat tidak merasa enggan untuk menggunakan
fasilitas umum dalam jasa angkutan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang Angkutan Kota oleh Dinas
Perhubungan Kota Salatiga, kurangnya ketaatan para pemilik atau pengusaha
Angkutan Kota juga menjadi salah satu penghambat dalam pengawasan Angkutan
Kota di Salatiga.
A.3. Peranan Dinas Perhubungan Kota Salatiga Dalam Pelaksanaan Uji Laik
Jalan.
Berkaitan dengan masalah angkutan umum pada dasarnya ada empat komponen
pokok yang berkaitan dengan operasi angkutan umum, yaitu pemakai jasa, operator
(pemilik kendaraan), regulator (pemerintah), dan perangkat hokum (law eforment).7
Berdasarkan empat komponen tersebut dibutuhkan sinergiritas antara para pihak untuk
mewujudkan system trasportasi yang sesuai dengan tujuan perwujudan system lalu
lintas yang aman, tertib, dan lancer, termasuk pula di lingkungan terminal dan angkutan
jalan terdapat peran Dinas Perhubungan yang berfungsi untuk mengatur sisem
kelancaran trasportasi.8
Peran Dinas Perhubungan dalam melakukan Uji Kelayakan Kendaraan
Bermotor sesuai dalam Peraturan Walikota Salatiga Nomer 45 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas
Perhubungan. Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempunyai peran, tugas dan
kewenangan untuk melakukan urusan melakukan Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor
pada pasal 13 yaitu seksi kelayakan kendaraan mempunyai tugas melaksanakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang perhubungan sub urusan lalu
lintas dan ankutan jalan dilingkup kealikan kendaraan, adalah Dinas Perhubungan.
7 Djoko Setijowarno, Tulus Abadi, Sudaryantmo, 2005, Fakta Kebijakan Trasportasi Publik
di Indonesia, Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata, Hal 25
8 Edy Halomoan Gurning, 2010, Implementasi Undang-Undang Nomer 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya. Pengacara Publik dan Staf Bantuan Hukum (LBH) Jakarta,
hal. 110
41
Sesuai data yang diperoleh di atas dapat dilihat bahwa peran dan kewenangan
Dinas Perhubungan dalam melakuakn penegakan angkutan umum secara sepenuhnya
adalah yang terjadi dalam kewenangan yang dimiliki Dinas Perhubungan.
A.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pemilik Angkutan Umum tidak
Melakukan Uji Kelayakan.
Kendaraan adalah suatau sarana pengngakutan di jalan yang terdiri atas
kendaraan bermotor dan kendaran tidak bermotor. Kendaraan bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakan dengan oleh peralatan mekasik berupa mesin selain
kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan bermotor umum adalah setisp
kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan orang dan/atau barang dengan
dipungut bayar (pasal 1 angka 7, 8, dan 9 Undang-Undang Nomer 22 Tahun 2009).9
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, tujuan hukum pengangkutan
adalah terpenuhinya kewajiban dan hak pihak-pihak dalam pengangkutan. Kewajiban
pihak pengangkut adalah menyelenggarakan pengangkutan dari tempat tertentu ke
tempat tujuan dengan selamat.tujuan pengangkutan sendiri adalah tujuan pihak-pihak
dalam pengangkutan yang di akui sah oleh hukum. Tujuan yang diakui sah oleh hukum
disebut juga tujuan yang halal, sehingga tujuan pengangkutan dapat terlaksana dengan
lancar dan sesuai dengan nilai guna masyarakat.10
Sedangkan Pasal 3 UULAJ menyebutkan mengenai tujuan dari Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yakni:
a. Terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib,
lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian
nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa,
b. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa,
9 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti.Bandung 2013,
hal. 97
10 UULLAJ
42
c. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.
Apa bila pemilik pengangkutan lalai dalam penyelenggaraan pengangkutan
yang menjadi kewajiban menurut ketentuan pasal 49 UULAJ, setiap kendaraan
bermotor umum yang berada di jalan harus diuji. Sebagai bukti pengujian yang berhasil
baik, kendaraan bermotor harus ada tanda uji kendaraan yang diberikan pula satu surat
uji kendaraan yang berlaku diseluruh wilayah indonesia. Pengujian dilakukan oleh
instansi yang ditunjuk oleh Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I menurut ketentuan yang
ditetapkan oleh Menteri. Instansi yang ditunjuk oleh Gubernur itu adalah Dinas Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Raya. Tujuan pengujian kendaran bermotor itu sendiri
untuk bertujuan pengujian kendaran bermotor yang dilakukan secara berkala, ialah
untuk menjaga agar kendaraan bermotor memenui syarat teknis dan kendaraan
bermotor tetap dalam keadaan layak jalan.11
Berhubungan angkutan merupakan sektor usaha yang vital bagi kehidpan
masyaratak, maka di harapkan kepada para pihak pengusaha yang bergerak di bidang
usaha pengangkutan harus mempertibangkan kelayakan kendaraan bermotor atau
angkutan itu sendiri, di karenakan di kota selatiga masih kurangnya ketaatan
pengusaha/pemilik jasa angkutan umum atau angkota yang tidak melakukan uji
kelayakan secara berkala.
Berikut jumlah angkutan umum Kota Salatiga yang tidak melakukan Uji
Kelayakan kendaraan bermotor.
Tabel 1
Angkutan Umum Kota Salatiga Yang Tidak Melakukan Uji Kelayakan Tahun
2014-2017
TAHUN TIDAK UJI LAIK JALAN UJI LAIK JALAN
2014 43 378
2015 67 354
11 Abdul Kadir, Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat,Laut dan Udara,Citra Aditya
Bakti.Bandung,1991 hal. 65
43
2016 43 378
2017 57 364
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Salatiga
Dari data diatas dapat dilihat Angkutan Umum Kota Salatiga yang tidak melakukan Uji
Laik Jalan tiap tahunnya selalu mengalamai naik turun, dan data terakhir tahun 2017
sampai di bulan september.
Selain tidak di siplinnya atau kurang taatnya tidak melukan uji kelayakan, juga
kurang disiplinya waku, kurang di siplinya waktu seperti tidak tepatnya keberngkatan
dengan banya alasan seperti belum penuhnya penumpang, dan perlu ditertibkan juga
tingkah laku para aparat/petugas dan atau perorangan yang mengurus masalah
pengangkutan dan di pertegas sangsi hukum bagi pelanggar hukum pengangkutan
pendapat Bapak Ardi Anto12.
Untuk melindungi masyarakat pemakai jasa angkutan umum yang tidak
disiplinya muatan, setiap angkutan sudah ditetapkan kapasitas maksimunya 12
(duabelas) orang bagi pengangkutan penumpang angkota. Dilihat dari fakta di lapangan
angkutan yang melanngar ketentuan yang melebihi batas penumpang masih bayak di
temukan13, dan itu membahayakan penumpang angkutan tersebut, dan adapun hal-hal
dari pemilik angkutan tersebut adalah seperti mengejar setoran, tidak terpenui taget
setoran harian, tidak adanya biaya khusu mentenen atau perawatan secara berkala akan
tetapi mengabaikan keselamatan pengnupang itu sendiri, faktor yang menjadi
penghalang agar pemilik atau perusahan angkutan itu tidak melakukan uji kelayakan.
Setiap angkutan umum harus memiliki atau memenui syarat laik jalan maka
setiap kendaraan bermotor yang di operasikan di jalan wajib diuji, pengujiaan tersebut
meliputi uji tipe dan uji berkala.14 Uji tipe kendaraan bermotor meliputi;
12 Pemilik Angkota Salatiga Bapak Ardi Anto tanggal 23 juni 2017
13 Studi lapangan kota salatiga tanggal 26 april 2017
14 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti.Bandung 2013,
hal. 98
44
a. Pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang
dilakukan terhadap landasan Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor
dalam keadaan lengkap; dan
b. Penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor yang
dilakukan terhadap rumah-rumah, bak muatan, kereta gandengan, kereta
tempelan, dan Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi tipenya
Sedangkan uji berkala meliputi sebagai berikut;
a. Pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan Bermotor; dan
b. Pengesahan hasil uji.
Pemeriksaan persyaratan teknis dan pengujian laik jalan kendaraan bermotor
dalam pasal 54 Undang-undang Nomer 22 Tahun 2009, meliputi ;
a. Susunan,
b. Perlengkapan,
c. Ukuran,
d. Karoseri, dan
e. Rancangan teknis Kendaraan Bermotor sesuai dengan peruntukannya.
Pengujian terhadap persyaratan laik jalan meliputi;
a. Emisi gas buang Kendaraan Bermotor
b. Tingkat kebisingan
c. Kemampuan rem utama
d. Kemampuan rem parkir
e. Kincup roda depan
f. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama
g. Akurasi alat penunjuk kecepatan, dan
h. Kedalaman alur ban.
Maka angkutan umum yang tidak melakukan uji kelayakn secara berkala harus
di tindak secara tegas seperti penilangan atau tidak diperbolehkan beroprasi di jalan
sebelum ada pembenahan atau perbaikan dari pihak pengusah/pemilik jasa angkutan
umum tersebut. Dan agar kendaraan bermotor atau angkutan umum dalam kondisi
memenui persyaratan teknis dan laik jalan dalam suatau periode tertentu.
45
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa standar dari uji kelaikan jalan atau laik
jalan adalah persyaratan minimum, kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar
terjaminnya
keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan
pada waktu dioperasikan di jalan.
Seharusnya persyaratan laik jalam kendaran bermotor harus memenui beberapa
aspek pengujian sebagai berikut, akan tetapi di Dinas Perhubungan Kota Salatiga hanya
di lakukan dua pengujian saja bagi Angkota Kota Salatiga yaitu Uji lampu dan Uji
Rem.
Tabel 2
Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor.
No. Aspek Pengujian Alat Penguji Ambang Batas
Laik Jalan
1. Kandungan emisi gas buang
CO, HC dan ketebalan asap
Gas analyzer and smoke
tester
Konsentrasi CO
4,5%, HC 1200
ppm dan
ketebalan asap
50%
2. Kemampuan pancar dan arah
sinar lampu utama
Head Light tester Kemampuan
pancar utama
serendah-
rendahnya 12.000
candela. Deviasi
penyinaran ke
kanan 0,32’ (10
cm/10 m) dan ke
kiri 1,09’ (20 cm/
2 m)
3. Penyimpangan arah kincup roda
depan
Slide Slip Tester Kincup roda
depan ditentukan
sebesar -5 mm
permenit dengan
kecepatan 5 km
per jam
46
4. Efisiensi dan penyimpangan
rem
Brake tester Efisiensi rem
utama sebesar 50
% kali berat
kendaraan,
efisiensi rem
parkir 16 % kali
berat kendaraan.
Penyimpangan
gaya rem untuk
sistem jis 8 % dan
untuk sistem MEE
30 %
5. Penyimpangan alat petunjuk
kecepatan
Speedometer tester Penyimpangan
alat penunjuk
kecepatan
ditentukan sebesar
10 % sampai
dengan +15 %
pada kondisi
pengukuran dan
diukur pada
kecepatan 40 km
per jam
6. Kebisingan yang ditimbulkan
oleh suara mesin dan klakson
Sound level tester Tingkat suara
klakson
ditentukan
serendah-
rendahnya 90 db
dan setinggi-
tingginya sebesar
118 db dan diukur
pada tempat yang
memantulkan
suara pada jarak 2
m di depan
kendaraan.
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Salatiga
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahuin bahwa ketentuan ketentuan
kendaraan bermotor khususnya angkutan kota tidak boleh memiliki ketebalan asap
mencapai 50 %. Namun, di lapangan sesuai dengan observasi yang dilakukan peneliti
masih banyak dijumpai angkutan kota yang memiliki ketebalan asap hitam pekat, yang
artinya angkutan kota tersebut memiliki ketebalan asap mencapai 50 %.
47
Lampu yang terdapat kendaraan tidak boleh terlalu terang atau redup yang
dapat menyilaukan pengguna jalan lainnya. Sesuai dengan pengamatan yang yang
dilakukan peneliti, lampu kendaraan khususnya angkutan kota masih ada yang tidak
sesuai dengan standar penerangan tersebut diatas. Kondisi lampu angkutan kota
cenderung redup, bahkan lampu kendaraan yang diharapkan menjadi penerangan jalan
bahkan dalam kondisi mati.
Sistem pengereman harus dalam kondisi yang baik, harus ada pada kendaraan
khususnya angkutan kota, selain sistem pengereman yang baik diperlukan pula sistem
rem tangan, agar pengereman dapat dilakukan dengan baik, sehingga ketika angkutan
kota beroperasi tidak ditemukan kendala atau kesulitan. Hal ini mengingat angkutan
kota merupakan kendaraan umum yang beroperasi mengangkut penumpang yang
merupakan masyarakat. Keselamatan atas penumpang merupakan hal utama yang
harus diperhatikan.
Speedometer harus ada disetiap kendaraan khususnya angkutan kota,
speedometer berfungsi untuk mengontrol kecepatan kendaraan tersebut, agar tidak
ugal-ugalan dalam berkendara. Observasi yang dilakukan dilapangan ditemukan ada
angkutan kota yang tidak memenuhi standar tersebut diatas, bahkan angkutan umum
tersebut tidak dilengkapi dengan speedometer atau speedometer dalam kondisi mati.
Suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor dalam hal ini adalah angkutan
kota baik dari mesin maupun klakson kendaraan harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan diatas. Klakson sangat diperlukan ketika kendaraan beroperasi yang
berguna untuk memberi peringatan kepada pengguna jalan lainnya. Sesuai dengan
standar kelayakan bahwa klakson kendaran memiliki tingkat suara serendah-rendahnya
90 db dan setinggi-tingginya mencapai 118 db. Penyimpangan dari standar ini masih
banyak ditemukan di lapangan. Masih ada angkutan kota yang memiliki suara klakson
yang rendah maka itu saangat berbahaya apa bila di bunyikan untuk penanda akan
tetapi suarnya kurang begitu keras.
Kendaraan bermotor dalam hal ini angkutan kota mengikuti seluruh persyaratan
yang dijadikan sebagai standar kelayakan terhadap angkutan tersebut, maka asap atau
gas buang yang ditimbulkan tidak akan menganggu pengguna jalan raya lainnya atau
48
tidak menimbulkan pencemaran udara di Kota Salatiga. Selain itu, pemerintah
menuntut setiap angkot yang beroperasi untuk dapat memenuhi standar yang telah
ditetapkan yakni standar teknis dan standar kelayakan. Hal ini untuk menimbulkan
kembali kenyamanan penumpang terhadap kendaraan umum. Sehingga masyarakat
tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi dan beralih ke kendaraan umum serta dapat
mengurangi kepadatan kendaraan pada Kota Salatiga. Standar yang ditetapkan dalam
peraturan, masih banyak ditemukan penyimpangan di lapangan.
Dari hasil pengamatan penulis di Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam
melakukan pengujian Laik Jalan kendaraan bermotor untuk Angkutan Umum Kota
Salatiga (angkota) hanya dilakukan dua uji saja, seperti: uji lampu dan uji rem,
berdasarkan wawancara dengan Wahyu Ari Pamudi selaku petugas Uji Laik Jalan
Kendaraan Bermotor. karena kurangnya personil dalam melakukan pengujian Laik
Jalan dan apa bila Angkutan Umum Kota Salatiga yang di bawah tahun 2009
kebanyakan tidak mungkin lolos Uji Laik Jalan, dikarenakan umur Angkota yang
sudah molai tua dan Kurangnya perawatan dapa bagiang mesin Angkota itu sendiri.
Apabila di bidang pengujian di lakukan semua pengujian maka, satu mobil tidak akan
selesai dalam satu hari, dikarenakan tidak lolosnya di bagian uji emisi gas buang. Dan
apabila diperbaiki akan membutuhkan waktu yang lama.
Ini salah satu contoh pengujian :
Studi Lapangan DISHUB Salatiga
49
Yang dilakukan di lapangan membuktikan bahwa standar yang ditetapkan
dalam peraturan tersebut masih belum maksimal dilakukan. Masih ada penyimpangan
terjadi dilapangan.
Pada pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 menyatakan bahwa
: “Negara bertanggung jawab atas lalu lintas dan angkutan jalan raya dan
pembinaannya dilaksanakan oleh Pemerintah.”15 Pembinaan yang dimaksud meliputi
perencanaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan dalam lalu lintas yang
akhirnya menciptakan ketertiban lalu lintas. Salah satunya pengawasan terhadap
pengujian berkala pada kendaraan umum khususnya angkot. Namun, Dinas
Perhubungan kota Salatiga masih saja kecolongan dengan adanya angkot yang dapat
beroperasi di jalan raya tetapi tidak mempunyai izin uji kelayakan jalan di jalan raya
atau tidak melakukan pengujian berkala.
Berikut keterangan pemilik angkot salatiga,
Tabel 3
Alasan Pemilik Angkutan tidak Melakukan Uji Laik Jalan Kendaraan
Bermotor
NO NAMA
PEMILIK
ANGKOTA
TANGGAL
WAWANCARA
ALASAN TIDAK MELAKUKAN
UJI KELAYAKAN BERKALA
1 Beni 03 juli 2017 Saya tidak melakukan uji KIR karena
sudah tidak mungkinya lolos dalam uji
KIR tersebut karena sudah cukup tua
umur angkota saya karena sudah terlalu
lama dan apa bila saya melakukan uji
KIR sudah terlalu banyak denda
administrasi yang harus di bayar. Dan
saya berpesan kepada sopir saya agar
berhati-hati saat menjalankan ankota
agar tidak ada sesuatu hal yang
merugikan pihak lain yaitu
penumpang. dan kurangnya biaya
15 Undang – undang Lalu Lintas Angkutan Jalan
50
setoran itu juga menjadi masalah saya
tidak melakukan KIR.
2 Ardi Anto 04 juli 2017 Terkendalanya setoran yang selalu
tidak memenui tarjet dan tidak adanya
biaya kusu buat perawatan angkota
maka menjadi sering rusaknya
angkutan saya, tetapi saya selalu
melakukan uji KIR tetapi selalu
terlambat karena belum adanya uang
buat melakukan uji KIR, sebenrnya
cukup gampang melakukan uji KIR
karena yang di uji cukup lampu-lampu
dan rem, semisal uji mesin dan bagian
bawah mobil pasti kebanyakan
angkutan khusunya angkota saya pasti
sudah tidak bisa beroperasi lagi.
3 Lulut 11 juli 2017 Saya selalu melakukan uji KIR 5
armada saya akan tetapi ada 2 armada
saya yang bekas peremajaan yang
masih beroprasi secara sembunyi
sembunyi karena belum ada pembeli
dan harnya belum cocok, maka saya
biarkan dua armada saya yang bekas
peremajaan beroprasi secara sembunyi-
sembunyi, semasih mau bayar uang
iuran treyek masih aman beroprasi di
jalan.
4 Ekapto
Mahartono
16 juli 2017 Tidak melakukan KIR karena tidak
pernah terkena razia dan dari DISHUH
jarang turun di jalan melakukan
pengecekan maka saya tidak
melakukan KIR karana masih aman-
aman saja dan masih kurangnya uang
setoran. Alhamdulilah buat hidup
sehari-hari masih kurang
5 Ady Utomo 16 juli 2017 Kalo di angkota saya sudah saya
pasrahkan kepada supir saya untuk
melakukan uji KIR, KP, Perpanjang
STNK, DLL tetapi selalu tidak di
lalkukan karna bebagai alasan, sepeti
hari
6 Marjito 10 juni 2017 Buat kehidupan sehari-hari bersama
keluarga masih kurang dan tidak ada
51
tidakan tegas dari DISHUB, paling di
beri surat pemberitahuan.
7 Markus Hendra 23 oktober 2017 Karena melakukan KIR prosesnya
lama saya menjadi malas melakukan
KIR
8 Guntue Wibowo 09 juni 2017 Tidak mau berkomentar tentang
masalah KIR, tetapi menurut
keterangan pak Heri Purwanto selaku
Bidang Angkutan dan Kelayakan
Kendaraan mengatakan memang
beliyau sudah kami beklis, bearti
angkutan beliyau tidak melakukan Uji
Kelayakan Kendaraan Bermotor.
Berdasarkan tabel di atas alasan pemilik angkutan umum kota salatiga
kebanyakan tidak melakukan uji laik jalan dikarenakan kurang patuhnya pemilik
angkutan untuk melakukan uji laik jalan di karenakan umur angkutan yang sudah tua,
setoran yang selalu kurang, tidak melakukan uji kelayakan di karenakan belum pernah
terkena razia. Lemahnya dalam penegakan hukum terhadap angkutan umum kota
salatiga menjadi peluang terhadap pemilik angkota tidak melakukan uji kelayakan.
Sedangkan ada beberapa angkutan umum kota salatiga yang sudah tua, apabila
melakukan uji laik jalan sudah tidak mungkinya lolos, maka pemilik memutuskan tidak
melakukan uji kelayakan akan tetapi masih saja beroprasi dengan hati hati.
Dari alasan-alasan pemilik angkutan umum kota salatiga yang kebanyakan di
karenakan umur angkota yang sudah tua, kurangnya setoran dan tidak taatnya pemilik
angkutan menjadi alasan yang utama. Karena melakukan uji kelaykan sendiri harus
memenui setandar teknis, standar laik jalan.
Dinas Perhubungan Kota Salatiga mempuyai standar-standar yang digunakan
dasar pengawasan pada umumnya terdapat pada suatu rencana yang disusun
sebelumnya agar semua yang akan dilaksanakan berjalan lancar. Yang menjadi sub
indikatornya adalah standar teknis, standar laik jalan dan standar pengujian kendaraan
bermotor.
1. Standar Teknis Kendaraan
52
Standar teknis kendaraan adalah standar yang harus dipenuhi secara teknis
oleh kendaraan bermotor dalam hal ini adalah angkutan kota yang masih
beroperasi di kawasan kota Salatiga. Standar teknis kendaraan melekat
langsung pada kendaraan tersebut dan harus terpenuhi terlebih dahulu
sebelum kendaraan tersebut beroperasi di jalan raya. Sebelum dilakukan
pengujian kendaraan bermotor yang laik jalan, harus dilihat terlebih dahulu
standar teknis pada kendaraan tersebut. Standar teknis kendaraan melekat
langsung pada kendaraan yang sudah melalui proses penelitian rancang
bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yakni melakukan pemeriksaan
secara teliti atas desain. Desain kendaraan bermotor harus sesuai dengan
persyaratan teknis tersebut diatas. Dengan adanya persyaratan teknis ini
maka kendaraan bermotor yang sudah di modifikasi atau sudah tidak sesuai
dengan standar teknis, maka tidak dapat dilakukan proses pengujian
kendaraan bermotor.
2. Standar Laik Jalan
Adalah standar yang harus dipenuhi setiap kendaraan yang dioperasikan di
jalan raya. Standar laik jalan adalah standar minimum kondisi suatu
kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah
terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu
dioperasikan di jalan.16
Berikut contoh Angkota Salatiga,
16 Pendapat Bapak Taksis Seksi Kelayakan Kendaraan Bermotor
53
Salah satu angkota yang tidak melakukan uji KIR, terlihat dari stiker uji
KIR yang tidak terbapang atau sudah hilang tulisanya yang terdapat
pada kertas uji KIR.
Contoh angkutan yang tidak memenui layak jalan seperti ban yang
sudah halus serta bodi mobil yang sudah tampak keropos.
54
Angkutan ini tidak melakukan uji KIR juga tidak di lengkapi dengan
lampu sen dan ban yang sudah halus
Berikut sebagian foto angkota Kota Salatiga yang saya temukan di lapangan
yang sangat tidak mungkin lolos dalam pengujian kelayakan kendaraan
bermotor, ada yang lebih memprehatinkan adalah foto terakhir yang sampai
tidak dilenkapi alat ukur kecepatan (sepodo meter), serta bodi kendaraan yang
keropos.
Dan Berikut Contoh Buku Uji kelayakan dan KP:
55
Buku Uji Kelayakan Bermotor “Buku KIR”
Isi dari buku Uji Kelayakan yaitu meliputi Uji rem utama, lampu utama, emisi.
KP Kartu Pengawas
56
Studi Lapangan 20 Oktober 2017
Kartu KP adalah kartu trayek ankota tersebut di oprasikan agar sesuai jalur
angkota kota salatiga.
A.5. Upaya Dinas Perhubungan Kota Salatiga untuk Meningkatkan Ketaatan
Hukum Pemilik Angkutan Umum Kota Salatiga (angkota) untuk Melakukan Uji
Kelayakan.
Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam meningkatkan ketaatan hukum
pemilik Angkutan Umum Kota Salatiga khususnya angkota agar taat melakukan Uji
Kelayakan Kendaraan Bermotor dengan cara melakukan upaya pembinaan dan
penindakan.
a. Pembinaan
Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina.17 Pembinaan adalah proses,
pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang
17 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001).
57
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik. Pembinaan menurut
Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara
teratur dan terarah.18
Pembinaan juga dapat diartikan: “ bantuan dari seseorang atau sekelompok
orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi
pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai
apa yang diharapkan.19
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan terdapat
unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan pembinaan. Selain
itu, untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan adanya penyuluhan,
sosialisasi.
Penyuluhan, sosialisasi yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Salatiga
terhadap Angkutan Umum Kota Salatiga (angkota) melalui paguyupan-paguupan
Angkota itu sendiri, ataupun Organda. Penyuluhan atau sosialisasi dilakukan oleh
Dinas Perhubungan Kota Salatiga dalam 1 (satu) Tahun dilakukan 5 (lima) kali,
akan tetapi tergantung dari Organda saat melakukan perkumpulan.
Penyuluhan atau sosialisasi juga dilakukan terhadap angkutan umum
dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga. Adapun yang disosialisasikan
oleh Dinas Perhubungan Kota Salatiga adalah:
- Tentang kelengkapan izin kendaraan dan pengemudi kendaraan, seperti KIR
(Pengujian kendaraan secara berkala/6 bulan), SIM (Surat Izin Mengemudi),
STNK, Surat izin Trayek.
- Tentang prosedur atau standarisasi kendaraan atau angkutan umum, seperti
dilengkapi tanda nomor kendaraan dengan warna dasar plat kuning dengan
tulisan hitam dan diberi kode khusus.
18 Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan I, (Semarang Toha Putra, 1973).
19 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta : Teras, 2009), hal. 144.
58
- Tentang ketegasan sanksi yang diberlakukan apabila terjaring razia, seperti
Tilang.
Beberapa tindakan pemerintah diatas memang belum bisa dikatakan efektif dan
berhasil untuk menekan jumlah supir atau pemilik angkota di Kota Salatiga.
Disamping kebijakan diatas masih ada lagi kebijakan terbaru yang akan dilakukan
pemerintah dalam melaksanakan ketertiban sosial khususnya tentang angkota, yaitu
dengan mensosialisasikan dan melaksanakan yang telah diamanahkan lebih intensif
lagi, serta melakukan pengawasan yang lebih ketat lagi dan penegakan hukum yang
harus tegas.
Yang terakir dari Dinas perhubungan Salatiga mengadakan pengujian di luar
unit kendaraan bermotor yang sering di sebut KIR Masal, tetapi cara ini tidak lebih
dari 2 Kali dalam Satu Tahun, karena di kota Salatiga khusunya Kotanya yang tidak
begitu besar maka cara ini jarang sekali di lakukan, dan apa bila dilakukan juga
terbentur dengan biaya atau anggaran dan angota pengujian dikarenakan sedikitnya
personil di Dinas Perhubungan Kota Salatiga. Dan sebenarnya Dinas Perhubungan
Kota Salatiga hanya melakukan pelayanan saja, tidak harus turun kelapangan untuk
melayani di luar unit pengujian kendaraan bermotor. Faktor kekurangan personil
menjadi kendala yang paling utama serata kenyataan yang tidak sesuai.
Dinas perhubungan Kota Salatiga seharusnya juga melakukan pengawasan
terhadap angkota, Dalam pelaksanaan pengawasan atau pemantauan rutin
dilaksanakan dan langsung turun kelapangan. Namun, dalam menindaklanjuti
maraknya angkutan yang tidak melakukan uji kelayakan, sebenarnya adalah
kurangnya pengawasan dari pemerintah kota. Petugas yang bertugas hanya
menjalankan fungsi kontrol atau pengawasan saja. Oleh karena itu, Dinas
Perhubungan Kota Salatiga perlu melakukan diskusi dengan organda atau
pengusaha Angkutan umum Kota Salatiga yang disebut Angkota.
b. Penindakan
59
Penindakan memiliki kata dasar tindak yang berarti proses, cara atau perbuatan
menindak.20 Karena penindakan merupakan kata benda sehingga penindakan dapat
menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan.
Dinas Perhubungan Kota Salatiga selaku Kepala Bidang Angkutan dan
Kelayakan Kendaraan Bermotor memiliki wewenang untuk melakukan penindakan
berupa Teguran tertulis berbentuk surat dan melakukan Razia di jalan ataupun di
terminal. Apabila melakukan razia di jalan raya Dinas Perhubungan Kota Salatiga
berkerja sama dengan pihak Kepolisian akan tetapi apabila di terminal cukup
bekerja sama dengan petugas Dinas Perhubungan yang berada pada terminal.
Teguran secara Tertulis dilakukan apabila sudah mencapai 1 (satu) minngu
keterlambatan baru di berikan surat teguran secara tertulis, surat teguran itu sendiri
lansung di kirim ke pemilik angkota yang sesuai dengan alamat yang tercantum
dalam buku Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor. sebenarnya cara ini belum begitu
efektif karena banyak kemungkinan alamat dalam buku uji kelayakan sudah tidak
sesuai, dikarenakan karna sudah pindanhnya alamat rumah pemilik angkutan umum
kota salatiga. Akan tetapi Dinas perhubungan tetap mengupayakan agar surat
teguran sampai kepada pemilik angkota deng cara memberikan surat teguran
tersebut melalui paguyupan atau organda.
Dinas Perhubungan Kota Salatiga juga melakukan razia di jalan atau diterminal,
akan tetapi dari Dinas Perhubungan Kota Salatiga sering melakukannya razia di
jalan-jalan yang dilalui angkota, razia laik jalan dilakukan kurang lebik 20 kali
dalam satu tahun, akan tetapi sering terbentunya biaya atau anggran dalam
melaksanakan razia di jalan. Meliihat dari SK keputusan Walikota Salatiga Nomer
: 551.1/155/491/2017 tentang Tim Oprasi Laik Jalan Tahun 2017 ini sudah tersusun
keanggotaan tim oprasi laik jalan yang menjadi tanggung jawab, dalam SK juga
sudah terbentuk Susunan Keanggotaan Tim Oprasi Laik Jalan Tahun 2017 sebagai
berikut.
20 https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/penindakan
60
Tabel 4
Daftar Anggota Tim Oprasi Laik Jalan
NO JABATAN DALAM DINAS KEDUDUKAN DALAM TIM
1 Kepala Dinas Perhubungan Penanggung Jawab
2 Kepala bidang lalulintas pada Dinas
Perhubungan
Ketua
3 Kepala Bidang Angkutan dan Kelaikan Sekretaris
4 Kepala Sangsi Bina Keselamatan dan
ketertibn
Anggota
5 Kepala menejemen dan Rekayasa
Lalulintas
Anggota
6 Kepala saksi Angkuta dan Terminal Anggota
7 Kepala Saksi Kelayakan Kendaraan Anggota
8 Kepala UPTD Perpakiran Anggota
9 Staf Terminal Tingkir Kota Salatiga Anggota
10 Staf Dinas Perhubungan Anggota
11 Staf Kepolisian Anggota
12 Staf Kepolisian Resor Salatiga Anggota
Terbentuknya SK yang memuat daftar anggota tim oprasi tersebut akan keluar
lagi SP. SP adalah surat perintah melakukan operasi pemeriksaan teknis dan laik
jalan. Dinas Perhubungan Kota Salatiga sendiri sering melakukan razia di terminal
taman sari, depan GPD (gedung perwakilan daerah) di jalur angkota, seperti di jalan
kartini, patimura, diponegoro dan arah menuju ke tetminal tingkir.
Data terakrir dadi Dinas Perhunungan Kota Salatiga melakukan razia di jalan
bertempatan di depan GPD (gedung perwakilan daerah) di jalan pemuda
mendapatkan 44 (empat puluh emapat) pelanngar, dari 44 (empat puluh empat)
61
tersebut ada angkutan barang dan angkutan umum angkota, dari 16 (enam belas)
angkutan kota salatiga (angkota) yang melanggar, berikut ini tabel nama dan jenis
pelanggaran, yang dilangar Angkutan Umum Kota Salatiga.
Tabel 5
Daftar Angkutan Umum Kota Salatiga (Angkota) yang Terkena Oprasi
Laik Jalan 2017
NO URUT
NOMER DAN
CATATAN PELANGGAR
AN
NAMA DAN ALAMAT
PELANGGAR
BARANG BUKTI
JENIS KENDAR
AAN KETERANGAN
JENIS NOMER
KENDARAAN
1 001 / 21
Maret 2017
slamet / margosari salatiga STNK H 1215 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
2 002 / 21
Maret 2017
sumar / sidomukti salatiga Buku Uji H 1374 AB Angkota
Pelanggaran Trayek
3 003 / 21
Maret 2017 niarhasi / tuntang KP H 1065 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
4 004 / 21
Maret 2017 adi faisin / salatiga STNK H 1330 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
5 005 / 21
Maret 2017 Dasiri P / Kab. Semarang stnk H 1296 BB Angkota
Pelanggaran Trayek
6 006 / 21
Maret 2017 Sugiarto / Ledok Salatiga KP H 1157 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
7 007 / 21
Maret 2017 Supri / Salatiga KP H 1045 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
8 008 / 21
Maret 2017
Bejo / Grogol, Dukuh Salatiga KP H 1092 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
9 009 / 21
Maret 2017
Anton / Sranggrahan Tingkir Lor KP H 1315 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
10 010 / 21
Maret 2017
Saiful / Blotongab Salatuga Buku Uji H 1094 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
11 011 / 21
Maret 2017
Supriyanto / Ngawen Tegalsari STNK H 1280 BB Angkota
Pelanggaran Trayek
62
12 012 / 21
Maret 2017
Niam / Mondangan Blotongan STNK H 1105 BB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
13 013 / 21
Maret 2017
khoirul / Sidorejo Kidul Salatiga STNK H 1362 AB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
14 014 / 21
Maret 2017
Agus S / Sraten Salatiga STNK H 1343 AB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
15 015 / 21
Maret 2017 Sudarno / Salatiga STNK H 1073 AB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
16 016 / 21
Maret 2017 Saifudin / Sraten STNK H 1250 AB Angkota
Pelanggaran Uji Berkala
Kebanyak pelanggaran yang di lanngar adalah Uji Kelayakan Kendaraan
Bermotor. Sedangkan Dinas Perhunungan Kota Salatiga sendiri masih memberikan
keringanan kepada pemilik angkutan umum yang melanngar Uji Kelayakan
Kendaraan Bermotor yang terlambat melakukan uji kelayakan dalam waktu 1 (satu)
minngu masih di tindak secara penyitaan buku uji kelayakan, tidak di tindak dengan
cara penilangan. Dan kemudian harinya pemilik kendaraan bermotor harus wajib
melakukan uji kendaraan bermotor ke kantor Dinas Perhubungan Kota Salatiga.
Lemahnya aturan dalam penegakan hukum maka masih banyak angkota yang
melanngar tiap di lakukan razia, dan hasil wawancara penulis kepada supir angkot
bapak beni memang benar dinas perhubunga kota salatiga sering melakukan razia
di jalan-jalan, seperti di Jalan kartini, depan GPD, jalan pahlawan, patimura, arah
terminal tingkir, akan tetapi saya sering terkenanya razia di depan gedung GPD
karena sering dilakukanya razia, yang sering dilanngar para sopir atau angkota
tersebut adalah sudah habisnya masa berlakunya buku KIR tersebut. Dinas
Perhubungan Kota Salatiga sendiri jarang melakukan razia di dalam terminal,
karena angkota sudah jarang masuk terminal, terutama terminal tingkir yang di
karenakan jarang adanya penumpang dia dalam terminal tinggkir tersebut. Dan
Dinas Perhubungan Kota Salatiga saat melakukan razia juga suadah bekerja sama
dengan kepolisian apabila di luar terminal yaitu di jalan raya.
Maka kurangnya kontrol personil atau pegawai ketika tidak melakukan razia di
jalan ataupun di terminal. Kurang mengertinya pemilik atau pengusaha yang tidak
63
mau melakukan uji kelayakan. Secara umum dapat peneliti simpulkan bahwa pada
umumnya angkutan umum terutama Angkota di Kota Salatiga ini hanya untuk
menambah penghasilan saja, karena terpaut masalah ekonomi. Dengan kata lain,
masalah ekonomi ini harus sangat diperhatikan. Akan tetapi juga masalah keaman
dan kenyaman angkota juga harus di perhatikan, yang sudah menjadi transportasi
umum maka ketentuan untuk melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor jauh
lebih penting agar mencapai ankutan umum yang anyaman dan aman di kota
salatiga.
Selain dengan cara mengirim sutar teguran dan razia dijalan, pihak Dinas
Perhubungan juga melakukan denda secara andinistrasi seperti keterlambatan yang
tertera pada PERDA Kota Salatiga Nomer 12 Tahun 2011 Tentang Retrebusi Jasa
Umum yang melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor tiap bulanya sebenyak
2% dari uang ke terlambatan pengujian kendaraan bermotor serta dari Dinas
Perhubungan Kota Salatiga Juga melakukan penilangan kepada angkutan umum
Kota Salatiga yang tidak mengikuti aturan. Proses penilangan sendiri pihak Dinas
Perhubungan Kota Salatiga bekerja sama kepada Kepolisian dan Kejaksaan Negeri
Salatiga.
B. Analisis
1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Pemilik Angkutan Umum tidak Melakukan Uji
Kelayakan.
Kurang taatnya pemilik angkutan umum atau pengusaha angkutan umum untuk
melakukan Uji Kelayakan di karenakan tidak ada tidakan secara tegas mengenai
pencabutan surat ijin traeyek atau pembekuan traeyek tersebut. Padahal dalam pasal 49
ayat 1 (satu) UULLAJ, uji berkala sebagaimana dimaksud, wajib dilakukan untuk
mobil penumpang umum, bus, barang, kereta gandeng, dan kereta tempelan yang
diimpor, dibuat dan atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di Jalan. Lalu
pada ayat 2, pengujian berkala tersebut meliputi kegiatan, pemeriksaan uji tipe dan uji
berkala. Sebagai pelengkap aturan, pemerintah tentu memberikan sanksi yang tegas
terhadap pihak yang melanggar ketentuan uji berkala tersebut.
64
Seperti pada UULLAJ pasal 76 ayat 1, yang tertulis, setiap orang yang
melanggar ketentuan pasal uji berkala dikenakan sanksi administratif, berupa
peringatan tertulis, pembayaran denda, pembekuan izin, dan pencabutan izin.
Dalam analisis kepatuhan hukum dalam konteks kepatuhan hukum didalamnya
ada sanksi positif dan negatif, ketaatan merupakan variable tergantung, ketaatan hukum
tersebut didasarkan kepada kepuasan diperoleh dengan dukungan sosial. Ketaatan
hukum pemilik atau pengusaha amgkutan umum ( angkota) di kota salatiga masih
begitu kurang taatnya pemilik atau pengusaha untuk melakukan Uji Kelayakan
Kendaraan Bermotor. Dikarenakan ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat
mematuhi hukum
Ada beberapa faktor kenapa pemilik angkutan umum kota tidak melakukan uji
kelayakan kendaraan bermotor, yaitu seperti: Compliance, Identification,
Internalization tiga faktor tersebut yang menyebabkan masyarakat mematui hukum,
seperti faktor Compliance, Suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu
imbalan dan usaha untuk menghindari diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin
dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan hukum. Kepatuhan ini sama sekali
tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada tujuan kaidah hukum yang bersangkutan,
dan lebih didasarkan pada pengendalian dari pemegang kekuasaan.. Sebagai akibatnya,
kepatuhan hukum akan ada apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan
kaidah-kaidah hukum tersebut. Identification, terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah
hukum ada bukan karena nilai intrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok
tetap terjaga serta ada hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk
menerapkan kaidah kaidah hukum tersebut. Daya tarik untuk patuh adalah keuntungan
yang diperoleh dari hubungan-hubungan tersebut, dengan demikian kepatuhan
tergantung pada baik-buruk interaksi. Internalization, Pada tahap ini seseorang
mematuhi kaidah hukum karena secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan.
Isi kaidah tersebut adalah sesuai dengan nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan,
atau karena Ia mengubah nilai-nilai semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah
suatu konformitas yang didasarkan pada motivasi secara intrinsik. Titik sentral dari
kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap tujuan dari kaidah-kaidah
65
yang bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau
pemegang kekuasaan maupun pengawasannya. Tahap ini merupakan derajat kepatuhan
tertinggi, dimana ketaatan itu timbul karena hukum yang berlaku sesuai dengan nilai-
nilai yang dianut.
Tiga faktor tersebut yang paling di patui dalam masyarakat adalah faktor
Internalization, pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah hukum karena secara
intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan. Isi kaidah tersebut adalah sesuai dengan
nilai-nilainya dari pribadi yang bersangkutan, atau karena Ia mengubah nilai-nilai
semula dianutnya. Hasil dari proses tersebut adalah suatu yang didasarkan pada
motivasi secara intrinsik. Titik sentral dari kekuatan proses ini adalah kepercayaan
orang tadi terhadap tujuan dari kaidah-kaidah yang bersangkutan, terlepas dari
pengaruh atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan maupun
pengawasannya. Tahap ini merupakan derajat kepatuhan tertinggi, dimana ketaatan itu
timbul karena hukum yang berlaku sesuai dengan nilai-nilai yang dianut. Para
pengusaha Angkutan Kota Salatiga beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan
adalah benar, akan tetapi karena kondisi mobil yang masih bisa jalan dan belum ada
kejadian yang begitu fatal, Oleh karena itu peneliti beranggapan bahwa para pengusaha
tersebut tidak memiliki nilai-nilai kesadaran dan nilai kepatuhan hukum, hanya saja
mereka terpengaruh dengan kondisi atau keadaan yang ada. Dari pemilik Angkutan
Umum Kota Salatiga yang kebanyakan tidak melakukan Uji Kelayakan Kendaraan
Bermotor di karenakan umur angkota yang sudah tua, kurangnya setoran dan tidak
taatnya pemilik angkutan menjadi alasan yang utama. Karena melakukan Uji
Kelayakan sendiri harus memenui setandar teknis, standar laik jalan.
Pada tingkat kepatuhan hukum ini, tidak nampak pada pengusaha atau pemilik
angkutan karena sesungguhnya para pengusaha tersebut merasa nyaman untuk tidak
melakukan aktifitas Uji Kelayakan Kendaraan Bermotor. Selanjutnya faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan para pengusaha angkutan umum (angkota) adalah
pengetahuan dan pemahaman terhadap faktor kurangnya sosialisasi dari aparatur Dinas
Perhubungan Kota Salatiga tentang begitu pentingnaya melakukan Uji Kelayakan
Kendaran Bermotor. Serta ketidak tegasan aparatur dalam memberi tindakan atau
66
sanksi, Sehingga para pengusah beranggapan bahwa mereka melakukan aktivitas tidak
melakukan Uji Kelayakan adalah sah-sah saja. Para pengusaha angkutan beranggapan
bahwa, jika mereka memiliki kelengkapan surat-surat kendaran serta memiliki surat
izin mengemudi, dianggap sebagai sesuatu yang bisa dengan leluasa melakukan
aktivitas menjalankan angkutanya yang tidak melakukan Uji Kelayakan, dan masih
merasa aman saat beroprasi di jalan.
Kepatuhan merupakan sikap yang aktif yang didasarkan atas motivasi setelah ia
memperoleh pengetahuan. Dari mengetahui sesuatu, manusia sadar, setelah menyadari
ia akan tergerak untuk menentukan sikap atau bertindak. Oleh karena itu dasar
kepatuhan itu adalah pendidikan, kebiasaan, kemanfaatan dan identifikasi kelompok.
Jadi karena pendidikan, terbiasa, menyadari akan manfaatnya dan untuk identifikasi
dirinya dalam kelompok manusia akan patuh.
Jadi harus terlebih dahulu tahu bahwa hukum itu ada untuk melindungi dari
kepentingan manusia, setelah tahu kita akan menyadari kegunaan isinya dan kemudian
menentukan sikap untuk mematuhinya. Selain ada teori kepatuhan hukum tersebut juga
ada faktor ekonomi dan faktor sosial.
Faktor Ekonomi, Kondisi perekonomian yang selalu berubah mempunyai
pengaruh yang besar terhadap pengujian kelayakan. Kenaikan bahan bakar minyak dan
langkanya bahan bakar pemium ternyata ikut mempengaruhi tingkat kesadaran
masyarakat untuk melakukan uji kelayakan, hal ini dikarenakan daya beli masyarakat
berkurang, serta pendapatan para pemilik angkutan kota yang menurun. Belum lagi
mereka harus bersaing dengan angkutan online, hal ini dikarenakan banyak para
pengguna angkutan umum (angkota) beralih menggunakan transportasi online berbasis
aplikasi, sehingga secara tidak langsung mengakibatkan pendapatan angkutan kota
berkurang. Sehingga membuat beberapa pemilik angkutan kota yang merasa aman
apabila tidak mengujikan kendaraannya memilih tidak mengujikan kendaraannya dari
pada harus mengeluarkan uang untuk melakukan pengujian KIR.
Faktor lain adalah Faktor Sosial, yang mempengaruhi pelaksanaan pengujian
kelayakan adalah masih rendahnya ketaatan masyarakat untuk melakukan pengujian,
hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat pemilik kendaraan angkutan kota baru
67
melakukan pengujian ketika mendapatkan setoran angkota yang cukup dan masih ada
sisa untuk melakuakan perbaikan atau peremajaan angkota, yang di karenakan umur
angkota yang sudah tua. Hal ini tentunya harus segera dibenahi dengan cara melakukan
sosialisi pentingnya pengujian kelayakan bagi keselamat penumpang maupun
pengguna jalan raya lainnya.
Berhubungan angkutan merupakan sektor usaha yang vital bagi kehidupan
masyarakat, maka di harapkan kepada para pihak pengusaha yang bergerak di bidang
usaha pengangkutan harus mempertibangkan kelayakan kendaraan bermotor atau
angkutan itu sendiri, di karenakan di Kota Salatiga masih kurangnya ketaatan
pengusaha/pemilik jasa angkutan umum atau angkota yang tidak melakukan uji
kelayakan secara berkala. Padahal sudah berbunyi jelas pasal 48 yang setiap kendaraan
bermotor yang dioprasikam di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.
Dapa pasal 49 yang kendaraan bermotor yang di operasikan di jalan wajib dilakukan
pengujian.
Selain tidak displinnya atau kurang taatnya tidak melakan uji kelayakan, juga
kurang disiplinya waku, kurang disiplinya waktu seperti tidak tepatnya keberngkatan
dengan banya alasan seperti belum penuhnya penumpang, dan perilaku sopir yang
mengemudi angkutan umum yang berhenti seenaknya membuat keresahan pengguna
jalan lainya yang tentu itu juga berbahaya terhadap isi dari angkota tersebut. Serta
perilaku sopir yang merokok saat mengemudi menjadi perilaku yang buruk, yang
seharusnya angkutan umum bebas dari asap rokok akan tetapi pengemudi tersebut
merokok, sudah bentuk angkutan yang bisa di sebut sudah tidak mungkin layak jalan
dan membuat penumpang menjadi was was saat menggunakan transportasi umum
tersebut di tambah dengan perilaku sopir yang kurang begitu nyaman terhadap
penumpang seperti merokok saat mengemudi.
Dengan perilaku pengemudi yang suka berhenti sembarangan , terlalu lama
berhenti menunggu penumpang dan merokok sambil menegmudi maka banyak
pengguna jasa angkutan umum tersebut beralih ke trasportasi online yang lebih praktis
dan cepat mencapai tujuan serta penggunajasa merasa aman dan nyaman. Ditambah
dengan perilaku sopir yang terkadang mengangkut penumbang melebihi batas
68
maksimal 12 orang menjadi kurang nyamanya pengguna jasa yang lain. Jelas-jelas
mengangkut pennumpang melebihi kapasitas tentu membahayakan penumpang itu
sendiri maupunsi pengemudu tersebut. Seharusnya pemilik maupun pengemudi
angkota tersebut harus berbenah agar pengguna jasa angkutan merasa aman dan
nyaman agar masyarakat juga mau menngunakan transportasi merasa aman dan
nyaman.
Seharusnya pemilik atau pengusaha angkutan umum yang tidak memenui
syarat laik jalan harus di tidak secara tegas agar terbentuknya trasportasi yang nyaman
dan aman, tentu juga pengemudi yang menjalankan angkutan yang sekiranya tidak
layak jalan harus tidak mau menjalankan angkota tersebut sebelum ada pembenaan dari
pemilik atau pengusha tersebut. Sedangkan angkutan yang tidak memenui laik jalan
harus di tidak dengan di beri kesempatan untuk pemilik melakukan perbaikan dengan
cara menahan semua surat surat angkota tersebut sampai angkota tersebut bisa
dinyatakan layak jalan, apabila dengan pemberian kesempatan tersebut masih belum
mampu memenuhi laik jalan maka Dinas Perhubungan harus melakukan pencabutan
ijin atau pembekuan seperti pasal 76 ayat 1. Dan apabila dari segi petugas pengujian
yang meloloskan angkutan yang seharusnya tidak layak jalan juga harus di tindak
secara tegas.
Pengujian kelayakan kendaraan bermotor di Dinas Perbubungan Kota Salatiga
sebenrnya sudah begitu mudahnya angkutan umum bisa lolos uji kelayakan di
karenakan Dinas Perhubungan Kota Salatiga hanya melakukan pengujian kemampuan
pancaran lampu utama, uji rem utama dan klakson semua itu sangat mudah apabila
angkutan yang melakukan uji kelayakan hanya di lihat dengan bentuk fisik saja seperti
semua lampu harus nyala dan klason padahal lampu yang redup dan suara klason yang
kurang begitu keras juga seharusnya juga tidak bisa begitu saja di loloskan. Seperti
lampu yang terdapat kendaraan tidak boleh terlalu terang atau redup yang dapat
menyilaukan pengguna jalan lainnya. Sesuai dengan pengamatan yang yang dilakukan
peneliti, lampu kendaraan khususnya angkutan kota masih ada yang tidak sesuai
dengan standar penerangan yaitu 12.000 cendela. Deviasi penyinaran ke kanan 0,32’
(10 cm/10 m) dan ke kiri 1,09’ (20 cm/ 2 m). Kondisi lampu angkutan kota cenderung
69
redup atau kurang dari 12.000, bahkan lampu kendaraan yang diharapkan menjadi
penerangan jalan dan memberi isyarat untuk berbelok atau berhenti itu bahkan dalam
kondisi mati.
Sedangkan pengujian rem utama seharus dalam kondisi yang baik, harus ada
pada kendaraan khususnya angkutan kota, selain sistem pengereman yang baik
diperlukan pula sistem rem tangan, agar pengereman dapat dilakukan dengan baik,
sehingga ketika angkutan kota beroperasi tidak ditemukan kendala atau kesulitan. Hal
ini mengingat angkutan kota merupakan kendaraan umum yang beroperasi
mengangkut penumpang yang merupakan masyarakat. Keselamatan atas penumpang
merupakan hal utama yang harus diperhatikan. Akan tetapi dilapangan yang sudah
melakukan uji kelayakan dan sudah lolos uji masih saya temukan angkutan yang tidak
berfungsinya rem tangan, padahal fungsi rem tangan itu sendiri sangat penting saat
mengoprasikan kendaraan tersebut dan ketika saya menggunakan jasa angkutan umum
(angkota) saya cukup kaget, karena pengereman dilakukan dengan cara di kocok rem
tersebut selama tiga kali, dan saya cukup miris dengan keadaan angkutan yang sudah
melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor dan dinyatakan lolos akan tetapi saat
beroperasi di jalan saat melakukan pengereman harus mengkocok selama tiga kali baru
angkutan umum tersebut berhenti. Seharusnya dinas perhubungan tidak meloloskan
angkutan-angkutan yang melakukan pengereman dengan cara mengocok selama 3 kali
tersebut.
Dari hasil penelitian saat penulis melakukan wawancara terhadap pemilik
angkutan umum kota salatiga (angkutan) dari 8 (delapan) orang tersebut rata-rata
berpendapat kuranya setoran atau tidak adanya biaya khusus perawatan secara berkala
serta kurang sadarnya pemilik angkutan umum. Maka faktor utama adalah faktor
ekonomi yang menjadi masalah dan sumber daya masyarakat atau pemilik angkutan
yang kurang begitu sadar tentang hukum dan keaaman saat angkota itu di operasikan.
Karena faktor ekonomi yang selalu berubah mempunyaipengaruh yang besar terhadap
pengujian kelayakan. Kenaikan bahan bakar minyak dan langkanya bahan bakar
pemium ternyata ikut mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat untuk melakukan
70
uji kelayakan, hal ini dikarenakan daya beli masyarakat berkurang, serta pendapatan
para pemilik angkutan kota yang menurun.
2. Upaya Dinas Perhubungan Kota Salaiga untuk Meningkatkan Ketaatan Hukum
Pemilik Angkutan Umum Kota Salatiga (angkota) untuk Melakukan Uji Kelayakan.
Hail analisis dari penulis agar meningkatkan kataatan hukum pemilik angkuta
umum kota untuk melakukan Uji Kelayakan kendaraan bermotor adalah seperti
melakukan Pemeriksaan layak jalan di lapangan yang di sebut secara umum razia atau
oprasi kendaraan. Akan tetapi saat pemeriksaan layak jalan dilapangan itu jarang
dilakukan dikarenakan kota salatiga sendiri kota yang kecil maka tidak perlunya
melakukan pemeriksaan layak jalan di lapangan, karena kurang efektifnya pemeriksaan
dan terbenturnya atau tidak adanya anggaran untuk melakukan kegiatan tersebut, dan
jarak antara dinas perhubungan dengan terminal atau pemilik angkota cukup dekat
maka dinas perhubungan kota salatiga hanya bersifat pelayanan saja tidak harus turun
kelapangan.
Saat melakukan razia atau oprasi di jalan saja terbentunya biaya, di karenakan
sebelum melakukan razian di jalan dinas perhubungan kota salatiga setiap tahunya
sudah menggarkan anggaran tiap awal taunya akan melakukan razia berapa kali dan itu
harus menunggu persetujuan dari walikota dan persetujuan badan keunagan daerah
kota salatiga.
Maka dinas perhubungan saat melakukan razia di jalan harus menunngu surat
persetujuan dari keputusan walikota salatiga nomer: 551.1/155/419/2017 tentang tim
operasi laik jalan dan badan keuangan daerah kota salatiga.
Kewenangan dinas perhubungan saat melakukan razia hanya di terminal apa
bila melakukan razia di jalan harus bekerja sama dengan kepolisian dan itu sudah di
atur di Undang-undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 262.
Selain dengan melakukan razia dijalan dinas perhubungan kota salatiga juga
melakukan peringatan berupa surat teguran kepada pemilik angkutan umum kota
salatiga, dengan cara ini dinas perhubungan berkometrar dengan cara ini juga belum
efektif dikarenakan alamat rumah tinggal yang sudah tidak sesui dengan alamat asli
dalam buku KIR maka kemungkinan besar surat teguran itu tidak sampai pada sasaran,
71
akan tetapi apabila dinas perhubungan melakukan juga sosialisasi terhadap pemilik
atau pengemudi lewat perkumpulan paguyuban angkutan atau bekerja sama dengan
ketua paguyuban angkota salatiga saya kira surat teguran itu juga aakan mencapai
sasaran yang tepat,
Selain dengan sutar teguran dinas perhubungan juga menerapkan denda
administrasi yang di atur dalam pasal 199 Undang-undang Nomer 22 Tahun 2019 serta
di PERDA Kota Salatiga Nomer 15 Tahun 2013 pasal 76 juga berbunyi pelanggar atas
ketentuan dalam daerah dikenakan sanksi administratif. yang mengenai berapa besar
dendanya di atur dalam PERDA Kota Salatiga Nomer 12 Tahun 2011 Tentang
Retrebusi Jasa Umum pasal 66 yang mengatur besarnya tarip yang ditetapkan 2 % (
dua persen) dari nilai pajak.
Dinas Perhubungan Kota Salatiga sudah melakukan upaya-upaya yang
dilakukan dengan cara tertulis dan turu ke lapangan langsung serta denda administrasi
akan tetapi pemilik angkutan umum kota salatiga masih saja kurang begitu sadarnya
terhadap pentingnya melakukan uji kelayakan secara berkala, ketaatan hukum pemilik
anglota yang masih begitu rendah membuat sulit upaya upya dari DISHUB agar agar
taat melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor, agar mencapai trasportasi yang
nyaman dan aman.
Dengan teori penegakan hukum merupakan proses dilakukannya upaya untuk
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dalam pengertian lain penegakan hukum merupakan
upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam artian formil yang sempit
maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan
hukum, baik oleh para subyek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur
penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh Undang-undang untuk
menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Penegakan hukum terhadap angkutan umum kota salatiga merupakan salah satu
masalah yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang aktifitas
72
sehari-hari, karena angkutan umum sangat di butuhkan oleh masyarakat untuk
menunjang perekonomian masyarakat, baik yang tinggal di perkotaan dan pedesaan.
Angkutan umum merupakan sarana yang di berikan pemerintah untuk melayani
masyarakat namun sangat disayangkan masih banyak masalah yang terjadi di angkutan
umum yang seperti tidak melakukan Uji Kelayakan secara berkala. Dikarenakan
lemahnya kesadaran pemilik atau pengusaha kendaraan angkutan umum
(angkota),sehingga keamanan sering menjadi hal yang di perhatikan. Seharusnya
penyedia jasa angkutan umum idealnya harus baik dan benar untuk mewujudkan
keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas. Pasal 38 dan Pasal 39
PERDA Kota Salatiga Nomer 15 Tahun 2013 Tentang Penyelenggara Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan , telah menetapkan persyaratan teknis dan layak jalan kendaraan
bermotor serta mewajibkan kendaraan bermotor yang akan dioperasikan di jalan wajib
dilakukan pengujian berkala kendaraan bermotor yang selanjutnya di sebut Uji
Kelayakan Bermotor atau (KIR).
Sehinnga angkutan umum (angkota) wajib hukumyan untuk mematui peraturan
yang berlaku seperti pasal 39 PERDA Kota Salatiga Nomer 15 Tahun 2013 yang setiap
kedaraan bermotor yang di oprasikan di jalan wajib dilakukan pengujian Laik Jalan,
agar memenui salah satu persyaratan trsnsportasi publik adalah harus mendapatkan
bukti bahwa kendaraan tersebut layak jalan secara berkala sehingga layak untuk
dipakai dan ditungankan dalam buku KIR. Buku KIR memiliki peran yang sangat vital
dalam setiap pengoperasian kendaraan umum , fungsi utama buku tersebut adalah
untuk menjamin keamanan dari kendaraan-kendaraan untuk kepentingan
pengoperasian.
Agar terwujunya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman,
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa, terwujudnya
etika berlalu lintas dan budaya bangsa dan terwujudnya penegakan hukum dan
kepastian hukum bagi masyarakat.
73
Akan tetapi penegakan hukum terhadap angkutan umum yang tidaak
melakukan uji kelayakan kendaraan bermotor secara berkala masih begitu lemahnya di
kota Salatiga, dikarenakan kurang begitu tegasnya dinas perhubungan melakukan
tindakan, seharusnya angkutan umum (angkota) yang tidak layak jalan secara fisik
maupun kelayakan harus di tindak secara tegas, agar pemilik angkota tersebut
melakukan peremajaan yang umur angkota lebih dari 10 (sepuluh) tahun atau
pembenahan angkota tersebut, karena Dinas Perhubungan hanya melakukan tindakan
tilang terhadap angkutan yang tidak sesuai aturan, kebanyakn aturan yang di langgar
adalah seperti tidak melakukan Uji Kelayakan secara berkala. Dan sementara ini
penegakan hukum DISHUB dengan cara penilangan, akan tetapi dengan cara
ditilangnya angkutan tersebut masih saya ada banyak angkutan umum yang kurang
begitu jeranya dan masih banyak melakukan pelanggaran. Seharusnya Dinas
Perhubungan Kota Salatiga mekaukan pembekuan terhadap angkutan umum yang
bandel dan tidak layak secara fisik maupu dalam pengujian harus di cabut ijin
beroprasinya angkutan tersebut.
Dinas Perhubungan harus bersifat tegas agar pemilik angkutan umun Kota
Salatiga mempuntai efek jera atau rasa takut, sementara ini upaya yang dilakukan untuk
meneribkan angkutan umum kota salatuiga adalah melakukan razia, surat teguran,
sosialisasi, denda administrasi. Maka agar mendapatkan kepatuahan hukum agar
pemilik angkutan melakukan uji kelayakan harus dengan tegas dengan cara pembekuan
ijin atau menambahkan uanga denda administrasi yang besar biar tercapainya penegaan
hukum bagi pemilik angkutan umum Kota Salatiga.
Dengan jumlah pelanggaran sebanyak 16 angkota setiap melakukan satukali
razia maka pelanggaran angkutan penumpang merupakan yang paling banyak
melalukan pelanggaran. Hal ini dikernakan Bidang Angkutan yang lebih memfokuskan
operasi penertiban pada angkutan umum. Aksesoris disini adalah penggunaan aksesoris
mobil yang berlebihan atau dapat membahayakan keselamatan penumpang, seperti
kaca film yang terlalu gelap, memodifikasi mobil sehingga tidak sesuai standar
keselamatan. Serta banyaknya angkota yang sudah tua maka menjadi pemilik angkota
malas melakukan Uji kelayakan Kendaraan Bermotor tersebut.