bab iii identifikasi data a. pasar festival nusukan · lebih mahal dibandingkan harga barang di...
TRANSCRIPT
26
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. Pasar Festival Nusukan
1. Latar Belakang dan Sejarah
Manusia hidup ingin memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya
sehingga ia dapat mencapai suatu kepuasan dan kemakmuran. Kebutuhan
manusia berjenis-jenis jumlahnya, sedangkan kemampuan manusia terbatas
adanya. Keterbatasan manusia disebabkan oleh keadaan fisik, kemampuan
pengetahuan dan keterampilan yang serba terbatas, serta keadaan potensi
lingkungan daerah yang amat rendah. Kebutuhan yang bermacam-macam itu,
hanya dapat dipenuhi oleh manusia dalam suatu pertemuan dan dalam
masyarakat. Manusia hidup selalu dibatasi oleh ruang dan waktu yang relatif.
Untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan, manusia yang memiliki uang
dan mengatasi kesulitannya dengan gigih, memanfaatkan alam, memanfaatkan
segala tenaga dan pikiran yang ada padanya, menggunakan organisasi dan
modal yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Adapun salah satu wadah yang
bisa menjawab segala sesuatu terutama kebutuhan yang bersifat ekonomi adalah
pasar.
Secara umum, pasar didefinisikan sebagai tempat bertemunya penawaran
dan permintaan, yang kemudian terwujud dalam aktivitas jual-beli. Setidaknya
terdapat dua jenis pasar, yakni pasar tradisional dan pasar modern. Pasar
tradisional, selain menggunakan sarana dan fasilitas yang relatif sederhana, juga
27
menerapkan sistem jual-beli interaktif. Pemilik modal umumnya memegang
langsung barang dagangannya dan tawar-menawar dimungkinkan. Sebaliknya,
pasar modern menggunakan sistem jual-beli searah. Harga ditetapkan oleh
pemilik atau penjual secara sepihak dan pembeli tidak diberi kesempatan untuk
turut menentukan harga. Sistem ini umumnya tidak melibatkan pemilik modal
secara langsung dalam aktivitas jual-beli. Di Indonesia banyak sekali kita
temukan pasar tradisional, baik yang berskala besar maupun kecil. Pasar
tradisional ini juga bukan hanya ada di desa tetapi di pinggiran –pinggiran kota.
Barang atau produk yang di jual di pasar tradisional sangat beragam mulai
dari kebutuhan rumahtangga seperti beras, ikan, sayur pakaian hasil kerajinan
maupun kebutuhan lainya. Meskipun latar belakang komunitas yang ada di pasar
tradisional berasal dari berbagai kalangan tidak tampak terlihat perbedaan yang
jauh antara kaya atau miskin, pejabat atau petani,dosen atau pedagang semua
pada posisi seperti dua sisi mata uang yaitu penjual dan pembeli.Selain memiliki
persamaan simbol untuk saling beinteraksi seperti bahasa atau dialek yang
sama,cara bertegur sapa sesuai budaya mereka,masyarakat pasar tradisional
memiliki kesamaan tujuan ekonomi yakni kebutuhan membeli atau kebutuhan
menjual barang yang sama. Mereka umumnya datang dari daerah sekitar pasar
atau masyarakat yang tinggal di sekitar pasar tersebut sehingga sangat muda
bagi mereka untuk berkomunikasi satu sama lain.
Akan tetapi tidak jarang pula yang datang dari luar daerah, baik sebagai
pedagang maupun pembeli yang memiliki kultur,bahasa berbeda namun satu
tujuan yakni melakukan transaksi jual beli. Dan pada hakikatnya semua yang
terlibat di pasar tradisional sepakat menjalankan kultur budaya yang ada meski
28
ada produk impor namun tetap tindakan mereka lokal. Artinya tidak mentang-
mentang barang impor si penjual seenaknya menawarkan harga tinggi. Sehingga
keragaman,suasana dan lingkungan social di pasar tradisional sangat indah dan
perlu di lestarikan keberadaanya di Indonesia.
Disadari atau tidak, persepsi masyarakat terhadap pasar tradisional adalah
kumuh, semrawut, becek, kotor dan minimnya fasilitas seperti terbatasnya
tempat parkir, tempat sampah yang bau dan kotor, lorong yang sempit dan
sebagainya. Kondisi ini yang seringkali menyebabkan masyarakat cenderung
memilih berbelanja di pasar modern walaupun harga barang di pasar modern
lebih mahal dibandingkan harga barang di pasar tradisional. Terlebih pasar
modern memiliki tempat berbelanja yang lebih bersih dan praktis.
Pencitraan negatif pada pasar tradisional ini tidak terlepas dari lemahnya
manajemen dari pasar tradisional itu sendiri, antara lain masih rendahnya
kesadaran terhadap kedisiplinan pada aspek kebersihan dan ketertiban sehingga
kurang memperhatikan pemeliharaan sarana fisik, adanya premanisme, tidak ada
pengawasan terhadap barang yang dijual dan standarisasi ukuran dan timbangan,
terbatasnya masalah fasilitas umum, pemahaman rendah terhadap perilaku
konsumen, dan penataan los/kios/lapak yang tidak teratur. Manajemen pasar
yang lemah ini disebabkan karena pengelola pasar belum berfungsi dan bertugas
secara efektif dan belum didukung Standard Operation Procedure (SOP) yang
jelas. Kondisi semacam ini menggambarkan bahwa pasar tradisional di
Indonesia masih cukup memprihatinkan. Di balik beberapa kelemahan, pasar
tradisional menyimpan peran penting bagi masyarakat luas yang tidak dapat
sepenuhnya digantikan oleh pasar-pasar modern.
29
Pasar tradisional oleh sebagian konsumen dianggap memiliki 3 (tiga)
karakteristik yang khas yaitu pertama, suasana dimana adanya proses tawar-
menawar harga yang dapat menjalin kedekatan personal dan emosional antara
penjual dan pembeli yang tidak mungkin didapatkan ketika berbelanja di pasar
modern. Dalam proses tawar-menawar ini ada rasa “trust” di antara pembeli dan
pelanggan yang terbangun baik. Kedua, para pedagang di pasar tradisional sudah
mengetahui persis keinginan pelanggan terhadap barang yang dibelinya. Ketiga,
pasar tradisional mampu menawarkan produk yang diinginkan masyarakat
dengan harga yang menarik pada barang/produk khusus yang tidak didapatkan
di pasar-pasar modern.
Peristiwa yang terjadi di pasar tradisional sangat berbeda seperti di pasar
modern (supermarket, mall, hypermarket) dimana peristiwa peristiwa social
sangat jarang terjadi interaksi antara pembeli (masyarakat konsumen) dan
penjual. Seolah-olah para pembeli tidak lagi memiliki kesempatan untuk
melakukan penawaran. Interaksi yang terjadi justru hanya sebatas melakukan
pembayaran,karena pembeli tinggal mencari barang atau produk yang sudah
tersedia di toko dan kemudian membayarnya di kasir sesuai harga yang telah
tercantum di barang atau produk yang di jual.
Konsumen di pasar tradisional yang dikelola Dinas Pengelola Pasar
Surakarta lambat laun tersedot ke pasar modern. Kondisi itu mengakibatkan
berkurangnya sebagian pedagang di pasar tradisional. Pedagang di pasar
tradisional tersebut ada yang pindah ke mal terdekat tetapi ada juga yang
bangkrut karena kalah bersaing dengan pedagang lain baik yang di pasar
tradisional maupun yang di pasar modern. Keberadaan pasar modern itu
30
mengambil alih konsumen pasar tradisional. beberapa pasar tradisional yang ada
di Kota Surakarta misalnya Pasar Gede, Pasar Legi, Pasar Nusukan semuanya
hampir berdekatan dengan pasar modern.
Pasar modern mencari konsumen dengan cara memilih lokasi usaha yang
berdekatan dengan pasar tradisional. Pengurangan konsumen pasar tradisional
terjadi karena mereka ingin mencari produk lain. Salah satu barang yang mereka
cari adalah tekstil yang lebih banyak tersedia di pasar modern. Apalagi, lokasi
pasar tradisional berdekatan dengan pasar modern. Buruknya penataan kota
memperburuk perkembangan kedua pasar itu. Sebaliknya penataan kota yang
baik akan menciptakan persaingan usaha yang lebih sehat antara pasar
tradisional dan modern, maupun sesama pasar modern.
Persaingan yang di hadapi pasar tradisional dengan pasar
modern,sebagaimana kita ketahui sudah banyak pasar-pasar modern yang
bermunculan saat ini,tidak sulit untuk mencari swalayan – swalayan, toserba,dan
lain-lain yang semakin menjamur akhir-akhir ini.Namun demikian buakn berarti
dengan menjamur nya pasar modern ini bukan berarti pasar tradisional merosot
begitu saja sehingga para konsumen ber alih ke pasar modern.
Pasar Nusukan yang berlokasi di Jl. Kapten P. Tendean., Kelurahan
Nusukan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta ini didirikan pada tahun 1958.
Setelah mengalami beberapa kali renovasi, pada tahun 1986 ada perubahan luas
lahan dari hasil pembebasan tanah kantor Kelurahan dan Gedung Bioskop
Nusukan. Pada tahun 2004 Pasar Nusukan mengalami musibah kebakaran yang
menghanguskan pasar dan kemudian dibangun kembali pada tahun 2006 dan
31
selesai dibangun tahun 2007. Pada tahun ini juga Pemerintah Kota Surakarta
mengalokasikan dana yang diperuntukkan sebagai bantuan subsidi kepada
pedagang lama Pasar sehingga pedagang lama dapat menempati kios baru tanpa
mengeluarkan biaya. Dan setelah itu Pasar Nusukan kembali bangkit dan
menjadi pasar tradisional yang lebih baik dari segi infrastruktur.
Pasar Nusukan menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari, baik
kebutuhan pangan maupun sandang. Ativitas pasar dimulai dari dini hari hingga
malam. Pedagang sayur-mayur kebanyakan datang dari luar kota Solo seperti
Boyolali, Sragen, Purwodadi dan Karanganyar. Pasar ini beraktifitas 24 jam,
karena selalu ada aktifitas jual beli tanpa henti mulai dari pagi hingga dini hari.
Pada waktu pagi sampai sore adalah untuk pasar tradisionalnya , sore
hingga tengah malam sebagai tempat kuliner yaitu dibagian depan atau disekitar
pasar, sedangkan pada malam hingga subuh sebagai pasar ikan yang menjual
segala jenis ikan, ini cukup menarik karena menjadi icon pasar ikan terbesar
sekaresidenan Surakarta dan satu-satunya se-Surakarta. Ikan-ikan yang dijual
berasal dari berbagai daerah diantaranya, Jepara, Rembang dan Semarang.
Untuk tetap melestarikan pasar tradisional ini supaya dapat bersaing
dengan pasar modern maka diperlukan sebuah identitas baru untuk pasar ini,
sebuah identitas yang memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan
pasar lainya. Maka dari itu penulis mempunyai gagasan untuk menamai pasar ini
dengan identitas baru yaitu Pasar Festival Nusukan. Karena kegiatan di pasar
tersebut nantinya akan banyak dilaksanakan berbagai acara Festival seperti
festival kesenian, festival musik, festival gambar, festival kuliner dan festival
lainya.
32
Kegiatan itu diharapkan dapat menarik minat masyarakat untuk
mengunjungi Pasar Festival Nusukan untuk datang dan berbelanja di pasar
tersebut, sehingga terwujudlah tujuan untuk melestarikan pasar tradisional
karena mampu bersaing dengan pasar modern.
Gambar 3.1 Pasar Nusukan
Sumber : Koleksi pribadi
2. Visi dan Misi
a) Visi
Terwujudnya Pasar Nusukan sebagai pasar tradisional yang rapi, sehat,
bersih, tertib, nyaman dan sejahtera.
b) Misi
1. Meningkatkan kebersihan, keamanan, ketertiban dan kenyamanan di
Pasar Nusukan.
2. Memberikan pelayanan serta perhatian terbaik kepada para
pedagang dan pembeli.
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) para pedagang serta
mengubah pada pola pikir dalam mewujudkan pasar yang bersih,
33
sehat, rapi, tertib, aman, nyaman dan sejahtera sebagai karakter
Pasar Nusukan.
4. Menghimbau kepada para pedagang dalam menata (mendisplai)
barang daganganya guna menciptakan kondisi pasar yang lebih rapi
tertata, menarik, serta higienis.
5. Meningkatkan daya saing jual di Pasar Nusukan terhadap pasar
modern.
3. Tujuan
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi seluruh pedagang Pasar
Nusukan serta memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekitar dan
Pemerintah demi terwujudnya Pasar Nusukan sebagai Pasar Tradisional yang
berkarakter bersih, sehat, rapi, tertib, aman, nyaman dan sejahtera.
4. Struktur Pengelolaan Pasar
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Pasar Nusukan
Kepala Pasar : Slamet
Keaman :
1. S. Subandriyo
2. Kusaini
3. Wisnu
4. Adiyatna
5. Mulyono
6. Suwarno
7. Aditya
34
Pemungut Retribusi :
1. Rahmadi
2. Suryo
3. Jumbawa
4. Mudo Utomo
5. S. Mulyono
Administrasi : Diah Ayu S
Kebersihan :
1. Slamet R
2. Ramelan
3. Agus S
4. Suryadi
5. Maryoto
6. Eko
Teknisi : Budi P
5. Struktur Organisasi Gugus Kendali Mutu (GKM)
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Gugus Kendali Mutu (GKM) Pasar Nusukan
Fasilitator :
1. Slamet
2. Ganto Suaro
35
Koodinator :
1. Rahmadi
2. Aris
Sub Gugus Kebersihan : Slamet
Anggota :
1. Sulasno
2. Jumbawan
3. Mulyono
4. Suryo
5. Ramelan
6. Agus
7. Suryadi
8. Mudo Utomo
9. Fredy
Sub Gugus Keamanan : Mustofa
Anggota :
1. Pujianto
2. Ariyanto
3. Wisnu
4. Ali Amran
5. Rohani
6. Suwarno
7. Haryanto
8. Sigit
9. Tri
10. Bumi S
11. Giarso
Sub Gugus Administrasi dan Retribusi : Rahmadi
Anggota :
1. Tri Wulan
2. Sri Rejeki
36
3. Sulasno
4. Jumbawan
5. Suryo
6. Slamet R
7. Mulyono
8. Mudo utomo
Sub Gugus Teknisi dan Pemeliharaan Bangunan : Sulasno
Anggota :
1. Budi
2. Din Hana
Sub Gugus Penataan Pedagang : Ganto S
Anggota :
1. Aris
2. Bambang
3. Mustofa
4. Jamuar
5. Supriyono
6. Suparman
7. Ramli
8. Yusuf
9. Lastri
10. Wahyu
Sub Pugus Penataan Perparkiran : Cipto
Anggota :
1. Kru perparkiran
Sub Gugus Pemeliharaan dan Kebersihan MCK : Mardikun
Anggota :
1. Kru pengelola MCK
Sub Gugus SDM Pedagang : Aris
37
Anggota :
1. Ganto S
2. Jamuar
3. Anggota Paguyuban
Sub Gugus Koperasi Pasar : Supriharjo
Anggota :
1. Bambang
2. Ahmad
6. Data Statistik Pasar Nusukan
a. potensi pasar
a. Luas tanah : 6.531
Luas bangunan lantai 1 : 4.666
Luas bangunan lantai 2 : 4.326
Jumlah kios : 207
Jumlah los : 710
b. Potensi pedagang
Pedagang Kios : 207
Pedagang Los : 710
Pedagang Op : 150
b. Jumlah pegawai
PNS : 11
THL : 1
Out Sourcing
Keamanan : 9
Kebersihan : 3
Teknisi : 2
7. Standar Operasional Pelayanan Surat Hak Penempatan (SHP)
Syarat Pengajuan SHP
a. Pemohonan Baru :
1. Mengisi blanko / formulir daftar ulang
2. Fotokopi KTP yang masih berlaku / surat keterangan dari kelurahan
38
3. Pas foto terbaru 4x6 (6 lembar)
4. Telah lunas retribusi sampai dengan bulan yang bersangkutan.
b. Her Registrasi :
1. Mengisi blanko / formulir daftar ulang
2. Fotokopi KTP yang masih berlaku / surat keterangan dari kelurahan
3. Pas foto terbaru 4x6 (6 lembar)
4. Telah lunas retribusi sampai dengan bulan yang bersangkutan
5. Melampirkan SHP asli. Jika hilang didukung dengan keterangan
kepolisian.
8. Standar Operasional Pelayanan Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP)
Syarat pengajuan KTPP
a. Pemohonan Baru :
1. Mengisi blanko / formulir daftar ulang
2. Fotokopi KTP yang masih berlaku / surat keterangan dari kelurahan
3. Pas foto terbaru 4x6 (6 lembar)
4. Telah lunas retribusi sampai dengan bulan yang bersangkutan
b. Her Registrasi
1. Mengisi blanko / formulir daftar ulang
2. Fotokopi KTP yang masih berlaku / surat keterangan dari kelurahan
3. Pas foto terbaru 4x6 (6 lembar)
4. Telah lunas retribusi sampai dengan bulan yang bersangkutan
5. Melampirkan KTPP asli.
9. Fasilitas
Adapun beberapa fasilitas yang dimiliki Pasar Nusukan yaitu
1. Mushola 2 buah
2. MCK 4 buah
3. No smoking area
4. Alat cek timbangan ulang (digital)
39
B. Data Produk
Pasar Nusukan menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari, baik
kebutuhan pangan maupun sandang.
Di Lantai satu terdapat penjual :
1. Roti/snack
2. Beras
3. Areng
4. Berbagai macam gerabah
5. Bolo pecah
6. Pakainan
7. Sepatu
8. Imitasi
9. Kelontong
Sedangkan di lantai dua terdapat penjual :
1. Daging ayam
2. Daging sapi
3. Ikan laut
4. Tepung
5. Bumbon + empon
6. Penggilingan
7. Pisang
8. Tahu tempe
9. Sembako
10. Warung makan
11. Kembang kinang
12. Buah-buahan
13. Sayuran
14. Kelapa
15. Hasil bumi
40
Gambar 3.4 Pedagang Pasar Nusukan
Sumber : Koleksi pribadi
Gambar 3.5 Pedagang Pasar Nusukn
Sumber : Koleksi pribadi
41
C. Komparasi
1. Plaza Festival
Plaza Festival merupakan sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta,
Indonesia. Pasar Festival berlokasi di Jalan HR Rasuna Said, Rasuna
Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. Pasar Festival tepat berada di mulut
gerbang masuk ke Kawasan Rasuna Epicentrum dan tepat berseberangan
dengan Rumah Sakit MMC, serta dekat dengan pusat perbelanjaan
pendukung lainnya seperti Epicentrum Walk Rasuna dan Setiabudi One.
Pasar Festival merupakan sebuah pusat perbelanjaan yang memadukan
Sport dan Entertainment yang dikelola oleh PT. Bakrie Pesona Rasuna yang
merupakan anak perusahaan dari Bakrieland. Pasar Festival juga merupakan
salah satu bagian dari kawasan terpadu Rasuna Epicentrum yang
merupakan superblock terbesar di Jakarta.
Setelah sempat direnovasi selama lebih kurang dua bulan, area
foodcourt Pasar Festival, Kuningan, yang menjadi salah satu jantung
kuliner di Jakarta Selatan, kini telah beroperasi kembali. Dibuka lagi pada
Rabu (2/5/2012) lalu, area foodcourt tersebut kini telah berganti baju
dengan konsep Passer Koeningan.
Gambar 3.3 Plaza Festival Kuningan
42
Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2012/05/05/10360490/djakarta.tempo.doeloe.di.passer.koeningan
2. Pasar Santa
Pasar Santa di Jalan Cipaku, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
dahulu tak menarik perhatian. Sebab, Pasar Santa dikenal sebagai pasar
tradisional yang becek dan kumuh.
Menurut penuturan Kepala Pasar Santa Bambang Sugiarto, tahun
1971 menjadi langkah awal berdirinya pasar tersebut. Pasar tua itu awalnya
tidak berbentuk permanen. Pada 15 Mei 2007, pasar dibuat permanen
dengan 1.151 tempat usaha di dalamnya.
Dahulu, Pasar Santa hanya menjual sembilan bahan pokok untuk
sehari-hari. Seiring berjalannya waktu, lantai 1 Pasar Santa pun
menyesuaikan diri dengan mengajak komunitas batik untuk bergabung di
dalamnya. Dengan harapan menarik pangsa pasar, usaha itu tetap tidak
mampu menggaet konsumen ke pasar tersebut. Setelah dianalisis,
komunitas itu tidak memiliki pangsa yang banyak.
Selama tujuh tahun, dari 15 Mei 2007 hingga Juni 2014, Pasar Santa
seolah tak berpenghuni alias sepi. Ia pun mempertimbangkan, vakumnya
pasar dari keriuhan harus bisa diatasi dengan cara apa pun. Dengan istilah
menjemput bola, ia pun mendapat respons baik dari komunitas kopi dan
piringan hitam. Alhamdulillah mereka mau masuk, dari yang mi, sampai
gaya Amerika dan Meksiko. Berurutan pada masuk.
Pada 25 Juli 2014, komunitas itu resmi bergabung di pasar yang
tidak jauh dari akses utama Jalan Wolter Monginsidi tersebut. Demi
43
melancarkan kegiatan pasar, ia pun banyak menjalin komunikasi dengan
semua pedagang di pasar.
Bersama komunitas ini, ia mencari solusi meramaikan pasar yang
kini berubah nama menjadi Santa Modern Market. Ia pun menerapkan biaya
sewa Rp 3 juta-Rp 3,5 juta per tahun di lantai satu. Dengan biaya cukup
murah, 350 kios pun resmi disewa. Meski semua kios sudah disewa,
peresmian lanjutan ini baru berlangsung pada Oktober 2014 sesuai dengan
kesepakatan bersama.
Kini teman-teman dari pegiat ekonomi kreatif untuk komunitas kopi
membuat Pasar Santa semakin sering dikunjungi muda-mudi. Namun, di
balik ramainya lantai 1, basement, dan lantai dasar, pengelola masih
menghadapi masalah karena sebagian kios masih kosong. Lebih kurang 200
kios tersisa di basement dan lantai dasar. Bambang pun menyatakan akan
mencari komunitas lain untuk mengisi kekosongan di Pasar Santa.
Persoalannya, pasar itu bukan berada di jalan protokol, melainkan di tengah
permukiman.
Gambar 3.7 Pasar Santa Kebayoran Jakarta Selatan
Sumber : https: //irenemarianisiho.files.wordpress.com/2014/08/santa.jpg?w=800
44
D. Analisis SWOT
SWOT Pasar Festival Nusukan Plaza Festival
Kuningan
Pasar Santa
Kebayoran
Strength 1. Merupakan Pasar
tradisional yang
masih aktif dan masih
menjadi alternatif
untuk belanja
2. Tempat yang
lumayan strategis
tidak jauh dari
terminal.
1. Memiliki tempat
yang luas sehingga
bisa menampung
lebih banyak
pelanggan
2. Tempat strategis di
tengah kota
3. Lebih modern dan
sudah terkenal
dimasyarakat.
1. Memiliki tempat
yang luas sehingga
bisa menampung
lebih banyak
pelanggan
2. Lokasi yang
strategis.
3. Merupakan tempat
nongkrong anak
muda
Weakness 1. Pengelolaan Pasar
yang kurang
maksimal.
1. Harga produk relatif
lebih mahal.
1. Harga produk relatif
lebih mahal.
Opportunity 1. Munculnya pesaing
pesaing baru karena
dikota besar.
1. Munculnya pesaing
pesaing baru.
1. Sudah memiliki
pengunjung tetap
2. Sudah memiliki
brand yang terkenal
3. Promosi gencar
Threat 1. Semakin
berkurangnya
kesadaran masyarakat
akan pentingnya
pasar tradisional.
2. Masih banyak
masayarakat yang
45
E. USP (Unique Selling Preposition)
Unique Selling Preposition secara umum dapat dijelaskan sebagai
perwujudan dari kelebihan produk dibandingkan produk sejenis yang
beredar pada masyarakat. Produk yang ditawarkan juga harus unggul atau
lebih baik dibandingkan dengan produk lain yang sejenis.
Salah satu keunikan atau ciri khas dari Pasar Festival Nusukan
adalah para konsumen akan dimanjakan dengan tempat yang nyaman dan
bersih dengan penataan tempat yang baik serta berbagai kegiatan festival
yang tentunya menjadikan pasar ini beda dengan pasar tradisional lainya.
F. Positioning
Menutut Kotler dan Armstrong (2006:250) positioning merupakan
aktivitas yang akan membedakan produk dan merek dari pesaing di benak
konsumen berdasarkan atribut atau manfaat yang ditawarkan oleh merek
atau produk tersebut.
Sedangkan menurut Keegan (2002:339), “Positioning adalah suatu
strategi komunikasi yang digunakan untuk menetapkan citra produk di
benak konsumen relatif terhadap citra produk yang ditawarkan oleh
pesaing dalam bentuk atribut atau manfaat produk”.
lebih memilih
berbelanja di pasar
modern.
46
Positioning sangat berkaitan erat dengan kompetisi antar produsen
yang berkecimpung dalam suatu bidang usaha yang sama dengan tindakan
untuk meneliti atau mengidentifikasi posisi pesaing dan memutuskan
untuk mencari kesempatan dalam pasar. Jika posisi perusahaan itu sendiri
dekat dengan pesaing lainnya, perusahaan itu harus menyeleksi dan
kemudian mencari perbedaan lebih lanjut melalui perbedaan-perbedaan
tersendiri.
Pasar Festival Nusukan didirikan untuk membranding pasar
tradisional yang biasa menjadi pasar yang berbeda dengan pasar
tradisional lainya. Sehingga Pasar Festival Nusukan menempatkan
posisinya sebagai pasar yang memiliki ciri khas tersendiri menarik
perhatian masyarakat untuk berbelanja disana.