bab iii kondisi lingkungan
DESCRIPTION
Kondisi Lingkungan Rencana KegiatanTRANSCRIPT
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-1
BAB III
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK
3.1. KOMPONEN FISIK KIMIA
1. Tipe Iklim
Tipe iklim di areal Koptam Rukun Sentosa sejenis dengan tipe iklim di
daerah Samboja dan sekitarnya yang dipengaruhi oleh iklim tropis basah.
Menurut klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson. Tipe iklim di daerah studi
termasuk dalam tipe iklim B (Basah) dengan nilai Q berkisar antara 0,143 Q < 0,333 dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1921,3 mm
(periode 20002009).
2. Curah Hujan
Berdasarkan hasil pencatatan curah hujan Stasiun Meteorologi dan Geofisika
(BMG) Bandara Sepinggan Balikpapan periode 2001-2009, diketahui bahwa
curah hujan rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Maret sebesar
236,9 mm, dikarenakan pada bulan tersebut frekuensi hari hujan dan volume
hujan sangat tinggi, sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi pada
bulan September sebesar 54,3 mm. Untuk lebih jelasnya mengenai data
curah hujan dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Jumlah Curah Hujan Bulanan (mm) periode 2001-2009 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya
Thn BULAN (MM) TOTAL
(MM) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2001 258 220 236 271 125 157 115 9 101 214 200 205 2.011,00
2002 171 165 274 170 149 177 80 - 46 84 - 214 1.530,00
2003 213 201 226 197 87 104 109 80 161 144 181 225 1.925,00
2004 235 229 164 166 195 173 154 13 53 65 131 272 1.750,00
2005 289 278 404 227 282 146 89 145 - 284 261 218 2.623,00
2006 304 266 211 166 133 274 35 35 19 14 187 205 1.846,00
2007 264 371 158 318 77 151 136 69 28 56 282 198 2.108,00
2008 129 160 217 322 93 243 93 142 56 178 239 114 1.986,00
2009 186 216 242 136 178 29 118 12 25 125 124 122 1.513,00
Rata-
rata 227,7 234 236,9 219,2 134,7 161,6 103,2 56,1 54,3 125,3 178,3 197,1 1921,3
Sumber : Stasiun BMG Balikpapan, 2010
.
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-2
Tabel 3.2. Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Periode 2001-2009 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya.
Tahun Hari Hujan (hari)
Jumlah
(hari)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2001 10 16 19 19 20 24 24 27 19 23 27 27 255
2002 27 25 13 19 21 25 17 24 18 22 24 24 259
2003 18 24 2 19 16 9 10 1 3 13 15 15 163
2004 4 2 1 6 18 17 23 26 22 24 20 28 191
2005 17 17 28 21 24 20 19 19 21 27 19 21 253
2006 21 21 21 24 21 26 18 21 24 24 21 18 260
2007 24 22 22 24 20 16 17 4 23 20 19 15 226
2008 16 14 22 19 18 20 10 6 10 11 24 17 187
2009 18 14 20 23 18 17 18 16 20 20 20 20 226
Rata-rata 17 16 18 19 20 19 16 15 16 19 21 20 218
Sumber : Stasiun BMG Balikpapan, 2010
3. Suhu Udara
Secara klimatis keadaan suhu/temperatur udara pada areal studi mempunyai
suhu bulanan berkisar antara 26,91 oC 27,83 oC. Keadaan suhu udara rata-
rata bulanan secara lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Temperatur Udara Rata-Rata Bulanan Periode 2000-2009 di
Wilayah Studi dan Sekitarnya
Tahun Temperatur Udara (oC)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2001 27.3 26.5 27.1 27.1 27.2 26.8 26.2 26.5 26.7 27.2 26.9 26.7
2002 26.0 26.3 27.6 27.3 27.1 26.7 26.6 26.3 26.9 26.7 27.4 27.1
2003 26.5 26.4 27.0 27.2 27.6 27.3 27.2 27.3 27.4 27.6 27.5 28.1
2004 28.8 29.8 29.8 30.3 28.9 27.6 27.3 27.1 27.7 27.6 27.4 26.8
2005 27.2 27.0 27.1 27.3 26.7 26.5 26.4 26.7 26.6 26.9 27.0 27.4
2006 26.8 26.6 26.9 26.9 27.2 26.4 26.5 26.5 26.9 27.0 27.6 26.6
2007 26.7 27.1 26.9 27.5 27.5 27.1 26.8 27.4 27.0 27.5 27.4 27.3
2008 27.5 27.5 27.1 27.7 27.6 27.2 27.2 27.3 27.4 27.9 27.6 27.8
2009 27.4 27.9 27.2 27.8 27.8 27.5 26.9 27.1 26.9 27.4 27.6 27.3
Jumlah 376.7 378.6 379.5 383.6 380.7 375.6 371.7 374.0 375.3 378.2 379.1 378.1
Rata-rata 26.9 27.0 27.1 27.4 27.2 26.8 26.5 26.7 26.8 27.0 27.1 27.0
Sumber : Stasiun BMG Balikpapan, 2010
4. Kelembaban Udara
Kelembaban nisbi (Relative Humidity) merupakan perbandingan antara
kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air.
Kelembapan nisbi (RH) akan semakin kecil bila suhu udara meningkat, dan
sebaliknya akan meningkat bila suhu udara menurun. Berdasarkan data
Stasiun Badan Metereologi dan Geofisika Bandara Sepinggan Balikpapan
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-3
kelembaban udara di lokasi studi selama periode 2001-2009, bahwa
kelembaban udara rata-rata bulannya berkisar antara 81,17 %-85,80%.
5. Intensitas Penyinaran Matahari
Intensitas penyinaran matahari menggambarkan tentang lamanya tingkat
penyinaran yang menerpa permukaan bumi dengan satuan persen (%) per
hari (dari pukul 08.0016.00). Intensitas matahari ini berkaitan erat dengan peristiwa evapotranspirasi dan evaporasi, karena dengan semakin tinggi
tingkat intensitas penyinaran matahari, maka laju evapotranspirasi dan
evaporasi akan semakin meningkat pula. Berdasarkan data Stasiun Badan
Metereologi dan Geofisika Bandara Sepinggan Balikpapan besaran
intensitas penyinaran matahari rata-rata perbulan adalah 38 %- 49 %.
6. .Arah dan Kecepatan Angin
Arah angin dilokasi studi berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun
Badan Metereologi dan Geofisika Sepinggan Balikpapan (2001-2009), pada
bulan Januari hingga April bertiup ke arah Timur Laut, pada bulan Mei
hingga Oktober angin bertiup ke arah Selatan, dan pada bulan Nopember
hingga Desember angin bertiup ke arah Barat. Data kecepatan angin rata-rata
bulanan di wilayah studi berkisar antara 5 7 knot.
7. Kualitas Udara Ambien
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan memperlihatkan bahwa kualitas
udara dan kebisingan di daerah studi berada pada kondisi baik yakni masih
dalam batas toleransi atau baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan yaitu
PP No. 41 Tahun 1999. Untuk parameter kualitas udara seperti debu, setelah
dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan dust collector yang
dipasang di dua titik sampel yaitu areal tambang Koptam Rukun Sentosa
dan pemukiman Kelurahan Amborawang Darat Kecamatan Samboja.
Hasil analisis secara gravimetri kandungan debu di dua titik pengamatan
berada dibawah ambang batas baku mutu lingkungan seperti tertera pada
Tabel berikut 3.4.
Demikian pula hasil pengukuran kebisingan di areal lingkungan kerja
dibawah baku mutu lingkungan untuk kebisingan di lingkungan kerja
berdasarkan SK Menteri Tenaga Kerja No.Kep-51/MEN/1999 yaitu 56,0 dB,
untuk kebisingan di areal mess karyawan juga berada di bawah baku mutu
lingkungan untuk kebisingan areal pemukiman berdasarkan SK. Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor. Kep-48/MENLH/1996, untuk lokasi
rencana pertambangan batubara yaitu 50,6 dB.
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-4
Tabel. 3.4. Hasil Pengukuran Kualitas Udara dan Kebisingan di Wilayah
Studi.
Parameter Baku Mutu Satuan Hasil Pengamatan
1 2
Suhu Udara - oC 32 32
Kelembaban - % 80 79
Kecapatan Angin rata-rata - m/s 3,4 2,7
Arah Angin - o 260 310
Kebisingan Sesaat - dB(A) 50,3 50,9
NO2 0,4 mg/Nm3 0,1637 0,1722
CO 30 mg/Nm3 1,7033 1,8464
Sulfur Dioksida (SO2) 0,9 mg/Nm3
0,0581 0,0785
Debu, TSP 0,23 mg/Nm3 0,0576 0,0636
Sumber : Laboratorium PPLH Universitas Mulawarman, Samarinda 2012.
8. Hidrologi
Sub DAS yang terdekat dari lokasi kegiatan penambangan berada sejauh 7
km di sebelah utara rencana kegiatan serta tidak terhubung langsung melalui
cabang anak sungai, sehingga diperkirakan kegiatan pertambangan Koptam
Rukun Sentosa tidak berdampak langsung terhadap kualitas air di badan air
permukaan. Oleh karenanya maka rona lingkungan hidup yang berkaitan
dengan parameter kualitas air sungai, pola aliran air dan debit air sungai dan
beban sedimentasi tidak di informasikan sebagai kondisi umum lokasi
rencana kegiatan.
Pengambilan sampel air untuk mengetahui kualitas air permukaan di daerah
studi dilakukan pada sumur penduduk untuk mengantisipasi kemungkinan
adanya dampak terhadap kualitas air. Baku mutu kualitas air mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001.
Hasil analisis kualitas air permukaan di sajikan pada Tabel berikut ini.
Tabel. 3.5. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Di Wilayah Studi
No Parameter Satuan Baku
Mutu*)
Lokasi
Pengamatan 1 2
A. Fisika
1 Suhu 0C Deviasi 3 2 TSS mg/l 50 3 TDS mg/l 1000 5 Salinitas - 4 Konduktifitas S/cm - 6 Kekeruhan NTU - 7 Warna Pt-Co - 8 Bau - - 9 Rasa - -
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-5
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Terpadu F-MIPA Unmul, 2012.
* Baku Mutu Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001Tanggal 14 Desember 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas IV
9. Ruang, Lahan dan Tanah
a. Tata Ruang Wilayah
Lokasi rencana pertambangan batubara Koptam Rukun Sentosa secara
administratif berada di wilayah Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai
Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kalimantan Timur, areal rencana
pertambangan termasuk ke dalam Kawasan Budidaya Non Kehutanan
(KBNK). dan Kawasan Lindung (Tahura Bukit Suharto).
b. Tanah
Kondisi tanah wilayah studi umumnya berwarna coklat kehitaman
tersusun oleh material lepas berukuran pasir-lempung pasir dengan
ketebalan bervariasi antara 0,5 5,0 meter
B. Kimia
10 pH - 6-9 11 Oksigen Terlarut (DO) mg/l 4 12 Kebutuhan Oksigen Biologi
(BOD) mg/l
3
13 Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)
mg/l 25
14 Klorida (Cl-) mg/l - 15 Kalsium (Ca) mg/l - 16 Magnesium (Mg) mg/l - 17 Nitrit (NO2-N) mg/l 0,06 18 Nitrat (NO3-N) mg/l 10 19 Ammonia (NH3-N) mg/l - 20 Sulfat (SO4
2-) mg/l -
21 Fosfat Total (PO4-P) mg/l 0,2 22 Flourida mg/l 1,5 23 Minyak & Lemak mg/l 1 24 Besi (Fe) mg/l - 25 Mangan (Mn) mg/l - 26 Timbal (Pb) mg/l 0,03 27 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 28 Seng (Zn) mg/l 0,05 29 Tembaga (Cu) mg/l 0,02 30 Arsen (As) mg/l 1 31 Air Raksa mg/l 0,002 32 Phenol mg/l 0,001
C. BIOLOGI 33 Total Coli MPN 5.000 34 E. Coli MPN 1.000
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-6
1) Sifat Fisik Tanah
Dari hasil analisa fisika tanah terhadap contoh tanah yang diambil
dari areal rencana pertambangan batubara Koptam Rukun Sentosa
dapat diketahui bahwa fraksi butiran tanah yang mendominasi tekstur
tanah adalah fraksi pasir yaitu sebesar 9,50 % hingga 20,70 %,
Fraksi debu 18,80 % hingga 56,20 % dan fraksi liat berkisar 34,30 %
hingga 60,50 %. Tekstur tanah dari areal studi termasuk dalam kelas
tekstur liat berpasir (silt clay) hingga lempung berpasir (silt loam).
Hasil analisa tekstur tanah dari areal studi disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.6. Analisa Tekstur Tanah di Wilayah Studi
Sampel Kedalaman
(cm)
Pasir
(%)
Debu
(%)
Liat
(%) Tekstur
P1 0-30 9,50 56,20 34,30 SC
30-60 20,70 18,80 60,50 SL Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.
2) Sifat Kimia Tanah
pH Tanah
pH tanah menunjukan perimbangan konsentrasi kation hidrogen
(H+) dan anion hidroksida (OH
-) dalam tanah. Tanah yang tinggi
kandungan kation H+ maka dikatagorikan sebagai tanah masam.
Sedangkan tanah yang tinggi kandungan anion OH-, maka
dikatagorikan sebagai tanah basa. Tanah dengan pH < 5,5 atau > 7,
unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, Na, dan S) dan mikro (Cu, Zn,
Mn, B, Fe. dll.) tidak tersedia secara optimal, karena sebagian unsur
hara ada yang mengalami fiksasi (terikat).
Mengingat pH tanah ini sangat besar peranannya dalam menentukan
status kesuburan tanah, maka dalam kaitannya dengan studi ini
bahwa pH tanah di daerah studi termasuk dalam katagori masam
(Tabel 3.6). Rendahnya nilai pH ini dapat diperbaiki melalui
pemberian bahan organik dan pengapuran.
Tabel 3. 7. pH Tanah di Wilayah Studi
No. Sampel
pH Tanah
Nilai Status
0-30 cm 30-60 cm
1 P1 4,60 4,57 Masam Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation merupakan gambaran umum mengenai
kemampuan misel tanah dalam mempertukarkan kation dalam tanah,
baik kation basa maupun kation asam. Tanah yang mempunyai KTK
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-7
tinggi berarti tanah tersebut mempunyai kemampuan dalam
mempertahankan terjadinya pencucian unsur hara. Sedangkan
apabila KTK tanahnya rendah maka akan bersifat sebaliknya.
Seperti halnya tanah di daerah studi memperlihatkan bahwa KTK
tanahnya termasuk dalam katagori rendah (Tabel 3.7).
Tabel 3. 8. KTK Tanah di Wilayah Studi
No. Sampel
Kapasitas Tukar Kation (me/100gr)
Nilai Status
0-30 cm 30-60 cm
1 P1 8,12 6,87 Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.
Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan Basa menggambarkan tentang tinggi rendahnya jumlah
kation yang terdapat pada kompleks pertukaran. Kejenuhan Basa
yang tinggi menggambarkan bahwa tanah tersebut didominasi oleh
kation-kation yang bersifat basa. Sedangkan kejenuhan basa rendah
sebaliknya.
Berkenaan dengan hal tersebut dalam kaitannya dengan kondisi
kejenuhan basa di daerah studi memperlihatkan bahwa kejenuhan
basanya termasuk dalam katagori rendah (Tabel 3.8).
Tabel 3. 9. Kejenuhan Basa (KB) di Wilayah Studi
No. Sampel
Kejenuhan Basa (KB) (%)
Nilai Status
0-30 cm 30-60 cm
1 P1 8,12 6,87 Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.
Bahan Organik (Carbon Organik)
Bahan organik merupakan bahan-bahan yang berasal dari sisa-sisa
pelapukan jasad hidup baik hewan maupun tumbuhan yang terdapat
pada penampang tanah. Dalam tanah bahan organik ini sangat
berperan dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Karena tanah yang banyak mengandung bahan organik, struktur
tanahnya gembur, mudah diolah, tata udara dan tata air tanah berada
dalam kondisi seimbang dan dapat mengurangi terjadinya erosi.
Selain itu bahan organik dapat menyediakan unsur hara secara
bertahap dan mampu meningkatkan aktivitas mikroorganisme dalam
tanah. Sifat fisik lain dari bahan organik tersebut adalah mempunyai
kemampuan menekan kelarutan bahan meracun dan berfungsi pula
sebagai stimulasi perubahan ekstrim suhu tanah.
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-8
Dari hasil analisa beberapa sampel tanah dari areal studi
memperlihatkan bahwa kandungan bahan organik tanah termasuk
dalam katagori rendah (Tabel 3.9).
Tabel 3.10. Bahan Organik di Wilayah Studi
No. Sampel
Bahan Organik (%)
Nilai Status
0-30 cm 30-60 cm
1 P1 0,11 0,13 Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.
Nitrogen, Fosfor, dan Kalium
Unsur hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar adalah nitrogen, fosfor dan kalium. Ketiga unsur ini merupakan
pendukung utama dalam mempengaruhi tinggi rendahnya produksi
tanaman. Apabila salah satu dari ketiga unsur hara ini berada pada
kondisi minimal, maka akan menjadi faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman.
Dalam tubuh tanaman unsur hara nitrogen berfungsi untuk
mendukung pertumbuhan vegetatif, kemudian fosfor untuk
mendukung pertumbuhan generatif, sedangkan kalium lebih dominan
untuk mendukung penguatan perakaran tanaman dan pencegahan
terhadap serangan hama dan penyakit serta meningkatkan kandungan
pati dalam buah. Berdasarkan hasil analisis contoh tanah pada
wilayah studi, memperlihatkan bahwa kandungan Nitrogen dan
Fosfor dan Kalium di daerah studi termasuk dalam katagori Sangat
Rendah sampai Rendah.
Tabel 3.11. Kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium di
Wilayah Studi.
Kedalaman (cm) Status
Sample Parameter 0-30 30-60
P1 Nitrogen (%) 0,05 0,05 Rendah
Fosfor (ppm) 0,30 0,35 S.Rendah
Kalium (ppm) 0,19 0,16 S.Rendah Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.
Kejenuhan Aluminium (Al)
Tinggi rendahnya kemasaman tanah potensial ditunjukkan dengan
tingkat kelarutan ion Al di dalam tanah. Kejenuhan Al merupakan
indikator dalam menentukan potensi kemasaman suatu tanah.
Kejenuhan Al tinggi maka tanah tersebut akan berpotensi besar untuk
memiliki pH rendah, karena pada proses disosiasi keberadaan Al
yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya sumbangan kelarutan
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-9
ion H+ sebagai penyebab utama meningkatnya kemasaman tanah.
Kejenuhan Al yang tinggi di dalam tanah juga dapat menjadi racun
bagi tanaman, sehingga umumnya pada tanah-tanah yang memiliki
kejenuhan Al tinggi, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Berdasarkan hasil analisis contoh tanah lokasi studi, memperlihatkan
bahwa kejenuhan Al tanahnya termasuk dalam katagori Tinggi
(Tabel 3.12).
Tabel 3. 12. Kejenuhan Al di Wilayah Studi
No. Sampel
Kejenuhan Al (%)
Nilai Status
0-30 cm 30-60 cm
1 P1 68,44 53,35 Tinggi Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PPHT Unmul, 2011.
3) Erosi Tanah
Erosi tanah dipengaruhi oleh faktor iklim (jumlah dan intensitas
hujan), faktor tanah (erodibilitas tanah yang dipengaruhi oleh sifat
fisik tanah), panjang dan kemiringan lereng serta pengelolaan tanah
dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Kehidupan perairan dapat
terganggu oleh adanya erosi, yang selain membawa butiran tanah
juga dapat meningkatkan kekeruhan serta membawa unsur-unsur
yang membahayakan biota perairan. Selain itu di lokasi terjadinya
erosi akan menyebabkan kemerosotan kesuburan tanah yang
ditimbulkan oleh terangkatnya lapisan permukaan tanah yang relatif
subur. Hasil perhitungan tingkat bahaya erosi pada rona lingkungan
hidup awal secara rinci dapat dihitung berdasarkan rumus :
A = R. K. LS. C. P
Dimana :
A = Nilai duga besarnya erosi tanah (ton/ha/th)
R = Indeks erosivitas hujan
K = Indeks erodibilitas tanah
L = Indeks panjang
S = dan kemiringan lereng
CP = Indeks vegetasi dan konservasi tanah
Rata-rata curah hujan yang mewakili wilayah studi serta nilai hasil
perhitungan nilai indeks erosivitas hujan (R), Indeks erodibilitas
tanah (K) dihitung berdasarkan perbandingan fraksi tanah (pasir
kasar dan pasir halus), kadar bahan organik, kode struktur dan
permeabilitas tanah, yang selanjutnya dianalisis dengan nomograf.
Nilai indeks kelerengan L dan S di wilayah ini ditentukan melalui
hasil pengamatan lapangan dan didukung peta topografi. Nilai CP
ditentukan berdasarkan pada peta penggunaan lahan dan didukung
oleh hasil pengamatan lapangan. Berdasarkan tingkat bahaya erosi
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-10
(TBE) tanah pada areal tapak proyek tergolong sangat ringan yaitu
sebesar 9,54 ton/Ha/Thn.
3.2. KOMPONEN BIOLOGI
1. Flora Darat
Secara makro kondisi vegetasi di wilayah studi rencana pertambangan batubara
Koptam Rukun Sentosa merupakan kawasan budidaya non kehutanan dan
budidaya kehutanan yang didominasi jenis tanaman hortikultura dan perkebunan
seperti jambu-jambuan, bambu (Bambusa sp) dan Tanaman Karet (Hibiscus,
sp).
Sedangkan tumbuhan bawah berupa pakis (Acrosticum sp), Karamunting
(Melastoma sp), Rumput (Paspalus conjugatum), Predang (Cyperus sp).
Tanaman yang dibudidayakan berupa Durian (Durio zibethinus), Pisang (Musa
sp), Kelapa (Cocos nucifera), Nangka (Arthocarpus sp) dan Rambutan
(Nephelium sp).
2. Satwa Liar
Hutan tropis Kalimantan adalah sangat kaya akan keanekaragaman jenis satwa
liar, dari mulai kelompok Arthropoda/serangga sampai kepada mammalia besar
dan banyak jenis burung. Jenis-jenis ini menempati tempat hidup yang sangat
spesifik di dalam hutan tropis yang menyebar baik secara horisontal maupun
vertikal. Habitat diterjemahkan sebagai tempat hidup dimana satwa liar dapat
tumbuh dan berkembang sedemikian rupa tanpa adanya gangguan yang berarti.
Ada beberapa definisi tentang habitat, tapi pada prinsipnya memberikan kesan
kepentingan bahwa habitat harus memiliki tiga unsur pokok, yaitu ketersediaan
makanan, air dan tempat untuk berkembang-biak.
Berdasarkan hasil survei dan informasi masyarakat di wilayah studi relative
miskin akan satwa liar. Hanya jenis insekta yang masih hidup seperti kupu-
kupu, jangkrik, kumbang, lebah, belalang.
Sedangkan jenis aves yang masih terlihat adalah pipit, Punai, Cerucuk dan
Burung Madu.
Jenis Reptilia kerap ditemui adalah ulah sawah, Biawak dan Kadal, sedangkan
jenis mamalia berupa landak, babi hutan, tupai, monyet dan tikus.
Selain itu kondisi vegetasi di wilayah studi kurang mendukung untuk kehidupan
satwa liar, karena keberadaan fauna pada suatu daerah ditentukan oleh kondisi
vegetasi yang merupakan habitatnya, baik sebagai tempat untuk mencari makan,
berlindung dan berkembang biak.
3.3. KOMPONEN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA DAN KESEHATAN
MASYARAKAT
Pertambangan batubara Koptam Rukun Sentosa secara ekologis akan berdampak
langsung terhadap kondisi lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan
masyarakat di lokasi studi, baik positif maupun negatif. Dampak positif perlu
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-11
ditumbuh kembangkan dalam rangka percepatan pembangunan dan pengembangan
daerah yang bersangkutan. Sedangkan dampak negatif sedapat mungkin
diminimalisir agar tidak merugikan berbagai pihak, terutama lingkungan sebagai
media. Dengan kata lain agar kedua dampak tersebut dapat berimplikasi positif bagi
semua pihak terkait serta semua aspek kehidupan maka pertambangan Batubara
Koptam Rukun Sentosa ini harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga fungsi
dan daya dukung lingkungan setelahnya dapat tetap difungsikan sesuai dengan
peruntukan selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan dampak-dampak terhadap komponen sosekbudkesmas
yang akan terjadi, maka dalam studi ini akan dikaji rona awal komponen sosial,
ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dalam rangka memudahkan dalam
menganalisis perubahan sosial, ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dimasa
yang akan datang. Adapun uraian mengenai kondisi tersebut dapat dilihat berikut
ini.
1. Demografi
Lokasi pertambangan batubara Koptam Rukun Sentosa meliputi daerah seluas
85,84 Ha. Secara administratif lokasi studi terletak pada Kelurahan
Amborawang Darat Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara.
Jumlah maupun pertumbuhan penduduk di suatu daerah merupakan faktor
penting dan menjadi patokan dalam memprediksi banyak hal termasuk
diantaranya adalah ketersediaan tenaga kerja dalam kaitannya dengan
percepatan pembangunan yang dilaksanakannya dan jumlah pekerja dalam
kaitannya dengan tingkat kesejahteraan. Berdasarkan data Monografi Kelurahan
Amborawang Darat tahun 2009, jumlah penduduk Kelurahan Amborawang
Darat berjumlah 5.247 jiwa. Berdasarkan tingkat kepadatannya dapat
disimpulkan bahwa Kelurahan Amborawang Darat termasuk dalam kategori
tidak padat karena tiap Km2
nya dihuni oleh 110,46 jiwa. Gambaran keadaan
penduduk dapat dilihat pada uraian tabel berikut.
Tabel 3.13. Keadaan Penduduk di Lokasi Studi
Lokasi
Kelurahan
Jumlah Penduduk
(jiwa) Total
(jiwa)
Jumlah
KK LK PR
Amborawang Darat 1.729 1.518 3.247 624
Sumber : Monografi Kelurahan Amborawang Darat , 2010
Keterangan : LK (laki-laki) PR (perempuan)
Berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui dominasi penduduk laki-laki terhadap
penduduk perempuan dan sebaliknya. Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa
di Kelurahan Amborawang Darat sex ratio bernilai banyak penduduk laki-laki
(telah bekerja), diasumsikan tingkat pendapatan juga akan semakin meningkat.
Hal tersebut berarti bahwa terdapat 1.729 penduduk laki-laki dalam tiap 1.518
penduduk perempuan. Umumnya penduduk laki-laki merupakan pekerja. Oleh
karena itu semakin banyaknya penduduk laki-laki maka jumlah pekerja yang
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-12
berada di lokasi studi cukup memadai dan ekonomi masyarakat dapat
meningkat.
2. Struktur Penduduk Berdasarkan Agama
Kehidupan beragama di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 29 serta sila
pertama pada Pancasila. Kehidupan beragama harus senantiasa dibina dalam
rangka menciptakan kehidupan masyarakat yang serasi, selaras dan seimbang,
sehingga diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan sosial sebagai
dampak globalisasi dewasa ini. Dari data monografi diketahui bahwa Kelurahan
Amborawang Darat didominasi oleh pemeluk agama islam, dengan jumlah
pemeluk 4.307 orang atau sekitar 82,09 % dari total jumlah penduduk yang
berada di Kelurahan Amborawang Darat .
Tabel 3.14. Penduduk Berdasarkan Agama
Agama Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Islam 3.167 97,53
Kristen 80 2,47
Hindu 0 0
Budha 0 0
Jumlah 5247 100 Sumber : Monografi Kelurahan Amborawang Darat , 2010
3. Aksesibilitas
Kelurahan Amborawang Darat merupakan Kelurahan yang terdapat di antara
Kecamatan Samboja dan Kota Balikpapan. Lokasinya yang demikian
menjadikan kelurahan ini dapat diakses melalui darat..
4. Perekonomian
Secara umum daerah studi memiliki letak yang cukup strategis karena
berdekatan dengan perusahaan-perusahaan seperti PT Alam Jaya Persada dan
PT Kutai Inti Utama serta wilayahnya yang juga berada dekat dengan jalan
poros Samarinda-Balikpapan. Kondisi tersebut memberikan kontribusi yang
cukup besar dalam mendukung interaksi daerah studi. Hal ini tentunya akan
berimplikasi positif terhadap pertumbuhan perekonomian makro dan mikro
daerah studi melalui berbagai bidang misalnya jasa dan perdagangan.
Sebagai daerah yang sedang berkembang, keberadaan usaha masyarakat seperti
pertanian, perkebunan dan jasa transportasi sangat penting dalam mendorong
laju pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan. Selain itu sektor lain
yang mulai berkembang adalah sektor swasta. Diprakirakan laju pertumbuhan
sektor-sektor tersebut akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
kualitas SDM, keterbukaan dan interaksi Kelurahan Amborawang Darat
terhadap daerah lainnya.
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-13
5. Tingkat Pendapatan
Salah satu indikator tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari seberapa besar
kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar
tingkat pendapatan, secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan
penduduk tersebut semakin meningkat. Berikut hasil rekapitulasi tingkat
pendapatan responden.
Tabel 3.15. Tingkat Pendapatan Responden
Kelompok Pendapatan
(Rp)
Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
< Rp 500.000,- 0 0
Rp 500.000,- dan < Rp 1.000.000,- 3 13,64
> Rp 1.000.000,- dan < Rp 2.000.000,- 9 40,91
> Rp 2.000.000,- 10 45,45
Jumlah 22 100 Sumber : Data Primer, 2011
Dari data di atas, diketahui bahwa responden dengan tingkat pendapatan > Rp
2.000.000,- merupakan yang paling banyak yakni mencapai 45,45% dari
keseluruhan responden, kelompok ini pada umumnya merupakan penduduk
yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan perusahaan.
Kelompok responden dengan tingkat pendapatan > Rp 1.000.000,- dan < Rp
2.000.000,- merupakan tertinggi ke dua setelah responden yang bermata
pencaharian sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan karyawan perusahaan
dengan persentase sebesar 40,91%. Responden yang masuk dalam kelompok ini
antara lain pedagang/warungan, nelayan dan petani sedangkan kelompok
responden yang berpendapatan Rp 500.000,- dan < Rp 1.000.000,- adalah
penduduk yang bermata pencaharian pada bidang jasa. Tingginya pendapatan
warga sekitar tidak terlepas dari usaha dan kerja keras panduduk sekitar yang
sebagian besar memiliki pekerjaan sampingan.
6. Sarana Umum
Sarana umum merupakan sarana yang dapat digunakan oleh setiap penduduk.
Dengan sarana ini penduduk dapat berolah raga, rapat dan menggelar acara
kesenian sehingga kedekatan antar warga terjalin harmonis. Saat ini sarana
umum yang tersedia di lokasi studi dapat dikatakan cukup memadai. Untuk
kantor BPD, LPM dan gedung PKK masih satu lokasi dengan kantor kelurahan.
Berikut ini data sarana umum yang terdapat di lokasi studi.
Tabel 3.16. Sarana Umum
No. Jenis Sarana Jumlah (unit)
1. Lapangan Sepak Bola 1
2. Lapangan Bola Volly 4
3. Lapangan Bulu Tangkis 1
4. Kantor Desa/Kelurahan 1
5. Balai Desa/Balai Pertemuan 1
6. Kantor LPM 1
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-14
Sumber : Monografi Kelurahan Amborawang Darat , 2010
7. Proses Sosial
a. Proses Asosiatif
Proses sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu
dengan individu, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok
dengan kelompok, berdasarkan potensi dan kekuasaan masing-masing. Proses
sosial atau hubungan timbal balik dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu
kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertikaian atau
pertentangan (conflict) dan akomodasi (acomodation).
Lokasi studi dihuni oleh penduduk yang terdiri dari suku dan agama yang
berbeda-beda namun diantara mereka telah terjalin interaksi yang harmonis.
Sesuai dengan hasil analisis studi lapangan dimana diketahui (68,18 %)
responden menyatakan telah tinggal di lokasi studi lebih dari 5 tahun dengan
lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan karena selain dekat dengan
tempat kerja, hubungan antar tetangga terjalin dengan baik juga dekat dengan
keluarga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses sosial tersebut
sudah berlangsung cukup lama sehingga proses kerjasama dan tolong
menolong mewarnai hubungan sosial penduduk.
Kondisi tersebut didukung oleh seringnya mereka mengadakan kegiatan
bersama-sama seperti kerja bakti membersihkan lingkungan, membangun dan
memperbaiki fasilitas umum serta perhelatan kematian.
b. Proses Disosiatif
Munculnya permasalahan sosiologis (sosiological problem) akibat kurangnya
komunikasi antara penduduk setempat dengan pendatang atau adanya
permasalahan yang mendasar perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan
dampak negatif dalam jangka panjang.
Berdasarkan hasil studi lapangan diketahui menurut responden cara
penyelesaian yang terbaik bila terjadi konflik antara masyarakat dengan
pemrakarsa, masyarakat memilih musyawarah secara kekeluargaan dan damai
untuk mencapai mufakat atau melibatkan pemerintah Kelurahan dan atau
kecamatan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Gangguan keamanan di lokasi studi selama kurun waktu satu tahun terakhir
relatif sangat kecil. Apabila terjadi perselisihan, pada umumnya dapat
diselesaikan dengan baik secara kekeluargaan.
c. Pranata Sosial/Lembaga Kemasyarakatan
Dalam bidang pemerintahan kegiatan kemasyarakatan yang tumbuh
mendukung kegiatan pemerintahan adalah BPD, LPM, PKK dan karang
taruna.
7. Kantor BPD 1
8. Gedung PKK 1
9. Pos Kamling 18
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-15
8. Persepsi Masyarakat Atas Pertambangan Batubara Koptam Rukun Sentosa
Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diketahui bahwa sebagian
responden mengetahui akan dilaksanakannya kegiatan Pertambangan Batubara
(65,71%) sedangkan sisanya mengaku tidak mengetahui akan adanya rencana
kegiatan tersebut di daerah mereka (34,29%). Mereka baru mengetahui hal itu
pada saat pengisian kuisioner. Sebagian responden (77,14%) menyatakan setuju
dengan rencana tersebut, adapun sisanya (22,86%) menyerahkannya kepada
pemerintah saja, karena menganggap hal ini merupakan program pemerintah dan
menganggap hal tersebut sebagai bentuk dukungan terhadap pembangunan
daerah selain itu juga Alasan ketidak setujuan responden terhadap rencana
Pertambangan Batubara Koptam Rukun Sentosa dan sikap responden yang
ragu-ragu dengan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah adalah karena
warga takut akan menimbulkan dampak lingkungan yang negatif akan
mengganggu kenyaman Karena bising dan lingkungan sekitar akan menjadi
tercemar.
9. Kesehatan Masyarakat
Kesehatan merupakan kebutuhan pokok sekaligus modal bagi setiap individu.
Kesehatan merupakan kebutuhan yang dalam waktu segera harus dipenuhi. Selain
itu, sehat sebagai modal mempunyai arti dengan kesehatan individu dapat
melakukan aktifitas sehingga individu dapat hidup produktif baik secara ekonomi
maupun sosial. Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal harus
didukung beberapa aspek diantaranya adalah tersedianya sarana dan prasarana
kesehatan, kondisi lingkungan tempat tinggal dan pola makan.
Menurut teori H.L. Blum, faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan
masyarakat diantaranya adalah lingkungan fisik yang meliputi sumber air bersih,
tempat berhajat besar, kondisi rumah, lokasi pembuangan dan pengolahan sampah.
a. Sumber Air Bersih
Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi setiap penduduk. Air yang
dimanfaatkan oleh penduduk hendaknya yang memenuhi syarat kesehatan
sehingga dapat mendukung tercapainya derajat kesehatan yang optimal.
Keadaan rumah tangga menurut sumber air bersih masyarakat dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3.17. Sumber Air Bersih Untuk Keperluan Memasak dan Minum
Sumber Air Jumlah
(jiwa)
Persentase
(%)
Sumur gali 5 22,73
Sumur Bor 3 13,64
Air isi ulang (gallon) 13 59,09
PAM / Ledeng 0 0
Tadah Air Hujan 1 4,54
Jumlah 22 100
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-16
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sumber air untuk kebutuhan memasak
dan minum responden di lokasi studi menggunakan air tadah hujan, air sumur
baik sumur bor maupun sumur gali serta air isi ulang (gallon) yang pada
prinsipnya kondisi air yang digunakan masih baik (layak konsumsi). Hal
tersebut diketahui dari ciri fisiknya yakni jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Untuk kebutuhan lainnya yakni mandi, cuci dan kakus responden memanfaatkan
air sumur baik sumur bor maupun sumur gali dan sebagian lagi menggunakan
air tadah hujan.
Tabel 3.18. Sumber Air Bersih Untuk Keperluan MCK
Sumber Air Jumlah
(KK)
Persentase
(%)
Sumur gali 10 45,45
Sumur Bor 5 22,73
Mata air terlindung 0 0
Hidrant Umum 0 0
PAM / Ledeng 0 0
Tadah Air Hujan 7 31,82
Jumlah 22 100 Sumber : Data Primer, 2011
b. Tempat Buang Air
Salah satu kebutuhan sehari-hari manusia adalah membuang hajat/buang air.
Oleh karena itu, sarana tempat buang air juga menjadi kebutuhan pokok. Sekret
manusia merupakan limbah yang banyak mengandung mikro-organisme patogen
sehingga harus dikelola dengan baik agar tidak menyebarkan penyakit.
Gambaran tentang sarana buang hajat responden dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.19. Tempat Buang Berhajat
Jenis Jumlah
(KK)
Persentase
(%)
WC di dalam rumah 13 59,09
WC di luar rumah 9 40,91
Sembarang tempat 0 0
WC umum 0 0
Jumlah 22 100 Sumber : Data Primer, 2010
c. Tempat Pembuangan dan Pengolahan Sampah
Aktifitas rumah tangga sehari-hari menghasilkan sisa buangan berupa limbah
domestik (sampah). Sampah hendaknya dikelola dengan baik dan di
kelompokkan menurut jenisnya. Sampah rumah tangga dikelompokkan menjadi
organik dan anorganik karena sampah organik lebih mudah terurai sedangkan
sampah anorganik tidak mudah terurai namun dapat dimanfaatkan kembali
melalui proses daur ulang. Sampah harus dikelola dengan baik agar sampah
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-17
tidak menjadi agent penularan penyakit, selain itu juga tidak menjadi tempat
bersarangnya insekta dan rodensia. Karena kelompok tersebut bisa menjadi
agent penyakit. Apabila sampah telah dikelola dengan baik, maka akan
mendukung tercapainya kondisi lingkungan yang sehat. Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden diketahui bahwa kebiasaan responden dalam
membuang sampah berbeda-beda dan yang terbanyak adalah (59,09%)
responden yang membuang sampahnya di sembarang tempat, hal ini
menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat setempat dalam
menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Berdasarkan wawancara lebih lanjut
terhadap responden yang membuang sampahnya di sembarang tempat pada
umumnya tidak dikelola dengan baik. Berikut data selengkapnya
Tabel 3.20. Tempat Pembuangan Sampah
Lokasi Jumlah
(KK)
Persentase
(%)
Tong/Bak sampah 0 0
Lubang sampah 0 0
Sembarang tempat 13 59,09
Sungai/kali 9 40,91
Jumlah 22 100 Sumber : Data Primer, 2011
10. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu derajat
kesehatan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai akan berdampak positif terhadap tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal karena semakin banyak sarana dan prasarana, berarti
semakin mudah dan cepat dijangkau oleh masyarakat dan biaya yang
dikeluarkan relatif lebih murah. Sarana dan prasarana kesehatan yang mudah
dijangkau memungkinkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat dapat
lebih cepat teratasi. Saat ini prasarana pelayanan kesehatan yang tersedia di
lokasi studi cukup memadai hal ini dikarenakan pada Kelurahan Amborawang
Darat memiliki 1 (unit), 6 (unit) puskesmas pembantu, 24 (unit) posyandu, 6
(unit) puskesmas pembantu, 1 (unit) praktek dokter dan 1 (unit) ambulance.
Berikut disajikan jenis sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di lokasi
studi.
Tabel 3.21. Sarana dan Prasarana Kesehatan
No Sarana dan Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit)
1. Rumah Sakit
2. Posyandu
3. Klinik
4. Puskesmas
5. Puskesmas Pembantu
6. Praktek Dokter
7. Ambulance Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-18
Tersedianya sarana dan prasarana kesehatan di tengah-tengah masyarakat harus
didukung dengan ketersediaan tenaga kesehatan. Berdasarkan perbandingan
jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang ada yakni ..... Dapat
disimpulkan bahwa tenaga kesehatan yang ada masih kurang. Hal ini tentunya
akan berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan yang diberikan.
Selengkapnya data tenaga kesehatan yang tersedia di lokasi studi dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.22. Tenaga Kesehatan di Lokasi Studi
No Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)
1. Dokter
2. Perawat
3. Bidan
4. Mantri Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012
11. Status Gizi Masyarakat
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang
tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan
fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas atau balita, bersifat
irreversible (tidak dapat pulih). Kurang gizi pada balita dapat berdampak
terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Anak kelihatan pendek, kurus
dibandingkan teman-temannya sebaya yang lebih sehat. Ketika memasuki usia
sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu.
Berdasarkan standar acuan status gizi balita kelurahan Amborawang Darat yaitu
Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan
(BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Maka status gizi balita di
Kelurahan Amborawang Darat Kecamatan Samboja dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.23. Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan/Umur (BB/U)
No Status Gizi
(BB/U)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1 Gizi Buruk
2 Gizi Kurang
3 Kurang Gizi
4 Gizi Baik
Jumlah Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa gambaran status gizi berdasarkan
indeks Berat Badan/Umur (BB/U) menurut data Puskesmas Pembantu
Kelurahan Amborawang Darat tahun 2011, untuk prevalensi balita gizi buruk
sebanyak ..... orang dan prevalensi balita gizi kurang sebanyak ...... orang.
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-19
12. Penyakit yang Diderita Masyarakat
Status kesehatan masyarakat diantaranya dapat dinilai dari penyakit yang sering
diderita oleh masyarakat. Penyakit yang diderita dipengaruhi oleh banyak faktor
yang ada di sekitar masyarakat. Dari data Puskesmas Pembantu Kelurahan
Amborawang Darat tahun 2012 diketahui bahwa penduduk lebih sering
menderita penyakit ................................ sekunder dan lain-lain. Berikut data
lengkapnya.
Tabel 3.24. Data 10 Besar Penyakit di Lokasi Studi
No. Jenis Penyakit Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012
Berdasarkan wawancara penyakit yang biasa diderita oleh responden adalah
Influenza, Diare, Penyakit Kulit dan Magh. Penyakit tersebut muncul
diperkirakan akibat kondisi lingkungan, cuaca, kebiasaan masyarakat yang tidak
sehat dan rumah penduduk. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah rumah
penduduk yang tidak sehat hingga mencapai 79,09 % dari jumlah seluruh rumah
penduduk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.25. Kondisi Rumah Penduduk
No Kondisi Rumah Jumlah
(unit)
Persentase
(%)
1 Rumah Sehat
2 Rumah Tidak Sehat
Jumlah Sumber : Puskesmas Kelurahan Amborawang Darat , 2012
-
KEADAAN UMUM LOKASI RENCANA PROYEK III-20
PETA 3.2. PETA PENGAMBILAN SAMPEL