bab iii metode penelitian 3.1 jenis dan desain...

15
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Mix-method. Penelitian Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu saja. Menurut Creswell (2014) Mixed Methods Research adalah suatu desain penelitian yang didasari asumsi filosofis sebagaimana metoda inkuiri. Mixed methods research juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian. Sebagai sebuah metoda, mixed methods research berfokus pada pengumpulan dan analisis data serta memadukan antara data kuantitatif dan data kualitatif baik dalam single study (penelitian tunggal) maupun series study (penelitian berseri). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan pre- eksperimen yaitu one group pretest-posttest design. Varibel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada materi listrik dinamis. Sedangakan model pembelajaran yang digunakan adalah model PBL dan PjBL yang diintegrasikan kedalam pendekatan STEM merupakan variabel bebas. Oleh karena itu, subjek penelitian yang digunakan hanya satu kelompok tanpa kelompok pembanding. Rancangan one group pretest-posttest dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Rancangan One Group Pretest-Posttest Pretest Treatment Posttest O X O (Fraenkel, Wallen, dan Hyun, 2011) Keterangan: O = pretest-posttest untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah X = pembelajaran dengan menggunakan integrasi model PBL dan PjBL dalam pembelajaran berbasis STEM

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Desain Penelitian

    Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Mix-method. Penelitian Mixed

    method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah

    penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua

    alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Sedangkan

    kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu

    saja. Menurut Creswell (2014) Mixed Methods Research adalah suatu desain

    penelitian yang didasari asumsi filosofis sebagaimana metoda inkuiri. Mixed

    methods research juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan

    asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara

    pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif

    dan kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian. Sebagai sebuah metoda,

    mixed methods research berfokus pada pengumpulan dan analisis data serta

    memadukan antara data kuantitatif dan data kualitatif baik dalam single study

    (penelitian tunggal) maupun series study (penelitian berseri).

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan pre-

    eksperimen yaitu one group pretest-posttest design. Varibel terikat dalam

    penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada materi

    listrik dinamis. Sedangakan model pembelajaran yang digunakan adalah model

    PBL dan PjBL yang diintegrasikan kedalam pendekatan STEM merupakan

    variabel bebas. Oleh karena itu, subjek penelitian yang digunakan hanya satu

    kelompok tanpa kelompok pembanding. Rancangan one group pretest-posttest

    dapat dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Rancangan One Group Pretest-Posttest

    Pretest Treatment Posttest

    O X O

    (Fraenkel, Wallen, dan Hyun, 2011)

    Keterangan:

    O = pretest-posttest untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah

    X = pembelajaran dengan menggunakan integrasi model PBL dan PjBL

    dalam pembelajaran berbasis STEM

  • 49

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat, bahwa dalam penelitian ini

    menggunakan satu kelas, yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran

    dengan integrasi model PBL dan PjBL dalam pembelajaran berbasis STEM.

    Pretest kemampuan pemecahan masalah diberikan pada siswa, hal ini bertujuan

    untuk mengetahui kemampuan pemecahaan masalah siswa di awal pembelajaran.

    Setelah itu kelas tersebut diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah

    pembelajaran dengan integrasi model PBL dan PjBL dengan pendekatan STEM

    yang didalamnya siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah dan membuat

    produk yang berkaitan dengan listrik dinamis. Dalam kegiatan pembelajaran siswa

    akan diberikan lembar kerja perserta didik (LKPD) yang akan dijadikan sebagai

    analisis kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Setelah pembelajaran

    selesai siswa diberikan posttest kemampuan pemecahan masalah fisika, hal ini

    bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah mendapatkan

    pembelajaran, untuk kemudian mendeskripsikan peningkatan kemampuan

    pemecahan masalah fisika siswa dengan di integrasikannya dengan pendekatan

    STEM terhadap model pembelajaran PBL dan PjBL.

    3.2 Partisipan

    Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMK kelas X di salah satu SMK

    di Kabupaten Bandung Barat yang akan mempelajari materi listrik dinamis

    dengan jumlah 27 siswa. Pertimbangan pemilihan partisipan dalam penelitian ini

    adalah agenda penelitian yang sesuai dengan materi fisika yang akan di terapkan

    yaitu listrik dinamis yang secara kurikulum materi tersebut terdapat dalam kelas X

    semester genap pada Sekolah Menengah Kejuruan.

    3.3 Populasi dan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu

    SMK di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat yang terdaftar pada semester

    genap tahun ajaran 2018/2019. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan

    cara mengambil satu kelas secara acak (random class). Teknik pengambilan

    sampel seperti ini dikarenakan tidak memungkinkan merubah formasi siswa di

    kelas yang sudah ada jika diambil sampel individu secara acak. Sehingga diambil

    satu kelas untuk kemudian dijadikan kelompok subjek penelitian.

  • 50

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3.4 Instrumen Penelitian

    Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut.

    3.4.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

    Tes kemampuan pemecahan masalah disusun dalam bentuk tes uraian dengan

    jumlah soal adalah empat soal. Tes ini dilakukan dua kali yaitu pada saat pretest

    dan posttest. Tes ini mengacu pada langkah pemecahan masalah menurut Heller,

    Ronald, dan Scott dimana terdapat lima tahapan untuk memecahkan masalah yaitu

    (1) memfokuskan masalah, (2) mendeskripsikan masalah dalam deskripsi fisika,

    (3) merencanakan solusinya, (4) melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan

    (5) memeriksa dan evaluasi. Adapun distribusi soal tes kemampuan pemecahan

    masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.2 Distribusi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

    No Langkah Pemecahan

    Masalah

    Jumlah

    Soal Nomor Soal

    1 Memfokuskan masalah 4 1a, 2a, 3a dan 4a

    2 Mendeskripsikan masalah

    dalam deskripsi fisika 4 1b, 2b, 3b dan 4b

    3 Merencanakan solusinya 4 1c, 2c, 3c dan 4c

    4 Melaksanakan rencana

    pemecahan masalah 4 1d, 2d, 3d dan 4d

    5 Memeriksa dan evaluasi 4 1e, 2e, 3e dan 4e

    Adapun kisi-kisi penyususnan tes kemampuan pemecahan masalah dapat

    dilihat pada Lampiran B.1. Sedangkan soal tes kemampuan pemecahan masalah

    yang dibagikan kepada siswa dapat dilihat pada Lampiran B.3.

    3.4.2 Lembar Kerja Peserta Didik

    Selain menganalisis kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan

    tes kemampuan pemecahan masalah digunakan pula Lembar Kerja Peserta Didik

    (LKPD). LKPD diberikan kepada siswa dalam setiap pertemuannya, hal tersebut

    berguna untuk mendapatkan deskripsi kemampuan pemecahan masalah dari

    masing-masing pertemuan. Sehingga analisis yang dilakukanpun lebih mendalam,

    tidak hanya ditinjau diawal dan akhir pertemuan namun ditinjau pada setiap

  • 51

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    pertemuan. Adapun LKPD yang diberikan kepada siswa dapat dilihat pada

    Lampiran A.3.

    3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

    Lembar observasi digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan

    pembelajaran integrasi model PBL dan PjBL dalam pembelajaran berbasis STEM

    yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar. Instrumen

    keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat

    kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda ceklis (√) pada

    kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai

    keterlaksanaan pembelajaran. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan

    keterangan untuk mencatat hal-hal yang terjadi dalam setiap fase pembelajaran.

    Format Lembar keterlaksanaan model PBL dan PjBL yang masing-masing

    diintegrasikan kedalam pembelajaran berbasis STEM dapat dilihat pada Lampiran

    B.4.

    3.5 Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian yang dilalui meliputi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,

    tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data dan pelaporan. Prosedur penelitian

    ini secara rinci disajikan sebagai berikut.

    3.5.1 Tahap Persiapan

    Tahap persiapan meliputi studi pendahuluan dan studi literatur, penyusunan

    perangkat pembelajaran dan instrumen, validasi instrumen terhadap ahli dan uji

    coba instrumen untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan sudak baik.

    Adapun penjelasan masing-masing tahapan pada tahap persencanaan adalah

    sebagai berikut.

    1. Studi pendahuluan

    Studi pendahuluan meliputi survei lapangan dan studi literatur. Survei

    lapangan bertujuan untuk melihat kondisi siswa, proses pembelajaran fisika

    yang berlangsung, dan permasalahan fisika yang terjadi di lapangan, serta

    mengidentifikasi dan merumuskan masalah. Studi literatur dilakukan dengan

    cara mengkaji jurnal, buku-buku serta laporan penelitian yang meliputi kajian

    teori tentang model, strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, serta

  • 52

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    mengkaji penelitian-penelitian yang relevan. Setelah mengkaji penelitian-

    penelitian yang relevan tahap selanjutnya adalah menghubungi sekolah dan

    guru yang berkaitan yang hendak akan dijadikan sebagai subjek penelitian.

    2. Penyusunan Instrumen

    Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan digunakan

    untuk pembuatan produk awal (draft). Kemudian dilakukan penyusunan

    instrumen. Sebelum menyusun instrumen terlebih dahulu melakukan analisis

    silabus mata pelajaran fisika kelas X SMK untuk mengetahui tujuan mata

    pelajaran fisika tingkat SMK. Kemudian menyiapkan rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP) yang dapat dilihat pada Lampiran A.2, lembar kerja

    peserta didik (LKPD), lembar observasi aktivitas guru dan siswa kemudian

    mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan

    sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran di kelas dengan baik,

    terakhir adalah membuat instrumen tes untuk penelitian. Instrumen

    kemampuan pemecahan masalah. Instrumen dalam menganalisis kemampuan

    pemecahan masalah digunakan instrumen tes dan non tes, tes dilaksanakan

    secara tes tertulis dalam bentuk uraian selain itu digunakan lembar kerja

    peserta didik sebagai instrumen nontes dalam menganalisis kemampuan

    pemecahan masalah. Setelah dilakukan penyususnan instrumen maka

    dilakukan judgment oleh tiga ahli untuk mengetahui validitas isi dari

    instrumen yang digunakan dalam penelitian. Hasil validasi ahli dapat dilihat

    pada Lampiran C.3.

    3. Uji Coba Instrumen Penelitian

    Uji coba instrumen dilaksanakan sebelum instrumen digunakan pada proses

    penelitian. Uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui validitas,

    reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kemudahan instrumen yang

    digunakan. Pengujian instrumen penelitian dilaksanakan kepada siswa di

    salah satu SMA di Kota Bandung yang telah mendapatkan pembelajaran

    listrik dinamis. Dari hasil uji coba, soal dikelompokkan menjadi dua

    kelompok, yaitu soal yang bisa digunakan dan tidak bisa digunakan.

    3.5.2 Tahap Pelaksanaan

  • 53

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Setelah melakukan uji coba dan analisis hasil uji coba semua instrumen, maka

    dilakukan tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan meliputi pretest, menganalisis

    hasil pretest, implementasi integrasi Model PBL dan PjBL dalam pembelajaran

    berbasis STEM yang dilakukan selama tiga kali pertemuan sesuai dengan yang

    telah disusun dalam RPP, dalam kegiatan pembelajaran dilakukan

    observasi/pengamatan oleh tiga orang observer selama berlangsungnya proses

    pembelajaran. Terakhir yaitu pelaksanaan posttest.

    3.5.3 Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan

    Tahap pengolahan data dan pelaporan meliputi pengolahan data pretest-

    posttest kemampuan pemecahan masalah pada materi listrik dinamis, analisis

    lembar kerja peserta didik serta lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Setelah

    pengolahan data dilakukan pelaporan dengan cara membuat pembahasan dan

    menarik kesimpulan.

    Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada

    Gambar 3.1.

  • 54

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Gambar 3.1 Alur Penelitian

    Pengolahan Data

    Studi Pendahuluan

    meliputi

    Survei lapangan

    Studi literatur

    Proses pembelajaran

    Permasalahan di kelas

    Model PBL

    Model PjBL

    Pendekatan STEM

    Kemampuan pemecahan masalah

    Un

    tuk m

    enen

    tukan

    treatmen

    t, dilaku

    kan

    Penyusunan instrumen

    RPP

    LKPD

    Lembar Observasi

    Tes kemampuan pemecahahan masalah

    meliputi

    Judgment oleh ahli

    Uji coba instrumen

    Implementasi model PBL dan PjBL

    pendekatan STEM Pretest

    Penentuan sampel

    Posttest

    Menarik kesimpulan

    Membuat pembahasan

    Tahap Persiapan

    Tahap Pelaksanaan

    Tahap Pengolahan

    Data dan Pelaporan

  • 55

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3.6 Analisis Data

    3.6.1 Analisis Instrumen

    Tes yang baik diperlukan untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya.

    Oleh karena itu untuk mendapatkan tes yang baik, tes tersebut harus diujicobakan

    terlebih dahulu. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid

    dan reliabel (Arikonto, 2006). Analisis yang dilakukan yaitu analisis validitas,

    reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kemudahan.

    Validitas isi tes dilakukan dengan validasi melalui ahli. setelah dilakukan

    validasi ahli kemudian instrumen direvisi dan diujicobakan kepada siswa yang

    telah mendapatkan materi listrik dinamis yaitu siswa kelas X di sekolah lain yang

    telah memasuki materi tersebut. Uji coba instrumen dilakukan disalah satu SMK

    di kota Bandung. Soal tes kemampuan pemecahan masalah yang diujicobakan

    berjumlah empat butir soal dengan masing-masing soal terdiri dari lima

    pertanyaan terstruktur untuk setiap langkah pemecahan masalah. Berikut langkah-

    langkah yang dilakukan dalam menganalisis instrumen penelitian beserta

    deskripsi hasil ujicoba instrumen yang telah dilakukan.

    1. Validitas

    Validitas berhubungan dengan ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang

    hendak diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan

    validitas isi (content validity). Menurut Arikunto (2012) sebuah tes dikatakan

    memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar

    dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh sebab itu validitas tes yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan cara meminta

    pertimbangan (judgment) kepada kelompok ahli untuk mengetahui kesesuaian

    antara soal dengan indikator serta kunci jawaban dan bahasa penyajian soal.

    Validasi oleh ahli digunakan selain untuk validasi instrumen tes, digunakan pula

    untuk instrumen nontes yaitu validasi lembar kerja peserta didik, observasi

    aktivitas guru dan siswa.

    Validitas ditentukan melalui hasil pertimbangan para ahli (judgment expert)

    yang selanjutnya disebut validator. Instrumen tes penelitian ini divalidasi oleh tiga

    dosen ahli yang berkompeten dalam bidangnya. Berdasarkan hasil validasi oleh

    ketiga ahli tersebut, diketahui bahwa instrumen tes kemampuan pemecahan

  • 56

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    masalah layak untuk digunakan dalam peneltian setelah melalui perbaikan yang

    telah disarankan. Hasil validasi ahli dapat dilihat pada Lampiran C.3.

    Jumlah butir soal pada tes kemampuan pemecahan masalah tetap

    dipertahankan sebanyak empat soal dan masing-masing soal telah disesuaikan

    dengan indikator yang ditetapkan. Adapun beberapa catatan yang diberkan

    validator pada tes kemampuan pemecahan masalah tersebut meliputi: (1)

    sesuaikan penskoran kunci jawaban dengan jawaban siswa pada hasil uji coba, (2)

    perbaiki istilah-istilah pada soal dengan istilah-istilah yang lebih familiar dengan

    siswa atau diberi keterangan lebih lanjut, (3) skor maksimal disamaratakan untuk

    masing-masing indikator soal, (4) pada soal nomor 1 bagian b diperbaiki

    pertanyaannya agar siswa lebih jelas menuju jawaban yang diinginkan, (5)

    evaluasi pada soal nomor 4 bagian e kunci jawaban diperbaiki. Kesimpulan

    penilaian terkait kelayakan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah adalah

    dapat digunakan sesuai dengan saran dan perbaikan yang diberikan.

    2. Reliabilitas

    Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes mempunyai

    taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

    Maka reliabilitas tes ini berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes

    (Arikunto, 2012). Menguji reliabilita tes soal uraian berbeda dengan tes objektif

    yang dinilai hanya benar atau salah. Pada suatu butir soal uraian menghendaki

    gradualisasi penilaian, karena skor tertinggi dan terendah setiap soal bisa jadi

    berbeda-beda (Arikunto, 2015), oleh karena itu reabilitas tes bentuk uraian

    menggunakan rumus alpha, yaitu:

    (

    ) (

    ) ............(3.1)

    Dengan:

    r11 = reabilitas yang dicari

    i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item

    𝜎

    ∑ (∑ )

    ............(3.2)

    X = skor item

    N = jumlah peserta tes

  • 57

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    t2 = varians total

    𝜎

    ∑ (∑ )

    ............(3.3)

    Y = skor total

    n = jumlah butir soal uraian

    berikut adalah kriteria dari nilai koefisien reliabilitas.

    Tabel 3.3 Kriteria koefisien reliabilitas

    Koefisien korelasi Kriteria

    reliabilitas

    sangat tinggi

    tinggi

    cukup

    rendah

    sangat rendah

    3. Tingkat kesukaran

    Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

    Soal yang terlalu mudah tidak merancang siswa untuk mempertinggi usaha

    memecahkannya. Sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa

    menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mengerjakannya

    (Arikunto, 2012). Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan

    persamaan berikut.

    ............(3.4)

    Dengan:

    = indeks kesukaran

    = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

    = jumlah seluruh siswa peserta tes

    Indeks kesukaran diklasifikasikan seperti Tabel 3.4.

    Tabel 3.4 Klasifikasi indeks kesukaran

    Nilai rentang ( ) Klasifikasi

    Soal sukar

    Soal sedang

    Soal mudah

  • 58

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    4. Daya pembeda

    Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

    siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Daya

    pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.

    ............(3.5)

    Dengan:

    DP = indeks daya pembeda

    JA = banyaknya peserta kelompok atas

    JB = banyaknya peserta kelompok bawah

    BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

    BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

    PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

    PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

    Kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut.

    Tabel 3.5 Kriteria indeks daya pembeda

    Klasifikasi

    0,00 ≤ ≤ 0,20 jelek (poor)

    0,20 < ≤ 040 cukup (satisfactory)

    0,40 < ≤ 0,70 baik (good)

    0,70 < ≤ 1,00 baik sekali (excellent)

    < 0,00 soal sebaiknya dibuang

    3.6.3 Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan

    Masalah

    Instrumen yang telah divalidasi oleh ahli dan direvisi diujicobakan kepada

    siswa yang telah mendapatkan materi listrk dinamis yaitu kelas siswa kelas X

    pada salah satu SMK di kota Bandung. Soal tes kemampuan pemecahan masalah

    berbentuk soal uraian. Soal tes kemampuan pemecahan masalah yang

    diujicobakan berjumlah empat butir soal dengan masing-masing soal terdiri dari

    lima pertanyaan terstruktur untuk setiap langkah kemampuan pemecahan masalah.

    Adapun hasil uji coba instrumen kemampuan pemecahan masalah untuk

    reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda adalah sebagai berikut.

  • 59

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berdasarkan analisis nilai reliabilitas soal kemampuan pemecahan masalah

    yang terdapat pada Lampiran C.4, didapat hasil sebesar 0,93 yang berada pada

    kategori sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa perangkat tes yang diuji

    coba memiliki keajekan yang baik.

    Tabel 3.6 Rekapitulasi hasil uji coba soal kemampuan pemecahan masalah

    Nomor

    Soal

    Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

    Nilai Kategori Nilai Kategori

    1 0,41 sedang 0,23 cukup dipakai

    2 0,42 sedang 0,31 cukup dipakai

    3 0,37 sedang 0,44 baik dipakai

    4 0,22 sukar 0,24 cukup dipakai

    Berdasarkan Tabel 3.6 dapat terlihat bahwa berdasarkan analisis tingkat

    kesukaran tes kemampuan pemecahan masalah dari ke empat soal terdapat tiga

    soal dalam kategori soal sedang dan 1 soal dalam kategori soal sulit. Jika dilihat

    dari daya pembeda terdapat tiga soal memiliki daya pembeda cukup dan satu soal

    memiliki daya pembeda yang baik. Hal tersebut menunjukan bahwa soal

    kemampuan pemecahan masalah yang diujikan dikatakan dapat membedakan

    antara kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang

    berkemampuan rendah.

    3.6.4 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes dan non tes.

    Teknik tes berupa tes kemampuan pemecahan masalah, sedangkan teknik nontes

    berupa lembar kerja peserta didik dan lembar observasi keterlaksanaan

    pembelajaran. Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan

    data kualitatif yang bersumber dari lembar kerja peserta didik dan aktivitas guru

    selama pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan pemecahan

    masalah, skor hasil jawaban LKPD dan persentase keterlaksanaan model Problem

    dan Project Based Learning dalam pembelajaran berbasis STEM. Data kualitatif

    diperoleh dari komentar observer pada lembar observasi keterlaksanaan model

    Problem dan Project Based Learning dengan pendekatan STEM dan jawaban

    siswa pada LKPD.

  • 60

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3.6.5 Teknik Analisis Data

    Ada beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu pretest-

    posttest kemampuan pemecahan masalah, lembar kerja peserta didik serta

    observasi aksivitas guru berkaitan dengan keterlaksanaan pembelajaran model

    PBL dan PjBL dalam pembelajaran berbasis STEM dan observasi aktivitas siswa.

    Langkah-langkah dalam analisis data penelitian ini dilakukan dengan langkah

    sebagai berikut.

    1. Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

    Setelah dilakukan pretest-posttest kemampuan pemecahan masalah dan

    kognitif maka dilakukan penskoran dengan pedoman penskoran. Pemberian skor

    total dihitung dengan persamaan berikut.

    ∑ ............(3.6)

    Keterangan:

    = skor total yang diperoleh siswa

    = perolehan skor siswa tiap item

    2. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain)

    Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang

    diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh, secara

    matematis dapat dituliskan sebagai berikut.

    S Sg

    S S

    post pre

    m ideal pre

    ............(3.7)

    Keterangan:

    g = gain yang dinormalisasi

    Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa

    Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa

    Sm ideal = skor maksimum ideal

    3. Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi

    Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada

    materi listrik dinamis digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang

    diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999),

    yaitu sebagai berikut.

  • 61

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    0,70 Tinggi

    0,30 gainN 0,70 Sedang

    N-gain < 0,30 Rendah

    4. Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

    Data observasi keterlaksanaan model PBL dan PjBL dengan pendekatan

    STEM dianalisis dengan menggunakan persentase keterlaksanaan. Pengolahan

    data diambil dari banyaknya skor yang diperoleh dari setiap poin keterlaksanaan

    aktivitas guru kemudian diambil persentase keterlaksanaan aktivitas secara

    keseluruhan dengan menggunakan persamaan berikut.

    ............(3.9)

    Kategori keterlaksanaan aktivitas dapat dilihat pada Tabel 3.8.

    Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran

    Persentase

    Keterlaksanaan Kategori

    Tak satupun kegiatan terlaksana Sebagian kecil kegiatan terlaksana Hampir setengah kegiatan terlaksana Setengah kegiatan terlaksana

    Sebagian besar kegiatan terlaksana Hampir seluruh kegiatan terlaksana Seluruh kegiatan terlaksana

    (Suminten, 2015)

    5. Data Hasil Jawaban Lembar Kerja Peserta Didik

    Dalam setiap pembelajaran siswa diberi lembar kerja peserta didik untuk

    menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh

  • 62

    Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    siswa pada setiap pertemuannya. Hasil jawaban siswa akan dianalisis dan diberi

    skor sesuai dengan pedoman perskoran yang dibuat. Pemberian skor total dihitung

    dengan persamaan berikut.

    ∑ ............(3.10)

    Keterangan:

    = skor total yang diperoleh siswa

    = perolehan skor siswa tiap item

    Skor total yang diperoleh kemudian akan dianalis peningkatan skor tiap

    pertemuannya dengan menghitung nilai gain yang dinormalisasi.