bab iii metode penelitian 3.1 jenis dan desain...
TRANSCRIPT
-
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Mix-method. Penelitian Mixed
method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah
penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua
alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Sedangkan
kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu
saja. Menurut Creswell (2014) Mixed Methods Research adalah suatu desain
penelitian yang didasari asumsi filosofis sebagaimana metoda inkuiri. Mixed
methods research juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan
asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara
pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif
dan kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian. Sebagai sebuah metoda,
mixed methods research berfokus pada pengumpulan dan analisis data serta
memadukan antara data kuantitatif dan data kualitatif baik dalam single study
(penelitian tunggal) maupun series study (penelitian berseri).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan pre-
eksperimen yaitu one group pretest-posttest design. Varibel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah fisika siswa pada materi
listrik dinamis. Sedangakan model pembelajaran yang digunakan adalah model
PBL dan PjBL yang diintegrasikan kedalam pendekatan STEM merupakan
variabel bebas. Oleh karena itu, subjek penelitian yang digunakan hanya satu
kelompok tanpa kelompok pembanding. Rancangan one group pretest-posttest
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rancangan One Group Pretest-Posttest
Pretest Treatment Posttest
O X O
(Fraenkel, Wallen, dan Hyun, 2011)
Keterangan:
O = pretest-posttest untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
X = pembelajaran dengan menggunakan integrasi model PBL dan PjBL
dalam pembelajaran berbasis STEM
-
49
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat, bahwa dalam penelitian ini
menggunakan satu kelas, yaitu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran
dengan integrasi model PBL dan PjBL dalam pembelajaran berbasis STEM.
Pretest kemampuan pemecahan masalah diberikan pada siswa, hal ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan pemecahaan masalah siswa di awal pembelajaran.
Setelah itu kelas tersebut diberi perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah
pembelajaran dengan integrasi model PBL dan PjBL dengan pendekatan STEM
yang didalamnya siswa melakukan kegiatan pemecahan masalah dan membuat
produk yang berkaitan dengan listrik dinamis. Dalam kegiatan pembelajaran siswa
akan diberikan lembar kerja perserta didik (LKPD) yang akan dijadikan sebagai
analisis kemampuan pemecahan masalah fisika siswa. Setelah pembelajaran
selesai siswa diberikan posttest kemampuan pemecahan masalah fisika, hal ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah mendapatkan
pembelajaran, untuk kemudian mendeskripsikan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah fisika siswa dengan di integrasikannya dengan pendekatan
STEM terhadap model pembelajaran PBL dan PjBL.
3.2 Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMK kelas X di salah satu SMK
di Kabupaten Bandung Barat yang akan mempelajari materi listrik dinamis
dengan jumlah 27 siswa. Pertimbangan pemilihan partisipan dalam penelitian ini
adalah agenda penelitian yang sesuai dengan materi fisika yang akan di terapkan
yaitu listrik dinamis yang secara kurikulum materi tersebut terdapat dalam kelas X
semester genap pada Sekolah Menengah Kejuruan.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu
SMK di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat yang terdaftar pada semester
genap tahun ajaran 2018/2019. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dengan
cara mengambil satu kelas secara acak (random class). Teknik pengambilan
sampel seperti ini dikarenakan tidak memungkinkan merubah formasi siswa di
kelas yang sudah ada jika diambil sampel individu secara acak. Sehingga diambil
satu kelas untuk kemudian dijadikan kelompok subjek penelitian.
-
50
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4 Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
3.4.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Tes kemampuan pemecahan masalah disusun dalam bentuk tes uraian dengan
jumlah soal adalah empat soal. Tes ini dilakukan dua kali yaitu pada saat pretest
dan posttest. Tes ini mengacu pada langkah pemecahan masalah menurut Heller,
Ronald, dan Scott dimana terdapat lima tahapan untuk memecahkan masalah yaitu
(1) memfokuskan masalah, (2) mendeskripsikan masalah dalam deskripsi fisika,
(3) merencanakan solusinya, (4) melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan
(5) memeriksa dan evaluasi. Adapun distribusi soal tes kemampuan pemecahan
masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Distribusi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
No Langkah Pemecahan
Masalah
Jumlah
Soal Nomor Soal
1 Memfokuskan masalah 4 1a, 2a, 3a dan 4a
2 Mendeskripsikan masalah
dalam deskripsi fisika 4 1b, 2b, 3b dan 4b
3 Merencanakan solusinya 4 1c, 2c, 3c dan 4c
4 Melaksanakan rencana
pemecahan masalah 4 1d, 2d, 3d dan 4d
5 Memeriksa dan evaluasi 4 1e, 2e, 3e dan 4e
Adapun kisi-kisi penyususnan tes kemampuan pemecahan masalah dapat
dilihat pada Lampiran B.1. Sedangkan soal tes kemampuan pemecahan masalah
yang dibagikan kepada siswa dapat dilihat pada Lampiran B.3.
3.4.2 Lembar Kerja Peserta Didik
Selain menganalisis kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan
tes kemampuan pemecahan masalah digunakan pula Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD). LKPD diberikan kepada siswa dalam setiap pertemuannya, hal tersebut
berguna untuk mendapatkan deskripsi kemampuan pemecahan masalah dari
masing-masing pertemuan. Sehingga analisis yang dilakukanpun lebih mendalam,
tidak hanya ditinjau diawal dan akhir pertemuan namun ditinjau pada setiap
-
51
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertemuan. Adapun LKPD yang diberikan kepada siswa dapat dilihat pada
Lampiran A.3.
3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Lembar observasi digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan
pembelajaran integrasi model PBL dan PjBL dalam pembelajaran berbasis STEM
yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar. Instrumen
keterlaksanaan model pembelajaran ini berbentuk rating scale yang memuat
kolom ya dan tidak, dimana observer hanya memberikan tanda ceklis (√) pada
kolom yang sesuai dengan aktivitas guru yang diobservasi mengenai
keterlaksanaan pembelajaran. Pada lembar ini juga terdapat kolom catatan
keterangan untuk mencatat hal-hal yang terjadi dalam setiap fase pembelajaran.
Format Lembar keterlaksanaan model PBL dan PjBL yang masing-masing
diintegrasikan kedalam pembelajaran berbasis STEM dapat dilihat pada Lampiran
B.4.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilalui meliputi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data dan pelaporan. Prosedur penelitian
ini secara rinci disajikan sebagai berikut.
3.5.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi studi pendahuluan dan studi literatur, penyusunan
perangkat pembelajaran dan instrumen, validasi instrumen terhadap ahli dan uji
coba instrumen untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan sudak baik.
Adapun penjelasan masing-masing tahapan pada tahap persencanaan adalah
sebagai berikut.
1. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan meliputi survei lapangan dan studi literatur. Survei
lapangan bertujuan untuk melihat kondisi siswa, proses pembelajaran fisika
yang berlangsung, dan permasalahan fisika yang terjadi di lapangan, serta
mengidentifikasi dan merumuskan masalah. Studi literatur dilakukan dengan
cara mengkaji jurnal, buku-buku serta laporan penelitian yang meliputi kajian
teori tentang model, strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, serta
-
52
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengkaji penelitian-penelitian yang relevan. Setelah mengkaji penelitian-
penelitian yang relevan tahap selanjutnya adalah menghubungi sekolah dan
guru yang berkaitan yang hendak akan dijadikan sebagai subjek penelitian.
2. Penyusunan Instrumen
Hasil-hasil yang diperoleh dari studi literatur dan pendahuluan digunakan
untuk pembuatan produk awal (draft). Kemudian dilakukan penyusunan
instrumen. Sebelum menyusun instrumen terlebih dahulu melakukan analisis
silabus mata pelajaran fisika kelas X SMK untuk mengetahui tujuan mata
pelajaran fisika tingkat SMK. Kemudian menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang dapat dilihat pada Lampiran A.2, lembar kerja
peserta didik (LKPD), lembar observasi aktivitas guru dan siswa kemudian
mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan masukan
sehingga dapat mengimplementasikan pembelajaran di kelas dengan baik,
terakhir adalah membuat instrumen tes untuk penelitian. Instrumen
kemampuan pemecahan masalah. Instrumen dalam menganalisis kemampuan
pemecahan masalah digunakan instrumen tes dan non tes, tes dilaksanakan
secara tes tertulis dalam bentuk uraian selain itu digunakan lembar kerja
peserta didik sebagai instrumen nontes dalam menganalisis kemampuan
pemecahan masalah. Setelah dilakukan penyususnan instrumen maka
dilakukan judgment oleh tiga ahli untuk mengetahui validitas isi dari
instrumen yang digunakan dalam penelitian. Hasil validasi ahli dapat dilihat
pada Lampiran C.3.
3. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen dilaksanakan sebelum instrumen digunakan pada proses
penelitian. Uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kemudahan instrumen yang
digunakan. Pengujian instrumen penelitian dilaksanakan kepada siswa di
salah satu SMA di Kota Bandung yang telah mendapatkan pembelajaran
listrik dinamis. Dari hasil uji coba, soal dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu soal yang bisa digunakan dan tidak bisa digunakan.
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
-
53
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah melakukan uji coba dan analisis hasil uji coba semua instrumen, maka
dilakukan tahap pelaksanaan. Tahap pelaksanaan meliputi pretest, menganalisis
hasil pretest, implementasi integrasi Model PBL dan PjBL dalam pembelajaran
berbasis STEM yang dilakukan selama tiga kali pertemuan sesuai dengan yang
telah disusun dalam RPP, dalam kegiatan pembelajaran dilakukan
observasi/pengamatan oleh tiga orang observer selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Terakhir yaitu pelaksanaan posttest.
3.5.3 Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan
Tahap pengolahan data dan pelaporan meliputi pengolahan data pretest-
posttest kemampuan pemecahan masalah pada materi listrik dinamis, analisis
lembar kerja peserta didik serta lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Setelah
pengolahan data dilakukan pelaporan dengan cara membuat pembahasan dan
menarik kesimpulan.
Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada
Gambar 3.1.
-
54
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Pengolahan Data
Studi Pendahuluan
meliputi
Survei lapangan
Studi literatur
Proses pembelajaran
Permasalahan di kelas
Model PBL
Model PjBL
Pendekatan STEM
Kemampuan pemecahan masalah
Un
tuk m
enen
tukan
treatmen
t, dilaku
kan
Penyusunan instrumen
RPP
LKPD
Lembar Observasi
Tes kemampuan pemecahahan masalah
meliputi
Judgment oleh ahli
Uji coba instrumen
Implementasi model PBL dan PjBL
pendekatan STEM Pretest
Penentuan sampel
Posttest
Menarik kesimpulan
Membuat pembahasan
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pengolahan
Data dan Pelaporan
-
55
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6 Analisis Data
3.6.1 Analisis Instrumen
Tes yang baik diperlukan untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya.
Oleh karena itu untuk mendapatkan tes yang baik, tes tersebut harus diujicobakan
terlebih dahulu. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid
dan reliabel (Arikonto, 2006). Analisis yang dilakukan yaitu analisis validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kemudahan.
Validitas isi tes dilakukan dengan validasi melalui ahli. setelah dilakukan
validasi ahli kemudian instrumen direvisi dan diujicobakan kepada siswa yang
telah mendapatkan materi listrik dinamis yaitu siswa kelas X di sekolah lain yang
telah memasuki materi tersebut. Uji coba instrumen dilakukan disalah satu SMK
di kota Bandung. Soal tes kemampuan pemecahan masalah yang diujicobakan
berjumlah empat butir soal dengan masing-masing soal terdiri dari lima
pertanyaan terstruktur untuk setiap langkah pemecahan masalah. Berikut langkah-
langkah yang dilakukan dalam menganalisis instrumen penelitian beserta
deskripsi hasil ujicoba instrumen yang telah dilakukan.
1. Validitas
Validitas berhubungan dengan ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang
hendak diukur. Untuk mengetahui valid atau tidaknya tes dapat dianalisis dengan
validitas isi (content validity). Menurut Arikunto (2012) sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh sebab itu validitas tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan cara meminta
pertimbangan (judgment) kepada kelompok ahli untuk mengetahui kesesuaian
antara soal dengan indikator serta kunci jawaban dan bahasa penyajian soal.
Validasi oleh ahli digunakan selain untuk validasi instrumen tes, digunakan pula
untuk instrumen nontes yaitu validasi lembar kerja peserta didik, observasi
aktivitas guru dan siswa.
Validitas ditentukan melalui hasil pertimbangan para ahli (judgment expert)
yang selanjutnya disebut validator. Instrumen tes penelitian ini divalidasi oleh tiga
dosen ahli yang berkompeten dalam bidangnya. Berdasarkan hasil validasi oleh
ketiga ahli tersebut, diketahui bahwa instrumen tes kemampuan pemecahan
-
56
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah layak untuk digunakan dalam peneltian setelah melalui perbaikan yang
telah disarankan. Hasil validasi ahli dapat dilihat pada Lampiran C.3.
Jumlah butir soal pada tes kemampuan pemecahan masalah tetap
dipertahankan sebanyak empat soal dan masing-masing soal telah disesuaikan
dengan indikator yang ditetapkan. Adapun beberapa catatan yang diberkan
validator pada tes kemampuan pemecahan masalah tersebut meliputi: (1)
sesuaikan penskoran kunci jawaban dengan jawaban siswa pada hasil uji coba, (2)
perbaiki istilah-istilah pada soal dengan istilah-istilah yang lebih familiar dengan
siswa atau diberi keterangan lebih lanjut, (3) skor maksimal disamaratakan untuk
masing-masing indikator soal, (4) pada soal nomor 1 bagian b diperbaiki
pertanyaannya agar siswa lebih jelas menuju jawaban yang diinginkan, (5)
evaluasi pada soal nomor 4 bagian e kunci jawaban diperbaiki. Kesimpulan
penilaian terkait kelayakan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah adalah
dapat digunakan sesuai dengan saran dan perbaikan yang diberikan.
2. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Maka reliabilitas tes ini berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes
(Arikunto, 2012). Menguji reliabilita tes soal uraian berbeda dengan tes objektif
yang dinilai hanya benar atau salah. Pada suatu butir soal uraian menghendaki
gradualisasi penilaian, karena skor tertinggi dan terendah setiap soal bisa jadi
berbeda-beda (Arikunto, 2015), oleh karena itu reabilitas tes bentuk uraian
menggunakan rumus alpha, yaitu:
(
) (
∑
) ............(3.1)
Dengan:
r11 = reabilitas yang dicari
i2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
𝜎
∑ (∑ )
............(3.2)
X = skor item
N = jumlah peserta tes
-
57
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
t2 = varians total
𝜎
∑ (∑ )
............(3.3)
Y = skor total
n = jumlah butir soal uraian
berikut adalah kriteria dari nilai koefisien reliabilitas.
Tabel 3.3 Kriteria koefisien reliabilitas
Koefisien korelasi Kriteria
reliabilitas
sangat tinggi
tinggi
cukup
rendah
sangat rendah
3. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merancang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mengerjakannya
(Arikunto, 2012). Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan
persamaan berikut.
............(3.4)
Dengan:
= indeks kesukaran
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran diklasifikasikan seperti Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Klasifikasi indeks kesukaran
Nilai rentang ( ) Klasifikasi
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
-
58
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Daya
pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
............(3.5)
Dengan:
DP = indeks daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5 Kriteria indeks daya pembeda
Klasifikasi
0,00 ≤ ≤ 0,20 jelek (poor)
0,20 < ≤ 040 cukup (satisfactory)
0,40 < ≤ 0,70 baik (good)
0,70 < ≤ 1,00 baik sekali (excellent)
< 0,00 soal sebaiknya dibuang
3.6.3 Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah
Instrumen yang telah divalidasi oleh ahli dan direvisi diujicobakan kepada
siswa yang telah mendapatkan materi listrk dinamis yaitu kelas siswa kelas X
pada salah satu SMK di kota Bandung. Soal tes kemampuan pemecahan masalah
berbentuk soal uraian. Soal tes kemampuan pemecahan masalah yang
diujicobakan berjumlah empat butir soal dengan masing-masing soal terdiri dari
lima pertanyaan terstruktur untuk setiap langkah kemampuan pemecahan masalah.
Adapun hasil uji coba instrumen kemampuan pemecahan masalah untuk
reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda adalah sebagai berikut.
-
59
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan analisis nilai reliabilitas soal kemampuan pemecahan masalah
yang terdapat pada Lampiran C.4, didapat hasil sebesar 0,93 yang berada pada
kategori sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa perangkat tes yang diuji
coba memiliki keajekan yang baik.
Tabel 3.6 Rekapitulasi hasil uji coba soal kemampuan pemecahan masalah
Nomor
Soal
Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Keterangan
Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,41 sedang 0,23 cukup dipakai
2 0,42 sedang 0,31 cukup dipakai
3 0,37 sedang 0,44 baik dipakai
4 0,22 sukar 0,24 cukup dipakai
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat terlihat bahwa berdasarkan analisis tingkat
kesukaran tes kemampuan pemecahan masalah dari ke empat soal terdapat tiga
soal dalam kategori soal sedang dan 1 soal dalam kategori soal sulit. Jika dilihat
dari daya pembeda terdapat tiga soal memiliki daya pembeda cukup dan satu soal
memiliki daya pembeda yang baik. Hal tersebut menunjukan bahwa soal
kemampuan pemecahan masalah yang diujikan dikatakan dapat membedakan
antara kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang
berkemampuan rendah.
3.6.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik tes dan non tes.
Teknik tes berupa tes kemampuan pemecahan masalah, sedangkan teknik nontes
berupa lembar kerja peserta didik dan lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran. Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif yang bersumber dari lembar kerja peserta didik dan aktivitas guru
selama pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan pemecahan
masalah, skor hasil jawaban LKPD dan persentase keterlaksanaan model Problem
dan Project Based Learning dalam pembelajaran berbasis STEM. Data kualitatif
diperoleh dari komentar observer pada lembar observasi keterlaksanaan model
Problem dan Project Based Learning dengan pendekatan STEM dan jawaban
siswa pada LKPD.
-
60
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6.5 Teknik Analisis Data
Ada beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu pretest-
posttest kemampuan pemecahan masalah, lembar kerja peserta didik serta
observasi aksivitas guru berkaitan dengan keterlaksanaan pembelajaran model
PBL dan PjBL dalam pembelajaran berbasis STEM dan observasi aktivitas siswa.
Langkah-langkah dalam analisis data penelitian ini dilakukan dengan langkah
sebagai berikut.
1. Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan pretest-posttest kemampuan pemecahan masalah dan
kognitif maka dilakukan penskoran dengan pedoman penskoran. Pemberian skor
total dihitung dengan persamaan berikut.
∑ ............(3.6)
Keterangan:
= skor total yang diperoleh siswa
= perolehan skor siswa tiap item
2. Menghitung skor gain yang dinormalisasi (N-Gain)
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang
diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh, secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
S Sg
S S
post pre
m ideal pre
............(3.7)
Keterangan:
g = gain yang dinormalisasi
Spost = skor tes akhir yang diperoleh siswa
Spre = skor tes awal yang diperoleh siswa
Sm ideal = skor maksimum ideal
3. Menentukan skor rata-rata gain yang dinormalisasi
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada
materi listrik dinamis digunakan data skor rata-rata gain yang dinormalisasi yang
diolah dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Hake (1999),
yaitu sebagai berikut.
-
61
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,70 Tinggi
0,30 gainN 0,70 Sedang
N-gain < 0,30 Rendah
4. Data Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Data observasi keterlaksanaan model PBL dan PjBL dengan pendekatan
STEM dianalisis dengan menggunakan persentase keterlaksanaan. Pengolahan
data diambil dari banyaknya skor yang diperoleh dari setiap poin keterlaksanaan
aktivitas guru kemudian diambil persentase keterlaksanaan aktivitas secara
keseluruhan dengan menggunakan persamaan berikut.
............(3.9)
Kategori keterlaksanaan aktivitas dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kategori Keterlaksanaan Pembelajaran
Persentase
Keterlaksanaan Kategori
Tak satupun kegiatan terlaksana Sebagian kecil kegiatan terlaksana Hampir setengah kegiatan terlaksana Setengah kegiatan terlaksana
Sebagian besar kegiatan terlaksana Hampir seluruh kegiatan terlaksana Seluruh kegiatan terlaksana
(Suminten, 2015)
5. Data Hasil Jawaban Lembar Kerja Peserta Didik
Dalam setiap pembelajaran siswa diberi lembar kerja peserta didik untuk
menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh
-
62
Rany Apriyani, 2019 INTEGRASI MODEL PROBLEM DAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS STEM UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH LISTRIK DINAMIS Universitas Pendidikan Indonesia | respository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa pada setiap pertemuannya. Hasil jawaban siswa akan dianalisis dan diberi
skor sesuai dengan pedoman perskoran yang dibuat. Pemberian skor total dihitung
dengan persamaan berikut.
∑ ............(3.10)
Keterangan:
= skor total yang diperoleh siswa
= perolehan skor siswa tiap item
Skor total yang diperoleh kemudian akan dianalis peningkatan skor tiap
pertemuannya dengan menghitung nilai gain yang dinormalisasi.