bab iii metode penelitian 3.1 peubah...

20
60 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas tentang peubah penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, populasi dan sampel penelitian, serta teknik analisis data yang dijelaskan sebagai berikut: 3.1 PEUBAH PENELITIAN Dalam penelitian ini terdapat dua (2) peubah tak gayut (independent variable) dan satu (1) peubah gayut (dependent variable) yaitu: Peubah tak gayut : Kecerdasan emosional (X 1 ) Keharmonisan keluarga (X 2 ) Peubah gayut : Kecenderungan kenakalan remaja (Y). 3.2 DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional setiap peubah dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.2.1 Kecenderungan Kenakalan Remaja Kecenderungan kenakalan remaja adalah dorongan atau keinginan untuk berperilaku melanggar aturan baik di sekolah maupun aturan dalam masyarakat yang tidak dapat diterima secara sosial berupa pelanggaran status yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kecenderungan kenakalan remaja diukur menggunakan skala kecenderungan kenakalan remaja yang dimodifikasi dari Fitiasari (2008) berdasarkan aspek

Upload: hacong

Post on 03-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

60

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang peubah penelitian, definisi

operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

ukur, populasi dan sampel penelitian, serta teknik analisis data yang

dijelaskan sebagai berikut:

3.1 PEUBAH PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat dua (2) peubah tak gayut

(independent variable) dan satu (1) peubah gayut (dependent variable)

yaitu:

Peubah tak gayut : Kecerdasan emosional (X1)

Keharmonisan keluarga (X2)

Peubah gayut : Kecenderungan kenakalan remaja (Y).

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional setiap peubah dalam rancangan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

3.2.1 Kecenderungan Kenakalan Remaja

Kecenderungan kenakalan remaja adalah dorongan atau keinginan

untuk berperilaku melanggar aturan baik di sekolah maupun aturan dalam

masyarakat yang tidak dapat diterima secara sosial berupa pelanggaran

status yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kecenderungan

kenakalan remaja diukur menggunakan skala kecenderungan kenakalan

remaja yang dimodifikasi dari Fitiasari (2008) berdasarkan aspek

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

61

kecenderungan kenakalan remaja dari Jensen (1985, dalam Sarwono,

2007), yaitu:

1. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan

korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan,

pembunuhan, dan lain-lain

2. Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan

korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan

lain-lain.

3. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan sosial yang tidak

menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran,

penyalahgunaan obat dan hubungan seks pra-nikah

4. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang melawan

status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan

membolos, mengingkari status orang tua dengan minggat dari

rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan

semakin tinggi tingkat kecenderungan kenakalan remaja dan sebaliknya

semakin rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat kecenderungan

kenakalan remaja.

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

62

3.2.2 Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan,

meraih dan membangkitkan perasaan itu untuk membantu pikiran

memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara

mendalam sehingga membantu perkembangan emosional dan intelektual

(Salovey & Mayer, 1990 dalam Stein & Book, 2002). Skala kecerdasan

emosional diukur menggunakan aspek kecerdasan emosional dari Tsaousis

(2008) yang berdasarkan teori kecerdasan emosional dari Salovey dan

Mayer dengan aspek sebagai berikut:

1. Mengenali emosi diri (expression & recognition of emotions)

Mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan

menggunakannya untuk memandu dalam pengambilan keputusan

serta menjadi tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan

kepercayaan diri yang kuat.

2. Mengelola emosi (control of emotions)

Menangani emosi dalam diri sedemikian rupa sehingga berdampak

positif, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan

sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari

tekanan emosi.

3. Memotivasi diri sendiri (use of emotion for fascilitation thinking)

Menggunakan hasrat diri yang paling dalam untuk menggerakan

dan menuntun menuju sasaran, membantu diri dalam mengambil

inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan

menghadapi kegagalan dan frustasi.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

63

4. Mengenali emosi orang lain atau empati (caring or emphaty)

Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami

perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan

menyelaraskan diri dengan orang lain.

Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan

semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional remaja dan sebaliknya

semakin rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat kecerdasan

emosional.

3.2.3 Keharmonisan Keluarga

Keharmonisan keluarga adalah suatu lingkungan yang diantara

anggotanya tercipta apresiasi dan kasih sayang, komitmen, komunikasi

yang positif, mempunyai waktu bersama dalam keluarga, tercipta

kesejahteraan spiritual dan memiliki kemampuan untuk mengatasi krisis di

dalam keluarga sehingga tercipta kehidupan yang memungkinkan anak

tumbuh dan berkembang secara seimbang (Defrain & Stinnet dalam

Coombs, 2005). Keharmonisan keluarga diukur dengan memodifikasi

American Family Strengths Inventory (DeFrain & Stinnet, 2008) dengan

aspek-aspek antara lain:

1. Adanya apresiasi dan kasih sayang (Appreciation and affection)

Keluarga yang harmonis memiliki rasa peduli satu sama lain, dan

terbuka dengan membiarkan anggota keluarga yang lain

mengetahui perasaan mereka. Mereka tidak ragu-ragu untuk

mengekspresikan rasa cinta atau kasih mereka kepada anggota

keluarga lainnya baik secara verbal maupun non verbal.

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

64

2. Komitmen (Commitment)

Keluarga yang harmonis umumnya berkomitmen bahwa keluarga

adalah yang utama. Pekerjaan maupun unsur-unsur lain dari

kehidupan tidak akan mengambil waktu terlalu banyak. Anggota

keluarga berdedikasi/rela berkorban satu sama lainnya,

memberikan waktu dan energi dalam kegiatan keluarga.

3. Komunikasi yang positif (Positive communication)

Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan

dalam keluarga. Anggota keluarga mempunyai keterampilan

berkomunikasi yang baik, mereka dapat mengidentifikasi

kesulitan, dan menemukan solusi yang efektif untuk semua

anggota keluarga. Keluarga yang harmonis biasanya menghabiskan

waktu untuk berbicara dan saling mendengarkan satu sama lain.

4. Mempunyai waktu bersama keluarga (Enjoyable time together)

Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama

keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama,

menemani anak bermain dan liburan keluarga, mendengarkan

masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak

akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh

orangtuanya.

5. Kesejahteraan spiritual (Spiritual well-being)

Orang-orang dalam keluarga harmonis menggambarkan

spiritualitas dalam berbagai cara, beberapa berbicara tentang

keimanan terhadap Tuhan, harapan atau rasa optimisme dalam

hidup, beberapa yang lain mengungkapkan spiritualitas dalam hal

nilai-nilai etis dan komitmen. Keluarga yang harmonis juga

ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

65

tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai

moral dan etika kehidupan.

6. Kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis (Succesful

management of strees and crisis)

Sebagian besar masalah di dunia ini dimulai atau berakhir di

keluarga. Kadang-kadang keluarga atau anggota keluarga secara

tidak sengaja menciptakan masalah dalam keluarga, dan kadang-

kadang dunia menciptakan masalah bagi keluarga, dan hampir

selalu keluarga akan terjebak dengan masalah tidak peduli apa

penyebabnya. Dalam keluarga yang harmonis, anggota keluarga

memiliki kemampuan untuk mengelola dengan baik stres yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kesulitan atau krisis yang

terjadi dalam kehidupan secara kreatif dan efektif. Mereka tahu

bagaimana mencegah masalah sebelum terjadi, dan bagaimana

bekerja sama untuk menghadapi tantangan dalam hidup (DeFrain

& Stinnett 2002, dalam Coombs, 2005).

Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan

semakin tinggi tingkat keharmonisan keluarga dan sebaliknya semakin

rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat keharmonisan keluarga.

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

66

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu skala

kecerdasan emosional, skala keharmonisan keluarga dan skala

kecenderungan kenakalan remaja. Skala psikologi yang digunakan dalam

penelitian ini, dikembangkan berdasarkan skala Likert dengan 5 alternatif

jawaban, yakni: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral: tidak dapat

menentukan dengan pasti (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai

(STS). Responden diminta memberikan jawaban dengan tanda centang (√)

pada kolom yang telah disediakan. Skor tertinggi diberi angka 5 dan skor

terendah diberi angka 1.

3.3.1 Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja

Skala kecenderungan kenakalan remaja yang dipakai dalam

penelitian dimodifikasi dari skala kecenderungan kenakalan remaja

Fitiasari (2008) dengan reliabilitas 0,801. Skala ini berdasar pada aspek

kecenderungan kenakalan menurut Jensen (1985, dalam Sarwono 2007).

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

67

Tabel 3.1

Blue Print Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja

Aspek Indikator Nomor Aitem

Total Favorable Unfavorable

Keinginan remaja

untuk melakukan

kenakalan yang

menimbulkan korban

fisik pada orang lain

Perkelahian 1, 7, 18 11 4

Penggunaan benda

tajam

17, 20, 26 13 4

Kemauan remaja untuk

melakukan kenakalan

yang menimbulkan

korban materi

Perusakan 3, 12, 19 23 4

Pencurian 10, 22, 30 5 4

Keinginan melakukan

kenakalan sosial

Merokok,

mengkonsumsi

minuman keras dan

menyalahgunakan

obat terlarang

9, 21, 24 15 4

Hubungan Seks

pra-nikah

8, 14, 25 16 4

Keinginan untuk

melakukan kenakalan

yang melawan status

Tidak mematuhi

aturan/tata tertib

sekolah:

-terlambat,

-bolos

- mengeluarkan

kata-kata makian

2, 27, 31 28 4

Tidak mematuhi

aturan dalam

keluarga dan norma

dalam masyarakat

4, 6, 29 32 4

Total 24 8 32

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

68

3.3.2 Skala Kecerdasan Emosional

Skala kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada The Greek Emotional Intelligence Scale yang disusun

Tsaousis (2008). Validitas dari skala ini bergerak dari 0,800 sampai 0,920

dengan tingkat reliabilitas 0,900. Skala ini terdiri dari 20 aitem, penulis

memodifikasi menjadi 32 aitem yang disesuiakan dengan tujuan

penelitian.

Tabel 3.2

Blue Print Skala Kecerdasan Emosional

Aspek Indikator Nomor Aitem Total

Favorable Unfavorable

Mengenali emosi

diri (expression &

recognition of

emotions)

Mampu mengenali dan

memahami apa yang

sedang dirasakan

1, 6, 7 3 4

Mengetahui penyebab

emosi yang sedang

dirasakan

2, 8, 11 12 4

Mengelola emosi

(control of

emotions)

Mampu mengontrol emosi

diri sendiri

4, 5, 9, 13,

16, 17, 21

20 8

Memotivasi diri

sendiri

(use of emotion for

fascilitation

thinking)

Memiliki rasa optimis pada

diri sendiri

10, 14, 18 22 4

Mampu menyemangati diri

sendiri

15, 19, 28 25 4

Mengenali emosi

orang lain atau

empati (caring or

emphaty)

Mampu memahami apa

yang dirasakan oleh orang

lain

23, 27, 29 31 4

Menemukan cara untuk

mengenali atau mengetahui

apa yang dirasakan orang

lain

24, 26, 30 32 4

Total 25 7 32

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

69

3.3.3 Skala Keharmonisan Keluarga

Skala keharmonisan keluarga yang digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada aspek keharmonisan keluarga yang dikemukakan DeFrain

dan Stinnet (2002, dalam Coombs, 2005) dengan memodifikasi dari

American Family Strengths Inventory. Skala ini pernah dimodifikasi dan

digunakan oleh Xie, Defrain, Meredith dan Combs (1996) dengan

reliabilitas 0,970. Selain itu juga pernah dimodifikasi dan digunakan oleh

Murni (2004) dengan tingkat reliabilitas 0,808. Selanjutnya oleh Widayati

(2014) dalam penelitiannya dengan reliabilitas 0,900. American Family

Strengths Inventory terdiri dari 82 aitem, selanjutnya penulis mengadopsi

dan memodifikasi skala ini menjadi 36 aitem yang disesuikan dengan

tujuan penelitian.

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

70

Tabel 3.3

Blue Print Skala Keharmonisan Keluarga

Aspek Indikator Nomor Aitem

Total Favorable Unfavorable

Adanya apresiasi

dan kasih sayang

(Appreciation and

affection)

Saling peduli 1 8 2

Hubungan

persahabatan antara

anggota keluarga

3,13

2

Saling menghargai

15, 22 - 2

Komitmen

(Commitment)

Kepercayaan

7, 27 - 2

Kejujuran

18 23 2

Kesetiaan

9, 16 2

Komunikasi yang

positif (Positive

communication)

Komunikasi terbuka 14, 19 2

Diskusi dalam

keluarga

2, 11 - 2

Menghindari sikap

saling menyalahkan

4 12 2

Mempunyai

waktu bersama

keluarga

(Enjoyable time

together)

Berkumpul 6 10 2

Menikmati

kebersamaan

17, 21 - 2

Menyediakan waktu

untuk keluarga

5, 24 2

Terciptanya

kesejahteraan

spiritual

(Spiritual well-

being)

Beribadah 25 30 2

Diskusi tentang ajaran

agama

29 35 2

Kasih sayang 32, 34 - 2

Kemampuan

untuk mengatasi

stres dan krisis

(Succesful

management of

strees and crisis)

Mampu menghadapi

masalah

26, 31 - 2

Tidak saling

bertengkar

33 36 2

Ketahanan menghadapi

masalah

20, 28 - 2

Total 29 7 36

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

71

3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri

13 Ambon yang berjumlah 156 siswa. Pemilihan populasi pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 13 Ambon dengan alasan ditemui fenomena

kecenderungan kenakalan remaja yang cukup marak. Selain itu rentan

umur siswa berada pada tahap remaja awal yang tentunya akan mengalami

berbagai perubahan secara fisik maupun psikologis.

3.4.2 Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh siswa

kelas VIII berjumlah 156 siswa. Teknik penentuan sampel yang digunakan

adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010) sampling jenuh adalah

teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel.

Sampel dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Anak remaja (laki-laki dan perempuan) berusia 13-17 tahun.

2. Tinggal bersama dengan orang tua

3. Bukan anak tunggal

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

72

3.5 DAYA DISKRIMINASI DAN RELIABILITAS ALAT

UKUR

3.5.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem

Uji daya diskriminasi alat ukur merupakan bentuk pengujian

terhadap ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Suatu alat

ukur dikatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengukur apa yang

sebenarnya hendak diukur sehingga memberikan informasi yang akurat

(Azwar, 2009; Sugiyono, 2010).

Dengan demikian, alat ukur yang valid merupakan alat ukur yang

benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Untuk

menentukan apakah sebuah aitem dinyatakan valid atau tidak maka Azwar

(2009) menetapkan patokan besaran koefisien corrected item-total

correlation <0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah ítem.

Artinya, bila koefisien corrected item-total correlation lebih besar atau

sama dengan 0,30 maka hal ini mengindikasikan aitem tersebut memiliki

daya diskriminasi yang memadai.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana suatu

hasil pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan (Azwar, 2009).

Penentuan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha

Cronbach. Nilai koefisien alpha yang dianggap reliabel jika memenuhi

minimal 0,60 (Ghozali, 2009).

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

73

3.6 UJI ASUMSI KLASIK

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Dalam

asumsi klasik terdapat beberapa pengujian yang harus dilakukan, yakni uji

normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas, uji linearitas

dan uji homogenitas.

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, peubah gayut memiliki distribusi normal ataukah tidak (Ghozali,

2009). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal

atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik. Analisi grafik yang digunakan adalah dengan melihat grafik

histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi

yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot

dengan membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting

data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya

akan mengikuti garis diagonalnya. Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov dimana data dinyatakan

terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov di atas

0,05.

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

74

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar peubah tak gayut atau tidak. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara

peubah tak gayut. Santoso (2000) menjelaskan, bahwa model regresi yang

bebas multikolinearitas apabila mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1,

dan mempunyai angka tolerance mendekati 1.

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tidak berubah, maka disebut sebagai

homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Salah satu

cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu

model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot.

Jika titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas dan di

bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Santoso (2000) menjelaskan, jika titik-titik tidak mempunyai pola yang

jelas, serta menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka

tidak terjadi heteroskedastisitas.

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

75

3.7 UJI HIPOTESIS

Untuk pengujian hipotesis dan teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang diolah melalui

SPSS for windows evaluation version 16. Analisis ini digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh peubah tak gayut yaitu: Kecerdasan

Emosional (X1), Keharmonisan Keluarga (X2), terhadap peubah gayut

yaitu Kecenderungan Kenakalan Remaja (Y).

Bentuk persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 + e

Y = Kecenderungan Kenakalan Remaja

α = Konstanta

β1 = Koefisien regresi Kecerdasan Emosional

β2 = Koefisien regresi Keharmonisan Keluarga

X1 = Kecerdasan Emosional

X2 = Keharmonisan Keluarga

3.8 UJI COBA INSTRUMEN

Kualitas skala psikologi sangat ditentukan oleh kualitas aitem-

aitem di dalamnya. Oleh karena itu, selain berbagai masalah yang

menyangkut penulisan aitem, salah satu hal yang perlu mendapat perhatian

dalam penyusunan skala psikologi adalah prosedur analisis dan seleksi

aitem (Azwar, 2012). Dalam prosedur analisis dilakukan uji coba. Dalam

penelitian uji coba dilakukan dengan responden siswa kelas VIII SMP

Negeri 7 Salatiga pada tanggal 17-18 Maret 2015 dengan 56 siswa.

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

76

Distribusi frekuensi responden try-out berdasarkan jenis kelamin

dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4

Karakteristik Responden Try-out menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase

Laki-Laki

Perempuan

30

26

54%

46 %

Total 56 100%

Dari Tabel 3.4 di atas terlihat responden try-out yang berjenis

kelamin laki-laki berjumlah 30 orang dengan presentase sebesar 56% dan

perempuan berjumlah 26 orang dengan presentase sebesar 46%.

3.8.1 Hasil Uji Coba Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja

Uji coba instrumen kecenderungan kenakalan remaja sebanyak 32

aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui corrected item-total

correlation diperoleh 4 aitem gugur dengan koefisien korelasi <0,30

dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 5, 13,

15, 16. Koefisien cronbach’s alpha dari 28 aitem adalah 0,878 untuk skala

kecenderungan kenakalan remaja. Sebaran aitem yang valid dan yang

gugur disajikan di dalam tabel 3.5 di bawah ini:

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

77

Tabel 3.5

Sebaran aitem valid dan gugur skala kecenderungan kenakalan remaja

No. Aspek Kecenderungan

Kenakalan Remaja

Jumlah

Aitem

Nomor Aitem

Aitem Valid Aitem Gugur

1. Keinginan remaja untuk

melakukan kenakalan yang

menimbulkan korban fisik

pada orang lain

8 1, 7, 11, 17, 18,

20, 26

13

2. Kemauan remaja untuk

melakukan kenakalan yang

menimbulkan korban materi

8 3, 10, 12, 19,

22, 23, 30

5

3. Keinginan melakukan

kenakalan sosial

8 8, 9, 14, 21, 24,

25

15, 16

4. Keinginan untuk melakukan

kenakalan yang melawan

status

8 2, 4, 6, 27, 28,

29, 31, 32

Total 32 28 4

3.8.2 Hasil Uji Coba Skala Kecerdasan Emosional

Aitem yang digunakan untuk menjaring data kecerdasan emosional

siswa sebanyak 32 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui

corrected item-total correlation diperoleh 8 aitem gugur dengan koefisien

korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut

adalah nomor: 3, 6, 8, 12, 20, 22, 31, 32. Koefisien cronbach’s alpha dari

24 aitem sebesar 0,876. Sebaran aitem yang valid dan yang gugur

disajikan di dalam tabel 3.6 di bawah ini:

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

78

Tabel 3.6

Sebaran Aitem Valid dan gugur Skala Kecerdasan Emosional

Aspek Jumlah

Aitem

Nomor Aitem

Aitem Valid Aitem Gugur

Mengenali emosi diri (expression

& recognition of emotions)

8 1, 2, 7, 8, 11,

12

3, 6, 8, 12

Mengelola emosi (control of

emotions)

8 4, 5, 9,

13,16, 17,

21

20

Memotivasi diri sendiri

(use of emotion for fascilitation

thinking)

8 10, 14, 15,

18, 19, 25,

28

22

Mengenali emosi orang lain atau

empati (caring or emphaty)

8 23, 24, 26,

27, 29, 30,

31

31, 32

Total 32 24 8

3.8.3 Hasil Uji Coba Skala Keharmonisan Keluarga

Aitem yang digunakan untuk menilai keharmonisan keluarga

adalah sebanyak 36 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui

corrected item-total correlation diperoleh 3 aitem gugur dengan koefisien

korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut

adalah nomor: 9, 12, 35. Koefisien cronbach’s alpha dari 33 aitem sebesar

0,935. Sebaran aitem yang valid dan yang gugur disajikan di dalam Tabel

3.5 di bawah ini:

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PEUBAH PENELITIANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/9287/3/T2_832013009_BAB III... · moral dan etika kehidupan. ... aturan/tata tertib sekolah:

79

Tabel 3.7

Sebaran Aitem Valid dan gugur Skala Keharmonisan Keluarga

No. Aspek Jumlah

Aitem

Nomor Aitem

Aitem Valid Aitem gugur

1.

Adanya apresiasi dan kasih

sayang (Appreciation and

affection)

6 1, 3, 8, 13, 15,

22,

-

2. Komitmen (Commitment)

6 7, 16, 18, 23, 27 9

3. Komunikasi yang positif

(Positive communication)

6 2, 4, 11, 14, 19 12

4. Mempunyai waktu bersama

keluarga (Enjoyable time

together)

6 5, 6, 10, 17, 21,

24

-

5. Terciptanya kesejahteraan

spiritual (Spiritual well-

being)

6 25, 29, 30, 32, 34 35

6. Kemampuan untuk

mengatasi stres dan krisis

(Succesful management of

strees and crisis)

6 20, 26, 28, 31,

33, 36

-

Total 36 33 3