bab iii metode penelitian 3.1 tempat dan waktu penelitian...
TRANSCRIPT
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas X SMA Negeri Patikraja
Kabupaten Banyumas, yaitu pada semester genap bulan April sampai
dengan Mei tahun ajaran 2011/2012.
3.2 Populasi dan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri Patikraja yang berjumlah 272 siswa yang terdistribusi dalam 8 kelas
dengan masing-masing kelas terdiri dari 34 siswa.
Sampel dalam penelitian ini berupa kelas dan diambil secara cluster
random sampling (Arikunto, 2010). Dalam teknik ini, semua kelas memiliki
peluang yang sama untuk menjadi sampel. Jumlah kelas yang dijadikan
sampel sebanyak 3 kelas yang ditentukan berdasarkan undian. Terpilih
sebagai kelas kontrol yaitu kelas X-6 dan sebagai kelas eksperimen yaitu
dan kelas X-7 dan kelas X-8.
3.3 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu:
a. Variabel bebas (X) yaitu model pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning)
b. Variabel terikat (Y) yaitu pemahaman dan minat belajar siswa
24
25
3.4 Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah eksperimen. Desain penelitian ini
menggunakan pre test and post test control group design dengan desain
sebagai berikut (Arikunto, 2009):
Eksperimen =
𝑂1 𝑋𝑎 𝑂2
Kontrol =
𝑂1 𝑋𝑏 𝑂2
Keterangan : Xa = Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning)
Xb = Model ceramah
O1 = Hasil observasi sebelum perlakan (pretes)
O2 = Hasil observasi setelah perlakuan (postes)
3.5 Data dan Teknik Pengambilan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:
1. Data aktivitas siswa
Data aktivitas siswa diperlukan untuk mengetahui aktivitas siswa
selama proses pembelajaran. Sumber data aktivitas ini adalah kegiatan
siswa selama proses pembelajaran.
26
Data aktivitas siswa diperoleh melalui observasi menggunakan
lembar instrumen observasi aktivitas siswa (Lampiran 7). Observasi
aktivitas siswa dilakukan oleh tiga orang observer. Tugas observer
yaitu mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
2. Data nilai atau hasil belajar siswa
Data nilai hasil belajar siswa diperlukan untuk mendapatkan
informasi tentang kemampuan siswa dalam memahami isi pelajaran
atau untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Data nilai atau hasil belajar siswa diperoleh melalui tes berupa
pre-test, yaitu tes yang dilakukan sebelum PBM dimulai (Lampiran 3)
dan post-test, yaitu tes yang diberikan setelah guru selesai
menyampaikan materi pelajaran (Lampiran 4).
3. Data respon siswa
Data respon siswa diperlukan untuk mengetahui tanggapan,
respon dan kesan siswa terhadap proses pembelajaran menggunakan
model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).
Teknik pengambilan data respon siswa melalui angket. Angket
disebar pada kelas eksperimen dengan menggunakan lembar angket
respon siswa (Lampiran 9).
27
3.6 Teknik analisis data
Data hasil penelitian ini sebelum dianalisis terlebih dahulu dilakukan:
3.6.1 Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Menurut Sudjana (1996) langkah-langkah yang dilakukan
untuk uji normalitas meliputi:
1) Menentukan rentang (R) yaitu data terbesar dikurangi data
terkecil
2) Menentukan banyak kelas interval dengan menggunakan rumus
Sturggos, yaitu:
Banyak kelas (K)= 1 + 3.33 log n,
dengan n menyatakan bahwa data dan hasil akhir dijadikan
bilangan bulat.
3) Menentukan panjang kelas interval (P), dengan rumus
P= Rentang
Banyak kelas
4) Membuat tabel distribusi frekuensi
5) Menentukan batas kelas (bk) dari masing-masing kelas interval
6) Menghitung rata-rata nilai (𝑥 ) dengan rumus:
𝑋 = 𝑓𝑖 𝑥𝑖
𝑓𝑖
Keterangan:
fi = frekuensi kelas ke-i
xi = titik tengah kelas ke-i
28
7) Menghitung variasi dengan rumus:
S2 =
𝑛 𝑓1𝑥12− 𝑓1𝑥1 2
𝑛(𝑛−1)
Keterangan:
S2 = simpangan baku gabungan
n = jumlah sampel
fi = frekuensi kelas ke-i
X12 =
titik tengah kelas ke-i
8) Menghitung nilai Z dengan rumus:
Z = 𝑏𝑘−𝑥
𝑆
Keterangan:
S = standard deviasi
bk = batas bawah
9) Menentukan luas tiap kelas interval (L)
10) Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei) dengan rumus:
Ei = n × L
Dengan n = jumlah sampel
11) Membuat daftar frekuensi pengamatan (Oi) dengan frekuensi
diharapkan
12) Menghitung nilai 𝑥2 (chi kuadrat) dengan rumus:
X2 =
𝑂𝑖−𝐸𝑖
𝐸𝑖
2𝑁𝑡=1
13) Menentukan derajat kebebasan (dk), dalam perhitungan ini
disusun dalam daftar distribusi frekuensi yang terdiri atas kelas
29
interval sehingga untuk menentukan kriteria pengujian
digunakan rumus:
dk = K-1 dan taraf ∝= 0,05 (Riduwan, 2008)
14) Menentukan normalitas distribusi dengan criteria berdistribusi
normal. Jika 𝑥2 hitung < 𝑥2 tabel (𝑥2 hitung < 𝑥2 𝛼 − 𝑑𝑘 ),
maka data bedistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Hipotesis
Ho: 𝜎12 = 𝜎2
2 artinya data homogen
Ha: 𝜎12 ≠ 𝜎2
2 artinya data tidak homogen
Menurut Sudjana (1996) untuk uji homogenitas sampel
digunakan uji varians (uji F) dua pihak.
F hitung = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑆1
2
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑆22
Keterangan:
F = Varians yang dicari
S12 =
Varians terbesar
S22 =
Varians terkecil
Kriteria pengujian Ho diterima jika F hitung < F table
3.6.2 Uji Hipotesis
Data hasil penelitian berdasarkan uji prasyarat menunjukkan data
berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan uji hipotesis
menggunakan uji t (t-test 2 pihak). Uji hipotesis yang dilakukan melalui
beberapa tahapan sebagai berikut: (Sudjana, 1996)
30
a. Menentukan standar deviasi yang diturunkan dari rumus gabungan
digunakan rumus sebagai berikut:
S2 = 𝑛1−1 𝑆1
2+ 𝑛2−1 𝑆22
𝑛1+𝑛2 −2
Keterangan:
S2 =
Varians gabungan
S1 = Standar deviasi kelas I ( kelas eksperimen)
S2 = standard deviasi kelas II (kelas kontrol)
n1 = jumlah sampel kelas I (kelas eksperimen)
n2 = jumlah sampel kelas II (kelas kontrol)
b. Mencari perbedaan pemahaman siswa dengan menggunakan uji
Hipotesis rata-rata (Uji-t) 2 pihak. Menurut Sudjana (1996) rumus
yang digunakan yaitu:
t = 𝑋 1−𝑋 2
𝑆 1
𝑛1+
1
𝑛2
keterangan:
t : Distribusi t
𝑋 1 : Rata-rata kelas I (kelas eksperimen)
𝑋 2 : Rata-rata kelas II (kelas kontrol)
𝑛1 : Jumlah sampel kelas I (kelas eksperimen)
𝑛2 : Jumlah sampel kelas II (kelas kontrol)
31
3.6.3 Analisis Deskriptif Kualitatif
a. Data aktivitas siswa
Data hasil aktivitas siswa dihitung pada setiap indikator
pengamatan yang dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P = 𝑅
𝑇 × 100 % (Purwanto, 2004)
Keterangan :
P: Jumlah persentase siswa yang melakukan aktivitas
R: Jumlah siswa yang melakukan aktifitas
T: Jumlah keseluruhan siswa yang belajar.
b. Data respon siswa
Data hasil angket dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Presentase (%) = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑁 × 100 % (Djamarah, 2005)
Keterangan :
N = Jumlah responden seluruhnya
Menurut Arikunto (2005) hasil persentase dapat disimpulkan
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Jika memiliki kesesuaian 81 – 100 % : sangat baik
Jika memiliki kesesuaian 61 – 80 % : baik
Jika memiliki kesesuaian 41 – 60 % : cukup
Jika memiliki kesesuaian 21 – 40 % : kurang
Jika memiliki kesesuaian 0 – 20 % : sangat baik
32
3.7 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. memberikan pre test untuk mengetahui kemampuan awal antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebelum mendapatkan pembelajaran.
2. memberikan perlakuan pada ke-2 kelas sesuai skenario pembelajaran,
yaitu memberikan materi pelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) pada kelas
eksperimen dan pembelajaran klasikal pada kelas kontrol.
3. melakukan pengamatan pada aktivitas siswa dan cara mengajar guru
4. melakukan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa setelah mendapatkan
pembelajaran.
5. menganalisis data menggunakan teknik yang telah ditentukan.
6. memberikan angket dan wawancara untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran pada kelas eksperimen.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Data hasil postes kelas eksperimen dan kontrol
Postes dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan pada kelas eksperimen maupun kontrol. Dari hasil postes
tersebut diperoleh nilai tertinggi 91 dan nilai terendah 40. Data postes
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
86 – 91 9 0 13.63 0
80 – 85 12 5 18.18 15.15
74 – 79 11 2 16.67 6.06
68 – 73 15 13 22.72 39.39
62 – 67 3 6 4.54 18.18
56 – 61 13 4 19.69 12.12
50 – 55 2 2 3.03 6.06
40 – 49 1 1 1.51 3.03
Jumlah 66 33 100 100
4.1.2. Perbandingan Rata-rata Hasil Pretes-Postes pada Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Berdasarkan perhitungan data nilai pretes dan postes diperoleh
perbandingan rata-rata untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol seperti
yang tersaji pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1.
33
34
Tabel 4.2
Perbandingan rata-rata pretes-postes pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol
Kelas Nilai Rata-rata
Pretes Postes
Eksperimen 49.48 72.56
Kontrol 54.03 68.36
Gambar 4.1 Grafik perbandingan nilai pretes dan postes pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen
4.1.3 Uji Prasyarat
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, nilai postes terlebih dulu
diuji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas
menggunakan rumus chi kuadrat dan uji homogenitas menggunakan uji F.
4.1.3.1 Uji Normalitas Nilai Postes
Berdasarkan perhitungan chi kuadrat, data kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperoleh hasil bahwa data tersebut berdistribusi normal
(Tabel 4.3 dan Lampiran 6.1)
0
20
40
60
80
PretesPostes
54,0368,3649,48
72,56
Kontrol Eksperimen
35
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Kelompok Uji Normalitas
X2
hitung X2
tabel Hasil
Postes kelas eksperimen 15.0048 18.48 Normal
Postes kelas kontrol 14.3343 18.48 Normal
Keterangan : kriteria data berdistribusi normal jika X2
hitung < X2
tabel
4.1.3.2 Uji Homogenitas
Berdasarkan perhitungan uji F, diperoleh hasil bahwa data postes
kelas eksperimen dan kontrol adalah homogen (Tabel 4.4 dan Lampiran
6.2)
Tabel 4.4
Hasil Uji Homogenitas
Kelompok Uji Homogenitas
Fhitung Ftabel Hasil
Postes kelas eksperimen 1.506 1.633 Homogen
Postes kelas control 1,048 2.025 Homogen
Keterangan : kriteria data berdistribusi homogen jika Fhitung < Ftabel
Berdasarkan hasil analisis data postes kelas eksperimen dan kelas
kontrol masing-masing berdistribusi normal dan homogen, sehingga
dilanjutkan uji t (uji 2 pihak).
4.1.4 Uji t (Uji 2 Pihak)
Berdasarkan hasil uji prasyarat (Tabel 4.2 dan Tabel 4.3)
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Dengan
demikian maka data tersebut dapat dilanjut ke uji t 2 pihak. Hasil
perhitungan uji t diperoleh nilai thitung = 6.9479 lebih besar jika
36
dibandingkan dengan nilai ttabel α = 0.05 dan dk= 64 sebesar 2.27 (6.9479 >
2.27) (Lampiran 6.3). Dengan hasil perhitungan di atas maka Ho ditolak dan
Ha diterima, yang berarti penggunaan model CTL berpengaruh terhadap
pemahaman siswa.
4.1.5 Data Aktivitas siswa selama pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan model
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning), aktivitas siswa
selama proses pembelajaran menunjukkan adanya perbedaan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut disajikan dalam Tabel 4.1 dan
Gambar 4.2.
Tabel 4.5
Persentase Rata-rata Aktivitas Belajar Siswa
No Aktivitas Kelas Eksperimen (%) Kelas Kontrol (%)
SB B C SB B C
1 Partisipasi aktif siswa 19.86 30.39 11.76 0 11,77 25
2 Ketertarikan mengamati
objek biologi 0 10.48 15.63
0 6.56 0
3 Aktivitas diskusi 24.73 23.4 20.06 0 5.88 17.64
4 Kemampuan
berargumentasi 18.75 21.23 22.06
0 0 12.36
5 Aktivitas mengerjakan
tugas 18.2 43.16 21.86
0 3.48 5.16
6 Kemampuan
menyimpulkan 29.04 43.21 36.81
0 26.47 33.46
37
Gambar 4.2 Grafik poligon rata-rata aktivitas belajar siswa yang dipengaruhi oleh
penggunaan model CTL
0
10
20
30
40
SB B C
Partisipasi aktif siswa
Kontrol
Eksperimen
0
5
10
15
20
SB B C
Ketertarikan mengamati
objek
Kontrol
Eksperimen
0
10
20
30
SB B C
Aktivitas diskusi
Kontrol
Eksperimen
0
5
10
15
20
25
SB B C
Kemampuan berargumentasi
Kontrol
Eksperimen
0
20
40
60
SB B C
Kemampuan mengerjakan
tugas
Kontrol
Eksperimen0
10
20
30
40
50
SB B C
Kemampuan menyimpulkan
Kontrol
Eksperimen
38
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan uji t menunjukkan bahwa penggunaan
model CTL berpengaruh terhadap meningkatnya pemahaman siswa dalam
mempelajari materi biologi (lampiran 6.3). Peningkatan itu dapat diketahui
dari hasil rata-rata postes pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol (Tabel 4.2). Hal ini ternyata sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suryanti et al., (2006) bahwa melalui pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan pemahaman siswa
Pada proses pembelajaran, kegiatan konstruktivisme (constructivism)
dilakukan oleh siswa dengan cara mengamati gambar nyata yang ditampilkan
oleh guru. Berdasarkan Tabel 4.5, hasil observasi terhadap aktivitas
partisipasi aktif menunjukkan bahwa siswa sangat antusias memperhatikan,
tidak berbicara sendiri dan merespon setiap pertanyaan yang disampaikan
oleh guru, sehingga siswa dapat memahami konsep materi serta
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi yang
dipelajari. Setelah siswa dapat memahami konsep materi, guru membagikan
LKS sebagai panduan kegiatan pengamatan agar siswa dapat menemukan
(inquiry) ciri-ciri, contoh dan peranan masing-masing filum pada
nemathelminthes dan annelida.
Dari hasil constructivism dan inquiry, muncul berbagai pertanyaan
(questioning) yang diajukan oleh siswa dalam memahami materi. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut dipecahkan melalui masyarakat belajar (learning
community) sehingga tercipta kegiatan diskusi. Pada kegiatan diskusi,
39
terdapat perbedaan persepsi mengenai hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Dengan demikian, akan saling bertukar pengetahuan antara siswa yang satu
dengan yang lainnya. Dalam hal ini, tugas guru adalah memfasilitasi jalannya
diskusi dan membantu apabila ada kesulitan yaitu dengan cara menampilkan
kembali gambar nyata sebagai pemodelan (modeling) untuk memastikan dan
menegaskan materi yang sedang dipelajari sehingga siswa menjadi jelas dan
paham terhadap materi. Setelah semua siswa memiliki persepsi yang sama
terhadap materi, guru melakukan refleksi (reflection) dan penilaian yang
sebenarnya. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dilakukan
dengan cara guru memberikan tes secara lisan untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa terhadap materi annelida. Pada akhir proses pembelajaran,
guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
sehingga siswa mampu memahami ciri-ciri, sistem organ, contoh dan peranan
nemathelminthes dan annelida. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
model CTL terbukti berpengaruh terhadap meningkatnya pemahaman siswa
dalam mempelajari materi nemathelminthes dan annelida.
Penggunaan model CTL selain berpengaruh terhadap pemahaman
siswa juga berpengaruh terhadap minat belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Minat tersebut ditunjukkan dengan aktivitas belajar siswa
selama proses pembelajaran. Aktivitas siswa selama pembelajaran pada
kriteria sangat baik, baik dan cukup disajikan dalam Gambar 4.3.
40
Keterangan
1. Partisipasi aktif siswa
2. Ketertarikan mengamati objek
3. Kemampuan berdiskusi
4. Kemampuan berargumentasi
5. Kemampuan mengerjakn tugas
6. Kemampuan menyimpulkan
Gambar 4.3 Grafik perbandingan aktivitas siswa menggunakan model
pembelajaran CTL untuk kriteria Sangat Baik (a), kriteria Baik
(b) dan kriteria Cukup (c)
0
10
20
30
40
1 2 3 4 5 6
(a)
Kontrol
Eksperimen
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6
(b)
Kontrol
Eksperimen
0
10
20
30
40
1 2 3 4 5 6
(c)
Kontrol
Eksperimen
41
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa menunjukkan bahwa adanya
perbedaan rata-rata aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol (Gambar 4.3). Hal tersebut disebabkan karena pada pembelajaran
menggunakan model CTL partisipasi aktif siswa selama pembelajaran
dikembangkan. Data hasil observasi partisipasi aktif siswa pada kelas
eksperimen diperoleh persentase rata-rata untuk kriteria sangat baik sebesar
19.86 %; kriteria baik sebesar 30.39% dan kriteria cukup 11.76%. Sedangkan
pada kelas kontrol diperoleh persentase rata-rata kriteria baik sebesar 11.77%
dan kriteria cukup 25 (Tabel 4.5). Hal ini terlihat ketika guru sedang
menampilkan gambar nyata dari kelabang laut, cacing tanah dan lintah, siswa
memperhatikan, tidak berbicara sendiri, menanggapi dan menjawab
pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Siswa yang menunjukkan partisipasi
tinggi selama pembelajaran berdampak pada hasil postes yang juga
mendapatkan nilai tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi aktif
siswa selama pembelajaran mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi
yang dipelajari.
Ketertarikan siswa dalam mengamati objek biologi seperti gambar
nyata dari kelabang laut, cacing tanah dan lintah berkembang karena siswa
sudah memiliki keaktifan dalam pembelajaran dengan mengoptimalkan alat
indera secara proporsional. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian
Karlimah (2007) yang menyatakan bahwa penggunaan alat indera secara
proporsional dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengobservasi
42
objek. Kegiatan mengamati objek tersebut menyebabkan siswa menjadi
paham terhadap konsep materi yang akan dipelajari.
Penggunaan model CTL juga dapat meningkatkan kemampuan diskusi
siswa selama pembelajaran (Tabel 4.5). Meningkatnya kemampuan diskusi
siswa dikarenakan pada proses pembelajaran siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri materi yang akan dipelajari sehingga akan menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan untuk memahami materi tersebut. Pertanyaan yang
diajukan siswa antara lain mengapa cacing tanah termasuk dalam filum
oligochaeta? Pertanyaan-pertanyaan tersebut dipecahkan melalui kegiatan
diskusi. Melalui kegiatan diskusi, siswa menjadi berani bertanya, mampu
menyampaikan hasil pemikirannya sendiri, dan menjawab pertanyaan dalam
diskusi. Di dalam kegiatan diskusi juga berkembang kemampuan
berargumentasi dan mengerjakan tugas. Kemampuan berargumentasi dilihat
dari keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya, menyanggah
pendapat orang lain dan melengkapi pendapat atau jawaban orang lain. Hal
ini senada dengan penelitian Suryanti et al. (2006) yang menyatakan bahwa
model pembelajarn kontekstual mampu meningkatkan aktivitas di kelas
dalam hal mengemukakan pendapat. Sedangkan kemampuan mengerjakan
tugas dalam pembelajaran yang dilakukan siswa adalah mengerjakan LKS
dalam rangka menemukan materi ciri-ciri, sistem organ, contoh dan peranan
filum pada nemathelminthes dan annelida. Kemampuan tersebut terlihat
ketika siswa mampu mencari dan mengumpulkan informasi dari bacaaan,
43
memecahkan soal yang diberikan guru, mengerjakan tugas dengan benar dan
mampu melaporkan hasil dari tugas secara lisan maupun tulisan.
Pembelajaran menggunakan model CTL juga dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Hal ini
terlihat dari hasil observasi diperoleh persentase rata-rata pada kriteria sangat
baik sebesar 29.04%; kriteria baik sebesar 43.21% dan kriteria cukup sebesar
36.81%.
Secara keseluruhan dapat dikatakan model pembelajaran CTL
berpengaruh terhadap meningkatnya aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Baihaki (2010) yang mengemukakan bahwa
pembelajaran CTL memiliki dampak positif dalam upaya meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa berdampak pada
pemahaman siswa terhadap materi yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dari
rata-rata hasil postes pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol (Tabel 4.2).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran CTL berpengaruh terhadap meningkatnya pemahaman siswa
terhadap materi dan berpengaruh terhadap meningkatnya minat siswa dalam
pembelajaran yang ditunjukkan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa
selama pembelajaran.