bab iii metode penelitian a. -...
TRANSCRIPT
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu ciri, sifat atau ukuran tentang
suatu konsep pengertian tertentu sebagai titik perhatian dari suatu
penelitian. Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian
yang dapat diamati dan diukur. Pada penelitian ini terdapat dua variabel
yaitu:
1. Variabel Bebas
“Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat”
(Sugiyono, 2008:61). Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas
adalah Permainan Tongue Twister. Tongue twister adalah sebuah kata,
frase, maupun kalimat yang sulit untuk diucapkan secara berturut-turut
yang dikemas dengan pengulangan suara yang sama maupun
pengulangan bunyi konsonan yang sama.” (Vas, 2006: 1).
Permainan tongue twister ini dapat membantu anak tunarungu
dalam mempraktikkan bunyi-bunyi tertentu yang menjadi
pembelajaran artikulasi. Tongue twister tidak hanya mengulangi bunyi
yang sama dalam kalimat maupun pembelajaran artikulasi saja, tetapi
juga merupakan alat yang efektif untuk mengajar di kelas.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2011:61).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
pembelajaran wicara konsonan frikatif (s), yang dimaksud frikatif
adalah sebuah istilah lingusitik, ini merupakan sejenis fonem tertentu.
Frikatif dalam bahasa Indonesia adalah 'bunyi desah'. Daftar frikatif
dalam fonologi bahasa Indonesia: /f/,/v/, /s/, /z/, /sy/, /kh/, /gh/.
25
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Edja (2005:145), dasar pengucapan fonem /s/: ujung lidah
dan lengkung kaki gigi bawah. Dengan cara pembentukannya:
a. Ujung lidah menekan lengkung pada gigi bawah, pinggir lidah
mengenai geraham udara ke luar melalui saluran yang terbentuk
sepanjang bagian tengah lidah, sehingga menimbulkan suara geser,
tetapi tidak bersuara, karena pita suara tidak bergetar.
b. Posisi gigi, gigi bawah dan atas hampir terhimpit, tetapi juga tidak
saling menekan, posisi menyempit, ujung atau sudut bibir saling
menekan.
Kemampuan pengucapan konsonan Frikatif (s) anak tunarungu
dapat dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan ketika sebelum
diberikan intervensi dengan sesudah diberikan intervensi.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini digunakan
metode penelitian eksperimen, “Metode penelitian eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono,
2011:14). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan menggunakan rancangan Single Subject Research
(SSR) yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh suatu perlakuan yang diberikan pada satu subyek. Pada
penelitian ini, peneliti bermaksud memperoleh data mengenai pengaruh
penggunaan permainan tongue twister terhadap pembentukan konsonan
frikatif (s) pada siswa tunarungu kelas 7.
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa Single Subject Research
(SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR
mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk
mendokumentasikan perubahan tingkah laku subjek secara perseorangan.
26
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara
perlakuan dari perubahan tingkah laku.
1. Desain Penelitian
Pola desain eksperimen subjek tunggal yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan
kondisi, yaitu:
a. A-1 adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar).
Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam
pengucapan konsonan frikatif (s) sebelum diberikan perlakuan
atau intervensi. Pada kondisi ini, untuk mengetahui kemampuan
pengucapan konsonan frikatif (s) anak tunarungu sebelum
dilakukan intervensi adalah memberikan tes pengucapan kata
dengan memberikan karangan cerita yang terdapat konsonan /s/ di
awal, di tengah, dan di akhir. Kemudian dihitung skor yang
dimiliki anak, data skor selanjutnya dimasukkan ke dalam
pencatatan data.
b. B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi
kemampuan subjek dalam pengucapan konsonan Frikatif (s)
dengan permasalahan pembentukan selama intervensi. Pada tahap
ini subjek diberikan perlakuan secara berulang-ulang dengan
menggunakan permainan tongue twister. Anak diberikan delapan
kalimat tongue twister yang harus dibacakan secara cepat. Jika
terdapat kesalahan dalam pengucapannya, berikan latihan
meraban untuk mengajarkan cara pengucapan konsonan /s/
dengan benar.
c. A-2 (baseline 2) merupakan pengulangan kondisi baseline 1
sebagai evaluasi apakah intervensi yang diberikan berpengaruh
pada subjek atau tidak. Hasil evaluasi dapat menunjukkan apakah
intervensi yang diberikan membuat pengaruh positif pada subjek
dengan membandingkan kondisi subjek pada baseline-1 dan
baseline-2. Pelaksanaannya anak diintruksikan untuk
27
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membacakan karangan cerita sederhana yang terdapat konsonan
/s/ di awal, di tengah, dan di akhir seperti pada baseline 1 (A-1).
Desain A-B-A ini dipilih karena dapat menunjukkan apakah
terdapat hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas.
Adapun secara visual desain A-B-A digambarkan sebagai berikut:
Grafik 3.1. Desain A-B-A
2. Prosedur Penelitian
a. Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan penelitian Pembelajaran Wicara
Konsonan Frikatif (s) Melalui Permainan Tongue Twister Pada
Siswa Tunarungu dengan desain A-B-A memiliki tiga tahapan
sebagai berikut:
1) Baseline-1 (A-1)
Pada tahap ini pengukuran kemampuan dilakukan secara
berulang untuk memperoleh baseline sebagai landasan
pembanding keefektifan. Masing-masing sesi dilakukan pada
hari yang berbeda dan tanpa melalui permainan tongue twister
dalam periode waktu selama 15 menit. Dengan penjabaran
sebagai berikut:
a) Lakukan percakapan terlebih dahulu sebelum memulai sesi
baseline.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A-1 B A-2
28
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b) Dalam mengukur kemampuan artikulasi anak tunarungu
dengan gangguan kesulitan pengucapan, dilakukan dengan
memberikan beberapa kalimat dalam bentuk karangan
cerita sederhana yang terdapat beberapa kata yang ada pada
butir-butir soal yang telah disediakan sebagai awal tes
untuk memperhatikan sejauh mana gangguan subtitusi
terjadi.
c) Dalam mengukur kemampuan anak dalam pengucapan
konsonan frikatif (s), dilakukan dengan menghitung
presentase kata yang diucapkan anak.
Pada fase ini pengukuran dilakukan dengan memberikan tes
lisan yang dilakukan dengan cara, peneliti memberikan kalimat
konsonan (s), kemudian peneliti meminta anak membaca
kalimat sesuai dengan yang diberikan peneliti.
2) Intervensi (B)
Intervensi kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s)
dilakukan secara berulang dan berlangsung selama 30 menit
untuk setiap sesinya. Intervensi dilakukan dengan
menggunakan permainan tongue twister. Perlakuan yang
diberikan kepada peserta didik, sebagai berikut:
a) Mengondisikan subjek di dalam ruangan khusus, dimana
tidak ada orang lain selain subjek dan peneliti. Hal ini
untuk menghindari kesulitan kosentrasi dan kebisingan
suara.
b) Subjek dibimbing untuk mengikuti tahap demi tahap
permainan tongue twister.
c) Subjek diminta mengerjakan setiap perintah yang
disampaikan oleh peneliti.
d) Dilakukan evaluasi pada setiap sesi yang telah dilakukan.
e) Setiap tahap dan butir soal yang dilalui mendapat ceklis dan
nilai pada lembar soal yang telah dipersiapkan.
29
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Baseline-2 (A-2)
Pada tahap pengukuran ini kemampuan berbicara dilakukan
secara berulang. Dimana pada setiap masing-masing sesi
dilakukan pada hari yang berbeda, tanpa penggunaan
permainan tongue twister dalam periode waktu selama 30
menit. Dengan penjabaran sebagai berikut:
a) Lakukan percakapan terlebih dahulu sebelum memulai
sesi baseline. (Sebagaimana yang dilakukan pada tahap A-
1).
b) Melakukan pengukuran ulang kemampuan anak dalam
pengucapan konsonan frikatif (s), dengan menggunakan
butir soal yang sama pada saat dilakukan tes sebelumnya.
c) Dalam mengukur kemampuan anak dalam pengucapan
konsonan frikatif (s) dilakukan dengan menghitung
presentase kata yang diucapkan anak.
Pada fase ini pengukuran dilakukan dengan memberikan tes
lisan yang dilakukan dengan cara, peneliti memberikan
karangan cerita sederhana yang mengandung kalimat konsonan
(s), kemudian peneliti memina anak membaca kalimat sesuai
dengan yang diberikan peneliti (sebagaimana yang dilakukan
pada tahap A-1).
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti merupakan subjek tunggal, sesuai dengan
metode penelitian yang digunakan, yaitu penelitian subjek tunggal.
Adapun identitas anak tersebut adalah sebagai berikut:
Nama : MJD
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 24 Mei 1997
Agama : Islam
Kebutuhan : Tunarungu
30
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelas : VII SMPLB Negeri Cicendo
Alamat : Jl. Kebon Bibit
Pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan rekomendasi
pihak sekolah yang ditunjang dengan hasil pengamatan selama
observasi.
2. Karakteristik Anak
Dari hasil pengamatan peneliti selama studi pendahuluan, kelebihan
yang ada pada sujek yaitu lancar dalam berkomunikasi secara lisan. MJ
jarang menggunakan bahasa isyarat ketika berkomunikasi dengan guru
maupun orang baru yang bukan tunarungu. Namun masih terdapat
kesalahan dalam pengucapan fonem /s/ dalam berkomunikasi secara
lisan. Sehingga lawan bicara terkadang bingung dalam memahami apa
yang sedang MJ katakan. Dengan kondisi yang seperti itu, diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan pengucapan konsonan /s/ pada anak
ini dengan cara pemberian intervensi.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Cicendo
Bandung, yang beralamat di Jl. Cicendo No. 2. Kegiatan penelitian
yang dilakukan berlangsung pada saat diluar jam pelajaran dengan
meminta izin terlebih dahulu kepada wali kelas. Kegiatan ini
dilaksanakan di sebuah ruangan khusus yang terpisah dari ruang kelas.
Hal ini dilakukan agar subjek dapat lebih kosentrasi dalam
mengerjakan tes dan melakukan kegiatan sesuai dengan yang
diinstuksikan peneliti.
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya
dinamakan instrumen penelitian.
31
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Instrumen penelitian adalah berupa tes yang bersifat mengukur,
karena berisi pertanyaan atau pernyataan yang alternatif
jawabannya memiliki standar jawaban tertentu, benar-salah
maupun skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban skala,
berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk
skala deskriptif ataupun skala garis. (Sukmadinata, 2010:230)
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan selama
menyusun intrumen penelitian.
a. Membuat Kisi-kisi.
Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan
intrumen dan disesuaikan dengan kemampuan awal anak.
b. Penyusunan Instrumen
Penyusunan insrumen menjadi pegangan peneliti untuk terjun
ke lapangan. Penyusunan instrumen disesuaikan dengan kisi-kisi
yaitu berdasarkan pada kemampuan awal anak. Adapun instrumen
tes yang diberikan adalah tes megucapkan kata. Tes ini berfungsi
untuk mengukur kemampuan dalam mengucapkan kata sesuai yang
terdapat dalam kartu. Dalam tes ini subjek diberikan instruksi
untuk melakukan kegiatan mengucapkan sebanyak delapan kalimat
tongue twister yang di dalamnya terdapat sepuluh kata konsonan
/s/ di awal, sepuluh kata konsonan /s/ di tengah, dan sepuluh kata
konsonan /s/ di akhir. Setelah tes dilakukan, selanjutnya hasil
tersebut dihitung.
c. Penyusunan Program Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (s)
Penyusunan program pembelajaran wicara ini bertujuan untuk
panduan dalam pembelajaran artikulasi sebagai bentuk intervensi
pada siswa tunarungu.
d. Uji Validitas
Sebelum instrumen penelitian digunakan, maka peneliti perlu
mengetahui layak tidaknya intrumen yang akan dijadikan sebagai
32
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
alat tes. Instrumen penelitian dikatakan layak digunakan sebagai
alat tes apabila memenuhi kriteria, yakni instrumen harus valid.
Melalui proses judgement kelayakan alat pengumpul data dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Skor validitas diolah dengan menggunakan rumus:
P = F/N x 100%
Keterangan : P = Presentase
F = Jumlah cocok
N = Jumlah penilai ahli
Setelah tahap judgement dilaksanakan, intrumen tes diberikan
kepada subjek yang lain dan dilakukan sebelum eksperimen
sesungguhnya dimulai, hal ini dilkaukan semata-mata untuk
menambah keyakinan peneliti dalam penggunaan instrumen yang
akan digunakan. Melalui tahap judgement, maka instrumen yang
digunakan selanjutnya memiliki validitas dengan kemampuan
anak.
Adapun tiga ahli yang melakukan penilaian validitas adalah:
Penilai I : Dr. Dudi Gunawan, M.Pd. (Dosen PLB UPI)
Penilai II : Siti Maryati, S.Pd (Guru SLB Negeri Cicendo)
Penilai III : Neni Satriani, S.Pd (Guru SLB Negeri Cicendo)
Tabel 3.1
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Butir Soal Bobot Penilaian
Persentase (%) Keterangan Cocok Tidak Cocok
1 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid
2 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid
3 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid
4 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid
5 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid
6 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid
33
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid
8 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid
Hasil uji validitas instrumen melalui judgement para ahli di atas
dapat diperoleh hasil 100%. Maka dari itu instrumen yang digunakan
dapat dikatakan valid.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data yang dapat
memperlihatkan pengaruh penggunaan permainan tongue twister
terhadap peningkatan kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s)
pada anak tunarungu. Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk
menjelaskan dan menjawab permasalaha secara objektif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah data
yang berbentuk tes lisan. “Tes berguna untuk mengukur ada atau
tidaknya, serta besarnya kemampuan objek yang diteliti.” (Suharsimi,
1997)
Pada penelitian ini, tes lisan digunakan untuk mengukur sejauh
mana peningkatan kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s) pada
anak yang teliti. Tes yang dilakukan adalah sebanyak empat kali pada
fase baseline-1 (A-1), enam kali pada fase intervensi (B), dan empat
kali pada fase baseline-2 (A-2).
Skoring dilakukan dimana setiap ucapan yang benar dan salah akan
diberi nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada setiap tes
tersebut. Data yang telah diperoleh dicatat pada catatan data yang telah
disiapkan, setelah semua data terkumpul kemudian masing-masing
komponen dijumlahkan dan untuk menghitung persentase peningkatan
kemampuan pengucapan konsonan frikatif (s), dapat dihitung dengan
cara:
Jumlah jawaban benar x 100%
Jumlah soal
34
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pre test dan post test
kemampuan berbicara untuk mengetahui adanya pengaruh satu
perlakuan terhadap target behavior yang sudah ditentukan selanjutnya
data dianalisis dengan membandingkan hasil penelitian pada saat A-1
(baseline-1) dan A-2 (baseline-2) setelah subjek menerima perlakuan
selama intervensi. Setelah semua data terkumpul, data diolah dan
dianalisis ke dalam statistik deskriptif agar memperoleh gambaran
yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang
ditentukan.
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
pengukuran presentase yang merupakan suatu pengukuran variabel
terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur
perilaku dalam bidang akademik maupun sosial.
Presentase (%) dihitung dengan cara jumlah soal yang benar dibagi
seluruh soal dikalikan seratus.
Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam menganalisis data
kemampuan berbicara, adalah sebagai berikut:
a. Menghitung presentase kata yang diucapkan anak sebagai
pengukuran data pada fase baseline dari subjek setiap sesinya.
b. Menghitung presentase kata yang diucapkan anak sebagai
pengukuran data pada fase intervensi dari subjek setiap sesinya.
c. Menghitung presentase kata pada tabel perhitungan dari presentase
kata yang diucapkan subjek pada fase baseline, fase intervensi
pada subjek setiap sesinya.
d. Membandingkan presentase kata pada fase baseline dan prosentase
kata pada fase intervensi dari subjek.
35
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat
secara langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.
f. Adapun grafik perkembangan yang digunakan untuk mengolah
data berupa grafik desain A-B-A.
Setelah semua data diperoleh, masing-masing data baseline-1,
intervensi, dan baseline-2 dibuat analisis dekskriptif. Pada penelitian
dengan subjek tunggal, data disajikan dengan menggunakan statistik
deskriptif yang berbentuk grafik. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah memahami data, adakah pengaruh peningkatan
pengucapan konsonan frikatif (s) melalui permainan tongue twister.
Sedangkan data dijabarkan dalam bentuk grafik. Adapun grafik yang
digunakan adalah bentuk grafik garis.
Menurut Sunanto (2006:36-37) terdapat beberapa komponen
grafik garis, yaitu:
1) Absis adalah sumbu x yang merupakan sumbu mendatar yang
menunjukkan satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari,
tanggal).
2) Ordinat adalah sumbu y yang merupakan sumbu vertikal yang
menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen,
frekuensi, durasi).
3) Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu x dengan sumbu y
sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.
4) Skala garis-garis pendek pada sumbu x dan sumbu y yang
menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, 75%).
5) Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi
eksperimen misalnya baseline atau intervensi.
6) Garis Perubahan Kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan
adanya perubahan kondisi ke lainnya.
7) Judul Grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar
segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
2. Analisis data
36
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik
kesimpulan. Menurut Sunanto (2006:65) pada penelitian dengan
kasus tunggal biasanya menggunakan statistik deskriptif yang
sederhana hal ini bertujuan agar memperoleh gambaran yang jelas
tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan.
Setelah terkumpul, selanjutnya data dianalisis dengan perhitungan
tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis data setiap kondisi
dan antar kondisi.
Analisis dalam kondisi memiliki komponen yang meliputi:
a. Panjang kondisi
Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga
menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.
b. Kecenderungan arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi
semua data dalam kondisi di mana banyaknya data yang berada di
atas dan di bawah garis sama banyak.
c. Tingkat stabilitas (level stability)
Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi.
Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya
data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.
d. Tingkat perubahan (level change)
Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data antara
dua data. Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama
dengan data terakhir.
e. Jejak data (data path)
Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam
suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menarik, menurun,
dan mendatar.
f. Rentang
37
Ratih Dwi Lestari,2013 Pembelajaran Wicara Konsonan Frikatif (S) Melalui Permainan Tongve Twister Pada Siswa Tunarungu (Single Subject Research Pada Kelas VII SMLB Negeri Cicendo) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir
sama halnya pada tingkat perubahan (level change).
Sedangkan analisis antar kondisi meliputi komponen sebagai
berikut:
1) Variabel yang diubah
Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan.
2) Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi
baseline dan intervensi.
3) Perubahan stabilitas dan efeknya
Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari
sederetan data.
4) Perubahan level data
Menunjukkan seberapa besar data diubah.
5) Data yang tumpang tindih
Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari
keadaan data yang sama pada kedua kondisi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
tersebut adalah:
a) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.
b) Menskor hasil penilaian pada kondisi treatment/intervensi.
c) Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.
d) Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada
kondisi baseline-1, intervensi dan baseline-2.
e) Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi
dan skor baseline-2.
f) Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat
secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
g) Membuat analisis kondisi dan antar kondisi.