bab iii metode penelitian a. metode dan desain...
TRANSCRIPT
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian dalam sebuah penelitian memiliki peran penting, untuk
membantu peneliti dalam menjelaskan langkah-langkah yang diambil peneliti
dalam mencapai tujuan sebuah penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah
sebuah instrumen asesmen perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif
yang fungsional pada anak tunarungu usia sekolah. Penelitian dilaksanakan
dalam III tahap yang saling berkaitan antara tahapan yang satu dengan tahap
yang lainnya, dimana untuk melakukan tahap selanjutnya maka harus
dilakukan terlebih dahulu tahap sebelumnya. Dalam setiap tahapan akan
memperoleh hasil yang akan menjadi dasar untuk melanjutkan penelitian pada
tahap selanjutnya.
Penelitian ini menggunakan metode yang berbeda dalam setiap tahapannya,
yaitu metode kualitatif (tahap I dan tahap II). Sugiyono (2013)
mengemukakan bahwa metode kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Metode penelitian
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2007) menyatakan
bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. Sedangkan metode kualitatif menurut (Creswell, 2010)
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodelogi yang menyelidiki suatu fenomena social dan masalah manusia.
Peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan
terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang
alami.
32
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian pada tahap III menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa pendekatan kuantitatif yang
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif,
yang dilakukan secara bersamaan karena masing-masing metode penelitian
dalam setiap tahapannya dapat mewakili data yang ingin peniliti peroleh saat
dilapangan. Penggabungan metode kualitatif dan kuantitaif ini dapat dilakukan
dengan beberapa alasan tertentu. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Susan Stainback dalam Sugiyono (2011) each methodology can be used to
complement the other within the same area of inquiry, since they have
different purposes or aims. Dapat digunakan secara bergantian. Pada tahap
pertama menggunakan metode kualitatif, sehingga ditemukan hipotesis,
Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif. penelitian
dilakukan dengan melakukan tiga tahap, dengan pola penelitian kualitatif yang
dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif (Eksploratory Reseach Design).
Pada tahap I yaitu mengenai studi pendahuluan yang bertujuan untuk
mendapatkan kondisi objektif di lapangan, sedangkan pada tahap II yaitu
mengenai pengembangan draft instrument asesmen yang akan divalidasi oleh
expert judgement atau para ahli pada bidang pendidikan kebutuhan khusus
yang akan menghasilkan instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif yang telah divalidasi. Adapun pengertian metode kualitatif yaitu
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah (Sugiyono; 2011). Untuk tahap III mengenai uji keterlaksanaan
asesmen di lapangan, menggunakan instrumen asesmen bahasa reseptif dan
bahasa ekspresif yang telah divalidasi untuk mengetahui fungsionalitas dari
instrumen tersebut yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
33
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Peenelitian mengenai pengembangan instrumen asesmen bahasa reseptif
dan bahasa ekspresif ini diawali dengan penelitian tahap I sejak 27 April 2015
yang selanjutnya akan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan
sampai penelitian dapat dinyatakan selesai. Penelitian ini dilakukan pada
beberapa lokasi yaitu lokasi dalam penelitian ini adalah beberapa SLB-B yang
berada di kota Bandung.
Yang menjadi informan atau sumber data adalah guru, orang tua dan siswa
tunarungu usia sekolah (anak tunarungu tingkat dasar yang dirasa sudah
mampu untuk mengikuti pembelajaran di sekolah atau tingkat paling dasar).
Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011).
Adapun subjek penelitian ini dibatasi pada siswa tunarungu kelas dasar di
SLB-B Bandung, orang tua anak tunarungu yang, dan guru yang mengajar di
SLB tersebut. Kriteria pengambilan subjek yaitu siswa yang sudah berusia 6-8
tahun atau siswa sekolah dasar. Di SLB ke 1 anak tunarungu yang duduk di
kelas dasar yaitu 3 orang dengan kisaran usia 7-8 tahun, dan di SLB ke 2
jumlah anak tunarungu 3 orang kisaran usia 7-8 tahun, dan di SLB ke 3 yang
memiliki 2 anak tunarungu kelas dasar dengan kisaran usia 7-9 tahun.
Pertimbangan atau alasan dalam memilih anak tunarungu usia sekolah
adalah di usia sekolah anak tersebut dirasa sudah cukup mampu untuk mulai
mengikuti pembelajaran di sekolah sehingga perkembangan bahasa reseptif
dan bahasa ekspresif sangat meningkat atau sangat diperlukan untuk
berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, terutama di sekolah.
Sedangkan alasan untuk memilih orang tua anak tunarungu yaitu dikarekan
peneliti ingin mengetahui atau menggali lebih dalam mengenai informasi
perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada seorang anak
34
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tunarungu tersebut, dan memilih guru karena dengan adanya guru yang
mampu merasakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa tunarungu
usia sekolah. Anak tunarungu usia sekolah yang menjadi subjek pnelitian ini
ialah 3 orang anak tunarungu yang dipilih salah satu dari setiap sekolahnya,
dari 2 sekolah dipilih salah satu anak yang menunjukkan keterlambatan dalam
bahasa reseptif dan bahasa ekspresifnya dan dari satu sekolah dipilih satu anak
yang dianggap perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresifnya lebih
baik jika dibandingkan dengan teman sekelasnya, agar ia dapat dijadikan
contoh dan acuan bagi perkembangan anak yang lainnya.
1) SLB I
Nama Siswa : YF
Usia : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Karakteristik : Anak terlihat lebih aktif jika dibandingkan dengan
teman sekelasnya yang lain. Ketika diajak berkomunikasi, anak cepat
mengerti dengan yang disampaikan oleh rang lain, terlihat ketika proses
pembelajaran berlangsung, anak dapat mengerti dengan penjelasan yang
disampaikan oleh guru.
2) SLB II
Nama Siswa : AL
Usia : 8 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Karakteristik : Anak terlihat mencari perhatian kepada siapapun,
baik guru atau teman-temannya, diperkirakan karena kondisi orang tua
yang berada dinegara lain dan jauh dari anak sehingga anak merasa kurang
diperhatikan.
3) SLB III
Nama Siswa : KK
Usia : 7 tahun
35
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis Kelamin : Perempuan
Karakteristik : KK sering terlihat tidak mengerti dengan apa yang
disampaikan oleh orang lain ketika mengajaknya berkomunikasi, ia hanya
mengangguk-anggukan ketika ada orang yang bertanya pada dirinya,
kemudian ia terlihat kesulitan dalam mengungkapkan sesuatu, seperti
ketika menginginkan sebuah benda, ia tidak mampu mengungkapkan.
C. Prosedur Penelitian
TAHAP I : STUDI PENDAHULUAN
STUDI LAPANGAN
1. Observasi
2. Wawancara Guru
3. Wawancara Orang Tua
STUDI LITERATUR
1. Jurnal
2. Buku
3. Karya Tulis Ilmiah
lainnya
Analisis Hasil
Temuan Dan
Kondisi
Objektif
TAHAP II : PERENCANAAN
Draft Instrumen
Asesmen Bahasa
Reseptif Dan Bahasa
Ekspresif
Validasi Ahli
Revisi Intrumen
Asesmen Bahasa
Reseptif dan
Bahasa Ekspresif No
Draft Instrumen
Asesmen Bahasa
Reseptif dan
Bahasa Ekspresif
Setelah Divalidasi
Yes
TAHAP III : PELAKSANAAN
Uji Coba Instrumen
Asesmen Bahasa
Reseptif dan Bahasa
Ekspresif (SLB A, B, C)
Produk Instrumen
Asesmen Bahasa
Reseptif dan Bahasa
Ekspresif Anak
Tunarungu Usia Sekolah
Analisis
36
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagan 3.1
Alur Penelitian Pengembangan Instrumen Asesmen Perkembangan Bahsa
Reseptif dan Bahasa Ekspresif usia Sekolah
Adapun penjelasan dari setiap tahapan-tahapan prosedur penelitian sebagai
berikut :
1. Tahap I : Studi Pendahuluan
Penelitian ini diawali dengan melakukan studi lapangan tentang
pelaksanaan asesmen bahasa pada anak tunarungu usia sekolah. Studi
lapangan ini terdiri dari wawancara guru, wawancara orang tua, dan
observasi. Tahap ini penting karena akan dijadikan sebagai latar belakang
pentingnya pengembangan instrumen asesmen bahasa, serta dijadikan
acuan dalam penyusunan instrumen asesmen bahasa pada anak tunarungu
usia sekolah.
Setelah mendapatkan informasi mengenai kondisi objektif di lapangan,
maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah studi
literatur. Studi literature ini bertujuan untuk mendapatkan konsep dasar
mengenai asesmen perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif
serta teori yang berhubungan dengan perkembangan bahasa anak.
2. Tahap II : Perencanaan
Tahap kedua pada penelitian ini adalah pengembangan instrumen
asesmen perkembangan bahasa. Berdasarkan hasil penelitian pada tahap I
yang berupa kondisi objektif di lapangan serta konsep dasar mengenai
perkembangan bahasa pada anak tunarungu usia sekolah, maka disusunlah
draft instrument asesmen yang berlandaskan pada konsep dasar tersebut.
37
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kemudian, draf instrumen tersebut dilakukan validitas isi dan validitas
konstruk melaui expert judgement. Hasil akhir pada tahap ini berupa draft
instrumen yang sudah divalidasi.
3. Tahap III
Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah uji coba draft instrumen
yang sudah divalidasi. Pendekatan yang digunakan pada tahap ini adalah
kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen. Uji coba instrument
dilakukan untuk mengetahui fungsionalitas dari instrument asesmen.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Kualitatif
a. Teknik pengumpulan data pada tahap pendahuluan adalah studi
lapangan dengan cara observasi dan wawancara tidak terstruktur.
Wawancara ini dikonstruksi untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan asesmen bahasa di lapangan. Konstruksi wawancara ini
didasarkan pada proses pelaksanaan asesmen bahasa reseptif dan
bahasa ekspresif, proses pembelajaran di kelas, serta proses
komunikasi dengan orang tua, sehingga wawncaea ini dilakukan pada
guru kelas dan orang tua anak tunarungu.
b. Studi literature dilakukan dengan mengkaji pustaka dari beberapa ahli
yang membahas tentang asesmen dan teori mengenai perkembangan
bahasa, serta hakikat anak tunarungu. Tujuan utama dilakukannya
studi literature adalah mendapatkan konsep dasar dari perkembangan
bahasa pada anak tunarungu usia sekolah.
c. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada tahap perencanaan
yaitu teknik delphie. Menurut Bombana (2010) mengemukakan bahwa
teknik delphie adalah suatu proses kelompok yang digunakan untuk
memperoleh tanggapan tertulis dari beberapa
38
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
individu. Ini dimaksudkan untuk mengumpulkan pendapat dari
sejumlah individu dalam rangka meningkatkan mutu pengambilan
keputusan. Delphi tidak memerlukan pertemuan langsung (Face to
face), bagaimanapun juga, ini bermanfaat untuk melibatkan para ahli,
pengguna-pengguna, pengontrol sumber daya, atau pengurus yang
tidak bisa datang bersama-sama.
Kuisioner kelayakan instrumen asesmen disusun dalam rangka
memperoleh data dari ahli pendidikan kebutuhan khusus dan dari para
praktisi sekolah baik untuk kelayakan isi maupun praktis instrumen
asesmen. Data ini diperlukan dalam rangka pengembangan draft
instrumen awal menjadi draft instrumen asesmen operasional yang
layak uji. Kuisioner ini dikonstruksikan berdasarkan komponen isi,
praktis, dan rasional instrumen asesmen yang dikembangkan.
Kuisioner ini dirancang dalam bentuk skala bertingkat menurut tingkat
kalayakannya, yaitu: tidak layak, layak, sangat layak. Masing-masing
aspek diberi kolom tanggapan sebagai saran dan kritik untuk perbaikan
instrumen.
1) Pemilihan Kelompok Delphi
Dalam studi Delphi, peneliti memilih individu-individu
yang memiliki pengetahuan luas dan berpengalaman yang sesuai
dengan pengetahuan yang diperlukan (para ahli) untuk
menganalisis masalah tertentu. Peneliti menggunakan tehnik
purposive sampling untuk memilih kelompok Delphi. Peneliti
memiliki beberapa pertimbangan dalam pemilihan kelompok
Delphi untuk penelitian berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a) Memiliki pemahaman yang luas dan pengalaman terhadap teori
perkembangan anak tunarungu
b) Memiliki pemahaman dan pengalaman terhadap cara-cara
menyusun instrumen asesmen.
39
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen
Untuk mengumpulkan data kualitatif, peneliti menurunkan
konsep teori perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif
anak tunarungu usia sekolah Myklebust kedalam draf kisi-kisi
instrumen asesmen. Selanjutnya, melakukan studi Delphi dengan
membagikan kuesioner/angket tentang draf rancangan instrumen
asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif kepada para ahli.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam teknik ini adalah
(Dermawan,2004):
a) Para pembuat keputusan melalui proses Delphi dengan
identifikasi isu dan masalah pokok yang hendak diselesaikan.
b) Kemudian kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi,
para ahli, mulai dipilih.
c) Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik
didalam maupun luar organisasi, yang di anggap mengetahui
dan menguasai dengan baik permasalahan yang dihadapi.
d) Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim,
menghasilkan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah,
serta mengirimkan kembali kuesioner kepada pemimpin
kelompok, para pembuat keputusan akhir.
e) Sebuah tim khusus dibentuk merangkum seluruh respon yang
muncul dan mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada
partisipasi teknik ini.
f) Pada tahap ini, partisipan diminta untuk menelaah ulang hasil
rangkuman, menetapkan skala prioritas atau memperingkat
alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan
seluruh hasil rangkuman beserta masukan terakhir dalam
periode waktu tertentu.
40
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
g) Proses ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan
telah mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna mencapai
kesepakatan untuk menentukan satu alternatif solusi atau
tindakan terbaik
2. Pengumpulan Data Kuantitatif
Data kuantitatif ini disusun berdasarkan hasil studi Delphi yang telah
disusun sebelumnya, sehingga memperoleh hasil sebuah instrumen
asesmen perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak
tunarungu usia sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana fungsionalitas
instrmen asesmen ini atau reliabilitas yang tinggi, maka untuk mengukur
reliabilitas instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada
anak tunarungu usia sekolah ini diperlukan data kuantitatif hasil uji coba,
Uji coba ini dilakukan pada 3 SLB tunarungu di Kota Bandung.
a. Pemilihan Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. .
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Penarikan sampel bertujuan ini peneliti pilih
berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan peneliti. Adapun
sampel dalam penelitian yaitu anak tunarungu usia sekolah yang
bersekolah di SLB tunarungu kota Bandung.
b. Teknik dan Instrumen
Teknik pengumpulan data pada tahap ini menggunakan angket.
Angket yang tercantum didalam instrumen asesmen dan disusun
dalam rangka memperoleh data dari guru akan instrumen asesmen
dalam mengukur bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak
tunarungu usia sekolah yang telah diujicobakan sebelumnya. Agar
41
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peneliti dapat menilai ketergunaan atau fungsionalitas dari instrumen
asesmen bahasa resptif dan bahasa ekspresif yang telah disusun, maka
peneliti memerlukan validitas yang sebelumnya telah diperoleh dari
kelompok delphie. Kemudian peneliti memerlukan taraf kepercayaan
atau reliabilitas yang tinggi, maka untuk mengukur realibilitas
instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak
tunarungu usia sekolah tersebut diperlukan data kuantitatif hasil
penilaian guru kelas melalui angket yang menunjukkan kelayakan
terhadap instrumen asesmen tersebut atau dapat terlihat dari hasil uji
coba instrumen bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada saat di
lapangan.
Adapan bagan instrumen pengumpulan data, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada table dibawah ini :
N
o Sumber Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan Instrumen
1.
Anak
tunarungu
usia sekolah
Proses pembelajaran dan
bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif
Observasi Pedoman
Observasi
2. Guru Proses pembelajaran dan
hasil asesmen
Observasi dan
wawancara
Pedoman
observasi dan
wawancara
42
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Orang tua
Kemampuan bahasa reseptif
dan bahasa ekspresif
menurut orang tua
Observasi Pedoman
wawancara
4. Guru Kelas
Ketergunaan instrumen
asesmen bahasa reseptif dan
bahasa ekspresif pada anak
tunarungu usia sekolah
Tes Angket
Tabel 3.1
Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data kuantitatif, maka hasil pengisian instrumen
tersebut dikuantifikasikan dengan menggunakan Ms. Excel yang kriteria
penilaiannya seperti ; mandiri, dengan bantuan, dan belum mampu. Dari
hasil ujicoba tersebut maka akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai
perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu
usia sekolah pada yang dapat dilihat dari sebuah grafik.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Kualitatif
Pada tingkat yang paling sederhana, analisis data kualitatif dapat
dikatakan sebagai upaya untuk memeriksa kumpulan data yang relevan
guna mengetahui bagaimana data tersebut dapat menjawab pertanyaan
penelitian. Dalam penelitian ini, data yang sudah di peroleh atau
terkumpul kemudian diolah, dianalisis dan dideskripsikan agar sesuai
dengan pertanyaan penelitian yang di angkat. Di dalam penelitian
kualitatif, analisis dan interpretasi data adalah upaya untuk memahami apa
43
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang telah dikatakan orang, mencari pola-pola, mengaitkan apa yang
dikatakan orang di satu tempat dengan apa yang dikatakannya di tempat
lain, dan memadukan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berbeda-
beda (Patton, 1990 dalam Donna 2011). Analisis data secara kualitatif
dilakukan dengan cara melihat, memeriksa, membandingkan, dan
menafsirkan pola-pola atau tema-tema yang bermakna yang muncul dalam
data penelitian (Frechtling & Sharp, 1997 dalam Donna, 2011).
Teknik analisis data yang digunakan menggunakan kerangka yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman baik untuk studi literature
maupun validasi instrumen asesmen. Teknik analisis dalam penelitian ini
menggunakan kerangka yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman
(Brannen, 2008) yang terdiri dari tiga fase, yaitu reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan
polanya. Penyajian (display) data adalah menentukan bagaimana data itu
akan disajikan. penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Penyajian data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif
2. Analisis Data Kuantitatif
Teknik analisis data pada tahap ini menggunakan teknik kuantitatif.
Data hasil ujicoba instrumen akan diolah untuk mengetahui apakah
instrumen asesmen yang telah dikembangkan dapat mengukur kemampuan
bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah.
Scoring data artinya peneliti menetapkan nilai numerik pada masing-
masing kategori respon untuk setiap pertanyaan pada instrumen yang
44
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan dalam pengumpulan data (Creswell, 2010). Scoring pada
penelitian ini menggunakan Ms. Excel dengan format yang telah peneliti
sediakan, sehingga ketika hasil ujicoba instrumen asesmen bahasa reseptif
dan bahasa ekspresif diinputkan, maka secara otomatis hasilnya akan
tergambarkan secara jelas pada sebuah diagram.
Setelah uji keterlaksanaan dilaksanakan, maka peneliti akan
melakukan perhitungan validitas dan reliabilitas. Yang dimana validitas
dan reliabilitas menurut Susetyo (2011) validitas adalah sejauh mana hasil
pengukuran dapat diinterpretasikan sebagai cerminan sasaran ukur yang
berupa kemampuan, karakteristik atau tingkah laku yang diukur melalui
alat ukur yang tepat. Sedangkan reliabilitas adalah alat ukur yang hasilnya
tidak berubah atau hasilnya relatif sama jika dilakukan pengetesan secara
berulang-ulang. Tolak ukur hasil pengembangan instrumen asesmen ini
dilihat dari tingkat fungsional kegunaannya instrumen dalam mengungkap
kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu
usia sekolah yang diukur melalui validitas dan reliabilitas instrumen.
Menurut Sugiyono (2011) menyebutkan bahwa uji validitas adalah
suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu
instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang
digunakan dalam suatu penelitian. Sedangkat reliabilitas adalah
serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki
konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan
secara berulang.
a. Validitas
Instrumen penelitian dapat dikatakan baik jika instrumen tersebut
valid. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan susatu instrumen karena suatu instrumen
yang valid/sahih mempunyai validitas tinggi (Arikunto, 2010).
45
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil data, informasi serta tujuan penelitian yang ingin
dicapai, maka validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas
konstruk yang dapat mengukur setiap item atau butir-butir dalam
instrumen. Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah
validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu
mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan
konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.
Proses validasi sebuah instrumen harus dilakukan melalui
penelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian sekelompok
panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi atau
konten dari variabel yang hendak diukur.
Validitas ini akan menghasilkan sebuah instrumen yang telah
dikembangkan. Untuk mengetahui kriteria tingkat validitas dari sebuah
instrumen asesmen ini menggunakan studi Delphie yang dilakukan
oleh beberapa ahli yang memberi penilaian terhadap butir-butir
instrumen yang peneliti kembangkan, kemudian direvisi kembali
sampai butir-butir instrumen dalam asesmen disetujui oleh seluruh ahli
pada bidang pendidikan kebutuhan khusus.
Setelah instrumen di judgement, kemudian validitasnya dihitung
dengan menggunakan rumus:
P = F x 100% keterangan: P = persentase (%)
N F = Jumlah cocok
N = Jumlah penilai
(Hasil perhitungan validitas terlampir)
b. Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui hasil konsistensi
dari sebuah instrumen yang telah dikembangkan. Pengujian reliabilitas
46
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas
instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang
ada pada instrumen dengan teknik tertentu (sugiyono, 2011).
Setelah instrumen divaliditas, maka langkah selanjutnya ialah
menghitung reliabilitas. Instrumen tidak hanya memerlukan kevalidan
tetapi harus teruji juga kereliabilitasannya. Arikunto (2010; 221)
mengemukakan bahwa dapat dikatakan reliabilitas jika suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dengan internal
consistency, yang dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali.
Instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahsa ekspresif dihitung dan
dianalisis dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Perhitungan
reliabilitas dengan rumus alpha cronbach menganggap semua butir tes
dalam suatu perangkat ukur adalah setara satu sama lainnya.
Perhitungan alpha Cronbach menggunakan variansi, yaitu variansi skor
responden dan variansi skor butir (Susetyo, 2011). Rumus yang
digunakan pada pengujian reliabilitas ini adalah:
ρα = 𝑁
𝑁−1 (1 −
∑𝜎𝑖2
𝜎𝐴2 ) Keterangan :
∑𝜎𝑖2 = jumlah seluruh variansi butir
𝜎𝐴2 = variansi skor responden
𝑁 = Jumlah butir yang setara
ρα = koefisien reliabilitas
A = skor responden
B = skor butir
47
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menghitung koefisien reliabilitas menggunakan rumus alpha
Cronbach, maka terlebih dahulu memerlukan perhitungan variansi total
skor responden (A), dengan rumus:
𝜎𝐴2 = 𝑁∑𝐴2 −(∑𝐴)2
𝑁2
Sedangkan rumus untuk varian butir ialah:
ΣσB2 =
∑𝐵𝑇2
𝑁−
(∑𝐵𝑇 )2
𝑁²
Keterangan :
∑𝐵𝑇2
= jumlah kuadrat seluruh butir
(∑𝐵𝑇 )2 = jumlah total skor butir kuadrat
N = jumlah seluruh responden
Dengan klasifikasi reliabilitas
Derajat Reliabilitas Interpretasi
0,90 ≤ ᵣ₁₁ ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ ᵣ₁₁ ≤ 0,90 Tinggi
0,40 ≤ ᵣ₁₁ ≤ 0,70 Sedang
0,20 ≤ ᵣ₁₁ ≤ 0,40 Rendah
≤ ᵣ₁₁ ≤ 0,20 Sangat rendah
Tabel 3.3 klasifikasi reliabilitas
48
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Penjelasan Istilah Penelitian
1. Definisi Konsep Variabel
a. Variabel Independen (Bebas)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah
pengembangan instrumen asesmen. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2015) menyebutkan bahwa pengembangan yaitu proses, cara,
perbuatan mengembangkan, atau suatu upaya untuk meningkatkan
mutu, dan instrumen/in·stru·men/ /instrumén/ n 1 alat yg dipakai untuk
me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat
kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; 2 sarana penelitian (berupa
seperangkat tes dsb) untuk mengumpul-kan data sbg bahan
pengolahan; 3 alat-alat musik (spt piano, biola, gitar, suling,
trompet); 4 ki orang yg dipakai sbg alat (diperalat) orang lain (pihak
lain); 5 dokumen resmi spt akta, surat obligasi. Sedangkan asesmen
berasal dari bahasa Inggris to assess (kk.menaksir); Assessment
(kb:taksiran).
Moh. Amin (1995) mengemukakan tentang perlunya asesmen
dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus. Menurut Lerner (1988)
dalam Abdurrahman (2003: 46) mengemukakan asesmen adalah suatu
proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan
digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang
berhubungan dengan anak tersebut. Asesmen adalah proses sistematis
dalam mengumpulkan data seorang anak. Dalam konteks pendidikan
asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang
dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan (Rochyadi, 2005).
Berdasarkan batasan yang telah dikemukakan diatas dapat
disimpulkan bahwa pengembangan instrumen asesmen merupakan
49
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
butir-butir instrumen yang dikembangkan sesuai dengan aspek-aspek
perkembangan tertentu yang mengacu pada sebuah teori
perkembangan beserta dengan tugas perkembangannya. Setiap aspek
perkembangan pada individu, terutama anak tunarungu terdapat teori-
teori khusus yang membahas perkembangan tersebut. Maka instrumen
asesmen ini disesuaikan dengan teori-teori para ahli dalam setiap aspek
perkembangan tersebut.
b. Variabel Dependen (Terikat)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu usia
sekolah. Menurut Tilton (dalam Yuwono, 2009, hlm. 61)
mengemukakan “bahasa reseptif adalah kemampuan pikiran manusia
untuk mendengarkan bahasa bicara dari orang lain dan menguraikan
hal tersebut dalam gambaran mental yang bermakna atau pola pikiran,
dimana dipahami dan digunakan oleh penerima”. Dapat disimpulkan
bahwa bahasa reseptif adalah kemampuan anak untuk mengenal dan
bereaksi terhadap tingkah laku seseorang, terhadap kejadian
lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik dan nada suara dan
akhirnya mengerti kata-kata yang diucapkan seseorang. Fungsi reseptif
dapat terlihat dengan adanya reaksi terhadap suara. Dalam gangguan
bahasa reseptif, anak tidak memahami apa yang dibicarakan atau
makna kata yang disampaikan.
Yuwono (2009, hlm. 66), mengungkapkan “bahasa ekspresif
diartikan sebagai kemampuan anak dalam menggunakan bahasa baik
secara verbal, tulisan, symbol, isyarat ataupun gesture”. Dapat
disimpulkan bahwa bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk
berkomunikasi secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda)
atau auditorik. Fungsi bahasa ekspresif adalah kemampuan anak
mengutarakan pikirannya, dimulai dari komunikasi preverbal (sebelum
50
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak dapat berbicara), komunikasi dengan ekpresi wajah, gerakan
tubuh, isyarat, dan akhirnya dengan menggunakan kata-kata atau
komunikasi verbal. Dalam gangguan berbahasa ekspresif, anak
mengalami kesulitan mengekspresikan dirinya dan mengungkapkan
keinginannya, sehingga sering terjadi kesalahan dalam berkomunikasi.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel bebas
Variabel independen atau bebas ini sering disebut variabel stimulus
atau input yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen atau terikat
(Sugiyono, 2011).
Pengembangan instrumen dilakukan berdasarkan teori
perkembangan pada salah satu aspek perkembangan sehingga
instrumen asesmen yang dibuat akan lebih fokus atau khusus untuk
memperoleh informasi mengenai salah satu aspek perkembangan
tersebut. Setelah instrumen asesmen dirumuskan sesuai dengan teori
perkembangan yang menjadi acuan, maka instrumen asesmen yang
telah divalidasi tersebut akan diserahkan kepada guru, untuk dilakukan
uji coba disetiap sekolahnya. Instrumen asesmen dapat dikatakan
fungsional jika menurut guru butir-butir instrumen yang terdapat
dalam asesmen tersebut dapat menggali kemampuan, kebutuhan dan
perkembangan anak tersebut.
Intrumen asesmen yang peneliti susun ditujukan pada anak
tunarungu usia sekolah yang usianya berkisar 7-9 tahun. Instrumen
asesmen ini disusun sebagai alat untuk mengetahui perkembangan
bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu. Butir
instrumen yang menjadi tugas perkembangangan di setiap tahapan
perkembangan diadopsi atau dikembangkan dari teori Myklebust
51
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengenai perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif serta
dikembangkan dari teori Lewis mengenai teori perkembangan bahasa
pada anak tunarungu. Adapun pelaksanaan penelitian mengenai
pengembangan instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah sebagai berikut:
1. Melihat proses pembelajaraan yang sedang berlangsung di sekolah
untuk memperoleh kondisi objektif mengenai bahasa reseptif dan
bahasa ekspresif pada anak tunarungu saat di kelas
2. Melakukan wawancara guru dan orang tua untuk mengetahui
perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak
tunarungu usia sekolah pada saat diluar pembelajaran
3. Melakukan studi literatur mengenai teori-teori perkembangan
bahasa reseptif dan bahasa ekspresif, yaitu teori Myklebust dan
teori Lewis
4. Melakukan analisis kondisi objektif anak tunarungu usia sekolah di
lapangan dengan teori perkembangan bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif menurut para ahli
5. Membuat kisi-kisi instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif berdasarkan analisis hasil temuan
6. Merumuskan instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif
b. Variabel Terikat
Variabel independen atau terikat ini disebut juga sebagai output,
hasil, atau konsekuen. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2011).
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu bahasa reseptif dan
bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah. Bahasa reseptif
dan bahasa ekspresif dalam penelitian ini lebih menekankan pada
52
Annisa Nugraha Wahidah, 2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahap-tahap yang anak tunarungu lewati dalam perkembangan bahasa
reseptif dan bahasa ekspresifnya seperti yang dikemukakan pada teri
Myklebust. Berdasarkan tahap-tahap perkembangan bahasa reseptif
dan bahasa ekspresif selanjutnya ditunrunkan ke aspek-aspek
perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif ,seperti fungsi
simbol, penguasaan kosakat. Kemampuan menyelesaikan tugas,
ketepatan bentuk, ketepatan tulisan, kesadaran bunyi, ketepatan
pengucapan bunyi, komunikasi, kemampuan anak bertanya,
keamampuan anak bercerita, artikulasi, membaca ujaran, berisyarat
atau memberi tanda. Teori perkembangan bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif yang dijadikan sebagai dasar untuk selanjutnya
dikembangkan ialah teori perkembangan Myklebust dan Lewis. Aspek
perkembangan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak
tunarungu usia sekolah kemudian dibuat menjadi beberapa indikator
yang akan diukur dalam instrumen asesmen dan menjadi butir-butir
instrumen asesmen.
Dirumuskannya instrumen asesmen bahasa reseptif dan bahasa
ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah yang sezsuai dengan
kondisi objektif maka dapat diketahuinya perkembangan bahasa
reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu usia sekolah serta
dapat terungkapnya kemampuan, kebutuhan serta hambatan bahasa
reseptif dan ekspresif pada nak tunarungu usia sekolah.
Penilaian dalam pelaksanaan ujicoba asesmen yang dilakukan oleh
guru berdasarkan yang tercantum dalam instrumen asesmen yang telah
disediakan. Anak tunarungu diberikan nilai 3 ketika mampu
melakukan instruksi secara mandi, diberikan nilai 2 ketika mampu
melakukan instruksi dengan bantuan, dan diberikan nilai 1 ketika anak
tidak mampu melakukan sesuai dengan yang diinstruksikan walaupun
sudah diberikan bantuan oleh asesor.