bab iii metode penelitian a. variabel penelitian 1...
TRANSCRIPT
27
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau yang disebut juga sebagai variabel independen
adalah variabel yang memberi pengaruh terhadap variabel yang diberi
pengaruh atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2014,
hlm. 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Struktural
Analitik Sintetik (SAS). Menurut Supriyadi dkk. (1991, hlm. 182),
“Metode SAS adalah suatu metode yang memulai pengajaran dengan
menampilkan struktur kalimat secara utuh dahulu, lalu kalimat utuh itu
dianalisis dan pada akhirnya dikembalikan pada bentuk semula”. Melalui
metode ini, subjek akan dilatih menulis dengan mengenalkan kalimat
secara utuh sebagai bentuk bahasa yang terkecil. Kemudian menguraikan
bagian kalimat tersebut menjadi kata-kata, lalu menjadi suku kata, hingga
menjadi bagian terakhir yang tidak dapat diuraikan kembali yaitu huruf.
Selanjutnya, subjek diminta untuk merangkainya kembali dari huruf
menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, hingga menggabungkan kata-
kata menjadi kalimat utuh seperti semula.
Langkah-langkah penggunaan metode SAS yang akan diterapkan
untuk melakukan intervensi pada penelitian ini berdasarkan pemaparan
Mulyati (t.t., hlm. 22) dan contoh yang dijelaskan oleh Tirtonegoro &
Soemarno (1985, hlm. 93-94) adalah sebagai berikut:
a. Peneliti menyiapkan sebuah kalimat sederhana yang utuh. Kemudian
mendiktekannya kepada subjek, sementara subjek menyalinnya.
b. Peserta didik diajak untuk mengenal konsep kata dengan menguraikan
kalimat tersebut menjadi kata-kata. Setelah dibacakan oleh peneliti,
subjek menyalin kata-kata tersebut.
c. Peserta didik kembali diajak menganalisis atau menguraikan kata-kata
tersebut menjadi bentuk suku kata. Setelah dibacakan oleh peneliti,
subjek kembali menyalinnya sesuai yang dibacakan oleh peneliti.
28
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Masih dalam proses penganalisisan atau penguraian, suku kata itu
diuraikan kembali menjadi wujud satuan bahasa terkecil yang tidak
bisa diuraikan lagi yakni terdiri atas huruf-huruf yang tersusun. Subjek
kembali menyalin apa yang diucapkan oleh peneliti.
e. Peserta didik diminta untuk mengembalikan satuan-satuan bahasa yang
telah terurai tadi kedalam satuannya semula, yaitu dengan menulis
huruf-huruf tersebut menjadi suku kata, suku-suku kata menjadi kata,
dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses
sintesis ini peserta didik akan menemukan kembali wujud struktur
semula, yakni sebuah kalimat secara utuh.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan
nama perilaku sasaran atau target behavior (Sunanto dkk., 2006, hlm. 12).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis Braille
pada peserta didik tunanetra. Kemampuan menulis Braille merupakan
kemampuan menyampaikan gagasan, pesan, atau informasi yang
dituangkan dalam bentuk tulisan Braille sebagai salah satu alat untuk
berkomunikasi. Tulisan yang akan dihasilkan yaitu berupa titik-titik timbul
yang merupakan simbol-simbol abjad, angka, maupun tanda baca yang
membentuk sebuah kata atau kalimat tertentu yang memiliki makna.
Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan untuk menghasilkan tulisan
Braille, diantaranya reglet dan pen, mesin ketik Braille maupun printer
Braille. Pada penelitian ini, alat yang akan digunakan oleh subjek
penelitian adalah reglet dan pen beserta kertas Braille yang biasa
digunakan oleh peserta didik tunanetra. Target behavior dari penelitian ini
adalah kemampuan menulis Braille yang meliputi penulisan kata dengan
ejaan yang tepat, spasi (jarak antar kata), tanda baca di akhir kalimat, dan
kecepatan menulis.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini mencoba suatu perlakuan
29
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(treatment) yaitu berupa penggunaan metode SAS kepada peserta didik
tunanetra yang mengalami masalah dalam kemampuan menulis Braille
khususnya dalam penulisan kata dengan ejaan yang benar, penggunaan spasi
dalam kalimat, penggunaan tanda baca di akhir kalimat, dan kecepatan
menulis. Menurut Sugiyono (2014, hlm. 107) “metode penelitian eksperimen
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan”. Penelitian eksperimen ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan disain subjek tunggal (Single Subject Research), yaitu penelitian yang
memfokuskan pada data individu sebagai sampel penelitian dalam mengukur
seberapa besar pengaruh suatu perlakuan terhadap perilaku sasaran, yang
dilakukan secara berulang-ulang dengan periode waktu tertentu. Perlakuan
yang diberikan kepada subjek dalam penelitian ini adalah penggunaan metode
SAS dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis Braille pada peserta
didik tunanetra.
Adapun disain Single Subject Research (SSR) yang digunakan adalah
disain A-B-A yang terbagi dalam tiga kondisi yaitu kondisi baseline-1 (A-1)
sebagai kondisi awal kemampuan menulis Braille peserta didik tunanetra
sebelum diberikan perlakuan apapun. Subjek diberikan tes untuk mengetahui
kemampuan awal dalam menulis Braille. Kemudian kondisi intervensi (B)
yang merupakan kondisi subjek saat diberikan perlakuan yakni dengan
menggunakan metode SAS dalam meningkatkan kemampuan menulis Braille,
dan kondisi baseline-2 (A-2) yaitu evaluasi berupa pengamatan tanpa
intervensi untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang telah diberikan.
Disain ini menunjukkan adanya sebab akibat antar kondisi. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sunanto dkk. (2006, hlm. 44) bahwa:
Disain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari disain dasar A-
B. Disain A-B-A ini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara
variabel terikat dan variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan dengan
disain A-B. Prosedur dasarnya tidak banyak berbeda dengan disain A-B,
hanya saja ada pengulangan kondisi baseline. Mula-mula perilaku
sasaran (target behavior) diukur secara kontinu pada kondisi baseline
(A1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi
(B). Berbeda dengan disain A-B, pada disain A-B-A setelah pengukuran
pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline kedua
30
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua (A2) ini
dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga
keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional
antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat.
Disain A-B-A bertujuan untuk memperoleh data sebelum subjek
mendapatkan perlakuan, saat diberikan perlakuan dan setelah diberikannya
perlakuan, kemudian dilihat ada tidaknya pengaruh yang terjadi akibat
perlakuan yang diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan menulis Braille pada peserta didik tunanetra kelas V
SDLB dan kelas VII SMPLB di SLB Negeri A Kota Bandung melalui
penggunaan metode SAS dengan mengetahui ada tidaknya sebab akibat yang
terjadi antara variabel bebas dengan variabel terikat, sehingga pada akhir
penelitian akan memunculkan perbedaan hasil sebelum diberi perlakuan dan
setelah diberikan perlakuan. Berikut tampilan desain A-B-A yang
digambarkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1.
Tampilan Desain A-B-A
Baseline-1 (A-1) Intervensi (B) Baseline-2 (A-2)
O O O
X X X
O O O
O O O
Keterangan:
A-1 : Merupakan kondisi awal kemampuan menulis Braille pada subjek
penelitian, dimana pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan
natural. Pada setiap sesi dalam fase ini, subjek diminta untuk menuliskan
sepuluh kalimat yang didiktekan oleh peneliti sebagai bentuk tes. Sambil
mendiktekan, peneliti mencatat durasi yang ditempuh oleh subjek dalam
menulis satu kalimat. Subjek diamati dan diambil datanya tanpa ada
rekayasa, sehingga terlihat kondisi awal kemampuan menulis Braille
yang dimiliki subjek sebelum diberikan intervensi atau perlakuan
apapun. Pengamatan dan pengambilan data tersebut dilakukan secara
berulang tanpa diberikan perlakuan (intervensi). Setelah itu, hasilnya
31
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan diamati berdasarkan persentasenya dan data tersebut diubah
kedalam data grafik.
B : Fase pemberian intervensi atau perlakuan diberikan setelah data yang
diperoleh pada fase baseline-1 telah mencapai kecenderungan arah dan
level data yang stabil. Subjek dilatih menulis Braille dengan
menggunakan metode SAS sesuai tahapan atau langkah-langkahnya,
sambil memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh
subjek. Pada setiap akhir sesi dalam fase ini, subjek kembali diberikan
tes untuk mendapatkan data setelah subjek diberikan intervensi.
A-2 : Merupakan pengulangan kondisi awal subjek dalam kemampuan
menulis Braille. Hampir tidak ada perbedaan dengan pengetesan awal
(A-1), tetapi fase ini digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dan
sebagai evaluasi untuk melihat sejauh mana intervensi yang diberikan
dapat berpengaruh pada kemampuan menulis Braille subjek dalam
penulisan kata dengan ejaan yang benar, penggunaan spasi dalam
kalimat, penggunaan tanda baca di akhir kalimat, dan kecepatan menulis.
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang peserta didik tunanetra
yang mengalami masalah dalam kemampuan menulis Braille. Subjek yang
pertama adalah MAP yang duduk di bangku kelas V SDLB, dan subjek
kedua adalah AMS yang duduk di bangku kelas VII SMPLB di SLB
Negeri A Kota Bandung. Keduanya merupakan peserta didik tunanetra
dengan kategori blind. Kemampuan yang dimiliki oleh kedua subjek
dalam menulis Braille yaitu sudah menguasai simbol-simbol dalam
Braille, termasuk simbol abjad, angka, dan tanda baca, serta dapat
menggunakan reglet dan pen sesuai dengan penggunaan yang seharusnya,
namun mereka memiliki hambatan pada kemampuan menulis Braille
khususnya dalam penulisan kata dengan ejaan yang benar, penggunaan
spasi yang tepat dalam kalimat, dan penggunaan tanda baca di akhir
kalimat.
32
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di tempat kedua subjek bersekolah
yaitu SLB Negeri A Kota Bandung yang merupakan sekolah khusus bagi
peserta didik tunanetra (bagian A), beralamat di Jalan Pajajaran No.50
Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, dan Asrama
Kenari Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna yang beralamat di Jalan
Pajajaran No.52 Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota
Bandung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data kemampuan
menulis Braille peserta didik tunanetra kelas V SDLB dan kelas VII SMPLB.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan tes. Menurut Arikunto (2010, hlm. 193), “tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes yang digunakan dalam penelitian
ini berupa tes tulis yang dapat mengungkapkan kemampuan menulis Braille,
yang diberikan kepada peserta didik tunanetra pada kondisi baseline-1 (A-1),
intervensi (B), dan baseline-2 (A-2).
E. Instrumen Penelitian
Melakukan penelitian pada prinsipnya adalah melakukan pengukuran.
Susetyo (2015, hlm. 2) mengatakan bahwa “Melalui pengukuran diperoleh
suatu data yang menggambarkan potensi seseorang, meskipun data yang
diperoleh belum tentu dapat mengungkapkan seluruh potensi terpendam yang
terdapat dalam diri seseorang”. Agar dapat mengumpulkan data terhadap suatu
fenomena alam maupun sosial, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur
dalam penelitian disebut dengan instrumen penelitian (Sugiyono, 2014, hlm
148).
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes kemampuan menulis Braille
peserta didik tunanetra yang disajikan dalam butir soal berisi kalimat-kalimat
yang harus ditulis oleh subjek penelitian. Penyusunan butir soal dibuat
33
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berdasarkan pada mata pelajaran Tematik Kurikulum 2013 untuk Tunanetra
kelas V, Tema 10: Indahnya Negeriku. Aspek yang diamati adalah penulisan
kata dengan ejaan yang tepat, penggunaan spasi dalam kalimat, penggunaan
tanda baca di akhir kalimat, dan kecepatan menulis yang akan menjadi
penilaian dalam mengukur kemampuan menulis Braille pada peserta didik
tunanetra. Instrumen dibuat berdasarkan kisi-kisi yang selanjutnya
dikembangkan kedalam sebuah tabel instrumen yang berisikan butir soal serta
kolom penilaian. Berikut tabel kisi-kisi instrumen, instrumen kemampuan
menulis Braille, dan kriteria penilaian yang digunakan.
Tabel. 3.2.
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Menulis Braille
Variabel
Penelitian
Aspek yang
diamati Indikator
No.
Soal
Kemampuan
Menulis
Braille
Penulisan kata
dengan ejaan yang
benar dalam kalimat
Menulis kalimat sederhana yang
didiktekan dengan penulisan
kata yang benar.
1-10
Penggunaan spasi
(jarak antar kata)
dalam kalimat
Menulis kalimat sederhana yang
didiktekan dengan menggunakan
spasi yang tepat.
1-10
Penggunaan tanda
baca di akhir kalimat
Menulis kalimat sederhana yang
didiktekan dengan menggunakan
tanda baca di akhir kalimat.
1-10
Kecepatan menulis Menulis kalimat sederhana yang
didiktekan dengan kecepatan
(waktu) rata-rata dalam satu
kalimat.
1-10
[Type text]
Tabel 3.3.
Instrumen Kemampuan Menulis Braille Peserta Didik Tunanetra
No. Butir Soal Transkripsi Hasil Tulisan Braille
Peserta Didik
Pencatatan
Waktu
(detik)
Skor
Ejaan
kata Spasi
Tanda
Baca
Kece-
patan
1. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati.
2. Mari kita jaga kelestarian lingkungan!
3. Hutan menjadi habitat berbagai tumbuhan.
4. Lindungilah tanaman langka dari kepunahan!
5. Rumahnya ditumbuhi pepohonan yang rindang.
6. Mereka sedang belajar bercocok tanam.
7. Kemarin aku mengunjungi taman bunga.
8. Jagung berkembang biak melalui biji.
9. Pohon pinus memiliki banyak kegunaan.
10. Ibuku mengoleksi beraneka macam anggrek.
Jumlah
Skor Total
35
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4.
Penilaian Butir Soal
No. Butir Soal Jumlah
Kata
Jumlah
Spasi
Jumlah
Tanda
Baca
1. Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati. 5 4 1
2. Mari kita jaga kelestarian lingkungan! 5 4 1
3. Hutan menjadi habitat berbagai tumbuhan. 5 4 1
4. Lindungilah tanaman langka dari kepunahan! 5 4 1
5. Rumahnya ditumbuhi pepohonan yang rindang. 5 4 1
6. Mereka sedang belajar bercocok tanam. 5 4 1
7. Kemarin aku mengunjungi taman bunga. 5 4 1
8. Jagung berkembang biak melalui biji. 5 4 1
9. Pohon pinus memiliki banyak kegunaan. 5 4 1
10. Ibuku mengoleksi beraneka macam anggrek. 5 4 1
Kriteria Penilaian:
1. Setiap kata yang benar (ejaannya sesuai) diberi nilai 1 pada setiap kalimat.
2. Setiap spasi (jarak antar kata) yang benar diberi nilai 1 pada setiap kalimat.
3. Setiap tanda baca yang benar diberi nilai 1 pada setiap kalimat.
4. Apabila terdapat penambahan jumlah kata, spasi, dan tanda baca baik
benar maupun salah atau tidak memakai tanda baca maka tidak diberi nilai
(0).
5. Acuan penilaian waktu diambil berdasarkan kecepatan rata-rata dari lima
orang responden peserta didik tunanetra, yang kemudian ditentukan skala
penilaiannya berdasarkan rata-rata waktu dalam menulis satu butir soal
dengan rentang skor 1-5.
Berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan, maka untuk
menghitung skor total atau skor akhir dari tes kemampuan menulis Braille ini
adalah:
Skor total =
36
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5.
Kecepatan Rata-Rata Kemampuan Menulis Braille Peserta Didik Tunanetra
No. Soal Responden Rata-rata
Waktu ARD DSM FA RMS SA
1 34” 70” 54” 53” 37” 50”
2 29” 54” 59” 52” 31” 45”
3 33” 61” 63” 44” 36” 47”
4 30” 69” 56” 46” 34” 47”
5 33” 59” 72” 51” 48” 53”
6 27” 58” 59” 45” 34” 45”
7 29” 46” 66” 38” 39” 44”
8 26” 44” 51” 34” 27” 36”
9 26” 41” 51” 43” 39” 40”
10 28” 70” 58” 48” 33” 47”
Total 295” 572” 589” 454” 358” 454”
Tabel 3.6.
Skala Penilaian Kecepatan Menulis Braille Peserta Didik Tunanetra
No. Soal Skor Waktu No. Soal Skor Waktu
1
5 41-50 detik
6
5 37-45 detik
4 51-60 detik 4 46-54 detik
3 61-70 detik 3 55-63 detik
2 71-80 detik 2 64-72 detik
1 ≥ 81 detik 1 ≥ 73 detik
2
5 37-45 detik
7
5 36-44 detik
4 46-54 detik 4 45-55 detik
3 55-63 detik 3 56-66 detik
2 64-72 detik 2 67-77 detik
1 ≥ 73 detik 1 ≥ 78 detik
3 5 39-47 detik
8 5 30-36 detik
4 48-56 detik 4 37-43 detik
37
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 57-65 detik 3 44-50 detik
2 66-74 detik 2 51-57 detik
1 ≥ 75 detik 1 ≥ 58 detik
4
5 39-47 detik
9
5 33-40 detik
4 48-56 detik 4 41-48 detik
3 57-65 detik 3 49-56 detik
2 66-74 detik 2 57-64 detik
1 ≥ 75 detik 1 ≥ 65 detik
5
5 43-53 detik
10
5 39-47 detik
4 54-64 detik 4 48-56 detik
3 65-75 detik 3 57-65 detik
2 76-86 detik 2 66-74 detik
1 ≥ 87 detik 1 ≥ 75 detik
F. Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul
data, maka peneliti melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu untuk
mengetahui layak atau tidaknya instrumen tersebut sampai memenuhi kriteria
instrumen yang baik, salah satunya yaitu dinyatakan valid. “Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap dari variabel yang
diteliti secara tepat” (Arikunto, 2010, hlm. 211).
1. Uji Validitas
Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kelayakan setiap soal
berdasarkan pada pendapat para ahli. Guna mengetahui ketepatan
instrumen mengenai kemampuan menulis Braille, maka digunakan
validitas isi dengan teknik penilaian ahli (expert judgement). Validitas
melalui teknik expert judgement dilakukan untuk menentukan apakah
instrumen yang dibuat sesuai dengan tujuan pengajaran dan sasaran yang
akan dinilai, sehingga kelayakan alat pengumpul data ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya. Berikut adalah nama-nama ahli yang memberikan
judgement terhadap instrumen penelitian ini.
38
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7.
Daftar Para Ahli Pemberi Judgement Intsrumen Penelitian
No. Nama Jabatan
1. Dr. Hj. Ehan, M.Pd. Dosen Departemen PKh FIP UPI
2. Dr. Didi Tarsidi, M.Pd. Dosen Departemen PKh FIP UPI
3. Drs. Endang Rusyani, M.Pd. Dosen Departemen PKh FIP UPI
4. Eneng Siti Rostiatin, S.Pd. Guru SLBN A Kota Bandung
5. Yeni, S.Pd. Guru SLBN A Kota Bandung
Hasil expert judgement kemudian dihitung dengan menggunakan
perhitungan Lawshe dimana rumus yang digunakan berdasarkan rasio
kecocokan para ahli yang didasarkan pada penting (essential) atau tidak
penting (not essential) dan tidak perlunya butir tes (Susetyo, 2015, hlm.
118), yaitu:
CVR =
- 1
Keterangan:
ne = jumlah ahli yang menyatakan penting
n = jumlah penilai ahli
Susetyo (2015, hlm 119) menyatakan bahwa “butir dinyatakan valid
jika indeks CVR berkisar -1 ≤ CVR ≤ 1. Butir dinyatakan valid jika indeks
CVR bertanda positif dan jika bertanda negatif dinyatakan tidak valid
karena indeks rasio CVR 0 = 0,50”.
(hasil uji validitas terlampir)
G. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Fase Baseline-1 (A-1)
Peneliti melakukan tes kepada masing-masing subjek untuk
mengetahui kemampuan awal dalam menulis Braille khususnya pada
penulisan kata dengan ejaan yang benar, penggunaan spasi dalam kalimat,
penggunaan tanda baca di akhir kalimat, dan kecepatan menulis. Fase ini
39
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan sebanyak beberapa sesi pada setiap subjek, ketika data yang
didapat sudah mendapat kecenderungan arah dan level data yang stabil
maka dilanjutkan ke fase intervensi (B).
2. Fase Intervensi (B)
Pada tahap ini subjek penelitian diberikan intervensi melalui metode
SAS sesuai tahapan atau langkah-langkahnya, sambil memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh subjek. Kegiatan ini
dimulai dengan menyalin sebuah kalimat terlebih dahulu yang telah
disiapkan oleh peneliti. Kemudian kalimat tersebut diurai menjadi kata-
kata. Kata-kata tersebut lalu diuraikan kembali menjadi suku kata, dan dari
suku kata diuraikan menjadi bentuk fonem (huruf). Setelah itu subjek
diminta untuk merangkainya kembali dari huruf menjadi suku kata, suku
kata menjadi kata, hingga menggabungkan kembali kata-kata menjadi
kalimat utuh seperti semula. Pada akhir kegiatan di setiap sesi, peneliti
kembali melakukan tes untuk melihat hasil tulisan subjek selama diberikan
intervensi dan dicatat perolehan skornya.
3. Fase Baseline-2 (A-2)
Subjek kembali diberikan tes kemampuan menulis Braille tanpa
diberikan intervensi, dengan harapan dapat menunjukkan perubahan dari
hasil intervensi yang telah diberikan. Fase atau tahap ini digunakan untuk
mengevaluasi sejauh mana penggunaan metode SAS dapat berpengaruh
terhadap peningkatan kemampuan menulis Braille pada masing-masing
subjek. Skor kembali dicatat dan dihitung, untuk kemudian diolah agar
terlihat perbedaan hasilnya melalui perhitungan data statistik.
H. Teknik Pengolahan Data
1. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan
pengukuran persentase terhadap variabel terikat. Persentase dihitung
dengan cara membagi jumlah skor yang diperoleh dengan skor maksimal
kemudian dikalikan seratus. Data yang telah terkumpul selanjutnya
dipresentasikan melalui grafik garis. Hal ini akan mempermudah dalam
mengkomunikasikan urutan kondisi eksperimen, waktu yang diperlukan
40
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
setiap kondisi, menunjukkan variabel bebas dan terikat, disain yang
digunakan, dan hubungan antara variabel bebas dan terikat (Sunanto dkk.,
2006, hlm. 29).
Komponen-komponen penting yang terdapat dalam grafik menurut
Sunanto dkk. (2006, hlm. 30) antara lain sebagai berikut.
a. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang
menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya sesi, hari, dan
tanggal).
b. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang
menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran
(misalnya persen, frekuensi, dan durasi).
c. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu
Y sebagai titik awal skala.
d. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang
menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, dan 75%).
e. Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi
eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.
f. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan
adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya
dalam bentuk garis putus-putus.
g. Judul Grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar
segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan perhitungan statistik deskriptif dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh intervensi terhadap
target behavior yang akan diubah dalam jangka waktu tertentu.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganilisis data
tersebut yaitu:
a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 (A-1) dari subjek
pada tiap sesi.
b. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B) dari subjek pada
tiap sesi.
c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 (A-2) dari subjek
pada setiap sesi.
d. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi
baseline-1 (A-1), intervensi (B), dan baseline-2 (A-2).
41
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A-1), intervensi
(B), dan baseline-2 (A-2).
f. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara
langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.
g. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan
analisis visual dengan perhitungan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis data dalam
kondisi dan antar kondisi.
a. Analisis Dalam Kondisi
Menurut Sunanto dkk. (2006, hlm. 68), “Analisis perubahan
dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi
misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi”. Komponen-
komponen yang akan dianalisis dalam kondisi ini meliputi:
1) Panjang Kondisi
Panjang kondisi atau banyaknya data yang juga menunjukkan
banyaknya sesi yang dilakukan dalam setiap kondisi ini tidak ada
ketentuan yang pasti, tetapi data dalam tahap baseline
dikumpulkan sampai data yang didapat menunjukkan stabilitas dan
arah yang jelas.
2) Kecenderungan Arah
Kecenderungan arah digambarkan dengan garis lurus yang
melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang
berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Penentuan
kecenderungan arah pada penelitian ini menggunakan metode
belah tengah (split-middle) dengan langkah-langkah perhitungan
sebagai berikut:
(a) Membagi data menjadi dua bagian (jika data genap)
(b) Membagi dua data bagian kanan dan kiri.
(c) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan.
(d) Menarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik
temu antara median data bagian kanan dan kiri.
42
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) Kecenderungan Stabilitas
Kecenderungan stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas
data dalam suatu kondisi. Menentukan kecenderungan atau tingkat
stabilitas kemampuan siswa dalam kondisi baik baseline maupun
intervensi, dalam penelitian ini menggunakan kriteria stabilitas
15%. Jika persentase stabilitas sebesar 85%-90% maka data
dikatakan stabil, sedangkan jika persentase dibawah 85% dikatakan
tidak stabil (Sunanto dkk., 2005, hlm. 113).
Berikut langkah-langkah yang ditempuh dalam mencari
kecenderungan stabilitas dengan menggunakan kriteria stabilitas
15%.
(a) Mencari skor maksimum
(b) Mencari rentang stabilitas dengan cara skor maksimum × 0,15
(c) Menghitung mean level (jumlah skor ÷ jumlah banyaknya data)
(d) Menghitung batas atas dengan cara: mean level + (0,5 ×
rentang stabilitas)
(e) Menghitung batas bawah dengan cara: mean level + (0,5 ×
rentang stabilitas)
(f) Membuat grafik kecenderungan stabilitas
(g) Menghitung persentase stabilitas = banyaknya poin yang
berada pada rentang batas atas dan batas bawah dibagi
banyaknya data poin × 100%.
4) Jejak Data
Jejak data digambarkan dengan menelusuri perubahan dari
data satu ke data lainnya dalam suatu kondisi yang secara umum
dapat disimpulkan kedalam tiga kemungkinan, yaitu menaik,
menurun, dan mendatar. Hal ini sama dengan yang ditunjukkan
oleh analisis pada kecenderungan arah.
5) Tingkat perubahan (level change)
Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara
dua data. Tingkat perubahan dapat diketahui dengan cara
menghitung selisih antara data terakhir dan data pertama pada
setiap fase. Setelah itu tentukan arah dengan memberi tanda (+)
jika meningkat, (-) jika menurun dan (=) jika tidak ada perubahan.
43
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Rentang
Rentang merupakan jarak antara data pertama dengan data
terakhir yang memberikan informasi sebagaimana yang diberikan
pada analisis tingkat perubahan.
b. Analisis Antar Kondisi
Adapun komponen-komponen analisis data antar kondisi antara
lain meliputi:
a. Variabel yang diubah
Variabel terikat atau target behavior difokuskan pada satu
perilaku, artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh
intervensi terhadap target behavior.
b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya
Perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline
dan intervensi menunjukkan makna perubahan target behavior
akibat dari intervensi, yang secara garis besar kemungkinannya
adalah mendatar ke mendatar, mendatar ke menaik, mendatar ke
menurun, menaik ke menaik, menaik ke mendatar, menaik ke
menurun, menurun ke menaik, menurun ke mendatar, dan menurun
ke menurun. Makna efek perubahan kecenderungan arah sangat
tergantung pada tujuan intervensi.
c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya
Perubahan stabilitas adalah untuk melihat perubahan dari
setiap data pada masing-masing kondisi baseline dan intervensi.
Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukkan arah
mendatar, menaik, atau menurun secara konsisten
d. Perubahan Level Data
Perubahan level data menunjukkan seberapa besar data
berubah pada setiap kondisi baseline-1, intervensi dan baseline-2.
Ditentukan dengan cara menentukan data fase baseline (A) pada
sesi terakhir dan sesi pertama pada fase intervensi (B) kemudian
menghitung selisih keduanya.
44
Dewi Hafitri Wulansari Koesmeilani, 2016 Penggunaan Metode Struktural Analitik Sintetik (Sas) dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Braille pada Peserta Didik Tunanetra Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Persentase Overlap
Overlap atau data yang tumpang tindih adalah terjadinya data
yang sama pada kedua kondisi antara fase baseline dengan
intervensi, semakin kecil persentase overlap maka semakin baik
pengaruh intervensi terhadap target behavior.
Menurut Sunanto dkk. (2005, hlm. 99) langkah-langkah
untuk menentukan overlap pada fase baseline (A) dengan
intervensi (B) adalah sebagai berikut:
(a) Melihat batas atas dan batas bawah pada kondisi baseline
(A)
(b) Menghitung banyaknya data pada fase intervensi (B)
yang berada pada rentang fase baseline (A)
(c) Membagi banyaknya data yang diperoleh pada langkah 2)
dengan banyaknya data dalam fase intervensi (B)
kemudian dikalikan 100.
Jika data pada fase baseline (A) lebih dari 90% yang
tumpang tindih pada fase intervensi (B), ini berarti bahwa
pengaruh intervensi terhadap target behavior tidak dapat diyakini.