bab iii metodologi · 2021. 8. 24. · kota sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah...

66
52 BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Pengumpulan Data Metodologi yang digunakan untuk mendapatkan data terkait perancangan adalah dengan pengumpulan data secara mixed method yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data secara kuantitatif dilakukan dengan membagikan survei dalam bentuk google form secara online melalui media sosial. Pengambilan data secara kualitatif dilakukan dengan FGD ( Focus Group Discussion) kepada perwakilan dari warga Kota Sukabumi, wawancara pihak terkait, observasi keadaan infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi dan studi eksisting terhadap beberapa aplikasi yang serupa. 3.1.1. Survei Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), survei merupakan salah satu cara pengambilan data ilmiah secara kuantitatif, yaitu dengan cara mengambil sampel populasi dari jumlah keseluruhan populasi yang ada (hlm. 37). Penulis melakukan survei dengan cara menyebarkan kuesioner dalam bentuk digital dengan menggunakan google form. Kuesioner ini akan disebarkan kepada masyarakat yang tinggal Kota Sukabumi. Dari data Badan Pusat Statistika Kota Sukabumi tahun 2020, terdapat sejumlah 234,934 jiwa warga yang tinggal di Kota Sukabumi dengan rentang umur di atas 17 tahun ke atas. Berdasarkan rumus Slovin dengan ketelitian 10%, maka sampel yang didapat adalah 100 responden. Survei mulai disebar pada tanggal 6 September 2020 dan ditutup pada tanggal 7 September

Upload: others

Post on 05-Sep-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

52

BAB III

METODOLOGI

3.1. Metodologi Pengumpulan Data

Metodologi yang digunakan untuk mendapatkan data terkait perancangan adalah

dengan pengumpulan data secara mixed method yaitu secara kuantitatif dan

kualitatif. Pengambilan data secara kuantitatif dilakukan dengan membagikan

survei dalam bentuk google form secara online melalui media sosial. Pengambilan

data secara kualitatif dilakukan dengan FGD (Focus Group Discussion) kepada

perwakilan dari warga Kota Sukabumi, wawancara pihak terkait, observasi

keadaan infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi dan studi eksisting terhadap

beberapa aplikasi yang serupa.

3.1.1. Survei

Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), survei merupakan salah satu cara

pengambilan data ilmiah secara kuantitatif, yaitu dengan cara mengambil sampel

populasi dari jumlah keseluruhan populasi yang ada (hlm. 37). Penulis melakukan

survei dengan cara menyebarkan kuesioner dalam bentuk digital dengan

menggunakan google form. Kuesioner ini akan disebarkan kepada masyarakat

yang tinggal Kota Sukabumi. Dari data Badan Pusat Statistika Kota Sukabumi

tahun 2020, terdapat sejumlah 234,934 jiwa warga yang tinggal di Kota Sukabumi

dengan rentang umur di atas 17 tahun ke atas. Berdasarkan rumus Slovin dengan

ketelitian 10%, maka sampel yang didapat adalah 100 responden. Survei mulai

disebar pada tanggal 6 September 2020 dan ditutup pada tanggal 7 September

Page 2: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

53

2020. Di bawah ini merupakan hasil dari survei yang didapat dan telah diolah,

sebagai berikut:

Gambar 3.1. Grafik responden yang pernah dan tidak pernah melapor ke pemerintah

Dari 100 responden yang mengisi kuesioner, 77 responden pernah

mengalami masalah yang berkaitan dengan infrastruktur yang ada di Kota

Sukabumi. Sebaliknya, terdapat 23 responden tidak pernah mengalami masalah

tersebut. Dari 77 responden tersebut, terdapat sejumlah 24 responden, dari jenjang

usia yang berbeda-beda, pernah melaporkan keluhan atau masalah kepada

pemerintah kota terkait.

Gambar 3.2. Grafik kendala ketika melapor ke pemerintah (kiri) dan cara pelaporan (kanan)

Dari 24 responden yang pernah melapor, sebanyak 75% atau sebanyak 18

responden melapor secara manual melalui telepon call center, RT/RW, dan

Page 3: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

54

kenalan di pemerintah. Dari hasil kuesioner tersebut dapat terlihat jika responden

masih jarang menggunakan aplikasi maupun website dalam melapor. Dalam

pelaporan tersebut, masih terdapat beberapa kendala yang pernah dialami oleh 24

responden. Salah satunya, sebanyak 12 responden dari 24 responden tersebut

merasa keluhan mereka tidak memiliki kabar yang jelas mengenai laporan dari

pemerintah terkait.

Gambar 3.3. Grafik alasan tidak pernah melapor

Dari 100 responden, terdapat 76 responden yang tidak pernah melaporkan

masalah infrastruktur ke Pemkot Sukabumi. Sebanyak 28 dari 76 responden yang

tidak pernah melapor, tidak mengetahui prosedur dan akses untuk melaporkan

keluhan ke Pemkot terkait. Disusul dengan 23 dari 76 responden merasa

malas/tidak peduli untuk melapor kepada Pemkot Sukabumi.

Dari hasil survei di atas dapat disimpulkan, bahwa masih banyak warga

Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah

mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

mengenai sarana pengaduan yang sudah ada dan masih kurang peduli dengan

permasalahan tersebut. Berdasarkan pengalaman warga Kota Sukabumi yang

Page 4: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

55

sudah pernah melapor, cenderung menggunakan media yang bersifat dua arah atau

yang dapat secara langsung memberikan respon dibandingkan dengan yang

bersifat satu arah (tidak direspon secara langsung). Selain itu, terdapat kendala

seperti tidak adanya kabar dari laporan menjadi salah satu kendala yang sering

dirasakan oleh warga Kota Sukabumi yang pernah melapor. Hal inilah yang dapat

mempengaruhi tingkat kepedulian warga dalam menghadapi permasalahan

infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi.

3.1.2. Focus Group Discussion

Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), Focus Group Discussion (FGD) merupakan

sebuah aktivitas pengambilan data yang dilakukan terhadap suatu kelompok

tertentu. Biasanya FGD dilakukan dengan mengajak beberapa partisipan untuk

berdiskusi mengenai topik tertentu (hlm. 75-76). FGD yang dilakukan ini

bertujuan untuk mengetahui awareness mengenai masalah infrastruktur di Kota

Sukabumi, mendapatkan review dari aplikasi pengaduan masyarakat yang sudah

ada melalui user testing, dan untuk mendapatkan saran dalam perancangan

aplikasi yang baru.

Gambar 3.4. Dokumentasi FGD dengan 7 warga Kota Sukabumi

Page 5: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

56

FGD telah dilaksanakan pada tanggal 14 September 2020 pukul 19.00

secara online melalui aplikasi Zoom. FGD ini mengajak tujuh perwakilan dari

warga Kota Sukabumi. Peserta FGD adalah sebagai berikut:

No. Nama Jenis Kelamin Usia Pekerjaan

1. Vee

Mahendra Laki-laki 46 tahun Planologi

2. Ivan

Ginanjar Laki-laki 47 tahun Wiraswasta

3. Veronica

Lilian Perempuan 45 tahun Arsitek

4. Ellyn Natalia Perempuan 27 tahun Karyawan

5. Refiand

Natanael Laki-laki 24 tahun Karyawan

6. Mariska

Gracia Perempuan 23 tahun Karyawan

7. Ivan Johan Laki-laki 20 tahun Mahasiswa

Tabel 3.1. Daftar nama peserta FGD

Semua peserta setuju jika peran masyarakat sangat penting dalam

pembangunan di Kota Sukabumi. Saat ditanya mengenai alasan, peserta

berpendapat dikarenakan masyarakat lebih tahu dan dekat dengan infrastruktur

tersebut dibandingkan dengan pemerintah. Oleh karena itu, peran yang dilakukan

dapat dengan memberikan laporan atau keluhan mengenai infrastruktur yang ada.

Dari ketujuh peserta, mereka semua pernah mengalami permasalahan yang

berkaitan dengan infrastruktur di Kota Sukabumi, namun ada yang

melaporkannya dan ada yang tidak. Salah satu peserta bernama Refin pernah

Page 6: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

57

mengalami masalah infrastruktur seperti fasilitas olahraga dan lalu lintas jalan

raya yang sering macet. Dari permasalahan tersebut, Refin pernah menyampaikan

keluhan secara langsung kepada salah satu staf walikota, namun ia merasa respon

pemerintah lambat dan tidak sesuai dengan harapannya.Sebaliknya, Pak Ivan yang

pernah mengalami masalah infrastruktur, seperti jalan raya yang rusak, namun

beliau hanya diam dan memakluminya saja. Berbeda dengan Ellyn, ia pernah

mengalami permasalahan, seperti penerangan jalan di dekat rumahnya yang

kurang dan gelap, namun tidak tahu kemana ia harus melaporkannya. Hal ini pun

sama dengan Ivan J yang masih tidak mengetahui media pengaduan masalah yang

ada di Kota Sukabumi. Pak Vee juga menambahkan, bahwa masih ada masyarakat

yang tidak tahu pembagian jalan, yaitu jalan nasional, provinsi, dan kota, hal ini

dapat berpengaruh juga dengan tanggapan atau respon dari pemerintah mengenai

hal tersebut.

Semua peserta yang mengikuti FGD merasa aplikasi dapat jauh

mempermudah masyarakat yang ingin menyampaikan keluhan karena lebih

efisien dan efektif. Namun, dari ketujuh peserta FGD, hanya Pak Vee yang

mengetahui media pengaduan masalah, salah satunya adalah aplikasi SUPER.

Dari adanya aplikasi itu, Pak Vee berpendapat aplikasi SUPER masih kurang

efektif sampai saat ini. Berbeda dengan keenam peserta baru yang mengetahui

adanya aplikasi SUPER setelah mengikuti FGD ini, padahal aplikasi ini sudah

berjalan sejak tahun 2018. Saat ditanya kepada keenam peserta, mereka

berpendapat jika media pengaduan masalah tersebut masih kurang dipublikasikan

dan disosialisasikan secara merata kepada masyarakat oleh Pemkot Sukabumi.

Page 7: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

58

Oleh karena itu, diperlukan publikasi lagi melalui media sosial dengan

menggunakan influencer asal Kota Sukabumi, melalui banner, hingga broadcast

di radio.

Dalam FGD, terdapat aktivitas user testing untuk dua aplikasi pengaduan

masalah, yaitu aplikasi SUPER (Sukabumi Participatory Responder) dan aplikasi

JAKI (Jakarta Kini). Setiap peserta FGD dibagi menjadi dua kelompok dengan

menginstall aplikasi berbeda. Setelah itu, masing-masing peserta dapat

mengevaluasi dari aplikasi yang diunduhnya. Dari hasil evaluasi, terdapat

beberapa hal penting mengenai kelebihan hingga kekurangan dari aplikasi SUPER

dan JAKI yang sudah diuji coba. Berikut di bawah ini merupakan hasil dari uji

coba dari kedua aplikasi tersebut.

Aspek Penilaian SUPER JAKI

Usefulness &

Learnability

Sangat mudah digunakan

dan dipelajari karena

hanya ada 2 fitur,

melapor dan tombol

panik

1. Banyak fitur dan

lengkap, tetapi

penggunaanya

masih tergolong

mudah

2. Ada istilah baru

yang harus

dipelajari/tidak

langsung kenal

Effectiveness

Kurang efektif untuk

digunakan sehari-hari

karena jarang melapor

dan jarang ada masalah

1. Banyak informasi

dari berita hingga

titik banjir yang

diberikan

2. Dapat cek

laporan pengguna

lain

3. Masih ada

informasi

penting, seperti

Page 8: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

59

titik macet yang

harus terhubung

di web berbeda

Efficiency

1. Untuk

menggunakan

semua fungsi,

peserta harus

registrasi terlebih

dahulu, sehingga

cukup memakan

waktu

2. Dalam

penyelesaian 1

skenario, rata-

rata peserta

menyelesaikan

sekitar 2-3 menit

1. Terdapat

beberapa fungsi

yang dapat

dibuka tanpa

harus registrasi,

sehingga terdapat

beberapa

skenario yang

dapat

diselesaikan

dengan waktu

kurang dari 2

menit

Interface

1. Sangat sederhana

2. Tulisan terbaca

3. Penggunaan ikon

yang masih

kurang sesuai

(tombol buat

laporan dan

tombol panik

yang lebih

menonjol)

1. Lebih bervariasi

karena terdapat

ikon dan gambar

yang menarik

2. Tulisan mudah

dibaca dan

dipahami

Accessibility

1. Hanya dapat

diunduh di

Android saja,

sehingga hanya

peserta yang

menggunakan

Android saja

yang dapat

menggunakan

aplikasi SUPER

2. Pengguna harus

sign-in untuk

masuk ke dalam

aplikasi ini

1. Dapat diunduh di

Android dan iOS,

sehingga semua

peserta dapat

menggunakannya

2. Pengguna dapat

membuka

aplikasi tanpa

harus sign-in,

namun masih ada

fitur-fitur yang

tertutup yang

diharuskan sign-

in terlebih dahulu

Satisfaction Semua peserta masih Jika peserta sebagai

Page 9: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

60

belum tertarik dalam

menggunakan aplikasi

ini kedepannya

warga Jakarta, aplikasi

ini sangat membantu dan

berkemungkinan besar

untuk menggunakannya

Tabel 3.2. Perbandingan kedua aplikasi dari hasil FGD

Dari kekurangan dan kelebihan tersebut, setiap peserta memberikan

masukkan atau saran yang dapat diterapkan pada aplikasi pengaduan masalah

yang baru, seperti penggunaan bahasa yang lebih mudah dimengerti oleh segala

kalangan, proses registrasi yang diperpendek/dipermudah hanya dengan

menggunakan nomor ponsel dan NIK (Nomor Induk Kependudukan),terdapat

fitur/konten dari aplikasi yang dapat digunakan/dilihat meskipun belum

melakukan registrasi , penggunaan ikon atau simbol agar aplikasi tidak terkesan

sepi/ kurang menarik, dan terdapat pilihan khusus warga Kota Sukabumi dan

pendatang.

3.1.3. Wawancara

Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), wawancara merupakan sebuah cara

pengambilan data secara kualitatif, yaitu dengan mengambil informasi secara

langsung kepada narasumber yang terkait (hlm. 65). Wawancara dilakukan kepada

salah satu ahli dalam interaction design, perwakilan dari Bappeda (Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Sukabumi, dan perwakilan dari

Diskominfo yaitu perwakilan Bappeda dan Diskominfo (Dinas Komunikasi dan

Informatika) Kota Sukabumi. Semua wawancara dilakukan secara online dengan

media pendukung, seperti Whatsapp dan Google Meet.

Page 10: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

61

3.1.3.1. Ahli Interaction Design

Penulis telah melakukan wawancara dengan salah satu ahli dalam bidang

interaction design yaitu Ukasyah Ananda Putra. Uka merupakan seorang

desainer yang sudah bergerak di bidang interaction design selama 7 tahun

dan sedang bekerja sebagai seorang desainer di Somia CX. Melalui

wawancara ini, penulis telah mendapatkan teknis perancangan aplikasi

layanan dengan menerapkan penggunaan service design di dalamnya.

Wawancara dilakukan pada tanggal 19 September 2020 pukul 11.00 secara

online melalui Google Meet.

Gambar 3.5. Dokumentasi wawancara dengan Kak Uka

Dalam wawancara, Uka menjelaskan mengenai perbedaan dari

interaction design dan service design. Menurut Uka, dalam interaction

design, seorang desainer lebih cenderung fokus pada media dan

penggunanya saja, namun, untuk service design sendiri, tidak berhenti di

penggunanya saja, tetapi lebih kepada orang-orang yang terlibat dalam

media tersebut. Contoh yang membedakannya adalah ketika memesan

makanan dengan menggunakan GrabFood, untuk interaction design,

Page 11: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

62

hanya fokus pada sistem aplikasinya saja, namun dalam service design,

seorang desainer harus lebih dilihat behaviour dari pengemudi grab nya

hingga karyawan dari rumah makan tersebut. Oleh karena itu, di dalam

service design terdapat istilah front stage dan backstage. Front stage itu

mengenai hal-hal atau media yang dilihat atau digunakan oleh user,

sedangkan backstage hal-hal yang ada di balik layar atau tidak dapat

dilihat oleh user. Dalam service design hal seperti front stage dan

backstage harus diperhatikan agar setiap hal yang terbangun di dalam

layanan tersebut dapat saling terhubung.

Terdapat hal-hal penting yang harus diperhatikan terkait dari

perancangan sebuah service design, yaitu penyusunan front stage dan

backstage, hubungan dari setiap stakeholder, journey map dari awal

hingga akhir, dan touchpoint yang digunakan. Agar perancangan service

design berjalan dengan baik, diperlukan sebuah mapping dalam menyusun

sistem layanan yang akan terjadi, hal ini juga dilakukan agar seorang

desainer dapat lebih paham hubungan dari antar stakeholders yang terlibat

di dalamnya. Selain itu, seorang desainer harus mengetahui kebutuhan

atau needs dari stakeholders yang akan terlibat nantinya.

Terkait dengan UI/UX aplikasi, Kak Uka menyatakan jika UI/UX

dan service design memiliki lingkup yang berbeda, namun tetap saling

berhubungan. Hal ini dikarenakan, UI/UX hanya pada lingkup antara user

dan aplikasi (sebagai touchpoint), sedangkan service design memiliki

lingkup yang lebih luas mengenai hubungan dari pengguna hingga ke

Page 12: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

63

setiap divisi yang menyediakan layanan tersebut. Hal inilah yang membuat

seorang desainer bukan hanya dapat merancang aplikasi dengan UI/UX

yang mudah dipakai pada bagian front stage tetapi juga dapat merancang

sistem pada bagian backstage dengan baik, agar masing-masing

stakeholder yang terkait saling merasakan kemudahan.

Aplikasi layanan masyarakat yang ingin dirancang tidak boleh

lepas dari penggunaan service design di dalamnya, karena aplikasi ini

digunakan oleh pemerintah dalam memberikan layanan kepada

masyarakatnya. Uka memberikan salah satu contoh penerapan service

design yang baik di dalam suatu pemerintahan adalah Jabar Digital

Service. Hal ini dikarenakan menurutnya, program-program yang

diberikan dan memiliki divisi khusus dalam mengintegrasi layanannya.

Oleh karena itu, Uka memberikan saran untuk tidak malu berbicara

dengan orang-orang yang berpengaruh di belakang layar, khususnya dalam

konteks ini adalah pemerintah. Hal ini bertujuan agar aplikasi layanan

masyarakat yang ingin dirancang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

masyarakat dan juga pemerintah.

Yang terakhir, Uka memberikan pesan dalam merancang aplikasi

yang dapat digunakan oleh masyarakat. Uka mengatakan agar seorang

desainer harus mengetahui alasan dibalik sebuah perancangan, khususnya

aplikasi. Hal ini dikarenakan sudah banyak media yang dapat digunakan

dan lebih mudah, seperti media sosial Whatsapp atau mobile webs. Oleh

karena itu, desainer harus dapat menentukan fitur-fitur yang efektif

Page 13: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

64

sehingga masyarakat ingin dan harus menggunakan aplikasi tersebut

kedepannya.

3.1.3.2. Perwakilan dari Bappeda Kota Sukabumi

Penulis telah melakukan wawancara dengan Frendy Yuwono yang

menjabat sebagai Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Wilayah Bappeda

Kota Sukabumi. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi

mengenai layanan pemerintah mengenai infrastruktur kepada masyarakat

Kota Sukabumi dan untuk mendapatkan data mengenai jenis-jenis

infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi. Wawancara dilakukan pada

tanggal 17 September 2020 pukul 09.00 secara online dengan

menggunakan media video call via Whatsapp.

Gambar 3.6. Wawancara dengan Pak Frendy melalui Whatsapp call

Dalam wawancara, Frendy menjelaskan bahwa di dalam sebuah

pembangunan, BAPPEDA memiliki tiga acuan, yaitu Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dengan jangka waktu

rencana selama 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Page 14: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

65

Daerah (RPJMD) dengan jangka waktu rencana selama 5 tahun, dan

Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (RKPD) dengan jangka waktu

rencana per-tahun. Terdapat dua pelayanan masyarakat yang telah diberi

oleh pemerintah setiap tahun, yaitu Musyawarah Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang), Focus Group Discussion (FGD) dan

konsultasi publik berupa forum dari tingkat RT/RW. Musrenbang

dilakukan oleh warga dengan memberikan usulan menggunakan forum

yang sudah disediakan kepada RT/RW setempat. Usulan yang sudah

diterima akan diteruskan ke kelurahan hingga di kecamatan, setelah

sampai di kecamatan, usulan tersebut akan dipilah lagi sesuai dengan

tingkat kepentingannya. Hasil dari Musrenbang yang telah dipilih oleh

pemerintah kota akan dimasukkan ke dalam rencana pembangunan di

Bappeda dan akan disebar ke setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang terkait.

Dalam proses pembangunan, terdapat infrastruktur yang dapat

dibangun dengan cepat, paling lama satu tahun pengerjaan hingga selesai,

namun terdapat faktor-faktor penghambat yang biasanya dapat

mempengaruhi cepat-lambatnya dari proses pembangunan

sarana/prasarana infrastruktur di Kota Sukabumi, yaitu masalah kesediaan

lahan, kesiapan anggaran, kesiapan pelaksanaan pembangunan, kesiapan

SKPD terkait, dan teknis-teknis lainnya. Hal inilah yang membuat

pembangunan dapat terjadi berlarut-larut. Bappeda menargetkan waktu

selama dua tahun sebagai waktu pembangunan paling lama, namun tetap

Page 15: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

66

saja masih terdapat kendala-kendala yang membuat pembangunan menjadi

semakin tertunda.

Bappeda memiliki mekanisme dalam pembangunan infrastruktur

Kota Sukabumi. Setiap SKPD atau dinas terkait yang ingin melakukan

pembangunan harus melakukan asistensi kepada Bappeda dan juga Badan

Pemeriksa Keuangan Daerah (BPKD) mengenai anggaran yang

dibutuhkan. Hal ini dilakukan agar program pembangunan dari SPKD

dapat terarah dan selaras dengan program pembangunan dari Bappeda itu

sendiri. Proses asistensi ini biasa dilakukan pada forum yang sudah

disediakan oleh Bappeda.

Dalam pembangunan, partisipasi masyarakat sangat mutlak

diperlukan. Hal ini dikarenakan pemerintah masih memiliki keterbatasan

dalam hal melihat infrastruktur yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam

perencanaan pembangunan, Bappeda tidak ingin lepas dari masukkan-

masukkan yang didapat dari masyarakat sendiri. Oleh karena itu,

pemerintah menyediakan kegiatan yang mengikutsertakan masyarakat dan

juga partisipasi RT/RW, kelurahan, hingga kecamatan, dalam menyusun

perencanaan pembangunan daerah setiap tahunnya.

Dalam mengetahui kepuasan masyarakat mengenai fasilitas-

fasilitas infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi, Bappeda memiliki

indikator indeks kota yang berbentuk survei. Survei biasa disebar atau

dilakukan selama satu tahun sekali. Survei dilakukan oleh tenaga ahli

Page 16: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

67

dengan menggunakan teknik sampling di setiap kelurahan yang ada di

Kota Sukabumi. Aspek-aspek yang tertera pada survei lebih mengenai

fasilitas, utilitas, lingkungan hidup, tata ruang, dan yang lainnya. Selain

Bappeda yang melakukan dalam skala tingkat kota, instansi lainnya pun

memiliki indikator kepuasan masyarakat terhadap masing-masing layanan

SKPD sesuai dengan sektor yang dilaksanakan.

Menurut Frendy, pemerintah sangat mengapresiasi dengan adanya

aplikasi layanan masyarakat, salah satunya adalah SUPER (Sukabumi

Participatory Responder). Adanya aplikasi pengaduan sangat membantu

masyarakat, karena memiliki sarana atau tempat dalam menyampaikan

kebutuhan dan keluhannya kepada pemerintah hingga ke Walikota

Sukabumi. Hal ini yang membuat Walikota juga dapat memerintah SKPD

yang terkait secara langsung untuk melaksanakan pembangunan jika

memang kebutuhan tersebut sangat penting/mendesak. Selain itu, dengan

adanya aplikasi, Bappeda dapat terbantu dengan adanya pendataan

sarana/prasarana yang ada di Kota Sukabumi, seperti data lokasi sanitasi

yang ada, karena Bappeda sendiri masih merasa memiliki kesulitan dalam

mengumpulkan maupun mendapatkan data tersebut. Selain itu terdapat

saran mengenai aplikasi kedepannya, seperti kemudahan dalam updating

data yang ada, tidak rumit dalam pengisian data, dan juga yang terpenting

adalah sosialisasi kepada masyarakat umum.

Page 17: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

68

3.1.3.3. Perwakilan dari Diskominfo Kota Sukabumi

Penulis telah melakukan wawancara dengan Tantan Sontani yang

menjabat sebagai Kabid Pengelolaan Informasi Publik dan Statistik (PIPS)

Diskominfo Kota Sukabumi. Wawancara dilakukan pada tanggal 3

September 2020 secara online dengan menggunakan media video call via

Whatsapp.

Gambar 3.7. Wawancara dengan Pak Tantan Sontani

Dari wawancara yang telah berlangsung, terdapat beberapa hal

penting yang didapat dari Tantan, selaku narasumber, mengenai aplikasi

SUPER (Sukabumi Participatory Responder) yang sudah ada sejak tahun

2018 ini. Aplikasi SUPER merupakan aplikasi pertama di Kota Sukabumi

yang dapat digunakan oleh masyarakat Kota Sukabumi untuk memberikan

pengaduan kepada Pemerintah setempat. Aplikasi ini ditargetkan hanya

untuk warga Kota Sukabumi tanpa adanya batasan umur penggunanya

atau dapat digunakan oleh semua umur. Selama dua tahun terakhir aplikasi

ini berjalan, terdapat tiga permasalahan yang sering diadukan melalui

Page 18: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

69

aplikasi SUPER, yaitu mengenai permasalahan penerangan jalan umum

(PJU), infrastruktur berupa jalan rusak, dan PDAM (air bersih).

Tantan juga menjelaskan mengenai proses pelaporan melalui

aplikasi SUPER. Proses pelaporan melibatkan pengguna yang melaporkan

keluhan melalui aplikasi dan akan diterima oleh Diskominfo. Hasil

pelaporan yang telah diterima oleh pihak Diskominfo akan diteruskan

kepada SKPD yang terkait. Terdapat SOP (Standard Operating

Procedure) yang diterapkan dalam aplikasi SUPER ini, yaitu waktu yang

dibutuhkan oleh SKPD dalam merespon adalah maksimal 3 (tiga) hari dan

penanggulangan lapangan diberikan waktu paling lama 10 (sepuluh) hari.

Jika respon yang diberikan lebih dari waktu yang ditetapkan, maka

keterangan laporan akan berwarna merah pada sistem dan dalam rapat

triwulan hal tersebut akan dilaporkan kepada pimpinan atau Walikota

Sukabumi.

Kesimpulan

Dari ketiga wawancara yang telah dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan,

bahwa dalam perancangan sebuah aplikasi, seorang desainer harus dapat membuat

aplikasi menjadi media yang paling efektif digunakan oleh target user

dibandingkan dengan media lainnya. Pihak Bappeda merasa aplikasi SUPER

sendiri telah diluncurkan sejak tahun 2018 sudah baik, namun aplikasi tersebut

masih sepi pengguna yang dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya

kurang adanya publikasi. Aplikasi SUPER sendiri sudah dikatakan efektif menjadi

wadah masyarakat dalam berkomunikasi dengan pihak Pemkot, hal ini

Page 19: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

70

dikarenakan walikota Sukabumi sendiri dapat melihat/mengecek secara langsung

tanggapan yang masuk dari aplikasi tersebut.

3.1.4. Observasi

Menurut Fitrah & Luthfiyah (2017), observasi merupakan salah satu cara yang

dilakukan oleh peneliti untuk ikut langsung berpartisipasi secara aktif dalam

pengambilan data/informasi. Observasi dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengamatan terhadap kejadian maupun kegiatan yang ada di lingkungan sekitar

(hlm. 72-73). Observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan infrastruktur yang

ada di Kota Sukabumi. Penulis telah melakukan observasi dengan cara

memperhatikan kondisi infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi. Observasi ini

dilakukan pada hari Minggu tanggal 20 September 2020 dan dilanjutkan pada hari

Selasa tanggal 22 September 2020.

Dari hasil observasi, masih ada permasalahan mengenai infrastruktur yang

ditemui, seperti PJU yang kurang dan mati, masih ada jalanan yang rusak/berbatu,

sampah rumah tangga yang dibuang tidak pada tempatnya, banyak angkutan

umum kota yang berhenti sehingga membuat jalan jadi macet, dan trotoar yang

dijadikan tempat berjualan.

Page 20: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

71

Gambar 3.8. Kompilasi masalah infrastruktur di Kota Sukabumi

Selain itu, penulis juga menemukan jika pemerintah tidak melakukan

sosialisasi atau publikasi mengenai aplikasi pengaduan masalah yang ada, seperti

aplikasi SUPER, hal ini terlihat dari banner maupun billboard yang berisi iklan

rokok, kampanye politik, dan himbauan penggunaan masker.

Gambar 3.9. Kompilasi billboard di Kota Sukabumi

3.1.5. Studi Eksisting

Dalam merancang sebuah aplikasi pengaduan masalah, terdapat tiga aplikasi

serupa yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatannya. Ketiga aplikasi

Page 21: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

72

tersebut, pertama-tama dianalisis dengan menggunakan teknik SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities, and Threats). Menurut Fine (2009), teknik analisis

SWOT merupakan sebuah cara/strategi dalam mengenal atau memahami sebuah

subyek, baik secara internal maupun eksternal, agar dapat dikembangkan menjadi

lebih baik kedepannya (hlm.5). Setelah itu, ketiga aplikasi tersebut dianalisis

dengan menggunakan prinsip dari teori user interface, user experience, dan

usability.

3.1.5.1. Aplikasi SUPER

Aplikasi SUPER (Sukabumi Participatory Responder) merupakan sebuah

aplikasi pengaduan masalah pertama yang ada di Kota Sukabumi. Aplikasi

ini sudah dapat digunakan oleh masyarakat Kota Sukabumi sejak tahun

2018. Di dalam aplikasi ini terdapat dua fitur berbeda, yaitu fitur tombol

panik dan fitur lapor. Fitur tombol panik dapat digunakan ketika pengguna

mengalami situasi darurat, sedangkan fitur lapor dapat digunakan ketika

pengguna ingin melaporkan masalah atau keluhan kepada instansi terkait.

Gambar 3.10. Screenshot tampilan pada aplikasi SUPER

Page 22: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

73

Berikut di bawah ini merupakan hasil analisis SWOT dari aplikasi

SUPER:

1. Strengths

a. Mudah untuk digunakan untuk melapor.

b. Terdapat pemberitahuan mengenai kabar laporan.

c. Terdapat fitur tombol panik.

2. Weaknesses

a. Hanya dapat diakses melalui Android.

b. Pengguna harus memilih satu instansi terkait yang sesuai

dari banyak daftar instansi yang ada di Kota Sukabumi.

c. Informasi jenis pengaduan yang kurang spesifik.

d. Tampilan tombol buat laporan yang tidak seperti tombol.

e. Harus registrasi melalui email.

f. Laporan yang tiba-tiba hilang.

g. Penggunaan icon yang kurang.

h. Tidak dapat mengetahui laporan yang sudah dilaporkan

oleh pengguna lain.

i. Harus registrasi terlebih dahulu jika ingin masuk ke dalam

aplikasi.

3. Opportunities

a. Kota Sukabumi sudah mengimplementasikan smart city

b. Menjadi aplikasi pengaduan masalah pertama yang ada di

Kota Sukabumi.

Page 23: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

74

c. Zaman sekarang sudah banyak masyarakat yang

menggunakan smartphone.

4. Threats

a. Masih banyak masyarakat Kota Sukabumi yang belum

pernah melapor ke Pemkot.

b. Masyarakat lebih memilih untuk melapor secara manual.

c. Adanya media pengaduan lainnya, seperti melalui call

center dan website E-Lapor.

3.1.5.2. Aplikasi JAKI

Aplikasi JAKI (Jakarta Kini) merupakan sebuah aplikasi yang diluncurkan

pada tahun 2019 oleh Pemprov DKI Jakarta. Aplikasi ini berisi informasi

dan layanan pengaduan masalah yang dapat diakses oleh masyarakat di

DKI Jakarta. Selain itu, warga dapat mendapatkan informasi mengenai

keadaan Jakarta, mulai dari indeks polusi, COVID-19, hingga lokasi-

lokasi wifi gratis yang sudah disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta.

Page 24: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

75

Gambar 3.11. Screenshot tampilan pada aplikasi JAKI

Berikut di bawah ini merupakan hasil analisis SWOT dari aplikasi JAKI:

1. Strengths

a. Aplikasi dapat dilihat terlebih dahulu meskipun belum

melakukan registrasi.

b. Konten yang disediakan lengkap, seperti JakWarta,

JakLapor, JakSurvei, JakISPU, JakSiaga.

c. Dapat mengetahui berita terkini dari instansi di DKI

Jakarta.

d. Respon dari pengguna lain hingga keterangan proses dapat

dilihat.

e. Dapat diakses di Android dan iOS.

f. Penggunaan icon dan warna yang konsisten.

g. Mudah dalam membuat laporan.

Page 25: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

76

2. Weaknesses

a. Terdapat fitur informasi yang membuat pengguna harus

masuk/ diarahkan ke halaman website lain.

b. JakCLM yang dianggap kurang tepat dan efisien untuk

warga.

c. Data alamat di DKI Jakarta yang kurang lengkap dan jelas.

d. Tidak dapat merekam/mengirimkan laporan dalam bentuk

video.

e. Banyak fitur yang membuat pengguna harus

mempelajarinya terlebih dahulu.

f. Harus aktivasi registrasi melalui email.

3. Opportunities

a. DKI Jakarta yang sudah mulai menjadi smart city

b. Zaman sekarang sudah banyak masyarakat yang

menggunakan smartphone.

4. Threats

a. Masih ada masyarakat yang melapor dengan media lain,

seperti sms, call center (hotline), email, dan media sosial.

b. Adanya aplikasi pengaduan lainnya, yaitu Lapor! dan Qlue.

3.1.5.3. Qlue

Qlue merupakan aplikasi pengaduan dalam bentuk media sosial pertama

DKI Jakarta yang telah diluncurkan pada tahun 2016. Aplikasi Qlue

merupakan aplikasi pengaduan pertama karya anak bangsa yang diangkat

Page 26: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

77

pertama kali oleh Ahok saat masih menjabat sebagai Gubernur pada saat

itu.

Gambar 3.12. Screenshot tampilan pada aplikasi Qlue

Berikut di bawah ini merupakan hasil analisis SWOT dari aplikasi Qlue:

1. Strengths

a. Pengguna dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya.

b. Dapat registrasi dengan menggunakan email dari Gmail dan

Facebook.

c. Dapat mengambil foto maupun video.

d. Dapat memilih target laporan, ke pemerintah atau

institusi/perusahaan yang berkaitan dengan masalah.

e. Mudah dalam membuat laporan.

f. Warga dapat melihat masalah yang diadukan oleh warga

lain.

Page 27: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

78

g. Mendapatkan informasi yang ada di sekitar lokasi warga

tinggal.

h. Dapat diakses melalui Android dan iOS.

2. Weaknesses

a. Penggunaan bahasa inggris sebagai bahasa utama.

b. Terdapat fitur chat yang tidak terlalu digunakan oleh user.

c. Laporan yang tiba-tiba hilang.

3. Opportunities

a. DKI Jakarta yang sudah mulai menjadi smart city

b. Masyarakat lebih menyukai pelaporan yang real-time.

c. Zaman sekarang sudah banyak masyarakat yang

menggunakan smartphone.

4. Threats

a. Penggunaan media lain sebagai media pengaduan.

b. Adanya aplikasi pengaduan lainnya, yaitu JAKI.

Kesimpulan Analisa:

Berdasarkan prinsip-prinsip mengenai User Interface, User Experience, dan

Usability, berikut di bawah ini rangkuman dan analisa dari ketiga aplikasi

SUPER, JAKI, dan Qlue:

Aspek Aplikasi SUPER Aplikasi JAKI Aplikasi Qlue

User Interface

• Penggunaan

icon yang masih

sangat sedikit

dalam

memberikan

• Terdapat icon

penjelas fitur

yang baru/ kurang

familiar.

• Penggunaan

warna dan bentuk

yang konsisten

dan mudah

dikenal.

Page 28: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

79

informasi.

• Tombol untuk

membuat laporan

tidak terlihat

seperti tombol.

• Tidak ada

informasi penjelas

pada setiap icon.

• Penggunaan

warna mencolok

pada tombol

panik sesuai

dengan fungsi,

namun fitur utama

sebagai tempat

pengaduan

terkesan

dikesampingkan.

• Icon diberi

informasi masih

penjelas, seperti

nama.

• Icon dan warna

yang konsisten.

• Penggunaan

warna simbol

keterangan

progres kurang

sesuai dengan

sehari-hari.

• Menggunakan

bahasa inggris

yang kurang

sesuai dengan

target (WNI).

• Icon lapor yang

kurang mencolok

sebagai fitur

utama.

User Experience

• Tata letak yang

sudah sesuai dan

tidak

membingungkan.

• Konsisten

dengan

penggunaan

warna dan ikon

dari setiap

tampilan aplikasi.

• Setiap tampilan

dibagi sesuai

dengan konten

yang ingin

disajikan.

• Tombol/icon

yang mudah

ditekan.

• Tidak ada fitur

• Terdapat konten

yang harus dibuka

terpisah

menggunakan

web browser

•Ada notifikasi

mengenai seputar

Jakarta

• Fitur searching

yang tidak terlalu

menolong karena

kurang informasi

mengenai

keyword yang

dapat dicari.

• Memberikan

informasi

mengenai posisi

user saat melapor.

• Terlalu banyak

menggunakan

fitur yang tidak

terlalu penting.

• Gambar terlalu

memakan tempat

dalam satu

tampilan.

• Terdapat

notifikasi untuk

keterangan

laporan.

• Selalu ada

informasi pop-up

untuk melapor

saat masuk ke

aplikasi.

Page 29: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

80

notifikasi.

Usability

• Cepat untuk

melaporkan

masalah.

• Cepat dipelajari.

• Harus aktivasi

lewat email

terlebih dahulu.

• Hanya dapat

diakses melalui

Android.

• Pengguna harus

membuka satu-

persatu icon untuk

mengetahui

isinya.

• Harus aktivasi

lewat email

terlebih dahulu.

• Dapat diakses

melalui Android

dan iOS.

• Fitur test CRM

yang kurang

efektif dengan

hasilnya.

• Mudah untuk

registrasi, dengan

menggunakan

Facebook dan

Gmail.

• Dapat diakses

melalui Android

dan iOS.

• Membutuhkan

waktu yang cukup

lama

dibandingkan

kedua aplikasi

lainnya saat

menggunakannya.

Tabel 3.3. Tabel kesimpulan studi eksisting

3.2. Metodologi Perancangan

Dalam perancangan aplikasi, penulis menggunakan proses desain dengan Human

Centered Design yang dikembangkan oleh IDEO ke dalam 6 tahap sebagai

berikut:

1. Observation

Pada tahap pertama ini, penulis mulai mengamati, bersikap

terbuka, dan mulai berpikir kreatif. Tujuannya adalah agar penulis

dapat memahami orang-orang yang akan menjadi stakeholder dari

desain yang ingin dirancang. Dalam memahaminya, penulis sudah

melakukan pengambilan data dengan menggunakan survei dengan

menggunakan media online, yaitu google form, FGD (Focus

Page 30: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

81

Group Discussion) yang dilakukan secara online dengan

menggunakan Zoom, dan wawancara kepada tiga narasumber

terkait secara online dengan menggunakan Whatsapp dan Google

Meet. Selain itu, penulis telah melakukan studi eksisting dari tiga

aplikasi pengaduan masalah yang serupa dan observasi untuk

mengetahui keadaan infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi dan

disertai dengan studi eksisting dari tiga aplikasi serupa yang sudah

ada. Hal ini dilakukan agar penulis dapat lebih mengenal target

user aplikasi hingga melihat kebutuhan, behaviour, serta insight

yang didapat dari stakeholders.

2. Ideation

Penulis melakukan brainstorming mengenai ide-ide yang

didapatkan dari proses observasi. Pada tahap ini, penulis

menentukan ide konsep dari aplikasi yang ingin dirancang.

Penentuan dilakukan dengan cara membuat mind map terlebih

dahulu untuk menemukan keyword yang sesuai dan dapat

diadaptasikan ke dalam aplikasi. Keyword yang telah didapat

menjadi penentu big idea dan konsep yang akan digunakan pada

aplikasi. Setelah itu, penulis melakukan mapping dengan membuat

persona, empathy map dan journey map dari pengguna aplikasi

tersebut. Selanjutnya, mulai merancang information architecture

yang berisi fitur dan isi konten yang ingin ditawarkan di dalamnya.

Page 31: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

82

Pembuatan flowchart pun dilakukan untuk menentukan model

aplikasi seperti apa yang ingin dirancang.

3. Rapid Prototyping

Dalam proses ini, penulis sudah mulai merancang aplikasi, mulai

dari low fidelity yang berisi sketsa dan wireframe. Setelah itu, hasil

dari low fidelity mulai dirancang menjadi versi high fidelity yang

berisi icon, button, hingga aset-aset visual lainnya.Hasil dari high

fidelity tersebut akan diuji terlebih dahulu kepada diri sendiri dan

orang-orang terdekat agar dapat memastikan jika solusi tersebut

tepat sasaran atau tidak.

4. User Feedback

Pada fase ini, penulis membawa hasil prototype dalam bentuk high

fidelity kepada orang-orang, terutama kepada user yang sudah

ditargetkan. Pada fase inilah penulis mendapatkan feedback

mengenai UI/UX yang diberikan sudah tepat atau tidak, sehingga

dari feedback didapat, penulis dapat mengembangkan lagi desain

tersebut.

5. Iteration

Setelah mendapatkan feedback dari user, penulis mendapatkan

informasi baru untuk mengembangkan desain yang sudah dibuat.

Fase ini merupakan fase penyempurnaan hasil desain. Dalam fase

Page 32: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

83

ini, penulis dapat mengulang kembali fase User Feedback hingga

solusi yang ditawarkan dapat siap digunakan oleh user.

6. Implementation

Setelah penulis telah mendapatkan solusi dan desain yang tepat,

penulis akan menyebarkan hasil tersebut kepada orang banyak. Di

sini, aplikasi secara final sudah dapat digunakan. Namun, dalam

pembuatan aplikasi, penulis akan terus melakukan pembaharuan

yang akan dimulai lagi dari tahap awal hingga mendapatkan solusi

atau pun desain baru yang lebih tepat sasaran.

3.2.1. Observation

Tahap observation merupakan tahapan pencarian data-data yang

dibutuhkan dalam perancangan. Tahapan observation ini telah dilakukan

pada bagian 3.1 dengan menggunakan pencarian data secara mixed

method, yaitu dengan kualitatif dan kuantitatif. Selain itu, terdapat

pencarian data dengan menggunakan studi eksisting terhadap aplikasi

terdahulu dengan cara menganalisis dengan teknik SWOT dan dengan

menggunakan analisis dari prinsip user interface, user experience, dan

usability.

Dari hasil analisis itu didapatkan bahwa, sebelumnya aplikasi

SUPER (Sukabumi Participatory Responder) hanya memiliki dua fungsi

utama, yaitu sebagai wadah masyarakat dalam melapor dan meminta

bantuan di dalam keadaan darurat. Hal ini yang membuat aplikasi masih

Page 33: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

84

memiliki beberapa kendala, seperti kurang bersifat dua arah, karena

sistemnya yang masih kurang bersifat komunikatif dalam menanggapi

laporan. Lalu, aplikasi ini masih terbilang kurang efektif jika digunakan di

dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat di Kota Sukabumi,

dikarenakan hanya terdapat dua fungsi, yaitu melapor dan siaga darurat,

yang memang secara intensitas warga jarang melakukannya (hasil dari

survei pada bagian 3.1.1). Tidak hanya hal itu, dalam segi user interface

masih terkesan kurang baik, mulai dari visual yang monoton, karena hanya

menggunakan warna cenderung biru dan berwarna pucat, bentuk icon yang

terlalu kaku, karena berbentuk kotak dan bersiku tajam, penggunaan warna

sebagai emphasis dan bentuk button yang masih kurang jelas dan sesuai

dengan fungsinya, karena pada tampilan aplikasi, fungsi siaga darurat

lebih menarik mata pengguna dibandingkan dengan fungsi utamanya,

yaitu sebagai media pelaporan.

Namun, dari beberapa kekurangan tersebut, terdapat beberapa hal

yang tetap dipertahankan di dalam perancangan baru ini, mulai dari

penggunaan logo, dikarenakan aplikasi SUPER telah berjalan selama 2

tahun, sehingga warga jauh lebih mengenal atau sudah mengetahui tentang

keberadaan dari aplikasi ini. Selain logo, terdapat penerapan fungsi lapor

dan bantuan darurat, hal ini agar aplikasi yang ingin dirancang ulang

masih memiliki misi yang serupa dengan aplikasi sebelumnya.

Page 34: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

85

3.2.2. Ideation

Terdapat beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu pembuatan

mind map, penyusunan moodboard, mengelompokkan dua stakeholder

yang akan menggunakan aplikasi dengan menggunakan persona yang

diperdalam dengan menggunakan empathy map dan journey map. Setelah

itu, perancangan user experience dari aplikasi pun dimulai dengan

merancang information architecture, flowchart, dan ecosystem map.

3.2.2.1. Mind Map

Dalam perancangan, penulis melakukan brainstorming dengan cara

membuat mind map mengenai Kota Sukabumi. Dari mind map tersebut,

penulis menjabarkan mengenai infrastruktur yang ada, ciri khas dari Kota

Sukabumi, logo yang digunakan, hingga arti dari nama Sukabumi sendiri.

Penyusunan mind map ini bertujuan untuk mendapatkan keywords yang

akan digunakan sebagai acuan dalam merancang aplikasi dari segi konten

hingga visual. Dari hasil mind map tersebut, didapatkan tiga kata kunci

yaitu friendly, connective, dan collective.

Page 35: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

86

Gambar 3.13. Mind map Kota Sukabumi

Ketiga kata kunci yang telah didapat digunakan untuk menentukan

big idea dan konsep dalam perancangan aplikasi ini. Big idea dalam

perancangan ini adalah Share it, Solved it. Sesuai dengan big idea yang

telah ditentukan, aplikasi ini memiliki tujuan mempertemukan masyarakat

dengan pemerintah kota dalam memberikan aspirasi serta melaporkan

masalah. Pertemuan ini sebagai bentuk nyata partisipasi dan kontribusi

dalam melaporkan masalah infrastruktur yang terjadi kepada pemerintah

secara real-time. Dalam aplikasi ini, masyarakat tidak hanya sebagai

instrumen utama pelaporan, melainkan masyarakat sendiri bisa

mendapatkan informasi-informasi yang mereka butuhkan mengenai Kota

Sukabumi. Di dalam aplikasi ini diharapkan terdapat timbal-balik yang

menguntungkan antar pemerintah dengan masyarakatnya dalam

Page 36: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

87

membangun kota Sukabumi kedepannya. Selain itu, segala permasalahan

yang telah dilaporkan tersebut dapat selesai dan terpecahkan dengan baik.

Konsep yang ingin diangkat dalam aplikasi ini adalah merancang

ulang aplikasi yang memiliki tujuan, yaitu berfokus dalam memberikan

koneksi dan interaksi antara pemerintah kota dengan masyarakatnya dan

juga antara warga dengan masyarakat lainnya. Aplikasi akan menyediakan

wadah bertukar pendapat dalam bentuk forum yang dapat diakses oleh

pengguna yang sudah melakukan registrasi sebelumnya. Registrasi

menggunakan NIK dan nomor telepon agar aplikasi pemerintah menjadi

lebih kredibel dan aman digunakan. Secara visual, tampilan aplikasi akan

dirancang dengan menggunakan warna-warna yang lebih bervariatif dan

tidak monoton. Penambahan ilustrasi pun dilakukan dalam menciptakan

sebuah identitas dari aplikasi milik Kota Sukabumi.

3.2.2.2. Moodboard

Dalam menyusun visual dalam aplikasi yang ingin dirancang, disusunlah

sebuah mood board yang akan digunakan dalam peracancangan, yaitu

sebagai panduan warna, ilustrasi, serta tipografi yang akan digunakan di

dalam aplikasi ini.

Page 37: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

88

Gambar 3.14. Moodboard

Sesuai dengan moodboard, aplikasi ini ingin menggunakan tiga

warna turunan yang didapat dari logo aplikasi SUPER dan ditambah

dengan dua warna lainnya yang masih memiliki kesan tidak terlalu kontras

atau tajam di mata. Hal ini dipilih agar dari penggunaan warna tersebut,

aplikasi ini dapat menciptakan kesan lembut dan nyaman saat user

menggunakannya. Selain itu, pemilihan dari kelima warna tersebut

dikarenakan ingin mengangkat hal-hal yang identik dengan Kota

Sukabumi, mulai dari warna biru dan hijau yang menggambarkan warna

alam dan ditambah dengan menggunakan warna merah dan kuning yang

berasal dari logo Kota Sukabumi. Dengan ditambah warna ungu,

perpaduan warna-warni ini diangkat dari salah satu ciri khas Kota

Sukabumi, yaitu warna angkot (angkutan kota). Dari penggunaan kelima

warna yang beragam memiliki tujuan agar aplikasi ini tidak terkesan

monoton, melainkan dapat lebih meningkatkan daya tarik aplikasi dan

meningkatkan suasana hati dari user saat menggunakannya.

Page 38: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

89

Penggunaan warna biru menjadi salah satu warna yang digunakan

secara dominan di dalam aplikasi. Hal ini dikarenakan secara psikologi,

warna biru merepresentasikan makna komunikatif, ketenangan dan

keramahan kepada user saat menggunakan aplikasi. Selain itu, didukung

dengan warna lainnya juga dapat menggambarkan kesan ramah agar visual

pada aplikasi tidak terkesan kaku dan kekinian.

Dalam pemilihan jenis tipografi yang digunakan di dalam aplikasi,

penulis menggunakan pemilihan jenis typefaces Lato. Penggunaan jenis

typefaces sans serif ini dengan jenis ketebalan yang berbeda-beda, yaitu

light, regular, black, dan bold. Penggunaan ketebalan ini digunakan

sebagai pembeda antara judul halaman dan isi halaman pada tampilan

aplikasi. Typefaces ini dipilih karena bentuk pada tulisan yang semi-

rounded. Hal inilah yang membuat typefaces ini memiliki kesan tidak

terlalu kaku dan serius, namun masih terlihat friendly dan kekinian. Alasan

yang lain adalah keterbacaan jenis typefaces ini juga nyaman dan baik

untuk dibaca karena kerning, tracking, dan leading pada typeface ini

tergolong sangat baik.

3.2.2.3. Persona

Dalam perancangan sebuah user experience yang baik agar sesuai dengan

target user, dibutuhkan sebuah mapping dengan cara menyusun dan

membuat persona dari target user. Menurut Cuello & Vittone (2013),

persona merupakan sebuah teknik yang dapat dilakukan dalam

menentukan karakteristik user yang akan menggunakan aplikasi.

Page 39: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

90

Karakteristik tersebut dapat dianalisis untuk untuk dapat mengetahui

perasaan, perilaku dan cara berpikir setiap individu user (hlm. 62).

Terdapat dua persona dari user yang telah dibuat dengan latar belakang

berbeda. Pembuatan persona menggunakan data yang telah didapat

sebelumnya, yaitu melalui survei dan FGD (Focus Group Discussion).

Persona ini dibuat sebagai panduan dalam merancang user experience dari

target user yang akan menggunakan aplikasi ini.

Gambar 3.15. Persona Ojek Online

Gambar 3.16. Persona Wiraswasta

Terdapat dua persona dari user yang akan menggunakan dua fitur

utama di dalam aplikasi. Ujang merupakan seorang user yang bekerja

sebagai ojek online (ojol). Dalam persona ini, Ujang akan menjadi seorang

Page 40: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

91

user yang akan menyampaikan keluhan atau memberikan laporan kepada

pemerintah dengan menggunakan fitur Lapor. Sedangkan Joni, merupakan

seorang user yang bekerja sebagai wiraswasta. Dalam persona ini, Joni

akan menggunakan fitur Pertolongan Darurat saat terjadi situasi yang

darurat atau harus diselesaikan secepatnya.

Agar lebih mengenal dengan target dan mendukung persona yang

telah dibuat, dibuatlah sebuah empathy map dari setiap dua persona yang

sudah ada sebelumnya. Empathy map berisi hal-hal yang berkaitan erat

dengan user di dalam persona, seperti hal yang biasa mereka pikirkan,

katakan, lakukan, rasakan, dan lihat dalam lingkup lingkungannya. Selain

itu, empathy map berisi kesulitan yang sering mereka temui hingga

pencapaian yang ingin mereka dapatkan kedepannya dengan adanya

aplikasi.

Gambar 3.17. Empathy Map Ojek Online

Page 41: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

92

Gambar 3.18. Empathy Map Wiraswasta

Agar dapat lebih mengenal dengan target user dari aplikasi ini,

dibutuhkan sebuah pemetaan yang lebih rinci, yaitu dengan membuat

journey map. Journey map yang telah dibuat mengangkat dua skenario

utama, yaitu pembuatan laporan dan menggunakan bantuan darurat.

Fungsi dari journey map ini adalah untuk meningkatkan kemudahan dan

kecepatan dalam menggunakan aplikasi tersebut. Pembuatan journey map

juga bertujuan agar dapat mengetahui secara lebih rinci mengenai

behaviour dari user saat menggunakan atau berinteraksi dengan aplikasi.

Hal ini dilakukan agar pengalaman yang dirasakan oleh user saat

menggunakan aplikasi dapat lebih mudah dikenali dan dapat menemukan

atau mengidentifikasi kebutuhan hingga pain yang dialami oleh user saat

menggunakan aplikasi ini.

Page 42: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

93

Gambar 3.19. Journey Map Ojek Online

Gambar 3.20. Journey Map Wiraswasta

Di dalam journey map Ujang, skenario yang dipilih adalah

melaporkan masalah infrastruktur yang ia temui saat bekerja. Di dalam

skenario ini, Ujang merupakan pengguna baru atau belum melakukan

registrasi sebelumnya. Oleh karena itu, tahapan yang akan Ujang lalui

adalah mulai dari ia menemukan masalah, mengunduh aplikasi, registrasi,

membuat laporan, hingga laporan yang telah dilaporkan selesai. Berbeda

dengan Ujang, di dalam journey map Joni, skenario yang ditentukan

Page 43: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

94

adalah meminta pertolongan darurat. Pada kasus ini, Joni telah mengunduh

aplikasi ini sebelumnya, namun ia belum meregistrasikan akunnya. Pada

skenario ini, tahapan yang akan dilalui oleh Joni adalah saat ia

menemukan masalah darurat, menghubungi pihak yang dibutuhkan,

hingga masalah tersebut selesai ditangani.

3.2.2.4. Information Architecture

Penggunaan information architecture ini berkaitan dengan user

experience.Hal ini dikarenakan information architecture dapat membantu

dalam menyusun isi atau konten secara rinci yang ada di dalam aplikasi.

Information architecture disusun secara hierarki dan lebih sistematis

seperti sebuah bagan agar aplikasi dapat dengan mudah digunakan oleh

user.

Gambar 3.21. Information Architecture

Berdasarkan Information Architecture yang telah dibuat, aplikasi

diawali dengan homepage atau halaman utama pada aplikasi yang terpecah

menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut dibedakan berdasarkan isi

konten yang dapat diakses ketika user tidak registrasi akun terlebih dahulu

dan user yang telah registrasi atau memiliki akun pada aplikasi ini.

Page 44: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

95

Sebelum user registrasi atau masuk ke dalam akun, hanya terdapat tiga

konten yang dapat terbuka, yaitu berita mengenai Kota Sukabumi, mulai

dari Warta Kota, info lalu lintas, perkiraan cuaca, dan info pembangunan

yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Selanjutnya, terdapat Pertolongan

darurat yang dapat digunakan oleh user ketika membutuhkan nomor-

nomor darurat yang langsung diakses melalui fitur telepon bawaan dari

smartphone yang digunakan oleh user atau user harus menggunakan pulsa

dalam membuat panggilan. Konten ketiga yang dapat dibuka adalah Info

Kota yang berisi informasi-informasi seputar infrastruktur yang ada di

Kota Sukabumi. Konten-konten lainnya, seperti Lapor, Chat Admin, Sapa

Penduduk, Data Penduduk, Respon Penduduk, dan Survei, dapat terbuka

atau dapat digunakan jika user telah memiliki akun atau telah teregistrasi

pada aplikasi ini.

3.2.2.5. Flowchart

Dalam menyusun sebuah alur pemakaian dari setiap fitur yang ada di

dalam aplikasi, penulis merancang sebuah flowchart. Flowchart ini

merupakan penggambaran alur yang akan user lakukan saat sedang

menggunakan aplikasi ini. Sebuah aplikasi harus memberikan alur

penggunaan yang mudah agar user tidak kebingungan atau kesulitan saat

menggunakan aplikasi ini. Hal ini sangat berpengaruh terhadap

perancangan user experience yang baik untuk setiap penggunanya.

Flowchart dirancang dan disusun dengan menggunakan diagram, seperti

berikut:

Page 45: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

96

Gambar 3.22. Flowchart

Dari flowchart yang telah dirancang, terdapat dua alur yang

bercabang, yaitu alur ketika user tidak registrasi dan alur ketika user ingin

registrasi terlebih dahulu. Dua cabang ini dibuat agar user dapat membuka

dan mengetahui isi dari aplikasi ini sebelum menggunakannya, hal ini

dikarenakan pengaruh dari setiap kebutuhan user yang berbeda-beda.

Untuk user yang hanya membutuhkan informasi-informasi seputar Kota

Sukabumi dan nomor bantuan darurat tidak perlu melakukan registrasi

terlebih dahulu, sedangkan user yang ingin ikut berpartisipasi dalam

melapor dan membutuhkan informasi-informasi yang lebih rinci harus

meregistrasikan akun nya terlebih dahulu. Hal ini berkaitan agar user

diberikan pilihan secara bebas tanpa adanya pemaksaan dalam

menggunakan aplikasi ini.

Page 46: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

97

3.2.2.6. Ecosystem Map

Ecosystem map dirancang sebagai tujuan agar dapat lebih mengenal dan

mengetahui stakeholder yang ada di bagian depan maupun di belakang

yang akan ikut berpartisipasi atau berpengaruh di dalam perancangan

aplikasi ini. Perancangan dari ecosystem map ini dibutuhkan agar dapat

merinci keterlibatan dari antar stakeholder dan dapat mengetahui tentang

macam-macam hubungan serta hal yang dibutuhkan oleh setiap

stakeholder dari bagian yang terdekat dengan user hingga kebagian paling

jauh/luar. Berikut di bawah ini adalah hasil dari ecosystem map:

Gambar 3.23. Ecosystem Map

Dari hasil ecosystem map yang telah dibuat, dapat dilihat jika user

dapat berkomunikasi dengan setiap instansi/skpd melalui aplikasi yang

terhubung dengan provider untuk dapat diteruskan ke pihak diskominfo.

Pada ecosystem map ini dapat dilihat jika diskominfo merupakan pusat

Page 47: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

98

dari penyaluran informasi dan data yang ada. Dari diskominfo lah yang

akan menjadi penghubung ke semua instansi yang berkaitan kepada user.

3.2.3. Rapid Prototyping

Pada tahap ini, penulis telah memulai untuk merancang aplikasi yang ingin

dibuat berdasarkan dari hasil observation dan ideation sebelumnya. Dalam

tahapan ini, terdapat dua jenis prototyping yang akan dilakukan, yaitu

pembuatan low fidelity yang berisi sketsa dan wireframe, dilanjutkan ke

tahap high fidelity yang mulai merancang setiap komponen di dalam

aplikasi secara menyeluruh dan bersifat final.

3.2.3.1. Low Fidelity

Dalam perancangan desain aplikasi, seorang desainer harus memulai

perancangan dengan membuat gambaran sketsa tampilan aplikasi terlebih

dahulu. Gambaran sketsa ini dilakukan untuk menentukan tata letak atau

tampilan awal dari setiap halaman yang ingin dirancang. Hasil dari sketsa

ini bertujuan agar dapat dievaluasi, sehingga dapat mengembangkan

desain tampilan aplikasi menjadi lebih baik dan lebih sesuai dengan target

user.

Page 48: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

99

Gambar 3.24. Sketsa digital

Setelah gambar sketsa dibuat, terdapat beberapa hasil evaluasi

sehingga terjadi beberapa perubahan dari tampilan yang telah digambar

sebelumnya. Tampilan baru yang merupakan hasil dari evaluasi

sebelumnya dirancang secara langsung dalam bentuk wireframe dengan

menggunakan software Adobe Illustrator. Bentuk dari wireframe ini

dirancang bertujuan agar dapat mengetahui secara nyata dari ukuran

bentuk serta tulisan yang sesuai di dalam aplikasi. Selain itu bertujuan agar

tampilan yang telah digambar sebelumnya dapat tersusun dengan rapi dan

jelas dibandingkan dari gambaran sketsa sebelumnya. Berikut di bawah ini

adalah hasil wireframe dari beberapa tampilan aplikasi.

Page 49: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

100

Gambar 3.25. Wireframe

Dalam perancangan low fidelity, penggunaan grid sudah mulai

diterapkan. Kegunaan dari grid itu sendiri adalah agar tata letak dari setiap

komponen yang di dalam aplikasi lebih rapi dan konsisten di setiap

tampilan halamannya. Grid yang digunakan dalam aplikasi ini adalah

responsive column grid. Jenis grid ini digunakan dikarenakan tampilan

pada aplikasi terbatas dan dapat memanjang ke bawah. Dalam aplikasi ini

menggunakan 12 column grid dikarenakan grid ini merupakan salah satu

grid yang sudah banyak digunakan di setiap aplikasi pada smartphone.

Selain itu, dengan menggunakan 12 column grid, penataan pada tampilan

dapat menjadi lebih beragam dan rapi.

Page 50: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

101

Gambar 3.26. Grid dalam tampilan aplikasi

3.2.3.2. High fidelity

Setelah membuat sketsa dan low fidelity aplikasi, perancangan masuk ke

tahap selanjutnya, yaitu merancang high fidelity. Setiap aset yang ada pada

aplikasi, seperti icon dan button, dibuat dengan menggunakan software

Adobe Illustrator, sedangkan untuk aset gambar ilustrasi, dibuat

menggunakan aplikasi yang bernama Procreate. Agar hasil dari high

fidelity yang telah selesai didesain dapat digunakan oleh user, masuklah ke

dalam tahap prototyping, yaitu membuat menjadi lebih interaktif agar

dapat digunakan oleh user. Proses dari prototyping ini menggunakan

software yang bernama Protopie.

3.2.3.2.1. Konten Aplikasi

Dalam mendesain ulang aplikasi ini, terdapat penambahan konten dari

aplikasi SUPER sebelumnya, yaitu:

Page 51: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

102

1. Warta Kota, yaitu konten aplikasi yang berisi berita mengenai Kota

Sukabumi. Di dalam Warta Kota, user dapat menemukan berita-

berita seputar Kota Sukabumi melalui dua media kredibel yang

ada, yaitu Radar Sukabumi dan Sukabumi Update.

2. Info Kota, yaitu konten aplikasi yang berisi informasi-informasi

lokasi maupun kontak dari infrastruktur yang ada di Kota

Sukabumi.

3. Respon Penduduk, yaitu konten aplikasi yang dapat digunakan

dalam mencari/melihat laporan penduduk lain mengenai

infrastruktur yang ada di lingkungan sekitar.

4. Data Penduduk, yaitu konten aplikasi yang berisi data pribadi,

seperti data KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan layanan pendaftaran

data penduduk lainnya, seperti KTP, Akta Lahir, dan Kartu

Keluarga.

5. Sapa Penduduk, yaitu konten aplikasi yang berisi sebuah forum

yang dapat digunakan pemerintah kota untuk bercengkrama atau

bertukar pendapat dengan masyarakat di Kota Sukabumi.

6. Survei, yaitu konten aplikasi yang menempatkan survei-survei dari

pemerintah yang dapat diakses oleh user secara online.

7. Chat Bantuan, yaitu konten aplikasi yang dapat digunakan untuk

berkomunikasi dengan setiap instansi pemerintah. Dengan ada nya

chat ini, user dapat melaporkan kendala atau menanyakan

Page 52: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

103

informasi secara personal atau bukan masalah yang dirasakan

secara publik kepada instansi tersebut.

Terdapat dua fitur utama yang sudah ada di dalam aplikasi

sebelumnya yang tetap ada di dalam aplikasi ini, yaitu fitur lapor dan

darurat. Untuk fitur lapor, user dapat melaporkan permasalahan mengenai

fasilitas publik/infrastruktur yang ada dengan melampirkan foto/video

dalam laporan. Setelah itu user dapat memilih kategori masalah yang

dilaporkan dan menuliskan deskripsi mengenai masalah tersebut. Ketika

user telah melaporkan laporan tersebut, maka progres laporan tersebut

dapat dilihat pada menu LaporanKu. Untuk fitur darurat, user dapat

menggunakannya meskipun belum memiliki akun. Namun, terdapat

perbedaan, jika user menggunakan fitur darurat sebelum memiliki akun,

maka user menelpon instansi dengan menggunakan fitur telepon bawaan

dari smartphone, sedangkan jika user telah masuk akun terlebih dahulu,

maka secara otomatis dapat meminta langsung bantuan tersebut, dapat

menelpon dengan menggunakan aplikasi, dan dapat melacak keberadaan

dari pihak bantuan tersebut dengan mudah.

3.2.3.2.2. Icon and Button

Media informasi yang digunakan di dalam aplikasi untuk dapat

mengarahkan user kepada tujuannya saat menggunakan aplikasi ini adalah

icon dan button. Perancangan icon di dalam aplikasi ini pun tidak terlepas

dari bentuk-bentuk asli yang ada di lingkungan sekitar. Hal ini dilakukan

Page 53: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

104

agar user dapat langsung dengan mudah mengenali bentuk dan fungsi dari

icon tersebut.

Gambar 3.27. Proses penyederhanaan pada icon

Icon dan button dirancang dan dibuat dengan cara

menyederhanakan bentuk asli menjadi bentuk yang lebih sederhana namun

tetap dapat dengan mudah dikenali oleh user. Icon dan button dirancang

dengan bentuk sedikit melengkung atau tumpul yang bertujuan agar icon

dan button terkesan lebih ramah dan tidak terkesan kaku. Pada button,

penggunaan warna didominasi dengan warna hijau, yang berhubungan

dengan arti setuju dan situasi sukses, dan warna merah yang cenderung

bersifat tidak setuju.

Gambar 3.28. Tampilan beberapa icon dan button

Page 54: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

105

Icon juga digunakan di dalam pertolongan darurat. Penggunaan

icon tertera pada icon api yang menyimbolkan dari masalah yang

disebabkan oleh api, yaitu kebakaran. Penggunaan warna pada fungsi

menggunakan warna merah yang mendeskripsikan panas. Terdapat juga

icon rumah sakit yang berbentuk tambah dengan penggunaan warna biru

yang mendeskripsikan blue code atau kondisi darurat di rumah sakit.

Untuk bantuan yang menangani kejahatan/kriminal menggunakan icon

yang berbentuk borgol yang identik dengan alat penangkap penjahat.

Warna ungu digunakan dalam icon tersebut dikarenakan menyimbolkan

kekejaman atau kejahatan. Icon kecelakaan lalu lintas berbentuk mobil

terbalik dengan kaca retak yang menggambarkan keadaan dari mobil yang

telah mengalami kecelakaan yang telah disederhanakan. Penggunaan

warna kuning pada icon ini ingin menyimbolkan arti hati-hati yang identik

dengan warna lampu lalu lintas. Untuk bantuan dalam bencana,

penggunaan icon seperti rumah yang rusak ingin menggambarkan keadaan

bencana yang biasa berefek pada kerusakan rumah. Penggunaan warna

hijau pada icon tersebut ingin menggambarkan bencana yang biasa

disebabkan oleh alam.

Page 55: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

106

Gambar 3.29. Tampilan icon pada pertolongan darurat

Pada bagian pemberian penilaian dari hasil kinerja SKPD pada

aplikasi, penggunaan icon berupa ekspresi wajah pun digunakan.

Penggunaan icon ini dalam penilaian agar user dapat dengan mudah

menilai, hal ini dikarenakan penilaian tidak berdasarkan angka, melainkan

penggambaran yang sesuai dengan perasaan mereka setelah melihat hasil

dari kinerja tiap SKPD. Icon ekspresi wajah ini ingin mewakilkan

penilaian dari lima ekspresi berbeda, yaitu ekspresi menangis yang

menggambarkan rasa sangat kecewa, ekspresi sedih yang menggambarkan

rasa kecewa, ekspresi datar yang menggambarkan rasa netral (biasa saja),

ekspresi senyum yang menggambarkan rasa puas, dan ekspresi bahagia

yang menggambarkan rasa sangat puas.

Gambar 3.30. Tampilan icon pada penilaian kinerja

Page 56: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

107

Terdapat icon baru yang disesuaikan dengan fungsi/konten yang

ditawarkan. Icon tersebut digunakan sebagai identitas dari fungsi yang

ada. Dalam pembuatan icon tersebut, terdapat proses perancangan dengan

cara mencari referensi yang berasal dari judul fungsi tersebut. Dari

referensi yang telah didapat, proses stilasi dari bentuk-bentuk asli yang ada

di lingkungan sekitar pun dibuat. Selain dengan stilasi, terdapat juga

penggabungan dari tiap bentuk yang disederhanakan, sehingga dapat

menjadi icon baru yang digunakan pada aplikasi. Berikut di bawah ini

adalah hasil stilasi dan penggabungan pada icon fungsi baru.

Gambar 3.31. Proses penyederhanaan icon pada Warta Kota dan Survei

Page 57: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

108

Gambar 3.32. Proses penyederhanaan dan penggabungan icon fungsi baru

Untuk icon Warta Kota dibentuk seperti koran yang identik dengan

berita, untuk icon Info Kota dibentuk dengan menggunakan peta Kota

Sukabumi dan dikombinasi dengan kaca pembesar yang identik dengan

mencari informasi. Icon respon penduduk dibentuk seperti perkumpulan

orang yang sedang berdiskusi karena fitur tersebut berisi hasil respon atau

laporan warga mengenai masalah infrastruktur yang ada di Kota

Sukabumi. Icon Data Penduduk dibentuk dengan sidik jari yang identik

dengan data diri dan bentuk centang yang melambangkan data yang telah

terverifikasi. Untuk icon Sapa Penduduk menggunakan bentuk bentuk

tangan yang sedang melambai dengan garis lengkung yang identik dengan

menyapa dengan ramah serta lingkaran yang merepresentasikan bentuk

orang yang dikombinasikan dengan jari pada tangan. Yang terakhir, icon

pada konten Survei dibuat serupa dengan bentuk kertas survei dengan tiga

pilihannya.

Page 58: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

109

Gambar 3.33. Tampilan icon pada konten

3.2.3.2.3. Ilustrasi

Terdapat beberapa aset visual yang digunakan sebagai media pendukung

sebagai penjelas mengenai keterangan/ informasi yang diberikan hingga

digunakan untuk memberikan identitas Kota Sukabumi pada tampilan

aplikasi tersebut. Aset-aset visual tersebut dibuat dalam bentuk ilustrasi

secara digital. Berikut adalah ilustrasi yang ada di dalam aplikasi:

1. Tampilan awal

Terdapat tampilan ilustrasi pada tampilan awal, tepatnya ketika

user ingin memilih untuk masuk akun, registrasi, atau tidak.

Sebagai tampilan awal, identitas dari Kota Sukabumi wajib

ditampilkan sebagai penanda bahwa aplikasi ini merupakan

aplikasi milik Kota Sukabumi. Konsep yang ingin dibuat dalam

tampilan ini adalah pemandangan dari keseluruhan Kota Sukabumi

dengan bangunan khasnya yang dilihat dari jauh.

Gambar 3.34. Contoh penyederhanaan bangunan Masjid Agung

Visual tersebut berbentuk ilustrasi siluet dari bangunan

khas yang ada di Kota Sukabumi, yaitu gedung balai kota, Tugu

Page 59: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

110

KusukabumiKu, Masjid Agung, Tugu Adipura, dan Gerbang Alun-

Alun yang disederhanakan. Siluet dari bangunan-bangunan

tersebut dipadukan dengan langit cerah, gunung dan rumput yang

mencerminkan alam. Hal ini dikarenakan Kota Sukabumi berada di

lereng kaki Gunung Gede yang masih identik dengan

pemandangan alamnya yang cantik. Ilustrasi siluet yang diletakkan

pada bagian tengah tampilan ini juga digunakan sebagai pemisah

antar logo aplikasi dan button.

Gambar 3.35. Tampilan ilustrasi halaman awal

2. Tampilan perkenalan aplikasi

Dalam memperkenalkan fungsi atau kegunaan dari aplikasi,

penulis menambahkan ilustrasi sebagai penjelas dari keterangan

tulisan. Ilustrasi dirancang menggunakan referensi dari

Page 60: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

111

penggambaran asli gesture dari masyarakat dengan pemerintah itu

sendiri yang disederhanakan menjadi sebuah ilustrasi.

Gambar 3.36. Contoh penyederhanaan karakter warga dan pemerintah

Ilustrasi yang digunakan ingin menggambarkan warga

dengan pemerintah yang sedang berkomunikasi, warga dengan

warga lainnya yang juga dapat berkomunikasi, dan perkumpulan

warga yang sedang memberi kesan mengajak dalam bentuk

ilustrasi. Dua dari ilustrasi tersebut dikombinasikan dengan

ilustrasi smartphone yang mencerminkan kegiatan tersebut dapat

berlangsung hanya dengan melalui perangkat smartphone saja.

Penggambaran dari ilustrasi ingin menjabarkan secara gambaran

umum mengenai macam-macam hal yang dapat di lakukan di

dalam aplikasi ini.

Page 61: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

112

Gambar 3.37. Tampilan ilustrasi halaman pengenalan

3. Tampilan kategori fasilitas

Untuk memberikan identitas pada kategori fasilitas, di dalam

tampilan pada konten Info Kota terdapat penambahan ilustrasi

identitas kota, yaitu gedung balai kota dan bus wisata di Kota

Sukabumi. Ilustrasi yang digunakan pun berasal dari bentuk asli

yang disederhanakan menjadi sebuah flat illustration.

Gambar 3.38. Contoh penyederhanaan bentuk bus wisata

Pada ilustrasi tempat ibadah, ilustrasi yang digunakan

adalah dengan menggabungkan simbol dari keenam agama resmi

yang ada di Indonesia. Untuk kategori yang lain, ilustrasi

digunakan sesuai dengan isi kontennya dan bertujuan sebagai

penjelas dari keterangan tersebut.

Page 62: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

113

Gambar 3.39. Tampilan ilustrasi pada bagian kategori fasilitas

4. Tampilan verifikasi identitas

Pada tampilan pop-up verifikasi identitas atau KTP (Kartu Tanda

Penduduk) terdapat sebuah ilustrasi berbentuk tangan yang sedang

memegang KTP. Ilustrasi yang dibuat ini pun terinspirasi dari

gesture asli saat seseorang memegang KTP. Selain sebagai media

pendukung dari keterangan yang ada, ilustrasi ini juga ingin

menggambarkan ajakan kepada user untuk mempersiapkan KTP

saat mereka ingin segera melakukan proses verifikasi tersebut.

Page 63: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

114

Gambar 3.40. Contoh penyederhanaan memegang KTP

5. Tampilan kategori infrastruktur

Agar user lebih mengenal mengenai kategori yang ingin

dilaporkan, penggunaan ilustrasi pun digunakan agar user tidak

kebingungan dengan pilihan kategori yang disediakan dan yang

ingin dipilih. Hal ini juga untuk memberikan kemudahan dan

mengurangi kesalahan user dalam memilih satu dari banyaknya

kategori laporan yang tersedia.

Gambar 3.41. Contoh penyederhanaan bentuk PJU

Ilustrasi yang digunakan dibuat sesuai dengan bentuk asli

yang disederhanakan agar user lebih merasa akrab dengan

infrastruktur yang ada di sekitar mereka. Warna yang digunakan

Page 64: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

115

sesuai dengan mood board yang telah ditentukan sebelumnya

dengan memainkan value dari warna tersebut.

Gambar 3.42. Tampilan ilustrasi pada bagian kategori jenis laporan

3.2.3.2.4. Prototype

Semua aset visual yang telah dirancang dalam bentuk high fidelity pun

disusun ke dalam program prototyping bernama Protopie. Prototyping ini

dilakukan dengan tujuan agar hasil perancangan dari aplikasi ini dapat

digunakan oleh target user secara interaktif. Hal ini juga bertujuan agar

hasil rancangan yang telah diuji cobakan kepada target user mendapatkan

masukkan agar aplikasi ini dapat dikembangkan maupun diperbaiki

kedepannya agar user experience yang dirasakan oleh user semakin sesuai

dan baik saat menggunakan aplikasi ini. Berikut di bawah ini adalah

gambaran dari high fidelity prototyping.

Page 65: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

116

Gambar 3.43. Tampilan high fidelity dari aplikasi

Di dalam proses prototyping, terdapat beberapa skenario yang

dapat dilakukan, yaitu registrasi akun, meminta pertolongan darurat,

membuat laporan, mencari berita, mencari informasi dari salah satu

infrastruktur yang ada di Kota Sukabumi, melihat respon laporan dari

penduduk lain, ikut berpartisipasi dalam memberikan pendapat pada forum

Page 66: BAB III METODOLOGI · 2021. 8. 24. · Kota Sukabumi yang masih bersifat pasif dan tidak pernah melaporkan masalah mengenai infrastruktur yang ada. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi

117

sapa penduduk, melakukan survei, chatting dengan salah satu admin PLN,

verifikasi KTP, dan mengisi data permohonan dalam membuat dokumen

resmi (e-KTP).