bab iii metodologi penciptaan - sir.stikom.edusir.stikom.edu/2488/5/bab_iii.pdf21 bab iii metodologi...
TRANSCRIPT
21
BAB III
METODOLOGI PENCIPTAAN
Dalam bab ini dijelaskan metode pengambilan dan pengolahan data yang
digunakan sebagai acuan dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini. Berikut uraian
penelitian dari metode yang digunakan dalam perancangan karya pembuatan film
dokumenter tentang Wayang Krucil Wiloso Kabupaten Malang.
3.1 Metode Penelitian
Menurut Soehartono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial
Lainnya (2008: 55) dijelaskan bahwa metode penelitian adalah cara atau strategi
menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Untuk
mendapatkan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan penelitian, maka
dalam pembuatan film dokumenter tentang Wayang Krucil Wiloso ini diperlukan
suatu metode.
Dengan demikian, dalam pembuatan film dokumenter tentang Wayang
Krucil Wiloso penulis menggunakan penelitian secara kualitatif. Penelitian
kualitatif merujuk dan berciri pada penulis mengamati, mencatat, bertanya, dan
menggali sumber yang erat hubungannya dengan obyek yang akan diteliti,
kemudian disusun, lalu dirumuskan, seperti observasi, wawancara, dan menggali
sumber-sumber yang ada melalui studi literatur (Sugiyono, 2005: 34).
22
Melalui metode kualitatif ini, akan dicari hal-hal yang berkaitan dengan film
dokumenter, Wayang Krucil Wiloso, skenario, dan silhoutte. Pada film
dokumenter, data diperoleh dari studi literatur yang dilakukan pada buku
Memahami Film karya Himawan Pratista. Pengumpulan data pada Wayang Krucil
Wiloso diperoleh melalui studi literatur, wawancara, dan observasi langsung ke
Pewaris Wayang Krucil yang berada di Desa Gondowangi. Wawancara dilakukan
dengan Bapak Kepala Desa Gondowangi yang bernama Pak Danis. Pengumpulan
data pada skenario diperoleh melalui studi literatur yang dilakukan pada buku
Kunci Sukses Menulis Skenario karya Elizabeth Lutters. Pengumpulan data pada
silhoutte diperoleh dari studi literatur yang dilakukan pada buku hunting foto
DSLR karya Hadiiswa.
3.2 Objek Penelitian
Dalam tahap ini dijelaskan objek penelitian yang menjadi bahasan utama
dalam Tugas Akhir ini. Objek yang diteliti adalah wayang krucil khas Malang.
Karena wayang krucil yang diteliti hampir punah karena gerusan zaman, maka
dibutuhkan upaya pelestarian dan pengenalan tentang wayang krucil ini. Berikut
adalah gambar 3.1 wayang krucil
23
Gambar: 3.1 Wayang Krucil Wiloso
(Sumber: Dokumentasi Penulis 2017)
3.3 Lokasi
Tempat yang dituju untuk melakukan penelitian mencakup wilayah desa
Gondowangi dan Narasumber (Bapak Danis Setyo “Kepala Desa”, Bapak
Paiman “Dalang Wayang Krucil”, Mbah Saniyem “Pewaris Wayang Krucil”,
Bapak Sugiyanto “ Anak tertua pewaris wayang krucil”. untuk mengetahui data
tentang wayang krucil. Wilayah yang dicakup yaitu Malang. Berikut Gambar 3.2
Lokasi
Gambar 3.2 Lokasi Desa Gondowangi
(Sumber: Dokumentasi Penulis 2017)
24
3.4 Sumber Data
Data sangat penting untuk penyusunan laporan Tugas Akhir ini agar laporan
dapat dipertanggung jawabkan dan akurat. Sumber data pada laporan ini diperoleh
dari internet atau studi literatur. Studi literatur diperlukan untuk menemukan
keabsahan data yang sudah diterbitkan baik dari buku-buku maupun dari jurnal
dan laporan penelitian sebelumnya. Selanjutnya sumber data dari observasi
dengan cara memperhatikan rekaman yang ada maupun observasi secara langsung
ke lokasi penelitian, serta dilakukan studi eksisting, untuk mempelajari film
dokumenter yang memiliki kesamaan dengan karya Tugas Akhir ini untuk
memperoleh masukan tentang kelebihan dan kekurangannya. Yang terakhir adalah
wawancara dengan narasumber yang memiliki keahlian sesuai dengan bahasan
yang ada, untuk mendapatkan informasi langsung dari orang-orang yang sudah
ahli di bidangnya. Sumber data secara rinci dijelaskan pada bagian 3.5
Pengumpulan Data.
3.5 Pengumpulan Data
Dalam tahap ini merupakan tahapan teknis dalam mendokumentasikan data
apa saja yang diperoleh dalam pembuatan Tugas Akhir ini. Teknik perolehan data
secara kualitatif yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah wawancara
mendalam, observasi,dan literatur yang akan dijelaskan pada Bab IV Perancangan
Karya, untuk memperoleh hasil akhir yang paling sesuai dengan kesimpulan yang
telah ditemukan dan konsep awal. Agar materi dan tujuan yang ingin dicapai tepat
sasaran, maka data akan dibagi menjadi 4 bagian berdasarkan latar belakang yang
telah disusun, empat bagiannya yaitu film dokumenter, skenario, shilouette,dan
25
Wayang Krucil. Data yang telah dipisah tadi akan dibahas lebih detail melalui
studi literatur, wawancara mendalam,serta observasi pada tahap akhir. Setelah
selesai maka akan muncul kesimpulan pada setiap bahasan. Kesimpulan yang
telah ada akan masuk ke proses analisa data dimana kesimpulan akan direduksi
dan dianalisa lebih lanjut untuk menemukan kesimpulan utama. Setelah
ditemukan kesimpulan utama dapat dibuat konsep perancangan yang akan
diimplementasikan dalam Tugas Akhir ini.
3.5.1 Film Dokumenter
Dalam pencarian data tentang film dokumenter menggunakan studi literatur
dari buku Memahami Film karya Himawan Pratista dan diambil dari internet situs
www.landasanteori.com, dan melakukan observasi dengan mengamati film
dokumenter yang telah ada seprti wayang krucil karya seni yang mulai terkucilkan
karya humas Kabupaten Lumajang dan. Berikut adalah hasil dari data-data yang
telah disimpulkan.
1. Studi Literatur
Studi literatur digunakan sebagai pengumpulan data dengan mencari refrensi
atau teori yang diperlukan dari berbagai sumber wacana yang berkaitan dengan
penyusunan laporan.
Berikut buku dan situs web yang dijadikan refrensi dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini, antara lain:
a. Menurut Himawan Pratista dalam bukunya Memahami Film (2008: 4) kunci
utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter
berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa,dan lokasi yang nyata.
26
Film dokumenter tidak menciptakan peristiwa atau kejadian namun
merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik.
b. Dalam situs www.landasanteori.com film dokumenter pertama kali
diciptakan oleh Robert Flaherty mendefinisikan bahwa film dokumenter
adalah karya cipta mengarah kenyataan (Creative Treatment Of Actuality)
yang merupakan kenyataan-kenyataan yang menginterprestasikan
kenyataan. Titik fokus dari film dokumenter adalah fakta atau peristiwa
yang terjadi.
2. Observasi
Untuk memperoleh data lebih banyak tentang film dokumenter maka
dilakukan kajian dengan dua film berjudul wayang krucil karya seni yang
mulai terkucilkan karya humas Kabupaten Lumajang &. Berikut adalah kajian
terhadap film dokumenter tersebut
a. Wayang krucil karya seni yang mulai terkucilkan
wayang krucil karya seni yang mulai terkucilkan karya humas Kabupaten
Lumajang yang telah di upload di YouTube.com. film ini berdurasi 5 menit
yang berceritakan tentang Wayang krucil dimana kesenian Wayang Krucil
ini sudah terkucilkan. Dalam film dokumenter ini semua informasi disajikan
dengan ringkas dan makna yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh
penonton. (lihat gambar 3.3)
27
Gambar 3.3 Wayang Krucil Karya Seni Yang Mulai Terkucilkan
Karya Humas Kabupaten Lumajang
(Sumber: www.youtube.com)
Tabel 3.1 Analisa Film Dokumenter Wayang Krucil Karya Seni Yang Mulai
Terkucilkan
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
1. Voice Over sesuai dengan
insert gambar yang di masukan
2. Filmnya dapat dengan cepat
dipahami
3. Bergenre biografi
1. Karena pendek maka ada
beberapa penjelasan tentang
wayang yang tidak
disampaikan
2. Tidak ada substitle untuk
memperjelas kata-kata
(Sumber: Olahan Penulis 2017)
b. Dokumenter Wayang Kulit
Dokumenter Wayang Kulit adalah sebuah film dokumenter karya dari siswa
SMKN 1 Surabaya yang telah di upload di YouTube.com. film ini berdurasi
10 menit yang berceritakan tentang Wayang Kulit dimana film dokumenter
ini membahas tentang wayang kulit jawa timuran yang sudah jarang
diminati oleh generasi-generasi bangsa. Dalam film dokumenter ini semua
28
informasi disajikan dengan ringkas dan makna yang ingin disampaikan
dapat dipahami oleh penonton. (lihat gambar 3.4).
Gambar 3.4 Wayang Kulit Karya SMKN 1 Surabaya
(Sumber: www.youtube.com)
Tabel 3.2 Analisa Film Dokumenter Wayang Kulit
Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)
1. Ada substitle untuk memperjelas
kata-kata dan untuk orang asing
melihat
2. Bergenre kebudayaan
1. Untuk resolusi masih belum
mengunakan resolusi HD
(Sumber: Olahan Penulis 2017)
Setelah dilakukan studi eksisting yang dilakukan pada 2 film diatas dengan
memperhatikan kelebihan dan kekurangan masing-masing film (tabel 3.1
dan 3.2), maka dapat disimpulkan bahwa film dokumenter adalah film yang
berdurasi pendek, setiap pengambilan gambar dan voice over telah tersusun
rapi, penjelasan dan makna film yang ringkas tapi jelas dan padat, bertujuan
untuk memberikan sebuah informasi atau makna kepada penonton.
29
3.5.2 Wayang Krucil
Pengumpulan data terarah dilakukan untuk pembahasan tentang wayang
terutama Wayang Krucil dengan gaya Jawa Timur-an.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan Bapak Danis Setya sebagai kepala Desa
Gondowangi. Bapak Danis mengatakan bahwa wayang adalah seni
pertunjukan tradisional yang sarat akan kisah-kisah ketoprak dan damarwulan
tapi selalu anggun dari karakter-karakternya. Wayang merupakan kekayaan
budaya yang tidak tergantikan dengan materi apa-pun dan terus diturunkan
dari generasi ke generasi. Namun pakem atau aturan-aturan yang kaku
membuat wayang semakin ditinggalkan.Gambar 3.5 Kepala Desa
Gambar 3.5 Bapak Danis (Kepala Desa)
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
2. Studi Literatur
a. Studi literatur dilakukan dengan memperhatikan buku Wayang Krucil
Ereng-ereng Gunung Katu karya Afriza Wahyu Arizal. Wayang Krucil
merupakan salah satu Wayang yang diciptakan oleh Pangeran Pekik dari
30
Surabaya, yang di buat dari bahan kayu dan berukuran kecil. Dalam
literatur lain Wayang Krucil juga disebut Wayang Klithik
b. Dalam buku Jagad Wayang karya Amrin Rauf menjelaskan Wayang
Krucil pertama kali diciptakan oleh pangeran Pekik dari Surabaya, yang
terbuat dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut
dengan Wayang Krucil Wayang ini dalam perkembangannya
menggunakan bahan kayu pipih (dua dimensi) yang kemudian dikenal
sebagai wayang Klithik.
c. situs www.mediamalang.com karangan David Currell. Dalam situs
tersebut berisi bahwa Wayang Krucil dengan Wayang Kulit mempunyai
perbedaan, jika Wayang Kulit cerita yang diambil dari kisah Ramayana
dan Mahabarata, untuk Wayang Krucil menceritakan alur sejarah bangsa
dan penyebaran agama islam di pulau Jawa. Biasanya dalam pementasan
atau gebyak Wayang Krucil dimainkan kurang lebih 15 orang, yang terdiri
1 sinden, dan 12 wiyogo atau pemain gamelan yang dipergunakan untuk
mengiringi pertunju kan wayang.
3. Observasi
Observasi dilakukan di Desa Gondowangi, Kecamatan Wagir, Malang Jawa
Timur yang pada tanggal 13-14 Februari 2017. Maka dapat diambil
kesimpulan jika Wayang Krucil merupakan seni pertujukan yang sangat
kental dengan budaya Jawa. Cerita dari Wayang Krucil biasanya sangat
menonjolkan sikap-sikap baik atau sikap kepahlawanan dan keanggunan dari
tokoh utamanya. Karakter-karakter dari Wayang Krucil dibagi menjadi empat
yaitu, Kapandhitan (pemuka agama), Bambangan (kesatria), Punakawan, dan
31
sabrangan tokoh (antagonis). Variasi cerita biasanya hanya berkutat di sekitar
selingan atau guyonan-guyonan serta kepiawaian dalang dalam mengolah
goro-goro.Gambar 3.6 Desa Gondowangi
Gambar 3.6 Desa Gondowangi
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
Gambar 3.7 Wayang Krucil Wiloso
(Sumber: Dokumentasi Penulis)
3.5.3 Skenario
Pada tahapan ini, pengumpulan data terarah kepada salah satu naskah film
dokumenter yaitu skenario. Dalam pencarian data tentang skenario menggunakan
studi literatur dilakukan mengkaji dari buku Kunci Sukses Menulis Skenario
32
karya Elizabeth Lutters dan Menjadi Penulis Skenario Profesional dan melakukan
observasi dengan mengamati skenario film dokumenter yang bertema Efek
Bencana Terhadap Perkembangan Anak.
1. Studi literatur
a. Pada studi literatur ini dicari data mengenai Skenario, melalui buku Kunci
Sukses Menulis Skenario karya Elizabeth Lutters dalam buku ini skenario
dikatakan mrakanya pertumbuhan stasiun televisi swasta dan menjamurnya
production house (PH) di Jakarta dan Kabupaten-Kabupaten besar di
Indonesia, serta kembali merebaknya dunia perfilman nasional, jelas
semakin banyak memerlukan program tontonan yang bermutu. Dengan
demikian, peran seorang penulis skenario menjadi begitu penting dan terjadi
peningkatan kebutuhan penulis skenario yang berkualitas pada production
house dan broadcast.
b. Dalam buku Menjadi Penulis Skenario Profesional karya Sony Set dan Sita
Sidharta penulis skenario adalah sebuah pilihan pekerjaan yang
membutuhkan bakat dan sedikit ketrampilan dalam mengolah cerita.Selain
itu seorang penulis skenario proffesional harus selalu berhubungan dengan
hitung-hitunagan matematis. Sebuah skenario yang dibuat harus disesuaikan
dengan kondisi dan kemampuan sebuah rumah produksi untuk
mewujudkannya menjadi sebuah film, sinema, atau cerita yang disiarkan di
berbagai media komunikasi visual seperti komputer, internet, dan televisi.
c. Sedangkan dalam buku Mari Mengenal Video Editing karya Arif BW
Skenario adalah gambaran tertulis dari keseluruhan isi video yang ingin
dibuat. Skenario berisi kerangka cerita dalam bentuk dasar rangkaian yang
33
adegan-adegannya tidak terlalu dirincikan. Membuat skenario sama seperti
membuat kerangka suatu karangan tulisan panjang. Sama halnya kerangka
tulisan, kerangka-kerangka cerita ini bisa dijadikan patokan tertulis untuk
proses produksi video berikutnya. Skenario dibuat sebelum proses shooting
dilakukan. Tujuannya agar poin-poin materi video yang dibutuhkan bisa
dicari sekaligus saat shooting.
3.5.3 Silhoutte
Pengumpulan data terarah dilakukan untuk pembahasan tentang silhoutte
yang datanya diperoleh dari Studi Literatur dalam buku Hunting Foto DSLR
karya Hadiiswa.
1. Studi Literatur
Dalam buku Hunting Foto DSLR karya Hadiiswa menjelaskan foto shilouette
adalah hasil foto yang objek utamanya gelap tetapi latar belakangnya terang.
Dan pada intinya foto siluet yaitu bermain-main dengan cahaya matahari. Agar
hasil foto siluet menarik, sebaiknya selalu memperhatikan keadaan cahaya.
3.6 Teknik Analisa Data
Setelah melakukan pengumpulan data, maka proses selanjutnya adalah
analisis data. Data yang telah didapat dari berbagai sumber akan dikualifikasikan
menurut dari mana data itu didapat. Lalu diolah dengan mencari mana yang paling
identik atau yang selalu ada saat proses pengumpulan data.
34
3.6.1 Reduksi Data
Tabel 3.3. Reduksi Data
Studi Literatur Wawancara Observasi
Film
Dokumenter
- Dokumentasi suatu
peristiwa
- Penyajian Fakta
dan Otentik
- Situasi dan kondisi
nyata
- - Durasi
- Makna
Wayang Krucil
Wiloso
- Bahan Kayu
- Unik
- Karakter
- Sejarah
- Menarik
- Daya Tarik
Wisatawan
- Karakter
- Cerita
- Budaya
Skenario - Perfilman
- Penulis
- Cerita
- -
Silhoutte - Mudah dipahami
- Bermain cahaya
- Menarik
- -
3.6.1 Menyajikan Data
Dari pembahasan film dokumenter berdasarkan studi literatur dan observasi,
diperoleh kesimpulan bahwa film dokumenter adalah dokumentasi suatu peristiwa
yang menggabungkan antara penyajian fakta dan otentik yang memiliki makna
dan berdurasi pihak terkait yang disajikan dengan penuh imajinasi. Dikemas
dalam bentuk film dokumenter agar penonton merasa seperti ikut masuk ke dalam
cerita karena situasi dan kondisi yang dihadirkan dalam cerita adalah situasi dan
kondisi nyata dengan apa yang terjadi di lapangan.
35
Dari pembahasan Wayang Krucil Wiloso berdasarkan studi literatur,
wawancara, dan observasi, diperoleh kesimpulan bahwa Wayang Krucil Wiloso
memiliki beragam Wayang Krucil yang terbuat dari bahan kayu yang unik dan
memiliki beberapa karakter yang sangat dilindungi keberadaannya oleh Pewaris.
Dari pembahasan Wayang Krucil berdasarkan wawancara, diperoleh kesimpulan
bahwa Wayang Krucil memiliki banyak sejarah yang menarik untuk diikuti
kisahnya dan program desa yang lagi dijalankan yaitu melestarikan budaya
Gebyak (Bersih Desa) dengan mempertunjukan kesenian dan budaya terutama
Wayang Krucil yang berada di Desa Gondowangi yang nantinya akan menjadi
potensi daya tarik wisatawan. Dari pembahasan Wayang Krucil berdasarkan
observasi, diperoleh kesimpulan bahwa Wayang Krucil memiliki banyak tokoh
karakter-karakter yang sangat menarik terutama dalam cerita panji dan di saat
Wayang Krucil dipertunjukan tidak hanya cerita panji saja cerita damarwulan atau
dakwah-dakwah tentang agama islam.
Dari pembahasan skenario berdasarkan studi literatur, diperoleh kesimpulan
bahwa penuli skenario merupakan pembuat naskah film yang berisi kerangka
cerita dalam bentuk dasar rangkaian yang adegan-adegannya tidak terlalu
dirincikan. Dan pada intinya skenario yaitu gambaran tertulis dari keseluruhan isi
video yang ingin dibuat dengan tujuan agar poin-poin materi video dibutuhkan
bisa dicari sekaligus saat shooting. Dengan menggunakan skenario akan membuat
sebuah film menjadi mudah untuk dipahami oleh penonton.
Dari pembahasan silhoutte berdasarkan studi literatur, diperoleh kesimpulan
bahwa silhoute merupakan metode pengambilan film yang berisi hasil foto yang
objek utamanya gelap tetapi latar belakangnya terang. Dan pada intinya foto siluet
36
yaitu bermain-main dengan cahaya matahari. Dengan menggunakan silhoutte akan
membuat sebuah film menjadi mudah untuk dipahami oleh penonton.
3.6.2 Memverifikasi Data
Dari hasil analisa data film dokumenter, Wayanng Krucil, skenario, dan
silhoutte dapat disimpulkan bahwa Wayang Krucil memiliki beraneka karakter-
karakter Wayang Krucil dan budaya yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
Selain itu, Wayang Krucil memiliki banyak tokoh karakter-karakter yang sangat
menarik terutama dalam cerita panji dan di saat Wayang Krucil dipertunjukan
tidak hanya cerita panji saja cerita damarwulan atau dakwah-dakwah tentang
agama islam. Kebudayaan dan kesenian Wayang Krucil ini akan dikemas dalam
bentuk film dokumenter, dimana film dokumenter merupakan dokumentasi suatu
peristiwa, meliputi fakta, otentik, dan situasi dan kondisi yang nyata. Guna
menyempurnakan film dokumenter ini, maka digunakan metode silhoutte, dimana
silhoutte akan menghasil video yang objek utamanya gelap tetapi latar
belakangnya terang. Dan pada intinya video siluet yaitu bermain-main dengan
cahaya matahari sehingga mudah dipahami oleh penonton.