bab iii metodologi penelitian -...
TRANSCRIPT
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). PTK adalah suatu bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh guru
untuk memecahkan masalah dalam mengajar serta untuk memperbaiki
pengajaran secara praktis (Sukidin dkk, 2010: 82). Arikunto (2012: 12)
memaparkan bahwa PTK dapat dilakukan secara kolaboratif, artinya penulis
dapat berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru IPA yang mengajar kelas
V SD Negeri Dukuh 3 dalam melakukan PTK. Adapun kolaborasi yang
dimaksud yakni guru dan peneliti mendiskusikan permasalahan penelitian
dan menentukan rencana tindakan. Penelitian juga dilakukan secara
partisipatif, artinya penulis dengan dibantu rekan seangkatan secara langsung
terlibat dalam penelitian. Sebelum melakukan pembelajaran dengan
menerapkan model Problem Based Learning (PBL), peneliti melakukan
observasi terlebih dahulu terhadap kelas yang hendak menjadi subjek
penelitian guna menemukan fokus masalah yang akan diangkat. Selanjutnya
fokus masalah tersebut didiskusikan dengan guru kelas, dan setelah didapat
masalah yang sudah sesuai maka peneliti merancang rencana tindakan
dengan menerapkan model PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa
terhadap fokusan masalah. Guru dan peneliti mendiskusikan permasalahan
penelitian dan menentukan rencana tindakan. Adapun langkah-langkah dalam
model penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1) Melakukan observasi guna melihat permasalahan yang ada.
2) Melakukan diskusi dengan guru kelas untuk memperoleh permasalahan
yang jelas.
3) Memberikan treatmen atau perlakuan terhadap kelas yang dijadikan subjek
penelitian yaitu melakukan pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL).
29
4) Memberikan tes akhir guna mengetahui peningkatan hasil belajar yang
signifikan dengan standar KBM sebagai patokannya.
3.2 Setting dan Karakteristik Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri
Dukuh 3 Kota Salatiga pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Dukuh
3 sebagai kelas yang akan mengalami perlakuan. Pengambilan subjek
penelitian didasarkan atas hasil observasi yang telah dilakukan serta
diskusi dengan guru kelas. Dari hasil observasi dan diskusi dengan guru
kelas yang dilakukan maka didapatkan permasalahan terhadap
pembelajaran IPA di kelas yang menjadi subjek penelitian.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel ini merupakan variabel yang terkait dengan peserta didik,
guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan
belajar, penyelenggaraan KBM seperti interaksi belajar-mengajar,
ketrampilan bertanya guru, gaya mengajar guru, cara belajar peserta didik,
serta implementasi model pembelajaran di kelas dan sebagainya.
Dalam hal ini unsur-unsur tersebut merupakan variabel bebas,
yakni variabel yang mengikat muculnya unsur lain. Unsur-unsur tersebut
akan mempengaruhi ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar peserta
didik. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini yakni
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
3.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi variabel bebas,
atau unsur yang diikat oleh adanya variabel bebas.Adapun yang menjadi
variabel terikat dalam penelitian ini merupakan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA. Unsur-unsur dalam variabel terikat ini akan mengalami
perubahan baik meningkat ataupun tidak setelah dilakukan perlakuan
khusus terhadap peserta didik. Dalam hal ini yang menjadi fokus
30
peningkatan adalah hasil belajar peserta didik. Unsur-unsur lain yang
termasuk dalam variabel ini akan mengikuti perubahan bila hasil belajar
peserta didik berubah.
3.4 Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis yang
dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart (Arikunto,
Suhardjono, Supardi: 2007). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam
beberapa siklus.Setiap siklusnya meliputi beberapa tahapan yang meliputi
perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan
refleksi (reflection) dalam suatu spiral yang saling terkait. Adapun model
penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart dapat terlihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 3.1
Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK ) oleh Kemmis dan Taggart
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem siklus, yang terdiri
dari tiga tahap yaitu:
1) Perencanaan (planning)
2) Pelaksanaan dan pengamatan (acting and observasing)
3) Refleksi (reflecting)
31
Pemberian perlakuan dimulai dengan merancang rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) kemudian tahap pelaksanaannya hingga tahap relfeksi
sebagai tahap evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun
langkah-langkah dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
meliputi pemahaman khusus terhadap karakteristik pesertsa didik,
menyesuaikan materi dengan permasalahan yang diangkat dan kesesuaiannya
dengan pendekatan yang dijadikan sebagai sarana penyampaian materi.
Selanjutnya membuat alat peraga atau memanfaatkan media belajar yang
diperlukan dengan memperhatikan peserta didik, setelah itu masuk ke dalam
tahap penyususnan rancana kegitan belajar mengajar dan kemudian RPP yang
telah disusun sedemikian rupa diaplikasikan dengan memperhatikan
kesesuaian antara peserta didik, materi, sarana dan prasarana serta alokasi
waktu saat mengajar.
Proses memberikan perlakuan dengan melakukan proses kegiatan
belajar mengajar tidak hanya dilakukan satu atau dua kali, akan tetapi
tahapan ini akan sampai pada tahap kurang lebih 6 kali mengajar. Dimana
tahap pertama akan melihat adakah perubahan atau peningkatan sampai
masuk ke tahap dimana peningkatan dapat terlihat dan diukur secara
signifikan. Setiap pembelajaran telah selesai dilaksanakan maka akan dibuat
adanya evaluasi, untuk mengukur perubahan yang terjadi, apakah ada
peningkatan atau tidak. Evaluasi yang dilakukan diterapkan secara berkala,
yakni adanya kesinambungan antara evaluasi yang pertama dengan yang
selanjutnya agardapat dijadikan perbandingan. Hal ini dilakukan untuk
melihat perubahan yang terjadi sekaligus sebagai bukti dari pembelajaran
yang dilakukan telah memberikan perubahan kepada peserta didik baik
berupa hasil belajar, minat dan daya kreatifitas, dan lain-lain. Bila telah
dilakukan evaluasi dan penerapan pembelajaran telah selesai dilaksanakan
maka data yang diperoleh akan dianalisis agar peningkatan yang
dimaksudkan dapat terlihat.
3.4.1 Rencana Tindakan Siklus 1
a. Perencanaan
32
Perencanaan pada siklus I meliputi:
1) Persiapan dengan meminta ijin dari sekolah yang hendak dijadikan
tempat untuk melakukan observasi, wawancara dengan anggota
sekolah, dan mengidentifikasi masalah.
2) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan alat peraga dan media yang mendukung dengan materi
ajar dan kesesuain dengan pendekatan yang digunakan.
4) Pembuatan lembar soal.
5) Pembuatan lembar observasi.
b. Tindakan
Tindakan
1) Menggunakan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
2) Siswa membentuk kelompok
3) Guru memberikan masalah (problem) kepada setiap kelompok
terkait materi ajar
4) Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah yang sudah
dipersiapkan oleh guru.
5) Siswa menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan
6) Siswa melakukan evaluasi terhadap hasil kerja kelompok dengan
bimbingan dari guru
7) Guru melakukan penilian terhadap laporan kerja kelompok siswa
bergantian.
8) Guru dan siswa menyusun kesimpulan terhadap pelajaran yang
sudah dipelajari.
9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang
telah dilakukan.
10) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan saat proses belajar mengajar
berlangsung. Pada tahap ini hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai
33
pelaksanaan tindakan kelas yang telah disiapkan. Penelitian tindakan kelas
yang berkolaborasi dengan guru kelas memberikan ruang yang cukup bagi
peneliti untuk melakukan observasi.Observasi yang dilakukan peneliti
tidak lepas dari bantuan guru kelas, karena penelitian yang dilakukan
berkolaborasi dengan guru kelas. Hal itu dimaksudkan agar siswa nyaman
terhadap pembelajaran yang basisnya menggunakan model Problem Based
Learning (PBL). Data dari observasi selanjutnya dimasukan dalam lembar
observasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi ditujukan untuk mengevaluasi hasil kegiatan
pembelajaran dari siklus I. Pada tahap ini dilakukan analisis dari hasil
proses belajar mengajar yang telah dilakukan pada siklus I yang
selanjutnya akan dipergunakan sebagai acuan dalam pengembangan
penelitian berikutnya. Hasil yang diperoleh dalam siklus I apabila masih
terdapat kekurangan akan diperbaiki pada siklus II dan hasil yang
menunjukkan tingkat perkembangan akan dipertahankan dan
dikembangkan lebih lanjut untuk pedoman dalam menuju materi
berikutnya.
3.4.2 Rencana Tindakan Siklus 2
a. Perencanaan yaitu:
1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus 1 yang belum teratasi dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
2) Merancang dan merencanakan pembelajaran dengan menyusun RPP.
3) Menentukan lamanya waktu dalam kegiatan pembelajaran.
4) Menyusun strategi pembelajaran dengan menggunakan model PBL.
5) Menyiapkan alat yang akan mendukung pembelajaran.
6) Kesimpulan dan evaluasi.
7) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
8) Pengembangan program tindakan 2.
b. Tindakan
34
Pelaksanaan program tindakan 2 yang mengacu pada identifikasi
masalah yang muncul pada siklus 1, sesuai dengan alternatif pemecahan
masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
1) Siswa membentuk kelompok
2) Guru memberikan masalah (problem) kepada setiap kelompok terkait
materi ajar
3) Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah yang sudah
dipersiapkan oleh guru
4) Siswa menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan
5) Siswa melakukan evaluasi terhadap hasil kerja kelompok dengan
bimbingan dari guru
6) Guru melakukan penilian terhadap laporan kerja kelompok siswa
bergantian.
7) Siswa dan guru menyimpulkan pelajaran yang sudah dipelajari
8) Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama proses belajar mengajar
berlangsung. Tahap ini hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai
kecocokan model pembelajaran dengan karakteristik peserta didik.
Kegiatan ini meliputi kegiatan pengamatan sebelum, selama dan setelah
proses kegiatan belajar mengajar dilakukan. Observasi pelaksanaan
pembelajaran dilakukan oleh guru lain sebagai guru observer II dan
peneliti sebagai observer I.
d. Refleksi
Jika hasil pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan khasil
belajar terhadap pembelajaran IPA, maka pembelajaran dapat dikatakan
berhasil.
3.5 Intrumen Penelitian
Berikut uraian mengenai instrumen pembelajaran:
a. Lembar observasi kegiatan pembelajaran
35
Lembar observasi berupa catatan penting yang digunakan untuk
mengobservasi hal-hal yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Lembar
observasi ini juga digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, aktivitas guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based
Learning (PBL), kendala-kendala yang dihadapi selama melaksanakan
proses kegiatan belajara mengajar, serta kejadian-kejadian spesifik lainnya
dalam kegiatan pembelajaran. Hasil observasi ini juga difungsikan sebagai
sarana untuk melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran.
Mengacu pada modifikasi RPP yang didesain mengaacu pada
PERMENDIKNAS No 41 tahun 2007, dikolaborasikan dengan PBL
substansi materi IPA kelas V, kemudian dirancang pembuatan RPP dengan
PBL, maka acuan lembar observasi yang dilakukanpun berdasarkan RPP
modifikasi yang dibuat tersebut. Adapun lembar observasi dapat dilihat
pada kisi-kisi lembar observasi berikut:
36
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Lembar Observasi Kinerja Guru
Tahapan
Kegiatan
Aspek yang
Diamati Indikator
No Item
Kegiatan
Awal
Membuka
Pelajaran
a. Memberikan salam.
b. Memberikan apersepsi.
c. Penyampaian tujuan
pembelajaran.
d. Pemberian motivasi
1, 2, 3, 4
Kegiatan
inti
Penyampaian
Materi dan
Strategi
Pembelajaran
a. Menyiapkan alat dan bahan
belajar
b. Menjelaskan tujuan pembelajaran
atau kompetensi dasar yang perlu
dicapai.
c. Menyampaikan cakupan materi
dan penjelasan uruaian kegiatan
sesuai silabus.
5, 6, 7,
8, 9
Penggunaan
Model
Pembelajaran
dan
Pemanfaatan
Sumber
Belajar
a. Guru menjelaskan materi ajar
b. Guru memberikan beberapa
contoh soal untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dijelaskan.
c. Guru membagi kelas menjadi
beberapa kelompok.
d. Guru mengkondisikan kelas ke
dalam kegiatan PBL.
e. Guru memberikan masalah ke
masing-masing kelompok
f. Guru membimbing siswa dalam
mengerjakan tugasnya.
10, 11,
12, 13,
14, 15,
Penilaian
Hasil Belajar
a. Mengevaluasi hasil belajar
b. Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan
pertanyaan.
c. Pemberian penghargaan atas hasil
yang dicapai siswa.
16, 17,
18
Kegiatan
Akhir
Mengakhiri
Pelajaran
a. Pemberian penguatan terhadap
materi ajar.
b. Melakukan bimbingan dalam
penarikan kesimpulan.
c. Pemberian motivasi
d. Pemberian tindak lanjut
19, 20,
21
38
b. Lembar Soal Tes Evaluasi
Tahapan
Kegiatan
Aspek yang
Diamati Indikator
No Item
Kegiatan
Awal
Membuka
Pelajaran
a. Siswa siap menerima
pelajaran.
b. Siswa dapat menjawab
pertanyaan apersepsi.
c. Siswa memahami tujuan
pembelajaran.
1, 2, 3, 4,
5,
Kegiatan
inti
Penyampaian
Materi dan
Strategi
Pembelajaran
a. Siswa memperhatikan
penjelasan guru.
b. Siswa aktif bertanya tentang
materi ajar yang dijelaskan.
c. Siswa mengerti instruksi
tentang langkah-langkah
pembelajaran dengan
menggunakan PBL.
6, 7, 8, 9,
10, 11
Penggunaan
PBL
a. Siswa merancang solusi
terhadap permasalahan yang
diberikan guru.
b. Siswa menyusun laporan
dengan mengembangkan
rancangan yang tekah dibuat
sebelumnya dalam kegiatan
kelompok.
c. Siswa bekerja sama dan
saling membantu anggota
kelompok dalam
menyelesaikan tugas yang
diperoleh.
d. Siswa melakukan evaluasi
terhadap proyek yang telah
dibuat.
12, 13,
14, 15
Penilaian
Hasil Belajar
a. Siswa mampu menjawab
dengan benar pertanyaan yang
diajukan guru
b. Siswa mendapatkan reward
dari perolahan skor dalam
pembelajaran yang telah
dilakukan.
16, 17,
18,
Kegiatan
Akhir
Mengakhiri
Pelajaran
a. Siswa mampu menjawab soal
yang diberikan secara lisan.
b. Siswa mampu menyimpulkan
hasil pembelajaran.
19, 20
39
Lembar soal-soal tes yang akan diberikan kepada siswa sebagai tes
evaluasi atau tes formatif hasil setelah dilakukan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang
diberikan di akhir siklus.
3.6 Data dan Cara Pengumpulannya
Untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, maka penulis menentukan teknik dan alat pengumpulan
data yang sesuai dengan penelitian ini. Instrumen yang diperlukan dalam
penelitian tindakan kelas haruslah sejalan dengan prosedur dan langkah-
langkah dalam PTK. Untuk mendukung penelitian ini, maka penulis
menggunakan cara pengumpulan data dengan teknik tes, dokumentasi, dan
observasi.
a. Teknik Tes
Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pengetahuan peserta
didik teknik yang paling tepat digunakan adalah teknis tes. Tes awal pada
pra siklus yang dilakukan oleh guru adalah intrumen yang tepat sebagai
cara pengumpulan data, karena melalui hasil tes awal ini maka akan dapat
dilihat sejauh mana perkembangan peserta didik dalam hal intelektualnya.
Selanjutnya setelah hasil tersebut diketahui, maka penulis dapat memulai
memberikan perlakuan yang sesuai setelah melakukan observasi
sebelumnya. Perlakuan yang diberikan harus disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik serta diselaraskan dengan model pembelajaran
yang digunakan guna menunjang proses pembelajaran.
b. Dokumentasi
Pada instrumen ini, diberlakukan upaya untuk mencari sumber
sebanyak-banyaknya yang difungsikan sebagai penunjang dari penelitian.
Dokumentasi digunakan sebagai alat ukur dalam perkembangan penelitian
selanjutnya.Bermula dari bagaimana keadaan peserta didik, situasi belajar,
sarana dan prasarananya sampai keadaan lingkungan di sekitar sekolah
tersebut.
40
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk menilai jalannya pembelajaran sehingga
hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
menyimpulkan hasil pembelajaran tersebut (Arikunto, 2010:
272).Sugiyono (2010: 203) juga berpendapat bahwa observasi dilakukan
guna memberikan penilaian yang berkenaan dengan tingkah laku manusia,
proses kerja, dan gejala-gejala alam, namun Sugiyono menambahkan
observasi ini dapat dilakukan bila responden yang diamati tidak terlalu
besar.Dalam hal ini, observasi dapat dilakukan pada SD Negeri
Ngrambitan karena jumlah responden tidaklah terlalu besar sesuai dengan
pendapat yang telah dipaparkan oleh Sugiyono. Adapun penilaian yang
diberikan dalam observasi yang akan digunakan yakni dengan skala Likert.
Sugiyono (2010: 134) memaparkan bahwa skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang terhadap keadaan
tertentu. Keadaan ini dapat diartikan dengan proses pembelajaran, jadi
penilaian yang diberikan berfokus pada aspek dalam pembelajaran.
Aspek dalam pembelajaran ini dijabarkan ke dalam pengamatan
yang dilakukan terhadap siswa untuk menggambarkan keseuaian model
pembelajaran dengan karakteristik siswa dan guru untuk menggambarkan
model pembelajaran dapat digunakan dengan mudah sehingga dapat
membantu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sugiyono (2010: 134-
135) juga menambahkan dengan skala Likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian instrumen
tersebut dijadikan titik tolak dalam menyusun item-item instrumen. Item-
item tersebut dapat berupa pernyataan ataupun pertanyaan. Untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka tiap butir jawaban dapat diberi skor,
misalnya:
Tabel 3.4. Skala Likert
Kriteria Skor
Sangat Baik 4
Baik 3
Cukup Baik 2
41
Baik 1
3.7 Validitas dan Reliabilitas
3.7.1 Validitas Instrumen
Validitas suatu tes atau instrumen adalah instrumen yang dapat digunakan
untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Sugiyono (2010:23). Dalam penelitian
ini, instrument yang akan divalidasi yakni instrument soal tes. Uji validitas
instrumen soal digunakan untuk mengetahui validitas soal yang nantinya akan
digunakan sebagai tes individual setelah proses pembelajaran berlangsung. Suatu
tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Tes
memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah
ditentukan. Uji validitas soal tersebut dihitung dengan menggunakan bantuan
Software SPSS 16.0 for windows.
Uji validitas ini menggunakan uji korelasi antar skor (nilai) tiap-tiap item
atau pertanyaan dengan nilai total tes. Bila korelasinya rendah berarti pertanyaan
ini tidak validdan tidak digunakan. Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00
sampai +1,00. Teknik korelasi yang dipakai adalah Corrected Item-Total
Correlation dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0. Menurut Arikunto (2013:89)
interpretasi besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument Suatu tes atau instrument yang valid adalah instrumen
yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Taraf validitas
empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas (Sugiyono,
2010).Validitas instrumen tes dapat dihitung menggunakan bantuan Software
SPSS 16.0 for windows yaitu dengan cara Analyze – Correlate –
Bevariatekemudian untuk melihat hasilnya apakah item soal valid atau tidak,
42
dapat dilihat pada output hasil penghitungan, apabila nilai koefisien kurang dari
nilai koefisien pada tabel r product moment maka item soal tersebut tidak valid
dan tidak dapat digunakan. Setelah dilakukan uji validitas butir soal siklus I, dari
30 butir soal, diketahui bahwa ada 25butir soal yang dinyatakan valid dan 5 butir
soal yang dinyatakan tidak valid. Adapun soal yang valid ditunujukkan pada tabel
berikut.
Tabel 3.5 Hasil Uji validitas Soal Evaluasi Siklus I
No. Soal Jumlah Item Keterangan
7, 10, 12, 13, 21 5 Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
25 Valid
Berdasarkan Tabel 3.5 di atas menjelaskan bahwa jumlah soal yang tidak
valid sebanyak 5 soal sedangkan 25 soal lainnya dinyatakan valid. Selanjutnya,
untuk soal evaluasi siklus I dipilih sebanyak 20 soal dari soal-soal yang sudah
dinyatakan valid. Hasil pengujiannya dilampirkan pada halaman lampiran
penulisan ini.
Soal evaluasi siklus II diperoleh jumlah soal yang valid setelah dilakukan uji
validitas. Hasil uji validitas pada siklus II ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3.6 Hasil Uji validitas Soal Evaluasi Siklus II
No. Soal Jumlah Item Keterangan
3, 15, 19, 22 4 Tidak Valid
1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25,26, 27, 28,
29, 30
26 Valid
Berdasarkan Tabel 3.6 menunjukkan jumlah soal yang valid dan tidak valid.
Pada tabel tersebut, dapat diketahui ada 4 soal yang tidak valid dan 26 soal yang
valid. Selanjutnya untuk soal evaluasi siklus II dipilih 20 soal dari soal yang sudah
valid. Adapun hasil uji validitas dilampirkan pada halaman lampiran.
3.7.2 Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Uji
reabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk menguji instrumen soal
yang nantinya akan digunakan dalam tes evaluasi setelah pembelajaran
43
dilaksanakan. Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu
menunjukkan konsistensi hasil pengukuranya yang diperlihatkan dalam taraf
ketepatan dan ketelitian hasil. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu
koefisien yang disebut koefisien reliabilitas (rtt). Untuk menentukan tingkat
reliabilitas dengan rtt = α yaitu menggunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.7 Koefisien Reliabilitas
No Koefisien Reliabilitas Kategori
1 ≤ 0, 7 Reliabilitas Rendah
2 0,7 << 0,8 Reliabilitas Sedang
3 0,8 < α ≤ 0,9 Reliabilitas bagus
4 α > 0,9 Reliabilitas memuaskan
Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,7. Reliabilitas
suatu instrumen dapat dihitung menggunakan bantuan Software SPSS 16.0 yaitu
dengan cara Analyze – Scale – Reliability Analysis ataukemudian untuk melihat
hasilnya apakah instrument reliabel atau tidak, dapat dilihat pada output hasil
penghitungan, apabila nilai alpha () kurang dari 0,7 maka instrumen tersebut
tidak reliabel. Adapun hasil reliabilitas pada soal evaluasi siklus I dan II
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3.8
Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus I
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.914 25
Tabel 3.9
Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus II
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.931 26
Berdasarkan tabel 3.7 katogeri koefisien reliabilitas di atas, maka reliabilitas
instrumen pada Tabel 3.8 Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus I dan Tabel 3.9
Hasil Reliabilitas instrument Siklus II berada pada kategori reliabilitas
44
memuaskan. Hal ini dilihat dengan hasil alpha yaitu 0.914 pada siklu I
sedangkan pada siklus II alpha sebesar 0,931. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa soal evaluasi yang akan digunakan sudah reliabel.
3.8 Indikator Kinerja
Tingkat keberhasilan penelitian tindakan kelas ini ditandai dengan
adanya perubahan ke arah perbaikan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Indikator tersebut adalah: Hasil belajar siswa dikatakan
berhasil apabila 85% dari 14 siswa telah berhasil mencapai standar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 65.
3.9 Teknik dan Analisa Data
Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan deskriptif
komparatif untuk data kuantitatif yaitu membandingkan nilai tes kondisi
awal, nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes setelah siklus 2. Sedangkan
untuk data kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif
berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap–tiap siklus. Analisis data
terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Menghitung ketuntasan belajar individu
Ketuntasan belajar siswa secara individual diperoleh setelah siswa
mengerjakan soal test evaluasi di mana siswa telah menerima
pembelajaran dengan menggunakan model PBL. Ketuntasan hasil
belajar siswa secara individual akan dianalisis secara deskriptif
prosentase yang dihitung dengan cara sebagai berikut.
Ketuntasan individual =
x100
2. Menghitung Ketuntasan belajar klasikal
Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dapat dilihat dari
seberapa banyak siswa yang tuntas dalam arti nilainya mencapai
KKM.Ketuntasan belajar klasikal siswa akan dipaparkan secara
deskriptif prosentase. Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa
secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut.
Ketuntasan klasikal=
x100