bab iii mitos gunung mutis bagi masyarakat...
TRANSCRIPT
34
BAB III
MITOS GUNUNG MUTIS BAGI MASYARAKAT MOLLO
Berdasarkan latar belakang dan teori mengenai, mitos, sakral, taboo, imajinasi,
simbolisme pusat dan perilaku sosial maka pada bab ini penulis akan menjelaskan: Pertama;
gambaran umum letak geografi Gunung Mutis, Kedua; Asal mula kedatangan nenek moyang
masyarakat dawan ke pulau Timor, khususnya di Gunung Mutis, ketiga; menjelaskan
kesakralan dan kesucian Gunung Mutis, Keempat penulis akan menjelaskan imajinasi dari
masyarakat Mollo mengenai Gunung Mutis.
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Timor Tengah Selatan
Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa Gunung Mutis merupakan salah satu gunung
tertinggi di pulau Timor. Gunung Mutis berada tepatnya di wilayah Swapraja Mollo. Mollo
itu sendiri berada wilayah kabupaten Timor Tengan Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timor.
Oleh Karena itu untuk mendapatkan gambaran secarah utuh tentang bagaimana Gunung
Mutis berada dalam mitologi msayarakat Timor maka penulis akan memulai dengan
memaparkan wilayah Timor secara umum terutama Wilayah Timor Tengah Selatan.
Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan satu dari 21 Kabupaten / Kota di Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang secara geografis terletak pada koordinat 120º 4‟ 00” BT - 124º
49‟ 01” BT dan 9º 28‟ 13” LS - 10º 10‟ 26” LS. Kabupaten Timor Tengah Selatan berbatasan
dengan: - Sebelah Utara : Kabupaten Timor Tengah Utara - Sebelah Selatan: Laut Timor -
Sebelah Timur : Kabupaten Belu - Sebelah Barat : Kabupaten Kupang. Luas Wilayah
Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah seluas 3.947 Km² atau 394.700 Ha, dimana sekitar
49 % dari luas wilayah berada pada ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut dan selebihnya
35
yaitu 51 % berada pada ketinggian diatas 500 m dari permukaan laut. Wilayah Administratif
Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 32 Kecamatan, 266 Desa dan 12 Kelurahan.1
Kondisi topografi Kabupaten Timor Tengah Selatan yang menentukan posisi wilayah
berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut (dpl) secara umum menunjukkan kondisi
yaitu; ketinggian 0 – 500 m dpl seluas 49,0 %, ketinggian >500 – 1.000 m dpl seluas 48,2 %
dan ketinggan > 1.000 seluas 2,8 %. Berdasarkan topografi wilayah, maka Kabupaten Timor
Tengah Selatan terbagi dalam dua kategori yaitu wilayah dataran rendah yang dominan
berada di wilayah bagian selatan dan wilayah dataran tinggi yang dominan di wilayah tengah
dan utara. Perbedaan topografi menuntut adanya perbedaan pendekatan pembangunan
khususnya kegiatan pembangunan pertanian. Untuk wilayah dataran rendah maka
dikembangkan kegiatan ekonomi berbasis pertanian yang memiliki kesesuaian dengan
ketinggian < 500 mdpl, dan kegiatan ekonomi berbasis pertanian di wilayah dataran tinggi
untuk usaha pertanian yang memiliki kesesuaian dengan ketinggian > 500 mdpl atau usaha
yang sesuai diantara dataran rendah dan dataran tinggi. Berdasarkan ketinggian wilayah
mengindikasikan adanya tiga tipologi wilayah yang masing-masing membutuhkan
pendekatan spesifik khususnya dalam pembangunan ekonomi, prasarana dan pembangunan
sosial berbasis topografi wilayah.2 Penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan terdiri dari 3
swapraja atau suku bangsa yaitu: Amanatun, Amanuban dan, Mollo. Gunung Mutis sendiri
berada di wilayah swapraja Mollo sehingga penting untuk membahas sedikit sejarah
masyarakat Mollo yang tinggal dan menjaga Gunung Mutis.
1Lakip Pemkab Timot Tengah Selatan Tauhun 2013
2Lakip Pemkab Timot Tengah Selatan Tauhun 2013
36
3.2 Sejarah Kerajaan Mollo
Suku asli yang tinggal di sekitara Gunung Mutis adalah Suku bangsa Dawan ini
seringkali disebut dengan nama yang berbeda-beda. Istilah “Dawan” sebenarnya merupakan
sebuah istilah yang diberikan oleh orang Belu di sebelah timur.3 Menurut Parera, istilah
Dawan ini kemungkinan besar ada kaitannya dengan Liurai Sonbai yang pertama, yang
bernama Nai Laban. Jadi orang Dawan adalah rakyat dari Nai Laban. Para pedagang dan
kaum pendatang dari luar menyebut orang Dawan ini dengan nama “Atoni”. Istilah ini
sebenarnya kurang disukai orang Dawan,4 karena didasarkan pada kebiasaan memanggil
orang lain dengan ucapan “Hoi Atoni” yang berarti “Hai orang/teman”.Sekalipun demikian,
penyebutan suku Atoni ini diterima pula oleh sebagian penduduknya. Dikatakan bahwa orang
Dawan menyebut diri mereka orang Atoni Meto, artinya orang yang berdiam di daratan atau
di tempat kering (Atoni = orang, Meto = darat atau kering). Ada pula yang menyebut mereka
adalah “orang gunung”, sebab menurut sejarah, orang Atoni merupakan penduduk
pegunungan yang terpencar. Terpencarnya orang Dawan ini diperkirakan belum lama terjadi,
terlihat dari bukti bahwa variasi dialek bahasa Dawan sangat sedikit.
Parera menyebutkan bahwa pada umunya orang-orang Dawan mempunyai peradaban
yang lebih rendah sehingga tidak bisa menyaingi para pendatang yang memiliki kebudayaan
yang sudah lebih maju. Kenyataan ini dibuktikan dengan adanya “pengungsian politik” yang
terjadi sekitar abad ke-15, ketika kelompok pendatang yakni orang Belu memenuhi daerah
sekitar Gunung Mutis.5 Kepastian tentang sejarah asal-usul terbentuknya suku Dawan tidak
diketahui dengan pasti.6 Dari berbagai tradisi lisan, diperoleh keterangan bahwa kebanyakan
penduduk di daerah NTT mengaku nenek moyang mereka berasal dari seberang lautan. Di
Pulau Timor, Van Wouden, menyebutkan tentang luasnya penyebaran mitos tentang Sina
3ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994. Hal 44
4ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor,,, 44
5ADM Parera, Sejarah Pemerintahan Raja-Raja Timor,,, 47
6 Mubyarto, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta; Penerbit Kanisius,1991.Hal 134.
37
Mutin Malakkan. Dikisahkan bahwa beberapa ratus tahun yang lalu, empat suku (hutun rai
hat) meninggalkan negerinya Sina Mutin Malakkan menuju ke timur.7
Di Larantuka-Bauboin yakni suatu tempat di Flores Timur, sebagian dari mereka
tinggal. Mereka inilah yang menurunkan raja dan penduduk Pantai Larantuka.8 Sebagian
lainnya meneruskan perjalanannya ke Pulau Timor dan menetap serta membentuk empat
kerajaan kecil, yakni: (1) Ai Hale atau Wehali; (2) Sanaleo di gunung Sanaleo; (3) Ai Meku
atau Waiwiku; dan (3) Katimu atau Haitimu. Kerajaan-kerajaan ini taat kepada pemimpinnya
di Wehali.Konon, wilayah Dawan kemudian dipimpin oleh seorang raja yang disebut Liurai
Sonbai. Liurai Sonbai merupakan adik dari Maromak Oan, raja Wewiku Wehale yang berasal
dari Sina Mutin Malakkan.9
Masyarakat Dawan yang tinggal di wilayah Gunung Mutis yaitu masyarakat Mollo.
Istilah Mollo berasal dari istilah yang dikenakan pada Gunung Mollo, yang berari kuning
emas/emas. Kerajaan Mollo merupakan salah satu bagian dari wilayah bekas Kerajaan
Oenam. Adapun yang menjadi raja pertamanya adalah To Oematan (To Luke'mtasa). Pada
saat itu To Oematan merupakan fetor Mollo, tapi ketika kerajaan Mollo dibentuk, maka ia
langsung diangkat sebagai raja dan menandatangani Korte Verklaring pada 10 Mei 1916.
Tetapi sebelumnya To Oematan bersama-sama dengan Usif Nunbena Bait Oematan (Bait
Kaunan) dan Moeb Baki Fobia telah menandatangani ikrar kesetiaan pada Ratu Welhelmina
dan dipertuan Gubernur Jenderal Belanda di Batavia pada tanggal 19 April 1907 bertempat di
Kapan.10
Akan tetapi, bilamana sampai kapan Raja To Oematan memerintah di Kerajaan Mollo
belum dikatahui dengan pasti. Namun, diperkirakan ia mulai berkuasa sesudah Perang Nefo
7Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa
Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya. Hal 88 8Yoseph Yapi Taun, Kisah Wato Wele-Lia Nurat dalam dalam tradisi puisi lisan Flores Timur,
Inonedia; Yayasan Obar Indonesia. 1997. Hal 4-6 9Yoseph Yapi Taun, Kisah Wato Wele-Lia Nurat dalam dalam tradisi puisi lisan Flores Timur,,,Hal 6
10 Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017
38
Besak sekitar tahun 1906. Salah satu hal penting dan sangat bermanfaat bagi rakyat Mollo
yang dilakukan oleh Raja To Oematan selama masa pemerintahannya adalah didirikannya
Sekolah Rakyat (Volks School) pada tahun 1908 di Nefokoko yang kemudian dipindahkan ke
Kapan tahun 1910. Setelah beberapa lama Raja To Oematan memerintah, ia menyerahkan
jabatannya kepada juru bahasanya yaitu Lay A Koen (Tabelak Oematan) atau Wellem Fredik
Hendrik Oematan untuk menjalankan tugas sebagai Raja Mollo.
Jauh Sebelum itu Pemerintahan Swapraja Mollo berkembang melalui keluarga laki-
laki, dan melalui keluraga wanita Oematan yaitu saudara-saudara perempuan dari Oematan
Nunbana-Netpala-Tabu Besana. Keluarga Pitay (FU AI/ PIN AI “nyala api”) bergelar
Tusalakh (lutu mutisalak). Keluarga Pitay berkedudukan di Nenas; sudah menjadi masyarakat
wilayah Gunung Muits berdasarkan amaf-amafnya Tsun Tun muni yaitu adik bungsu dan
saudara perempuan dari pahlawan Noebesi Bnani yang menurunkan Beunsila-Afosila dari
Belotan laka fafi tui lala, sebagai penganti kerugian perang, Sonbay menghadiahkan Gunung
Mutis kepada Noebesi Banani pahlawan utama dari Oematan. Sama seperti tanah Lupu
dimiliki oleh Banani Tunis adik Noebesi Banani bernama Hona Banani dan saudara
perempuan iserti Tunis Tunis. Demikian Gunung Mutis dijagai oleh adik bungsu Noibesi
Banani bernama Tun Muni.11
Struktur pemerintahan dalam pemerintahan kerajaan Mollo dapat dilihat susunanya
sebagai berikut
- Afinit = pendahulu; leluhur
- Pah Tuaf = penguasa/ pemilik wilayah
- Mafefa = juru bicara raja atau jubir adat. Adalah penghubung Pah Tuaf dengan amaf,
meob, dan ana‟a tobe (karena merupakan hubungan tidak langsung).
11
Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA
39
- Amaf-amaf = marga-marga pendukung utama Pah Tuaf (Raja). Dalam satu kelompok
amaf terdiri dari delapan marga pendukung, dimana dari delapan marga pendukung
terdapat empat marga pendukung yang bertanggungjawab atas kesejahteraan dan
kehidupan raja; empat marga pendukung lainnya bertanggungjawab untuk melayani
kebutuhan raja.12
- Meob = pahlawan yang bertanggungjawab atas keamanan dan ketentraman wilayah
kerajaan
- Ana’ A tobe = yang berwenang dan bertanggungjawab atas kelestarian alam/wilayah
- Mnais Kuan = tua kampung/ pemangku adat yang keberadaanya telah disepakati oleh
para amaf
- Tob (To Ana) = rakyat biasa atau rakyat pada umumnya yang mendiami wilayah
kerajaan Mollo
3.3 Sistem Kepercayaan
Masyarakat Dawan khususnya di TTS, mayoritas beragama Kristen (Katolik maupun
Protestan). Sekalipun mayoritas masyarakat Dawan sudah memeluk agama Kristiani sebagai
sebuah agama monotheis modern dan universal, kepercayaan lokalnya masih dihayati dan
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-harinya. Hal itu karena sebelum kedatangan dan
kehadiran agama Kristen, masyarakat Dawan sudah memiliki kepercayaan dan pemujaan
terhadap wujud tertinggi dan leluhurnya.13
Seperti mitos yang ada maka masyarakat Mollo yang masih sangat percaya akan
adanya kekuatan supranatural, mitos, dan tabu (pantangan). Kepercayaan demikian didasari
sistem kepercayaan animisme dan dinamisme yang selalu dijumpai pada sistem kepercayaan
masyarakat. Pola-pola kepercayaan demikian tetap berkembang di alam pikiran masyarakat
12
Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 13
Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017
40
menjadi warisan budaya mereka. Masyarakat Mollo masih mempercayai kekuatan
supranatural. Masyarakat Mollo memuja Uis Neno yang berarti Tuhan Langit. Uis Neno ini
digambarkan sebagai apinat-aklabat atau “yang bernyala dan membara”, dan afinit-
amnanutyang artinya “yang tertinggi dan mengatasi segala sesuatu”. Uis Neno juga dipercaya
sebagai pemberi manikin-Oetene atau “kesejukan dan kedinginan”.14
Dialah pemberi tetus ma nit “keadilan dan kebenaran”. Di samping itu dia dianggap
sebagai dewa kesuburan yang mengatur musim, memberi padi dan jagung serta mengatur
alam. Uis Neno berperan pula sebagai ahaot-afetis artinya “yang memberi makan dan
mengasuh kita”, amo’et-apaket artinya “yang membuat dan yang mengukir”. Akan tetapi Uis
Neno juga dipercaya dapat mendatangkan kemarau panjang yang mengakibatkan tanaman
mati dan dapat juga mendatangkan hama penyakit atas tanaman dan ternak serta atas diri
manusia. Ilustrasi ini memperlihatkan bahwa Uis Neno merupakan sang pencipta, sang
penyelenggara, dan Maha Kuasa Uis Neno dipercaya memiliki dua wujud, yakni Uis Neno
Mnanu artinya “Tuhan Yang Tinggi” dan Uis Neno Pala atau “Tuhan Yang Dekat atau
Pendek”. Akan tetapi, keduanya masih diklasifikasikan sebagai Tuhan Langit.15
Selain Tuhan
Langit, masyarakat Dawan juga mengakui adanya Tuhan Bumi atau Penguasa Alam Semesta.
Tuhan Bumi ini disebut Pah Tuaf atau Uis Pah (Pah artinya bumi, dunia, atau alam). Uis
Neno dan Uis Pah diakui membentuk kekuatan Ilahi, namun superioritas Uis Neno tetap
nyata. Keduanya memang berbeda, dan mempunyai eksistensinya masing-masing akan tetapi
satu sama lain tidak dapat dipisahkan.16
Uis Pah dianggap sebagai pembawa ketidakberuntungan dan malapetaka bagi manusia.
Oleh karena itu manusia harus berusaha mengambil hati mereka dengan upacara-upacara
ritual. Bersama Pah Nitu (roh atau dunia orang mati) Uis Pah diyakini meraja di dunia dan
14
Bapak Dominggua Oematan, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 15
Valens Boydalam Mubyarto,Agricultural Rite and Myth of Dawanese of Timor Island,1991: 152-153 16
Dr Koentjaranigrat, Manusia dan Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: Djambatan,1970), Hal 217
41
tinggal di hutan, batu-batu karang, mata air, pohon-pohon besar dan gunung-gunung.
Masyarakat Dawan percaya pada Pah Nitu yaitu arwah-arwah orang yang sudah meninggal
dunia. Arwah-arwah ini memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena
mereka seringkali dijadikan penghubung atau perantara antara manusia dengan Uis Neno.
Mereka percaya juga pada Uis Leu yakni raja yang kudus, Tuhan yang haram, yang biasanya
dikaitkan dengan Uis Neno. 17
3.4 Pola Hidup Dan Perilaku masyarakat Mollo
Masyarakat Mollo adalah masyakat yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Mutis.
Masyakat Mollo hidup berkelompok berdasarkan Kanaf (Marga). Setiap marga memiliki adat
istiadatnya masing-masing dan setiap marga juga memiliki tempat-tempat sakralnya masing-
masing. Orang Mollo biasanya juga sering disebut Atoin Meto (Manusia Timor). Orang Atoni
biasanya hidup di daerah pedalaman yang bersifat amat kering. Masyarakat Mollo umumnya
bekerja sebagai petani. Oleh karena itu, hidup mereka sangat tergantung dari alam. Alam
dapat membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi manusia dan juga bisa mendatangkan
malapetaka. Hal ini tergantung bagaimana manusia mengusahakannya.18
Iklim wilayah Timor dipengaruhi oleh letak geografi wilayah timor yang berdekatan
dengan benua Australia sehingga mempunyai perbedaan dengan iklim di wilayah Indonesia
lainnya, letak geografi ini mempengaruhi iklim di wilayah Timor yang sangat kering. Suhu
udara di wilayah Timor pada saat musim kemarau sangat panas sehingga sebagian wilayah
Timor mengalami kekeringan. Pada saat, musim penghujan, curah hujan sangat banyak dan
mengakibatkan cuaca sangat dingin dan lembab hal ini mengakibatkan gagal panen oleh
17
Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 18
Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA
42
karena tanaman terendam air. Curah hujan di pulau Timor tidak merata dan tidak menentu
sehingga cuaca dan musim tidak menentu.19
Keadaan tanahnya berupa tanah liat berpori yang mengandung kapur. Tanah jenis ini
tidak mendukung vegatasi penutup, pada musim hujan, keadaan tanah banyak mengandung
air, dan akan mengembang ketika volume air hujan bertambah besar. Pada saat musim
kemarau, tanah menjadi sangat keras. Komposisi tanah dari batu kapur dan tanah liat sangat
berpengaruh terhadap adanya sumber air. Masalah sumber air ini yang menimbulkan bentuk
pemukiman dan usaha pertanian yang berpusat di daerah pugunungan dan pengembangan
usaha tani lahan kering yang didominasi jagung dan palawija. Dataran pulau Timor
didominasi oleh lapisan tanah liat yang biasanya kurang cocok untuk digunakan sebagai
lahan pertanian. Oleh sebab itu, masyarakat setempat memanfaatkan tanah kawasan dataran
tinggi yang komposisi tanahnya lebih sesuai untuk kegiatan tani, yaitu campuran antara batu
kapur dan tanah liat. Secara historis, penduduk mempraktekan sistem usaha tani perladangan
berpindah dengan teknologi tebas dan bakar. Dengan demikian pemukiman berpusat pada
lereng-lereng pegunungan, di lereng-lereng bukit batu dan Gunung Mutis inilah masyarakat
Mollo membuka lahan pertanian, sehingga masyarakat sangat bergantung pada alam Gunung
Mutis dan gunung-gunung batu yang berada di wilayah Mollo.20
Selain itu salah satu penghasilan terbesar dari Gunung Mutis adalah lebah madu.
Penghasilan lebah madu ini merupakan sumber ekonomi yang juga sangat menonjol bagi
sebagian besar penduduk masyarakat Mollo. Bagi masyarakat Mollo panen madu tidak hanya
merupakan rutinitas mata pencarian saja akan tetapi panen madu bagi sebagian masyarakat
setempat merupakan tradisi leluhur yang terus mereka jaga. Bagi masyarakat Olin-fobia,
panen madu hutan adalah kegiatan sakral yang melibatkan kombinasi dari ritual adat dan
19
H. G Schuler Nordholt, The Political System of The Atoni of Timor, (For Distributor And Circulation
In Indonesia Only, 1971), hal 28
20
Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA
43
agama. Kedua marga besar ini merupakan penduduk asli Mollo yang mendiami wilayah
tersebut dan menjaga alam Gunung Mutis. Dalam pemanfaatan lebah madu oleh masyarakat
setempat, dibagi kepemilikannya melalui marga yang ada, sehingga setiap marga yang ada
mempunyai wilayal-wilayah tersendiri untuk mengambil madu hutan, hal ini dilakukan untuk
tidak terjadi konflik dalam mengambil hasil lebah madu. Dikatakan demikian karena untuk
melakukan panen madu hutan mereka harus melakukan prosesi ritual karena mereka
mengambil madu dari tempat yang dianggap sakral pula yakni Gunung Mutis. Gunung Mutis
dianggap sakral oleh karena menurut masyarakat Mollo, mutis adalah sumber kehidupan bagi
sebagian besar masyarakat Mollo.21
Untuk menjaga keharmonisan dengan alam, masyarakat Mollo memiliki berbagai
tradisi lisan. Tradisi-tradisi lisan tersebut umumnya berkaitan erat dengan bahasa-bahasa
ritual dan upacara formal dalam masyarakat tersebut. Kehidupan masyarakat Mollo memiliki
hubungan yang erat antara ritus dan mitos pertanian, yang juga berhubungan erat dengan
keyakinan religius tradisional. Kehidupan masyarakat Mollo selalu diwarnai oleh berbagai
ritus primitif dalam setiap kegiatan hidup mereka. Masyarakat Mollo meyakini bahwa ada
penguasa tertinggi yang mengatur seluruh kehidupan mereka, baik kehidupan sosial mereka
maupun alam dimana mereka tinggal dan hidup didalamnya. Dalam upaya menjaga kawasan
Gunung Mutis masyarakat Mollo juga menata kawasannya berdasarkan peranan dan
fungsinya serta melakukan kegiatanpengelolaan dan perlindungan sumberdaya alam, sebagai
upaya mempertahankan kelestarian sumberdaya alam yang ada. Kawasan hutan Mutis dibagi
menjadi 3 yaitu kawasan hutan larangan, padang penggembalaan, dan perkampungan.22
Kawasan larangan dengan ekosistem hutan alam yang masih alami yang dianggap
keramat bagi masyarakat Mollo. Kawasan larangan meliputi kawasan hutan ampupu hingga
puncak Gunung Mutis. Seluruh bagian kawasan larangan masuk didalam kawasan Gunung
21
Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA 22
Bapak Yakobus Toi, tanggal 4 januari 2017, jam 15.00 WITA
44
Mutis. Kawasan larangan merupakan tempat pelaksanaan ritual yang didalamnya terdapat
Faut kanaf-Oe kanaf dari sebagian fam (marga). Fautkanaf-Oekanaf adalah batu yang
dimiliki setiap marga yang digunakan sebagai tempat upacara terhadap leluhur mereka.
Kawasan tersebut disakralkan oleh sukunya dan disegani oleh suku-suku lain karena diyakini
memiliki kekuatan gaib yang dapat membawa rejeki atau sebaliknya dapat menimbulkan
malapetaka. Tempat-tempat sakral yang dimiliki oleh masyarakat Mollo sebagian terletak di
dalam dan diperbatasan kawasan larangan. 23
Semua bentuk kehidupan di dalam kawasan larangan tidak boleh diambil dan semua
pelaksanaan kegiatan harus melalui persetujuan ketua adat. Larangan menebang pohon di
hutan Gunung Muits larangan diberlakukan sangat keras. Sesuai isi peraturan yang dibuat
oleh raja dan tokoh adat, masyarakat Mollo tidak diperbolehkan untuk mengeksploitasi
sumberdaya alam secara berlebihan baik dalam hal penebangan pohon, pemanenan hasil
hutan maupun perburuan satwa liar, sehingga hutan Gunung Mutis terlindungi dari
penebangan liar dan perburuan liar. Larangan akan dicabut, setelah dipandang menurut
kriteria obyektif, hasil telah memenuhi syarat panen yang diawali dengan upacara adat.
Aturan adat dan pandangan masyarakat mengenai hutan Gunung Mutis menjadikan mereka
sebagai pelindung hutan Gunung Mutis. Pada dasarnya makna dari aturan adat adalah
menjaga dan melestarikan hutan dan Gunung dan perlindungan sumberdaya alam. Oleh
karena itu, dengan adanya peraturan adat mampu memelihara, memanfaatkan sekaligus
melestarikan hutan, dan sawah lengkap dengan flora dan fauna yang ada di dalamnya yang
dimiliki secara komunal. Disisi lain, masyarakat juga percaya bahwa alamlah yang akan
menghukum mereka jika mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan.24
mengatakan
23
Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017 24
Bapak Yakobus Toi , tanggal 5 januari 2017
45
bahwa sanksi mampu menciptakan rasa takut untuk melakukan pelanggaran bagi suatu
masyarakat.25
Selain itu ada kawasan padang penggembalaan berada di luar Nais–Tala’ dimana lahan
tersebut berupa hutan tanaman. Sebagian dari kawasan ini masuk kedalam kawasan Cagar
Alam. Pada lahan ini berdasarkan peraturan adat, masyarakat dapat memanfaatkan kayu
bakar, madu, tali hutan, dan lain-lain tanpa merusak alam. Padang penggembalaan
sebelumnya merupakan lahan terbuka yang diijinkan oleh pemerintah untuk ditanami
tanaman kehutanan seperti kemiri dan cemara di lahan ini juga terdapat tanaman hias seperti
anggrek, kaktus dan lainnya. Untuk kawasan perkampungan, Kawasan pemukiman
masyarakat Mollo berada di luar kawasan padang penggembalaan yang merupakan kawasan
kampung dan ladang masyarakat Mollo. Kawasan kampung memiliki rumah-rumah adat
masyarakat Mollo yang diberi nama Lopo serta pekarangan rumah yang ditanami dengan
berbagai tanaman hias yang didapat dari hutan. Selain itu kawasan ladang yang berada di
sekitar rumah mereka juga ditanami dengan tanaman-tanaman musiman.26
3.5 Gambaran umum Gunung Mutis
Telah dijelaskan pada bagian awal bahwa Gunung Mutis merupakan salah satu gunung
tertinggi di pulau Timor. Istilah sebenarnya yang dipergunakan untuk gunung ini yakni istilah
Mutis karena gunung ini selalu berlindung muka atau berselubung muka dengan awan putih;
kecuali pada saat turun hujan, awan putih itu bercampur dengan awan hitam. Sesudah hujan
awan itu akan kembali menjadi putih oleh karena itu istilah mutis Mutiini bermakna putih.
Setiap tahun biasanya gunung ini terbakar sampai tiga minggu lamanya. Sementara itu, agin
25
Bapak Yakobus Toi, tanggal 5 januari 2017 26
Dewi jully Anna, Konservasi Hutan Gunung Mutis oleh Masyarakat Mollo, Nusa Tenggara Timur,
Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor,
Bogor2015. Hal 9
46
bertiup kencang sehingga tempat kebakaran itu disapuh bersih. Di sinilah istilah Muti
berubah arti menjadi bersih.27
Pada musim hujan terdapat air terjun dari puncak gunung itu ke kakinya. Air terjun ini
berasal dari mata air yang keluar dari lubang batu, dan mengalir sepanjang ribuan meter.
Batang air terjun itu, dipandang dari jauh, bagaikan kain putih karena jernih airnya. Di sini
istilah Muit berarti jernih. Selain apa yang dilihat di atas atau di kulit gunung itu seperti
awan-awan, batang air terjun Muti sebenarnya menunjuk kepada harta benda yang ada di
dalam gunung itu, Muti berarti harta perak atau emas muda. Sungai yang mengalir dari
puncak gunung ini terbagi dua; sebatang menuju timur, sebatang lagi menuju utara yang
dinamakan Noe Noni artinya Sungai Perak. Orang-orang yang bermata jeli boleh melihat dan
memilih butir-butir perak atau emas muda, setelah banjir-banjir dari sungai-sungai tersebut
ini. Benda ini dinamai Noin Oe artinya perak air. Istilah Muti di sini berarti putih perak.
Gunung Mutis dirangkaikan dengan Gunung Mollo. Mollo adalah kuning emas atau emas.
Biasanya disebut Muti ma Mnatu yaitu gunung perak dan gunung mas. Huruf “S” pada suku
„”ti” menjadi suku ”tia” seperti pada segala istilah misalnya Mollomenjadi Mollos, Banam
menjadi Banama: Timau menjadi Timaubas dsb.28
Mutis mempunyai ketinggian 2.427 meter di atas permukaan laut. Secara geografis
Gunung Mutis berada di pulau Timor, tepatnya wilayah kecamatan Fatumnasi dan kecamatan
Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) serta kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Ada beberapa pintu masuk menuju Gunung Mutis yaitu yang Pertama: Melewati Desa
Fatumnasi, kecamatan Fatumnasi, kabupaten TTS. Desa ini jaraknya sekitar 143 km dari ibu
kota propinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang dan 33 km dari kota Soe, ibu kota Kabupaten
Timor Tengah Selatan, Kedua: Melewati Kecamatan Tobu, Kabupaten Timor Tengah Selatan
27
Dinas pendidikan dan kebudayaan , sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya,Unit Pelaksana
Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi Nusa Tenggara TimorNusa
Tengga Timur, Kupang 2007. Hal 1 28
Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi
Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 1
47
(TTS). Ketiga: Melewati kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU),
namun jalur yang paling mudah dan dekat yakni desa Fatumnasi.29
Fatumnasi sendiri yang merupakan kecamatan di mana Gunung Mutis berada yang
adalah sebuah desa adat. Kata Fatumnasi terdiri dari dua suku kata yaitu Fatu yang arinya
batu dan mnasi yang artinya tua, jadi Fatumnasi yang berati; Batu Tua. Dituturkan bahwa
desa ini merupakan tempat salah satu leluhur suku dawan tinggal sekaligus leluhur penjaga
alam gunung paling tinggi di pulau Timor yaitu Gunung Mutis. Gunung Mutis adalah sumber
kehidupan bagi masyarakat Timor oleh karena di Gunung Mutis terdapat sumber mata
airbesar yang mengalir dan memberi kehidupan kepada sebagian besar masyarakat Timor
seperti yang telah dipaparkan di awal. Air ini juga yang membuat tanah di Fatumnasi menjadi
sangat subur. Wilayah sekitar Gunung Mutis merupakan daerah resapan air dan menjadi
sumber mata air utama di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hal ini yang menjadi alasan raja
Mollo pada waktu itu menganjurkan untuk semua masyakata Mollo untuk menjaga alam
Gunung Mutis.30
Gunung Mutis tidak hanya mempunyai panorama alam yang sangat indah dan eksotis
akan tetapi juga sangat kaya akan keragaman hayati alam seperti tumbuh-tumbuhan dan
hewan yang masih terlindungi dan banyak di jumpai di kawasan Gunung Mutis. Gunung
Mutis terkenal dengan gunung-gunung batu yang kokoh berdiri yang juga mengandung unsur
marmer. Oleh masyrakat disebut Faut Kanaf yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa
Indonesia adalah batu nama. Wilayah Gunung Mutis relatif subur dan udara sejuk. Wilayah
kaki Gunung Mutis merupakan wilayah bagian utara yang masih sangat asri, dengan
hamparan pandang rumput yang luas diselingi tonjolan bukit-bukit marmer putih, hijau, dan
kelabu. Rumput-rumput yang tumbuh terutama rumput alang-alang dan rumput janggut
tumbuh subur di musim hujan dan mati pada musim kering. Di sela-sela padang rumput
29Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2007
30,Hasil Penelitian tentang data sekunder profil desa Fatumnasi yang di dapat dari pemerintahan desa
Ftumnasi, Bpak Yakobus Toi tanggal 4 Febuari 2017,
48
tumbuh berbagai tanaman keras, semacam jenis ampupu (Eucalputus Urophylla) dan
Cendana (Santalumalbum). Selain kedua jenis tumbuhan itu, masih ada beragam jenis lain
seperti paku-pakuan, berbagai jenis tanaman anggrek liar dan lumut-lumutan. Selain itu
Fauna kawasan ini juga sama kayanya. Di kawasan ini masih menjumpai rusa Timor (Cervus
timorensis), kuskus, biawak Timor (Varanus timorensis), ular sanca Timor (Phyton
timorensis). Kawasan Mutis memiliki tipe vegetasi yang merupakan perwakilan hutan
homogen dataran tinggi.31
Hal lain yang menarik untuk dilihat adalah bagaimana suku-suku
asli kawasan ini memanfaatkan dahan dan ranting pohon-pohon besar untuk membuatkan
rumah bagi lebah hutan penghasil madu. Bagi masyarakat setempat, lebah hutan membantu
mereka menopang kehidupan ekonomi dari hasil ternak dan pertanian. Sebagian besar mata
pencaharian penduduknya adalah bertani (aneka sayuran, padi, jagung, umbi-umbian, kopi)
dan berternak (kambing, sapi, kuda, kerbau). Mereka juga pencari madu hutan, sementara
ibu-ibunya penghasil tenun berkualitas.32
Gambar 1
Gambar Peta letak Gunung Mutis
31
H. G Schuler Nordholt, The Political System of The Atoni of Timor, (For Distributor And Circulation
In Indonesia 32
Hasil Penelitian tentang data sekunder profil desa Fatumnasi yang di dapat dari pemerintahan desa
Ftumnasi, Bpk Yakobus Toi, tanggal 4 Febuari 2017
49
Gambar 2
Lereng Gunung Mutis
Gambar 3
Gunung Batu disekitar Gunung Mutis dan Hewan peliharaan Warga yang berkeliaran Bebas di padang
ramput
3.6 Tentang nama-nama dari bentuk Gunung Mutis
Dari ujung Gunung Mutis sebelah Utara sampai Kaisliu sampai ke sebela Timur dari
puncak ke puncaknya dihubungkan dengan bentuk tanah yang curam di sebelah menyeblah;
begitu curamnya jalan dari puncak ke puncak bagaikan isi pedang sehingga binatang besar
tidak dapat melewati lereng-lereng puncak ini, kecuali babi hutan yang tahu benar jalan ini,
atau kera yang boleh meloncat kian kemari dari puncak kepuncak Gunung Mutis ini. Sebab
itu dari ujung utara ke ujung timur disebut Belo Tan Lakan Ma Fafi Tui Lala. Belo atau Kelo
artinya kera. Tanlakanloncatan/ lompatan. Kera-kera meloncat dari puncak ke puncak gunung
ini. Fafi ”Babi /Babi hutan”. Babi jinak atau, anjing tidak bisa berjalan di tempat ini karena
sangat berbahaya. Tui Lala jalan babi hutan itu meniti, yang tampaknya sangat curam. Pada
50
puncak yang tertinggi sampai di ujung sebelah Timur, terdapat beberapa tempat yaitu Lalu
unu, oe ana bi kuis, nafu matafetin fetim ma lelo fu.33
1. Lalinu adalah bunga api yang berhamburan atau bara api kecil yang berhamburan,
yang sebenarnya adalah bunga air yang terkena cahaya api pada waktu malam saat
gunung ini terbakar, berminggu-minggu lamanya. Percikan butir-butir air yang kena
cahaya api waktu malam bagaikan bunga api yang berhamburan atau berterbangan
sepanjang batang air terjun itu.34
2. Oeana adalah mata air kecil pada akhir musim panas. Air kecil ini menjadi mata air
yang besar sekali pada musim hujan, yang meluap dari danau dalam hati batu
gunung yang menyemburkan air dari sumber batu juga. Mulut sumber itu sangat
besar sehingga di mulut sumber ini, air terbagi menjadi tiga batang air terjun. Satu
batang air terjun menuju ke sebelah Utara Gunung Mutis yang mengalir melalui
Desa Bonleu, Keluar di Batu Peke, melalui Haekto terus ke Maurius masuk ke
tanolo (Belu) melalui Besikama, lalu bermuara di Noe Faru. Tempat ini menjadi
pelabuhan termasyur dari abad I sampai abad XII. Batang air terjun yang menuju ke
sebelah barat melalui desa Nenas, tempat Noetoko, Eno Matanin, Matpunu,
menembus Batu Malete, sungai besar, yang lebarnya ¾ km melaui Basniti Nuat,
Susi, Tfome, Hau Fenu, Noelmina Batu putih (jembatan) hine bena (dataran
berumput) lalu bermuara di pantai laut Selatan Pulau Timor. Di muara sungai terjadi
suatu pulau kecil bernama Meni Fon Meni Beton- Bai Feon. Banyak buaya atau;
Pulau Buaya. Demikian nama delta ini Sungai yang mengarah ke sebelah Timur juga
mempunyai delta bernama La Ken Kun- La Kenu tempat penyebrangan jiwa-jiwa
waktu meninggal dunia. Di sini mereka berkumpul dan menyebrang terus ke
33
Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi
Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 3 34
Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi
Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 4
51
Malaka. Dari sana mereka meyebrang lagi melalui beberapa tempat, lalu akhirnya
tiba di tempat masing-masing asal usul kedatangan neneknya misalnya neneknya
datang dari Hindia Betaking; tandanya adalah suatu benda yang masih disimpan atau
masih diingat yakni Suni Betaking yaitu pedang dari Hindia Belanda; Suni Oa
Manaspedang dari Hindia Muka. Batang air terjun yang menghadap kesebelah utara
melalui desa Kaesliu, melalui suatu tempat berakhir perbatasan Mollo dan Amfoang.
Dari tempatnya mengalir ke laut sebelah Utara berhadapan dengan pulau Alor.
Sepanjang sungai ini dari Sutual sampai ke muaranya merupakan perbatasan
Amfoang dan Ambenu. Di sini dua nama dirangkaikan yaitu Noe Binonis Noe
Bitimos.35
3. Bi Kuis/ Bi Kus“Kumbang atau guci besar”. Puncak Gunung yang tertinggi dari
bukit-bukit lain yang juga merupakan puncak-puncak Gunung Mutis dari jauh
tampaknya seperti sebuah guci besar. Karena itu disebut Bi Kusi. Awalan Bi dipakai
untuk nama wanita atau juga hewan; tetapi disini di pakai untuk wanita atau putri
yakni Putri Gunung Mutis. Inilah yang menjadi pokok penyembahan pada putri ini
berabad-abad lamanya. Yang pertama kali datang mendapatkan Gunung Mutis
a. Keluarga Kune Uf/Kune I/Kune yang mula-mula bertempat di Netfoni.
b. Keluarga Bai Uf/ Bai I Penukar / Bay I perubahan di Koén.
c. Keluarga Lasa/ Las Tuaf/ Lasa penguasa di Oe Letunan antara Fatu Naususu dan
Gunung Mollo.
d. Beberapa keluarga menyusul lagi.
e. Kemudian datang Kono-Oematan yang dapat menghubungkan keluarga-keluarga
ini (Temukung/Desa masa sekarang), menjadi satu bahagian atau satu wilyah
pimpinan.
35
Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi
Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 5
52
f. Yang terakhir datang adalah Sonbay dengan rombongannya; lalu terbentuk
wilayah kekaisaran yang tak ada tandingnya di dataran Timor ini dan pulau-
pulaunya. Penyembahan kepada Putri Gunung Mutis menghebat karena waktu itu
diutus seekor Garuda mengukur pulau-pulau Maluku (yang sudah diukur) 36
4. Naufun/ Nan Fon artinya “terurai rambut hingga menutup mukanya atau tubuhnya
hingga jarang kelihatan”. Dengan itu menjadi terang bahwa, rambut yang terurai
adalah kiasan dari awan yang selalu menudungi puncak yang tertinggi yang
berbentuk sebagai guci itu.
5. Tafetin “Melepaskan/bercerai”.
6. Fet In “mereka bercerai/mereka berpisah”. Perceraian terjadi antara Putri dan
penyembah-penyambahnya.
7. Lelo“limau hitam / limau asam / limau tanaman alam”. Limau yang tumbuh sendiri,
tidak dipelihara oleh manusia, hanya oleh alam sendiri sesuai perubahan musim atau
iklim. Sebenarnya suatu pohon yang bertumbuh sendiri dan berbiak sendiri. Seluruh
penduduk dataran Timor dan pulau-pulaunya mengenal tanaman ini dalam masa
modern ini bidang pertanian memeliharanya untuk pencangkokan atau okulasi.
Hasilnya terlihat lebih bagus di sekitar Gunung Mutis. Istilah yang dipakai untuk ini
adalah “Merdeka – Tumbuh, Merdeka Berbiak, Merdeka Beralih”.
8. Fuy “bebas/merdeka, berdiri sendiri, mengatur diri sendiri”. Fuy/Folu misalnya: Sul
Folu Oe Folu tongkat kemerdekaan; diberikan oleh Pemerintah Belanda kepada
semua Raja-raja didaratan Pulau Timor dan pulau-pulau sekitarnya sesudah perang
Pen Fuy yaitu sesudah mengambil kota Konkordia di Kupang pada permulaan abad
ke XVIII sejalan dengan permulaan perang Aceh.37
36
Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi
Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya. Hal 2-7 37
Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi
Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 7
53
3.7 MitosAsal mula kedatangan nenek moyang masyarakat Mollo ke Gunung Mutis
Dalam penelusuran pengumpulan informasi tentang mitos yang beredar dalam
masyarakat Mollo mengenai Gunung Mutis, tidak ada sumber tertulis yang faktual yang
ditinggalkan oleh para leluhur masyarakat Mollo. Tetapi berdasarakan penuturan tua-tua adat,
masyarakat Mollo serta cerita-cerita rakyat yang ada, diperoleh keterangan bahwa pada
awalnya nenek moyang masyarakat Dawan dalam hal ini orang Mollo berasal dari Hindia
Belakang, mereka awalnya datang ke pulau Timor dari wilayah bagian utara pulau Timor
yaitu Timor Tengah Utara tepatnya Betun Besikama tepatnya di desa Sikun, saat itu semua
belum mempunyai marga, ketika tiba, mereka mempunyai pandangan tertuju pada puncak
tertinggi pulau Timor yaitu Gunung Mutis, oleh karena di puncak Gunung Mutis terlihat api
yang menyala. Mereka lalu menuju ke wilayah Gunung Mutis untuk menemukan api yang
sedang menyala tersebut dan siapa pemilik api. Dalam perjalanan menuju Gunung Mutis
untuk menemukan api tersebut barulah nenek moyang orang Mollo mendapatkan marga-
marga mereka, marga yang mereka dapatkan dari setiap perilaku yang mereka lakukan.38
Ada beberapa marga besar yang muncul ketika nenek moyang orang Timor menuju ke
Gunung Mutis yaitu misalnya marga Oematan yang artinya mata Air, karena ketika mereka
tiba di sebuah mata air yang bernama Oemat hitu yang artinya tujuh mata air mereka
mengambil air dari sumber mata air itu sehingga mereka disebut Oematan. Ada juga yang
melewati mata air tersebut akan tetapi tidak mengambil air hanya melewati saja, mereka
disebut Uiskono yang artinya Melewati. Setelah itu ketika mereka tiba di Gunung Mutis dan
menemukan api lalu mereka melempari api terbeut, mereka disebut Polli yang artinya
melempari. Ada juga yang mengambil api yang menyala itu lalu mereka disebut Luli, yang
artinya mengambil. Setelah itu mereka yang bertemu dengan pemilik api disebut Tefa yang
38
Hasil Wawancara Tokoh adat, bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA
54
artinya Bertemu. Ketika mereka ada yang dapat membujuk pemilik api untuk berbicara,
mereka disebut Bai yang artinya membujuk. Masih banyak marga yang diperoleh nenek
moyang masyarakat Dawan dalam perjalanan mereka menuju ke Gunung Mutis, marga-
marga itu yang menjadi marga besar yang mendiami sebagian wilayah Timor. 39
Ketika mereka berada di Gunung Mutis mereka tiba di sebuah hamparan yang diberi
nama Lelofui, disana mereka membuat sebuah rumah adat yang biasa disebut Lopo. Mereka
membuat Lopo dengan menggunakan bahan-bahan lokal seperti kayu-kayu hutan, kulit-kulit
pohon dan rumput alang-alang, lopo itu dibuat dengan 8 tiang. Menurut penuturan ada 8 suku
yang datang dan tinggal di Gunung Mutis, yaitu Suku Mollo, Amanuban, Amanatun, Ambenu,
Miomafo, Amfoang, Amarasi, Amkase. Kedelapan suku ini awalnya tinggal bersama-sama di
Gunung Mutis tetapi oleh karena diatas Gunung Mutis banyak sekali binatang buas serta
iklim yang buruk sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk berpencar ke semua penjuru
pulau Timor, dan yang tetap tinggal di wilayah sekitar Gunung Mutis yaitu suku Mollo. Ada
sebuah hamparan yang diberi nama Lelofui dan Tafein yang artinya melepaskan, karena
disitulah tempat kedelapan suku itu berpisah.40
Gunung Mutis adalah puncak tertinggi pulau Timor yang memberi kehidupan bagi
sebagian besar masyarakat Pulau Timor dan juga sebagai tempat yang disakralkan dan
disucikan oleh karena merupakan tempat tinggal para Leluhur masyarakat Dawan. Disana
terdapat banyak tempat sakral yang sering digunakan untuk ritual-ritual pemujaan sekaligus
ritual untuk meminta kesuburan, baik meminta hujan maupun memintah panas. Ada juga
sumber-sumber mata air di Gunung Mutis yang menjadi tempat berdoa bagi masyarakat
Mollo. Telah dipaparkan bahwa di atas Gunung Mutis muncul beberapa marga besar di
wilayah Timor dan juga ada tempat-tempat sakral untuk marga-marga tersebut seperti
39
Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA 40
Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA
55
misalnya ada lubang-lubang angin yang dari sana muncul marga Anin artinya Angin. Tempat
itu menjadi tempat yang disakralkan oleh marga Anin.41
Di Gunung Mutis juga terdapat sebuah Gua yang bernama Nualulatyaitu gua bertulis
yang diyakini oleh masyarakat Mollo bahwa di dinding Gua tersebut terdapat coretan-coretan
nama, dan nama orang yang meninggal itu akan muncul pada dinding Gua tersebut, sehingga
mereka meyakini bahwa Mutis merupakan tempat roh leluhur mereka berada dan juga tempat
di mana mereka akan kembali ketika mereka meninggal. Tidak hanya itu, Gunung Mutis juga
bagi masyarakat Timor merupakan sorga yang mana ketika mereka meninggal arwah mereka
akan kembali ke atas Gunung Mutis bersama Penguasa tertinggi Uis Neno dan para leluhur
mereka, untuk menunggu waktu mereka kembali ke gunung, maka mereka tinggal sementara
di pepohonan, batu-batu. Oleh karena itu, setiap marga di Timor mempunyai gunung batu
tersendiri misalnya Faut kanaf ayang artinya batu marga tempat mereka transit untuk menuju
ke Gunung Mutis. ada juga sebuah padang yang bernama Nitum Mbone yaitu padang tempat
pesta, di sana ada lingkaran bulat seperti orang yang sedang menari Bonet. di tuturkan bahwa
itu adalah tempat leluhur masyarakat Mollo melakukan pesta, dan ketika ada orang yang akan
meninggal maka jejak kaki melingkar seperti orang sedang menari bonet akan muncul.42
Mulai dari keluarga-keluarga yang pertama datang mendapatkan Gunung Mutis selalu
ada kenyataan sampai hari ini, bahwa di jalan gunung seolah-olah ada suatu kampung arwah-
arwah yang senantiasa kelihatan sebagai manusia-manusai kerdil. Sering mereka tidak
kelihatan tetapi kedengaran suaranya, bagaikan suara manusia, yang berbahasa Timor dan
dapat diartikan kata-katanya atau kalimat-kalimatnya. Mereka bisa membuang luda pada
orang baru, binatang-binatang buruan di Gunung Mutis itu, lebih lagi bagi para pemburu
yang baru menangkap babi hutan; pemburu itu diserang dengan kata-kata hinaan yang
41
Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 42
Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA
56
terdengar dekat sekali. Ada bunyi jejak kaki, bunyi hentakan kaki, tanda orang marah, bunyi
pijakan dahan atau ranting kering yang patah. Ada pemburu yang kadang-kadang tak tahan
mendengar kata-kata hinaan tersebut dan akhirnya pulang kembali dengan tidak membawa
hasil buruannya.43
Ada orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk dapat
melihat arwah-arwah. Mereka dapat melihat arwah-arwah dengan terang, lalu lalang pada
pemandangannya, bukan saja di Gunung Mutis atau di kubur, sudut-sudut jalan tetapi juga
dalam rumah tempat tinggalnya. Mereka ini di sebut mat nitu (mata arwah) ada orang yang
penyembahannya pada dewa dan dewi hingga tiba-tiba mereka tahu apa yang akan terjadi –
hujan – panas – angin ribut. Orang yang sedemikian disebut Ma na ku / Ma’nak Pah (kalau
dewa atau dewi itu atau mata air dan gunung-gunung batu, berarti arwah itu dari tanah
gunung).44
Tetapi ada juga ma nak nitu(arwah nenek-nenek), yang paling berbahaya bukan saja
melihat arwah-arwah entah nenek-nenek atau tanah bumi tetapi ada yang melakukan
hubungan perkawinan selaku suami dan istri. Orang-orang yang sedemikian jangan digugat
nanti suami atau istri arwah itu akan membalas gugatan itu.45
Kalau ada kematian pemuka masyarakat, dalam ratapan akan disebut atau dituturkan
perjalanannya yang berakhir di Gunung Mutis; terlebih yang mengadakan onen
(sembahyang) atau pidato akan disebut secara jelas misalnya ia akan singgah dan menuliskan
capnya di gua Kok La, Nualulat “gua cap” atau gua yang mempunyai tulisan cap kudanya.
Ia singgah menggosokkan kaki (Fou Ha’e) dekat batu Naususu, batu cabut susunya
(seorang ibu dalam perjalanan mencabut susu atau buah dadanya). Ia sampai di Tailkoti tidak
43
Unit Pelaksana Teknik Dinas (UPTD) Arkeologi, Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Provinsi
Nusa Tenggara TimorNusa Tengga Timur,sejarah raja-raja Timor dan pulau-pulaunya, hal 99
44
Bapa Dominggus Oematan tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA
45Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA
57
menoleh tetapi langsung melihat, tempat kampung halamannya, sampai Fatumnasi (batu
tua)Babnai Batu Nay/ Bubu nay (semacam tumbuhan berwarna kuning), kalau menyengat
sakit sekali melebihi tumbuhan biasa. Tumbuhan ini hanya hidup di sekitar Gunung Mutis –
Babnay.46
Bi Kek Neno / bi kek ke lan (nama wanita, juga gunung dewi) Gunung Mollo dan
sekitarnya di mana tumbuh pohon-pohon ampupu. Bibit pohon ini di bawa dari Australia oleh
kawanan lebah ke pulau Timor seperti kalong-kalong yang mengambil bibit buah pinang dari
Alor ke tanah Amfoang. Bila si mati tiba di Mutis dan ada tanda guntur, itu berarti pintu
sudah ditutup. Kalau musim panas dikatakan Ma u an putun natau lalan, oni antai – m –
natau lalan berarti rumput angus menutup jalan, lebah bersarang menutup jalan. Kalau
musim hujan dikatakan awan turun menutup jalan atau ulan sanu hatau lalan yaitu hujan
turun menutup jalan. Ini berarti arwah-arwah tinggal selamanya, tidak akan kembali lagi.47
46
Bapak Dominggus Oematan, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA 47
Bapak Mateos Anin, tanggal 5 januari 2017, jam 15.00 WITA