bab iii n iv efisiensi kopi aceh
TRANSCRIPT
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 1/18
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Dasar Pemikiran
Masalah utama yang perlu dipikirkan sehubungan dengan kegiatan
usahatani kopi di Nanggroe Aceh Darussalam adalah rendahnya produktivitas
yang dihasilkan. Tingkat produktivitas lahan kopi sangat menentukan jumlah
produksi yang dihasilkan. Jumlah produksi yang rendah mengakibatkan
rendahnya pendapatan petani. Oleh karena itu wajar apabila dilakukan upaya
perbaikan pada aspek produksi sehingga dapat mendorong petani untuk
meningkatkan produksi dengan tujuan untuk mendapatkan pendapatan ataupun
keuntungan yang lebih tingg, dalam mencapai tujuan tersebut petani menghadapi
beberapa kendala. Tujuan yang hendak dicapai dan kendala yang dihadapinya
merupakan faktor penentu bagi petani untuk mengambil keputusan dalam
usahataninya. Oleh karena itu petani sebagai pengelola usahataninya akan
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Masalah alokasi sumber daya ini berkaitan erat dengan tingkat produksi yang akan
dicapai. Dalam hal mencapai tujuan tersebut petani menghadapi beberapa
kendala seperti keterbatasan tanah, modal sehingga produsen akan
mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya sesuai tujuan yang akan dicapai.
Dalam analisis ini diasumsikan: (1) keadan iklim, tanah, dan topografi
dalam jangka pendek tidak ada perubahan yang mencolok, dan (2) produk yang
dihasilkan dalam bentuk biji kopi kering. Variabel yang dimasukkan dalam model
ini yaitu jumlah tenaga kerja, luas lahan, umur pohon dan lamanya pengalaman
petani dalam berusaha tani. Oleh karena itu dapat disusun suatu kerangka
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 2/18
20
pemikiran teoritis untuk menganalisis fungsi produksi dan efisiensi usahatani kopi
rakyat di Aceh Tengah. Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil
penelitian terdahulu, maka dapat disusun kerangka pemikiran teoritis yang
menunjukkan rangkaian hubungan faktor input variabel, skala usaha dan efisiensi
pada usahatani kopi rakyat. Hasil-hasil analisa yang dilakukan diharapkan akan
dapat berguna untuk mengambil kebijakan-kebijakan pengembangan. Secara
skematis kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.
Tenaga Kerja
Luas Lahan
1. Estimasi fungsi
Produksi Kopi 2. Skala Usaha
Umur Pohon 3. Efisiensi Usahatani
Pengalaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Usahatani Kopi Rakyat di Aceh
Tengah
3.2 Kerangka Teoritis
3.2.1 Fungsi Produksi
Dalam arti sempit, kegiatan produksi berarti menghasilkan suatu barang
dengan menggunakan faktor-faktor yang tersedia. Dengan kata lain, produksi
merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi. Menurut Soekartawi (1989) faktor
produksi adalah segala sesuatu yang digunakan dalam menghasilkan suatu produk
atau output, faktor produksi ini dapat disebut sebagai sumberdaya atau input yang
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 3/18
21
dibutuhkan dalam proses produksi. Faktor produksi umumnya digolongkan
menjadi tanah, tenaga kerja dan modal. Dalam praktek, faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dibedakan menjadi dua kelompok : (1) faktor biologi,
yaitu lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit, pupuk, obat-
obatan, dan gulma, dan (2) faktor sosial ekonomi yaitu biaya produksi, harga,
tenaga kerja, tingkat pendidikan, resiko dan ketidakpastian, kelembagaan dan
tersedianya kredit.
Fungsi produksi sangat penting dalam teori produksi karena dengan fungsi
produksi dapat diketahui hubungan antara faktor produksi dan produksi (input)
secara langsung dan hubungan tersebut dapat dengan mudah dimengerti, dan juga
dengan fungsi produksi maka dapat diketahui hubungan antara variabel yang
dijelaskan (dependent variable) Y dan variabel yang menjelaskan (independent
variable) X, sekaligus juga untuk mengetahui hubungan antara variabel penjelas.
Menurut Adiningsih (1999), fungsi produksi menunjukkan berapa banyak
jumlah maksimum output yang dapat diproduksi apabila sejumlah input tertentu
digunakan dalam proses produksi. Jadi fungsi produksi adalah suatu fungsi yang
menunjukkan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input dan
karena fungsi ini hanya menunjukkan hubungan fisik antara input dan output
maka dapat dituliskan :
Y max = f ( input ) ............................................................................(3.1)
Y max = f (X1, X2, X3 , ............Xn) ………………………………...(3.2)
Dimana Xn adalah jumlah input yang digunakan oleh setiap jenis input.
Penggunaan kata maksimum pada tingkat output yang dihasilkan disini hanya
ingin menekankan bahwa produsen hanya akan berproduksi pada kombinasi input
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 4/18
22
yang efisien. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan himpunan produksi
( production set ), seperti yang terlihat pada gambar 2.
Y
2Y
1Y A
0 1 X X
Sumber : Adiningsih (1999)
Gambar 2. Fungsi Produksi
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa dengan penggunaan input sebesar
0X1, output maksimum yang dapat dihasilkan adalah 0Y2 , yaitu tepat pada fungsi
produksi Y = f (X). Sedangkan produksi di titik A adalah layak dilaksanakan
namun belum efisien. Oleh karena itu produsen yang rasional tidak akan memilih
berproduksi di titik A.
Bentuk fungsi produksi ada bermacam-macam antara lain bentuk linear,
bentuk kuadratik, polinomial akar pangkat dua dan bentuk Cobb-Douglas
(Soekartawi, 1990) setiap bentuk fungsi produksi menunjukkan karakteristik dari
suatu fungsi produksi.
Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi logaritmik yang umum
digunakan dalam penggunaan fungsi produksi khususnya di bidang pertanian.
Secara matematis fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut :
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 5/18
23
uaDe
n
bbb X X X X bY
+
= .....321
3210 ................................................................(3.3)
Untuk melakukan penaksiran, model ini ditransfer ke dalam logaritma
natural linier sehingga menjadi :
U aD X b X b X b X bb LnY nn +++++++= ln.....lnlnlnln
3322110.(3.4)
dimana:
Y = output
i X = input
0lnb = intercept
j
b = parameter fungsi, juga merupakan elastisitas faktor produksi
a = koefisien dummy variabel
D = dummy variabel
U = kesalahan karena faktor acak (residual term)
Penggunaan penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas selalu
dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linier. Dimana
terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi (Soekartawi, 1990):
1. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang bersifat nol sebab logaritma
dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite)
2. Dalam fungsi produksi, diasumsikan tidak terdapat perbedaan teknologi pada
setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies).
Dalam artian bahwa kalau fungsi produksi Cobb-Douglas yang dipakai
sebagai model dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang
memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak
pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
3. Tiap variabel X adalah perfect competition
4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah mencakup
pada faktor kesalahan
5. Hanya terdapat satu variable yang dijelaskan (Y)
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 6/18
24
Beberapa hal yang menjadi alasan pokok dari model Cobb-Douglas lebih
banyak dipakai para peneliti adalah :
1. Penggunaannya lebih praktis karena persamaannya mudah ditransfer ke dalam
logaritma linear
2. Hasil pendugaan akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus
merupakan elastisitas
3. Jumlah elastisitas sekaligus merupakan tingkat skala usaha (return to scale)
3.2.2 Skala Usaha
Skala Usaha (return to scale) perlu diketahui untuk mengetahui apakah
kegiatan dari suatu usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing,
constant atau decreasing return to scale. Analisis skala usaha merupakan analisis
produksi guna melihat kemungkinan perluasan usaha dalam suatu proses
produksi. Dalam suatu proses produksi, perluasan skala usaha pada hakekatnya
merupakan suatu upaya maksimisasi keuntungan dalam jangka panjang. Dengan
perluasan skala usaha, rata-rata komponen biaya input tetap per unit output
menurun sehingga keuntungan produsen meningkat. Dalam hal ini tidak
selamanya perluasan skala usaha akan menurunkan biaya produksi, sampai suatu
batas tertentu perluasan skala usaha justru dapat meningkatkan biaya produksi.
Analisis skala usaha sangat penting untuk menetapkan skala usaha yang
efisien. Dalam hubungan antara faktor produksi atau input dengan tingkat
produksi atau output skala usaha (returns to scale) menggambarkan respon dari
output terhadap perubahan proposional dari input. Dalam hal ini Teken (1977),
menyebutkan ada tiga kemungkinan hubungan antara input dengan output, yaitu :
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 7/18
25
1. Skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah (increasing returns to scale)
yaitu kenaikan satu unit input menyebabkan kenaikan output yang semakin
bertambah. Pada keadaan demikian alastisitas produksi lebih besar dari satu (
Ep>1), atau Marginal Product (MP) lebih besar dari Average Product (AP).
Disamping itu dalam skala usaha ini Average Variabel Cost (AVG) lebih besar
dari Marginal Cost (MC).
2. Skala usaha dengan kenaikan hasil tetap (constan return to scale). Yaitu
penambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output dengan proporsi
yang sama. Pada keadaan ini elastisitas produksi sama dengan satu (Ep=1),
atau Marginal Product (MP) sama dengan Average Product (AP) dan Average
Variable Cost (AVC) sama dengan Marginal Cost (MC).
3. Skala usaha dengan kenaikan hasil yang berkurang (decreasing return to
scale) yaitu bila pertambahan satu unit input menyebabkan kenaikan output
yang semakin berkurang. Pada keadaan elastisitas produksi lebih kecil dari
satu (Ep<1), atau Marginal Product (MP) lebih kecil Average Product (AP)
dan Average Variabel Cost (AVC) lebih kecil Marginal Cost (MC).
Pengetahuan mengenai keadaan skala usaha sangat penting sebagai salah
satu pertimbangan mengenai pemilihan ukuran usahatani. Kalau keadaan skala
usahatani dengan kenaikan hasil berkurang telah tercapai, hal ini berarti luas
usaha sudah perlu dikurangi. Sebaliknya kalau keadaan skala usaha berada pada
keadaan kenaikan hasil bertambah, maka luas usaha diperbesar untuk menurunkan
biaya produksi rata-rata dan diharapkan dapat menaikan keuntungan. Kalau
keadaan skala usaha dengan kenaikan hasil tetap, maka luas rata-rata unit usaha
yang ada tidak perlu dirubah. Dalam hubungan antara faktor produksi atau input
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 8/18
26
dengan tingkat produksi atau output, skala usaha (returns to scale)
menggambarkan respon dari output terhadap perubahan proporsional dari input.
3.2.3 Elastisitas dan Efisiensi Ekonomi
Nurung (1997), mengadakan studi tentang efisiensi penggunaan faktor
produksi pertanian, dimana dalam analisanya memanfaatkan fungsi produksi
Cobb-Douglas. Persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai
berikut:
Y = AX1
α1
…..Xm
αm
Z1
β1
,…..Zn
βn
))(11
ji n
j
j
m
i
i Z X
β α
∏∏==
Y = A ( ................................................................(3.5)
Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, koefisien pangkat sekaligus
menunjukkan besarnya elastisitas produksi. Pengertian efisiensi dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif/
harga dan efisiensi Ekonomi (Soekartawi 2003, Indah Susantun 2000). Efisiensi
merupakan salah satu tolok ukur dalam menilai keberhasilan proses produksi
usahatani. Terdapat tiga jenis efisiensi (1) efisiensi teknik; mengukur tingkat
produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan faktor produksi tertentu. Petani
secara teknik dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan petani lainnya, apabila
dengan penggunaan jenis dan jumlah faktor produksi yang sama menghasilkan
produksi yang lebih tinggi, (2) efisiensi harga; mengukur tingkat keberhasilan
petani dalam usahanya untuk mencapai keuntungan maksimum. Keuntungan
maksimum dicapai pada saat marginal dari masing-masing faktor produksi sama
dengan biaya marginalnya, dan (3) Efisiensi ekonomi yang merupakan kombinasi
efisiensi teknik dan efisiensi harga. Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 9/18
27
efisiensi yang digunakan adalah efisiensi harga dimana perhitungan efisiensi ini
sangat dipengaruhi oleh harga faktor produksi dan harga produksi.
Bila model fungsi produksi yang dipakai, maka kondisi efisiensi harga
yang sering dipakai sebagai patokan, yaitu bagaimana mengatur penggunaan
faktor produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input X,
sama dengan harga faktor produksi (input) tersebut. Dengan menggandakan
produk fisik marginal (MPPxi) dan harga produksi akan diperoleh nilai produk
marginal untuk Xi (NPMxi
b AX Y =
) sama dengan harga korbanan.
Dengan demikian, keuntungan maksimum petani usahatani kopi akan
dicapai apabila jumlah korbanan yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga
nilai produk marginal dari korbanan tersebut sama besarnya dengan harga satuan
korbanan yang bersangkutan. Menurut Nurung (2003), dalam banyak
kenyataannya NPM (Nilai Produksi Marjinal) tidak selalu sama dengan BKM
(Biaya Korbanan Marjinal).
Bila fungsi produksi digunakan model fungsi produksi Cobb–Douglas,
maka :
..............................................................................................(3.6)
bLogX LogA LogY += .........................................................................(3.7)
bY X
X Y p =∂∂=ε .......................................................................................(3.8)
Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien
regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Apabila elastisitas
produksi terletak antara bilangan 0 – 1 berarti penggunaan faktor produksi berada
pada tahap rasional, bila elastisitas produksi lebih dari 1 berarti penggunaan
faktor-faktor produksi itu masih dapat ditambah untuk mencapai hasil produksi
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 10/18
28
yang lebih besar dengan kata lain petani masih mempunyai kesempatan untuk
mengatur kombinasi dengan penggunaan faktor-faktor produksi dalam upayanya
untuk memperoleh hasil produksi yang lebih besar. Bila elastisitas produksi
bernilai negatif atau kurang dari nol berarti penggunaan faktor produksi itu sudah
berlebihan dan berada pada tahap produksi yang tidak rasional lagi karena
penambahan jumlah input akan diikuti dengan pengurangan pada total hasil
produksi (Soekartawi, 1990). Dengan demikian, maka nilai produk marginal
(NPM) faktor produksi X, dapat dituliskan sebagai berikut :
X
Y bPy MPPxPy NPM i X i
.. == ..............................................................(3.9)
dimana :
b = elastisitas produksi
Y = produksi
Py = harga Produksi
X = jumlah faktor produksi
i MPPx = nilai produk fisik marginal
i X NPM = nilai produksi marginal faktor produksii
X
Kondisi efisien harga menghendakii X
NPM sama dengan harga faktor
produksi X, atau dapat dituliskan :
iiPx MPPxPy =. ..................................................................................(3.10)
atau 1
.
..=
X Px
Y bPy...................................................................................(3.11)
dimana : Px = harga faktor produksi X
Dalam praktek nilai Y, Py, X dan Px adalah diambil nilai rata-ratanya .
sehingga persamaan (3.10) dapat dituliskan :
1.
..=
X Px
Y bPyartinya bahwa penggunaan faktor produksi X efisien.
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 11/18
29
1.
..>
X Px
Y bPyartinya bahwa penggunaan faktor produksi X tidak efisien,
untuk mencapai efisien maka penggunaan input X perlu
dikurangi.
1.
..<
X Px
Y bPyartinya bahwa penggunaan faktor produksi X tidak efisien,
untuk mencapai efisien maka penggunaan input X perlu
ditambah.
Menurut Susantun (2000), efisiensi ekonomi akan tercapai jika terpenuhi
dua kondisi berikut : Pertama ; proses produksi harus berada pada tahap kedua
yaitu pada waktu 0≤ Ep ≤ 1. Kedua ; kondisi keuntungan maksimum tercapai
dimana value marginal product sama dengan marginal factor cost resource.
P’
Output
B F’
1π Frontier Potensial
1Y P’
P A’
Frontier Aktual
2Y A
2π
4Y DF 4π
C
3Y 3π
A
X2 X3 X1 Input
Sumber : Singh (2002)
Gambar 3. Konsep Efisiensi Teknis, Efisiensi Alokasi, dan Efisiensi Ekonomi
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 12/18
30
Singh et al. (2002), asumsi dasar untuk mengukur efisiensi teknis adalah
penyimpangan (perbedaan) antara potensi dengan realisasi kinerja perusahaan
secara teknis atau terdapat gap antara tingkat kinerja teknis riil dengan potensial
dalam sebuah kegiatan ekonomi. Untuk lebih jelasnya konsep efisiensi dapat
diihat pada Gambar 3.
Dengan informasi harga input seperti garis PP', maka efisiensi ekonomis
dicapai apabila perusahaan beroperasi di titik B. Misalnya titik B menunjukan
penggunaan input 1 X , output 1Y dan tingkat laba1
π . Dengan beroperasi di titik
B, perusahaan telah mengalokasikan inputnya secara efisien. Apabila perusahaan
beroperasi disepanjang batas produksi, selain titik B, maka perusahaan tidak
mengalokasikan inputnya secara efisien (allocative inefficient ). Secara umum,
istilah efisiensi ekonomis mencerminkan “alokasi input yang efisien”, karena
perusahaan dianggap selalu beroperasi pada garis batas produksi ( efisien teknis).
Apabila perusahaan beroperasi dititik A, dengan input 2 X , produksi 2
Y dan laba
2π , maka tingkat efisiensi perusahaan tersebut adalah )( 12 π π , kurang dari 1.
Misalnya perusahaan memiliki “teknologi” baru, namun belum bisa
mengoperasikannya seratus persen, maka perusahaan tidak bisa beroperasi pada
daerah batas produksi ( didaerah frontier), sesuai dengan teknologi baru tersebut.
Misalnya perusahaan beroperasi disepanjang AA' yang lebih rendah FF', dengan
mempergunakan input sebanyak 2 X , perusahaan beroperasi di titik C,
memproduksi3Y dan memperoleh laba 3π . Menurut “fungsi produksi aktual”
yang dihadapi perusahaan, maka perusahaan ini sudah mengalokasikan inputnya
secara efisien. Untuk memaksimumkan labanya 4π , perusahaan harus beroperasi
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 13/18
31
di titik D. Namun dititik D ini, perusahaan belum mencapai efisiensi potensial ,
karena masih beroperasi dibawah potensial teknologi yang ada.
Konsistensi dengan teori neoklasik, efisiensi harus diukur berdasarkan
batas kemampuan produksi FF'. Dengan demikian, bila perusahaan beroperasi di
titik C, efiensi ekonomisnya sebesar 13 π π . Efisiensi teknis sebesar23
Y Y .
Dengan demikian perusahaan beroperasi secara tidak efisien yang bersumber dari
tidak efisien secara teknis dan secara alokasi input . Dengan mempergunakan laba,
perusahaan yang beroperasi dititik C kehilangan efisiensi ekonomi sebesar
31 π π − . Kehilangan efisiensi ini terkomposisi atas “kehilangan efisiensi teknis “
32 π π − dan “kehilangan efisiensi alokasi” 31 π π − .
Menurut Susantun (2000), pengertian efisiensi dalam produksi, bahwa
efisiensi merupakan perbandingan output dan input berhubungan dengan
tercapainya output maksimum dengan sejumlah input, artinya jika ratio output
input besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi.
3.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Diduga pada usahatani kopi rakyat di Kabupaten Aceh Tengah alokasi
penggunaan faktor produksi belum optimal.
2. Diduga kondisi skala usahatani kopi rakyat di Kabupaten Aceh Tengah berada
pada constant return to scale
3. Diduga usahatani kopi rakyat di Kabupaten Aceh Tengah belum efisien dalam
penggunaan faktor produksi.
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 14/18
32
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Daerah Penelitian dan Metode Pengambilan Contoh
Penelitian ini dilakukan secara sengaja, yaitu di kabupaten Aceh Tengah di
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan
daerah yang merupakan penghasil utama kopi rakyat dan mayoritas masyarakat
daerah tersebut adalah petani kopi dan sebagian besar waktunya dialokasikan
kepada usahatani kopi dan sebagian besar pendapatannya berasal dari usahatani
kopi.
Petani contoh dilakukan dengan teknik penarikan contoh acak sederhana.
Teknik penarikan contoh acak sederhana digunakan karena pada umumnya petani
menggunakan teknologi, pola budidaya, panen dan pasca panen yang cenderung
homogen, dipertimbangkan pula bahwa petani contoh yang diambil adalah petani
yang sebagian besar waktunya dialokasikan kepada usahatani kopi dan sebagian
besar pendapatannya berasal dari usahatani kopi.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan meliputi data primer
dan data sekunder. Pengambilan data primer dilakukan dengan kuisioner dan
wawancara yang menyangkut; karakteristik petani dan keadaan usahatani kopi
rakyat.
Karakteristik petani meliputi umur petani, jumlah anggota keluarga dan
jumlah angkatan kerja usaha tani kopi, tingkat pendidikan dan pengalaman
usahatani kopi. Informasi mengenai keadaan usahatani kopi rakyat meliputi luas
lahan usaha tani kopi, umur tanaman kopi, jumlah Hari Kerja Orang (HKO), biaya
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 15/18
33
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada kegiatan pemeliharaan sampai dengan
pemasaran serta jumlah dan nilai produksi kopi yang diperoleh petani sampel.
Data sekunder dikumpulkan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
Data tersebut diperoleh dari BPS propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Dinas
perkebunan Kabupaten Aceh Tengah, dan lembaga terkait. Data sekunder yang
dikumpulkan antara lain adalah keadaan umum wilayah, perkembangan produksi
kopi, perkembangan luas areal kopi dan perkembangan harga kopi.
4.3 Perumusan Model Penelitian
4.3.1 Analisis Fungsi Produksi
Model fungsi produksi yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
model fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan rumus sebagai berikut :
u De X X X X Y +=
114321 ....4321
δ β β β β α ........................................................... (4.1)
dimana :Y = produksi kopi rakyat (kg/thn)
X1 = jumlah tenaga kerja (orang/ha)
X2 = luas lahan (ha)
X3 = umur pohon
X4 = pengalaman
e = bilangan natural (e=2.71828)
D1
u D LnX LnX LnX LnX Ln LnY ++++++= 1144332211 δ β β β β α
= variabel dummy kemiringan
1 = lahan datar (kemiringan ≤25%)
0 = lahan miring (kemiringan >25%)
atau dalam bentuk transformasi logaritma :
...........(4.2)
dimana :
Y = produksi kopi rakyat (kg/thn)
X1 = jumlah tenaga kerja (orang/ha)
X2 = luas lahan (ha)
X3 = umur pohon
X4 = pengalaman
D1 = variabel dummy kemiringan
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 16/18
34
1 = lahan datar (kemiringan ≤25%)
0 = lahan miring (kemiringan >25%)
α = koefisien intersept
βi
∑ <1 j β
= koefisien regresi faktor produksi ke-i (slop ke-i)
u = unsur kekeliruan model
4.3.2 Analisis Skala Usaha
Untuk mengetahui skala usaha (return to scale) berdasar kriteria pada
fungsi produksi Cobb-Douglash, maka akan tercapai kondisi :
1. Decreasing return to scale, jika
2. Constant return to scale, jika ∑ =1 j β
3. Increasing return to scale, jika ∑ >1 j
β
4.3.3 Analisis Elastisitas dan Efisiensi Ekonomi
Berdasarkan fungsi produksi pada persamaan (4.1) maka
11
11 X
Y
X
Q
MP X β =
∂
∂=
dan 11 X
Y
APx=
….....................................……(4.3)
jika persamaan (4.3) dimasukkan ke dalam persamaan (4.1) maka di peroleh :
1ω = elastisitas produksi
1 β = koefisien produksi
Input tidak tetap atau faktor produksi dikatakan telah digunakan secara
efisien, apabila input tersebut menghasilkan keuntungan maksimum. Penggunaan
input secara optimal terjadi apabila nilai marjinal produk (NPM) sama dengan
biaya korbanan marjinal (BKM). Oleh karena itu penggunaan input secara optimal
jika : 11. Px MPPxPy =
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 17/18
35
4.4 Peubah dan Pengukurannya
Dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas, maka untuk
memperjelas definisi dari masing-masing peubah dan pengukurannya adalah :
1. Jumlah Tenaga Kerja (X1
Untuk jumlah tenaga kerja, diukur dari banyaknya pekerja dalam satu hari
yang digunakan untuk pemeliharaan, pengolahan dan pemasaran.
)
2. Luas Lahan Kebun Kopi Produktif ( 2 X )
Luas areal kebun kopi produktif adalah laus areal kebun kopi yang
produktif. Luas areal kebun kopi produktif yang dimiliki petani baik dalam
satu hamparan ataupun terpisah. Luas areal kebun kopi diukur dalam
hektar (ha).
3. Umur Pohon Kopi )( 3 X
Umur pohon kopi dalam satu areal kebun merupakan umur rata-rata
tanaman kopi yang dihitung mulai saat tanam dan diukur dalam tahun.
4. Pengalaman Petani Berusahatani )( 4 X
Pengalaman petani berusahatani adalah lamanya petani telah
mengusahakan tanaman kopi sampai dengan tahun 2008, dinyatakan
dalam tahun.
5. Dummy Kemiringan Lahan )( 1 D
Dummy kemiringan lahan adalah peubah yang membedakan antara
usahatani kopi yang dilakukan dilahan datar (kemiringan lahan ≤ 25
persen) dan yang dilakukan di lahan miring (kemiringan lahan > 25
persen). Bila dilakukan di lahan datar diberi nilai satu, dan bila dilakukan
dilahan miring diberi nilai nol.
5/11/2018 BAB III n IV Efisiensi Kopi Aceh - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-n-iv-efisiensi-kopi-aceh 18/18
36
6. Harga Kopi Biji (P)
Harga kopi yang dihitung merupakan rata-rata harga kopi biji yang
diterima petani pada saat penjualan dan dinyatakan dalam rupiah per
kilogram (Rp/Kg). Bila penjualan kopi dilakukan lebih dari satu kali
dalam setahun, maka penentuan harga kopi dengan cara harga tertimbang.
Perumusannya :
∑=Y
Y PP iit
.
dimana :
t P = harga rata-rata tertimbang
iP = harga penjualan ke-i
iY = kuantitas penjualan ke-i
Y = kuantitas penjualan total
7. Peubah-peubah dalam fungsi tersebut diukur dalam satuan per hektar
untuk menghindari multikolinieritas.