bab iii pembahasan · 21 bab iii pembahasan 3.1 tinjauan umum perusahaan/organisasi 3.1.1 sejarah...

24
21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16 Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank, yang kemudian terus hidup dan berkembang sampai tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki empat cabang yaitu, Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar. Tahun 1940 kegiatannya terganggu, sebagai akibat penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar- besaran dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian keadaan keuangan bank Postpaarbank pulih kembali pada tahun 1941. Tahun 1942, Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pemerintah Jepang. Jepang membekukan kegiatan Postspaarbank dan mendirikan Tyokin Kyoku, sebuah bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Tyoku hanya mendirikan satu cabang, yaitu cabang Yogyakarta. Proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 telah memberikan inspirasi kepada Bapak Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilan Tyokin Tyoku dari pemerintah Jepang ke Pemerintah RI dan terjadilah pergantian nama menjadi Kantor Tabungan Pos. Bapak Darmosoetanto ditetapkan oleh Pemerintah RI menjadi Direktur yang pertama. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

21

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi

3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi

Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16

Oktober 1897 mendirikan Postspaarbank, yang kemudian terus hidup dan berkembang

sampai tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki empat cabang yaitu, Jakarta, Medan,

Surabaya, dan Makassar. Tahun 1940 kegiatannya terganggu, sebagai akibat

penyerbuan Jerman atas Netherland yang mengakibatkan penarikan tabungan besar-

besaran dalam waktu yang relatif singkat. Namun demikian keadaan keuangan bank

Postpaarbank pulih kembali pada tahun 1941.

Tahun 1942, Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pemerintah Jepang.

Jepang membekukan kegiatan Postspaarbank dan mendirikan Tyokin Kyoku, sebuah

bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha

pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Tyoku

hanya mendirikan satu cabang, yaitu cabang Yogyakarta.

Proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 telah memberikan inspirasi

kepada Bapak Darmosoetanto untuk memprakarsai pengambilan Tyokin Tyoku dari

pemerintah Jepang ke Pemerintah RI dan terjadilah pergantian nama menjadi Kantor

Tabungan Pos.

Bapak Darmosoetanto ditetapkan oleh Pemerintah RI menjadi Direktur yang

pertama. Tugas pertama Kantor Tabungan Pos adalah melakukan penukaran uang

Page 2: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

22

Jepang dengan Oenang Republik Indonesia (ORI). Tetapi kegiatan Kantor Tabungan

Pos tidak berumur panjang, karena Agresi Belanda (Desember 1946) mengakibatkan

didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang dari Kantor Tabungan Pos hingga

tahun 1949. Saat Kantor Tabungan Pos dibuka kembali (1949), nama Kantor Tabungan

Pos diganti menjadi Bank Tabungan RI. Sejak kelagirannya dan berubah nama Bank

Tabungan Pos RI, lembaga ini bernaung dibawah Kementrian Perhubungan.

Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950 tetapi yang substantif bagi

sejarah Bank Tabungan Negara adalah dikeluarkannya UU Darurat No. 9 tahun 1950

tanggal 9 Februari 1950 yang mengubah nama “Postpaarbank In Indonesia”

berdasarkan staatblad No. 295 tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan

memindahkan induk kementrian dari Kementrian Perhubungan ke Kementrian

Keuangan dibawah Mentri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU Darurat

tersebut masih bernama Bank Tabungan Pos, tetapi tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan

sebagai hari dan tanggal lahir Bank Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos

menurut UU Darurat tersebut dikukuhkan dengan UU No.36 Tahun 1953 tanggal 18

Desember 1953.

Perubahan nama dari Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara

didasarkan pada PERPU No. 4 tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.

Tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditunjuk sebagai satu-satunya institusi

yang menyalurkan KPR bagi golongan masyarakat menengah kebawah. Dan pada

tahun 1989 Bnak Tabungan Negara memulai operasi sebagai bank komersil dan

menerbitkan obligasi pertama.

Page 3: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

23

Bentuk hukum Bank Tabungan Negara mengalami perubahan pada tahun 1992,

dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 29 April 1992 yang merupakan

pelaksanaan dari UU No. 7 tahun 1992 bentuk hukum Bank Tabungn Negara berubah

menjadi Perusahaan Perseroan. Berdasarkan kajian konsultan independent, Price

Waterhouse Coopers, pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat Nomor S-

554/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002 memutuskan Bank Tabungan Negara

ditunjuk sebagai bank komersial yang fokus pada pembiayaan rumah komersial.

Tahun 2009 Bank Tabungan Negara menjadi bank pertama Indonesia yang

melakukan sekuritas asset melalui pencatatan transaksi Kontrak Investasi Kolektif Efek

Beragunan Asset (KIK EBA).

Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. memiliki visi dan misi perusahaan

sebagai pedoman dalam mengelola usahanya, yaitu:

1. Visi Bank Tabungan Negara:

“Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan”

2. Misi Bank Tabungan Negara:

a. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan, dan indusrti

rerkait, pembiayaan konsumsi dan usaha kecil menengah.

b. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembangan produk,

jasa dan jaringan strategis berbasis teknologi terkini.

c. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualitas,

professional dan memiliki intregitas tinggi.

d. Melaksanakan manajemen perbankan yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian

dan good corporate governance untuk meningkatkan Shareholder Value.

Page 4: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

24

e. Mempedulikan kepentingan masyarakat dan lingkungannya.

3.1.2 Struktur dan Tata Kerja Organisasi

Organisasi merupakan wadah dari sejumlah manusia yang melakukan aktivitas

secara terencana dengan kerja sama secara penuh kesadaran dalam suatu hubungan

yang terikat dan dalam suatu hubungan formal untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Tujuan dari organisasi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugas

2. Untuk meningkatkan efisiensi kerja

3. Untuk mempermudah pengawasan

4. Untuk menentukan orang-orang yang diperlukan dalam organisasi.

Struktur organisasi sangat bermanfaat bagi setiap perusahaan, hal ini sudah berarti

menjanjikan antara pimpinan dan bawahan mempunyai hak dan wewenang yang

dilindungi sehingga di dalam pelaksanaan musyawarah di dapat hasil yang bermanfaat.

PT. Bank Tabungan Negara KCP Dewi Sartika memiliki struktur organisasi

tersendiri dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Untuk lebih jelasnya

mengenai struktur organisasi pada Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk. KCP Dewi

Sartika adalah sebagai berikut:

Page 5: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

25

Branch Manager

Supervisor Retail Service

Teller

Service II

Gambar III.1

Struktur Organisasi pada PT. Bank Tabungan Negara KCP Dewi Sartika

Sumber: PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.

Tata Kerja Organisasi

1. Branch Manager (Kepala Kantor Cabang) Bertugas:

Adalah pimpian dari kantor cabang pembantu yang bertanggung jawab penuh atas

kelangsungan kantor yang dipimpinnya, beberapa tugas Branch Manager, atara lain:

a. Menjadi kualitas nasabah serta sumber daya manusia (pegawainya).

b. Mengkoordianasikan pembuatan program kerja dan melakukan evaluasi atas

target yang telah ditentukan.

c. Memberikan motifasi dan disiplin kepada para bawahannya.

Loan Service

Teller

Service I

Customer

Service

Page 6: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

26

d. Berusaha untuk menigkatkan keuntungan atas jasa dan produk bank yang

diberikan.

e. Menjamin kualitas dan kuantitas pertumbuhan bank.

2. Supervisor Ratail Service (Kepala Unit Retail)

Adalah seseorang yang bekerja dibawah pengawasan dari Branch Manager

yang berfungsi memimpin pelaksanaan kegiatan operasional bank sehari-hari,

tanggung jawabnya kepada Branch Manager. Posisi ini juga dapat mengambil alih

peranan/mewakili Branch Manager apabila dia berhalangan hadir dalam suatu rapat

yag diadakan oleh kantor cabang.

3. Loan Service

Adalah seseorang yang yang bertugas untuk menangani hal-hal yang berkaitan

dengan kredit dari suatu bank, mulai dari permohonan, sampai dengan pencairan

yang bertugas:

a. Pembinaan terhadap debitur yang menunggak.

b. Memonitor kondisi kredit dan mengidentifikasi kredit bermasalah.

c. Melakukan penagihan tunggakan.

d. Memberikan konsultasi penyelamatan kredit.

4. Customer service

Adalah seseorang yang bertugas memberikan informasi kepada para nasabah

atau calon nasabah mengenai produk serta jasa yang diberikan oleh bank.

Bertugas:

a. melakukan pelayanan yang prima kepada semua nasabah.

b. Memberikan informasi baik, produk maupun jasa bank kepada nasabah.

Page 7: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

27

c. Menyelesaikan keluhan nasabah sebaik mungkin.

5. Teller Service

Adalah bagian front office dari suatu bank, yang berfungsi sebagai pelayan

nasabah dalam melakukan penyetoran, penarikan, serta dalam bentuk transaksi

lainnya. Bertugas:

a. melakukan transaksi dengan benar.

b. Memastikan bahwa kas besar selalu benar dan memadai untuk operasional.

c. Mengatur proses transaksi bila off line.

d. Meningkatkan kualitas pelayanan.

3.1.3 Kegiatan Usaha/Organisasi

Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. adalah perusahaan yang bergerak

dibidang jasa (non-manufaktur). Ruang lingkup usaha Bank Tabungan Negara cukup

luas, namun tetap dalam peranannya sebagai agen pembangunan dengan melaksanakan

yugas dan misinya yaitu menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan

menengah ke bawah.

Bank Tabungan Negara selain sebagai salah satu bank persero milik pemerintah

juga merupakan bank umum yang mengemban tugas dan misi untuk menyediakan

pembiayaan perumahan rakyat dalam menunjang pembangunan nasional.

Dalam melaksanakan tugasnya Bank Tabungan Negara melakukan

pengumpulan dana melalui deposito, tabungan, dan giro. Sumber dana jangka pendek

Bank Tabungan Negara selain dana yang berasal dari masyarakat juga berasal dari

Page 8: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

28

pasar uang. Demikian pula dengan Bank Tabungan Negara KCP Dewi Sartika, selain

melakukan kegiatan utama dalam bidang KPR yang termasuk induk kredit, juga

mempunyai produk dana dan produk jasa. Untuk lebih jelasnya, penulis akan

menguraikan produk-produk yang terdapat pada Bank Tabungan Negara KCP Dewi

Sartika yaitu, sebagai berikut:

1. Produk Dana

Adapun produk dana yang terdapat pada bank Tabungan Negara KCP Dewi Sartika

adalah, sebagai berikut:

a. Tabungan BTN Batara

b. Tabungan BTN Prima

c. Tabungan BTN Junior

d. Tabungan BTN Juara

e. Tabungan E-Batara Pos

f. Tabunganku

g. Tabungan BTN Haji Reguler

h. Tabungan BTN Haji Plus

i. Tabungan BTN Pensiunan

j. Tabungan Simpanan Pelajar

k. Tabungan BTN Perumahan

l. Giro BTN dan Giro Valas BTN

m. Deposito BTN dan Deposito BTN Valas

2. Produk Jasa dan Layanan

a. Kartu Kredit BTN

Page 9: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

29

b. Kartu Debit BTN

c. Kiriman uang (transfer)

d. Pelayanan jasa, seperti: Telpon dan Listrik

e. Inkaso

3. Produk Kredit

1. Kredit Konsumer

Adalah produk kredit yang diberikan oleh bank yang diperuntukan untuk

konsumsi secara pribadi. Macam- macam produk kredit consumer adalah

sebagai berikut:

a. KPR BTN Subsidi

Kredit pemilikan rumah yang bekerja sama dengan Kementrian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat dengan suku bunga rendah dan cicilan ringan.

b. KPR BTN Platinum

Kredit pemilikan rumah dari Bank BTN untuk keperluan pembelian rumah

dari developer ataupun non developer, baik untuk pembelian rumah baru

atau second,pembelian rumah belum jadi (indent) maupun take over kredit

dari bank lain.

c. KPA BTN

Kredit pemilikan apartemen dari Bank BTN untuk keperluan pembelian

apartemen, baik untuk pembelian rumah baru atau second,pembelian rumah

belum jadi (indent) maupun take over kredit dari bank lain.

Page 10: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

30

d. Kredit Agunan Rumah

Fasilitas kredit dari Bank BTN yang dapat digunakan untuk berbagai

kebutuhan konsumtif dengan menjaminkan rumah tinggal/aparteme/ruko

pemilik.

e. Kredit Bangunan Rumah

Fasilitas kredit bagi nasabah yang ingin membangun rumah diatas tanah

milik sendiri.

f. PRR-KB BTN Jamsostek

Memberikan dana kepada nasabah sebagai peserta Jamsostek yang kesulitan

keuangan untuk pengembangan atau renovasi rumah.

2. Kredit Komersial

Adalah kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan nasabah di bidang

usahanya adalah perdagangan, baik dalam bentuk kredit revolving maupun

kredit dalam bentuk nonrevolving.

a. Kredit Yasa Griya/ Kredit Kontruksi

Kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada Developer untuk

membantu modal kerja pembiayaan pembangunan proyek perumahan.

b. Kredit Modal Kerja Kontraktor

Kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank BTN kepada kontraktor atau

pemborong untuk membantu modal kerja didalam menyelesaikan pekerjaan

borongan sesuai dengan kontrak kerja.

Page 11: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

31

c. Kredit Modal Kerja

Pembiayaan usaha industry perdagangan dan jasa atau yang berhubungan

dengan pengadaan ataupun proses produksi sampai dengan barang tersebut

dijual.

d. Kredit Investasi

Fasilitas kredit yang diberikan kepada Perseroan Terbatas, CV, Koperasi,

Yayasan dan perorangan dalam rangka pembiayaan investasi, baik investasi

baru, perlunasan, modernisasi atau rehabilitasi.

e. Kredit Usaha Mikro dan Kecil

Pembiayaan modal kerja/investasi sector usaha kecil, mikro dan menengah.

f. Kredit Linkage

Pemberian kredit yang hanya diberikan kepada Koperasi/BPR untuk

diteruspinjamkan ke anggota atau nasabah.

g. Non Cash Loan (Garansi Bank)

Jaminan pembayaran dari bank yang diberikan pada pihak penerima jaminan

bisa berupa perorangan maupun perusahaan dan biasa disebur beneficiary.

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Data Laporan Non Performing Loan (NPL) PT. Bank Tabungan Negara

(Persero) Tbk. Periode Triwulan 1 s/d 4 periode 2012 s/d 2015

Data yang penulis ambil adalah dari Laporan Keuangan Bank Tabungan

Page 12: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

32

Negara (Persero) Tbk. triwulan 1 s/d 4 periode 2012 s/d 2015 untuk perhitungan Non

Performing Loan (NPL) dengan rumus rasio NPL sama dengan Total NPL dibagi

dengan Total Kredit dikali 100% adalah sebagai berikut:

Tabel III.1

Data Laporan Kredit Bermasalah (NPL) Bank Tabungan Negara

Triwulan 1 s/d 4 Periode 2012 s/d 2015

Tahun Total Kredit Kredit Bermasalah NPL (%)

2012 1 Rp 401,979,352 Rp 124,838,308 3.22

2 Rp 460,899,358 Rp 133,207,907 3.46

3 Rp 477,508,031 Rp 129,757,617 3.68

4 Rp 334,962,930 Rp 81,898,027 4.09

2013 1 Rp 757,087,712 Rp 158,718,598 4.77

2 Rp 785,793,937 Rp 169,717,913 4.63

3 Rp 873,533,254 Rp 179,002,716 4.88

4 Rp 756,702,814 Rp 186,840,201 4.05

2014 1 Rp 902,784,799 Rp 190,460,928 4.74

2 Rp 990,840,095 Rp 197,772,474 5.01

3 Rp 987,315,470 Rp 203,570,200 4.85

4 Rp 859,874,594 Rp 214,432,567 4.01

2015 1 Rp 1,060,931,353 Rp 221,952,166 4.78

2 Rp 1,724,409,959 Rp 366,895,736 4.7

3 Rp 628,393,302 Rp 139,642,956 4.5

Page 13: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

33

4 Rp 883,756,721 Rp 258,408,398 3.42

Sumber: Data Sekunder Olahan Penulis

Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa Non Performing Loan (NPL) terus

mengalami fluktuasi, dilihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) pada Bank

Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengalami peningkatan dan penurunan. Nilai Non

Performing Loan (NPL) paling tinggi terjadi pada tahun 2014 triwulan ke 2 yakni

sebesar 5.01%, sedangkan untuk nilai Non Performing Loan (NPL) paling rendah

terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 3.22%.

3.2.2 Data Rasio Return On Asset (ROA) PT. Bank Tabungan Negara (Persero)

Tbk. Periode Triwulan 1 s/d 4 Periode 2012 s/d 2015

Data yang penulis ambil dari laporan keuangan Bank Tabungan Negara periode

2001 s/d 2015 merupakan data Rasio Return On Asset (ROA), dan menurut perhitungan

rumus ROA sama dengan Earning Before Tax (EBT) dibagi dengan Total Asset dikali

dengan 100% adalah sebagai berikut:

Tabel III.2

Data Return On Asset (ROA) Bank Tabungan Negara

Triwulan 1 s/d 4 Periode 2012 s/d 2015

Tahun Total Asset EBT ROA (%)

2012 1 Rp202,724,513 Rp91,317,348 2.22

Page 14: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

34

2 Rp231,139,706 Rp95,512,275 2.42

3 Rp198,499,329 Rp98,755,885 2.01

4 Rp216,792,270 Rp111,748,593 1.94

2013 1 Rp192,284,389 Rp120,177,743 1.6

2 Rp187,380,012 Rp118,594,944 1.58

3 Rp201,009,869 Rp123,318,938 1.63

4 Rp234,793,817 Rp131,169,730 1.79

2014 1 Rp190,380,285 Rp136,964,234 1.39

2 Rp150,541,670 Rp135,623,126 1.11

3 Rp145,276,115 Rp142,427,564 1.02

4 Rp161,925,076 Rp144,575,961 1.12

2015 1 Rp228,412,606 Rp149,289,285 1.53

2 Rp241,725,507 Rp155,951,940 1.55

3 Rp249,057,248 Rp166,038,165 1.5

4 Rp276,610,223 Rp171,807,592 1.61

Sumber: Data Sekunder Olahan Penulis

Dari tabel III.2 dapat disimpulkan bahwa laba sebelum pajak dan total asset Bank

Tabungan Negara (Persero) Tbk. dari triwulan 1 s/d 4, tahun 2012 s/d 2015 mengalami

peningkatan dan penurunan secara fluktuatif sehingga mengakibatkan Return On Asset

(ROA) juga mengalami peningkatan serta penurunan. Untuk peningkatan Return On

Asset (ROA) tertinggi terjadi pada tahun 2015 triwulan 1 yakni sebesar 0,41 % dari

Page 15: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

35

tahun 2014 triwulan 4 senilai 1,12% menjadi 1,53%. Sedangkan untuk penurunan

paling rendah terjadi pada tahun 2013 triwulan 1 sebesar 0,35% dari rasio Return On

Asset (ROA) senilai 1,94% menjadi 1,6%.

3.2.3 Tabel Penolong

Berdasarkan dari data kedua tabel III.1 dan tabel III.2, yakni tentang

perhitungan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Return On asset (ROA) dari

triwulan 1 s/d 4 periode 2012 s/d 2015, maka penulis melakukan perhitungan korelasi

dengan menyederhanakan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel III.3

Tabel Korelasi Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA)

Tahun NPL

(X)

ROA

(Y) XY X2 Y2 x y X

2 Y2 xy

2012 1 3.22 2.22 7.1484 10.3684 0.2401 -1.14 0.59 1.2950 0.3513 -0.6745

2 3.46 2.42 8.3732 11.9716 1.2769 -0.90 0.79 0.8064 0.6283 -0.7118

3 3.68 2.01 7.3968 13.5424 0.6724 -0.68 0.38 0.4597 0.1464 -0.2594

4 4.09 1.94 7.9346 16.7281 3.3489 -0.27 0.31 0.0718 0.0978 -0.0838

2013 1 4.77 1.6 7.632 22.7529 2.7556 0.41 -0.03 0.1697 0.0007 -0.0113

2 4.63 1.58 7.3154 21.4369 3.1684 0.27 -0.05 0.0740 0.0022 -0.0129

3 4.88 1.63 7.9544 23.8144 3.5721 0.52 0.00 0.2725 0.0000 0.0014

4 4.05 1.79 7.2495 16.4025 3.24 -0.31 0.16 0.0949 0.0265 -0.0501

Page 16: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

36

2014 1 4.74 1.39 6.5886 22.4676 2.1609 0.38 -0.24 0.1459 0.0563 -0.0907

2 5.01 1.11 5.5611 25.1001 4.2025 0.65 -0.52 0.4251 0.2676 -0.3373

3 4.85 1.02 4.947 23.5225 4.1209 0.49 -0.61 0.2421 0.3689 -0.2988

4 4.01 1.12 4.4912 16.0801 3.7636 -0.35 -0.51 0.1211 0.2574 0.1766

2015 1 4.78 1.53 7.3134 22.8484 3.2041 0.42 -0.10 0.1781 0.0095 -0.0411

2 4.7 1.55 7.285 22.09 1.2544 0.34 -0.08 0.1170 0.0060 -0.0264

3 4.5 1.5 6.75 20.25 2.5921 0.14 -0.13 0.0202 0.0162 -0.0181

4 3.42 1.61 5.5062 11.6964 2.5921 3.42 1.61 11.6964 2.5921 5.5062

∑ 68.79 26.02 103.9406 289.3759 39.5729 0.00 0.00 4.4934 2.2351 -2.228

Mean 4.36 1.62

Sumber: Data Sekunder Olahan Penulis

Keterangan:

X = NPL

Y = ROA

x = Hasil pengurangan dari mean dengan rata-rata nilai X

y = Hasil pengurangan dari mean dengan rata-rata nilai Y

∑ = Hasil akhir penjumlahan

Berdasarkan tabel penolong pada tabel III.3, maka hubungan antara Non

Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset (ROA) dapat dicari dengan rumus

sebagai berikut:

Page 17: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

37

1. Koefisien Korelasi

r𝑥𝑦 =∑𝑥𝑦

√∑𝑥2. ∑𝑦2

=−2.228

√4.4934 .2.2351

=−2.228

√10.04319834

=−2.228

3.1691

=−2.228

3.1691

= −0.70303

Berdasarkan hasil diatas diperoleh hasil korelasi antara rasio Non Performing

Loan (NPL) dengan rasio Return On Asset (ROA) sebesar – 0,703. Tanda negatif dalam

hal ini berarti Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA) triwulan

1 s/d 4, tahun 2012 s/d 2015 mempunyai peranan (hubungan) yang kuat namun tidak

searah (negatif), artinya jika nilai Non Performing Loan (NPL) tinggi maka nilai Return

On Asset (ROA) rendah dan sebaliknya jika nilai Non Performing Loan (NPL) rendah

maka nilai Return On Asset (ROA) tinggi.

2. Koefisien Determinasi

KP = R2 = r2.100%

= (- 0,7)2. 100%

Page 18: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

38

= 0,49 . 100%

= 49%

Berdasarkan data diatas diperoleh bahwa pengaruh variabel X (NPL) terhadap

variabel Y (ROA) pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbktriwulan 1 s/d 4 tahun

2012 s/d 2015 sebesar 49% selebihnya 51% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

3. Persamaan Regresi

1) X = 4,36

Y = 1,62

2) b =𝑛∑xy− ∑x∑y

𝑛 ∑𝑥2−(∑𝑥)2

b =12(103.9406) − (68.79)(26.02)

12 (289.3759) − (68.79)2

b =1247.2872 − 1789.9158

3472.5108 − 4732.0641

b =−542.6286

1259.5533

b = 0.4308

3) α = �� − 𝑏 . 𝑋

α = 1,62 − (0,4308). 4,36

α = 5,18

Y = α + bX

= 5,18 + (- 0,43)X

Persamaan linier di atas dapat diartikan:

Nilai α = 5,18 menyatakan bahwa tanpa adanya pengaruh Non Performing Loan

Page 19: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

39

(NPL) maka besarnya Return On Asset (ROA) adalah 5,18,- dan nilai b = - 0,43 tanda

negatif menandakan bahwa hubungan antara Non Performing Loan (NPL) dengan

Return On Asset (ROA) adalah negatif, atau setiap kenaikan Non Performing Loan

(NPL) 1% maka akan menurunkan nilai Return On Asset (ROA) sebesar 0,43 %.

3.3 Analisa Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Asset (ROA)

3.3.1 Uji Koefisien Korelasi

Berdasarkan tabel III.1 dan tabel III.2 , yang menjelaskan tentang perhitungan

dari Rasio Non Performing Loan (NPL) serta rasio Return On Asset (ROA) dari tahun

triwulan 1 s/d 4 tahun 2012 s/d 2015 PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. dapat

diketahui pengujian dengan metode koefisien korelasi antara Non Performing Loan

(NPL) dengan Return On Asset (ROA) maka hipotesis yang dapat dibentuk sebagai

berikut:

a. Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara Non Performing Loan (NPL) dengan

Return On Asset (ROA).

b. Ha: Ada hubungan signifikan antara Non Performing Loan (NPL) dengan Return

On Asset (ROA).

Dengan syarat:

Jika sig > 0,05 maka Ho diterima.

Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak

Page 20: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

40

Tabel III.4

Correlations

ROA NPL

Pearson Correlation ROA 1.000 -.703

NPL -.703 1.000

Sig. (1-tailed) ROA . .001

NPL .001 .

N ROA 16 16

NPL 16 16

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Sumber: SPSS Versi 2.1

Berdasarkan Tabel III.4 di atas dapat diketahui bahwa nilai Signifikan senilai

0.001 < 0.05 maka keputusan Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan signifikan antara Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset

(ROA).

Berdasarkan output diatas, diketahui koefisien korelasi (R) antara Non

Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asset (ROA) sebesar – 0.703. Nilai

koefisien korelasi sebesar – 0, 703 menunjukkan hubungan yang terjadi antara Non

Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset (ROA) adalah kuat, dan berlawanan

arah, artinya jika nilai Non Performing Loan (NPL) mengalami kenaikan maka nilai

Return On Asset (ROA) mengalami penurunan, sebaliknya jika nilai Non Performing

Loan (NPL) meurun maka nilai Return On Asset (ROA) akan meningkat.

Page 21: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

41

3.3.2 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2) untuk variabel bebas NPL (X)

terhadap variabel terikat ROA (Y). Koefisien Determinasi ini digunakan untuk

mengetahui seberapa besar nilai prosentase kontribusi variabel bebas terhadap variabel

terikat. Adapun hipotesis yang terbentuk adalah:

a. Ho: Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh terhadap Return On Asset

(ROA).

b. Ha: Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terghadap Return On Asset (ROA).

Dengan syarat:

Jika sig > 0,05 maka Ho diterima.

Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak.

Tabel III.5

Model Summaryb

Model R R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error of

the

Estimate

Change Statistics Durbin-

Watson R Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 .703a .494 .458 .28429 .494 13.658 1 14 .002 1.035

a. Predictors: (Constant), NPL

b. Dependent Variable: ROA

Sumber: SPSS Versi 2.1

Dari tabel Model Summary diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikan senilai

0,002, (0,002 < 0,05) sehingga Ho ditolak, yang artinya ada pengaruh signifikan antara

Page 22: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

42

Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Tabungan

Negara.

Dengan demikian dapat dihitung koefisien determinasi dengan rumus:

Koefisien Determinasi = r2 x 100%

= (0,703)2 x 100 %

= 49,42 %

Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Non Performing Loan (NPL)

terhadap Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Tabungan Negara triwulan 1 s/d 4

tahun 2012 s/d 2015 sebesar 49,42 %, sedangkan sisanya sebesar 50,57% dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini.

3.3.3 Uji Persamaan Regresi

Pada analisis ini akan dijelaskan hasil persamaan regresi linier sederhana untuk

mengetahui angka konstan, dan uji hipotesis signifikan koefisien regresi. Persamaan

regresi adalah Y = a + b X. Untuk menganalisannya dapat menggunakan perumusan

masalah sebagai berikut:

Apakah regresi yang terbentuk signifikan?

Hipotesis:

Ho: Regresi yang terbentuk tidak signifikan.

Ha: Regresi yang terbentuk signifikan.

Dengan syarat:

Jika sig > 0,05 maka Ho diterima.

Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak

Page 23: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

43

Untuk mengetahui apakah regresi yang terbentuk signifikan dapat dilihat dari

tabel di bawah:

Tabel III.6

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 1.104 1 1.104 13.658 .002b

Residual 1.132 14 .081

Total 2.235 15

a. Dependent Variable: ROA

b. Predictors: (Constant), NPL

Sumber: SPSS Versi 2.1

Dari hasil tabel ANOVA tersebut diperoleh sig sebesar 0.002 (0,002 < 0,05)

Yang berarti bahwa Ho ditolak yang artinya regresi yang terbentuk signifikan. Dan

untuk mengetahui nilai konstanta dan angka koefisien regresi yang terbentuk dapat

dilihat dari tabel coefficients.

Tabel III.7

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.585 .535 6.704 .000

NPL -.456 .123 -.703 -3.696 .002

a. Dependent Variable: ROA

Sumber: SPSS Versi 2.1

Page 24: BAB III PEMBAHASAN · 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk

44

Pada tabel coefficients dapat diketahui bahwa dengan persamaan regresi:

Y = a + bX

Y = 3,585 + (-0,456) X

Dimana angka-angka dapat diartikan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 3,585,- artinya adalah jika Non Performing Loan (NPL) (X)

nilainya adalah 0 maka Return On Asset (ROA) (Y) adalah positif sebesar 3,585.

2. Koefisien regresi variabel Non Performing Loan (NPL) (X) sebesar -0,456 ,-artinya

jika Non Performing Loan (NPL) Rp. 1 maka Return On Asset (ROA) (Y) akan

mengalami penurunan sebesar Rp. 0,456. Koefisien bernilai negatif yang artinya

terjadi hubungan antara Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Asset

(ROA) negatif signifikan yakni jika Non Performing Loan (NPL) meningkat maka

Return On Asset (ROA) akan menurun dan sebaliknya, jika Non Performing Loan

(NPL) menurun maka Return On Asset (ROA) akan meningkat.