bab iii penyajian data a. deskripsi subyek, obyek dan ...digilib.uinsby.ac.id/518/4/bab 3.pdf ·...
TRANSCRIPT
69
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah para comic Stand Up Indo Surabaya mulai dari comic
baru sampai dengan comic lama hingga sampai pada pendiri dari Stand Up Indo
Surabaya serta sebagai penguat data penelitian peneliti menggunakan audiens sebagai
orang yang mengetahui gaya atau style yang biasa digunakan dalam ber-Stand Up yang
dipilih secara purposive sampling.
a. Angga Prameswara, selaku pendiri komunitas Stand Up Indo Surabaya. Alasan
peneliti memilih subyek ini karena selain pendiri dari komunitas Stand Up Indo
Surabaya Angga juga sebagai comic yang berpengaruh terhadap perkembangan
komunitas.
Jadi, dengan adanya subyek penelitian ini dapat diperoleh bagaimana gaya
komunikasi yang dilakukan komunitas Stand Up Indo Surabaya. Apalagi, Angga
juga mempunyai background sebagai public speaker karena kegiatannya selain jadi
comic di komunitas Stand Up Indo Surabaya setiap harinya juga menjadi Master of
Ceremony di setiap event serta seorang penyiar radio di salah satu stasiun radio
Surabaya.
62
70
Sehingga sudah pasti mengetahui akan gaya komunikasi yang dilakukan para
comic di komunitas Stand Up Indo Surabaya serta perkembangan dan prestasi –
prestasi yang pernah diraih oleh komunitas ini.
b. Arif Alfiansyah, selaku comic lama di komunitas Stand Up Indo Surabaya. Alasan
peneliti memilih subyek ini karena Arif selain seorang comic lama dia juga sering
mentorehkan prestasi terhadap komunitas Stand Up Indo Surabaya. Dengan usia
yang sangat muda yakni 23 tahun Arif pernah mengikuti tour Stand Up Comedy di
seluruh Indonesia dan berbagai macam prestasi telah diraihnya. Sehingga dengan
berbagai macam prestasi yang pernah Arif raih, sudah pasti mempunyai banyak
pengalaman serta mengetahui gaya komunikasi dan style yang menjadi ciri khas
komunitas Stand Up Indo Surabaya.
c. Ubed selaku comic baru di komunitas Stand Up Indo Surabaya. Alasan peneliti
memilih subyek ini, Ubed merupakan comic baru namun dia mampu membuat para
audiens tertawa dengan humoran cerdas yang disampaikannya. Karena Ubed juga
tergolong comic muda yang masih berusia 21 tahun serta seorang mahasiswa di salah
satu Universitas terkemuka di Surabaya. Sehingga dengan usianya yang masih muda
serta merupakan salah satu comic baru namun dia mampu membuat para audiens
tertawa dengan gaya dan style yang disampaikannya.
d. Agus selaku audiens di Rodo Cafe Surabaya. Alasan peneliti memilih subyek ini,
karena Agus merupakan salah satu audiens yang sering berkunjung di Rodo Cafe
Surabaya. Sudah pasti mengetahui gaya dan style yang biasa para comic gunakan
71
dalam menyampaikan humoran cerdasnya terhadap para pengunjung cafe. Sehingga
dengan menggunakan audiens sebagai subyek penelitian, peneliti memperoleh data –
data yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Deskripsi Obyek Penelitian
Obyek yang menjadi kajian dalam penelitian ini ialah keilmuan komunikasi yang
difokuskan pada gaya komunikasi yang meliputi proses penyampaian pesannya yang
dilakukan dengan menggunakan style atau gaya secara formal atau informal yang
bermaksud untuk melucu. Dengan demikian objek kajian dari penelitian ini adalah
komunikasi publik (public speaking).
Dalam buku 21st Century Communication: a Reference Handbook, yang di edit
William F.Eadie, Slagel mencatat: “Public speaking is a form communication that seeks
an outcome; public speakers seek not simply to express themselves but to have an effect
on their listeners”. Secara substansial, Slagel menjelaskan bahwa inti public speaking
adalah menyampaikan pesan bukan hanya dengan kata – kata (words), melainkan juga
bahasa tubuh (body), suara (voice), dan gambar (visual), dan lingkup public speaking
meliputi : retorika, pidato, master of ceremony, presenter, narasumber, speaker,
melawak, penceramah, khatib dan lain sebagainya. Perlu dipahami bahwa titik tolak
retorika adalah berbicara. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada
seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Berbicara
adalah kemampuan khusus manusia. Sehingga public speaking atau retorika modern
72
mencakup ingatan yang kuat, daya kreasi dan fantasi yang tinggi, teknik pengungkapan
yang tepat dan daya pembuktian serta penilaian yang tepat.59
3. Deskripsi Lokasi Penelitian
Untuk lokasi penelitian ini dilakukan di Rodo Cafe Surabaya jalan Arief Rahman
Hakim 26-A Surabaya. Peneliti menggunakan lokasi ini sebagai lokasi penelitian karena
tempat ini merupakan pusat aktivitas para comic ber-Stand Up. Meski demikian,
aktivitas ber-comic juga dilakukan di berbagai tempat (cafe) yang ada di Surabaya.
Berpindah – pindahnya lokasi ber-comic selain di Rodo Cafe merupakan langkah
mengatasi kejenuhan dan mencari suasana baru. di komunitas Stand Up Indo Surabaya
sering berpindah – pindah cafe ketika ber-stand up maka peneliti juga meneliti cafe lain
yang merupakan cafe pertama kali komunitas Stand Up Indo Surabaya ini mulai dikenal
oleh masyarakat luas yaitu Match Box Cafe yang hanya sebagai informan saja. Sehingga
dengan menggunakan dua tempat sebagai lokasi penelitian maka peneliti mendapatkan
data yang lebih dari yang diharapkan. Namun untuk fokus penelitian, peneliti tetap
berfokus pada satu tempat yaitu Rodo Cafe sebagai lokasi penelitian.
B. Deskripsi Data Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan metode observasi,
wawancara dalam bentuk rekaman maupun tertulis serta dokumentasi. Melalui metode
observasi, peneliti mengumpulkan data dengan cara mengamati dan mencatat fenomena
59
Ibid.hal 16.
73
yang ada melalui penglihatan dan pendengaran pada aktifitas gaya komunikasi komunitas
Stand Up Indo Surabaya.
1. Profil komunitas Stand Up Indo Surabaya.
a. Sejarah Komunitas
Awal terbentuknya komunitas Stand Up Indo Surabaya, tidak terlepas dari
kemunculan Stand Up Comedy di Indonesia. Setelah Kompas TV membuat
program pencarian bakat Stand Up Comedy yakni Stand Up Comedy Indonesia
(SUCI). Selanjutnya berkembang dengan dibentuknya komunitas pecinta Stand Up
Comedy Indonesia. Sehingga dengan kemunculan komunitas Stand Up Indo dari
berbagai kota anak – anak muda di Surabaya yaitu Angga Prameswara, Arthur
Martin Lyod, dan Kykan merasa tertarik untuk membuat komunitas Stand Up
Comedy di Surabaya.
Maka komunitas Stand Up Indo Surabaya tepatnya pada 12 oktober 2011
dibentuk dan diprakarsai oleh tiga orang pemuda yakni Angga Prameswara, Kykan,
dan Arthur Martin Lyod mereka dengan background yang berbeda namun punya
keinginan yang sama yakni ingin membentuk orang – orang lucu di Surabaya.
Karena sebenarnya banyak orang – orang yang lucu di Surabaya namun tidak ada
tempat bagi mereka untuk melucu sambil mendapatkan penghasilan. Sehingga
dengan adanya komunitas Stand Up Indo Surabaya ini sebagai tempat bagi mereka
yang ingin berkarya dan menghibur orang lain melalui humor – humor cerdas.
Stand Up Indo Surabaya ini pada awalnya hanya ada di satu cafe yakni
Match Box Cafe yang ada di jalan Jawa Surabaya, namun untuk memperluas
74
jaringan serta supaya comedy ini tidak membosankan sehingga mereka berinisiatif
untuk tidak hanya ada di satu cafe namun di beberapa cafe yang ada di Surabaya.
Sehingga Stand Up Comedy ini mengalami kemajuan yang sangat pesat dan pada
akhirnya banyak Universitas – universitas terkemuka di Surabaya membentuk suatu
komunitas Stand Up Comedy di Universitas mereka. Maka karena itulah komunitas
Stand Up Indo Surabaya ini dibentuk.
Seperti yang disampaikan oleh Angga Prameswara selaku bapak dari
komunitas Stand Up Indo Surabaya.
“Ya pada awalnya sih aku seneng ngobrol sama orang-orang dengan
background-ku sendiri adalah public speaking, penyiar radio, dan MC dengan
itu aku ingin menyalurkan kepada anak-anak karena harapanku adalah anak –
anak yang ikut mempunyai kemampuan untuk berbicara di depan umumnamun
wadahnya kan ndak tau, apakah kita bikin kelas workshop? atau apa? sehingga
solusinya disini kita membentuk komunitas Stand Up Comedy dengan tiga
orang yakni aku, Kikan dan Artur. Namun diwaktu yang terus berjalan pada
akhirnya Kikan mundur karena kerjaan dan Arthur pun juga mundur karena
kerjaan akhirnya aku yang mempunyai tanggung jawab moral kepada anak-
anak. Sehingga dari situlah aku dan teman – teman membuat komunitas ini.”60
Hampir senada Angga dan Arif lebih melihat pembentukan komunitas ini
tidak hanya sekedar hiburan semata tapi menjadi komunitas Stand Up Comedy
sebagai pola lawak alternatif yang menghibur tapi juga mencerdaskan.
“Ya, seperti yang disampaikan mas angga memang benar tapi perlu di
ingat bahwa dengan adanya komunitas Stand Up Comedy ini selain sebagai
tempat dan wadah bagi para comic namun kami ingin agar masyarakat itu
terhibur tapi juga cerdas oleh karena itulah komunitas ini terbentuk.”61
60
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan angga prameswara di Sutos Surabaya,
pada tanggal 02 Desember 2013 Jam 15.00. 61
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan arif alfiansyah di Rodo Cafe
Surabaya, pada tanggal 04 Desember 2013 Jam 23.00.
75
Selanjutnya seiring dengan berjalannya waktu komunitas ini berkembang
dengan sangat pesat. Yang pada awalnya mereka hanya melakukan pertunjukan di
satu cafe yaitu Match Box Cafe tepatnya yang berada di jalan Jawa No.33 Surabaya
namun sekarang komunitas ini tampil diberbagai cafe yang ada di Surabaya. Dan
salah satu cafe yang menjadi tempat penelitian peneliti adalah Rodo Cafe Surabaya
yang berada di jalan Arief Rahman Hakim Nomer 26-A Surabaya. Cafe ini biasa
digunakan sebagai acara rutin para comic Surabaya untuk open mic setiap 2 minggu
sekali pada hari rabu jam 19.00.
Namun tidak hanya disitu saja komunitas Stand Up Indo Surabaya ini mulai
sering mengadakan event – event besar untuk lebih mengenalkan Stand Up Comedy
serta mereka juga lebih sering melakukan kunjungan ke sekolah – sekolah dan
Universitas – universitas di Surabaya. Dengan melakukan kegiatan rutin seperti
itulah komunitas ini menjadi besar dan mulai digemari oleh anak muda di
Surabaya. Hal ini terbukti ketika komunitas ini mengadakan event besar dengan
mengenakan biaya tiket masuk yang cukup mahal ternyata banyak pengunjung
yang datang untuk menyaksikan komunitas ini untuk tampil. Berikut adalah hasil
wawancara dengan Angga Prameswara mengenai perkembangan komunitas Stand
Up Indo Surabaya yakni :
“Perkembangan komunitas ini semakin besar sangat besar malahan,
semakin luas jadi pada awalnya kita kumpul-kumpul kita hore-hore kita open
mic pada akhirnya kita pada posisi menjadi EO “Event Organizer” kita
mengadakan event-event sendiri, habis itu kita mengadakan tour para comic
untuk belajar bersama jadi kita bisa belajar banyak hal. Perkembangannya jadi
banyak hal tapi perkembangannya tidak hanya untuk kita tapi untuk audiens
juga kita punya tanggung jawab untuk mengembangkan audiens karena
76
memang itu yang aku bentuk dari awal, audiens itu aku bentuk dari sisi siapa
saja yang nonton, berapa rupiah mereka harus membeli tiket-tiket kami. Dari
awalnya angka 20ribu sampai sekarang 65ribu mereka mau mengeluarkan uang
untuk itu, jadikan itu bisa dibilang perkembangannya cukup bagus dari sisi
penonton. Tugas kita itu tidak hanya berkembang untuk diri sendiri tapi kita
juga punya tanggung jawab untuk mengembangkan kita dengan audiens. Stand
up itu giniloh kalian harus menghargai dengan harga angka seginiloh ini bukan
bercandaan yang biasa, karena apa? Kita adalah budaya baru kalau bukan yang
kita ngajarin siapa lagi? Nah, pada akhirnya jalannya seperti begitu juga.
Sangat luas kita jadi berbagai lini yang dulu pikirannya hanya hore-hore
ternyata enggak kita berkembang ke berbagai lini. Kita mengembangkan
kepada costumer dalam kutip costumer itu audiens, kita mengembangkan
kepada clien dalam arti kita ke brand-brand yang sudah hirigh kita seperti
telkomsel apa im3 semuanya, ke tv-tv kita juga mengembangkan kita ke orang-
orang juga jadi bentuk komunikasinya luas juga.”62
b. Profil Para Comic ( Pelaku Stand Up Comedy )
Pelaku Stand Up Comedy ini biasa disebut dengan “stand up comic” atau
secara singkat disebut dengan sebutan “comic”. Para comic ini memberikan
memberikan beragam cerita humor, lelucon pendek atau kritik – kritik berupa
sindiran terhadap sifatnya cenderung umum dengan berbagai macam sajian gerakan
dan gaya. Beberapa comic pun menggunakan alat peraga untuk meningkatkan
performa mereka diatas panggung. Dan tak mustahil jika terdapat lelucon yang
berbau cabul, rasis dan vulgar di Stand Up Comedy. Mereka biasanya membuat
script dan catatan – catatan kecil dalam rangka untuk mempermudah mereka dalam
berkomedi.
62
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan angga prameswara di Sutos Surabaya,
pada tanggal 02 Desember 2013 Jam 15.00.
77
Komunitas Stand Up Indo Surabaya sendiri telah memunculkan comic –
comic baru yang dikenal secara luas oleh para pecinta Stand Up Comedy
diantaranya adalah :
1) Angga Prameswara
Angga Prameswara adalah seorang comic sekaligus pendiri komunitas
Stand Up Indo Surabaya. Angga biasa dikenal terutama dengan humor –
humoran cerdas yang menggunakan audiens sabagai bahan materinya sehingga
humor – humorannya berinteraksi langsung dengan audiens.
Materi comedy yang disampaikan oleh Angga, belakangan saat ini
umumnya berfokus pada sindiran serta memainkan linguistik sebagai ciri
khasnya. Dengan ciri khasnya tersebut Angga mampu membuat audiens
menggemari dirinya, sehingga ketika Angga berada dalam satu cafe maka cafe
tersebut selalu dipenuhi oleh teriakan dan tertawa audiens akan penampilan
Angga.
Prestasi yang pernah diraih oleh Angga adalah mampu melahirkan
comic – comic Surabaya yang berprestasi di Stand Up Comedy serta
membesarkan Stand Up Indo Surabaya bagi dia merupakan salah satu prestasi
yang sangat membanggakan. Oleh karena itu tak “heran” banyak yang
menganggapnya adalah “bapak” bagi Stand Up Indo Surabaya.
2) Arif Alfiansyah
78
Arif Alfiansyah adalah comic yang bergabung pada bulan January 2012
dengan motivasinya ingin meng – eksplor kemampuannya dalam ber – Stand
Up dan menambah saudara dalam sebuah komunitas.
Arif dikenal dengan sebutan kecil – kecil cabe rawit. Karena dengan
tubuhnya yang kecil dia mampu membuat para audiens tertawa dan tidak bosan
akan melihat penampilannya. Dengan menggunakan act – out yang berlebihan
sebagai ciri khas dan karakternya, dia mampu membuat cerita yang
disampaikannya benar – benar nyata sehingga cerita itu terasa hidup dan bisa
lebih mengena terhadap audiens. Tak heran jika banyak prestasi yang pernah
diraih, seperti menjuarai event Stand Up Comedy KFC juara 1 pada bulan
desember 2012, juara 3 street comedy di Metro TV, melakukan typing di salah
satu stasiun televisi nasional, dan peraih golden ticket SUCI season 3 audisi
Jakarta.
Dengan berbagai macam prestasi yang pernah diraih oleh Arif, comic
ini dianggap termasuk salah satu comic yang sukses. Sehingga tidak sedikit
audiens yang mengidolakan bahkan comic – comic baru yang meniru gayanya.
3) Ubed
Ubed adalah comic yang baru bergabung dengan komunitas Stand Up
Indo Surabaya. Dengan motivasi dia untuk mendapatkan ilmu tentang Stand
Up Comedy serta menambah saudara dalam komunitas ini. Ubed termasuk
comic muda yang masih berumur 21 tahun namun dia mampu membuat acara
dalam Stand Up Comedy meriah akan penampilannya. Dengan ciri khasnya dia
79
yaitu menyerang fisiknya sendiri atau dengan wajahnya yang unik sehingga dia
menggunakannya sebagai isi dalam ceritanya. Karena banyak audiens yang
tertawa ketika dia tampil di panggung, bahkan sebelum dia tampil pun audiens
tertawa akan melihat wajah dari Ubed sendiri.
Sehingga banyak yang menganggap Ubed seperti artis lawak comedy
yaitu Dono (warkop DKI). Dengan kelebihan itulah membuat Ubed seperti
artis dalam komunitas Stand Up Indo Surabaya.
a. Profil Stand Up Indo Surabaya
Nama Komunitas : Stand Up Indo Surabaya
Berdiri Sejak : 12 Oktober 2011
Pendiri : Angga Prameswara, Arthur Martin Lyod,
Kykan.
Twitter : @StandUpIndo_Sby
b. Visi dan Misi
Visi
“Menjadi barometer Stand Up Comedy di Indonesia”
Misi
“Untuk membentuk manusia-manusia lucu dengan humoran cerdas”
80
c. Logo Komunitas
Sumber : https://twitter.com/StandUpIndo_SBY
d. Struktur Komunitas
Struktur komunitas dibentuk untuk memperjelas pembagian tugas kerja
dalam mencapai tujuan komunitas yang telah digariskan bersama dengan
memberikan batasan kewenangan dalam melaksanakan fungsi tanggung jawab. Di
komunitas Stand Up Indo Surabaya ini terdapat 1 ketua, 1 koordinator Event
Organizer, dan para comic. Karena komunitas ini merupakan komunitas yang
tidak terikat maka untuk jumlah dari para comic tidak tentu karena banyak comic
yang keluar masuk dalam komunitas ini. Dan untuk lebih jelasnya, pada gambar
berikut ini dapat dilihat struktur komunitas yang ada di Stand Up Indo Surabaya.
81
STRUKTUR KOMUNITAS
STAND UP INDO SBY
2. Deskripsi Data Tentang Proses Komunikasi Komunitas Stand Up Indo Surabaya
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan
komunikasi yang efektif sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya. Proses
komunikasi, banyak melalui perkembangan. Proses komunikasi dapat terjadi apabila
ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif
komunikasi.63
Dengan kata lain proses komunikasi juga akan menentukan keberhasilan
komunikator terhadap pesan yang disampaikan kepada komunikan sehingga
mendapatkan feedback dari komunikan.
63
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_komunikasi ( Diakses pada tanggal 3 maret 2014. Jam 23:18 ).
BAPAK KOMUNITAS
STAND UP INDO SBY
Angga Prameswara
KOORDINATOR EO
Arif Alfiansyah
COMIC KOMUNITAS
STAND UP INDO SBY
82
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti ketika melihat proses ber-Stand
Up Comedy para comic di Rodo Cafe dengan acara – acara Stand Up Comedy yang ada
di televisi sangat berbeda sekali. Ketika di Rodo Cafe para comic baru dan para audiens
dipersilahkan untuk mengisi acara pembukaan yaitu open mic, dalam acara open mic itu
hanya di isi oleh para comic baru dan para audiens yang ingin mencoba untuk ber-Stand
Up. Kemudian setelah acara open mic selesai ternyata acara tersebut dilanjutkan lagi
oleh MC, dan MC itu tidak lain lagi adalah comic lama. Yang kemudian MC me –
review kembali joke – joke dan cerita yang telah disampaikan oleh new comers. Dan
pada saat itulah terjadi sesuatu hal yang benar – benar tidak disangka, ternyata ketika
MC me – review joke – joke tersebut para comic lama mencuri ide tersebut yang
kemudian di kemas lagi sehingga menimbulkan cerita baru yang lebih menarik lagi.64
Dalam proses komunikasinya sendiri yang dilakukan oleh komunitas Stand Up
Indo Surabaya ada beberapa tahap diantaranya adalah:
a) Tahap open mic
Di dalam tahap open mic merupakan tahap ujian bagi para comic amatir
atau comic baru untuk menuju dunia profesional. Karena ini bertujuan untuk
menguji kemampuan para comic melempar materi – materi yang lebih fresh.
Dengan menggunakan para comic baru atau new comers performance sebagai
pembukaan sehingga mampu membuat audiens merasa tertarik dan tertantang
untuk melakukan open mic dalam satu panggung.
64
Hasil observasi pada tanggal 06 November 2013, pada jam 19.00 di Rodo Cafe Surabaya.
83
Namun untuk awal dari sebuah open mic para comic amatir membuat
catatan kecil terstruktur sebelum mereka tampil diatas panggung. Di dalam
catatan kecil terdapat dua skenario cerita yang pertama berdasarkan set up dan
yang kedua berdasarkan punch dari joke yang ditampilkan oleh comic.
Set up hanyalah sebagai penjelasan dari awal cerita yang disampaikannya
kemudian menggunakan punch line yaitu kata – kata kejutan yang membuat
audiens tertawa dalam sebuah joke yang disampaikan oleh comic. Namun
dikarenakan dalam penampilan ini adalah para comic amatir maka para comic
menggunakan kata – kata lucu yang bisa menghindarkan mereka dari kesan
“garing” yang disebut dengan tech line.
Dan susunan Stand Up Comedy di Rodo Cafe cukup manis, bahwa
pengunjung yang bukan anggota ikut terbawa dalam suasana canda yang cerdas.
“Awal ketika datang ke Rodo Cafe pada jam 19:00, saya sempat
bertanya-tanya seperti apakah Stand Up Comedy? Apakah seperti pada
acara di tv-tv? Ternyata dugaan saya kurang tepat. Karena Stand Up
Comedy yang ada di Rodo Cafe untuk pembukaan atau yang biasa
dinamakan open mic selalu dibuka oleh comic amatir dan pengunjung
sehingga acara memuncaknya terdapat pada akhir-akhir acara. Karena
pada akhir acara para comic senior mengemas kembali materi-materi
yang telah disampaikan oleh comic amatir sehingga ceritanya lebih
menarik daripada comic yang sebelumnya. Berbeda dengan acara Stand
Up Comedy yang ada di televisi, di televisi para comic yang mengisi
open mic adalah mereka yang sudah biasa tampil di acara-acara
televisi”65
65
Catatan lapangan pada tanggal 06 November 2013, pada jam 19.00 di Rodo Cafe Surabaya.
84
Dengan menggunakan tema dan cerita yang terstruktur pembawaannya
sebagai materi pada open mic maka cerita yang disampaikan oleh comic amatir
tidak akan “garing” sehingga membuat panggung Stand Up Comedy meriah.
b) Tahap Review
Tahap Review adalah tahap untuk melihat kejadian masa lalu. Di dalam
tahap ini seorang pembawa acara Stand Up Comedy melakukan flashback
terhadap cerita yang telah disampaikan oleh comic baru. Karena cerita yang
disampaikan oleh comic baru kurang bagus dan kurang bisa menarik perhatian
audiens. Maka seorang pembawa acara Stand Up Comedy melakukan tugasnya
yaitu me-review kembali materi cerita yang telah disampaikan oleh comic
sebelumnya. Pembawa acara tersebut merupakan termasuk bagian dari comic
komunitas Stand Up Indo Surabaya.
Ketika seorang pembawa acara me-review kembali dari cerita comic amatir,
seorang comic lama sebelum menampilkan ceritanya dia menulis ulang cerita yang
telah disampaikan oleh comic amatir dan memasukkannya kedalam catatan
kecilnya. Dan menambahkan joke – joke dalam cerita tersebut.
Namun untuk menambahkan joke – joke dalam cerita tersebut seorang comic
lama harus pandai memilih kata atau punch line supaya dalam penampilannya nanti
tidak terdapat kata – kata yang membuat audiens menjadi “garing”. Sehingga pada
tahap review seorang comic lama harus lebih berhati – hati dan teliti dalam
mengamati cerita – cerita yang telah disampaikan oleh comic amatir untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
85
Dalam menambahkan joke – joke yang perlu diperhatikan oleh seorang
comic adalah joke prospector writing system atau cara penulisan jokes yang terdiri
dua bagian yaitu joke map dan joke mine.
Dengan menggunakan joke map maka cerita yang disampaikan oleh seorang
comic akan lebih teratur. Karena dalam joke map merupakan bagian pertama dari
joke prospector writing system yang dimulai dengan topik, menciptakan punch
premise, menciptakan joke yang hanya untuk penjelasan, dan menyimpulkannya
dengan menulis set up.
“Ketika di Rodo Cafe tepatnya jam 20.00 saya sempat melihat dan
bertanya-tanya apa yang dilakukan para comic lama terhadap comic baru ketika
mereka tampil, Apakah comic lama hanya diam saja ketika comic baru tampil?
Ternyata dugaan saya kurang tepat. Mereka malah menulis kembali cerita yang
telah disampaikan, kemudian mengulangnya dalam satu panggung yang
berbeda waktu. Dengan menggunakan cerita-cerita dari comic baru, comic
lama mengemasnya lebih cerdas dan menambahkan joke-joke terhadap cerita
tersebut.”66
c) Tahap Closing Line
Pada tahap ini merupakan tahap yang ditunggu-tunggu oleh para audiens
yaitu closing line yang berarti tahap joke terakhir dari penampilan comic yang
harusnya mendapat sambutan besar. Dalam tahap ini senior performance
melakukan tugasnya sebagai closing line. Comic senior akan tampil dengan
menggunakan materi – materi dari comic baru namun dikemas lagi sehingga materi
yang disampaikannya lebih menarik. Karena materi yang disampaikan oleh comic
66
Catatan lapangan pada tanggal 06 November 2013, pada jam 20.00 di Rodo Cafe Surabaya.
86
lama juga terinspirasi dari penampilan para comic amatir sehingga dalam
penampilan senior performance akan lebih bagus dari comic amatir.
Pada tahap closing line terdapat dua tahap yaitu :
1) Rewrapping Stand
Rewrapping Stand merupakan proses pengemasan materi cerita dari
comic senior terhadap materi yang telah disampaikan olehcomic amatir.
Sehingga pada tahap ini membutuhkan kecerdasan dan kreatifitasan seorang
comic senior dalam mengemas sebuah materi yang telah disampaikan oleh
comic amatir untuk membuat materi yang disampaikannya lebih menarik.
Karena dalam proses pengemasan setiap penampilan senior
performance terdapat joke – joke baru yang terinspirasi dari penampilan comic
amatir dengan menambahkan cerita baru yang berdasarkan fenomena yang
terjadi pada saat ini dan telah menjadi problematika. Kemudian fenomena
tersebut dikemas dengan menggunakan joke – joke lucu untuk menambah
kelucuan cerita pada tahap closing line.
2) Newstory for Stand
Newstory for Stand merupakan materi baru yang disampaikan oleh
comic senior terhadap audiens. Dalam isi materi baru yang disampaikannya
merupakan materi yang terinspirasi dari materi cerita comic amatir yang telah
di kemas oleh comic senior. Isi dari cerita yang disampaikannya tidak terlepas
dari materi yang telah disampaikan oleh comic amatir, namun ada penambahan
87
joke – joke serta cerita sehingga dalam penampilan ini merupakan puncak dari
panggung Stand Up Comedy.
“Ketika di Rodo Cafe tepatnya jam 22.00 saya melihat banyak
comic dengan wajah lama yang lagi serius merhatiin penampilan para
comic amatir yang sedang tampil, saya sempat berpikir dan bertanya-
tanya apa yang sedang mereka lakukan para comic tersebut? Kenapa
tidak ikut tampil untuk mengisi open mic? Ternyata mereka tidak
sekedar merhatiin saja, tapi juga memasukkan joke-joke yang telah
disampaikan oleh comic amatir kedalam catatan kecilnya. Dan pada
tahap-tahap akhir ternyata mereka mereview kembali dan mengemas
joke-joke yang telah disampaikan oleh comic amatir yang kemudian
materi-materi tersebut dikembangkan lagi oleh comic senior dengan
materi baru yang terinspirasi dari comic sebelumnya. Akhirnya saya dan
audiens dibuat terkejut serta tertawa oleh penampilannya karena dari
joke-joke yang hanya biasa-biasa saja mereka bisa “menyulapnya”
menjadi joke-joke yang lucu dan bahkan bisa mengedukasi para comic
amatir serta para audiens juga.”67
Sehingga dengan menggunakan alur cerita yang tepat sebagai proses
komunikasinya, akan membuat acara tersebut lebih menarik. Karena dalam
proses penyampaian pesannya comic lama membuat kesimpulan dari semua
cerita yang disampaikan oleh comic baru yang kemudian diringkas dan
disampaikan kembali kepada para audiens. Sehingga dengan alur cerita seperti
itu seakan – akan cerita yang disampaikan oleh seluruh comic masih berada
dalam satu cerita satu panggung.
Dalam proses komunikasi yang perlu diperhatikan adalah komunikasi
yang terarah dan interaktif. Karena dengan komunikasi yang terarah dan
interaktif akan mampu menghasilkan feedback dari audiens. Sehingga cerita
67
Catatan lapangan pada tanggal 06 November 2013, pada jam 22.00 di Rodo Cafe Surabaya.
88
yang disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan menimbulkan efek
terhadap komunikan. Karena komunikasi bisa dikatakan berhasil ketika pesan
yang disampaikan oleh komunikator mampu dipahami dan kemudian
menimbulkan efek yaitu komunikan membalasnya dengan lanjutan cerita yang
dimaksud oleh komunikator.
Apalagi dalam sebuah show yang dilakukan oleh komunitas Stand Up
Indo Surabaya ini, maka komunikasi yang interaktif sangat diperlukan guna
mendapatkan respon dari audiens. Sehingga humoran yang disampaikan comic
menjadi menarik serta mendidik para audiens.
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara terhadap Agus sebagai
audiens mengenai proses komunikasi yang dilakukan oleh komunitas Stand Up
Indo Surabaya sebagai berikut :
“Komunikasi yang dilakukan oleh komedian terhadap audiens itu
sangat interaktif, terbukti bahwa setiap obrolan yang dilakukan
komedian terhadap audiens itu ada feedback bisa membuat audiens itu
ketawa.”68
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti ketika melihat proses
ber-Stand Up Comedy dari Rodo Cafe ke Cafe lain dengan comic yang sama
terdapat beberapa joke yang sama yang pernah dimainkan di cafe sebelumnya
dengan karakter dan tema yang sama.69
68
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan agus di MatchBox Cafe Surabaya,
pada tanggal 10 Desember 2013 Jam 21.00. 69
Hasil observasi pada tanggal 03 Desember 2013 dan 04 Desember 2013, pada jam 19.00 di Rodo Cafe
Surabaya dan Matchbox Cafe Surabaya.
89
Dalam mengadakan event para comic Stand Up Comedy di Rodo Cafe
menggunakan sedikit lawakan mereka di cafe sebagai persiapan untuk acara
event besar yang akan dilakukan oleh para comic Stand Up Indo Surabaya.
Sehingga dengan membuat para audiens menjadi penasaran akan lawakan yang
akan dipersiapkan untuk event Stand Up Indo Surabaya. Maka audiens akan
lebih tertarik untuk mengikuti event yang diadakan para comic tersebut.
“Ketika datang ke Match Box Cafe pada jam 19.00 saya sempat
bertanya-tanya sama teman kelompok dari komunitas Stand Up Comedy
tersebut, kenapa cerita lawakannya itu hanya setengah? Ternyata
sebelum terselenggaranya event besar para comic menjadikan Cafe
sebagai tempat untuk latihan mereka sehingga ketika event mulai
mereka bisa tampil lebih maksimal dalam menyampaikan lawakan
cerdas mereka dan membuat para audiens penasaran akan cerita yang
akan disampaikan oleh para comic.”70
“Untuk lebih memastikan lagi saya datang ke event tersebut sekitar
jam 19.00 di ITS, ternyata memang benar bahwa penampilan di Cafe –
cafe ketika menjelang event Cafe – cafe tersebut sebagai tempat mereka
untuk latihan dan terbukti ketika salah satu comic tampil ternyata materi
yang disampaikan itu hampir sama cuman diperluas lagi lebih menarik
sehingga membuat penampilannya tidak membosankan. Dan ketika
event tersebut jalan ternyata pada pembukaannya atau yang biasa
dikenal dengan sebutan open mic itu dibuka oleh para comic undangan
dari berbagi daerah. Mereka dengan gaya atau style mereka yang
berbeda membuat panggung Stand Up Comedy menjadi semakin manis
dan menarik, terdengar pula gelak tawa audiens yang semakin
memeriahkan event tersebut.”71
70
Catatan lapangan pada tanggal 06 November 2013, pada jam 19.00 di Match Box Cafe Surabaya. 71
Catatan lapangan pada tanggal 11 November 2013, pada jam 19.00 di ITS Surabaya
90
3. Deskripsi Data Tentang Gaya Komunikasi Yang Ingin Dikembangkan Oleh
Komunitas Stand Up Indo Surabaya.
Gaya komunikasi akan menentukan berhasil atau tidaknya komunikator
mempengaruhi komunikan. Sama halnya dalam panggung Stand Up Comedy. Dalam
penelitian ini gaya seorang comic dalam menyampaikan pesan terhadap audiens sangat
berpengaruh terhadap perkembangan komunitas Stand Up Indo Surabaya dan secara
psikis akan berpengaruh juga terhadap perkembangan diri comic. Karena ketika gaya
komunikasi yang dilakukan oleh comic tidak merangsang audiens maka pertunjukan
tersebut akan menjadi ujian terbesar bagi para comic dan pertunjukan tersebut dianggap
gagal.
Sehingga gaya komunikasi yang dilakukan oleh comic dari komunitas Stand Up
Indo Surabaya akan berpengaruh besar terhadap kemajuan komunitas. Karena dengan
gaya komunikasi yang unik, mereka mampu menjual gaya mereka kepada para audiens.
Gaya itulah sebagai ciri khas dan identitas para comic dalam ber – Stand Up.
Berikut adalah hasil wawancara peneliti dengan Angga Prameswara mengenai
gaya komunikasi yang dilakukan oleh para comic terhadap audiens di Rodo Cafe
Surabaya :
“Gaya dalam komunitas ini macam-macam karena tipe setiap anak-
anak itu berbeda-beda sehingga anak-anak mempunyai pesona untuk
dijual kepada audiens. Bahkan materi yang disampaikanpun juga
berbeda dan itu karena pencarian diri mereka, karena kembali pada style
sehingga aku gag bisa memaksa mereka untuk linguistik semua, aku
pingin anak-anak mengobrol semua dengan gerakan aku “gag” bisa
menyuruh anak-anak harus sama karakter dengan yang lainnya karena
itu adalah nilai jual mereka. Jadi dengan karakter itulah yang akan
91
menjadi nilai jual mereka sehingga nama mereka lebih bisa dikenal
dengan audiens.”72
Gaya komunikasi Angga terhadap komunitas serta Angga terhadap audiens itu
berbeda. Karena setiap orang mempunyai kelucuan sendiri – sendiri, ada yang lucu
karena dibuat – buat dan ada juga yang memang benaran lucu. Berikut adalah
wawancara dengan Angga :
“Komunikasi aku ke anak-anak itu biasa tidak seperti yang ada di
stand up karena tipenya sangat berbeda seperti Ubed ke audiens beda,
Arif ke audiens juga berbeda. Karena itu adalah pesona mereka.
Misalnya arif kalau ngomong ke audiens dia menggunakan act-out
yang berlebihan, kan tidak mungkin juga ketika dia menyampaikan
kepada anak-anak dengan act-out yang berlebihan. Kalau aku ke
audiens lebih berinteraktif, yah karena aku kan host sehingga lebih
berinteraktif dengan audiens dan ke linguistiknya juga permainan
bahasa. Dan aku sama anak-anak juga ngobrol seperti biasa.”73
Dari hasil wawancara dan observasi kecenderungan Angga disetiap aksinya
lebih menonjolkan permainan bahasa dengan menggunakan audiens sebagai isi dari
ceritanya. Permainan bahasa dalam Stand Up Comedy dikenal sebagai humor verbal.
Karena humor verbal pada dasarnya merupakan bentuk permainan kata atau permainan
bahasa.
Karena disetiap penampilannya Angga Prameswara selalu berinteraksi dengan
audiens untuk pembukaan awal dari ceritanya. Dan sering menggunakan permainan
72
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan angga prameswara di Sutos Surabaya,
pada tanggal 02 Desember 2013 Jam 15.00. 73
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan angga prameswara di Sutos Surabaya,
pada tanggal 02 Desember 2013 Jam 15.00.
92
bahasa disetiap cerita yang disampaikannya. Terbukti banyak audiens yang tertawa
akan penampilannya.
Untuk lebih mengetahui lagi mengenai gaya disetiap comic maka peneliti
melakukan wawancara lagi terhadap comic.
Hampir senada dengan Angga Prameswara dan Ubed gaya komunikasi yang
dilakukan komunitas Stand Up Indo Surabaya dengan menggunakan style dan gaya
yang berbeda – beda karena setiap comic mempunyai karakter yang berbeda namun
yang terpenting dalam Stand Up adalah kejujuran.
“Gaya komunikasi saya diatas panggung mungkin saya lebih
kepada kejujuran dalam berkomunikasi dengan apa adanya. Setiap
orang itu mempunyai gaya dan style yang berbeda-beda ada yang selalu
menggunakan style yang formal dan tidak formal bahkan menggunakan
pakaian yang unik namun itu tergantung dari karakter seseorang. Akan
tetapi untuk pengembangannya kita biasanya mengundang comic dari
luar untuk sharing namun itu sama, mungkin yang berbeda itu hanya
bahasanya seperti aku menjadi gue seperti itu. Tapi yang paling penting
gaya dalam stand up ini adalah kejujuran soalnya biasanya ada yang
berkomunikasi dengan cara yang dibuat-buat.”74
Disetiap pertunjukannya, Ubed sering menggunakan penampilan fisiknya
sebagai bahan untuk cerita diatas panggung atau disebut dengan self effacing. Karena
Ubed yang mempunyai wajah yang unik dan berparas seperti komedian “Dono Warkop
DKI” maka dalam penampilannya dia sering menyerang dirinya sendiri sehingga tidak
heran disetiap pertunjukannya audiens selalu tertawa sebelum Ubed bercerita.
74
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan ubed di Rodo Cafe Surabaya, pada
tanggal 06 November 2013 Jam 23.00.
93
“Ketika di Rodo Cafe sekitar jam 21.00, saya mendengar teriakan
audiens disekitar panggung Stand Up Comedy bertepatan dengan ubed
sewaktu dipanggil oleh MC untuk tampil. Saya sempat heran, ada apa
dengan ubed? Padahal orangnya saja belum muncul tapi teriakan dan
tertawaan audiens menyelimuti panggung, seperti seorang artis saja.
Ternyata benar ketika seorang ubed maju kedepan di atas panggung, dia
membuat saya shock dan tertawa atas penampilannya. Tidak hanya
diawal saja dia mampu menghipnotis audiens, tapi juga ketika bercerita
selalu mengkaitkan wajahnya dengan cerita yang disampaikannya. Jadi
disetiap pertunjukannya Ubed selalu menyerang dirinya sendiri dengan
cerita yang disampaikannya.”75
Hal tersebut juga di ungkapkan oleh Arif Alfiansyah, gaya komunikasi dalam
komunitas Stand Up Indo Surabaya mempunyai style dan gaya yang berbeda sesuai
dengan karakter seseorang. Karena dengan style dan gaya yang berbeda para comic
mudah untuk di ingat oleh audiens sesuai dengan karakter para comic.
“Gaya komunikasi seorang comic terhadap audiens mempunyai
gaya yang berbeda-beda. Ada yang bertipe act-out yang mengandalkan
gerakan, ada yang jago impresionis menirukan, main kata-kata, dan ada
yang jago memainkan dua peran. Untuk aku pribadi aku lebih
memainkan act-out atau gerakan yang lebih karena aku rasa dengan
gerakan yang lebih itu bisa lebih merealkan sehingga peran yang
dimainkan lebih kuat. Namun untuk saat ini aku juga mulai mengurangi
act-out yang berlebih dan belajar ke permainan kata atau verbal karena
Stand Up Comedy sendiri itu sebenarnya humor verbal.”76
Arif Alfiansyah disetiap aksi panggungnya selalu menyampaikan pesannya
dengan menggunakan gerakan tubuhnya. Karena dengan menggunakan gerakan Arif
mampu menguasai panggung show Stand Up Comedy. Tidak hanya itu saja, Arif juga
menggunakan humor verbal dengan memanfaatkan suaranya yang kecil sehingga Arif
75
Catatan lapangan pada tanggal 11 November 2013, pada jam 21.00 di Rodo Cafe Surabaya 76
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan arif alfiansyah di Rodo Cafe
Surabaya, pada tanggal 04 Desember 2013 Jam 23.00.
94
sering menggunakan dua peran dalam setiap aksinya. Maka dalam Stand Up Comedy
tidak hanya dilakukan melalui linguistik saja tetapi juga bisa dibantu dengan body
language atau bahasa tubuh, selain bahasa tubuh ekspresi dan mimik muka pun bisa
menjadi pilihan ketika linguistik tidak bisa membuat kelucuan.
Sesaat punchline atau momentum tertawa tidak berhasil melalui kata – kata
namun ditunjang dengan bahasa tubuh yang maksimal dipastikan penonton akan
tertawa. Hal ini body language juga ikut berperan seperti yang sering dilakukan oleh
Arif dalam menyampaikan humoran cerdasnya terhadap audiens.
Dari hasil wawancara dan observasi dapat diasumsikan bahwa seluruh comic
Stand Up Indo Surabaya mempunyai karakter dan gaya yang berbeda – beda dalam
menyampaikan pesannya terhadap audiens.
Semua jenis humor yang sering dilontarkan para komedian ketika berhasil
membuat tertawa para pendengarnya diakibatkan oleh humor yang terbentuk sebagai
“plesetan” fungsi bahasa. Permainan kata dan bahasa yang tidak lazim mampu
menciptakan situasi yang mengundang gelak tawa karena ketidaksesuaian konten yang
dibicarakan terhadap apa yang biasanya terjadi dalam fenomena kehidupan sehari –
hari.
Dalam penyampaian materinya tidak terlepas dari pesona seorang comic yang
menentukan gaya dan style seorang comic. Pesona seorang comic tidak serta merta
merupakan kepribadian aslinya. Karena pesona berkaitan erat dengan delivery atau
penyampaian materi seorang comic, tapi sebenarnya tidak terbatas pada itu saja. Pesona
bisa didapatkan dari gesture, ekspresi wajah, gaya berpakaian, sampai emosi yang
95
dibawakannya di atas panggung. Comic yang baik adalah pesonanya yang kuat,
sehingga membedakannya dari comic lainnya.
Pesona seorang comic bisa lahir dengan sendirinya terbawa oleh bit yang
dimilikinya atau dipersiapkan dengan matang secara sadar. Bagi seorang comic yang
beruntung, mereka dapat menemukan sendiri pesona uniknya hanya dengan sering
tampil dari panggung ke panggung. Namun ada beberapa comic yang sampai sekarang
bahkan pesonanya belum terbangun dengan baik.
Semakin unik pesona yang dimiliki seorang comic, maka akan semakin
membedakannya dengan comic lain. Semakin sering stand up, pesona akan semakin
terbentuk. Jika sudah menemukan pesona yang sesuai, maka ini akan semakin
membedakan dengan comic lainnya. Seperti yang diutarakan Angga Prameswara dalam
wawancara sebagai berikut :
“Type satu anak ke anak yang lain itu berbeda misalnya Arif ke
audiens beda, Dono ke audiens beda, ubed ke audiens beda, saddam ke
audiens itu beda, karena mereka punya yang namanya pesona. Pesona
itu yang mereka tampilkan untuk audiens itu tau karakternya itu kayak
gimana, oh Arif itu karakternya kayak gini, itu namanya pesona. Dan
dipastikan semua anak itu mempunyai alur omongan yang berbeda,
karakter yang berbeda itu juga pesona mereka, kayak barang jualannya
mereka. Karakter itu kan kayak gitu, brand. Misalnya kamu ngomong
sama klien orang akan melihat kamu kayak gimana nie pesonanya. ”77
77
Hasil wawancara mendalam observasi dokumentasi suara dengan Angga prameswara di Sutos
Surabaya, pada tanggal 02 Desember 2013 Jam 15.00.