bab iii peranan keiretsu, keterlibatan pemerintah …eprints.umm.ac.id/40586/4/bab iii.pdf ·...
TRANSCRIPT
71
BAB III
PERANAN KEIRETSU, KETERLIBATAN PEMERINTAH JEPANG,
DAN DAMPAK NASIONAL
3.1 Peran Keiretsu Network Terhadap Bisnis Otomotif di Indonesia
Pada bab ini akan menfokuskan terkait peran keiretsu di Indonesia yang
distimulus oleh kebijakan pemerintah Jepang sebagai aktor negara (state) dalam
menjembatani hubungan formal antara kelompok bisnis otomotif Jepang (TNC)
seperti Toyota yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi domestik Jepang
maupun Indonesia. Hadirnya sistem rantai pasok (Supply Chain Management)
dalam sektor industri otomotif di kawasan Asia Tenggara telah membantu
perekonomian negara yang tergabung dalam afiliasi perusahaan otomotif.
Jepang dan Indonesia sama-sama mendapatkan keuntungan dalam hal
teknis maupun finansial. Dalam hal teknis, Jepang dapat mempekerjakan para
teknisi di Indonesia, di mana hal tersebut telah mempermudah para pengusaha
otomotif Jepang dalam hal produksi dan distribusi barang. Biaya produksi rendah
dengan tingkat upah pekerja yang relatif lebih rendah daripada di negara-negara
maju (pelopor rezim teknologi-industri) yang didukung dengan kekayaan alam
menjadikan alasan mengapa Asia Tenggara menjadi penting bagi bisnis-industri
otomotif Jepang.
Hadirnya keiretsu dalam bidang otomotif telah menyokong (support)
pendapatan nasional negara Jepang melalui ekspansi perdagangan internasional.
72
Mekanisme jaringan keiretsu tetap menjadi pilihan bagi para pengusaha otomotif
Jepang untuk mendominasi bahkan memonopoli pasar otomotif Indonesia dengan
berdirinya pabrik-pabrik baru (termasuk industri suku cadang Toyota). Mengingat
ketersediaan Sumber Daya Alam (SDA) di Asia Tenggara yang melimpah, Toyota
Jepang seolah mencari rumah baru untuk memutar roda bisnis-industri otomotifnya
di wilayah tersebut.
Menjadi penting untuk mengetahui bagaimana hubungan integrasi atau
keterkaitan antara Jepang (state) dengan kelompok bisnis otomotif Jepang (TNC)
berjalan melalui bingkai B to G (Business to Government) 1 yang membawa
perusahaan-perusahaan otomotif Jepang begitu kuat peran serta kontribusinya
dalam perekonomian ASEAN dewasa ini.
Dalam ranah ini, keterlibatan atau intervensi kebijakan perdagangan (trade
policy) melalui rangkaian kerjasama ekonomi kawasan oleh pemerintah Jepang
menjadi kata kunci utamanya. Hal tersebut telah membuka celah bagi para
perusahaan otomotif asal Jepang dalam mendapatkan legitimasinya secara hukum
dan perundang-undangan yang berlaku di negara-negara mitra ASEAN dengan
terbukanya ekonomi kawasan baru (A new open regionalism)2 ASEAN.
Terbukanya ekonomi kawasan baru di ASEAN tersebut khususnya
berlaku bagi negara-negara Indochina yang menerapkan sistem sosialis, seperti
Vietnam, Kamboja, Laos dan Myanmar untuk menghapus hambatan tarif dan non-
1 Hubungan transaksional ‘B to G’ terjadi saat komponen pihaknya terdiri dari perusahaan dan
pemerintah. 2 Sekelompok negara baru yang setuju untuk mengurangi hambatan perdagangan secara MFN
(Most-Favored Nation : Komitmen kebijakan perdagangan non-diskriminatif yang ditawarkan oleh
satu negara ke negara lain secara timbal balik).
73
tarif (kuota) bagi masuknya bisnis-industri otomotif dari Jepang. Sebagai contoh,
negara sosialis Indochina Vietnam menyetujui Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik
(TPP) yang juga mengatur tentang pembebasan hambatan tarif dan non-tarif (kuota)
terhadap masuknya otomotif dari Jepang.
Vietnam yang notabenenya menerapkan Sistem Ekonomi Sosialis
menyetujui agenda pembebasan hambatan tarif masuk tersebut hingga 0% dalam
agenda program pasca diberlakukannya TPP kedepan. 3 Bagan 3.1 berikut
menunjukan agenda pembebasan hambatan tarif masuk bagi otomotif Jepang di
Vietnam.
Grafik 3.1
Agenda Penurunan Hambatan Tarif Masuk Untuk Kendaraan di Vietnam 4
3 Martin Schröder, Viet Nam’s Automotive Supplier Industry: Development Prospects under
Conditions of Free Trade and Global Production Networks, Department of Automotive Science,
ERIA Discussion Paper Series, May 2017, Kyushu University, hal. 15. 4 Ibid.
70% 70% 70%
63%
56%
49%
42%
35%
28%
21%
14%
7%
0%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0 2 4 6 8 10 12 14
Tin
gkat
Tar
if (
%)
Tahun Setelah TPP diberlakukan
Sumber : Trans-Pacific Partnership (TPP)
74
Hubungan antara kelompok bisnis dunia (dalam hal ini otomotif
multinasional Jepang; Toyota) dan pemerintahan Jepang penting untuk diketahui
sebelum menjawab bagaimana peran Keiretsu Network terhadap bisnis otomotif
Jepang di kawasan Asia Tenggara. Bagan 3.2 berikut menggambarkan hubungan
antara pemerintah dan kelompok bisnis Jepang yang saling terkait satu sama lain
untuk saling men-support pertumbuhan ekonomi domestik Jepang melalui konteks
perdagangan bebas.
Bagan 3.1
Segitiga Hubungan Tradisional Kelompok Bisnis dan
Pemerintahan di Jepang 5
Pada bagan di atas, aktor state dan kelompok bisnis dunia (MNC & TNC)
otomotif Jepang saling terintegrasi satu sama lain. Artinya, keduanya saling
menguatkan stabilitas keamanan negara Jepang melalui perekonomian bisnis global.
Birokrat berperan dalam pembuatan Undang-Undang dan kebijakan, sebagaimana
5 Whitney Long, The Traditional Government-Business Relationship in Japan dalam Presentation
on theme: "The Free Trade Movement", diakses dari http://slideplayer.com/slide/6387898/, hal.
47, (19/05/2017, 20.43).
POLITIKUS (i.g : Shinzo Abe, dll).
BISNIS DUNIA (i.g : Toyota, Honda,
Nissan, dll).
BIROKRAT (Pembuat UU,
Pembuat Kebijakan
i.g : LDP)
75
kontribusi kebijakan dari Partai Demokratik Liberal atau Liberal Democratic Party
(LDP). Posisi elit birokrat adalah penting dan independen daripada elit politikus
yang identik dengan citra kepentingan internal pribadi yang memungkinkan
terjadinya skandal dalam wewenangnya.6
Birokrat membawahi politikus yang berperan sebagai pengambil
keputusan dan kebijakan yang telah dirancang melalui UU lembaga birokrasi
Jepang, sedangkan kelompok bisnis beroriantasi terhadap ekspor barang dan
jasanya ke luar negeri. Namun demikian, ketiganya memiliki hak untuk melakukan
check and balance sesuai kebutuhan kondisi internal. 7 Regulasi ekspor-impor
kelompok bisnis-industri otomotif Jepang kemudian diatur dalam Kebijakan
Perdagangan Bebas negara Jepang.
Kebijakan Perdagangan Bebas (Free Trade Policy) Jepang yang mengatur
regulasi ekspor dan impor otomotif terhadap negara-negara mitra dagang ASEAN
cenderung lebih lunak daripada penetapan hambatan tarif dan non-tarif yang
dikenakan terhadap negara-negara mitra non-ASEAN (contohnya terhadap AS
yang merupakan sekutu terdekatnya sendiri). Jepang telah mengadakan
perundingan berkelanjutan untuk perjanjian perdagangan bebas Kemitraan
Ekonomi Komprehensif Regional sejak 2012 dengan beberapa negara, termasuk
negara anggota ASEAN melalui kerangka EPA (Economic Partnership Agreements)
yang digagas METI (Ministry of Economy, Trade and Industry).8
6 Ronald E. Dolan dan Robert L. Worden, Bureaucrats, Washington: GPO for the Library of
Congress, diakses dari http://countrystudies.us/japan/123.htm, (19/05/2017, 20.46). 7 Ibid. 8 Laman Resmi Export.Gov, Japan - Trade Agreements, diakses dari
https://www.export.gov/article?id=Japan-Trade-Agreements, (19/05/2017, 20.59).
76
METI atau Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang,
diorganisir menjadi banyak badan untuk merumuskan dan melaksanakan berbagai
kebijakan ekonomi, industri dan perdagangan, yang bertujuan untuk
mempromosikan perdagangan dan investasi Jepang, sekaligus mendorong
lingkungan bisnis yang kondusif untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi
Jepang. METI juga terdiri dari divisi-divisi yang dikelompokkan menurut wilayah
geografis dan juga fungsi, sekaligus sebagai biro dengan tanggung jawab utama
untuk menyelenggarakan partisipasi Jepang pada institusi multilateral serta
hubungan perdagangan bilateral dengan semua mitra dagang Jepang (termasuk
ASEAN).9
Kelompok bisnis (business group) otomotif swasta dalam jaringan
keiretsu sangat kuat peranannya dalam mempengaruhi perilaku aktor negara
(Jepang) dalam memainkan kebijakan politik luar negerinya pada bidang ekonomi
dan perdagangan internasional, terutama di sektor bisnis-industri otomotif. Jepang
memiliki kebijakan industri dengan sistem yang sangat rumit setelah PD II terutama
di tahun 1950-an dan 1960an yang bertujuan untuk mempromosikan
pengembangan industri dengan bekerjasama erat dengan perusahaan swasta
otomotif sebagaimana Toyota.
Alasannya ialah perusahaan swasta otomotif seperti Toyota memiliki
potensi kontribusi besar bagi perekonomian nasional Jepang. 10 Sehingga jelas
9 Trade Regulations of Japan, HKTDC Research, diakses dari http://hong-kong-economy-
research.hktdc.com/business-news/article/Small-Business-Resources/Trade-Regulations-of-
Japan/sbr/en/1/1X000000/1X006N03.htm, (19/05/2017, 20.52). 10 Martin Fackler, In Toyota Mess, Lesson for Japan,
http://www.nytimes.com/2010/02/09/business/global/09toyota.html, (01/01/2018, 18.28 WIB).
77
kepentingan aktor negara (Jepang) dan kelompok bisnis-industri otomotif swasta
seperti Toyota adalah sama dan terintegrasi dalam rangkaian pola B to G (Business
to Government).
Keiretsu memainkan peran kunci dalam restrukturisasi industri yang
menurun di Jepang pasca PD II. Pola hubungan integrasi negara (Jepang) dengan
kelompok bisnis keiretsu otomotif melalui kebijakan industri, dimaksudkan agar
dapat mengalihkan sumber daya (alam dan manusia) kedalam sektor industri
tertentu/khusus untuk mendapatkan keunggulan kompetitif internasional untuk
Jepang.11 Terdapat sebuah pola hubungan timbal balik antara kelompok keiretsu
otomotif (Toyota TNC) dengan negara beserta perananya di Indonesia sebagaimana
digambarkan pada bagan 3.2 berikut.
Bagan 3.2
Pola Hubungan Timbak Balik Antara
Kelompok TNC dan Negara 12
11 Martin Fackler, Op. Cit. 12 Dikelola dari beberapa sumber (ASEAN and East Asian International Relations: Regional
Delusion, The evolution of Japanese business networks in ASEAN countries, dll).
Mempengaruhi
perilaku/kebijakan
Menfasilitasi
Menfasilitasi
BUSINESS (B)
(Kelompok Bisnis Keiretsu
Otomotif Jepang di
Indonesia; PT Astra)
GOVERNMENT (G)
(Negara mitra Asia
Tenggara; Indonesia)
Kerjasama formal bilateral
dan multilateral
BUSINESS (B)
(Kelompok Keiretsu Otomotif
Jepang; Toyota TNC)
GOVERNMENT (G)
(Negara Jepang)
Membawahi kelompok
bisnis otomotif/anak
perusahaan
‘B to B’
‘G to G’
Berkontribusi thd
GNP
78
Catatan : Data di atas telah diolah guna menggambarkan pola hubungan timbal
balik antara kelompok perusahaan otomotif keiretsu Jepang sebagai subyek utama
yang difasilitasi oleh negara (Jepang) sebagai vendor dalam menjembatani
hubungan formal ‘G to G’ (hubungan antar pemerintah/negara Jepang-Asia
Tenggara) melalui ikatan kerjasama ekonomi bilateral maupun multilateral
(ASEAN).
Melalui pola hubungan timbal balik antara B to B hingga G to G dalam
pentas kerjasama bisnis-industri otomotif di kawasan Asia Tenggara tersebut,
keiretsu sebagai aktor TNC berhasil mendominasi pasar otomotif di kawasan Asia
Tenggara termasuk pada industri komponen.
Pemerintah Jepang melalui METI berupaya untuk terus menjembatani
kelompok bisnis otomotif seperti Toyota Motor Corp guna mengembangkan
ekspansi industri otomotif, seperti yang dilakukannya di Indonesia. Namun
demikian, Toyota Motor Corp berkomitmen untuk terus meningkatkan
pemberdayaan pemasok lokal (Indonesia) pada industri komponen.13 Sebaliknya,
Toyota telah berkontribusi dalam menyumbang pendapatan nasional Jepang
melalui kegiatan ekspor dan menjadi produsen mobil nomor 1 di dunia pada tahun
2007.14
Industri otomotif di kawasan Asia Tenggara menunjukkan pertumbuhan
yang kuat selama beberapa tahun terakhir. Penjualan kendaraan bermotor gabungan
di enam negara ASEAN utama, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina,
13 Septian Deny, Toyota Komitmen Tingkatkan Investasi Rp 20 Triliun hingga 2019, diakses dari
http://bisnis.liputan6.com/read/2628935/toyota-komitmen-tingkatkan-investasi-rp-20-triliun-
hingga-2019, (19/05/2017, 20.40). 14 Kimberly Amadeo, Japan's Economy: Abenomics, Recession and Impact on U.S. Economy: 7
Characteristics of Japan's Economy. diakses https://www.thebalance.com/japan-s-economy-
recession-effect-on-u-s-and-world-3306007, (19/05/2017, 20.46).
79
Vietnam, dan Singapura, mencapai 3,5 juta unit pada 2012, hampir dua kali lipat
dari angka penjualan tahun 2007 yang hanya menembus 1,9 juta unit. Penjualan
jenis sepeda motor dan skuter melonjak 44% dari 7,3 juta unit pada 2007 menjadi
10,5 juta unit pada 2012.15
Sedangkan dalam hal investasi di Indonesia, Jepang mulai menggeser
Singapura sebagai negara nomor satu yang paling banyak berinvestasi. 16 Selama
kuartal I-2013, total investasi Jepang di Indonesia mencapai 1,2 miliar rupiah atau
16,3% dari total penanaman modal asing (PMA) sebesar 65,5 triliun rupiah. Posisi
kedua ditempati oleh Amerika Serikat dengan investasi sebesar 900 juta dollar AS
(12,6%). Peningkatan investasi Jepang di Indonesia terutama berasal dari produsen
otomotif seperti Nissan, Toyota, dan Daihatsu.
Dalam bentuk tabel, total investasi Penanaman Modal Asing (PMA) Jepang
di Indonesia, menurut data Kemenperin RI (selama kuartal I-2013) diperoleh
sebagai berikut.17
Tabel 3.1
Negara Investor Terbesar di Indonesia (Q1-2013)
Posisi Negara Total Investasi (di Indonesia) Persentase Total PMA (Rp. 65,5 triliun)
1. Jepang Rp. 1,2 miliar 16,3%
2. Amerika 900 juta dollar AS 12,6%
3. Korea Selatan 800 juta dollar AS 11%
4. Singapura 600 juta dollar AS 8,7%
15 Rahmat Hadi Sucipto, Industri Otomotif Tetap Berkibar, diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/14/06/17/n7ar8835-industri-otomotif-tetap-
berkibar, (19/05/2017, 20.47). 16 Jepang Investor Nomor 1, Kemenperin RI, diakses dari
http://kemenperin.go.id/artikel/6113/Jepang-Investor-Nomor-Satu, (19/05/2017, 20.55). 17 Ibid.
80
5. Inggris 500 juta dollar AS 7,7%
dst. Negara lainnya (Gabungan) 43,7%
Bagi negara-negara Asia Tenggara khususnya Indonesia, Thailand, dan
Vietnam hadirnya Jepang sebagai kekuatan ekonomi besar dunia telah mendorong
negara-negara tersebut untuk bermitra baik dengan produsen otomotif nomor 1
dunia tersebut. Penanaman modal Jepang banyak mengalir ke industri manufaktur
dan jasa yang turut menciptakan lapangan kerja.18 Di tengah pertumbuhan industri
otomotif nasional, Indonesia memiliki beberapa pesaing berat dalam rangka
meningkatkan ekspor otomotif ke pasar ASEAN. Satu diantaranya ialah Thailand
yang telah menjadi basis teknologi pengembangan otomotif di Asia Tenggara.
Dalam produksi mobil, Thailand (pada 2016) masih berada di posisi paling atas di
wilayah ASEAN, sementara Indonesia merupakan pasar (domestik) mobil terbesar
di wilayah ini.19
Selain terus memproduksi kendaraan global yang berorientasi ekspor,
Indonesia juga memperkuat struktur industri otomotif melalui investasi di sektor
hulu bahan baku.20 Sebagai hasil, penjualan mobil di dalam negeri (Indonesia) pada
Juli 2012 mencapai 103.219 unit.21 Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan
Bermotor Indonesia (Gaikindo), peningkatan penjualan terjadi pada hampir semua
18 Rachmat Hidayat, Jepang Masih Menjadi Investor Otomotif Terbesar di Indonesia (ed) diakses
dari http://www.tribunnews.com/otomotif/2016/03/04/jepang-masih-menjadi-investor-otomotif-
terbesar-di-indonesia, (20/05/2017, 19.22 WIB). 19 Industri Otomotif Paling Siap Hadapi MEA, diakses dari http://www.gaikindo.or.id/industri-
otomotif-paling-siap-menghadapi-mea/, (21/05/2017, 18.05 WIB). 20 Rachmat Hidayat, Op.Cit. 21 Penjualan Mobil Cetak Rekor Tertinggi, Kemenperin RI, diakses dari
http://www.kemenperin.go.id/artikel/4020/Penjualan-Mobil-Cetak-Rekor-Tertinggi, pada tanggal
(21/05/2017, 15.08 WIB).
81
merek mobil, terutama asal Jepang. Penjualan terbanyak tetap dikontribusi Toyota,
diikuti Daihatsu dan Suzuki.22
Indonesia juga mendapatkan untung dari hasil ekspor otomotif rakitannya
ke luar negeri. Perkembangan industri otomotif nasional dirangsang oleh kebijakan
pemerintah yang mengatur sektor ini, serta kemajuan teknologi dan kondisi
ekonomi yang berlaku. Industri otomotif Indonesia secara keseluruhan telah
mengekspor produk otomotif mulai dari motor, mobil dan berbagai komponen ke
berbagai negara. Pada tahun 2013, ekspor produk otomotif (merek Jepang) secara
keseluruhan nilainya tercatat mencapai 4.6 miliar dollar AS.23
Industri otomotif di Indonesia, di samping memproduksi mobil dan suku
cadang kendaraan bermotor untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, juga
dipasarkan ke pasar internasional, baik untuk kebutuhan pasar suku cadang
pengganti (replacement market/REM) maupun OEM. Amerika Serikat merupakan
negara pengimpor terbesar (suku cadang dari Indonesia) selama periode tahun
2009-2013 dengan total mencapai 240.47 miliar dollar AS.24 Para karyawan dalam
sebuah perusahaan otomotif di Asia Tenggara seperti Thailand, Indonesia,
Malaysia, Vietnam dan Filipina juga memiliki kesempatan untuk bekerja pada
devisi atau bagian unit kerja tertentu, tergantung pada skill kapabilitas individu
yang bersangkutan dalam skema mata rantai nilai (value chains).
Jepang dan negara-negara Asia Tenggara merupakan mitra dagang yang
saling menguntungkan. Kedua belah pihak telah membentuk kerjasama erat menuju
22 Ibid, Kemenperin. 23 10 Komoditi Utama Ekspor Indonesia, diakes dari http://www.kargonews.com/articles/10-
komoditi-utama-ekspor-indonesia, (21/05/2017, 17.05 WIB). 24 Ibid.
82
perdamaian, stabilitas, pembangunan dan kemakmuran di Asia. Kemitraan bisnis
juga terus berkembang, dengan total perdagangan bilateral mencapai 248 miliar
dollar di tahun 2011 (data menurut Kementerian Luar Negeri Jepang). Negara
anggota ASEAN: Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina,
Singapura, Thailand dan Vietnam merupakan tujuan investasi utama bagi
perusahaan Jepang.25
Jepang melalui struktur Keiretsu Network telah berhasil memperluas
peranannya (sebagai leading country) dalam bidang industri otomotif di Asia
Tenggara. Dengan kata lain, Keiretsu Network telah mampu mengekspansi dan
mendominasi industri otomotif di kawasan Asia Tenggara. Sebagai contoh ekspansi
yang dilakukan oleh Toyota sebagai aktor TNC yang bergerak pada bidang bisnis-
industri dan perdagangan otomotif multinasional. Melalui struktur keiretsu
horizontal yang meliputi 3 badan (Bank, Insurance Company, Trading House) yang
berfungsi sebagai mobilisasi dana perusahaan,26 keiretsu berhasil memutar rantai
bisnis industri otomotif Jepang di Indonesia.
Fungsi-fungsi lain dari bank utama dalam keiretsu horizontal yang tidak
kalah penting antara lain ialah pemegang saham perusahaan, pengawas
kredit/pinjaman sebagai pengganti dari lembaga penyaringan dan pemantauan yang
biasanya terdapat di pasar modal (seperti lembaga kredit serta institusi analisis
keamanan), sebagai pemodal/kapitalis usaha yang memegang otoritas utama bagi
25 Deepening, revising ties with Southeast Asia, diakses dari
https://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/29/national/deepening-revising-ties-with-southeast-
asia/, (20/05/2017, 19.28 WIB). 26 Kenichi Miyashita dan David Russell, 1994, Keiretsu: Inside The Hidden Japanese
Conglomerates, United States of America: MCGrawHill, hal. 49.
83
perusahaan dalam kelompoknya untuk memperhitungkan keuntungan yang akan
diperoleh dan juga pengembangan sumber daya maupun intelektual melalui
program R&D, terakhir ialah sebagai dokter perusahaan (company doctor) yang
akan membantu setiap kelompok aliansi perusahaan yang mengalami kegagalan
bahkan kejatuhan dan biasanya dialami oleh perusahaan-perusahaan minor
(kecil).27
Pemaparan tersebut menjelaskan betapa pentingnya peranserta dari
keiretsu horizontal sebagai kendali keuangan dari sebuah perusahaan (firm) yang
menjalankan bisnisnya. Sistem market serupa juga dimainkan dalam pentas
kerjasama industri manufaktur otomotif di Indonesia. Lebih menarik terkait dengan
kompleksitas strategi ekonomi politik internasional Jepang yang bersifat intangible
power28 dalam konteks strategi bisnis-ekonomi dan perdagangan internasional yang
terintegrasi.
Terdapat banyak sekali supplier kecil yang bahkan sulit untuk disebutkan.
Bahkan wilayah analisa terhadap mekanisme dari keiretsu sendiri juga bersifat
samar dan kompleks, artinya tidak ada definisi tunggal yang membatasi definisi
maupun pergerakannya secara khusus dalam ekonomi-politik dan bisnis
internasional.29
Hubungan kemitraan perusahaan di Jepang seperti Toyota sebagai
perusahaan utama (pusat) dalam keiretsu dengan beberapa gabungan anak
perusahaan di Asia Tenggara (seperti PT Astra International Tbk), mampu
27 Ibid, Kenichi Miyashita dan David Russell, hal. 49. 28 Kekuatan tidak terlihat (berupa Strategi Ekonomi Politik Internasional Jepang melalui Keiretsu
Otomotif). 29 Kenichi Miyashita dan David Russell, Op.Cit., hal. 7.
84
menguasai pasar domestik suatu negara dengan penjualan otomotif mobil dan
sepeda motor sebagai produk unggulan Jepang di negara-negara Asia Tenggara,
terutama Indonesia, Thailand dan Vietnam.30
Selain itu, pemerintah Jepang banyak berkontribusi sebagai penghubung
antara vendor yang ada di negaranya dengan vendor-vendor yang berada di luar
negeri, dalam hal ini Asia Tenggara. Secara langsung maupun tidak, sejalan dengan
rezim teknologi-industri yang mereka miliki membuat negara-negara mitra di Asia
Tenggara bergantung terhadap investasi langsung (FDI) dari Jepang, salah satunya
melalui hagemoni industri manufaktur otomotif.
FDI (investasi yang dilakukan oleh perusahaan atau individu di satu
negara dalam kepentingan bisnis di negara lain) 31 Jepang telah berkontribusi
terhadap FDI dunia secara signifikan sejauh perusahaan otomotif transnasional
Jepang telah berhasil membentuk posisi investasi yang kuat di AS, Eropa dan Asia.
Tahun 1994 telah memberikan dorongan bagi investasi langsung Jepang di
Indonesia melalui perusahaan otomotif multinasionalnya seperti Honda, Toyota,
Nissan, Mitsubishi dan Subaru. Asia Tenggara telah berhasil menarik minat FDI
Jepang dengan cepat, sekaligus menawarkan konsumen dan pasar industri yang
besar dan telah merelokasi industri manufaktur otomotif Jepang ke banyak negara-
negara di Asia dari tahun 1980-an.32
30 Tony Pugliese, Japanese automakers strengthen grip on SE Asia - ANALYSIS, diakes dari
https://www.just-auto.com/analysis/japanese-automakers-strengthen-grip-on-se-asia-
analysis_id175844.aspx, (27/05/2017, 13.46 WIB). 31 Foreign Direct Investment - FDI, diakes dari http://www.investopedia.com/terms/f/fdi.asp,
(27/05/2017, 14.01 WIB). 32 Tajul Ariffin Masron, Japanese FDI in Malaysia And Other Asian Countries: Are They
Cointegrated?, Universiti Sains Malaysia, diakses dari http://apiar.org.au/wp-
content/uploads/2016/04/ICABSS_BRR784_BIZ-326-333.pdf, (28/05/2017, 11.22 WIB).
85
Keiretsu Network menitikberatkan terhadap keuntungan kolektif yang
diperoleh melalui kelompok aliansi perusahaan. Selain peran pemerintah Jepang
(selaku aktor state) sebagaimana dipaparkan di awal, terdapat badan khusus yang
juga turut memainkan peran dalam sebuah rantai jaringan keiretsu di bidang
otomotif Asia Tenggara. ‘Sogo Shosa’ atau The General Trading Company/GTC
termasuk dalam badan khusus yang berperan dalam menghubungkan kelompok
perusahaan otomotif pusat (di Jepang) dengan anak perusahaan, pemasok, hingga
distributor dan konsumen di kawasan Asia Tenggara.
Sogo Shosa merupakan organisasi industri atau perusahaan perdagangan
yang terintegrasi secara vertikal langsung kepada perusahaan pusat di Jepang.33
Badan ini menjadi penting terkait sirklus perdagangan hingga kepada pertumbuhan
sebuah perusahaan kecil pada kelompok keiretsu yang nantinya akan tumbuh dan
memimpin sejumlah kelompok perusahaan kecil lainnya. Berikut adalah ilustrasi
dari Sogo Shosa yang memiliki kontrol atas segmen usaha/bisnis internasional yang
menghubungkan mata rantai nilai (Value Chains) pusat produksi di Jepang dengan
anak perusahaan, pemasok, hingga distributor dan konsumen di kawasan Asia
Tenggara, dalam sketsa khusus yang dimuat oleh laman resmi perusahaan Mitsui
& Co.
33 Sogo Shosha, diakes dari http://www.referenceforbusiness.com/encyclopedia/Sel-Str/Sogo-
Shosha.html, (29/05/2017, 15.21 WIB).
86
Bagan 3.3
Sogo Shosa (The General Trading Company) 34
Sumber : Mitsui & Co.
Dalam pusat organisasi Sogo Shosa terdapat perusahaan dagang atau
shosa (trading company) yang mengatur pembiayaan, mengkoordinasikan kegiatan,
dan menangani fungsi pemasaran bagi perusahaan bawahan lain dalam
kelompoknya. Perusahaan bawahan ini dapat dianggap sebagai perusahaan operasi,
karena mereka mengkhususkan diri pada jenis bisnis tertentu.35 Sogo Shosha juga
ditandai oleh kemampuan mereka untuk mengeluarkan sejumlah besar kredit dan
membantu produsen kecil membeli dan menjual barang di pasar global. Perusahaan
dagang ini berfungsi sebagai perantara distribusi di dalam dan luar negeri untuk
perusahaan Jepang (hingga sampai ke tangan konsumen). Contoh Sogo Shosha
34 What Does a "Sogo-Shosa" Do?: Chalange and Innovation of Mitsui & Co., Mitsui & Co.,
diakses dari https://www.mitsui.com/jp/en/sogoshosha/vol2/page9.html, (29/05/2017, 15.29 WIB). 35 Sogo Shosa, Op. Cit.
87
utama meliputi Mitsubishi, Mitsui, C. Itoh, Sumitomo, Marubeni, Nichimen,
Kanematsu-Gosho, Nissho Iwai Corp.36
Demikian besar peran dan pengaruh Sogo Shosa dalam bisnis
internasional terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang, sehingga Sogo Shosa diakui
sebagai kunci sukses dalam kegiatan ekspor Jepang kepada dunia internasional.37
Sogo Shosa atau trading company/house termasuk dalam kelompok keiretsu
horizontal yang sejajar dengan bank, dan insurance Company.
Kelompok perusahaan dalam struktur keiretsu yang meliputi vertikal dan
horizontal, saling terintegrasi dalam mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh,
dalam perusahaan otomotif Mitsubishi terdapat hubungan antara perusahaan
Mitsubishi Motors (sebagai produsen kendaaraan) dan Mitsubishi Trust and
Banking (sebagai pemantau kredit/keuangan) diikuti dengan Meiji Mutual Life
Insurance Company yang berperan dalam memberikan asuransi kepada semua
anggota keiretsu (Mitsubishi). 38
36 Ibid, Shogo Shosa. 37 Pengertian Sogo Shosha, diakes dari http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-sogo-shosha/,
(29/05/2017, 15.37 WIB). 38 Brian Twomey, Understanding Japanese Keiretsu, diakes dari
http://www.investopedia.com/articles/economics/09/japanese-keiretsu.asp, (30/05/2017, 11.22
WIB).
88
3.2 Strategi Kerjasama Permodalan Keiretsu di Indonesia: Perkreditan Adira
Multi Finance
Selain dari pada hal yang menyangkut tentang produktivitas dan distribusi,
industri otomotif Jepang di kawasan Asia Tenggara melalui Keiretsu Network juga
telah menarik perhatian para pengusaha lain yang bergerak dalam penyedia jasa
perkreditan/permodalan di ASEAN untuk turut terlibat atau bergabung dalam
pentas kerjasama aliansi strategis bisnis-industri otomotif di ASEAN melalui
sistem Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).
Sebagai contoh di Indonesia ialah PT Bank Danamon Indonesia Tbk atau
lebih dikenal sebagai Bank Danamon (BDMN). Bank Danamon turut terlibat dalam
suksesnya penjualan produk otomotif Jepang di Indonesia melalui PT Adira
Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) sebagai anak perusahaan yang
menkhususkan diri dalam bidang perkreditan/permodalan kepemilikan kendaraan
bermotor.39
Adira Finance hadir untuk melayani beragam pembiayaan seperti
kendaraan bermotor baru ataupun bekas. 40 Alasan mengapa pembiayaan kredit
kendaraan bekas termasuk dalam agenda layanan Adira Finance menurut Direktur
Pemasaran Pembiayaan Adira Finance, Hafid Hadeli ialah bahwa kondisi pasar dan
perekonomian di Indonesia sering mengalami fase naik-turun, dan pada saat pasar
39 Adira Finance, Kredit Motor, Adira, diakes https://adira.co.id/kredit-motor/ (16/12/2017, 10.31
WIB). 40 Adira Finance, Sekilas Perusahaan, Adira, diakes dari https://adira.co.id/sekilas-adira-finance/,
(16/12/2017, 10.36 WIB).
89
sedang lesu justru menyebabkan jumlah kredit kendaraan bekas mereka
meningkat.41
Strategi tersebut unik mengingat penyedia jasa permodalan/perkreditan
lainnya lebih mengedepankan layanan pembiayaan bagi kepemilikan kendaraan
otomotif kondisi baru, sedangkan Adira Finance juga menyediakan perkreditan
kendaraan bekas (second).
Pada akhirnya, strategi permodalan Adira Finance tersebut juga turut
menarik perhatian kelompok perbankan besar milik Mitsubishi yaitu Mitsubishi
UFJ Financial Group (MUFG) yang berencana untuk mengambil peran sekaligus
menanamkan modalnya hingga 40% ke Bank Danamon pada tahun 2017. 42
Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) merupakan salah satu perusahaan
keuangan utama milik Mitsubishi Grup dengan aset sekitar 2,459 triliun dollar AS,
sekaligus menjadikannya sebagai bank terbesar kelima di dunia (data 2013).43
Pada integrasi unit perbankan, MUFG termasuk dalam kelompok Bank of
Tokyo-Mitsubishi dan UFJ Bank yang telah mendapatkan legitimasi dari Badan
Jasa Keuangan Jepang (Japan's Financial Services Agency).44 Sedangkan untuk
pemegang saham mayoritas, Mitsubishi UFJ Financial Group per tanggal 31 Maret
2013 antara lain sebagai berikut.45
41 Romys Binekasri, OJK: Jangan Sampai Bank Jepang Cuma Kasih Kredit Perusahaan
Senegaranya, diakes dari https://ekonomi.akurat.co/id-84632-read-ojk-jangan-sampai-bank-
jepang-cuma-kasih-kredit-perusahaan-senegaranya, (16/12/2017, 11.14 WIB). 42 Ibid. 43 US. SEC Annual Report (Form 20-F). Edisi Juli 2013, WASHINGTON, D.C. 20549. 44 Di Indonesia sama halnya dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). 45 US. SEC Annual Report (Form 20-F), Op. Cit.
90
Tabel 3.2
Daftar Pemegang Saham MUFG dan Presentase Saham
Nama Pemegang Saham
Persentase Saham yang Dimiliki (%)
Toyota Motor Corporation 1.05%
The Chase Manhattan Bank, N.A. London
Secs Lending Omnibus Account
1.14%
Meiji Yasuda Life Insurance Company 1.23%
State Street Bank (China clients) 1.27%
State Street Bank 1.53%
ADR Holders (held by the Bank of New
York Mellon)
1.94%
Nippon Life Insurance Company 2.01%
The Master Trust Bank of Japan 4.44%
Japan Trustee Services Bank 7.47%
Keinginan MUFG untuk turut menjadikan Adira Finance sebagai bagian
dari keluarga Mitsubishi cukup beralasan. Mengingat loyalitas Adira Finance
terhadap para nasabah dengan potensi pasar yang cukup besar, MUFG mencoba
merangkul Adira Finance yang merupakan bagian dari keluarga PT Bank
Danamon.46 Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kelompok keiretsu yang
bergerak dalam jasa permodalan/pinjaman kredit maupun asuransi adalah penting
bagi segmen usaha bisnis otomotif multinasional Jepang di Indonesia, sehingga
memudahkan pelayanan konsumen dalam hal kepemilikan kendaraan bermotor
melalui jasa permodalan/pinjaman atau perkreditan hingga asuransi.
46 Romys Binekasri., Loc. Cit.
Sumber : US. SEC Annual Report (Form 20-F), WASHINGTON, D.C, 2013.
91
3.3 Sokongan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Offical
Development Assistance (ODA)
Jepang telah berkembang dari sebuah negara yang mendapatkan bantuan
dalam rekonstruksi pasca PD II untuk menjadi donor atas negara-negara
berkembang pada 1990-an (termasuk Asia Tenggara). Sebagai pendonor, misi
utama Jepang melalui bantuannnya ke negara-negara berkembang (selain dari
kepentingannya sendiri) adalah menawarkan dorongan finansial untuk
pembangunan (infrastruktur) yang memungkinkan negara-negara berkembang
tersebut bergerak meningkatkan perekonomiannya.47 Hal tersebut berupa bantuan
luar negeri, dan investasi asing langsung (FDI).48
Ketergantungan negara-negara di kawasan Asia Tenggara terhadap
investasi asing langsung (FDI) dari Jepang bukannya tanpa alasan. Meskipun dalam
konsepnya kedua belah pihak saling membutuhkan dalam hal pertukaran barang
dan jasa (seperti dalam kegiatan perdagangan otomotif), namun hal ini
membuktikan bahwa negara-negara di kawasan Asia Tenggara tidak memiliki
alternatif lain selain menggandeng Jepang sebagai mitra utama mereka dalam rantai
nilai pasok industri otomotif/transportansinya. Atau paling tidak Jepang lebih kuat
peran dan pengaruhnya dalam sektor industri otomotif hingga saat ini dari pada para
pesaing negara maju lainnya yang berasal dari Asia, Amerika, bahkan Eropa.
47 Timur Dadabaev, Japan's ODA assistance scheme and Central Asian engagement:
Determinants, trends, expectations, Hanyang University, diakes dari
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S187936651500024X, (31/05/2017, 16.51 WIB). 48 Official Development Assistance (ODA): 9. Japan's Approaches to Foreign Aid , MOFA
(Ministry of Foreign Affairs of Japan), diakes dari
http://www.mofa.go.jp/policy/oda/summary/1996/c_9.html, (31/05/2017, 16.55 WIB).
92
Hal tersebut didukung dengan sejarah panjang yang melatarbelakangi
legitimasi Jepang dalam bidang bisnis-industri dan perdagangan internasional di
kawasan Asia Tenggara. Sejalan dengan itu semua terdapat peran penting dari
Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA merupakan suatu badan
kerjasama internasional milik pemerintah Jepang yang mengkoordinasikan bantuan
pembangunan seperti melalui Offical Development Assistance (ODA).49
Melalui ODA inilah kemudian Jepang mengalirkan bantuan sosial-
ekonominya kepada negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian
telah membuka celah bagi Jepang (selaku aktor negara/state) dalam keterlibatannya
pada segala aktifitas ekonomi-politik dan sosial di kawasan Asia Tengara, sebagai
contoh liberalisasi perdagangan Jepang-ASEAN dalam wujud investasi,
pengembangan SDM, dll.
ODA dibagi secara luas menjadi bantuan bilateral, di mana bantuan
diberikan langsung ke negara-negara berkembang, dan bantuan multilateral, yang
diberikan melalui organisasi internasional. JICA memberikan bantuan bilateral
berupa kerjasama teknis, pinjaman ODA Jepang dan bantuan hibah.50 Peran ODA
Jepang sebagai bantuan sosial terhadap negara-negara berkembang seperti Asia
Tenggara menjadi tolak ukur bagi Jepang untuk menciptakan tatanan ekonomi-
politik dan keamanan yang stabil bagi negaranya terhadap kemungkinan adanya
hagemoni ekonomi global.
Secara struktural, hubungan antara JICA dan ODA adalah sebagai berikut.
49 Program Kemitraan JICA, JICA (Japan International Cooperation Agency), diakes dari
https://www.jica.go.jp/indonesia/indonesian/activities/activity03.html, (31/07/2017, 12.51 WIB). 50 Japan's ODA and JICA, diakes dari https://www.jica.go.jp/english/about/oda/index.html,
(01/08/2017, 17.05 WIB).
93
Bagan 3.4
ODA dan JICA Jepang 51
Penting diketahui bahwa bantuan yang diberikan oleh Jepang melalui
ODA di sini dapat berupa bantuan pinjaman hutang (Loan), bantuan hibah (Grant
Aid), dan kerja sama teknis (Technical Cooperation). Dalam hal pinjaman dana
hutang jumlahnya lebih besar dari pada bantuan hibah. Sehingga dalam konteks
intangible power telah menarik perhatian pihak mitra penerima bantuan yang pada
akhirnya membebani diri mereka sendiri dengan hutang dengan syarat perjanjian
yang telah diberlakukan. Bukan hanya negara-negara Asia Tenggara yang telah
menerima berbagai bentuk bantuan ODA Jepang akan tetapi China dan juga
beberapa negara Asia lain yang umumnya merupakan korban penjajahan Jepang di
masa lalu.
Pada kasus Asia, ODA bilateral Jepang kepada China dan Indonesia,
dalam bentuk pinjaman-pinjaman selama ini selalu lebih besar ketimbang bantuan
hibah dan kerjasama teknis. Akibat apresiasi yen yang drastis setelah tahun 1985,
pinjaman-pinjaman dari Jepang telah menjadi permasalahan-permasalahan utang
51 Ibid., Japan's ODA and JICA.
94
yang serius bagi negara-negara penerima ODA di Asia khususnya China dan
Indonesia.52 China dan Indonesia selama tahun 90-an hingga 2000-an awal telah
melakukan negosiasi dengan Jepang untuk mendapatkan bantuan dalam
meringankan beban pembayaran kembali yang menggelembung itu. Namun
demikian, pemerintah Jepang tidak mau merespons permintaan-permintaan yang
terus meningkat dari China dan Indonesia untuk pengurangan hutang.53
Melalui bantuan-bantuan (dana hibah, hutang, kerjasama teknis) inilah
kemudian Jepang mendapatkan legitimasinya dalam tatanan ekonomi dan sosial di
kawasan Asia Tenggara. Meskipun legitimasi politiknya tidak berperan secara
langsung, namun pada tataran nasional Jepang sudah cukup mendapatkan simpati
perhatian masyarakat internasional. Program bantuan pemerintah Jepang juga
meliputi pelatihan-pelatihan yang dicanangkan bagi negara-negara berkembang
seperti Asia Tenggara. Pelatihan tersebut meliputi pelatihan teknis dan
perindustrian untuk memfasilitasi pengembangan sumber daya manusia (SDM) di
negara-negara berkembang. 54 Begitupula dalam hal sektor industri manufaktur
otomotif berbagai pelatihan tenaga kerja berbasis R&D (Research & Development)
dilakukan.
Indonesia sendiri memiliki hubungan kedekatan dalam hal teknis hingga
finansial dengan Jepang. JICA juga telah menggandeng PT Bank Internasional
Indonesia Tbk (BII) dalam penyediaan fasilitas pinjaman dua tahap (two step loan).
Fasilitas tersebut merupakan yang pertama diberikan JICA melalui program Private
52 Lim Hua Sing, 2001, Peranan Jepang di Asia (Terj.), Edisi Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Umum, hal. 288. 53 Ibid. 54 Timur Dadabaev., Loc. Cit.
95
Sector Investment Finance (PSIF). Dengan menggandeng BII, JICA akan
mengucuri dana kepada PT Japan Indonesia Economic Center (PT JIAEC), yang
bergerak di bidang pelatihan tenaga kerja dan agen bagi tenaga kerja non-terampil
(umumnya lulusan sekolah teknik menengah). Para tenaga kerja tersebut
ditempatkan pada beberapa pabrik di Jepang. Setelah menamatkan pelatihan praktik
selama tiga tahun di Jepang, siswa akan kembali ke Indonesia dan akan
dipekerjakan sebagai pengawas (supervisor) di anak perusahaan terkait di
Indonesia (contoh pada PT Astra).55
Berbagai program pelatihan dilaksanakan di Jepang dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan bagi para personil Indonesia guna mendapatkan berbagai
pengetahuan dan pengalaman praktis yang dimiliki oleh masyarakat Jepang dengan
harapan mereka dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut baik dalam rangka
peningkatan kapasitas individunya hingga pada penguatan kapasitas organisasi dan
masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di Indonesia.56 Hal tersebut juga
berlaku sama bagi negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Vietnam,
Filipina dan beberapa negara lainnya. Pelatihan tenaga kerja yang cukup memadai
dalam kapasitas dan kapabilitas produksi otomotif menjadikan kawasan regional
Asia Tenggara penting bagi bisnis otomotif Jepang di dunia terutama dalam hal
produksi dan distribusi produk otomotif asal Jepang.
55 Biayai Pelatihan Tenaga Kerja ke Jepang, BII Digandeng JICA, diakses dari
http://ekonomi.kompas.com/read/2014/03/13/1752082/Biayai.Pelatihan.Tenaga.Kerja.ke.Jepang.B
II.Digandeng.JICA, (02/08/2017, 16.00 WIB). 56 Program Pelatihan, JICA, diakses dari
https://www.jica.go.jp/indonesia/indonesian/activities/activity01.html, (02/08/2017, 16.21 WIB).
96
Kesuksesan dalam produksi dan angka penjualan mobil dapat terus
berlanjut mengingat tingginya kenaikan permintaan produk mobil maupun dengan
kendaraan bermotor lainnya di kawasan ASEAN. Liberalisasi perdagangan
menawarkan kemudahan bagi para pelaku industri manufaktur otomotif dalam
memobilisasi industri kendaraannya beserta penjualan komponen (suku
cadangnya).57
Berikut merupakan data penjualan mobil di wilayah ASEAN (data oleh
ASEAN Automotive Federation). 58
Tabel 3.3
Penjualan Mobil di Wilayah ASEAN: Pasar Domestik
(2014 - 2016)
Negara Tahun
2014 2015 2016
Thailand 881,832 unit 799, 632 unit 768,788 unit
Indonesia 1,208,019 unit 1,013,291 unit 1,061,735 unit
Malaysia 666,465 unit 666,674 unit 580,124 unit
Filipina 234,747 unit 288,609 unit 359,572 unit
Vietnam 133,588 unit 209,267 unit 270,820 unit
Singapore 47,443 unit 78,609 unit 110,455 unit
Brunei 18,114 unit 14,406 unit 13,248 unit
ASEAN 3,190,208 unit 3,070,488 unit 3,164,742 unit
57 Automotives Accelerating towards success, diakses dari
http://investasean.asean.org/index.php/page/view/automotive, (03/08/2017, 12.20 WIB). 58 Industri Manufaktur Otomotif di Indonesia, Op. Cit.
97
Persaingan penjualan mobil di pasar domestik negara Asia Tenggara
tersebut sejalan dengan meningkatnya kebutuhan alat transportasi dan daya beli
masyarakat dalam negeri yang semakin meningkat di masing-masing negara
terlibat. Baik bagi Indonesia maupun negara-negara tetangganya di wilayah Asia
Tenggara merasa perlu untuk menjaga atau memproteksi pasar domestiknya untuk
tetap bisa bertahan dalam arus persaingan pasar dan perdagangan otomotif regional
maupun internasional, seperti yang dilakukan oleh beberapa anak perusahaan
otomotif Jepang di wilayah Asia Tenggara dalam upayanya membendung ekspansi
industri otomotif asal China dan India yang merambah ASEAN baru-baru ini.
Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) juga memaksa pemerintah
Indonesia melakukan langkah-langkah strategis guna memenuhi kebutuhan Bahan
Bakar Minyak domestik dengan cara menjaga atau menstabilkan harga. Alasannya
ialah karena jumlah produksi dan konsumsi produk otomotif di Indonesia yang
cenderung meningkat. Dengan sistem kredit kepemilikan kendaraan pribadi yang
sangat mudah, didukung daya beli masyarakat yang cukup tinggi dan konsumtif
terhadap penggunaan kendaraan bermotor pribadi, Pemerintah RI telah
mengeluarkan regulasi yang mengatur harga BBM untuk menstabilkan
ketersediaan dan permintaan pasar.
Sebagai contoh, pada awal 2015, subsidi bensin (premium) pada dasarnya
dihapuskan sementara subsisi pemerintah tetap 1.000 rupiah per liter ditetapkan
untuk diesel (solar). Selama beberapa dekade masyarakat Indonesia menikmati
bahan bakar yang murah karena subsidi energi yang berlimpah dari pemerintah.
Namun, pada tahun 2013-2014 reformasi-reformasi membawa kepada kenaikan
98
harga bensin dari 4.500 rupiah per liter di awal 2013 menjadi 7.400 rupiah per liter
di pertengahan 2015, kenaikan harga tersebut mencapai 62,9%.59 Kenaikan harga
BBM adalah wajar untuk menyeimbangkan supply (ketersediaan pasokan) dan
demand (permintaan) yang sekaligus menjaga ketersediaan energi alam yang tidak
dapat diperbaharui, mengingat jumlah kepemilikan kendaraan bermotor pribadi
terus meningkat di Indonesia.
JICA sebagai wadah hubungan diplomatik dan ekonomi antara Jepang
sebagai negara donor dan Asia Tenggara sebagai penerima donor memainkan peran
penting yang selalu menempatkan Jepang dalam posisi yang lebih diuntungkan.
Namun demikian, kepentingan nasional Jepang selalu terlihat samar atau bahkan
hampir tidak terlihat sama sekali. Dalam mencapai kepentingan nasional tersebut
menjadi penting bagi Jepang membangun kepercayaan negara-negara di Asia
Tenggara melalui strategi kerjasama dan bantuan sosial-ekonomi yang sifatnya
intangible power. Dalam tatanan perekonomian regional Asia Tenggara, banyak
pihak dalam hal ini pemerintah di negara-negara Asia Tenggara hanya melihat
peluang bisnis investasi yang ditawarkan serta bantuan-bantuan dana seperti ODA
yang telah diberikan tanpa mempertimbangkan dampak-dampak yang akan muncul
kemudian.
Sebagai contoh yang sangat mendasar namun cukup ironis ialah
ketidakmampuan negara-negara Asia Tenggara untuk memiliki merek atau brand
sendiri dalam industri manufaktur otomotif, seperti contoh di Indonesia. Alasannya
ialah ketidakmampuan investor dalam negeri maupun pemerintah untuk melakukan
59 Ibid., Industri Manufaktur Otomotif di Indonesia.
99
‘aftersales’ 60 karena mahalnya investasi yang dibutuhkan untuk membangun
jaringan tersebut. Dalam sebuah wawancara Liputan6 dengan Sekretaris Umum
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Noegardjito menilai
bahwa, jika dilihat dari segi kemampuan komponen, sebenarnya produsen dalam
negeri sudah mampu memenuhi kebutuhan pembuatan merek otomotif sendiri,
seperti bodi, engine, transmisi, steeting dan rem sudah dapat dibuat sendiri.61
Ketidakmampuan pemerintah dan investor dalam negeri untuk
membangun jaringan aftersales karena mahalnya investasi tersebut, tidak dirasakan
oleh pabrikan otomotif asal Jepang yang telah mengekspansi sekaligus
mendominasi pasar domestik Indonesia, bahkan ASEAN. Salah satu contoh
menurut Noegardjito pada tahun 2014 lalu, pabrikan otomotif asal Jepang, Isuzu
telah mengadakan sebuah workshop di Pontianak dengan dana mencapai 55 miliar
rupiah (sebagai upaya kegiatan aftersales). 62 Hal tersebut sekaligus menandai
keberhasilan dari rezim teknologi-industri yang dimiliki Jepang sebagai pelopor
bisnis industri otomotif di kawasan Asia Tenggara. Terlebih lagi, segala aktifitas
perusahaan otomotif Jepang tidak bergerak sendiri-sendiri, namun melibatkan
jaringan keiretsu sebagai kekuatan bisnis-industri nasional mereka.
Tercapainya kepentingan nasional Jepang sendiri tentunya didukung oleh
langkah strategis yang diwujudkan dalam berbagai bentuk. Pasca perang dunia
kedua, Jepang sudah dilarang memperkuat angkatan militernya, yang menyebabkan,
60 Pemeliharaan atau perbaikan peralatan secara periodik yang dibutuhkan oleh produsen dan
pemasoknya, selama dan setelah masa garansi. 61 Septian Deny, Ini Sebab RI Sulit Kembangkan Mobil Nasional, diakses dari
http://bisnis.liputan6.com/read/2067419/ini-sebab-ri-sulit-kembangkan-mobil-nasional,
(04/08/2017, 10.12 WIB). 62 Ibid., Septian Deny.
100
Jepang hanya mengalokasikan 1% dari APBNnya untuk militer. Namun, Jepang
melihat sisi lain untuk tetap mempertahankan posisi negaranya sebagai salah satu
leading country di Asia, yakni dari sisi ekonomi. Jepang kemudian memperkuat
perekonomian negaranya dengan menciptakan inovasi teknologi dan memperkuat
bargaining position dalam hubungan perdagangan internasional.63
3.4 Hengkangnya Ford di Indonesia 2016: Pentingnya Industri Suku Cadang
Perbedaan antara strategi bisnis internasional otomotif Jepang dan non-
Jepang dalam hal ini Ford (AS) yang sudah eksis pada bidang bisnis otomotif di
Indonesia sejak tahun 1989 ialah terletak pada industri komponen. Bagi Jepang
industri komponen merupakan hal terpenting baginya dalam mengembangkan dan
mempertahankan pasar industrinya di dunia. 64 Keiretsu dalam bentuk anak
perusahaan otomotif di Indonesia telah memudahkan para konsumen dalam negeri
guna mencari kebutuhan komponen bagi produk otomotifnya. Hal inilah kemudian
yang menyudutkan posisi Ford, pabrikan otomotif asal Amerika Serikat yang
mengalami penurunan angka penjualan tiap tahunnya hingga terpaksa hengkang di
tahun 2016.
Indonesia dinilai prinsipal Ford Motor tidak memberikan keuntungan
bisnis yang diharapkan. Penjualan Ford di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir
semakin menciut. Kekalahan Ford dalam arus persaingan pasar otomotif di
63 Bianda Evania Tular, dkk, Kepentingan Jepang Melalui JICA Terhadap Pemberian Bantuan
Proyek DSDP di Indonesia, Universitas UDAYANA, diakses dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/hi/article/download/21902/14531, (04/08/2017, 11.03 WIB). 64 Dikky Setiawan dan Petrus Dabu, Menyibak Tabir Hengkangnya Ford dari Indonesia, diakses
dari http://fokus.kontan.co.id/news/menyibak-tabir-hengkangnya-ford-dari-indonesia,
(05/08/2017, 15.01 WIB).
101
Indonesia menyusul hengkangnya Chevrolet yang sama-sama pabrikan asal
Amerika Serikat dan diakibatkan kalah saing dengan perusahaan otomotif asal
Jepang. Dari sejarahnya, mobil Ford tidak ikut menanam saham di Indonesia
sebelumnya. Hal berbeda dilakukan oleh perusahaan asal Jepang yang dari awal
sudah membangun infrastruktur dan pabrik di Indonesia sebagai basis
investasinya.65
Pada tahun 2015, penjualan Ford hanya menyumbang 0,1% dari pasar
Jepang dan hanya 0,6% dari Indonesia. Dalam sebuah pernyataan juru bicara Ford,
Neal McCarthy menyatakan bahwa Jepang adalah ekonomi otomotif yang paling
tertutup dan terkuat di dunia, dengan semua merek impor menyumbang kurang dari
6% pasar mobil baru tahunan Jepang.66 Peranserta industri otomotif asal Jepang
sangat signifikan dalam membangun kiprahnya di Indonesia. Di Indonesia, Jepang
terus-menerus menanamkan brandnya ke otak masyarakat. Jepang tak kenal lelah
memperbaiki mutu, layanan purna jual dengan memperbanyak dealer dan service.
Jepang juga tetap mempertahankan harga agar tetap terjangkau sesuai dengan
pundi-pundi masyarakat Indonesia.67
Hal inilah secara perlahahan kemudian memunculkan mindset dalam
masyarakat Indonesia untuk lebih memilih produk otomotif asal Jepang.
Banyaknya anak perusahaan yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia
memudahkan para konsumen dalam hal teknis. Pemerintah juga tidak menyesalkan
65 Ibid, Dikky Setiawan dan Petrus Dabu. 66 Ford pulls out of Japan and Indonesia, diakses dari http://www.bbc.com/news/35406463,
(05/08/2017, 15.22 WIB). 67 Bye Bye Ford, dalam E-Jurnal: Harian Jurnal Asia Edisi Jumat, 29 Januari 2016, diakses dari
https://issuu.com/harianjurnalasia/docs/29january2016/2, (05/08/2017, 15.29 WIB).
102
hengkangnya Ford dari Indonesia. Alih-alih menyayangkan keputusan Ford
hengkang dari Indonesia, pemerintah justru tidak merasa kehilangan aset investasi
asing di dalam negeri. Bahkan, pemerintah seolah telah memproyeksi langkah Ford
untuk keluar dari pasar otomotif nasional.68
Berhentinya distribusi Ford di Indonesia menurut Menteri Perindustrian
Salah Husin tidak mempengaruhi investasi sektor otomotif di Indonesia. Pasalnya,
prinsipal mobil AS tersebut tidak berinvestasi dan membangun pabrik di dalam
negeri.69 Terlebih lagi kelemahan Ford dalam kancah persaingan bisnis otomotif di
Indonesia menurutnya dipicu oleh sejumlah faktor. Faktor yang paling utama ialah
Ford tidak didukung dengan industri komponen.
Tidak hanya hengkang dari Indonesia, keputusan Ford untuk hengkang juga
dilakukan di pasar otomotif Jepang. Di Jepang sendiri, Ford juga harus tersisih
lantaran penjualannya tidak menguntungkan. Dilansir dari kantor berita Reuters,
Presiden Ford Asia Pacific President, Dave Schoch, menyebutkan, selain penutupan,
program pengembangan produk di Jepang akan dipindahkan ke tempat (negara)
lain.70
Ford hanya menjadikan pasar Indonesia sebagai basis penjualan tanpa
adanya visi jangka panjang sebagaimana Jepang telah lakukan seperti membangun
industri komponen, infrastruktur, hingga pabrik di dalam negeri. Iklim investasi
Jepang sejalan dengan proteksi pasar di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara
68 Dikky Setiawan dan Petrus Dabu., Loc. Cit. 69 Adiatmaputra Fajar Pratama, Menperin: Ford Gagal di Indonesia Karena Tak Mau
Berinvestasi, diakses dari http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/01/26/menperin-ford-gagal-di-
indonesia-karena-tak-mau-berinvestasi, (05/08/2017, 15.44 WIB). 70 Dikky Setiawan dan Petrus Dabu, Op. Cit.
103
lainnya. Hal ini jelas membawa Jepang kepuncak kejayaannya dalam bidang bisnis
industri otomotifnya di kawasan Asia Tenggara.
Terlebih lagi, persaingan harga juga menentukan daya beli masyarakat
terhadap suatu barang dan jasa. Dalam laporan Merdeka News, Kasubdit
Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) Ditjen Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan, Reyman Aruan menyebut wajar
apabila perusahaan otomotif asal AS ini menutup usahanya di Indonesia. Sebab,
produk Ford sendiri hanya diminati masyarakat kelas atas.71
Berbeda halnya dengan produk asal Jepang seperti Toyota dan lainnya
yang lebih mengutamakan relasi kerjasama antara supervisor tingkat teratas hingga
supplier tingkat bawah, distributor dan konsumen juga termasuk dalam prinsip
relasi kerjasama mereka. Belum lagi dengan sistem kredit mudah dan cepat yang
bisa didapatkan oleh konsumen melalui penyedia kredit kendaraan menciptakan
roda perdagangan yang stabil dan berkesinambungan. Masyarkat Indonesia lebih
condong untuk memilih produk otomotif asal Jepang karena harganya yang
terjangkau, mudahnya sistem kredit, dan keberadaan cabangnya bisa ditemukan
hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Pemerintah Indonesia bertekad untuk mengubah Indonesia menjadi pusat
produksi global untuk manufaktur mobil dan ingin melihat produsen-produsen
mobil yang besar untuk mendirikan pabrik-pabrik di Indonesia karena negara ini
bertekad untuk menggantikan Thailand sebagai pusat produksi mobil terbesar di
71 Novita Intan Sari, Pemerintah ungkap kesalahan Ford hingga harus tutup di Indonesia, diakses
dari https://www.merdeka.com/uang/pemerintah-ungkap-kesalahan-ford-hingga-harus-tutup-di-
indonesia.html, (05/08/2017, 15.51 WIB).
104
Asia Tenggara dan wilayah ASEAN. Dalam jangka panjang, Pemerintah ingin
mengubah Indonesia menjadi sebuah negara pemanufaktur mobil yang independen
yang memproduksi unit-unit mobil yang seluruh komponennya dibuat di
Indonesia.72
Dengan demikian, proteksi pasar nasional akan menguat dan dapat
mengurangi ketergantungan impor dari negara-negara lain (contoh: proteksi pasar
nasional dari masuknya daya saing otomotif asal India, China, Eropa, dan AS). Apa
yang telah dan sedang dilakukan oleh Jepang sebagai pusat produsen dan negara-
negara Asia Tenggara sebagai pemasok utama Jepang menarik perhatian berbagai
kalangan terutama tokoh penting dunia (seperti Donald Trump) yang menilai bahwa
apa yang dilakukan Jepang jelas tidak menguntungkan bagi perdagangan bebas
dengan dunia Barat dalam sektor otomotif.
72 Industri Manufaktur Otomotif Indonesia., Loc. Cit.