bab iii potensi balai besar penelitian dan...
TRANSCRIPT
49
BAB III
POTENSI BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (B2P2TOOT) SEBAGAI
DESTINASI WISATA EDUKASI
A. Potensi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional Berdasarkan Analisis 4A
Suatu tempat berhasil menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) sangat
tergantung oleh 4 faktor yaitu : Aktraksi, Aksesbilitas, Amenitas, Ancillary.
Contoh Aktrasi antara lain : keadaan alam, peninggalan sejarah dan ritual-
ritual. Aksesbilitas : jauh dan dekatnya tempat tujuan, sarana transportasinya.
Amenitas mencakup fasilitas – fasilitas penunjang yang ada di lokasi wisata.
Sedangkan Ancillary meliputi kelembagaan yang berpengaruh di suatu
tempat.
Untuk mengetahui potensi wisata di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) yang ada
di Kalisoro, Kecamatan Tawangmanggu, maka dapat di ketahui melalui
komponen 4A. berikut dapat di lihat potensi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)
berdasarkan analisis 4A antara lain :
1. Atraksi
a. Kebun Tanaman Obat atau Etalase Tanaman Obat
Kebun tanaman obat merupakan koleksi tanaman obat terlengkap
yang ada di tawanmanggu, kebun tanaman obat ini memiliki
koleksi tyanaman dari seluruh nusantara. Kebun ini merupakan
50
tempat pembudidayaan tanaman yang di susun secara rapid an di
rawat dengan terartur. Serta di kebun tanaman obat ini bisa
mengetahui tanaman obat yang memiliki khasiat dan manfaat
untuk kesehatan.
b. Museum Hortus Medicus
Museum Jamu Hortus Medicus dikelola untuk memfasilitasi
kegiatan permuseuman jamu, museum ini menyediakan sarana,
fasilitas dan artefak jamu untuk pengoleksian, pelestarian, riset,
komunikasi dan diseminasi benda nyata dalam kerangka
Saintifikasi Jamu. Museum jamu Hortus Medicus dikelola sebagai
pusat permuseuman jamu Kemenkes, juga untuk menjadi bahan
studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat
tertentu.
c. Pelestarian Tanaman Obat Tradisional
Pelestarian tanaman obat tradisional merupakan pelestarian
tanaman yang ada di seluruh nusantara, pelestarian ini dengan tujuan
untuk pembudidayaan tanaman yang pernah di teliti. Dengan
pemanfaatan khasiat tanaman yang memiliki keunikan masing-masing.
Serta pelestarian ini merupakan adaptasi tanaman yang diambil dari
berbagai daerah untuk di tanaman dan di budidayakan di kebun
tanaman obat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT).
51
d. Klinik Saintifikasi Jamu
Klinik Saintifikasi Jamu hortus medicus merupakan klinik
yang di sediakan untuk pengobatan terutama dengan pengobatan
herbal menggunakan ramuan yang diracik dari tanaman – tanaman
yang memiliki khasiat untuk pengobatan bernbagai jenis penyakit.
Setiap harinya melayani 12 – 19 pasien. Kegiatan pemeriksaan
Laboratorium klinik sudah menerima sertifikat sebagai jaminan
sistem manajemen mutu sehingga data yang dihasilkan terjamin
kebenarannya. Setelah pemeriksaan penyakit melanjutkan ke griya
jamu untuk pengambilan jamu baik berupa kapsul maupun rebusan.
Jamu yang digunakan berupa racikan simplisia, serbuk dan juga
ekstrak tanaman obat yang telah diteliti keamanan, mutu dan khasiat
melalui riset praklinik dan riset klinik. Selain pasien, griya jamu juga
melayani permintaan dari dokter jejaring Saintifikasi Jamu
2. Amenitas
a. Tourism Information Center (TIC)
Di sekitar Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TOOT) belum ada TIC.
b. Warung Makan
Di sekitar Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TOOT) sudah di kelilingi warung makan
52
seperti : Sup Buntut Bu Ugi, Serba Sambel Resto. Sudah ada
sakaw coffe untuk istirahat
c. Jasa Angkutan
Sudah tersedia angkutan umum menuju Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Untuk
angkutan umum sudah tersedia mobil L300 yang melaju di depan
jalan utama.
d. Area Parkir
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) memiliki halam yang luas untuk area
parkir kendaran pribdai maupun kendaraan umum.
e. Toko Cinderamata
Sudaah tersedia intalansi produksi jamu yang menyediakan
cinderamata khas ramuan herbal Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)
f. Penerangan atau Listrik
Dari segi penerangan atau listrik Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) sangat
memakai serta sangat mencukupi kebutugan.
g. Air Bersih
Air bersih langsung dari sumber air gunung lawu yang dialirkan
melalui pipa – pipa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
sekitarnya.
53
h. Promosi Wisata
Promosi wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) hanya di
lakukan melalui media social dan leaflet
i. Papan Keterangan Obyek
Belum tersedia papan keterangan mengenai Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) di
sepanjang jalan.
3. Aksesbilitas
a. Lokasi Destinasi Wisata
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TOOT) berada di lokasi Jl. Raya Lawu
No. 11, Tawangmangu, Kab. Karanganyar dan Sekitarnya, Jawa
Tengah, Indonesia.
b. Jarak Tempuh dari Pusat Kota
Untuk menuju lokasi dari Kota Solo ditempuh 90 menit,
dengan menggunakan transportasi pribadi. Apabila menggunakan
transportasi umum 120 menit
c. Kondisi Jalan
Struktur jalan sudah bagus karena semua akses jalan sudah
di aspal dan bisa untuk di lalui berbagai jenis kendaran baik
kendaran umum maupun kendaraan pribadi.
54
d. Sarana Transportasi
Dapat menggunakan kendaraan pribadi seperti motor
maupun mobil, jika menggunkan angkutan umum bisa naik bus
Solo menuju Tawangmanggu lalu turun di terminal
Tawangmanggu setelah itu dilanjutkan naik mobil trayek angkutan
umum menuju Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Obat dan
Obat Tradisional (B2P2TOOT)
4. Ancillary (Kelembagaan)
a. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) merupakan instansi pemerintah di bidang
kesehatan yang berada di bawah pengawasan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
b. Sumber Daya Manusia di B2P2TOOT
Modal tenaga manusia di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional terdiri dari
pegawai tetap (PNS dan CPNS) maupun tidak tetap (tenaga yang
dikontrak dengan honor bulanan), dinilai sebagai faktor utama dalam
implementasi tugas dan fungsi Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional.
Tenaga kerja yang ada terdiri dari berbagai disiplin ilmu, antara
lain dari farmasi atau apoteker, pertanian atau biologi yang
55
tergabung dalam kelompok penelitian dan perekayasaan atau
(Litkayasa) yang berasal dari SLTA, dan terdiri atas SAA, Analisis
Farmasi, SMA, dan SMEA. Dengan berbagai pertimbagan, maka
untuk jabatan B2P2TOOT di rangkap tenaga fungsional yang
bergabung dalam kelompok peneliti.
Pada Februari 2016, dengan amanah tugas litbang TOOT dan
Saintifikasi JAMU, B2P2TOOT memiliki gambaran kepegawaian
sebagai berikut. Jumlah total pegawai menurut jenis kepegawaian
sebanyak 241, meliputi 96 pegawai tetap (89 PNS dan 7 CPNS) dan
145 pegawai tidak tetap.
Pemandu dalam kegiatan wisata edukasi di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) merupakan tenaga ahli yang sedang melakukan
penelitian dan di bantu oleh teknisi Litkayasa. Sehingga, pemandu
mampu memperkenalkan secara detail tanaman obat serta khasiat
yang di miliki tanaman obat tersebut. Fasilitas yang dikunjungi
meliputi Ruang Sinema Fitomedika, Etalase Tanaman Obat, Kebun
Produksi Kalisoro, Gedung pascapanen, Pembibitan, adaptasi dan
Pelestaria
56
B. Aktivitas wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TOOT) memiliki rangkaian untuk kegiatan wisata edukasi
khususnya di bidang herbal dan jamu. Rangkaian aktivitas yang diselenggarakan
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(B2P2TOOT) sebagai berikut
(Gambar 17. Aktivitas Wisata Edukasi di B2P2TOOT. Sumber, Dokumen
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
2016)
57
a. Sinema Fitomedika
Sinema Fitomedika, merupakan wahana penyebaran informasi, berupa
pemutaran film dokumenter iptek yang merupakan salah satu destinasi
awal pada kegiatan Wisata Kesehatan Jamu. Di tempat ini, pemandu
wisata akan menyampaikan presentasi sambutan, pemaparan profil
institusi dan diskusi awal dengan para peserta Wisata Kesehatan Jamu di
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional di Tawangmangu. Berikut adalah gambar aktivitas di Sinema
Fitomedika
(Gambar 18. Aktivitas di ruangan Sinema Fitomedika B2P2TOOT. Sumber,
Dokumen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional, 2016)
58
b. Pembenihan dan Pembibitan
Laboratorium benih dan pembibitan termasuk sarana penunjang
kegiatan litbang tanaman obat sektor hulu. Benih yang berkualitas akan
sangat berpengaruh terhadap kualitas tanaman obat yang dibudidayakan.
Kegiatan laboratorium benih dan pembibitan yaitu, pemeliharaan koleksi
benih, pembuatan database, penambahan koleksi benih dan bibit,
danpengujian daya kecambah benih. Pengunjung juga di berikan
penjelasan mengenai bibit yang bagus untuk di budidayakan. Berikut
adalah gambar laboratorium pembibitan dan pembenihan di Balai Besar
Penelitiadan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(Gambar 19. Pembenihan dan Pembibitan Tanaman Obat. Sumber, Dokumen
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
2016)
59
c. Aktivitas pada Rumah Kaca Adaptasi dan Pelestarian Tanaman Obat
Desa Kalisoro Kec Tawangmangu, Karanganyar – Jawa Tengah,
dengan ketinggian : 1.800 mdpl dan 1.200 mdpl serta luas : Ruang
pelestarian 102,12 m² dan ruang adaptasi 77,7 m². Fungsi: tempat adaptasi
dan pembudidayaan Tanaman Obat. Aktivitas di ruang adaptasi tanaman
dan pelestarian tanaman obat ini di jelaskan mengenai tanaman obat yang
di teliti serta akan di budidayakan di kebun tanaman obat. Aktivitas
pengunjung mengamati serta melihat jenis-jenis tanaman obat dan
khasiatnya. Berikut adalah aktivitas pada rumah kaca adaptasi dan
pelestarian tanaman obat
(Gambar 20. Aktivitas Rumah Kaca dan Pelestarian Tanaman Obat. Sumber,
Dokumen Pribadi, 2016)
60
d. Kebun Tanaman Obat atau Etalase Tanaman Obat di B2P2TOOT
Kebun Produksi Kalisoro dengan ketinggian 1.200 dpl seluas ± 2 H.
Lokasi : Desa Kalisoro, Kec. Tawangmangu, Karanganyar – Jawa
Tengaah. Di kebun tanaman obat ini merupakan koleksi tanaman obat
yang sudah di budidayakan dan di kembangkan. Fungsi : Kebun induk
tanaman obat (Plasma Nutfah), lahan percobaan, kebun koleksi,
pembibitan, kebun produksi tanaman obat dan lahan produksi pupuk
organik. Aktivitas di etalase tanaman obat ini pengunjung melihat serta
mengamati tanaman obat, kemudian pemandu akan memberikan contoh
tanaman yang langsung bisa di konsumsi. Berikut adalah gambar kebun
tanaman obat atau etalase tanaman obat
(Gambar 21. Aktivitas di Kebun Tanaman Obat. Sumber, Dokumen Pribadi,
2016)
61
e. Aktivitas pada Laboratorium Pasca Panen
Laboratorium pasca panen merupakan laboratorium yang bertanggung
jawab terhadap produksi bahan jamu sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan,
sehingga memenuhi standar kualitas yang berlaku. Aktivitas pengunjung di
Laboratorium ini pengunjung melihat proses pemilihan tanaman obat yang
berkualitas serta proses menyotir tanaman kering dan basah penyotiran di lakukan
dua kali proses supaya tanaman yang sudah kering tidak tercampur. Setelah
proses penyotiran tanaman akan di pilah pilah sesuai dengan jenis tanaman
tersebut. Tanaman yang sudah siap akan di ambil oleh pihak griya jamu untuk di
racik sesuai dengan jenis penyakit pasien yang berobat di klinik Hortus Medicus.
Berikut adalah gambar aktivitas pada laboratorium pasca panen
(Gambar 22. Aktivitas di Laboratorium Pasca Panen B2P2TOOT. Sumber,
Dokumen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional, 2016)
62
f. Aktivitas pada Instalasi Produksi Jamu
Instalasi produksi Jamu dikelola untuk memfasilitasi aktivitas
produksi Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Di sini diproduksi jamu
instan, jajanan sehat dan kosmetik jamu serta produksi jamu ini di jual untuk
kalangan umum. Berikut adalah gambar aktivitas pada instalasi produksi jamu
(Gambar 23. Instalansi Produksi Jamu B2P2TOOT. Sumber, Dokumen Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, 2016)
g. Aktivitas pada Perpustakaan B2P2TOOT
Perpustakaan dikelola untuk memfasilitasi dukungan referensi dan
kepustakaan B2P2TOOT serta menyediakan sarana dan fasilitas terkait
sumber data dan informasi iptek dalam kerangka Saintifikasi Jamu.
63
Perpustakaan B2P2TOOT dikelola sebagai bagian dari pusat data dan
informasi Kemenkes.
Perpustakaan B2P2TOOT juga merupakan pusat pembelajaran iptek
untuk pihak akademisi/ilmuwan, pemerintah, dunia usaha dan kelompok
masyarakat. Berikut adalah gambar aktivitas pada perpusatakaan di Balai
Besar Penlitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
(Gambar 24. Aktivitas Perpustakaan di B2P2TOOT. Sumber, Dokumen
Pribadi, 2016)
Pepustakaan B2P2TOOT memiliki kurang lebih 2000 koleksi buku antara
lain:
a) Humaniora dan Etnografi Kesehatan
b) Budidaya TO
64
c) Budidaya Pascapanen
d) Ilmu Kedokteran dan Ilmu Pengobatan
e) Farmasi
f) Penyakit Tanaman
g) Pertanian dan Teknologi yang berkaitan
h) Kimia
i) Hukum dan Perundang-undangan
j) Ilmu Tumbuhan
k) Biologi dan Ilmu Hayati
l) Ilmu Umum dan Komputer
m) Ensiklopedi
n) Permasalahan dan Kesejahteraan Sosial
o) Administrasi Negara & Ilmu Kemitraan
p) Seni Fotografi & Foto
h. Aktivias pada Museum Jamu Hortus Medicus
Museum Jamu Hortus Medicus dikelola untuk memfasilitasi aktivitas
permuseuman Jamu dalam kerangka Saintifikasi Jamu. Museum ini
menyediakan sarana, fasilitas dan artefak Jamu untuk pengoleksian,
pelestarian, riset, komunikasi dan diseminasi benda nyata dalam kerangka
Saintifikasi Jamu. Museum Jamu Hortus Medicus dikelola sebagai pusat
permuseuman Jamu Kemenkes, juga untuk menjadi bahan studi oleh kalangan
akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi
65
dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Berikut adalah gambar Aktivitas
pada Museum Hortus Medicus
(Gambar 25. Museum Jamu Hortus Medicus. Sumber, Dokumen Pribadi,
2016)
Museum Jamu Hortus Medicus terdiri dari beberapa ruangan yaitu:
a) Ruang Utama
Alur Saintifikasi Jamu, atlas tumbuhan obat yang ada di Indonesia,
peralatan membuat jamu tradisional, dan gambar pembuatan jamu
b) Ruang Bahan baku
Koleksi simplisia dan material bahan baku obat tradisonal
66
c) Ruang Seni dan Alat
Koleksi alat pengobatan tradisional dan tradisi adat istiadat dari nusantara
d) Ruang Produk Jamu
Koleksi ASEAN herbal medicine (produk obat tradisional dari negara
anggota ASEAN) dan Jamu dari Indonesia
e) Ruang Naskah
Naskah kuno yang berhubungan dengan Jamu
f) Ruang Prestasi B2P2TOOT, buku buku terbitan serta foto
i. Aktivitas pada Rumah Riset Jamu Hortus Medicus
Rumah riset jamu Hortus Medicus Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional terdiri dari tiga bagian
antara lain :
a) Klinik Saintifikasi Jamu
Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus adalah klinik Tipe A, Klinik
Saintifikasi Jamu dirintis tahun 2007, dan sejak tanggal 30 April 2012
menempati gedung baru sebagai rintisan Rumah Riset Jamu Hortus
Medicus sebagai tempat uji klinik dilengkapi dengan rawat inap. Selama
tahun 2015 setiap bulannya melayani kunjungan pasien yang jumlahnya
rata-rata 2.600 pasien.
67
b) Laboratorium Klinik
Setiap harinya melayani 12 – 19 pasien. Kegiatan pemeriksaan
Laboratorium klinik sudah menerima sertifikat sebagai jaminan sistem
manajemen mutu sehingga data yang dihasilkan terjamin kebenarannya.
c) Griya Jamu
Griya jamu merupakan bagian akhir pelayanan klinik, yaitu bagian
penyedia jamu baik berupa kapsul maupun rebusan. Jamu yang digunakan
berupa racikan simplisia, serbuk dan juga ekstrak tanaman obat yang telah
diteliti keamanan, mutu dan khasiat melalui riset praklinik dan riset klinik.
Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu . Selain pasien, griya jamu
juga melayani permintaan dari dokter jejaring Saintifikasi Jamu. Berikut
adalah gambar aktivitas pada rumah riset jamu hortus medicus
(Gambar 26. Rumah Riset Jamu Hortus Medicus. Sumber, Dokumen Pribadi, 2016)
68
C. Kendala yang di hadapi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) sebagai Destinasi Wisata Edukasi
Pariwisata Kabupaten Karanganyar sudah mencapai kemajuan pesat
dengan pertumbuhan yang cukup membanggakan. Namun, tidak berarti sektor
pariwisata tidak menghadapi masalah dalam mengembangkan pariwisata tersebut.
Dalam kemajuan yang diraih banyak kendala – kendala yang dihadapi baik dari
segi internal maupun eksternal. Oleh karena itu untuk hasil yang maksimal harus
dipertahankan untuk pengembangan wisata yang akan datang
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
tradisional sebagai Destinasi Wisata Edukasi menemui masalah dalam
pengembangan. Adapun masalah-masalah yang sering dihadapi dalam
pengembangan destinasi wisata edukasi adalah:
1. Pembatasan waktu kunjungan wisata edukasi di Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional (B2P2TOOT)
yang hanya disediakan pada hari selasa, rabu, kamis
2. Pembatasan jumlah kunjungan wisata edukasi di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat tradisional
yang hanya menerima jumlah kunjungan 100 orang per hari.
3. Kurangnya pemandu yang khusus di bidang pariwisata yang
membantu jalannya wisata edukasi
69
a. Cara Mengatasi Masalah yang dihadapai B2P2TOOT sebagai
destinasi Wisata Edukasi
Pengembangan destinasi wisata edukasi mengalami suatu kendala atau
masalah. Sehingga perlu dicari solusi yang tepat dalam penyelesaiannya.
Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk penanganan masalah yang
berkaitan dengan pengembanagan wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional adalah :
1. Penangganan waktu kunjungan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sementara ini
hanya melayani pada hari selasa, rabu, kamis. Tujuan pembatasan
kunjungan ini dengan maksud supaya tugas pokok di Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional
tidak terbengkalai. Karena tujuan utama mendirikan balai ini untuk
penelitian dan pengembangan tanaman obat tradisional
2. Penangganan jumlah pungunjung Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional dengan tujuan
untuk mengenalkan balai secara menyeluruh sehingga perlu
pembatasan jumlah kunjungan karena satu kali kunjungan
memerlukan dua sampai tiga jam. Apabila tidak dilakukan
pembatasan tugas pokok di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional akan
terbengkalai serta merugikan banyak pihak terkaitt.
70
3. Penangganan pemandu wisata edukasi di Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional sementara
hanya di tangani oleh peneliti yang di bantu oleh pembantu peneliti.
Dengan tujuan supaya dalam memandu mengetahui secara detail
bagaimana proses tanaman tersebut di teliti dan di budidayakan.