bab iii rencana tata ruang wilayah sebagai arahan...
TRANSCRIPT
BAB IIIRENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI
ARAHAN SPASIAL RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA
Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola
ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
,peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur
dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman
yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari
penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan
fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat
pemanfaatan ruang.
3.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional,
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antar wilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam
RPI2 JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria:
i. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpuL
utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan
internasional,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa
provinsi, dan/atau
iii.Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria:
i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten, dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria:
i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga,
ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional
yang menghubungkan dengan negara tetangga,
iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
iv. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang
dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan
kepentingan:
i. Pertahanan dan keamanan,
a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan
pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional,
b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah
pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang
amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan
industri sistem pertahanan, atau
c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil
terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau
laut lepas.
ii. Pertumbuhan ekonomi,
a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b) memiliki sektor unggulan yang dapatmenggerakkan pertumbuhan
ekonomi nasional,
c) memiliki potensi ekspor,
d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi,
e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkanteknologi tinggi,
f) berfungsi untuk mempertahankan tingkatproduksi pangan nasional
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
iii. Sosial dan budaya
a) merupakan tempat pelestarian danpengembangan adat istiadat atau
budaya nasional,
b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta
jati diri bangsa,
c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi
dan dilestarikan,
d) merupakan tempat perlindungan peninggalanbudaya nasional,
e) memberikan perlindungan terhadapkeanekaragaman budaya,atau
f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam
strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan
nuklir
c) memiliki sumber daya alam strategis nasional
d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologitinggi strategis.
v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang
hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi
dan/atau dilestarikan,
d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap
tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,
e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitasnlingkungan hidup
g) rawan bencana alam nasional
h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai
dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
3.2 RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN)Beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW KSN dalam
penyusunan RPI2-JM Cipta Karya Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
a. Cakupan delineasi wilayah yang ditetapkan dalam KSN.
b. Arahan kepentingan penetapan KSN, yang dapat berupa:
i. Ekonomi
ii. Lingkungan Hidup
iii. Sosial Budaya
iv.Pendayagunaan Sumberdaya alam dan Teknologi Tinggi
v. Pertahanan dan Keamanan
c. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,
dan drainase
iii. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan
struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya. Adapun RTRW
KSN yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebagai berikut:
a. Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur;
b. Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan;
c. Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar;
d. Perpres No. 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo;
e. Perpres No. 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan
Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda;
f. Perpres No. 87 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun.
3.3 Arahan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau KalimantanRencana Tata Ruang (RTR) Pulau merupakan rencana rinci dan
operasionalisasi dari RTRWN. Adapun arahan yang harus diperhatikan dari RTR
Pulau untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang antara lain mencakup
arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya, serta arahan
pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan
RTH.
b. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang memberikan arahan batasan
wilayah mana yang dapat dikembangkan dan yang harus dikendalikan.
c. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya
untuk bidang Cipta Karya seperti pengembangan prasarana sarana air
minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, rusunawa, agropolitan, dll.
Hingga saat ini RTRW Pulau yang telah ditetapkan adalah:
a. Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Sulawesi;
b. Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan;
c. Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Sumatera;
d. Perpres No. 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Jawa-Bali.
Berdasarkan Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Pulau Kalimantan, khususnya Kab.Penajam Paser Utara yang disebutkan
pada beberapa pasal yakni :
- Pasal 20 ayat 2 huruf a, bahwa Pengembangan dan pemantapan
jaringan jalan arteri primer, jaringan jalan kolektor primer, dan
jaringan jalan strategis nasional pada Jaringan Jalan Lintas Selatan
Pulau Kalimantan, Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Kalimantan,
Jaringan Jalan Lintas Utara Pulau Kalimantan, dan jaringan jalan
pengumpan Pulau Kalimantan secara bertahap, untuk
meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional dan
mendorong perekonomian di Pulau Kalimantan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a no.2 meliputi:
a. jaringan jalan arteri primer pada Jaringan Jalan Lintas Selatan
Pulau Kalimantan, yang merupakan bagian dari Jaringan Jalan
Trans Kalimantan, yang menghubungkan:
Kuaro-Kademan-Penajam-Balikpapan-Loa Janan-Samarinda;
- Pasal 20 ayat 5 huruf b, bahwa Pengembangan jaringan jalan
bebas hambatan untuk melayani PKN sebagai pusat pertumbuhan
utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi
jaringan jalan bebas hambatan antarkota yang menghubungkan:
a. Banjarmasin-Liang Anggang;
b. Simpang Penajam-Balikpapan;
c. Balikpapan-Samarinda;
d. Samarinda-Tenggarong;
e. Sei Pinyuh-Pontianak;
f. Pontianak-Tayan;
g. Liang Anggang-Pelaihari;
h. Singkawang-Mempawah;
i. Mempawah-Sei Pinyuh;
j. Kuala Kapuas-Banjarmasin;
k. Marabahan-Banjarmasin;
l. Liang Anggang-Martapura;
m. Pelaihari-Pagatan;
n. Pagatan …
n. Pagatan-Batulicin;
o. Batulicin-Tanah Grogot (Kuaro);
p. Tanah Grogot-Penajam;
q. Samarinda-Bontang; dan
r. Bontang-Sangata.
- Pasal 23 ayat 2 huruf c, bahwa Pengembangan dan pemantapan
pelabuhan yang melayani kawasan perkotaan nasional sebagai
pusat pengembangan kawasan andalan menuju pasar nasional dan
internasional sebagaiman dimaksud ayat (1) huruf a dilakukan di:
Pelabuhan Balikpapan (Kota Balikpapan) sebagai pelabuhan utama
untuk melayani PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-
Samarinda-Bontang sebagai pusat pengembangan Kawasan
Andalan Bontang-Samarinda-Tenggarong-Balikpapan-Penajam dan
Sekitarnya (Bonsamtebajam) dan Kawasan Andalan Laut Bontang-
Tarakan dan
- Pasal 28 ayat 2 huruf b, bahwa Pengembangan jaringan pipa
transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi yang
mengintegrasikan fasilitas produksi, pengolahan dan/atau
penyimpanan, hingga akses menuju kawasan perkotaan nasional
dalam mendukung sistem pasokan energi nasional di Pulau
Kalimantan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
di: jaringan pipa transmisi minyak dan gas bumi Kutai Timur –
Penajam Paser Utara - Paser - Kotabaru - Tanah Bumbu - Tanah
Laut, jaringan distribusi Banjarmasin dan jaringan distribusi
Balikpapan untuk melayani PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan -
Tenggarong - Samarinda - Bontang, PKW Tanah Grogot, dan PKW
Kotabaru;
- Pasal 29 ayat 2 huruf a dan ayat 4, bahwa Pengembangan
pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTU, PLTG,
PLTGU, PLTMG, dan PLTGB untuk memenuhi kebutuhan energi
Pulau Kalimantan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan pada: PLTU Tanah Grogot (Kabupaten Paser), PLTU
Kota Bangun (Kabupaten Kutai Kartanegara), PLTU Muara
Jawa/Teluk Balikpapan (Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota
Balikpapan), PLTU Kaltim Baru (Kota Balikpapan), PLTU Petung
(Kabupaten Penajam Paser Utara), PLTU Melak (Kabupaten Kutai
Barat), PLTU Nunukan (Kabupaten Nunukan), PLTU Berau
(Kabupaten Berau), PLTU Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan),
PLTU Kaltim (Kota Balikpapan), PLTU Parit Baru (Kabupaten
Pontianak), PLTU Pontianak (Kabupaten Pontianak), PLTU Pantai
Kurakura Singkawang (Kota Singkawang), PLTU Asam-asam
(Kabupaten Tanah Laut), PLTU Singkawang Baru (Kota
Singkawang), PLTU I Kalteng (Kabupaten Pulang Pisau), PLTU
Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur) dan PLTU Gambut
(Kabupaten Mempawah); serta Pengembangan pembangkit listrik
pada mulut tambang kawasan pertambangan batubara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan pada
kawasan pertambangan batubara di Kabupaten Sintang,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten
Barito Utara, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Gunung Mas,
Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan,
Kabupaten Berau, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Penajam Paser
Utara, Kabupaten Paser, Kabupaten Tabalong, Kabupaten
Balangan, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah Bumbu,
Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan
Kabupaten Tapin.
- Pasal 43 ayat 3 huruf d dan pasal 7, bahwa Pemertahanan dan
rehabilitasi luasan suaka margasatwa, cagar alam, taman nasional,
taman hutan raya, dan taman wisata alam sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dilakukan pada
Taman Hutan Raya Sultan Adam (Kabupaten Banjar dan
Kabupaten
Tanah Laut) dan Taman Hutan Raya Bukit Suharto (Kabupaten
Kutai
Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara); dan
Pemertahanan kawasan pantai berhutan bakau di wilayah pesisir
untuk perlindungan pantai dan kelestarian biota laut sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf e dilakukan pada kawasan pantai
berhutan bakau di wilayah pesisir Kabupaten Pontianak, Kabupaten
Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang,
Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Kotawaringin Timur, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Kapuas,
Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru Kabupaten Tanah
Bumbu, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten
Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Timur,
Kabupaten Berau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan
- Pasal 49 ayat 3, bahwa Strategi operasionalisasi perwujudan
kawasan peruntukan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
huruf a meliputi
Pengembangan kawasan peruntukan hutan yang didukung dengan
industri
pengolahan dengan prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1) huruf a dilakukan pada kawasan peruntukan hutan di
Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau,
Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Sintang,
Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Melawi, Kabupaten
Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Sukamara, Kabupaten Kotawaringin Barat,
Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur,
Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Kapuas, Kabupaten Murung Raya,
Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten
Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin,
Kabupaten Banjar, Kabupaten Kotabaru, Kabupaten Tanah
Bumbu, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Paser, Kabupaten
Penajam Paser Utara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau,
Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten
Malinau.
Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan ini juga mengatur tentang pengembangan kemandirian dan
lumbung energy nasional untuk ketenagalistrikkan, pusat pertambangan
mineral, batubara, minyak dan gas bumi dikalimantan. Pusat perkebunan
kelapa sawit, karet, dan hasil hutan secara berkelanjutan. Kawasan
perbatasan Negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang Negara yang
berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan
aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan Negara, kesejahteraan
masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Pusat pengembangan
kawasan perkotaan nasional yang berbasis pada air. Kawasan ekowisata
berbasis hutan hujan tropis basah dan wisata budaya Kalimantan. Jaringan
tarnsportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah,
efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah. Swasembada
pangan dan lumbung pangan nasional.(sumber WWF Indonesia,posted by
Oki Hadian,24 April 2012).
3.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW
Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
a. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
i. Arahan pengembangan pola ruang:
a) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
b) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
ii. Arahan pengembangan struktur ruang terkait nkeciptakaryaan seperti,
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan,
dan drainase
b. Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya
untuk bidang Cipta Karya. Hingga saat ini, RTRW Provinsi yang telah memiliki
Perda adalah sebagai berikut:
a. Perda No. 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Bali;
b. Perda No. 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Banten;
c. Perda No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Bengkulu;
d. Perda No. 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata RuangWilayah Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta;
e. Perda No. 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
f. Perda No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Gorontalo;
g. Perda 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Barat;
h. Perda No. 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Tengah;
i. Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Jawa Timur;
j. Perda No. 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Lampung ;
k.Perda No. 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat;
l. Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Timur;
m.Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan;
n. Perda No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Sumatera Barat.
3.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Penajam PaserUtara
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Penajam Paser Utara adalah Kawasan KAPET, Kawasan
Pariwisata, Kawasan Pertambangan dan kawasan Kehutanan. Rencana
pengembangan kawasan ekonomi di Kabupaten Penajam Paser Utara antara
lain meliputi :
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pasal 1
(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana strukturruang dan pola ruang.
(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan danpelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 2
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2)disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang ditetapkan dalamLampiran (Lampiran V) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Daerah ini.
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,investasi swasta dan kerja sama pendanaan.
Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3.4.1 Rencana Pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu(KAPET)
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang terdapat di
Kabupaten Penajam Paser Utara berupa kawasan penangkaran rusa sambar
atau rusa merah atau rusa api api yang terdapat di sekitar Desa Api Api
Kecamatan Waru Kabupaten Penajam Paser Utara. Luas kawasan
penangkaran rusa tersebut sekitar 50 Ha. Penangkaran rusa ini merupakan
salah satu komoditi ekonomi yang sangat besar pengaruhnya bagi Kabupaten
Penajam Paser Utara, hal ini disebabkan penangkaran rusa tersebut hanya
satu-satunya yang ada di Provinsi Kalimantan Timur.
3.4.2 Rencana Pengembangan Kawasan PariwisataLokasi objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara
letaknya cenderung menyebar, sehingga agar memudahkan wisatawan di
dalam melaksanakan aktivitas wisata perlu adanya suatu arahan jalur wisata.
Jenis Obyek Wisata di Kabupaten Penajam Paser UtaraNo Basis OW Jenis OW Nama OW Lokasi OW1 Alam a) Wisata Bahari Pulau Gusung
Pulau Balang Pulau Kuangan Pulang
Karang/Gulung Pantai Tanjung Jumlai Pantai Nipah-Nipah Bendungan/Waduk
Waru Bendungan/Waduk
Babulu
KecamatanPenajam
KecamatanSepaku
KecamatanPenajam
KecamatanPenajam
KecamatanPenajam
KecamatanPenajam
Kecamatan Waru Kecamatan Babulu
b) Wana Wisata,Perairan, danPedalaman
RTH (Hutan Kota) KecamatanPenajam,KecamatanBabulu,Kecamatan Waru,
No Basis OW Jenis OW Nama OW Lokasi OWKelurahan Lawe-Lawe, KelurahanNenang
c) Geowisata Goa Kelelawar KecamatanSepaku
2 Budaya BudayaKehidupanMasyarakat
Pesta Adat- Pesta Adat Nondoi- Pesta Pantai
Sipakario- Pesta Pantai Lango- Festival Layang-
Layang Kesenian Tradisional
- Seni Tari- Seni Suara/Lagu
Daerah
KecamatanPenajam
3 Buatan/MinatKhusus
Wisata Agro Penangkaran RusaApi-Api
Sentra PenggemukandanPengembangbiakanSapi Brahman
Hamparan KelapaSawit
Agro Wisata
Kecamatan Waru Kecamatan
Sepaku
KecamatanSepaku
Kecamatan Waru
Sumber : RIPPDA Kabupaten Penajam Paser Utara
3.4.3 Rencana Pengembangan Kawasan TambangSecara umum, Kabupaten Penajam Paser Utara mempunyai sumber
daya pertambangan dan penggalian yang cukup beragam, mulai bahan galian
industri, bahan galian mineral logam dan energi, serta bahan non migas.
a. Potensi bahan Galian Industri.
b. Potensi bahan Galian Mineral Logam dan Energi
c. Potensi bahan non migas :
1. Batu gamping
2. Lempung
3. Pasir Kuarsa
4. Batu Bara
3.4.4 Rencana Pengembangan Kawasan Kehutanan
Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satu kabupaten di
Kalimantan Timur yang mempunyai kawasan hutan yang cukup besar. Luas
lahan kawasan hutan di Kaupaten sangat besar sekitar 191.233,15 Ha atau
57,33 % dari luas wilayah Kaupaten Penajam Paser Utara. Sumber daya
hutan yang ada cukup beragam mulai dari hutan Cagar alam, hutan produksi
konservasi, hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas serta kawasan
hutan mangrove
1. Hutan Produksi Tetap
2. Hutan Produksi Terbatas
3. Hutan Produksi
Luas Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) dan Kawasan BudidayaNon Kehutanan (KBNK) Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010
3.4.5 Rencana Pengembangan Kawasan MinapolitanDengan mempertimbangkan aspek disribusi dan peluang pasar yang
besar untuk minabisnis perikanan, maka sasaran pokok atau target yang ingin
dicapai untuk menjadikan Kabupaten Penajam Paser Utara sebagai sentra
pengembangan kawasan minapolitan komoditas perikanan adalah :
a. Pembangunan Project Management Unit (PMU) di Desa Babulu Laut,
Kelurahan Api Api dan Kelurahan Waru sebagai institusi yang
bertanggungjawab akan keberhasilan pengembangan kawasan
minapolitan Kabupaten Penajam Paser Utara yang berkelanjutan. PMU
nantinya mengkoordinasikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dalam hal
konsultasi manajemen, teknis budaya dan pengolahan, permodalan,
I KBK 180.866,64a. IUPHHK - Hutan Alam 73.296,60b. IUPHHK - Hutan Tanaman 82.434,46c. Hutan Konservasi (Tahura) 6.754,18 - Sesuai SK no. 577/2009d. Cagar Alam 4.728,40e. Hutan Mangrove 13.653,00 - 5.685,819 Ha (KBK)
- 7.967,171 Ha (KBNK)II KBNK 145.282,26
Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Penajam Paser Utara
KeteranganLuas (Ha)KawasanNo.
kepastian berusaha dan kepastian pemasaran, termasuk upaya ekspor
dalam segar maupun olahan, seperti daging fillet.
b. Pengembangan atau pembangunan infrastruktur di kawasan
pengembangan minapolitan, terutama di desa prioritas, yaitu Desa Babulu
Laut Kecamatan Babulu dan Desa Waru Kecamatan Waru. Sedangkan
lokasi kecamatan kawasan pendukung adalah Kecamatan Penajam.
c. Pembentukan dan peningkatan peran kelembagaan dalam pembangunan
perikanan, yang meliputi KUB yang sudah ada , Kelompok Usaha
Bersama Minabisnis (KUBM), Koperasi Pembudidaya /KUD,
perusahaan/swasta, Penyuluhan Perikanan.
d. Perbaikan dan peningkatan fasilitas penanganan pasca panen ikan dan
sistem pemasaran tradisional.
3.4.6 Rencana Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup3.4.6.1 Kawasan Hutan Mangrove
Kawasan perlindungan mangrove adalah kawasan tempat
tumbuhnya tanaman mangrove di wilayah pesisir/laut yang berfungsi untuk
melindungi habitat, ekosistem, dan aneka biota laut, melindungi pantai dari
sedimentasi, abrasi dan proses akresi (pertambahan pantai) dan
mencegah terjadinya pencemaran pantai. Kawasan pantai berhutan bakau
memiliki kriteria sebagai berikut :
Tingkat salinitas 2,5 - 4,0 %
Fluktuasi pasang - surut air laut < 1 meter
Kedalaman laut < 0,5 meter
Kawasan Hutan mangrove di Kabupaten Penajam Paser Utara cukup
luas sekitar 13.653,00 Ha yang terletak disepanjang tepi pantai. Kawasan
hutan mangrove yang ada terletak disekitar Desa Nipah – Nipah, Desa
Gunung Steleng, Desa Penajam dan beberapa Desa yang terdapat di
pesisir pantai. Kawasan hutan mangrove membujur dari barat sampai
selatan Kabupaten Penajam Paser Utara.
3.4.6.2 Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan SungaiKawasan Sempadan Sungai yang dimaksud adalah sepanjang kiri-
kanan sungai, termasuk sungai buatan atau kanal atau saluran irigasi
primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai.
3.4.6.3 Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan PantaiKawasan sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
pantai. Kriteria penetapan sempadan pantai adalah daratan sepanjang
tepian pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
3.4.6.4 Kawasan Perlindungan Hutan Cagar Alam (TAHURA)Kawasan perlindungan cagar alam (TAHURA) merupakan kawasan
pelestarian yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan
dan/atau satwa, alami atau buatan, jenis asli dan/atau bukan asli,
pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, budaya
pariwisata dan rekreasi.
Berkaitan dengan Kawasan Lindung Sungai Wain, pendeliniasian
kawasan lindung yang tegas dan peruntukan lahan serta meningkatkan
kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan dan pengaturan.
3.5 Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah
ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan
berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:
a. pertahanan dan keamanan.
b. pertumbuhan ekonomi.
c. sosial dan budaya.
d. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi.
e. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Adapun daftar lengkap Kawasan Strategis Nasional (KSN) telah dipaparkan pada
bab sebelumnya.
3.6 Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional atau PKSN adalah
kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan
perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang
terdapat pada pasal 15, yaitu sebagai berikut :
a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga.
b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga.
c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi
yangmenghubungkan wilayah sekitarnya.
d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
Adapun daftar lengkap Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) telah
dipaparkan pada bab sebelumnya.
3.7 Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional,
atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria
yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut :
a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi PKN suatu wilayah
dapat berupa kawasan megapolitan, kawasan metropolitan, kawasan perkotaan
besar, kawasan perkotaan sedang, atau kawasan perkotaan kecil. Adapun daftar
lengkap Pusat Kegiatan Nasional (PKN) telah dipaparkan pada bab sebelumnya.
3.8 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia(MP3EI)
Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025,
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011
sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.
Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang
diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang
terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK.
Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan
evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan factor
konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan
b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI
c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentrasentra produksi di
masing-masing KPI
d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak
ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)
Adapun KPI berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-
2025 dipaparkan pada Tabel 4.1.
Tabel 3.5 Penetapan Lokasi Kawasan Perhatian Investasi (KPI)Berdasarkan Arahan Perpres Nomor 32 Tahun 2011
NO KORIDOR KPI
(1) (2) (3)
1 KORIDOR EKONOMI (KE)
SUMATRA
Sei Mangkei
Tapanuli Selatan
Dairi
Dumai
Tj Api-Api – Tj Carat
Muaraenim – Pendopo
Palembang
Prabumulih
Bangka Barat, Babel
Batam
Bandar Lampung
Lampung Timur
Besi Baja Cilegon
2 KORIDOR EKONOMI (KE) Banten
JAWA DKI Jakarta
Karawang
Bekasi
Purwakarta
Cilacap
Surabaya
Gresik
Lamongan
Pasuruan
3 KORIDOR EKONOMI (KE)BALI-
NUSA TENGGARA
Badung
Buleleng
Lombok Tengah
Kupang
Sumbawa Barat
Aegela
Nusa Penida
Sumbawa
4 KORIDOR EKONOMI (KE)
KALIMANTAN
Kutai Kertanegara
Kutai Timur
Rapak dan Ganal
Kotabaru
Ketapang
Kotawaringin Barat
Kapuas
Pontianak
Bontang
Tanah Bumbu
Sanggau
Penajam Paser Utara5 KORIDOR EKONOMI (KE)
SULAWESI
Makassar
Palopo (Luwu)
Mamuju-Mamasa
Parepare
Kendari
Kolaka
Konawe Utara
Morowali
Parigi Moutang
Banggai
Bitung
6 KORIDOR EKONOMI (KE)
PAPUA-KEP.MALUKU
Merauke (Mifee)
Timika
Halmahera
Teluk Bintuni
Morotai
Ambon
Manokwari
3.9 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Sesuai dengan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Ekonomi Khusus atau KEK
adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian
dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, antara
lain pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata,
energi, dan ekonomi lainnya. Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari
Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan
pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah
Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan
berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan
lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK
yang sudah ada. Usulan lokasi KEK harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu
kawasan lindung;
b. Adanya dukungan dari pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota
yang bersangkutan;
c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau
dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah
potensi sumber daya unggulan;
d. Mempunyai batas yang jelas. Adapun KEK berdasarkan arahan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus dipaparkan pada Tabel 4.2.
Tabel 3.6 Penetapan Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Berdasarkan Arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
NO LOKASI KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)
(1) (2) (3)
1 Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara
Kawasan Ekonomi Khusus Sei
Mangke
2 Kabupaten Pandeglang,
Banten
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung
Lesung
3 Kabupaten Kutai Timur,
Kalimantan Timur
Kawasan Ekonomi Khusus Maloy
4 Kota Bitung, Sulawesi Utara Kawasan Ekonomi Khusus Bitung
Penyelenggaraan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya salah
satunya mengacu pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Dengan mengacu kepada peraturan
perundangan tersebut, maka prioritas penanganan infrastruktur Bidang Cipta Karya
diarahkan pada kabupaten/kota yang berfungsi strategis secara nasional. Pada
pelaksanaannya, alokasi APBN Bidang Cipta Karya terdapat 5 (lima) klaster
penanganan Bidang Cipta Karya sebagai berikut:
a. Klaster A, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk
dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta
kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW dan
Perda Bangunan Gedung.
b. Klaster B, merupakan kabupaten/kota prioritas strategis nasional yang termasuk
dalam Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat Kegiatan Strategis Nasional
(PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam kawasan metropolitan, serta
kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah memiliki Perda RTRW.
c. Klaster C, terdiri dari kabupaten/kota yang menjadi prioritas pemenuhan Standar
Pelayanan Minimal (SPM), berdasarkan karakteristik antara lain daerah yang
rawan bencana alam, memiliki cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman
kumuh, dan daerah kritis atau miskin.
d. Klaster D ditujukan dalam rangka pengembangan kegiatan pemberdayaan
masyarakat Bidang Cipta Karya yang bertujuan penanggulangan kemiskinan di
perkotaan dan perdesaan.
e. Klaster E ditujukan untuk kabupaten/kota yang memiliki program inovasi baru
Bidang Cipta Karya yang diusulkan secara kompetitif dan selektif.
3.10 Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A
Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster A merupakan
kabupaten/ kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam
kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang telah
memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Gedung. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria di atas, sampai dengan
akhir tahun 2013 diidentifikasi sebanyak 94 (sembilan puluh empat) kabupaten/kota
di Indonesia yang termasuk pada Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional
Klaster A, yang dipaparkan pada Tabel 5.1.
Tabel 3.10 Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster A
No Kab/Kota
PKN
(PP26/
2008)
PKSN
(PP26/
2008)
KSN
((PP26
/2008)
KEK
(PP2/2
011)
KPI-
MP3EI
(PerPres
3 2/2008)
Perda
RTRW
Perda
Bangunan
Gedung
1 Kota Banda Aceh √ √ √2 Aceh Barat √ √ √3 Agam √ √ √4 Batanghari √ √ √5 Kota Palembang √ √ √ √6 Ogan Komering ilir √ √ √ √7 Tanggamus √ √ √8 Rejang Lebong √ √ √
9 Lampung Timur √ √ √
1
0
Bintan√ √ √
1
1
Kepulauan Seribu√ √ √ √ √
1
2
Jakarta Selatan√ √ √ √ √
1
3
Jakarta Timur√ √ √ √ √
1
4
Jakarta Barat√ √ √ √ √
1
5
Jakarta Utara√ √ √ √ √
1
6
Jakarta Pusat√ √ √ √ √
1
7
Kab.Bogor√ √ √ √ √
1
8
Kota Bandung √ √ √ √
1
9
Kota Bogor √ √ √ √
2
0
Kab.Bandung √ √ √ √
2
1
Kota Cirebon √ √ √
2
2
Kota Tasikmalaya √ √ √
2
3
Kota Sukabumi √ √ √
2
4
Cilacap √ √ √ √
2
5
Kota Semarang √ √ √ √ √
2
6
Kendal √ √ √ √
2
7
Kota Surakarta √ √ √
2
8
Purworejo √ √ √ √
2
9
Boyolali √ √ √
3
0
Magelang √ √ √
3 Klaten √ √ √
1
3
2
Sukoharjo √ √ √
3
3
Pati √ √ √
3
4
Karanganyar √ √ √
3
5
Yogyakarta √ √ √ √ √
3
6
Sleman √ √ √
3
7
Kulonprogo √ √ √
3
8
Gresik √ √ √ √ √
3
9
Kota Malang √ √ √ √
4
0
Lamongan √ √ √ √ √
4
1
Bangkalan √ √ √ √
4
2
Jombang √ √ √
4
3
Kota Blitar √ √ √
4
4
Pandeglang √ √ √ √
4
5
Kota Serang √ √ √ √
4
6
Lombok Tengah √ √ √ √
4
7
Lombok Timur √ √ √
4
8
Sumbawa barat √ √ √
4
9
Kota Kupang √ √ √ √
5
0
Manggarai Barat √ √ √
5
1
Alor √ √ √
5
2
Belu √ √ √ √
5
3
Sumba Timur √ √ √
5
4
Kota Pontianak √ √ √ √ √
5
5
Kota Baru √ √ √ √
5
6
Kota Banjarmasin √ √ √
5
7
Banjar √ √ √
5
8
Barito Kuala √ √ √
5
9
Hulu Sungai Utara √ √ √
6
0
Kota Tarakan √ √ √
6
1
Kota Gorontalo √ √ √ √
6
2
Poso √ √ √ √
6
3
Tojo Una-Una √ √ √ √
6 Kota Palu √ √ √
4
6
5
Parigi Moutong √ √ √
6
6
Toli Toli √ √ √
6
7
Barru √ √ √
6
8
Maros √ √ √ √ √
6
9
Tana Toraja √ √ √
7
0
Toraja Utara √ √ √
7
1
Takalar √ √ √ √
7
2
Wajo √ √ √
7
3
Kota Kendari √ √ √ √ √
7
4
Kolaka √ √ √ √
7
5
Maluku Tengah √ √ √
7
6
Kota Ternate √ √ √
7
7
Mimika √ √ √ √ √
7
8
Nabire √ √ √
7
9
Kab.Sorong √ √ √
8
0
Medan* √ √ √ √
8
1
Kota Padang* √ √ √ √
8
2
Pekan Baru* √
8
3
Kota Bengkulu* √ √
8
4
Bandar Lampung* √ √ √ √
8
5
Kota Pangkal
Pinang*
√
8
6
Kota Denpasar* √ √ √ √
8
7
Kota Mataram* √ √
8
8
Bulungan* √
8
9
Mamuju* √ √
9
0
Ambon* √ √
9
1
Pacitan* √
9
2
Sumenep** √
9
3
Bondowoso** √
9
4
Kota Pasuruan** √
* Mewakili Ibukota Provinsi
**Kategori Khusus
3.11 Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster
Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional pada Klaster B adalah
kabupaten/kota yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-Pusat
Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di dalam KSN dan kabupaten/kota di dalam
kawasan metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) yang memiliki
Perda RTRW. Sampai dengan Tahun 2013, diidentifikasi sebanyak 82 (delapan
puluh dua) kabupaten/kota yang masuk dalam klaster B yang dipaparkan pada
Tabel 5.2.
Tabel 3.11 Daftar Kabupaten/Kota Prioritas Strategis Nasional Klaster B
No Kab/Kota
PKN
(PP26/
2008)
PKSN
(PP26/
2008)
KSN
((PP26
/2008)
KEK
(PP2/2
011)
KPI-
MP3EI
(PerPres
3 2/2008)
Perda
RTRW
1 Sabang √ √ √2 Aceh Tenggara √ √3 Simalungun √ √ √4 Binjai √ √ √5 Solok Selatan √ √6 Pasaman Barat √ √7 Kerinci √ √8 Lubuk Linggau √ √
9 Empat Lawang √ √
1
0
Muara Enim√ √
1
1
Natuna√ √ √
1
2
Karimun√ √
1
3
Kab.Bekasi√ √ √
1
4
Kota Bekasi√ √ √
1 Kab.Sukabumi √ √ √
5
1
6
Cianjur√ √
1
7
Cirebon √√
1
8
Majalengka √ √
1
9
Karawang √ √
2
0
Cimahi √ √
2
1
Salatiga √ √
2
2
Kab.Semarang √ √ √
2
3
Grobogan √ √
2
4
Demak √ √ √
2
5
Brebes √ √
2
6
Sidoarjo √ √ √ √
2
7
Kab.Pasuruan √ √ √
2
8
Kota Mojokerto √ √ √ √
2
9
Kab.Malang √ √
3
0
Kota Kediri √ √
3
1
Kota Batu √ √
3
2
Mojokerto √ √
3
3
Cilegon √ √ √
3
4
Kota Tangerang √ √ √
3
5
Tangerang √ √
3
6
Tangerang Selatan √ √
3
7
Kab.Serang √
3
8
Lebak √ √
3
9
Gianyar √ √ √
4
0
Tabanan √ √ √
4
1
Bima √ √
4
2
Lombok Utara √ √
4
3
Kota Bima √ √
4
4
Dompu √ √
4
5
Timor Tengah Utara √ √ √
4
6
Ngada √ √
4
7
Kab.Kupang √ √
4 Sukamara √ √
8
4
9
Kota Balikpapan √ √ √
5
0
Malinau √ √
5
1
Bitung √ √ √ √ √
5
2
Bolaang Mangondow
Utara√ √
5
3
Pohuwatu √ √
5
4
Boalemo √ √
5
5
Banggai √ √ √
5
6
Donggala √ √ √
5
7
Buol √ √ √
5
8
Sigi √ √
5
9
Morowali √ √
6
0
Kota Pare-Pare √ √ √
6
1
Luwu √ √ √
6
2
Gowa √ √ √
6
3
Maluku Tenggra √ √
6
4
Kepulauan Aru √ √ √
6
5
Maluku Tenggara
Barat√ √ √
6
6
Maluku Barat Daya √ √ √
6
7
Kota Tual √ √
6
8
Halmahera Tengah √ √ √
6
9
Pulau Morotai √ √ √
7
0
Halmahera Selatan √ √ √
7
1
Halmahera Utara √ √ √
7
2
Halmahera Timur √ √ √
7
3
Halmahera Barat √ √ √
7
4
Merauke √ √ √ √
7
5
Jaya Pura √ √
7
6
Biak Numfor √ √
7
7
Yahukimo √ √
7
8
Pegunungan Bintang √ √
7
9
Boven Digoel √ √ √
8
0
Lanny Jaya √ √
8 Teluk Bintuni √ √ √
1
8
2
Raja Ampat √ √
3.12 Kabupaten/Kota Klaster C dalam Rangka Pemenuhan Standar PelayananMinimal (SPM)
Klaster C merupakan kabupaten/kota yang menjadi prioritas penanganan dalam
rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Cipta Karya, yaitu
kabupaten/kota di luar Klaster A dan Klaster B. Pemilihan prioritas
kabupaten/kota dalam pemenuhan SPM ditentukan berdasarkan karakteristik
masing-masing daerah, antara lain daerah yang rawan bencana alam, memiliki
cakupan air minum/sanitasi rendah, permukiman kumuh, dan daerah kritis atau
miskin. Selain memenuhi karakteristik tersebut, daerah juga harus memiliki
komitmen yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
Dan memiliki program yang responsif.
3.13 Pemberdayaan Masyarakat (Klaster D)
Klaster D khusus dialokasikan bagi program-program pemberdayaan
masyarakat Bidang Cipta Karya, baik di perkotaan maupun perdesaan.Program
pemberdayaan masyarakat ini diperuntukkan dalam rangka pengentasan
kemiskinan, sesuai dengan amanat pembangunan nasional.
3.14 Kabupaten/Kota Klaster E bagi Daerah dengan Program dan
Inovasi yang Kreatif
Klaster E diperuntukkan untuk kabupaten/kota yang memiliki program yang
kreatif dan inovasi baru bagi pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya
dan tercantum pada Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur
Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya. Pada Klaster E ini juga
difasilitasi daerah yang berprestasi dan memiliki inovasi baru.