bab iii tinjauan kasus a....

27
1 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Inisial klien : Tn W Umur : 38 Th Jenis Kelamin : Laki-Laki Suku : Jawa Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan Tanggal pengkajian : 07 Januari 2011 Tanggal masuk : 05 Januari 2011 Agama : Islam Pekerjaan :- Status perkawinan : Kawin Pendidikan : SD No. RM : 027200 Diagnosa Medis : Skizophrenia Paranoid Penanggung jawab Nama : Tn S Hubungan dengan klien : Kakak pasien Umur : 40 th Pendidikan : SMP Pekerjaan : Swasta Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan a. Alasan Masuk Bicara kacau, sering melamun

Upload: trinhhanh

Post on 05-Jul-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

1

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

I. Identitas Pasien

Inisial klien : Tn W

Umur : 38 Th

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Suku : Jawa

Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan

Tanggal pengkajian : 07 Januari 2011

Tanggal masuk : 05 Januari 2011

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SD

No. RM : 027200

Diagnosa Medis : Skizophrenia Paranoid

Penanggung jawab

Nama : Tn S

Hubungan dengan klien : Kakak pasien

Umur : 40 th

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa terban RT 008 / 001 penawangan, Grobogan

a. Alasan Masuk

Bicara kacau, sering melamun

Page 2: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

2

b. Predisposisi

Kurang lebih 2 minggu pasien sulit tidur, sering melamun,

menyendiri, sedih. Klien sedih karena pernikahannya gagal.

Klien dulu pernah dirawat pada tahun 2004 dinyatakan sembuh

dengan keluhan yang sama. Didalam keluarga klien, tidak ada yang

sakit seperti klien. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang saat

ini sulit dihilangkan yaitu gagal dalam pernikahan dan ditinggalkan

oleh calon suaminya itu.

c. Faktor prespitasi

Klien sering melamun, menyendiri dan sering bicara kacau sehingga

klien dibawa di rumah sakit.

III. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda – tanda vital

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 37oC

RR : 22 x/menit

b. Data antropometri

Tinggi Badan : 164 cm

Berat Badan : 58 kg

c. Keluhan fisik

Kepala : Rambut kotor

Page 3: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

3

Mata : Konjungtivitis

Hidung : Tidak terdapat penumpukan sekret

Telinga : Simetris, kotor

Mulut : Bibir kering, kotor

Leher : Tidak terdapat pembesaran tiroid

Kulit : Kulit kering, kurang bersih.

IV. Psikososial

1. Genogram

Klien tinggal bersama orang tuanya dan kakaknya. Keluarga klien

tidak ada yang sakit seperti klien. Yang menanggung kebutuhan

keluarga adalah ayah klien yang bekerja sebagai petani. Pengambilan

keputusan klien meminta bantuan kepada ibu atau bapak.

Page 4: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

4

2. Konsep diri

a. Gambaran Diri

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan anggota tubuhnya,

klien menyukai semua bagian tubuhnya.

b. Identitas Diri

Klien adalah anak kedua dari dua bersaudara, klien mengakui

berjenis kelamin laki-laki. Klien tidak ada/ tidak mempunyai

masalah dengan jenis kelaminnya, dan merasa puas sebagai

seorang laki-laki.

c. Ideal Diri

Klien berharap dapat menikah dengan orang yang disayangi dan

ingin cepat sembuh agar cepat pulang kerumah membantu

bapaknya bertani.

d. Peran Diri

Klien mengatakan dalam keluarga perannya sebagai anak terakhir

yaitu anak kedua dari dua bersaudara.

e. Harga Diri

Klien mengatakan merasa malu karena pernikahannya gagal dan

merasa minder dengan keadaannya sekarang.

3. Hubungan sosial

Orang yang terdekat dengan klien adalah ibunya. Hubungan dengan

masyarakat atau teman merenggang karena klien lebih suka

menyendiri, kurang bergaul dan menyendiri, klien juga merasa malu.

Page 5: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

5

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Klien adalah seorang yang beragama islam dan percaya Tuhan

pasti akan memberi kesembuhan.

b. Kegiatan Ibadah

Waktu dirumah klien jarang sholat begitu juga saat di Rumah

Sakit ini.

5. Status Mental

a. Penampilan

Saat dikaji penampilan kurang bersih, kurang rapi, pakaian sesuai

yang digunakan.

b. Pembicaraan

Bicara lambat, nada bicara tidak keras. Keras. Bicara seperlunya

dan kata-kata jelas. Setiap kalimat satu dengan kalimat lain saling

berhubungan. Kadang butuh mengulang pertanyaan dua kali untuk

menjawab pertanyaan.

c. Aktivitas Motorik

Saat pengkajian klien gelisah, duduk berdiri.

d. Alam Perasaan

Saya sedih karena saya merasa kecewa, karena pernikahan saya

telah gagal.

Page 6: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

6

e. Afek

Afek klien sesuai, contoh: saat diberikan cerita tentang keadaan

sedih, klien merasa ikut sedih dan sebaliknya.

f. Interaksi selama wawancara

Saat wawancara semua pertanyaan dijawab walaupun dengan

suara yang lambat. Kontak mata dengan perawat kurang klien

lebih suka menunduk dan kurang kooperatif. Tidak ada sikap

bermusuhan saat wawancara.

g. Persepsi

Klien mengatakan halusinasi pendengaran. Klien mengatakan

mendengar suara-suara yang selalu mengejek dan menakutinya.

Suara itu datang saat klien menyendiri dan melamun. Suara-suara

itu seperti orang sekampungnya, suara itu muncul kurang lebih

2 kali sehari, atau tidak pasti karena suara itu muncul saat

melamun, lama suara tersebut kurang lebih tiga menit. Klien

merasa ketakutan dan terkadang jika klien tidak bisa menahan,

klien mengucapkan kata Bismillah, dan suara itupun menghilang.

h. Proses fikir

Kadang ada blocking setiap pertanyaan.

Contoh: Ada waktu beberapa detik untuk menjawab pertanyaan.

Walupun begitu, jawaban tidak berbeli-belit.

i. Isi Pikir

Klien tidak mengalami ganguan dalam isi fakir.

Page 7: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

7

j. Tingkat Kesadaran

Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi terhadap

waktu, tempat dan orang terdekat, klien juga mengetahui orang

yang mengajak bicara.

k. Memori

Klien masih dapat mengingat keadaan masa lalu karena masih ada

kejadian yang lebih dari satu tahun klien masih dapat mengingat.

l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Klien dapat berhitung degan baik, masih dapat konsentrasi dengan

cukup baik terbukti bahwa klien bisa menyebutkan saudaranya dan

bisa menghitung sudah berapa lama klien dirawat.

m. Kemampuan Penilaian

Klien dapat mengambil keputusan sederhana tanpa bantuan, misal:

selesai klien makan, klien langsung mencuci piring sendiri.

n. Daya Tilik Diri.

Daya tilik klien baik, klien menyadari kalau dia sedang sakit, dan

sehingga dibawa di Rumah Sakit Jiwa daerah Semarang.

V. Kebutuhan persiapan Pulang

a. Makan

Klien bisa makan sendiri. Saat makanan klien langsung makan tanpa

harus nunggu perintah. Makan 3 kali sehari. Dan setiap porsi makanan

selalu habis satu porsi.

Page 8: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

8

b. BAB / BAK

Untuk kebutuhan BAB ataupun BAK klien tidak membutuhkan

bantuan dari siapapun. Klien mampu melakukan semua itu sendiri.

c. Mandi

Klien biasanya mandi sehari 2 kali. Setiap pagi dan sore. Dan tanpa

bantuan siapapun. Klien mandiri.

d. Berpakaian

Klien mampu berpakaian sendiri sesuai pasangannya. Setiap klien

mandi klien ganti baju, klien mampu menyisir rambutnya sendiri

selama di RSJD.

e. Istirahat dan Tidur

Klien tidur sehari kurang lebih 8 jam, tidak ada persiapan khusus jika

ingin tidur. Tidur malam biasanya jam 20.00-05.00 WIB.

f. Penggunaan Obat

Selama di Rumah Sakit Jiwa Daerah klien diberi obat 2 kali yaitu

sebelum makan siang dan setelah makan malam. Obat selalu diminum,

tidak dibuang, reaksi obat yang dirasakan klien yaitu klien merasa

mengantuk.

g. Pemeliharaan kesehatan

Tekad keluarga sudah bulat dan berani menerima konsekuensinya

untuk mengobati anaknya di Rumah Saki Jiwa Daerah ini, keluarga

akan mengunjungi klien. Klien mengatakan jika sudah pulang nanti

akan rutin kontrol dirumah sakit.

Page 9: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

9

h. Kegiatan dirumah

Klien mengatakan jika nanti sudah pulang kerumah, klien akan

mencari kesibukan dengan bekerja membantu ayah dan ibu.

i. Kegiatan diluar rumah

Klien tidak pernah melakukan kegiatan diluar selama sakit, tetapi

kalau pulang nanti klien ingin mengikuti kegiatan yang ada

dikampungnya, misalnya pengajian.

VI. Mekanisme Koping

Bila klien mempunyai masalah, klien selalu memendam dan tidak mau

terbuka, klien enggan bercerita.

VII. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan darah :

Nama Hasil Nilai Normal

Glukosa sewaktu 95 mg / dl < 140 mg/100 ml

Ureum 13 mg /100ml 10-50 mg/100 ml

Creatinin 0,7 mg /100ml L: 0,6-1,1 D: 0,5-09

Cholesterol total 155 mg / 100 ml 150-220

Trigliserid 50 mg s/d 150

Protein total 6,3 – 8,0

Albumin 3,6 mg / 100ml 3,8 – 5,1

SGOT 16 U / L L : s/d 37 P : s/d 31

SGPT 16 U/L L : s/d 42 P : s/d 32

Uric acid 61 mg/100ml L : s/d 3,5-7 P : 2,5-5,7

Page 10: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

10

b. Therapi medik

1) Halloperidol : 2 x 5 mg

2) Tryhexyphenidyl : 2 x 2 mg

3) Promactil : 2 x 100 mg

4) Chloramphenicol : 2 x 2 tetes

B. Analisa Data

NO Tgl dan jam Data Fokus Masalah

1 7 januari 2011

08.30

DS : Saya merasa kesal, sampai- sampai

dulu tangan saya, saya sayat dengan

pisau kecil (silet).

DO : Terdapat luka sayatan

Resiko menciderai diri

sendiri. Orang lain dan

lingkungan

2 DS : Saya sering mendengar suara- suara

yang selalu mengejek saya, suara itu

datang saat saya menyendiri dan

melamun Suara itu seperti orang

sekampung, suara itu muncul kurang

lebih 2 sampai 3 kali sehari

DO : Klien nampak bicara- bicara sendiri,

dan senyum- senyum.

Gangguan persepsi

sensori : halusinasi

dengar

3 DS : saya males ngobrol mbak

DO : Kontak mata kurang, sering

menunduk, tidak fokus.

Isolasi sosial: Menarik

diri

4 DS : Saya malu, karena pernikahan saya

telah gagal

DO : Klien senang menyendiri, klien

nampak malu.

Gangguan konsep Diri :

Harga Diri Rendah

Page 11: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

11

C. Pohon Masalah

D. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

halusinasi dengar.

2. Gangguan sensori persepsi : halusinasi dengar berhubungan dengan

menarik diri.

3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain,dan Lingkungan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri

CoreProblem

Page 12: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

12

E. Perencanaan

PerencanaanNo No.

DX

Diagnosa

Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi

Intervensi

1 Resiko menciderai diri, orang

lain dan lingkungan

berhubungan dengan halusinasi

dengar

Pasien dapat mengontrol

halusinasi yang dialaminya.

1:

Klien dapat membina hubungan

saling percaya

Setelah 1x interaksi pasien

dapat menunjukkan tanda-

tanda percaya pada

perawat. Ekspresi wajah

bersahabat menunjukkan rasa

senang, ada kontak mata dan

berjabat tanan dan menyebut

nama, mau menjawab salam,

klien mau duduk

berdampingan dengan

perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi

Bina hubungan saling percaya dengan

menggunakan komunikasi terapeutik.

a. Sapa klien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan

nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap menerima klien

apa adanya

g. Beri perhatian kepada klien dan

perhatikan kebutuhan dasar klien

Page 13: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

13

2: Klien dapat mengenali

halusinasi

Setelah 2x interaksi

pasien dapat menyebutkan

waktu, isi, frekuensi

timbulnya halusinasi. Klien

dapat mengungkapkan

perasaan terhadap

halusinasinya

a. Adakan kontak sering & singkat

secara bertahap.

b. Observasi tingkat laku klien terkait

dengan halusinasinya bicara, dan

tertawa tanpa stimulus memandang

ke kiri / ke kanan / ke atas / ke

bawah seolah ada teman bicara

c. Membantu klien mengenal

halusinasinya

- Jika menemukan klien yang

sedang halusinasi, tanyakan.

Apakah ada suara-suara yang

didengar

- Jika klien menjawab ada

lanjutkan apa yang dia katakan

- Katakan bahwa perawat percaya

bahwa klien mendengar suara itu

namun perawat sendiri tidak

mendengarnya (dengan nada

bersahabat tanpa menuduh dan

menghakimi)

Page 14: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

14

- Katakan bahwa klien lain juga

ada seperti klien

- Katakan bahwa perawat akan

membantu klien

d. Diskusikan dengan klien:

- Situasi yang menimbulkan dan

tidak menimbulkan halusinasi

- Waktu dan frekuensi halusinasi

e. Diskusikan dengan klien apa yang

dirasakan jika terjadi halusinasi

(takut, marah, senang, sedih)

3:

Klien dapat mengontrol

halusinasinya

Setelah 3x interaksi

pasien dapat menyebutkan

tindakan yang biasanya

dilakukan untuk

mengendalikan

halusinasinya.

- Klien dapat menyebutkan

cara baru

a. Identifikasi bersama klien cara

tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi (tidur, marah,

menyibukkan diri dan lain-lain)

b. Jelaskan manfaat cara yang

dilakukan klien, jika bermanfaat

beri pujian

c. Diskusikan cara baru untuk

memutus / mengontrol halusinasi

Page 15: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

15

- Katakan saya tidak mau

mendengar kamu (pada saat

halusinasi)

- Memuji orang lain (perawat,

teman atau anggota keluarga)

untuk bercakap-ckap atau

mengatakan halusinasi yang

terdengar

- Membuat jadwal kegiatan sehari-

hari agar halusinasi tidak sampai

muncul

d. Bantu klien memilih dan melatih

cara memutus halusinasi secara

bertahap

e. Beri kesempatan cara yang telah

dilatih, evaluasi halusinasinya dan

beri pujian jika berhasil

f. Anjurkan klien mengikuti terapi

aktifitas kelompok, orientasi realita,

stimulasi persepsi

Page 16: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

16

4:

Klien dapat dukungan dari

keluarga dalam mengontrol

halusinasinya

Setelah 4x interaksi

pasien dapat membina

hubungan saling percaya

dengan perawat

- Keluarga dapat

menyebutkan pengertian

tanda dan tindakan untuk

mengendalikan halusinasi

a. Anjurkan keluarga untuk

membantu klien jika mengalami

halusinasi

b. Diskusikan dengan keluarga (pada

saat keluarga berkunjung / pada

saat kunjungan di rumah)

- Gejala halusinasi yang dialami

klien

- Cara yang dapat dilakukan klien

dan keluarga untuk memutus

halusinasi

- Cara merawat anggota keluarga

yang terkena halusinasi, dirumah,

beri kegiatan jangan biarkan

sendiri, makan bersama

c. Beri informasi waktu follow up

atau kapan berlumen dapat bantuan

halusinasi tidak terkontrol dan

resiko menciderai diri

Page 17: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

17

5:

Klien dapat memanfaatkan obat

dengan baik

- Setelah 5x interaksi

pasien Klien dan

keluarga dapat

menyebutkan manfaat,

dosis dan efek samping

obat.

a. Diskusikan dengan klien dan

keluarga tentang dosis, frekuensi

dan manfaat

- dapat mendemonstrasikan

penggunaan obat benar

- dapat informasi tentang

efek samping obat

b. Anjurkan klien meminta sendiri

obat pada perawat dan merasakan

manfaatnya

c. Anjurkan klien bicara dengan

dokter tentang manfaat dan efek

samping obat yang disediakan

2 Isolasi sosial : menarik diri Pasien dapat berinteraksi

dengan orang lain:

1. Pasien dapat membina

hubungan saling percaya.

Setelah 1x interaksi

pasien dapat

menunjukkan tanda-

tanda percaya pada

perawat. wajah cerah,

tersenyum, mau

berkenalan, ada kontak

mata, bersedia

Bina hubungan saling percaya dengan

:

a. a. Beri salam setiap berinteraksi

b. b. Perkenalkan nama, nama panggilan

perawat dan tujuan perawat

berkenalan.

c. Tanyakan nama dan panggilan

nama kesukaan pasien.

Page 18: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

18

menceritakan

perasaannya, bersedia

mengungkapkan

perasaan.

d. Tunjukkansikapjujurdan

menepati janji setiap kali

berinteraksi.

e. Tanyakan perasaan pasie

dan masalah yang dihadapi

pasien.

f. Buat kontak interaksi yang

jelas.

g. Dengarkan dengan penuh

perhatian ekspresi perasaan

pasien.

2. Pasien mampu

menyebutkan penyebab

menarik diri

Setelah 2x interaksi

pasien dapat

menyebutkan minimal

satu penyebab menarik

diri

a. Diri Sendiri

b. Orang lain

Tanyakan pada pasien tentang:

a. Orang yang tinggal

serumah atau sekamar

dengan pasien.

b. Orang yang paling dekat

dengan pasien dirumah atau di

ruang perawatan.

Page 19: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

19

c. Lingkungan c. Apa yang membuat pasien

dekat dengan orang tersebut.

d. Orang yang tidak dekat

dengan pasien dirumah atau

diruang perawatan

e. Apa yang membuat orang

tidak dekat dengan orang

tersebut

f. Upaya yang sudah dilakukan

agar dekat dengan orang lain

g. Diskusikan dengan pasien

tentang penyebab menarik

diri atau tidak mau bergaul

dengan orang lain

h. Beri pujian terhadap klien

mengungkapkan perasaannya

Page 20: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

20

3. Pasien mampu

menyebutkan keuntungan

bersosialisasi dan kerugian

menarik diri

Setelah 3x interaksi

pasien dapat

menyebutkan keuntungan

bersosialisasi, misalnya:

a. Banyak teman

b. Tidak

kesepian

c. Bisa diskusi

d. Saling

menolong

Dan kerugian

menarik diri

misalnya:

a. Sendiri

b. Kesepian

tidak bisa

diskusi

a. Tanyakan pada pasien

tentang:

1. Manfaat hubungan soslal

2. Kerugian menarik diri

b. Diskusikan bersama pasien

tentang manfaat bersosialisasi

dan kerugian menarik diri

c. Beri pujian terhadap

kemampuan pasien

mengungkapkan perasaannya

Page 21: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

21

4. Pasien dapat bersosialisasi

secara bertahap

Setelah 4x interaksi

pasien dapat

bersosialisasi secara

bertahap dengan:

a. Perawat

b. Perawat lain

c. Pasien lain

d. Kelompok

a. Observasi perilaku pasien saat

bersosialisasi

b. Beri motivasi dan bantu pasien

untuk berkenalan dengan:

a. Perawat lain

b. Pasien lain

c. kelompok

c. Libatkan pa&ien dalam terapi

aktiviitas kelompok sosialisasi

d. Diskusikan jadwal harian yang

dapat diliakukan untuk

meningkatkan kemampuan pasien

bersosialisasi

e. Beri nioti vasi pasien untuk

melakukan kegiatan sisuai dengan

jadwal yang telah di buat.

f. Beri pujian terhadap kemampuan

pasien memperluas pergaulannya

melahiai aktivitas yang

dilaksanakan

Page 22: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

22

5. Pasien mampu

menjelaskan perasaannya

setelah bersosialisasi.

Setelah 5x interaksi pasien

dapat menjelaskan

perasaannya setelah

bersosialisasi atau

berkenalan dengan:

a. Orang lain

b. Kelompok

a. Diskusikan dengan pasien

tentang perasaanya setelah

bersosialisasi atau berkenalan

dengan:

a. Orang lain

b. Kelompok

b. Beri pijian terhadap kemampuan

pasien mengungkapkan perasaannya

5. Pasien dapat

memanfaatkan obat

dengan baik

1. Setelah 6x interaksi

pasien dapat menyebutkan :

a. Manfaat minum

obat

b. Kerugian tidak

minum obat.

c. Nama, wama, dosis,

efek terapi dan efek

samping obat

2. Setelah 6x interaksi

1. Diskusikan dengan pasien

tentang manfaat minum obat dan

kerugian tidak minum obat tanpa

konsultasi dokter dan mengetahuii

warna, nama, dosis, cara, efek terapi

dan efek samping penggunaan

obat.

2. Pantau pasien saat penggunaan

obat

Page 23: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

23

pasien mendemonstrasikan

penggunaan obat dengan

benar, dam dapat

menyebutkan akibat

berhenti minum obat tanpa

konsultasi dengan dokter

42

Page 24: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

26

F. Implementasi

Tgl /

jam

No.

DX

Implementasi Keperawatan Respon pasien TTD

7/1/11

08.30

1 SP1p : Bina Hubungan Saling

Percaya

1 Menyapa klien dengan

ramah

2 Memperkenalkan diri

dengan menyebutkan

nama lengkap, panggilan,

alamat dan berjabat

tangan

3 Menanyakan nama

lengkap, panggilan serta

alamat klien

4 Menjelaskan tujuan

pertemuan yaitu ingin

menyelesaikan masalah

SP2p

Menanyakan pada klien tentang

waktu, isi dan frekuensi terjadinya

halusinasi

S : Klien menjawab “Selamat siang” nama

saya Tn. W biasa dipanggil W, saya

berasal dari Penawangan, klien

menceritakan masalah yang terjadi

Klien mendengar suara-suara yang

selalu mengejek dan menakut-

nakutinya. Suara itu orang sekampung,

suara muncul saat klien melamun,

lamanya kurang lebih 3 menit

O : Klien mau menjabat tangan perawat,

mau duduk berdampingan dengan

perawat, tersenyum

A : SP 1p dan SP 2p tercapai,klien mau

mengenal halusinasi

P : SP 3p

Perawat : Ajarkan cara mengontrol

halusinasi

Klien : Mengingat-ingat apa ada

masalah yang belum

disampaikan kepada

perawat

8/1/11

09.00

SP3p

1 Menyapa klien dengan

ramah dan menanyakan

kabar

2 Memvalidasi sp2p

3 Menanyakan pada klien

tentang cara yang biasa

dilakukan klien saat

halusinasi datang

S : Klien menjawab “Selamat pagi”

kabarnya baik, klien mengatakan bila

bisikan itu datang klien mencoba

menahan dan baca bismillah,

Terkadang bisikan tersebut semakin

kuat.

4 Ajarkan cara mengontrol

halusinasi

a. Dengan cara

O : - Klien kooperatif saat berinteraksi

- Klien memperhatikan saat perawat

mendemonstrasikan cara pertama

Page 25: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

27

menghardik

b. Berbicara

dengan perawat

atau orang lain

pada saat

halusinasi

datang

mengontrol halusinasi dan

menghardik

“Pergi….., pergi aku tidak mau

mendengar, pergi……….”

Dan cara kedua saat mendengar

suara-suara bisa lapor / cerita dengan

perawat

- Klien mampu mendemonstrasikan

cara mengontrol halusinasi dengan

menghardik dan cerita pada perawat

A : SP 3 p tentang mengontrol halusinasi

cara pertama dan kedua tercapai

P : Lanjutkan SP 3p

Perawat : Lanjutkan SP 3p lagi

tentang mengontrol

halusinasi cara ke 4a dan

ke 4b yaitu mengontrol

halusinasi dengan

melakukan aktifitas

sehari-hari / membuat

jadwal kegiatan sehari-

hari

Klien : Mendemontrasikan cara

mengontrol halusinasi

dengan menghardik bila

suara-suara itu muncul

lagi

9/1/11

09.15

Melanjutkan

Sp4p

1 Menyapa klien dengan ramah

2 Menanyakan kabar

3 Memvalidasi SP 1,2, 3 yang

membahas kemarin

4 Pemberian obat

5 Cara minum obat

S : - Klien menjawab salam

“Selamat pagi” kabar pagi ini baik.

- Cara kemarin pernah saya lakukan

yaitu menghardik, saya suruh

pergi….. pergi jangan ganggu saya….

- Iya, saya mau dibuatkan jadwal

aktifitas sehari-hari dari Bangun tidur

Page 26: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

28

sampai tidur lagi

O : Klien kooperatif, tersenyum dan mau

dibuatkan jadwal aktifitas agar klien

tidak melamun.

Klien memperhatikan

A : SP 4p klien mampu mengontrol halusinasi

dengan cara 3 yaitu melakukan

aktifitas / membuat jadwal sehari-hari

P : Lanjutkan SP 4p

Perawat :Lanjutkan SP 4 p

menjelaskan manfaat, macam, efek

obat samping

Klien : Memilih cara

efektif untuk mengontrol halusinasi

10/1/11

09.30

2 SP 1p :

1. mengidentifikasi penyebab

isolasi sosial pasien

2. mengidentifikasi

keuntungan berinteraksi

dengan orang lain

3. mengidentifikasi kerugian

tidak berinteraksi dengan

orang lain

4. melatih pasien untuk

berkenalan dengan satu

orang

5. Menganjurkan pasien

memasukkan kedalam

jadwal kegiatan harian.

S : Pasien mengatakan lebih suka diam,

jarang berinteraksi dengan orang lain.

Tn. W mengatakan mengetahui

keuntungan berinteraksi dengan orang

lain dan kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain. Tn. W mengatakan

sekarang sudah mengerti cara

berkenalan dengan orang lain dan

sudah mempraktekkan keteman

sekamar

O : Pasien Tn. W dapat memahami

panyebab isolasi sosial

A : Tn. W sudah dapat menyebutkan

penyebab ia menarik diri. Pasien Tn.

W dapat memahami keuntungan

berinteraksi dengan orang lain dan

kerugian tidak berinteraksi dengan

orang lain. Tn. W sudah bisa

mempraktikkan cara berinteraksi atau

berkenalan dengan orang lain.

P : lanjutkan Sp2p

Page 27: BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajiandigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-yutaseptia-6314-3-babiii.pdfj. Tingkat Kesadaran Klien nampak bingung, tapi masih dapat berorientasi

29

Perawat:

Melanjutkan SP2p cara berkenalan

dua orang atau lebih (pasien-perawat-

perawat lain)

Klien: Menyarankan pada klien untuk

mencatat keuntungan dari berkenalan

dengan orang lain dan kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain.