bab iii ver 03-_tujuan dan kebijakan_oke-
TRANSCRIPT
IV-1
ARAH TUJUAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN
3.1 PERUMUSAN ARAH TUJUAN DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN
Perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan kota Bandar Lampung diupayakan bersinergi dengan skenario pembangunan perkotaan secara Nasional dan Kota. Sehingga dalam perumusan tujuan dan kebijakan pembangunan permukiman perkotaan juga diupayakan sinkronisasi dengan visi yang tertuang dalam dokumen perencaaan dari pusat dan daerah. Upaya sinergi dengan dokumen dilakukan dengan cara mengkaji kata kunci yang relevan dengan lingkup kajian RPKPP yang menitikberatkan pada pengembangan infrastruktur permukiman perkotaan.
Untuk mencari sinkronisasi visi dan misi Pembangunan Permukiman Perkotaan dengan dokumen perencanaan lain. akan dikaji melalui sinkronisasi antar dokumen perencanaan kota dan wilayah. Di dalamnya memuat Visi dan tujuan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Seperti yang sudah dibahas pada bab II.
Arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana Pemerintah Kota mencapai tujuan dan sasaran pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan perubahan dan perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan strategik tidak saja mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program
BAB III
IV-2
yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memperbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi dan sistem manajemen.
Dalam perumusan tujuan dan kebijakan ini mengacu pada 3 (tiga) aspek utama, yaitu kebijakan spasial, kondisi eksisting wilayah, dan kebijakan pembangunan sektoral yang berkaitan erat dengan pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Berdasarkan kajian aspek di atas, dipadukan dengan isu strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Lihat ilustrasi 3.1.
Gambar 3.1 Ilustrasi Kerangka Perumusan Tujuan dan Kebijakan
Perumusan langkah-langkah untuk menentukan strategi dan arah kebijakan, dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal (kekuatan. Kelemahan, peluang dan tantangan) Berdasarkan tujuan dan sasaran strategis
Gagasan Masa Depan
Arahan pengembangan
Kota Bandar Lampung
IV-3
pembangunan yang telah ditetapkan dan mencermati isu-isu strategis pembangunan permukiman dan infrastruktur pemukiman perkotaan Kota Bandar Lampung 5 (lima) tahun ke depan, maka arah tujuan dan kebijakan, pengembangan permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan di Kota Bandar Lampung, sebagaimana yang disajikan pada tabel 3.1
TABEL 3.1 RUMUSAN TUJUAN, KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
TUJUAN Kebijakan
“Terwujudnya penyediaan infrastruktur perkotaan yang handal menuju permukiman perkotaanBandar Lampung yang berkelanjutan”.
Meningkatkan kualitas kawasan permukiman kumuhPembangunan kawasan permukiman baru dengan layanan infrasturktur yang layak dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.Pembangunan kawasan permukiman baru dengan layanan infrasturktur yang layak dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.Terwujudnya kawasan permukiman tradisional bersejarah yang nyaman.Penataan kawasan rawan bencana yang aman.
Sumber : Hasil Analisis, RPKPP Kota Bandar Lampung, tahun 2015.
3.2 PERUMUSAN KRITERIA DAN INDIKATOR
Kawasan yang menjadi arahan pengembangan perkotaan merupakan kawasan‐kawasan yang menjadi sasaran pembangunan permukiman dan infrastruktur permukman perkotaan. Masing‐masing kawasan tersebut perlu ditentukan skala prioritasnya untuk kebutuhan alokasi pengembangan dalam masa pencapaian pembangunan ke depan. Skala prioritas ditentukan dengan metode skoring, yaitu dengan mengukur tingkat urgensi kawasan pada beberapa kriteria penentuan kawasan prioritas. Masing‐masing kriteria
IV-4
juga perlu ditentukan bobot perhitungannya yang dapat mencerminkan tingkat urgensi antar kriteria. Penentuan kriteria dan bobot dalam penentuan kawasan prioritas didasarkan atas berbagai pertimbangan. Dasar pertimbangan tersebut didasarkan atas beberapa hal utama seperti ditampilkan pada tabel 3.2.
Kawasan permukiman prioritas merupakan satu kesatuan fungsional tertentu yang tidak terpisah (memiliki kesamaan permasalahan/tema penanganan) tanpa merujuk pada batas administrasi. Dalam penetapannya, didasarkan pada beberapa pertimbangan berikut: Memiliki urgenitas penanganan; Memiliki kontribusi dalam penanganan permasalahn kota. Memiliki kontribusi dalam stimulasi pembangunan dan pengembanan kota. Sesuai kebijakan dalam stimulasi pembangunan dan pengembangan kota. Memiliki dominasi permasalahan terkait bidang permukiman Memiliki dominasi penanganan melalui bidang permukiman
Besaran kawasan permukiman perkotaan yang diprioritaskan mempunyai batasan luasan lebih besar dari 60 ha sampai dengan 500 ha berdasarkan kebutuhan keutuhan penanganan dan didasari oleh hasil kesepakatan pada proses penetapan kawasan prioritas. Dari pertimbangan diatas maka dapat ditentukan indikator dan parameter yang
digunakan sebagai metode skoring kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur
perkotaan
Tabel 3.2 Kriteria dan Parameter Penilaian Penentuan Kawasan Prioritas.
No. Komponen Kriteria Penilaian
Bobot
Parameter Penilaian Skor
1 Kedudukan kawasan dalam konstelasi wilayah
Hirarki dalam struktur ruang wilayah
30% Kepadatan rendah < 50 jiwa/ha 1Kepadatan sedang 50-150 jiwa/ha 3Kepadatan rendah 150-250 jiwa/ha 5
Kawasan permukiman yang berada dalam kawasan rawan bencana.
Tidak berada pada kawasan yang rawan terhadap bencana
1
Berada pada kawasan yang rawan terhadap bencana.
3
2. Karakteristik Permukiman
Karakteristik perkembangan permukiman kota Bandar Lampung, yaitu permukiman pesisir pantai, permukiman kumuh, permukiman
25% bukan kawasan permukiman pesisir pantai
1
Kawasan permukimann pesisir pantai 3Bukan Permukiman kumuh 1Permukiman kumuh 3Bukan Permukiman bantaran sungai 1Permukiman bantaran sungai 3Lokasi permukiman bukan di 1
IV-5
bantaran sungai, permukiman perbukitan, permukiman baru, permukiman tradisional
perbukitanPermukiman di perbukitan 3Bukan Permukiman tradisional 1Permukiman tradisional 3
3. Dominasi permasalahan infrastruktur di bidang keciptakaryaan
Tingkat pelayanan infrastruktur lingkungan permukiman dan kondisi permasalahan infrastruktur bidang eciptakaryaan, dengan parameter sesuaidengan standar pelayanan minimal (SPM) infrastruktur permukiman perkotaan.
20% 80 % kondisi jalan pada kawasan baik 160 % kondisi jalan pada kawasan baik 35<0 % kondisi jalan pada kawasan baik
5
80% jaringan drainase berfungsi baik 150% jaringan drainase berfungsi baik 3<50% jaringan drainase berfungsi baik
5
70% penduduk terlayani sampah 150% penduduk terlayani sampah 3<50% penduduk terlayani sampah 580% penduduk terlayani air bersih 150%-70% penduduk terlayani air bersih
3
< 50% penduduk terlayani air bersih 5Resiko sanitasi kurang 1Resiko sanitasi sedang 2
4 Kesesuaian dengan kebijakan pengembangan permukiman perkotaan
Tingkat Sinergi dengan kebijakan Pengembangan Permukiman Perkotaan
25% Tinggi 5Sedang 3Rendah 1
Sumber Hasil Analisis RPKPP, tahun 2015.
3.3 IDENTIFIKASI TIPOLOGI PERMUKIMAN DAN INFRASTUKTUR PERMUKIMAN PERKOTAAN KOTA BANDAR LAMPUNG
Kawasan permukiman prioritas adalah kawasan yang memiliki nilai strategis dalam konteks pembangunan kota dan merupakan prioritas dalam pembangunan dan pengembangannya. Kawasan permukiman prioritas merupakan satu kesatuan fungsional tertentu yang tidak terpisah (memiliki kesamaan permasalahan/tema penanganan) tanpa merujuk pada batas administrasi.
Di 7 (tujuh) kecamatan yang menjadi wilayah perencanaan, terdapat beberapa kawasan
permukiman yang diindikasikan berkarakter prioritas. Karakteristik tersebut dikenali dengan
permukiman kumuh, bantaran sungai, pesisir pantai, permukiman lereng bukit, maupun kawasan
pengembangan permukiman baru. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Tipologi Kawasan Permukiman
IV-6
No.
Tipologi Permukiman
Kelurahan Kecamatan
1. Kawasan Permukiman Bantaran Sungai
Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat
2. Kawasan Permukiman Pesisir Pantai
Kota Karang Raya Teluk Betung Barat
3. Kawasan Permukiman di Perbukitan
Kaliawi Tanjung Karang Pusat
4. Kawasan Permukiman Hunian Baru
Beringi Raya I, Beringin Raya II, Kemiling Raya, Kemiling Permai, Sumber Rejo Sejahtera
Kemiling
5. Kawasan Permukiman Sekitar Tempat Pembuagan Sanpah Akhir (TPA)
Bakung Bakung
6. Kawasan Permukiman Nilai Tradisional/sejarah
Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat
Sumber : Hasil analisis dan pengamatan lapangan, Juni 2015.
2.5.1 KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI
Kawasan permukiman bantaran sungai berada di sepanjang kiri kanan Way Kuripan, yang ditempati oleh permukiman yang terlihat kumuh, dengan bangunan non permanen yang kurang tertata. Terlihat adanya penumpukan sampah yang di badan air dan pembuangan limbah dengan cara yang kurang sehat. Selain itu, Rincian permasalahan
permukiman dan infrastruktur perkotaan bantaran sungai dapat dilihat pada tabel 3.4 dan peta 3.1.
Tabel 3.4 Identifikasi Tipologi Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Bantaran Sungai
No. ASPEK Masalah Dampak yang Terjadi
Lokasi/Kelurahan
Kebutuhan Penanganan
1. Bangunan Gedung dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
bangunan Tidak teratur
terbatasnya lahan kosong
pada permukiman penduduk tidak dilengkapi RTH
Badan sungai menyempit
Negeri Olok Gading
Penataan bangunan menghadap sungai.
2. Jalan Lebar jalan 1,5- - - Perkerasan
IV-7
Lingkungan 2,0 meterDi sisi jalan tidak terdapat saluran drainase
jalan.
3. Drainase lingkungan
Kerusakan dan penyumbatan saluran drainase..
Penyumbatan saluran drainase
Kelurahan Negeri OlokGading
Pngerukan dan perbaikan saluran drainase.
4. Air minum - - - -
5. Air Limbah Masyarakat masih banyak menggunakan sungai sebagai buang air besar.
Pencemaran sungai
Pasir Gintung dan negeri Olok Gading
Penyediaan buangan air limbah terpusat (off site)
6. Persampahan
Badan air tempat membuang sampah
Sungai menjadi dangkal
Pasir Gintung
Pelibatan masyarakat
7. Pengamanan kebakaran
Tidak ada sistem pengamanan kebakaran.
Rentan terhadap kebakaran.
Semua kecamatan
Penyediaan infrasturktur-pengelolaan proteksi kebakaran.
Sumber : Pengamatan lapangan. Juni 2015
Kondisi permukiman dan tumpukan sampah di di Sungai Way Awi,
Peta 3.1 Tipologi Permukiman Bantaran Sungai
IV-
2.5.2 KAWASAN PERMUKIMAN PESISIR PANTAI
Meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk permukiman, menyebabkan kecenderungan bagi masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak layak untui dihuni, misalnya di bibir pantai. Pencitraan fisik kawasan permukiman pesisir ini memperlihatkan kekumuhan. Tatanan bangunan dan lingkungannya terletak pada kawasan yang rentan terhadap genangan air laut. Sebagian besar jaringan jalan lingkungan setempat masih dengan tanah dan papan. Selain itu, diperlukan sarana pengelolaan limbah yang memadai untuk mengurangi dampak limbah pada lingkungan. Lihat tabel 3.5 dan peta 3.2.
Tabel 3.5 Identifikasi Tipologi Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Kawasan Pesisir Pantai
No. ASPEK Masalah Dampak yang Terjadi
Lokasi/Kelurahan
Kebutuhan Penanganan
1. Bangunan Gedung dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Lokasi rawan bencana air pasang
Bahan bangunan mudah terbakar
Kondisi sanitasi buruk
Sampah berserakan di sekitar pantai
Lokasi cenderung kumuh
Kota Karang Raya
Penataan kualitas lingkungan
Pemugaran
2. Jalan Lingkungan
Bahan terbuat dari kayu/papan
Mudah terjadi kecelakaan
Kota Karang Raya
Perbaikan kualitas jaaln lingkungan
3. Drainase lingkungan
Sistem pembuangan air limbah, langsung ke laut.
Pencemaran lingkungan
Kota Karang Raya
-
4. Air minum Sistem pembuangan air limbah, langsung ke laut.
Pencemaran lingkungan
Kota Karang Raya
-
5. Air Limbah Masyarakat melakukan kegiatan BAB langsung diuang ke laut
Kerusakan lingkugan pantai.
Kota Karang Raya
Penyediaan MCK umum
6. Persampahan
Badan air tempat membuang
Sungai menjadi dangkal
Kota Karang Raya
Pelibatan masyarakat
IV-
sampah7. Pengamana
n kebakaran
Tidak ada sistem pengamanan kebakaran.
Rentan terhadap kebakaran.
Kota karang Raya
Penyediaan infrasturktur-pengelolaan proteksi kebakaran.
Sumber : Pengamatan lapangan. Juni 2015
Peta 3.2 Tipologi Permukiman di Pesisir Pantai
Permukiman kumuh di Kalurahan Kota Karang Raya
Permukiman nelayan di Kelurahan Kota Karang Raya
IV-
2.5.3 KAWASAN PERMUKIMAN PERBUKITAN
Terkiat keterbatasan penyediaan lahan permukiman maupun kondisi ekonomi, sebagian masyarakat membangun permukiman pada tanah perbukitan yang curam, dan membahayakan bagi penghuninya.
Pemandangan fisik kawasan permukiman ini memperlihatkan kekumuhan. Tatanan bangunan dan lingkungannya terletak pada kawasan yang rentan terhadap genangan air laut. Sebagian besar jaringan jalan lingkungan setempat masih dengan tanah dan papan. Selain itu, diperlukan sarana pengelolaan limbah yang memadai untuk mengurangi dampak limbah pada lingkungan. Lihat tabel 3.6 dan peta 3.3.
Tabel 3.6 Identifikasi Tipologi Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perbukitan
No. ASPEK Masalah Dampak yang Terjadi
Lokasi/Keluraha
n
Kebutuhan Penanganan
1. Bangunan Gedung dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Lokasi rawan bencana longsor
Bahan bangunan mudah terbakar, terbuat dari papan.
Kondisi sanitasi buruk
Tidak terdapat RTH
Lokasi cenderung kumuh
Kaliawi Penataan kualitas lingkungan
Pemugaran
2. Jalan Lingkungan
Lebar jalan 1,0-1,5 meter
Kondisi jalan terjal/curam
Mudah terjadi kecelakaan
Kaliawi Perbaikan kualitas jaaln lingkungan
3. Drainase Kerusakan dan penyumbatan saluran drainase..
Penyumbatan saluran drainase
Kelurahan Negeri OlokGading
Pngerukan dan perbaikan saluran drainase.
4. Air minum Penyediaan air minum dengan menggunakan selang
- Kaliawi -
5. Air Limbah Kaliawi
IV-
6. Persampahan
- - - -
7. Pengamanan kebakaran
Tidak ada sistem pengamanan kebakaran.
Rentan terhadap kebakaran.
Kaliawi Penyediaan infrasturktur-pengelolaan proteksi kebakaran.
Sumber : Pengamatan lapangan. Juni 2015
Peta 3.3 Tipologi Permukiman di Perbukitan
IV-
2.5.4 KAWASAN PERMUKIMAN PENGEMBANGAN BARU
Sebagai kota dengan pekembangan fisik yang cukup pesat, memerlukan area baru untuk memenuhi kebutuhan lahan baru bagi permukiman. Lokasi yang menjadi tujuan pengembang permukiman adalah Kecamatan Kemiling. Hal ini masih memungkinkan karena lahan kosong masih cukup luas. Selanjutnya lihat tabel 3.7 dan peta 3.4.
Tabel 3.7 Identifikasi Tipologi Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Kawasan Permukiman Pengembangan Baru
No. ASPEK Masalah Dampak yang Terjadi
Lokasi/Kelurahan
Kebutuhan Penanganan
1. Bangunan Gedung dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Tidak menyedikan ruang terbuka hijau (RTH)
Hilangnya daerah resapan air.
Potensi banjir di daerah hilir (pusat kota).
Kawasan permukiman menjadi gersang
Kerusakan lingkungan akibat menipisnya luas hutan.
Kecamatan Kemiling (Kelurahan Beringin Raya I, Beringin Raya II, Kemiling Permai, Kemiling Raya,)
Penataan kawasan lingkungan hunian baru.
2. Jalan Lingkungan
- - - -
3. Drainase - - - -
4. Air minum - - - -
5. Air Limbah - - - -6. Persampah
an- - - -
7. Pengamanan kebakaran
Tidak ada sistem pengamanan kebakaran.
Rentan terhadap kebakaran.
Penyediaan infrasturktur-pengelolaan proteksi kebakaran.
Sumber : Pengamatan lapangan. Juni 2015
Peta 3.4 Tipologi Permukiman Hunian Baru
IV-
2.5.5 Kawasan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
Lokasi tempat pembuangan sampah aklhir (TPA) kota Bandar Lampung berada di Kelurahan Bakung. Lokasi . TPA ini berada di lokasi yangg cukup tinggi, dibanding dengan lokasi permukiman yang ada di sekitarnya. Selanjutnya lihat tabel 3.8 dan peta 3.5.
Tabel 3.8 Identifikasi Tipologi Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Kawasan Sekitar Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).
No. ASPEK Masalah Dampak yang
Terjadi
Lokasi/Kelurahan
Kebutuhan Penangana
n1. Bangunan
Gedung dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Tidak ada ruang penyangga (buffer zone) antara TPA dengan lingkungan permukiman,
Minim ruang terbuka hijau (RTH).
Pencemaran udara
Bakung Penyedian ruang terbuka hijau.
2. Jalan Lingkungan
- - - -
3. Drainase Kerusakan dan penyumbatan saluran drainase..
Penyumbatan saluran drainase
Kelurahan Negeri OlokGading
Pngerukan dan perbaikan saluran drainase.
4. Air minum - - - -
5. Air Limbah - - - -6. Persampaha
n- - - -
7. Pengamanan kebakaran
Tidak ada sistem pengamanan kebakaran.
Rentan terhadap kebakaran.
Penyediaan infrasturktur-pengelolaan proteksi kebakaran.
Sumber : Pengamatan lapangan. Juni 2015
2.5.6 KAWASAN PERMUKIMAN NILAI SEJARAH-TRADISIONAL.
Permukiman cagar budaya Kecamatan Teluk Betung Barat teridentifikasi di
IV-
Kelurahan Negeri Olok Gading. Sementara itu, permukiman khas kota lama Lampung sebagai kawasan cagar budaya terlihat semakin memudar ciri khasnya. Bangunan rumah tinggal dengan langgam campuran antara bangunan tradisional dan klasik semakin memudar ke khasannya seiring dengan pemugaran oleh para pemilik rumah. Permasalahan di kawasan ini dapat dirinci menurut sektornya pada tabel 3.9 dan peta 3.6.
Peta 3.5 Tipologi Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)
IV-
Tabel 3.9 Identifikasi Tipologi Permukiman dan Infrastruktur Permukiman Kawasan Nilai Sejarah-Tradisional
No. ASPEK Masalah Dampak yang
Terjadi
Lokasi/Kelurahan
Kebutuhan Penangana
n1. Bangunan
Gedung dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kondisi bangunan mulai rusak
Minim ruang terbuka hijau.
Ciri khas permukiman tradisional mulai memudar.
Kelurahan Negeri Olok Gading.
Revitalisasi rumah tradisional
2. Jalan Lingkungan
- - - -
3. Drainase - - - -4. Air minum - - - -5. Air Limbah - - - -6. Persampah
an- - - -
7. Pengamanan kebakaran
Tidak ada sistem pengamanan kebakaran.
Rentan terhadap kebakaran.
Penyediaan infrasturktur-pengelolaan proteksi kebakaran.
Sumber : Pengamatan lapangan. Juni 2015
2.6 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN KAWASAN PRIORITAS
Identifikasi kebutuhan penanganan kawasan prioritas merupakan penilaian terhadap jenis, besaran, dan lokasi infrstruktur permukiman perkotaan yang dibutuhakn berdasarkan potensi, permasalahan eksisting, dan rencana pengembangan kawasan di masa mendatang. Lebih jelasnya kebutuhan penanganan dapat dilihat pada tabel 3.10.
Berdasarkan kondisi bangunan tempat tinggal di kawasan prioritas sebagian besar merupakan banguan permanen (kelurahan Talang, Negeri Olok Gading, perumnas Way Halim(. Sebaian permukiman merupakan bangunan temporer, dengan material dari papan (kelurahan Kota karang Raya dan Kelurahan Kaliawi). Pengamatan terhadap aspek tata ruang, ditemui juga permukiman yang berada di bantaran sungai (Kelurahan Negeri Olok Gading), permukiman di perbukitan (Kelurahan Kaliawi) dan permukiman di bibir pantai (Kelurahan Kota Karang Raya).
IV-
Masalah pada aspek persampahan, yaitu masih adanya masyarakat yang membuang sampah ke bibir pantai (Kelurahan Kota Karang Raya). Sedangkan dari aspek drainase lingkungan masih ditemui jalan lingkungan yang ada tidak teradpat saluran drainase,
IV-24
Peta 3.6 Tipologi Permukiman Nilai Tradisional
Tabel 3.10 Identifikasi Kebutuhan Penanganan KawasanNo.
Aspek Yang
Masalah Dampak Yang
Lokasi Kebutuhan Penanganan
IV-25
Diamati Terjadi1. Bangunan
Gedung dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kualitas bangunan yang buruk, rumah menggunakan bahan kayu, tidak ada jarak antar bangunan
Rumah tidak sehat dan tidak layak huni.
Kelurahan Kaliawi (Kecamatan Tanjung Karang Pusat).
1. Pencegahan Pengawasan
dan pengendalian (kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis)
Pemberdayaan masyarakat.
2.Peningkatan kualitas Pemugaran Peremajaan Permukiman
kembali.
Lokasi permukiman juga dalam kondisi rawan bencana, karena berada di sisi tebing
Kelurahan Kaliawi
Bangunan permukiman berada di bibir pantai
Kelurahan Kota Karang Raya (Kec. Teluk Betung Timur)
Di kawasan permukiman belum disediakan RTH.
Hampir semua kawasan
Penyediaan sarana permukiman (RTH).
2. Jalan Lingkungan
Lebar jalan/gang di beberapa kawasan kota sempit, dengan lebar sekitar 1.5-2,0 meter.
Kelurahan Kaliawi (Kecamatan Tanjung Karang Pusat).
Perbaikan aspal/paving/cor pada jalan lingkungan, termasuk jalur evakuasi bila terjadi kebakaran.
Jalan lingkungan di permukiman pesisir pantai terbuat dari kayu/bambu.
Kelurahan Kota Karang Raya (Kecamatan Teluk Betung Timur)
Rehabilitasi jalan untuk peningkatan kualitas jalan, dengan perubahan material dan penambahan bangunan pelengjkap jalan. Termasuk jalur evakuasi bila terjadi kebakaran.
3. Drainase Lingkungan
Masih terdapat jaringan jalan di sekitar permukiman yang tidak mempunyai jaringan drainase.
Kelurahan Talang .Semua kawasan
Penyediaan dan perbaikan sistem drainase.
4. Air Minum Mayoritas penduduk Kota Bandar Lampung mendapatkan akses air minum dari PDAM Way Rilau.
5. Air LImbah Masih ditemui buangan limbah rumah tangga yang dialirkan ke
Pencemaran lingkungan
Semua kawasan
Pembangunan Pengolahan Limbah skala kawasan.
IV-26
badan jalan dan sungai
6. Sampah Pemukiman pesisir pantai membuang sampah sembarangan ke pantai.
Tumpukan sampah di badan pesisir pantai.
Kelurahan Kota Karang Raya.
Penanganan sampah rumah tangga dengan pola 3 R (reuse, reduce, recycle)
7. Pengamanan Kebakaran
Kawasan permukiman yang ada bellum menyediakan pengamanan kebakaran.
Kesulitan dalam pengamanan bencana
Kaliawi, Kota Karang Raya, dan Perumnas Way Halim
Pembangunan sarana proteksi kebakaran sederhana.
Pembangunan hydran air.
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, dan Analisis RPKPP Kota Bandar Lampung