bab iv
TRANSCRIPT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Percobaan untuk Pola Aliran Tanpa Sekat dan Dengan Sekat
Ada jenis impeller yang membentuk pola aliran aksial maupun radial.
Berikut adalah gambar pola aliran yang di hasilkan dari percobaan.
Tabel 4.1 Pola Aliran untuk Variasi Jenis Impeller
Jenis
ImpellerKecepatan
Gambar Pola Aliran
Tanpa Sekat Dengan Sekat Pola Aliran
Propeller 5
Vorteks 3 cm
Aksial
Tidak ada vortex
Radial
Turbin 5
Vorteks 3 cm
Aksial
Tidak ada vortex
Radial
Paddle 5
Vorteks 3 cm
AksialTidak ada vortex
Radial
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa percobaan yang dilakukan dengan impeller
propeller, turbin, paddle dilengkapi sekat menghasilan jenis aliran aksial. Sedangkan
pada impeller propeller, turbin dan paddle tanpa sekat menghasilkan pola radial.
Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk untuk impeller jenis propeller
tanpa sekat dan dengan sekat adalah aksial (Oldshue, 1983).
Berdasarkan teori yang diperoleh, maka percobaan yang dilakukan dengan
impeller propeller dengan sekat belum sesuai dengan teori yang ada, yaitu berupa
pola aliran aksial.
Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk pada tangki tanpa sekat untuk
jenis turbin 3 atau 4 bilah adalah aliran aksial dan untuk turbin 6 bilah adalah radial.
Dan untuk tangki dengan sekat alirannya adalah radial (Paul, dkk, 2004).
Berdasarkan teori yang diperoleh, maka percobaan yang dilakukan dengan
impeller turbin baik tanpa sekat belum sesuai dengan teori yang ada, yaitu berupa
pola aliran radial.
Sedangkan teori untuk paddle mengatakan bahwa pola aliran pada tangki
tanpa sekat adalah aksial. Dan tangki dengan sekat menghasilkan pola aliran radial
(Nienow, dkk, 1997).
Berdasarkan teori yang diperoleh, maka percobaan yang dilakukan dengan
impeller paddle dengan sekat ataupun tanpa sekat telah sesuai dengan teori yang ada.
Pada percobaan yang tidak menggunakan sekat, terdapat vorteks pada saat
impeller mulai dijalankan, yaitu dengan tinggi vorteks untuk propeller, turbin, dan
peddle berturut-turut adalah 3 cm pada kecepatan 5. Namun pada percobaan yang
menggunakan sekat tidak terdapat vorteks.
4.2 Percobaan untuk Dispersi Padatan
4.2.1 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki tanpa Sekat terhadap
Waktu Pencampuran
200 300 4005
6
7
8
9
10
11
12
13
propeller
turbin
paddle
Kecepatan Rotasi ( rpm )
Wak
tu P
enca
mpu
ran
( det
ik )
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Kecepatan Impeller terhadap Waktu Pencampuran
untuk Tangki tanpa Sekat
Gambar 4.1 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu
pencampuran pasir dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah
propeller, turbin, dan paddle dengan kecepatan 5, 6, dan 7 atau 255,556 rpm,
304,445 rpm, dan 353,324 rpm. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kecepatan
impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari
penurunan waktu setiap kenaikan kecepatan.
Dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan propeller adalah 12 detik, 7
detik, dan 6 detik, dengan vorteks yang terbentuk sebesar 2,8 cm, 4,5 cm, 6,6 cm.
Sedangkan pada turbin, waktu yang dibutuhkan seiring bertambahnya kecepatan
adalah 10 cm, 9 cm, 7 cm, dengan vorteks yang terbentuk sebesar 3,5 cm, 5,9 cm,
dan 7 cm. Dan waktu yang dibutuhkan oleh paddle 10 detik, 8 detik, dan 6 detik,
dengan vorteks 3,7 cm, 5,5 cm, dan 7,9 cm.
Waktu pencampuran adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan
bahan-bahan menjadi seragam dan lebih kecil bila dibandingkan dengan waktu reaksi
(Albright, 2009). Waktu pencampuran meningkatkan banyaknya partikel yang
tersuspensi ke dalam cairan serta semakin besar kecepatan impeller maka waktu
pencampuran dari padatan dan cairan semakin kecil (Zlokarnik, 2001).
Selain itu kenaikan kecepatan pencampuran pada viskositas tinggi dapat
dicapai pada impeller yang besar karena dapat meningkatkan pola aliran (Nienow,
dkk, 1997). Karena itu pada viskositas rendah, maka pada saat pencampuran
terbentuk vorteks yang mengakibatkan cairan dimasuki gas (Zlokarnik, 2001) baik
untuk arah aliran radial maupun aksial (Oldshue, 1983).
Daya yang dibutuhkan untuk memutar sebuah pengaduk berhubungan dengan
diameter dan kecepatan pengaduknya. Sedikit peningkatan kecepatan putaran dan
diameter pengaduk akan menyebabkan sebuah penambahan kebutuhan daya yang
besar dan pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang
berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan (Nurhafizah, dkk., 2008).
Jadi, hasil percobaan telah sesuai dengan teori yang ada dimana waktu
pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan impeller (Zlokarnik, 2001).
4.2.2 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki dengan Sekat terhadap
Waktu Pencampuran
200 300 4004
6
8
10
12
14
propellerturbinpaddle
Kecepatan Rotasi ( rpm )
Wak
tu P
enca
mpu
ran
( det
ik )
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Kecepatan Impeller terhadap Waktu Pencampuran
untuk Tangki dengan Sekat
Gambar 4.2 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu
pencampuran pasir dan air untuk tangki dengan sekat. Impeller yang digunakan
adalah propeller, turbin, dan peddle dengan kecepatan 5, 6, dan 7 atau 255,556 rpm,
304,445 rpm, dan 353,324 rpm. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kecepatan
impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari
penurunan waktu setiap kenaikan kecepatan.
Dapat dilihat bahwa waktu yang di butuhkan propeller adalah 12 detik, 7
detik, dan 7 detik. Sedangkan pada turbin, waktu yang dibutuhkan seiring
bertambahnya kecepatan adalah 12 cm, 7 cm, 6 cm. Dan waktu yang dibutuhkan oleh
paddle 8 detik, 6 detik, dan 5 detik. Dimana tidak ada vorteks yang terbentuk dari
ketiga impeller tersebut.
Hal ini dikarenakan adanya sekat. Pemakaian sekat meningkatkan laju
pencampuran (Albright, 2009) dan proses pencampuran naik menjadi 2 atau 4 kali
dibandingkan dengan tanpa sekat (Cheremisinoff, 2000). Sekat tidak dibutuhkan
pada cairan viskositas tinggi atau pada cairan dengan bilangan Reynold terlalu
rendah serta sekat akan menaikkan daya pada agitator (Paul, dkk, 2004).
Daya yang dibutuhkan untuk memutar sebuah pengaduk berhubungan dengan
diameter dan kecepatan pengaduknya. Sedikit peningkatan kecepatan putaran dan
diameter pengaduk akan menyebabkan sebuah penambahan kebutuhan daya yang
besar dan pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang
berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan (Nurhafizah, dkk., 2008).
Waktu pencampuran adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencampurkan
bahan-bahan menjadi seragam dan lebih kecil bila dibandingkan dengan waktu reaksi
(Albright, 2009). Waktu pencampuran meningkatkan banyaknya partikel yang
tersuspensi ke dalam cairan serta semakin besar kecepatan impeller maka waktu
pencampuran dari padatan dan cairan semakin kecil (Zlokarnik, 2001).
Waktu pencampuran oleh paddle lebih cepat merupakan impeller dengan
bilah yang besar sehingga biasa digunakan untuk mengaduk cairan dengan viskositas
tinggi menghasilkan pergerakan yang viskos di dalam tangki (Holland, 1973).
Diikuti dengan turbin yang menghasilkan pola aliran radial yang memiliki
tegangan geser yang besar dan bergerak secara radial terhadap dinding tangki
(Paul,dkk, 2004).
Sedangkan propeller yang memiliki waktu pencampuran paling besar karena
arah aliran aksial yang ditimbulkan hanya bergerak secara pararel terhadap dinding
tangki (Oldshue, 1983).
Jadi hasil percobaan telah sesuai dengan teori yang ada, yaitu kecepatan
impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran dan pemakaian sekat akan
mempercepat pencampuran.
4.2.3 Pengaruh Posisi Pengaduk untuk Tangki tanpa Sekat terhadap
Waktu Pencampuran
0.2 0.3 0.4 0.5 0.62
4
6
8
10
12
14
propeller
turbin
paddle
Posisi Pengaduk ( cm )
Wak
tu P
enca
mpu
ran
( det
ik )
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Posisi Pengaduk terhadap Waktu Pencampuran
untuk Tangki tanpa Sekat
Gambar 4.3 menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu
pencampuran pasir dan air untuk tangki tanpa sekat. Posisi pengaduk antara lain
adalah 1/2, 1/3, 1/4 dengan kecepatan tetap yaitu 5 atau 206,667 rpm. Pada
percobaan dengan menggunakan impeller propeller, turbin, dan peddle tanpa sekat
menghasilkan vorteks. Dapat dilihat bahwa waktu yang dibutuhkan propeller adalah
10 detik, 4 detik, dan 4 detik, dengan vorteks yang terbentuk sebesar 3,7 cm, 3,3 cm,
3,1 cm. Sedangkan pada turbin, waktu yang dibutuhkan seiring bergantinya posisi
pengaduk adalah 10 detik, 3 detik, 3 detik, dengan vorteks yang terbentuk sebesar 3,5
cm, 3,7 cm, dan 3,1 cm. Dan waktu yang dibutuhkan oleh paddle 12 detik, 4 detik,
dan 5 detik, dengan vorteks 2,8 cm, 2,5 cm, dan 2,5 cm.
Dalam beberapa hal ada ketetapan untuk mengubah posisi impeller. Untuk
suspensi padat, penempatan impeller adalah 1/3 dari ujung impeller ke dasar tangki.
Kriteria ini dikembangkan Dickey (1984) berdasarkan viskositas cairan dan rasionya
dari kedalaman tangki (Wallas, 1990).
Daya yang dibutuhkan untuk memutar sebuah pengaduk berhubungan dengan
diameter dan kecepatan pengaduknya. Sedikit peningkatan kecepatan putaran dan
diameter pengaduk akan menyebabkan sebuah penambahan kebutuhan daya yang
besar dan pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang
berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan (Nurhafizah, dkk., 2008).
Jadi hasil percobaan yang dilakukan kurang sesuai dengan teori yang ada
karena pada posisi 1/3, grafik mengalami fluktuatif. Hal ini disebabkan karena
kurang telitinya praktikan dalam memperhatikan waktu pencampuran.
4.2.4 Pengaruh Posisi Pengaduk untuk Tangki dengan Sekat terhadap
Waktu Pencampuran
0.2 0.3 0.4 0.5 0.62
4
6
8
10
12
14
propeller
turbin
paddle
Posisi Pengaduk ( cm )
Wak
tu P
enca
mpu
ran
( de
tik
)
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Posisi Pengaduk terhadap Waktu Pencampuran
untuk Tangki dengan Sekat
Gambar 4.4 menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu
pencampuran pasir dan air untuk tangki dengan sekat. Posisi pengaduk antara lain
adalah 1/2, 1/3, 1/4 dengan kecepatan tetap yaitu 5 atau 206,667 rpm. Pada
percobaan dengan menggunakan impeller propeller, turbin, dan peddle dengan sekat
dan tidak menghasilkan vorteks. Pemakaian sekat meningkatkan laju pencampuran
(Albright, 2009) dan proses pencampuran naik menjadi 2 atau 4 kali dibandingkan
dengan tanpa sekat (Cheremisinoff, 2000). Sekat tidak dibutuhkan pada cairan
viskositas tinggi atau pada cairan dengan bilangan Reynold terlalu rendah serta sekat
akan menaikkan daya pada agitator (Paul, dkk, 2004).
Secara teori, semakin cepat kecepatan impeler, maka keturbulenan yang
ditimbulkan juga akan semakin tinggi sehingga pendispersian akan lebih cepat terjadi
(McCabe dkk, 1999). Untuk pemakaian sekat, posisi impeler di pusat tangki
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mendispersikan pasir dibandingkan
dengan posisi impeler di dekat dinding tangki karena untuk pencampuran antara
padatan yang jauh lebih berat daripada air, pencampuran dimulai dari pengangkatan
padatan, lalu penyebaran padatan dalam air. Posisi impeler di pusat tangki dengan
sekat menyebabkan aliran yang dihasilkan menjadi tersebar dan melemah, ditambah
lagi dengan pengurangan tenaga akibat benturan dengan sekat sehingga pasir susah
terangkat, menyebabkan pencampuran melambat. Sedangkan posisi impeler di dekat
dinding tangki walaupun kurang merata, aliran yang dihasilkan lebih terfokus dan
cukup kuat untuk mengangkat pasir sehingga pencampuran lebih cepat terjadi.
Daya yang dibutuhkan untuk memutar sebuah pengaduk berhubungan dengan
diameter dan kecepatan pengaduknya. Sedikit peningkatan kecepatan putaran dan
diameter pengaduk akan menyebabkan sebuah penambahan kebutuhan daya yang
besar dan pada umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang
berakibat pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan (Nurhafizah, dkk., 2008).
Dalam beberapa hal ada ketetapan untuk mengubah posisi impeller. Untuk
suspense padat, penempatan impeller adalah 1/3 dari ujung impeller ke dasar tangki.
Kriteria ini dikembangkan Dickey (1984) berdasarkan viskositas cairan dan rasionya
dari kedalaman tangki (Wallas, 1990).
Jadi hasil percobaan yang dilakukan belum sesuai dengan teori yang ada
karena pada posisi 1/3, grafik mengalami fluktuatif. Hal ini disebabkan karena
kurang telitinya praktikan dalam memperhatikan waktu pencampuran.
4.2.5 Pengaruh Fraksi Padatan untuk Tangki tanpa Sekat terhadap Waktu
Pencampuran
20 40 60 802
4
6
8
10
12
14
propeller
turbin
paddle
Fraksi Padatan ( gram )
Wak
tu P
enca
mp
ura
n (
det
ik )
Gambar 4.5 Grafik pengaruh Fraksi Padatan terhadap Waktu Pencampuran
untuk Tangki dengan Sekat
4.2.6 Pengaruh Fraksi Padatan untuk Tangki dengan Sekat terhadap
Waktu Pencampuran
20 40 60 802
6
10
14
propeller
turbin
paddle
Fraksi Padatan ( gram )
Wak
tu P
enca
mp
ura
n (
det
ik )
Gambar 4.5 Grafik pengaruh Fraksi Padatan terhadap Waktu Pencampuran
untuk Tangki tanpa Sekat
4.3 Percobaan untuk Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut
4.3.1 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki Tanpa Sekat terhadap
Waktu Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut
3 4 5 6 7 8 1
4
7
10
propeller
turbin
paddle
Kecepatan rotasi ( rpm )
Wak
tu P
enca
mpu
ran
( det
ik )
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Kecepatan Impeller terhadap Waktu untuk Tangki
Tanpa Sekat pada Cairan yang Tidak Saling Melarut
Gambar 4.5 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu
pencampuran minyak goreng dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang
digunakan adalah propeller, turbin, dan paddle dengan kecepatan 5, 6, dan 7 atau
206,667 rpm, 304,445 rpm, dan 353,324 rpm. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
kecepatan impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari
penurunan waktu setiap kenaikan kecepatan.
Dapat dilihat bahwa waktu yang di butuhkan propeller adalah 7 detik, 4 detik,
dan 3 detik, dengan vorteks yang terbentuk sebesar 3,5 cm, 5,4 cm, 6,8 cm.
Sedangkan pada turbin, waktu yang dibutuhkan seiring bertambahnya kecepatan
adalah 9 cm, 8 cm, 5 cm, dengan vorteks yang terbentuk sebesar 3,4 cm, 7 cm, dan 9
cm. Dan waktu yang dibutuhkan oleh paddle 6 detik, 5 detik, dan 3 detik, dengan
vorteks 3,5 cm, 7 cm, dan 9,5 cm.
Dasar yang menyebabkan pemisahan jenis minyak apapun dari air adalah
perbedaan densitas antara kedua cairan tersebut. Saat suhu naik, densitas minyak
akan turun lebih cepat dari pada penurunan densitas air. Untuk minyak yang lebih
ringan dari pada air, perbedaan densitas meningkat seiring dengan kenaikan suhu
sehingga minyak dan air dapat terpisah lebih cepat. Bahkan untuk minyak yang lebih
berat dari air, pemisahan juga akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih
tinggi, meskipun densitas minyak mendekati densitas air. Faktor lain yang juga
mempengaruhinya adalah kekentalan air (Widiahtuti, 2008).
Semakin bertambahnya laju pengadukan, maka minyak yang terdispersi
dalam air semakin meningkat (Sary, 2009). Hal ini dapat pula dilihat pada grafik
yaitu apabila kecepatan impeller ditambah, maka waktu yang dibutuhkan oleh
minyak dan air terdispersi semakin singkat.
Jadi, hasil percobaan telah sesuai dengan teori yang ada dimana waktu
pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan impeller (Zlokarnik, 2001).
4.3.2 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki Dengan Sekat terhadap
Waktu Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut
3 4 5 6 7 8 1
2
3
4
5
6
7
8
propeller
turbin
paddle
Kecepatan rotasi ( rpm )
Wak
tu P
enca
mpu
ran
( det
ik )
Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Kecepatan Impeller terhadap Waktu untuk Tangki
Dengan Sekat pada Cairan yang Tidak Saling Melarut
Gambar 4.6 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu
pencampuran minyak “Sania” dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang
digunakan adalah propeller, turbin, dan paddle dengan kecepatan 5, 6, dan 7 atau
206,667 rpm, 304,445 rpm, dan 353,324 rpm. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
kecepatan impeller berbanding terbalik dengan waktu pencampuran yang terlihat dari
penurunan waktu setiap kenaikan kecepatan.
Dapat dilihat bahwa waktu yang di butuhkan propeller adalah 6 detik, 3 detik,
dan 2 detik. Sedangkan pada turbin, waktu yang dibutuhkan seiring bertambahnya
kecepatan adalah 7 cm, 4 cm, 2 cm. Dan waktu yang dibutuhkan oleh paddle 6 detik,
3 detik, dan 2 detik. Dimana tidak ada vorteks yang terbentuk dari ketiga impeller
tersebut. Hal ini dikarenakan adanya sekat. Pemakaian sekat meningkatkan laju
pencampuran (Albright, 2009) dan proses pencampuran naik menjadi 2 atau 4 kali
dibandingkan dengan tanpa sekat (Cheremisinoff, 2000). Sekat tidak dibutuhkan
pada cairan viskositas tinggi atau pada cairan dengan bilangan Reynold terlalu
rendah serta sekat akan menaikkan daya pada agitator (Paul, dkk, 2004).
Dasar yang menyebabkan pemisahan jenis minyak apapun dari air adalah
perbedaan densitas antara kedua cairan tersebut. Saat suhu naik, densitas minyak
akan turun lebih cepat dari pada penurunan densitas air. Untuk minyak yang lebih
ringan dari pada air, perbedaan densitas meningkat seiring dengan kenaikan suhu
sehingga minyak dan air dapat terpisah lebih cepat. Bahkan untuk minyak yang lebih
berat dari air, pemisahan juga akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih
tinggi, meskipun densitas minyak mendekati densitas air. Faktor lain yang juga
mempengaruhinya adalah kekentalan air (Widiahtuti, 2008).
Semakin bertambahnya laju pengadukan, maka minyak yang terdispersi
dalam air semakin meningkat (Sary, 2009). Hal ini dapat pula dilihat pada grafik
yaitu apabila kecepatan impeller ditambah, maka waktu yang dibutuhkan oleh
minyak dan air terdispersi semakin singkat.
Jadi, hasil percobaan telah sesuai dengan teori yang ada dimana waktu
pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan impeller (Zlokarnik, 2001).