bab iv

83
BENTUK PENYAJIAN TARI INDANG MANGUR DALAM ALEK NAGARI DI KENAGARIAN BATU KALANG KECAMATAN PADANG SAGO KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Oleh: Dwi Ayu Sisyani 83845/2007

Upload: novat-em

Post on 12-Aug-2015

955 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV

BENTUK PENYAJIAN TARI INDANG MANGUR DALAM ALEK NAGARI DI KENAGARIAN BATU KALANGKECAMATAN PADANG SAGO

KABUPATEN PADANG PARIAMAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Jurusan Pendidikan Sendratasik

Fakultas Bahasa dan Seni

Oleh:

Dwi Ayu Sisyani83845/2007

JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIKFAKULTAS BAHASA DAN SENIUNIVERSITAS NEGRI PADANG

2011

Page 2: BAB IV

2

Page 3: BAB IV

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6

C. Batasan Masalah............................................................................. 6

D. Rumusan Masalah........................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian............................................................................ 7

F. Manfaat Penelitian.......................................................................... 7

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 9

B. Penelitian Yang Relevan................................................................. 9

C. Landasan Teori............................................................................... 10

1. Pengertian Tari.......................................................................... 11

2. Tari Tradisi................................................................................ 11

3. Bentuk Penyajian...................................................................... 11

D. Kerangka Konseptual ..................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian............................................................................... 17

B. Objek Penelitian.............................................................................. 17

C. Jenis Data........................................................................................ 17

D. Instrumen Penelitian....................................................................... 18

E. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 19

F. Teknik Analisa Data....................................................................... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Asal Usul/Legenda Nagari Batu Kalang

2. Letak Geografis

3. Adat dan Masyarakat

Page 4: BAB IV

4. Mata Pencaharian

5. Agama

6. Pendidikan

7. Sistem Kesenian

B. Asal Usul Tari Indang

C. Prosesi Alek Nagari

D. Bentuk Penyajian Tari Indang Mangur

E. Deskripsi Gerak

1. Gerak

2. Iringan Musik Tari Indang Mangur

3. Pola Lantai Tari Indang Mangur

4. Tata Rias dan Busana

5. Waktu dan Tempat Pertunjukan

6. Property Tari Indang Mangur

7. Penari

F. Pembahasan

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 5: BAB IV

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sangat beragam kesenian tradisionalnya, sebagaimana

beranekaragamnya suku-suku bangsa dan kebudayaan serta adat istiadatnya.

Kesenian tradisional yang terdapat diseluruh Indonesia melambangkan ciri khas

dari tiap-tiap daerah di Indonesia dan memiliki keunikan masing-masing.

Sebagai salah satu unsur kebudayaan, kesenian tumbuh dan berkembang

bersamaan dengan masyarakat pendukungnya. Kesenian merupakan wahana yang

mampu dijadikan sebagai sarana pencetus, pengungkapan emosional masyarakat,

kesenian tersebut dapat berupa bagian dari kehidupan profane, artinya kesenian

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan duniawi, sedangkan

sebagai sarana pengungkap emosional masyarakat kesenian juga merupakan

bagian dari kehidupan sekuler , artinya kesenian merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan sekuler. Kayam (1981).

Kesenian merupakan unsur dan ekspresi kebudayaan manusia yang timbul

karena adanya proses dan budaya, didukung oleh masyarakat tertentu yang

homogen atau pun heterogen. Ia dapat mewujudkan perkembangan budaya dan

digunakan pada berbagai aktivitas sosial masyarakat pendukungnya. Sebagai salah

satu unsur kebudayaan adalah kesenian. Sebab kesenian tersebut tidak lepas dari

struktur tertentu sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dan mempunyai

makna sendiri.

1

Page 6: BAB IV

Sebagai salah satu unsur kebudayaan kesenian mempunyai beberapa

cabang. Diantaranya, seni musik, seni tari, seni lukis dan drama. Seni tari adalah

salah satu unsur seni yang dituangkan melalui gerak yang dapat pula dilihat dari

sisi tema, makna yang terkandung dalam setiap bentuk gerak dan segi

penyajianya. Sebuah tari dapat mencrminkan identitas suatu bangsa dalam

perwujudan estesis seperti yang diungkapkan Sedyawati dalam Dewi Permuni

(2010:2),

“Dengan melihat tari tradisi kita dapat pula mengetahui dari mana tari itu berasal, oleh dengan tarian terungkap ciri-ciri tertentu khas daerah yang bersangkutan yang berbeda dengan daerah lainnya. Dengan ada cirri khas ini kita dapat karena tumbuh, hidup masyarakat yang bersangkutan”.

Sumatera Barat yang disebut Minangkabau, memiliki kesenian tradisional

yang unik dan menarik. Kesenian merupakan aktivitas masyarakat yang bersifat

terbuka dari rakyat untuk rakyat, sesuai dengan sistim masyarakat yang

demokratis mendukung falsafah persamaan dan kesamaan antara manusia.

Kesenian daerah Minangkabau bermacam bentuknya, ada yang berbentuk tarian,

pencak silat, drama dan musik yang masih digunakan masyarakat pendukung dari

kesenian tradisional tersebut.

Sebagai bagian dari kesenian, tari memiliki hal–hal yang spesifik.

Kekhasan, tari dapat dilihat dari beberapa indikator dalam penyajian tari.

Spesifikasi tersebut sebagaimana dikemukakan dalam gerak, musik, kostum, pola

lantai dan ruang tempat penyajiannya. Isi pokok dari tari memang memiliki

kesamaan diberbagai daerah, akan tetapi dari segi gaya terdapat perbedaan sesuai

dengan tempat keberadaan perkembangan tari tersebut.

2

Page 7: BAB IV

Kesenian Tradisi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi yang dapat

digunakan oleh antar anggota masyarakat. Diantara beberapa jenis kesenian

terdapat kesenian tari yang menjadi alat yang dapat digunakan anggota

masyarakat sebagai sarana dalam melatih kepekaan jiwa manusia pada nilai-nilai

keindahan (estetika) yang terdapat dilingkungan masyarakat tersebut.

Tari tradisional merupakan satu bentuk tari rakyat, adapun ciri–ciri tari rakyat

adalah: 1) Fungsi sosial, 2) Ditarikan secara bersama, 3) Menurut spontanitas /

respon, 4) Bentuk geraknya sederhana, 5) Tata rias dan busana sederhana, 6)

Irama iringan dinamis dan cenderung cepat, 7) Jarang membawa cerita / lakon, 8)

Jangka waktu (durasi) pertunjukan tergantung gairah penari tergugah, 9) Sifat tari

rakyat sering harmonistis, 10) Tempat pementasan berbentuk arena, 11)

Bertemakan kehidupan masyarakat (Merurut Sedyawati, 1986: 169).

Kesenian tradisional merupakan ungkapan batin yang dinyatakan dalam

bentuk simbolis yang menggambarkan arti kehidupan masyarakat pendukungnya.

Seperti peristiwa keadatan merupakan landasan eksistensi yang utama bagi

pagelaran-pagelaran, pelaksaan-pelaksaan seni pertunjukan. Terutama yang

berupa tari-tarian dengan iringan bunyi-bunyian, merupakan kekuatan magis yang

diharapkan hadir, tetapi juga jarang merupakan semata-mata tanda syukur pada

peristiwa-peristiwa tertentu. Seperti tari panen yang mengungkapkan rasa syukur

terhadap hasil panen yang didapat. Maka dari itu nilai yang terkandung didalam

kesenian tradisional adalah nilai kepribadian dan nilai pandangan hidup

masyarakat pendukungnya. Kesenian tradisional akan mati dan punah jika

3

Page 8: BAB IV

pandangan hidup serta nilai-nilai kehidupan masyarakat pendukungnya tergeser

oleh nilai nilai baru.

Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan daerah juga berkembang di

tengah kenagarian Batu Kalang, seperti : Tari Indang Mangur. Tari ini merupakan

salah satu tari yang tumbuh dan berkembang di daerah Batu Kalang. Yang sampai

saat ini masih bertahan. Dinamakan Tari Indang Mangur karena tari ini berasal

dari Korong Mangur. Batu Kalang pada dahulunya terletak di Kecamatan VII

Koto, tapi karna luasnya daerah dan padat nya penduduk akhirnya Kecamatan VII

Koto ini dimekarkan menjadi tiga kecamatan yaitu: Kecamatan VII Koto,

Kecamatan Patamuan dan Kecamatan Padang Sago, yang mana pada akhirnya

Nagari Batu Kalang ini terletak di Kecamatan Padang Sago. Nagari Batu Kalang

ini memiliki sistem kekeluaragaan, gotong royong dan musyawarah.

Tari Indang dulunya dibawa oleh seorang pemuka islam yang berasal dari

Aceh yaitu Abdul Kadir. Disetiap dakwak-dakwahnya dalam penyiaran agama

islam, Beliau selalu menggunakan dendang-dendang syair pantun sebagai media

untuk penyiaran agama islam. Dari Aceh Abdul Kadir menyebarkan tari Indang

sampai ke Sumatera Barat yang tepatnya di kanagarian Batu Kalang Kecamatan

Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman.

Tari Indang Mangur menjadi Kesenian asli bagi masyarakat setempat. Tari

ini merupakan salah satu tari yang masih hidup dan bertahan. Tari ini tidak

diketahui lagi siapa penciptanya dan tahun berapa terciptanya, karena tari ini

diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

4

Page 9: BAB IV

Tari ini menggunakan properti indang dengan jumlah penari ganjil,

minimal 7 orang penari laki-laki tapi tari Indang Mangur ini lebih sering ditarikan

oleh 11 penari laki-laki, penari yang berada ditangah adalah penari yang akan

memberikan aba-aba untuk memulai tarian yang sering disebut dengan paningkah

indang. Dibelakng penari biasanya duduk seorang pendendang yang bagi

masyarakat setempat sering disebut dengan ”tukang zikia” yang mana isi

dendanganya adalah tentang sejarah-sejarah islam yang masuk kedaerahnya. Tari

Indang Mangur ini berdurasi lebih kurang 15 menit.

Dahulunya tari Indang berfungsi sebagai penyiaran agama Islam, namun

seiring dengan perubahan zaman tari itu berubah fungsinya sebagai hiburan. Di

Nagari Batu Kalang tari Indang biasanya ditampilkan pada Upacara Alek Nagari

(pesta rakyat) seperti upacara pengangkatan penghulu, pesta perkawinan, dan lain

sebagainya. Dalam upacara alek nagari tari Indang berfungsi sebagi tari hiburan,

untuk memeriahkan Upacara Alek Nagari.

Kalau tari ini ditampilkan dalam alek nagari , tari Indang ini dibagi atas

dua kali penampilan. Penampilan pertama disebut dengan Indang naiak yang

tampilanya berkisar sekitar jam 1 malam, dan penampilan kedua disebut dengan

Indang Lambuang yang tampilannya berkisar sekitar jam 8 malam di keesokan

harinya.

Tari Indang Mangur ini merupakan salah satu tari tradisi yang harus

dilestarikan, karna tari ini dahulunya sempat tidak diacuhkan lagi oleh masyarakat

dan hampir saja tari ini hilang dari peredaran karna pengaruh modrenisasi, tapi

sekarang semenjak adanya peraturan pemerintah yang menggalakan ”kembali

5

Page 10: BAB IV

kanagari” dengan tujuan menghidupkan kembali kesenian-kesenian tradisi yang

ada didaerah, hal ini merupakan salah satu motivasi bagi masyarakat untuk tidak

melupakan kesenian-kesenian tradisi yang sudah ada semenjak dahulu. Salah satu

contohnya adalah Tari Indang Mangur yang ada di Batu Kalang ini mulai di

bangkitkan lagi.

Karena kurangnya pelestarian Tari Indang Mangur ini Penulis tertarik

untuk menelitinya, agar tari ini bisa didiskripsikan dan didokumentaikan dalam

bentuk vidio dan foto. Yang dalam tulisan ini akan penulis tinjau dalam Bentuk

Penyajian Tari Indang Mangur di Kanagarian Batu Kalang Kecamatan Padang

Sago kecamatan Padang Pariaman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Asal usul Tari Indang

2. Fungsi Tari Indang

3. Bentuk Penyajian Tari Indang

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada Bentuk

Penyajian Tari Indang Mangur di Kenagarian Batu Kalang Kecamatan Padang

Sago Kabupaten Padang Pariaman. Pilihan pada hal tersebut berdasarkan

pengamatan (obvservasi) bahwa secara khusus mengenai bentuk penyajian tari

Indang Mangur didalam alek nagari belum dikemukakan sebelum–sebelumnya.

6

Page 11: BAB IV

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dapat dirumuskan masalah dalam

bentuk pertanyaan yaitu : Bagaimana Bentuk Penyajian Tari Indang Mangur di

Kenagarian Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman?.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mendiskripsikan Bentuk Penyajian Tari Indang Mangur di Kenagarian

Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Padang Pariaman, dapat menambah

kekayaan seni budaya lokal, selain itu jika dikembangkan dengan baik

melalui program wisata seni tradisional dapat menjadi salah satu sarana

dalam menambah pendapatan asli daerah Kabupataen Padang Pariaman.

2. Untuk seniman pendukung tari Indang Mangur yang berminat

mengembangkan tari ini.

3. Departemen Pendidikan Nasioanal Daerah maupun Pusat sebagai masukan

untuk mengembangkan tari Indang Mangur.

4. Jurusan Pendidikan Sendratasik Program Studi Pendidikan Seni Tari

Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang dalam upaya

meningkatkan pembangunan seni tari.

7

Page 12: BAB IV

5. Sebagai bahan pokok studi serta meningkatkan apresiasi dan kualitas

mahasiswa dalam proses penataan tari.

6. Sebagai syarat untuk mengambil strata I di Sendratasik Fakultas Bahasa

dan Seni Universitas Negeri Padang.

8

Page 13: BAB IV

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

Tari Indang Mangur merupakan tari tradisi yang berasal dari Nagari Batu

Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman.

Tinjauan pustaka dilakukan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih

dengan peneliti sebelumnya. Disamping itu juga untuk melihat sejauh mana

keterkaitan atau perbedaan kajian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan

peneltian yang dilakukan pada tulisan ini. Pada objek penelitian yang diteliti

penulis mengenai Bentuk Penyajian Tari Indang Mangur dikenagarian Batu

Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman. Sampai saat ini

penulis belum menemukan penulisan dalam bentuk lain baik ditulis dalam bentuk

makalah, skripsi, maupun laporan penelitian. Dalam hal ini penulisan ini

merupakan penulisan pertama mengenai Bentuk dan Isi Tari Indang Mangur

dikenagarian Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah :

1. Ediwar 2001, yang berjudul “Kesenian Indang Pariaman di Kanagarian

Toboh Gadang kecamatan Sintoga Kabupaten Padang Pariaman. Hasil

penelitiannya adalah menguraikan tentang pertunjukan kesenian Indang

yang dilaksankan pada suatu tempat yang disebut dengan laga-laga,

struktur penyajian Indang naik, Indang Lambung, sajian sapangka alek duo

dan alek satu. (skripsi)

9

Page 14: BAB IV

2. Destriana 2009, yang berjudul ”Bentuk Penyajian Tari Kebar di dalam

masyarakat Desa Sukajadi Kecamatan Dempo Tengah jota Pagaralam.

Hasil penelitiannya adalah membahas tentang unsur-unsur yang terkait di

dalam tari yaitu: gerak, nama gerak, pola lantai,penari, musik busana,tata

rias dan tempat pertunjukan. (skripsi)

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak persis sama dengan

objek penelitian dari kedua penulis di atas, tetapi penelitian yang

dilakukan adalah membahas tentang bagaimana “ Bentuk penyajian tari

Indang Mangur dalam Alek Nagari di Kanagarian Batu Kalang

Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman.

C. Landasan Teori

1. Pengertian Tari

Tari merupakan bagian dari kebudayaan yamg menggambarkan ekspresi

dimana tari itu tumbuh dan berkembang.

Soedarsono (1978:3) menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia

yang diungkapan dengan gerak-gerak yang ritmis dan indah. Sedangkan Suzane

K. lager dalam Soedarsono (1977:17) menyatakan bahwa tari adalah gerak-gerak

yang dibentuk secara ekspresif (yang di stelir) yang diciptakan oleh manusia

untuk dapat dinikmati dengan rasa.

Rusliana dalam Melda Wahyuni Sy (2007:9), tari merupakan ungkapan

gerak yang distilir yang berdasarkan pola yang telah ditentukan sesuai dengan

kaidah-kaidah komposisi tari dengan tampak adanya nama tarian, tema tarian,

10

Page 15: BAB IV

ciri-ciri komposisisnya, ciri iringannya, ciri kostum dan rias, serta cirri tersendiri

dari unsur seni lain sebagai pendukungnya.

Suryodiningrat yang dikutip Soedarsono dalam Melda Wahyuni Sy (2007 :

10), mengatakan bahwa tari gerakan tari-tari seluruh bagian tubuh manusia yang

disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu.

2. Tari Tradisi

Setiap daerah memiliki cirri khas kesenian tersendiri. Ciri khas kesenian

tersebut dapat dilihat pada gerak dan musik. Pada kesenian tradisi unsur yang

terkait merupakan tradisi yang telah ditetapkan dan tidak berubah secara turun

temurun.

Menurut Soebadio (dalam Mursal, 1993 : 10) :

“tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan. Ia berkembang menjadi suatu system, memiliki pola-pola dan norma-norma yang sekaligus juga mengatur penggunaan saksi dan ancaman terdaoat pelanggaran dan penyimpangan”.

Rusliana dalam Sri Suryani (2010:10) mengemukan tentang tari tradisi

adalah sekelompok khazanah tari yang sudah cukup lama berkembang menjadi

warisan leluhur yang pada umumnya telah memiliki prinsip-prinsip aturan yang

sesuai dengan wilayah atau daerahnya (aturan yang sudah mentradisi).

3. Bentuk Penyajian

Kata bentuk menurut kamus besar bahasa Indonesia (1997: 119) berarti:

wajud yang ditampilkan (tampak). Bentuk memiliki unsur-unsur kesatuan, variasi,

kontinutas, klimaks dan keutuhan yang harmonis dan dinamis.

11

Page 16: BAB IV

Langger (1996 : 61) menyatakan bentuk merupakan suatu keutuhan

struktur penyajian tari yang mencakup berbagai unsur dalam sebuah penampilan

tari yang meliputi gerak, pola lantai, kostum, dan musik iringan tari.

Sejalan dengan pendapat Djelantik dalam Elinda (2008 : 12) bentuk adalah

unsur dasar dari susunan pertunjukan, unsur penunjang yang membantu bentuk-

bentuk ini mencapai perwujudannya yang khas seperti gerak, penari, musik, pola

lantai, kostum dan tata rias, serta tempat pertunjukan. Webster’s (1996)

sebagimana yang telah dikutip smith dalm Suharto (1985 : 6) bentuk merupakan

wujud dan struktur sesuatu yang dapat dibedakan dari materi yang di tata.

Berdasrkan pendapat diatas, bentuk tari Indang Mangur meliputi unsur

pendukung seperti : penari, kostum, pola lantai, tata rias, serta tempat pertunjukan.

Semua saling berhubungan dan saling berkaitan. Tanpa adanya semua unsur

tersebut, maka tidak akan dapat dilihat bagaimana bentuk dan wujud dari Tari

Indang Mangur tersebut.

Sedangkan kata penyajian dalam kamus besar bahasa Indonesia (1997:

862) berarti: proses pembuatan atau penampilan (tentang pertunjukan sebagainya).

Yang perlu dilihat dalam bentuk penyajian tari Indang Tuo Mangur ini

diantaranya adalah: gerak, penari, pola lantai, musik pengiring, kostum serta

property.

Berkaitan dengan bentuk penyajian tari Indang Mangur dalam Alek Nagari

di Kanagarian Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman

maka tidak terlepas dari bentuk penyajian tari tersebut. Tari Indang Mangur di

dalam upacara merupakan bentuk seni pertunjukan. Mengupas seni tari yang

12

Page 17: BAB IV

bersangkutan maka akan lebih jelas bila melihat bentuk penyajiannya. Bentuk

penyajian tari adalah penyajian tari secara keseluruhan dan melibatkan elemen-

elemen pokok komposisi tari.

Elemen-elemen tersebut dapat di uarikan sebagai berikut:

a. Gerak Tari

Gerak merupakan substansi dasar tari. Akan tetapi, tidak semua gerak

adalah tari. Tari adalah gerak yang sudah mengalami penggarapan, memiliki

makna dan nilai estetis. Secara garis besar menurut bentuk gerakannya ada

dua jenis gerak, yaitu gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah

gerak yang digarap untuk mendapatkan bentuk artistik dan tidak dimaksudkan

untuk menggambarkan sesuatu (Soedarsono, 1978: 22-23). Gerak maknawi

adalah gerak yang mengandung arti yang sudah jelas dan sudah mengalami

stilirisasi.

Gerak-gerak yang ada pada tari Indang Mangur ini ada gerak murni

dan gerak maknawi yang mempunyai bentuk yang sederhana dan memiliki

bentuk keindahan yang standar. Gerakannya diulang-ualng, mudah ditirukan,

dan tidak memiliki patokan tari yang baku.

b. Iringan Musik

Musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan tetapi musik adalah

pasangan yang tidak bisa ditinggalkan (Soedarsono, 1978:26). Fungsi musik

ada tiga: sebagai pengiring, memberi suasana, dan ilustrsi.

Sebagai pengiring tari, berarti peranan musik hanya mengiringi atau

menunjang penampilan tari. Fungsi musik sebagi pemberi suasana berarti

13

Page 18: BAB IV

musik dipakai untuk membantu suasana adegan dalam tari. Fungsi musik

ilustrasi hanya berfungsi sebagai pengiring. Tari tanpa musik dapat dilakukan

dan dinikmati akan tetapi musik dapat menambah bobot keindahan suatu

penyajian tari. Di dalam tari Indang Mangur menggunakan musik internal

yaitu musik dari penari itu sendiri dan properti yang digunakan.

c. Desain Lantai

Yang dimaksud dengan desaian lantai adalah garis-garis di lantai yang

dilalui oleh seorang penari atau garis-garis lantai yang dibuat oleh seorang

penari atau garis-garis yang dibuat formasi penari kelompok. Secara garis

besar ada dua pola garis dasar pada lantai,yaitu garis lurus dan garis lengkung

(Soedarsono, 1978: 42).

d. Tata Rias dan Busana

Dalam suatu pertunjukan, rias tidak bisa lepas dengan busana. Kedua

hal tersebut mempunyai satu kesatuan yang mendukung, rias dalam

pertunjukan adalah untuk memperjelas garis-garis wajah dan membentuk

katarkter penari. Busana tari pada prinsipnya harus enak dipakai dan menarik

untuk dilihat. Busana kesenian daerah yang dipertahankan desain dan warna

simbolis daerah tersebut.

e. Tempat Pertunjukan

Pada dasarnya bentuk tempat pertunjukan di Indonesia terdiri dari tiga

macam yaitu bentuk arena, bentuk proscenium, dan bentuk campuran. Dalam

hal ini tempat yang digunakan dalam pementasan tari Indang Mangur adalah

arena yang dilalui tari pada prosesi alek nagari. Durasi tari ini adalah lebih

kurang 60 menit.

14

Page 19: BAB IV

f. Properti

Properti merupakan suatu alat yang digunakan dalam sebuah

pertunjukan yang tidak termasuk kostum dan perlengkapan panggung tetapi

merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari (Soedarsono, 1978:

68). Dalam tari Indang Mangur properti yang digunakan adalah indang.

D. Kerangka Konseptual

Setiap daerah memiliki kesenian tradisi daerah masing-masing.

Masyarakat Nagari Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten padang

pariaman memiliki kesenian tradisi yaitu tari Mangur yang merupakan hasil

penggarapan berdasarkan cita rasa pendukungnya.

Tari Indang biasanya ditampilkan pada acara alek nagari. Unsur-unsur

yang terdapat adalah gerak, penari, musik, pola lantai, kostum, dan tempat

pertunjukan.

Bentuk merupakan salah satu keutuhan struktur penyajian tari

mencangkup sebagai unsur dan sebuah penampilan tari, dalam hal ini meliputi:

gerak, penari, musik, pola lantai, kostum, tempat pertunjukan dan lainnya.

Berdasarkan landasan teori diatas sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, maka dapat dikembangkan penelitian ini dalam kerangka konseptual

sebagai berikut :

15

Page 20: BAB IV

Nagari Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman

Tari Indang Mangur

Bentuk Penyajian Tari Indang Mangur

Tempat pertunjukanPola lantai

Hasil Penelitian

Gerak Penari Musik Busana

Kerangka konseptual

Gambar 1. Kerangka berfikir pada Bentuk Penyajian tari Indang Mangur di dalam Alek Nagari Kanagarian Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman

16

Page 21: BAB IV

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Di dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif,

yaitu suatu penelitian yang diteliti secara langsung ke tempat dan kepada sumber

(objek) untuk menghasilkan data. Metode diskriptif digunakan untuk memenuhi

dan mengungkapkan serta mendokumentasikan data dilapangan.

Penelitian kualitatif selalu bersifat deskriptif, artinya data yang dianalisis

dan hasil analisanya berbentuk diskriptif. Fenomena tidak berupa angka-

angkaatau koofisien tentang hubungan antara variable data yang terkumpul berupa

kata-kata atau gambaran, Moleong, (1981:2)

Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara diskriptif kualitatif.

Analisa diskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengetahui Bentuk Penyajian

Tari Indang Mangur.

B. Objek Penelitian

Objek penilitian adalah Tari Indang Mangur di kenagarian Batu Kalang

Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman. Adapun fokus yang

dijadikan perhatian penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk Penyajian Tari

Indang Mangur ini.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk melengkapi

kepentingan penelitian adalah jenis data primer dan sekunder yakni :

17

Page 22: BAB IV

1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang berkaitan dengan penelitian yang

diperoleh melalui observasi / pengamatan secara langsung kelapangan. Disini

data-data yang diperoleh dengan hasil wawancara serta dokumentasi tentang

tari Indang Mangur di Kanagarian Batu Kalang Kecamatan Padang Sago

Kabupaten Padang Pariaman.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang menunjang dan data yang relevan

dengan kajian penelitian ini. Data sekunder diperoleh berupa teori-teori yang

relevan dan ditemukan melalui buku sumber. Data sekunder merupakan hasil

dari tinjauan kepustakaan.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah penelitian

sendiri yang dilengkapi dengan menggunakan alat bantu seperti :

1. Alat tulis

Untuk mencatat data-data yang diperoleh dari informan dan nara

sumber sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan sesuai dengan objek

penelitian.

2. Kamera foto / video

Untuk mendokumentasikan bagaimana bentuk gerak tari Indang

Mangur.

3. Tape recorder dan kaset

Untuk alat perekam dimana perekaman ini dilakukan untuk

mendapatkan data yang akurat.

18

Page 23: BAB IV

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan data-data penelitian, hal-hal yang dilakukan penulis

diantaranya:

1. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan ide-ide guna

penelitian yang akan dilakukan dilapangan nantinya. Dan menjadikan bahan

bacaan tersebut baik itu skripsi, makalah, maupun buku-buku yang relevan

terkait judul yang dikaji sebagai titik tolak dan sebagai penguat data-data yang

akan didapat dilapangan nantinya.

2. Observasi / pengamatan

Untuk mendapatkan data yang akurat maka metode awal yang harus

dilakukan adalah dengan teknik pengamatan. Peneliti melakuakan penelitian

secara langsung kelapangan mengenai Bentuk Penyajian Tari Indang Mangur

di Kanagarian Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang

Pariaman.

3. Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan

keterangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud mengkontruksikan

mengenai orang, kejadian, organisasi, motivasi, dan sebagainya.

4. Pemotretan

Pemotretan dilakukan untuk mengambil foto atau gambar. Yang

nantinya bisa djadikan sebagai bahan dokumentasi dan untuk menunjang

penulisan ini nantinya.

19

Page 24: BAB IV

5. Perekaman

Perekaman atau pengambilan video tari ini dilakukan supaya

mendapatkan hasil gambar yang lebih baik untuk mempermudah penulisan

dalam medeskripsikan bentuk penyajian Tari Indang Mangur.

F. Teknik Analisa Data

Tidak semua data yang didapat dilapangan diperlukan dalam penulisan ini.

Data yang didapat akan dibatasi sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk itu dalam

tahap ini semua data yang diperoleh akan dianalisis secara akurat dan diseleksi

sesuai dangan kebutuhan dan masalah yang diajukan, kemudian disusun secara

sistematis dan deskiptif. Langkah selanjutnya adalah melakukan metode

interprestasi dengan berbagai pertimbangan yang matang sehingga data tersebut

dapat dicapai ke objektifitasnya dan juga dapat diperoleh kebenaranya. Sehingga

masalah-masalah yang terdapat dalam penulisan ini dapat dibahas dan

terselesaikan nantinya.

20

Page 25: BAB IV

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Asal usul/legenda nagari Batu Kalang

Tertulis/terdengar cerita di daerah Kanagrian yang subur, tumbuh yang menghijau, di atas

tanah yang datar ditumbuhi pohon dan semak yang masih lebat, Nagari “Batu Kalang” orang

menyebutnya hiduplah seorang raja. Yang mana raja ini berasal/turun dari Darek yang

beristirahat di Nagari lebih kurang dalam satu bulan. Hari berganti hari, minggu berganti

minggu, dan selang waktu dalam satu bulan itu, kemudian Raja itu setiap harinya pergi mandi

ke sungai (Red:sekarang Batang Mangor) bersama putri dan istrinya dan juga pengikut-

pengikutnya. Pada waktu pergi mandi tersebut, Raja bersana putri didudukan diatas batu yang

sangat besar, karna batu tersebut agak oleng maka dikalanglah batu itu supaya jangan sampai

bergerak. Setelah sampai satu bulan mereka beristirahat, kemudian Raja tersebut berangkat

menuju arah Utara Nagari ini, melalui medan/jalan yang menurun dan mendaki. Setelah sampai

di bagian utara negeri ini, Raja kembali beristirahat di atas batu yang agak besar, di sela-sela

angin sepoi-sepoi, cuaca yang penuh bersahabat di iringi udara yang cerah, dan batu itu

bergerak kearah jurang yang sangat dalam. Supaya batu itu jangan sampai bergulir/jatuh ke

jurang yang sangat dalam lalu batu itu di kalang. Oleh sebab itulah Negeri ini di beri nama Batu

Kalang. Yang mana tempat kejadian dulunya yaitu di Dusun Batu Kalang Tuo yang bertempat

sekarang di Korong Lima Hindu.

21

Page 26: BAB IV

2. Letak geografis

Batu kalang merupakan kenagarian yang terletak di Padang Pariaman,dengan luas

wilayah 1240 Ha, dengan luas pemukiman 280 Ha, Kenagarian Batu kalang ini terdiri dari lima

Korong yaitu; Korong Punco Ruyung, Korong Lima Hindu, Korong Mangur, Korong Lubuk

Napa, Korong Kp. Piliang

Skala 1:1000

Sumber : Kantor Wali Nagari Batu Kalang Tahun 2011

Batas-batas wilayahnya adalah:

22

Page 27: BAB IV

a. Utara berbatasan dengan Nagari Tandikat

b. Selatan berbatasan dengan Nagari Koto Baru

c. Barat berbatsan dengan Nagari Koto Dalam

d. Timur berbatasan dengan Nagari Tandikat

Wilayah kenagarian Batu Kalang beriklim tropis dengan temperatur udara berkisar 27 –

30 °C. Curah hujan berada diatas rata-rata, lima tahun terakhir yakni sejumlah 3.000 mm/tahun

dengan jumlah hari hujan sebanyak 176 hari atau rata-rata 15 hari/bulan dan rata-rata curah hujan

200 mm/bulan.

Tabel 1. Kondisi Sosial Budaya Nagari

No. Uraian Jumlah Keterangan

1 KependudukanA. Jumlah Penduduk (Jiwa) 2640B. Jumlah KK 655C. Jumlah laki-laki

a. 0 – 15 tahun 415b. 16 – 55 tahun 520c. Diatas 55 tahun 270

D. Jumlah perempuana. 0 – 15 tahun 493b. 16 – 55 tahun 630c. Diatas 55 tahun 312

2 Kesejahteraan SosialA. Jumlah KK Prasejahtera 155B. Jumlah KK Sejahtera 115C. Jumlah KK Kaya 10D. Jumlah KK Sedang 140E. Jumlah KK Miskin 235

3 Tingkat PendidikanA. Tidak tamat SD 245B. SD 126C. SLTP 160D. SLTA 362E. Diploma/Sarjana 65

Sumber : Kantor Wali Nagari Batu Kalang Tahun 2011

23

Page 28: BAB IV

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Kependudukan.

Jumlah usia produktif lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan lansia.

Perbandingan usia anak-anak, produktif, dan lansia adalah sebagai berikut: 34% : 44% :

22%. Dari 2.640 jumlah penduduk yang berada pada kategori usia produktif laki-laki dan

perempuan jumlahnya hampir sama / seimbang.

2. Kesejahteraan

Jumlah KK Miskin mendominasi yaitu 35,9% dari total KK. KK Pra Sejahtera 23,7 %,

KK sejahtera 17,6 % KK Kaya 1,5 %. dan KK Sedang 21,4 %.

3. Tingkat Pendidikan

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama tamatan SMA sederajat 9 tahun baru

terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP mendominasi peringkat

Pertama.

3. Adat dan Masyarakat

Nagari Batu Kalang yang memiliki lebih kurang jumlah penduduk 2640 jiwa. Masyarakat

tersebut sama halnya dengan masyarakat umum yang ada di Minangkabau yakni masyarakat

yang memiliki budaya kehidupan adat istiadat sebagaiman dalam fatwa adat yang berbunyi “adat

basandi syarak, syarak basandi kikabullah”, (adat mengacu pada agama, agama mengacu pada

kitab [alqur’an]; agam yang mengatur atau menggariskan, adat yang menerapkan ). Fatwa

budaya adat istiadat tersebut yang dianut dalam kehidupan sehari-hari, agar masyarakat hidup

24

Page 29: BAB IV

dalam bentuk rukun dan dalam kebersamaan yang saling hormat menghormati, saling harga

menghargai dan saling caya mempercayai dan lain sebagainya. Masyarakat nagari Batu Kalang

dalam memahami adat untuk kehidupan sehari-hari dengan masyarakat Minagkabau umumnya

tidak jauh berbeda, hanya sekitar pengalam dan penafsiran adat dan semua itu tidak terlalu

menjolok. Walaupun terdapat perbedaan, namun masih menonjokan persamaan yang kental pada

seluruh mayarakat Minangkabau yang berada di daerah Nagari Batu Kalang.

Bentuk budaya dan adat lainnya yang dijalankan dalam kehidupan masyarakat Nagari

Batu Kalang juga sama dengan bentuk dijalankan oleh masyarakt Minangkabau umumnya yaitu

bentuk budaya dalam kehidupan sehari-hari adalah sistem martilinear (keturunan menurut garis

keturunan ibu). Sistim martilinear ini masih tetap dijalani oleh Masyarakat Minangkabau,

termasuk juga masyarakat di Nagari Batu Kalang. Dalam adat istiadat ini ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dari prinsip-prinsip yang terdapat dalam sistem tersebut sebagai berikut:

a) Setiap orang Minagkabau memiliki suku. Jika ibu memiliki suku Tanjung, maka secara

otomatis anak dari ibu baik yang laki-laki maupun yang perempuan juga bersuku

Tanjung.

b) Bagi ibu yang bijak dalam mendidik anak dan saudara-saudaranya, maka ibu

dinobatkan sebagai Bundo kanduang.

c) Para kaum laki-laki (dari garis keturunan ibu) yang dianggap mampu dalam memimpin,

dia diangkat menjadi pemimpin kaum yang disebut dengan tungganai, untuk

menentukan menjadi pimpinan kaum perlu diperhatikan terlebih dahulu tentang gelar

dari suku yang akan diberikankepada pimpinan kaum tersebut. Gelar yang diberika itu

merupakan warisan gelar dan jabatan kepada kaum laki-laki yang akan memimpin.

25

Page 30: BAB IV

Warisab gelar itu di namakan “sako”. Tujuan dari pengangkatan tumgganai ini adalh

agar lembaga kesukuan/Korong tetep terjaga.

d) Harta pusaka tinggi turun kepada ibu (perempuan), akan tetapi pengaturan penggunaan

harta tersebut diawasi oleh mamak (daudara laki-laki ibu). System pengaturan tersebut

bagi masyarakat Minangkabau mengacu pada fatwa adat “alam takambang jadi guru”

bahwa kaum laki-laki memaklumi wanita itu harus dilindungi, karena dalam ajaran

agama juga menerangkan bahwa perempuan itu dilindungi,dididik, dan dibimbing.

Oleh sebab itu harta pusaka dikelola oleh kaum ibu namun dibawah pengawasan

mamak. Tujuan dari pengawaan harta pusaka adalah; (a) agar pengelolaan dapat

dilakukan secara adil, (b) harta tidak bisa dijual secara individu, (c) harta tidak milik

individu.

Mengkaji sistim matrilineal yang berlaku di Nagari Batu Kalang Kecamatan Padang

Sago Kabupaten Padang Pariaman tentu tidak berbeda dengan sistem matrilineal yang berlaku

secara umum di Minangkabau, saperti beberapa bentuk sistem yang diuraikan diatas, ini lah yang

berlaku di masyarakat Minagkabau umumnya, masyarakat Nagari Batu Kalang khususnya.

Dalam adat juga terdapat etka-etika pergaulan yang harusdipahami agar sesama kita tetep

terjalin hubungan yang baik. Bentuk etika tersebut dalam fatwa “kato malereang, kato mandaki,

kato manurun, dan kato mandata” ( kata malereng, kata mendaki, kata menurun, dan kata

mendatar) maksud istilah tersebut adalah sebagi berikut;

a) Kato malereang adalah ungkapan kata-kata kapada orang yang memegang jabatan

didalam suku, seperti Niniak Mamak, dan Alim Ulama, Sumando (suami dai saudara

perempuan).

26

Page 31: BAB IV

b) Kato mandaki adalah ungkapan kata-kata kepada orang yang lebih besar dari kita seperti,

orang tua, nenek, kakak.

c) Kato manurun adalah ungkapan kata-kata kepada orang yang lebih muda seperti adik.

d) Kato mandata adalah ungkapan kata-kata kepada orang yang yang sebaya dengan kita.

4. Mata Pencaharian

Dilihat dari keadaan geografis dan iklim di nagari Batu Kalang, dimana dengan

kontur daerah yang datar dan berbukit-bukit dan beriklim tropis dengan temperatur udara

berkisar 27 – 30 °C . Maka sebagian besar masyarakat Nagari Batu Kalang bermata pencaharian

sebagai petani, industri, perdangangan dan jasa.

Meskipun secara umum mata pencaharian penduduk Nagari Batu Kalang disektor

pertanian, industri, perdagangan, dan jasa, tetap saja mata pencaharian penduduk yang banyak di

Nagari ini adalah adalah bertani atau disektor pertanian. Pertanian yang dikelola pada umumnya

adalah padi, kopi, kelapa, sayur mayur, buah-buahan dan lain sebagainya.

Persentase mata pencaharian penduduk Nagari Batu Kalang yang berada disektor

pertanian cukup tinggi. Hamper 70% penduduk Nagari Batu Kalang adalah petani. Selebihnya

berada di sektor industri, perdagangan dan jasa.

Tabel 2. Mata pencaharian Penduduk

No. Uraian Jumlah Keterangan

1. Mata PencaharianA. Buruh Tani 460B. Petani 487C. Peternak 55D. Pedagang 84E. Tukang Kayu 85F. Tukang Batu 78

27

Page 32: BAB IV

G. Penjahit 25H. PNS 76I. Pensiunan 54J. TNI/Polri 18K. Perangkat Nagari 13L. Pengrajin 75 Bordir, bantalM.Industri kecil 62 Pembuatan kerupuk, kueN. Buruh Industri 12O. Lain-lain 98

Sumber : Kantor Wali Nagari Batu Kalang Tahun 2011

Dapat dilihat dari tabek di atas mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani dan

buruh tani. hal ini juga disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa masyarakat

Nagari Batu Kalang adalah petani.

5. Agama

Pada umumnya masyarakat Nagari Batu Kalang Kabupaten Padang Pariaman menganut

agama islam. Sebagaimana agama yang diwarisi dan dianut oleh nenek moyang mereka. Sebagai

umat beragama mereka sangat taat menjalankan ibadah setiap waktu baik secara individual

maupun secara bersama-sama. Begitu pula dengan masyarakat Nagari Batu Kalang yang

termasuk kedalam Kabupaten Padang Pariaman 100% menganut agama islam. Karena

masyarakat didominasi penduduk asli Nagari Batu Kalang yang menganut agama islam yang

diwarisi dari nenek moyang mereka terdahulu hingga sekarang.

Akan tetapi sebelum agama islam masuk ke Minangkabau, masyarakat tersebut percaya

kepada kekuatan-kekuatan gaib, hal ini adalah pengaruh animism dan dinamisme, sebab sebelum

Islam masuk ke Minang kabau ada Agama Budha Sekte bairawa yang dibawa oleh

Adhityawaraman ke Minangkabau ketika ia mendirikan kerajaan pagaruyung, agama tersebut

28

Page 33: BAB IV

hanya berkembang terbatas dilingkungan kaum istana, oleh sebab itu Agama Budha tidak

dokenal secara luas dalam kehidupan masyarakat Minangkabau (Mardjani Martamin, 1979: 31)

6. Pendidikan

Masyarakat Nagari Batu Kalang sangat menyadari pentingnya pendidikan didalam

kehidupan mereka, sebab tujuan pendidikan secara umum bagi manusia adalah untuk

mencerdaskan manusia dan menjadikan manusiayang maju, adil dan makmur. Sehingga pada

saat ini anak usia sekolah betul-betul duduk di sekolah sesuai usia anak. Bukti bahwa masyarakat

tersebut menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting, dengan demikian sarana pendidikan

sudah ada di Nagari Batu Kalang.

Tabel 3. Prasarana dan Sarana Nagari

No Jenis Prasarana dan Sarana Desa Jumlah Keterangan

1 Kantor Nagari 1 Baru Pondasi

2 Gedung SLTA 1

3 Gedung SLTP 1

4 Gedung MTs 1

5 Gedung Pondok Pesantren 1

6 Gedung SD 4

7 Gedung MI -

8 Gedung TK 2

9 Masjid 7

10 Musholla 38 Perlu perbaikan.

11 Pasar Nagari -

12 Polindes 1

13 Panti PKK -

29

Page 34: BAB IV

14 Poskamling 5

15 Jembatan 2

16 Jembatan Gantung 2 Perlu perbaikan.

17 Gedung TPQ

Sumber : Kantor Wali Nagari Batu Kalang Tahun 2011

7. Sistem kesenian

Seni dan budaya merupakan warisan dari nenek moyang bangasa Indonesia yang parlu

dikembangkan dan dilestarikan. Berbagai seni dan budaya menunjukan bahwa kita memiliki

kepribadian dan peradaban yang tinggi serta terhomat, maka dari itu wajib melestarikan,

membina, mengembangkan, dan menumbuhkan kembali rasa kecintaan atas seni dan budaya itu

sendiri. Kareana seni maerpakan sarana untuk semangat agar berjiwa besar dan juga membentuk

kehalusan bunyi dengan penuh kasih sayang antar sesama manusia.

Beragam bentuk kesenian yang terdapat dalam masyarakat Nagari Batu Kalang antara

lain:

a) Seni Tari : seni tari di Nagari Batu Kalang cukup banyak ragam dan bentuknya, yang

merupakan budaya dari masing-masing daerah. namun berbagi bentuk seni tari

tersebut, banyak pula yang sudah hampir hilang dan dilupakan dilingkungannya, untuk

itu memang masih perlu penggalian yang mendalam. Tari yang masih ada diantaranya

tari gelombang, silek Alu Ambek, tari Piring, tari Indang dan lain sebagainya.

b) Seni rupa ialah : berupa anyaman-anyaman tikar, atap rumbia, ukiran yang terbuat dari

kayu seperti lesung,dan lain sebagainya.

c) Seni Musik : Seni musik Nagari Batu Kalang pada awalnya dikembangkan dengan alat

musik tradisional Nagari Batu Kalang namun dalam perkembangannya sudah banyak

30

Page 35: BAB IV

dipakai alat-alat musik modren. akan tetapi alat-alat musik tradisional masih tetap

dipergunakan sampai sekarang, bahkan tetap diusahakan untuk tetap dilestarikan salah

satu kesenian musik tradisioanl yang masih ada adalah ”batanbua”.

d) Seni teater : seni teater tradisioanl yang masih ada sampai saat ini adalah randai

Simarampang dan randai Nan Tongga.

B. Asal Usul Tari Indang Mangor

Secara kontekstual penelusuran asal-usul keberadaan tari Indang didalam masyarakat

Nagari Batu Kalang ini, metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data baik melalui

wawancara (,interview) langsung ke beberapa nara sumber / informan juga melalui riset

kepustakaan (library reseach). Setelah data terkumpul atau terinventarisir, dilakukan pengkajian

secara komperaitf (perbandingan). Dari hasil kajian itu didapatkan suatu kesimpulan yang

merangkum data yang cukup rinci, kronologis dan tingkat relevansinya dapat di pertangung

jawabkan secara ilmiah.

Tari Indang Mangor adalah jenis tari tradisi yang berpungsi sebagai hiburan. Menurut

Jamunar( wawancara 10 Mei 2011) tari Indang Mangor berasal dari Korong Mangor. tari

Indang tumbuh dan berkembang di Nagari Batu Kalang dan sekitarnya sejak zaman dahulu

jauh sebelum penjajahan belanda ada, yang merupakan tari kesenangan orang tua-tua

terdahulu. Tari ini dahulunya merupakan salah satu tari yang digunakan untuk menyiarkan

agama Islam, tapi sekarang tari Indang tidak lagi digunakan sebagai penyiaran Agam islam

melainkan hanya untuk hiburan.

Berdasarkan wawancara tanggal 10 mei 2011 dengan bapak Jafrijal menyatakan bahwa

tari Indang Tari Indang dulunya dibawa oleh seorang pemuka islam yang berasal dari Aceh yaitu

Abdul Kadir. Disetiap dakwak-dakwahnya dalam penyiaran agama islam, Beliau selalu

31

Page 36: BAB IV

menggunakan dendang-dendang syair pantun sebagai media untuk penyiaran agama islam. Dari

Aceh Abdul Kadir menyebarkan tari Indang sampai ke Sumatera Barat yang tepatnya di

kanagarian Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman. Tari Indang

Mangur menjadi Kesenian asli bagi masyarakat setempat. Tari ini merupakan salah satu tari yang

masih hidup dan bertahan. Tari ini tidak diketahui lagi siapa penciptanya dan tahun berapa

terciptanya, karena tari ini diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Dahulunya tari Indang berfungsi sebagai penyiaran agama Islam, namun seiring dengan

perubahan zaman tari itu berubah fungsinya sebagai hiburan. Di Nagari Batu Kalang tari Indang

biasanya ditampilkan pada Upacara Alek Nagari (pesta rakyat) seperti upacara pengangkatan

penghulu, pesta perkawinan, dan lain sebagainya. Dalam upacara alek nagari tari Indang

berfungsi sebagi tari hiburan, untuk memeriahkan Upacara Alek Nagari.

C. Prosesi Alek Nagari

Nagari Batu Kalang merupakan bagian dari Kabupaten Padang Pariaman, daerahnya

diapit oleh perbukitan, oleh sebab itu masyarakat disana umumnya hidup bertani. Pada dasarnya

kebudayaan di Padang Pariaman hampir sama dengan kebudayaan daerah Minangkabau lainnya,

tetapi ada juga sedikit perbedaan yang salah satunya dapat dilihat dari tata cara alek nagari nya.

Tradisi seni-budaya atau pamenan anak nagari di Minangkabau antara lain tumbuh dan

berkembang dalam tradisi budaya yang ditopang dengan apa yang dinamakan Alek nagari. Alek

nagari, yang merupakan suatu bentuk perayaan atau pesta budaya ini, dalam sejarah kebudayaan

Minangkabau, memang memiliki peran dan fungsi yang penting dalam memelihara dan

mengembangkan berbagai bentuk kesenian tradisi yang ada di setiap nagari secara otonom dan

partisipatif. Dengan kata lain, Alek nagari bisa dianggap sebagai suatu institusi budaya yang

32

Page 37: BAB IV

penting dalam masyarakat Minangkabau, karena bukan hanya sekedar wadah perayaan kesenian,

tetapi juga sekaligus merupakan media pengikat silaturahmi antara anak nagari sendiri.

Nagari sebagai suatu wilayah budaya, yang sekaligus menjadi basis kultural orang

Minangkabau, memang memberikan ruang yang cukup menjamin untuk berlanjutnya suatu

tradisi budaya anak nagari. Hal ini misalnya dapat dilihat dari persyaratan yang harus dimiliki

oleh sebuah nagari, antara lain harus babalai bamusajik, batapian-bagalanggang dan seterusnya.

Dari persyaratan ini, terlihat bahwa setiap nagari harus memiliki galanggang, atau sering juga

disebut medan nan bapaneh atau, medan parmainan, yang dimanfaatkan untuk kegiatan seni

budaya anak nagari. Artinya, di dalam setiap nagari sudah ada jaminan bahwa di dalam

strukturnya sudah ada tempat yang jelas bagi tumbuh dan berkembangnya kesenian (budaya)

anak nagari.

Alek nagari ini dilaksanakan di suatu wilayah budaya di pedalaman Minangkabau, yaitu

di Nagari Batu Kalang yang bertepatan di Dusun Lurah Parit, alek nagari ini diadakn selama 5

hari, yaitu dari tanggal 20-23 Mei 2011. Alek nagari ini bertujuan untuk:

Mengembangkan kehidupan seni-budaya anak nagari dengan cara yang partisipatif,

demokratis dan dinamis.

Untuk menggairahkan kembali kehidupan seni-budaya anak-nagari di Minangkabau secara

terlembaga pada masyarakat nagari-nagari di Sumatra Barat.

Untuk mencanangkan alek nagari sebagai institusi budaya anak-nagari yang bersifat otonom

serta menyambut proses kembali kepada Pemerintahan Nagari.

Untuk mengembangkan solidaritas sosial antar anak-nagari dalam menggiatkan kehidupan

seni-budaya dalam nagari.

Acara seni budaya yang ditampilkan selama alek nagari:

33

Page 38: BAB IV

1) Pada malam pertama pada tanggal 20 Mei 2011, sehabis magrib pembukaan acara alek

nagari, yang mana acara ini dibuka oleh wali nagari Batu Kalang yaitu Bapak Mansyur

Rokas, BA. Acara ini juga dihadiri oleh para tamu undangan dari Nagari tetangga, anak

nagari dan masyarakat sekitar. Setelah acara pembukaan selesai, sekitar jam 21.00 WIB

acara dilanjtkan dengan menampilkan Randai Simarantang. randai simarantang

merupakan salah satu seni budaya dibidang teater daerah setempat yang sampai saat ini

masih tetap berkembang dan dilestarikan di Nagari Batu Kalang.

Gambar 1. Randai Simarantang

(Koleksi foto oleh: Dwi Ayu Sisyani, 20 Mei 2011)

2) Pada malam kedua setelah magrib masyarakat sekitar telah ramai berbondong-bondong

mendatangi tempat alek nagari acara yang ditampilkan pada malam kedua ini adalah

randai nan tongga selain dari penampilan randai acara ini juga dimeriahkan oleh orgen

34

Page 39: BAB IV

tunggal, siapa saja hadirin yang hadir di acara alek nagari ini diperbolehkan

manyumbangkan suara emasnya untuk memeriahkan acara alek nagari tersebut.

Disamping itu di area tempat acara juga ramai dipadati oleh para pedagang kaki lima

mulai dari menjual makanan ringan, nasi, mainan anak-anak dan lain sebaginya. Mereka

berfikir sangat sayang sekali jika kesempatan ini dilewti begitu saja, selain bisa

menikmati hiburan pemasukan mereka pun juga bertambah.

Gambar 2. Warung penjual nasi

(Koleksi foto oleh: Dwi Ayu Sisyani, 21 Mei 2011)

3) Pada malam ketiga tanggal 22 Mei 2011 masih sama halnya dengan malam

sebelumnya,masyarakat sekitar masih ramai mendatangi tempat acara alek nagari bukan

hanya masyarakat dari Batu Kalang saja yang meramaikan tempat acara ini melainkan

juga ada masyarakat dari Nagari tetengga contohnya dari Nagari Tandikat, Nagari Koto

35

Page 40: BAB IV

Baru, Nagari Koto Dalam. Tidak ada batasan usia untuk mendatangi acara ini baik tua

maupun muda. Bagi ibuk-ibuk tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak membawa anak

mereka ke acara alek nagari ini karena acara ini hanya sekali-sekali diadakan ditambah

pula disini juga ada hiburan dan permainan anak-anak seperti dunia balon, kereta api

olala, boyan kaliang dan lain sebagainya. Di malam ketiga ini selain masih ada acara

orgen yang pada malam ini dibintang tamui oleh Buset si penyanyi sekaligus pelawak,

kesenian tradisi yang ditampilkan adalah indang tigo sandiang maksudnya dalam satu

malam itu akan tampil tiga kelompok kesenian indang dari korong yang berbeda yaitu

dari Korong Lurah Parit, Korong Tungka dan Korong Mangor. Penampilan indang ini

dimulai jam 01.00 WIB dinihari. Sebelum memulai, masing-masing kelompok

mengambil posisinya dengan membentuk segi tiga. Masing-masing kelompok duduk

bersila dan berderet dengan jalan menghimpitkan paha kanan pada paha kiri temannya.

Ketiga kelompok indang melakukan tanya-jawab atau sindir-menyindir berbagai persoa-

lan yang terjadi saat pertunjukan berlangsung. Satu kali penampilan indang ketiga ke-

lompok ini disebut sapanaiak. Disaat penmpilan dalam sapanaiak ini kostum yang

digunakan penari hanya baju biasa dan kain sarung.

Jumlah pemain indang setiap kelompok sekitar 11 orang. Satu orang tukang Dikie (zikir)

dan lainnya yang berjumlah ganjil duduk berderet di depan tukang Dikie (zikir) itu.

Dalam seni indang mereka ini disebut, tukang aliah, tukang apik, tukang pangga, dan

tukang palang. Selain itu, ada pula tuo indang. Tuo indang bertugas menjaga keselamatan

anggota pemain secara keseluruhan baik lahir maupun batin. Setiap penyajian indang

selalu dimulai dengan basmalah berdoa untuk menyatukan diri menghadap Allah SWT.

36

Page 41: BAB IV

Maka dengan itu pula, pemain indang harus mampu memaparkan dan sekaligus

menjalankan ajaran Islam dengan benar.

Gambar 3. Boyan Kaliang

(Koleksi foto oleh: Dwi Ayu Sisyani, 21 Mei 2011)

37

Page 42: BAB IV

Gambar 4. Penampilan Indang Mangur di Saat Indang Naiak

(Koleksi foto oleh: Dwi Ayu Sisyani, 22 Mei 2011)

4) Pada malam ke empat tanggal 24 Mei 2011 masyarakat semakin ramai mendatangi acara

alek nagari karena malam kempat ini merupakan malam penutupan acara alek nagari.

Tepat jam 9.15 WIB indang tigo sandiang pun dimulai penmpilan indang ini masih sama

halnya dengan penmpilan indang tigo sandiang hari kemarin tiga kelompok kesenian

indang dari korong yang berbeda yaitu dari Korong Lurah Parit, Korong Tungka dan

Korong Mangor yang membedakanya adalah kostum yang dipakai penari adalah baju

tari yaitu baju taluak balango, kain sarung, salempang dan destar. Penampilan ketiga

indang ini disebut dengan indang lambuang.

38

Page 43: BAB IV

Gambar 5. Penampilan Indang Mangur di Saat Indang Lambuang

(Koleksi foto oleh: Dwi Ayu Sisyani, 23 Mei 2011)

D. Bentuk Penyajian Tari Indang Mangur

Penyajian merupakan proses pengaturan dalm penmpilan atau pertunjukan dari suatu

tarian. Bentuk penyajian tari Indang Mangur adalah penampilan tari Indang yang disajikan

kepada penonton. Tari Indang dalam penyajiannya mempunyai ciri khas yaitu menceritakan

kegiatan yang erhubungan dengan penyiaran agam islam

Bentuk penyajian tari Indang Mangur dalam kegiatan-kegiatan upacara adat seperti pesta

perkawinan, dan bentuk acara hiburan lainnnya seperti psar malam, alek nagari, pentuk

penyajian tari Indang Mangur adalah sama, tetepi pembedanya dalah tergantung pada upacara

yang dilaksakan dan kapan tari Indang disajiakan.

Untuk melihat bentuk penyajian tari Indang Mangur di Nagari Batu Kalang, berikut ini

adalah penjelasan mengenai bentuk penyajian tari Indang Mangur.

39

Page 44: BAB IV

a) Sebelum tari Indang Mangur disajikan diawali dengan segala bentuk persiapan yang

berhubungan dengan tari Indang Mangur mulai dari memakai kostum dan persiapan lain

yang dirasa perlu.

b) Setelah semua penari selesai memakai kostum, tuo indang pun memberi sedikit nasehat

dan pengarahan kepada para penari Indang dan kemudian dilanjutkan dengan balimau.

c) Setelah semuanya selesai semua personil Indang pun berangkat ke lokasi acara.

Gambar 6. Persiapan Para Penari

(Koleksi foto oleh: Dwi Ayu Sisyani, 23 Mei 2011)

E. Deskripsi Tari Indang Mangur

1. Gerak

Gerak merupakan substansi dasar tari, akan tetapi tidak semua gerak adalah tari. Tari

adalah gerak yang sudah mengalami penggarapan atau penataan, memiliki makna dan nilai

40

Page 45: BAB IV

estetis. Secara garis besar menurut bentuk artistik gerakannya ada 2 (dua) jenis gerak, yaitu gerak

murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah gerak yang di garap untuk menggambarkan

bentuk artistik dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan sesuatu. Gerak maknawi adalah

gerak yang mengandung arti yang sudah jelas dan sudah mengalami stilisasi atau distori.

Gerak-gerak yang ada pada tari Indang Mangur mempunyai bentuk yang sederhana dan

memeliki bentuk keindahan yang standard. Gerakannya diulang-ulang, mudah di tarikan dan

diitrukan serta tidak terlalu berpatokan pada tari yang baku. Meskipun demikian halnya tetap saja

gerakan-gerakan tari Indang Mangur memiliki kekahasan ataupun keunikan gerak yang spesifik.

Gerak tari Indang Mangur menggambarkan aktifitas atau kegiatan masyarakat setempat

dalam penyiaran agama Islam yang telah distilirisasi dan dituangkan melalui gerakan yang

sederhana dan berulang-ulang serta mudah ditiru.

Adapun nama-nama gerak dalam tari Indang Mangur yaitu :

a. Sambah

b. Golong-golong

c. Alihan lagu

d. Alihan kanan

berdasarkan ciri-ciri tari rakyat ( tradisi) maka tari Indang Mangur termasuk kedalam tari rakyat

(tradisi) dengan ciri-ciri :

1.) Memiliki fungsi sosial (menggambarkan kegembiraan pemuda-pemudi)

2.) Bentuk gerak yang sederhana

3.) Sering melakukan perulangan gerakan

4.) Tata rias dan busana yang sederhana

5.) Irama pengiringya dinamis

41

Page 46: BAB IV

6.) Ditarikan bersama

7.) Bertemakan kehidupan masyarakat

2. Iringan musik tari Indang Mangur

Musik merupakan salah satu unsur penting dalam tari, tanpa adanya musik maka suatu

tari tidak akan indah dan menarik dan akan terasa hambar. Karena antara tari dan musik saling

berkaitan saling mendukung. Musik iringan tari yang digunakan pada penampilan tari Indang di

Nagari Batu Kalang ini hanya meliputi musik internal saja.

Musik internal yaitu suatu iringan musik yang muncul dari penari itu sendiri yang

terdapat pada gerakan tepuk tangan yang merupakan salah-satu dari gerakan tari Indang dan

musik yang bersumber dari properti yang dimainkan yaitu sebuah rapa’i. Selain dari itu musik juga

bersumber dari vokal tukang dikia, tukang karang, dan para penari lainnya. Syair yang

disampaikan merupakan pantun-pantun adat dan sindiran mengenai nagari.

Bunyi itu berfungsi untuk membentuk suasana-suasana pada tari Indang Mangur da

menghidupkan suasana pada tari Indang Mangur. Suasana-suasana yang ada pada tari Indang

adalah suasana gembira.

Syair pantun dalam Tari Indang Mangur

Nan kato indang kadimulaiRapa’I sajo kami angkekDiidringi dengan assallamualikumAlek rang banyak tolonglah jawek

Dengan bismillah dimulaiCaro barundiang dalam rapekKito agiah kaji bapangkaDuya akhirek nak samo dapek

Dek rang banyak tolong lah jawekKami ucapkan salam agama

42

Page 47: BAB IV

Sungguah pu kito main indangAkhirat usah sampai tingga

Duya akhirek nak samo dapekKito agiah kaji bapangkaDek kito usah sampai lupodasar Negara pancasila

Kok nak cadiak barani pakaiDiateh kato dinan banaPandai-pandai iduik diduniaUndang nan tigo jan dilangga

Nan partamo undang-undang adaikNan kaduo undang-undang NegaraNan katigo undang-undang sarakDalam nagari sudah kaka

Undang nan tigo jan dilanggaTantu ado pakai pemimpinUsah dibuek sewenang-wenangLatakan paham dinan bathin

Dalam nagari sudah kakaTantu ado paki disiplinKalau kito jadi rakyatPatuah-patuah pada pemimpin

Dahulu indak sobaik pikiaAlah kini mangko dibanakanArok dek buruang tabang tinggiPunai ditangan balapehkan

Kami lah tabang indak batantuTak kama rajo ditanyokanDituka bana jo yang lainAsiang bantuak balain roman

Punai ditangan balapehkanKini lah tabang kamahligaiTadanga dalam sangkak ameh

43

Page 48: BAB IV

Tak juo raso kadicapai

Asiang bantuak balain romanIbaraik kunci ndk saromanSaketek indak bara sisiahSalelo indak saparangkai

Dalam sabanyak bangso buruangSitampuo bijak johariBasarang dikayu bapinjangekKok tak dicangkiang nan baduri

Ingek sabalum kanaiBiapun andah dengan tinggiKalau waktu ppadi masakIndak tagandiang dek kacidi

Kok tak dicangkiang nan baduriIngek-ingek sabalum kanaiCacaik saketek indk hilangAlun baranak lah babuai

Indak tagandiang dek kacidiSayang dek aka ndk manyampaiKok indak dikajuik tak nyo tabangWalau nak ampia dek palembai

Sawaktu kami diparik mangoiTanang dahulu duo pihakDituju mamak rang di TungkaNan kareh bumi tampek tagak

Nan luruih kato kamo sabuikTakalo langkah kami kiakManuju renah muduak padangDi kampuang kami tinggaan mamak

Dijujuak tali nan salasaiAia tatampuah jalan bariak

44

Page 49: BAB IV

Sungguh pun kito balain sukuAnggap sajolah badunsanak

Kami nan ketek mudo matahMedan nan jolong kami jajahKok tasabuk kami dinan bukanKa nan bana tolong diasuik

Sakaian dulu kaniniak mamakiDituju nan kandunag duo juraiKok buliah pintak urang MangoiDicari kato nan sasuai

Usah bajimpang nan bak kunikSarumpun nak nyo nan bak saraiDinan janiah aia samo sauakManjujuik tantang nan salasai

Ibarat tali bapilin tigoUsah diagak tagang salaiDinan kurang tukuak manukuakDinan senteng bilai mambilai

Sungguah baitu kato kamiPanonton rang tungka kamanilaiNak langsuang kami katujuanSupayo dimaksuik nak nyo sampai

Bakukuak ayam lenggo geniMurai bakicau di bubuanganPijar tabik timur lah bongkahJaleh sagalo ragi aluan

Pukua limo labiah lah datingDisinan indang diposekanSagalo panonton lah abih pulangInyo tamale kasiangan

Kami takuik kabadosoKabagandiang dendang jo azan

45

Page 50: BAB IV

Sapakaik kito tigo sandiangDi sinan indang di posekan

Kini indang kakito mulaiDek panitia lapiak lah bakambangMako baitu kato parik mangoiBuliah mukasuik kadisampaika

Terhadap dunsanak nan baduoNan duduak kiri jo kanan Kato ndak mungkin kadijawekSebab wakatu ndk maizinan

Maaf dahulu kami pintakKok ado kato tadoronganNan samo tingga jo jaramiIbaraik garam dipairiahkan

Sakian dulu ka na baduoKapanonton nyo bakuliliangSungguahpun kami dari MangoiUsah disangko urang asiang

Kabangkeh sagalo urang panggalehBia manggaleh gulai kambiangRilakan sado nan tamakanUntuang manjadi darah daging

3. Pola lantai tari Indang Mangur

Pola lantai adalah garis-garis yang dilalui oleh penari diatas pentas. Pola lantai terbagi

menjadi dua pola garis dasar pada lantai yaitu garis lurus dan garis lengkung. Sehubungan

dengan teori tersebut pola lantai tari Indang dalam alek nagari pada tanggal 20-23 Mei 2011

terdapat pola garis lurus saja. Selama penampilan tari Indang pola lantai yang digunakan garis

lurus dengan penari duduk bersila dari awal hingga akhir penampilan dengan kaki kanan

diletakan diatas kaki kiri penari disebelah kita.

46

Page 51: BAB IV

Keterangan : a. : Penari laki-laki

b. : Arah hadap

Penari : 1. Tukang kalang (penutup)

2. Pelengkap

3. Bungo salapan

4. Tukang pangga

5. Tukang lalu

6. Tukang karang

7. Tukang darak

8. Tukang lalu

9. Tukang pangga

10. Bungo salapan

11. Tukang kalang (penutup)

4. Tata rias dan busana

47

Page 52: BAB IV

Tak dapat dipungkiri bahwasanya dalam suatu pertunjukan (khususnya pertunjukan tari),

tata rias dan busana tidak lepas berdiri sendiri, kedua unsur tersebut mempunyai satu kesatuan

yang satu sama lainnya mendukung. Tata rias dalam pertunjukkan tari adalah untuk memperjelas

garis-garis wajah dan membentuk karekter penari. Dengan tata rias akan di dapat membentuk

karakter penari sesuai tema tari. Tata rias dapat membentuk karekter penari menjadi cantik

(puteri), gagah, anggun, sakral, berwibawa, melankolis dan sebagainya.

Soedarsono (1986:106) mengemukan pendapat tentang warna kostum tari, bahwa

“merah” adalah menarik, “biru” adalah menarik, “hitam” mengesankan kebijaksanaan, sedih,

“putih” terkesan muda, suci, murni, “kuning” adalah penuh dengan kegembiraan(cerah).

Dalam tari Indang Mangur tidak menggunakan riasan wajah karena penari tari Indang ini

semuanya laki-laki. Pada tari Indang Mangur busana yang digunakan tidak beranjak dari busana

tradisional, yang bentuk busananya yaitu baju taluak balango warnanya hijau (untuk tukang

karang)selebihnya memakai baju taluak balango warna kuning, kain saruang, destar dan

salempang sedangkan tukang dikia hanya memakai baju biasa.

5. Waktu dan tempat pertunjukan

Di Indonesia, bentuk tempat pertunjukkan bagi seni tari, seni teater serta seni musik, pada

dasarnya terdiri dari tiga macam bentuk tempat pertunjukan yaitu: bentuk arena, bentuk

proscenium, dan bentuk campuran. Dalam hal ini tempat yang di gunakan dalam pementasan tari

Indang Mangur adalah arena. Arena yang dimaksud adalah halaman suatu gedung atau rumah,

lapangan terbuka hingga panggung terbuka. Disaat peneliti melakukan penelitian Tari Indang ini

ditarikan disebuah laga-laga yang sengaja dibuat untuk penampilan tari Indang di acara alek

nagari ini. Durasi tarian lebih kurang selam 60 menit.

48

Page 53: BAB IV

Gambar 7. Laga-laga tempat penampilan tari Indang

(Koleksi foto oleh: Dwi Ayu Sisyani, 23 Mei 2011)

6. Properti tari Indang Mangur

Properti merupakan suatu alat yang di gunakan dalam suatu pertunjukan yang tidak

termasuk kostum / busana dan perlengkapan, akan tetapi merupakan perlengkapan yang ikut di

tarikan oleh penari (soedarsono, 1987: 68). Pada tari Indang Mangur properti yang dipakai

adalah rapa’i.

49

Page 54: BAB IV

Gambar 8. Properti tari Indang yaitu Rapa’i

(Koleksi foto oleh: Dwi Ayu Sisyani, 23 Mei 2011)

7. Penari

Pertunjukan tari dapat dihayati melalui penari yang memiliki keterampilan dalam

melakukan gerakan tari baik secara fisik maupun ekspresi. Keterampilan secara fisik dan

ekspresi juga didukung oleh bakat dan daya ingat yang tinggi. Tari Indang Mangur ditarikan oleh

11 orang penari laki-laki yang memiliki keterampilan dalam melakukan gerakan. Tari Indang

menggambarkan tentang penyiaran agama islam yang masuk ke Sumatera Barat umunya dan

Nagari Batu Kalang khususnya.

F. Pembahasan

Tari Indang Mangor merupakan salah satu tari tradisional yang berada di Nagari Batu

Kalang, tari Indang Mangur merupakan jenis tari tradisi yang berfungsi sebagai hiburan, tari

Indang Mangor berasal dari Korong Mangor. tari Indang tumbuh dan berkembang di Nagari

50

Page 55: BAB IV

Batu Kalang dan sekitarnya sejak zaman dahulu jauh sebelum penjajahan belanda ada, yang

merupakan tari kesenangan orang tua-tua terdahulu. Tari ini dahulunya merupakan salah satu

tari yang digunakan untuk menyiarkan agama Islam, tapi sekarang tari Indang tidak lagi

digunakan sebagai penyiaran Agam islam melainkan hanya untuk hiburan.

Pertunjukan tari Indang Mangur merupakan saran ekspresi masyarakat , mereka

menampilkan kebolehan dalam berkesenian. Hal ini berarti masyarakat yang bergerak dalam

kesenian ini telah melakukan upaya pelestarian terhadap budaya Minangkabau umumnya, tari

Indang Mangur khususnya. Hal ini terbukti dengan diadakan latihan rutin setiap minggu yang

dilakukan dilapangan terbuka yaitu di lapangan sepak bola yang ada di korong Mangur dan

setiap ada acara alek nagari Indang Mangur ini pasti diundang untuk memeriahkan acara alek

nagari tersebut.

Gerak-gerak yang ada pada tari Indang Mangur mempunyai bentuk yang sederhana dan

memeliki bentuk keindahan yang standard. Gerakannya diulang-ulang, mudah di tarikan dan

diitrukan serta tidak terlalu berpatokan pada tari yang baku. Meskipun demikian halnya tetap saja

gerakan-gerakan tari Indang Mangur memiliki kekahasan ataupun keunikan gerak yang spesifik.

Gerak tari Indang Mangur menggambarkan aktifitas atau kegiatan masyarakat setempat

dalam penyiaran agama Islam yang telah distilirisasi dan dituangkan melalui gerakan yang

sederhana dan berulang-ulang serta mudah ditiru.

Adapun nama-nama gerak dalam tari Indang Mangur yaitu :

a. Sambah

b. Golong-golong

c. Alihan lagu

d. Alihan kanan

51

Page 56: BAB IV

Tari Indang diiringi oleh Musik yang digunakan dalam tari ini adalah musik internal,

musik yang ditimbulkan dari gerakan para penari tersebut dalam memainkan proprti indang,

yang mana musik berfungsi untuk menghidupkan suasana yang terdapat pada tari Indang Mangur

yaitu suasana gembira. Didalam tari Indang ini hanya menggunakan pola lantai garis lurus yaitu

dengan bersila membuat satu shaf barisan. Yang aman busana yang dipakai dalah baju taluak

balango, salempang, destar dank ain saruang, yang dalam bentuk penyajiannya tari ini

ditampilakan disebuah arena yang diseut laga-laga.

52

Page 57: BAB IV

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tari Indang Mangur merupakan kesenian tradisional yang ada di Nagari Batu

Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman.

2. Tari Indang Mangur di gunakan sebagai hiburan pad upacara adat dan pada acara

hiburan lainnya.

3. Tari Indang di sajikan dalam bentuk tarian Indang tigo sandiang, dengan duakali

penampilan yaitu Indang naiak dan Indang lambuag.

4. dalam tari Indang Mangur hanya menggunakan musik internal.

5. Jumlah penari 11 orang dan ditambah 1orang tukang dikia.

6. Kostum yang dipakai sewaktu indang naiak adalah baju biasa, sedangkan disaat

indang lambuang baru menggunakan kostum tari.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan penulis, mengingat pentingnya

kesenian tradisional tari Indang Mangur bagi masyarakat Nagari Batu Kalang maka ada beberapa

saran yang dapat diajukan penulis yaitu:

1. Agar tari Indang Mangur tetap berkembang dan terus dilestariakan di Nagari Batu Kalang

Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman, diharapkan terhadap seniman

daerah mampu mempelajari dan melatih generasi baru sebagai penerus daerah sendiri.

2. Tari Indang Mangur sebaiknya di teliti lebih dalam lagi dari berbagai aspek lainnya,

sehingga dapat menambah pengetahuan.

53

Page 58: BAB IV

3. Hendaknya generasi muda yang mempunyai bakat dan kemampuan di bidang seni agar

terus melestarikan kesenian tradisi daerahnya, supaya pemerintah daerah dapat lebih

memberikan perhatian pada kesenian tradisi yang ada didaerah seperti salah satunya

adalah kesenian tari Indang Mangur.

4. Dan diharapkan pada guru seni budaya dan muatan lokal dapat memberikan pelajaran

tradisional pada siswa sesuai dengan daerahnya, sehingga kesenian tradisi ini tetap

tumbuh dan berkembang pada pendukungnya.

54