bab iv

Upload: afniaplarizka

Post on 02-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN ALAT-ALAT KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNGBALAI

A. Proses Pembuatan Kontrak Pengadaan Alat-Alat Kesehatan Oleh Dinas Kesehatan Kota TanjungbalaiPengadaan barang / jasa dapat dilaksanakan dengan swakelola dan dengan menggunakan penyedia barang dan jasa. Penyedia barang/ jasa adalah dilaksanakan oleh badan usaha atau perorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/ layanan jasa, yang dalam pengertian umum disebut Rekanan. Selanjutnya yang akan dibahas adalah pengadaan barang/jasa pemerintah yang menggunakan penyedia barang/jasa, sementara untuk pengadaan dengan cara swakelola tidak dibahas , dengan pertimbangan bahwa pada umumnya pengadaan barang/ jasa disuatu instansi pemerintahan menggunakan penyedia barang/jasa.Terkait dengan pengadaan barang/jasa, hukum perdata mengatur hubungan hukum antara Pengguna dan Penyedia Barang/Jasa sejak penandatangan kontrak sampai berakhir/selesainya kontrak sesuai dengan isi kontrak. Artinya Aspek hukum dalam pengadaan barang/jasa dengan mengunakan penyedia barang/jasa adalah terletak pada kontrak/perjanjian antara pihak instansi yang bersangkutan, dalam hal ini diwakili oleh Pejabat Pengguna Anggaran dengan penyedia barang/jasa. Adanya kontrak/perjanjian tersebut yang selanjutnya dijadikan sasaran objek peninjauan.Hubungan hukum antara pejabat pengguna anggaran dan penyedia barang/jasa terjadi pada proses penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa sampai proses selesainya kontrak merupakan hubungan hukum perdata khususnya hubungan kontraktual/perjanjian. Dalam proses pengadaan barang/jasa, berdasarkan pelimpahan kewenangan diwakili oleh pejabat-pejabat pengadaan, yaitu: (1) PPA/KPA, (2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), (3) Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan/Pejabat Pengadaan (PPK/PP), dan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPPHP). Sedangkan Penyedia Barang/Jasa bisa orang perorangan atau badan hukum (privat). Para Pejabat Pengadaan dalam melakukan hubungan hukum di bidang perjanjian bertindak secara individual/pribadi. Artinya, apabila terdapat kerugian negara maka mengganti kerugian negara tersebut secara pribadi, sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan, Pasal 18 ayat 3 yang berbunyi Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud. Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 55 ayat (1) bahwa tanda bukti perjanjian terdiri atas (a) bukti pembelian, (2) kuitansi, (3) Surat Perintah Kerja (SPK), dan (5) surat perjanjian.Pasal 1 Angka 22 Perpres 54 Tahun 2010 mendefenisikan kontrak pengadaan barang/ jasa (kontrak) adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia barang/jasa atau pelaksanaan swakelola. Dimana PPk berhak atas prestasi yang dilakukan oleh penyedia barang/jasa. Dan penyedia barang/jasa berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya, yaitu pengadaan barang dan jasa sesuai dengan yang disepakati.Untuk menyederhanakan dari sekian prosedur, selanjutnya dikelompokkan dalam tahapan Pra Kontrak/ Perjanjian Pendahuluan dan Tahapan Kontrak/Perjanjian sesungguhnya. Tahapan Pra Kontrak/ Perjanian Pendahuluan mulai dari Pengumuman sampai dengan Penunjukan Pemenang. Sedangkan pada tahapan Kontrak/Perjanjian sesungguhya meliputi penandatanganan kontrak, pemeriksaan hasil pekerjaan dan serah terima hasil pekerjaan disebut sebagai tahapan pra kontrak/perjanjian pendahuluan oleh karena mengandung substansi sebagai perjanjian pula, karena sifatnya mengawali sebelum ditandatangani perjanjian yang sebenarnya. Atau dengan kata lain, bahwa perjanjian pendahuluan / pra kontrak tersebut harus ada lebih dahul sebelum perjajian sesungguhnya dilakukan/ ditandatangani oleh para pihak. Atau dapat diartikan bahwa tahap perjanjian pendahuluan/ pra kontrak menjadi dasar dilakukannya tahapan kontrak/ perjanjian sesungguhnya.Pada tahapan perjanjian pendahuluan pada dasarnya telah tercipta hak dan kewajiban para pihak, yaitu antara pejabat pengguna anggaran / PPK dengan calon penyedia barang/jasa, dimana para calon penyedia barang/ jasa. Sedangkan kewajiban Pejabat Pengguan Anggaran / PPK berkewajiban mengikutsertakan para calon penyedia barang/jasa yang nantinya akan diberikan pekerjaan pengadaan barang/jasa.Setiap pelaksanaan dibuatkan perikatan atau kontrak yang dapat berbentuk sebagai berikut :1. Surat Pesanan (Purchase Order)Surat pesanan ini sekurang-kurangnya memuat syarat dan ketentua sebagai berikut :a. Identitas yang meliputi nama, jabatan, alamat badan usaha masing-masing dan ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan.b. okok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa.c. Hak dan kewajiban para pihak.d. Nilai atau harga pekerjaan, serta syarat-syarat pembaayaran.e. Persayaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.2. Surat Perintah Kerja (SPK) sekurang-kurangnya memuat syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut :a. Identitas yang meliputi nama, jabatan, alamat badan usaha Pelaksana atau Pemenang.b. Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah jasa yang di perjanjikan .c. Nilai atau harga pekerjaan. Serta syarat-syarat pembayaran.d. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci sebagai Lampiran SPK.e. Keluaran atau hasi (output) dari pengadaan barang/jasa.f. Jadwal pelaksanaan dan kondisi serah terima.g. Jaminan teknis/ hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelayakan.h. cidera janji dan sanksi dalam hal Pelaksanaan atau Pemenangan tidak memenuhi kewajibannya3. Surat Perjanjian sekurang-kurangnya memuat syarat dan ketentuan sebagai berikut :a. Identitas yang meliputi nama, jabatan, alamat badan usaha masing masing dan ditandatangani oleh pihak yang bersangkutan. b. Pokok pokok pekerjaan yang yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang dan jasa yang diperjanjikan.c. Hak dan kewajiban para pihak yang terkait dala Surat Perjanjian.d. Nilai atau harga pekerjaan, syarat-syarat pembayaran.e. Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.f. Keluaran atau hasil (output) dari pengadaan barang/jasa.g. Jadwal pelaksanaan dan kondisi serah terima.h. Jaminan/ teknis pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelayakan.i. Cidera janji dan sanksi dalam pelaksana atau pemenang tidak memenuhi kewajibannya.j. Pemutusan kontrak sepihak.k. Keadaan memaksa (Force Majeure).l. Penyelesaian sengketa yang mengutamakan penyelesaian melalui musywarah dan alternatif penyelesaian sengketa.m. Jangka waktu berlakunya kontrak.n. Fakta Integritas (letter of undertaking) yang ditandatangani oleh pelaksana.o. Pengadaan barang dan jasa.p. Kepastian adanya jaminan terhadap barang/ jasa yang diperjanjikan.Didalam Surat Perjanjian Pemborongan selain berisi Ketentuan Kontrak ditetapkan urutan hirarki atau bagian-bagian dokumen kontrak yang bertujuan apabila terjadi pertentanga ketentuan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain maka berlaku adalah ketentuan berdasarkan urutan kontrak yang tertinggi dan ururtan yang lebih tinggi ditetapkan. Pada umumnya urutan hirarki dokumen kontrak adalah sebagai berikut :a. Urutan ke-1 : Surat Perjanjian dan Amandemen/ Addendum Kontrakb. Urutan ke-2 : Ketentuan khusus kontrakc. Urutan ke-3 : Ketentuan umum kontrak (beberapa tipe kontrak butir b dan c masuk dalam pasal-pasal Surat Perjanjian)d. Urutan ke-4 : Surat Perintah Kerjae. Urutan ke-5 : Berita Acara Klarifikasi/ Negosiasif. Urutan ke-6 : Addendum Dokumen Lelangg. Urutan ke-7 : Spesifikasi Teknish. Urutan ke-8 : Spesifikasi umumi. Urutan ke-9 : Gambarj. Urutan ke-10 : Berita Acara Rapat Penjelasan Lelang (Aanwijzing)k. Urutan ke-11 : Bill of Quantity / Rincian Anggaran BiayaBerdasarkan urutan proses dan kegunaan dari masing-masing dokumen maka terjadi saling ketrkaitan antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lain, sebagai berikut :a. Surat Perjanjian Surat perjanjian adalah bentuk perjanjian perikatan kontrak antara Pihak Pemberi Tugas/ Pengguna Jasa dengan Pihak Penerima Tugas/ Penyedia Jasa yang ditandatangani oleh kedua belah pihak diatas materai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam syarat-syarat khusus kontrak dan syarat-syarat umum kontrak diatas.b. Ketentuan Khusus KontrakKetentuan khusus kontrak adalah pasal-pasal yang berisi tentang penjelasan-penjelasan Detail dan atau Perubahan terhadap pasal pasal yang ada didalam syarat-syarat umum kontrak, sebagai contoh misalnya :1) Penentuan Besar Jaminan Penawaran.a) Jaminan Pelaksanaan sebesar 5 % dari harga kontrak yaitu Rpb) Jaminan Pemeliharaan/ Retensi sebesar 5 % dari harga kontrak yaitu sebesar Rp.c) Jaminan Uang Muka Sebesar 20 % dari harga kontrak yang sebesar Rp..2) Penentuan Tata Cara Pembayaran.a) Pembayaran Uang Muka sebesar 30 % harga kontrak yaitu sebesar Rp..b) Pembayaran selanjutnya berdasarkan progress bulanan dengan dikurangi pengembalian uang muka dan retensi secara poporsional.c) Ternyata Retensi sebesar 5 % dari harga kontrak yaitu sebesar Rp.. setelah berakhirnya masa pemeliharaan.3) Penentuan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan.Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah selama 90 hari dimulai sejak dikeluarkannya SPK yaitu tanggal .. s/d tanggal4) Penentuan Masa Pemeliharaan.Masa pemeliharaan ditentukan selama hari5) Penyesuaian Harga Kontrak/ Eskalasi Pasal ini tidak berlaku (misalnya) dan seterusnya .Untuk Proyek-proyek yang mengacu kepada keppres misalnya untuk proyek proyek yang dikalangan Departemen Pekerjaan Umum. Ketentuan Umum Konrak ini sudah ada standarisasinya yang dinamakan dokumen syarat-syarat khusus kontrak. Dan tipe kontrak yang diantuk kepada standar FIDIC Ketentuan Khusus kontrak ini dinamakan Part II Condition c. Ketentuan Umum KontrakKetentuan Umum Kontrak adalah pasal-pasal yang berisi tentenag defenisi-defenisi dari penjelasan-penjelasa Umum yang akan diperikatkan dalam kontrak setelah diterbitkannya SPK yang antara lain menjelaskan:1) Hak dan Kewajiban Para Pihak2) Jaminan Pekerjaan3) Asuransi4) Keselamatan Kerja5) Tata Cara Pembayaraan6) Waktu Pelaksanaan Pekerjaan7) Masa Pemeliharaan8) Pengawasan Pekerjaan9) Keterlambatan Pelakanaan Pekerjaan10) Tata Cara Penyelesaian Perselisihan11) Penyesuaian Harga Kontrak/ Eskalasi12) Denda13) Tata cara perubana pekerjaan dan pekerjaan tambah/ kurang 14) Dan Lain-lain\Untuk proyek-proyek dikalangan Depeartemen Pekerjaan Umum Ketentuan ini sudah ada standarisasinya yang dinamakan Dokumen Syarat-Syarat Umum Kontrak, Dan untuk tipe kontrak menganut kepada standar FIDIC ketentuan umum kontrak dinamakan Part I Conditiond. Surat Perintah KerjaSurat Perintah Kerja (SPK) adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemberi Tugas kepada Pemenang Lelang yang merupakan perintah untuk segera memulai kegiatan dilapangan berdasarkan Dokumen dari Gambar sampai dengan Berita Acara Rapat Klasifikasi diatas. Surat Perintah Kerja tersebut sekurang-kurangnya berisi tentang paket pekerjaan jangka waktu untuk melaksanakan pekerjaan dan berdasarkan besarnya nilai pekerjaan.e. Berita Acara Rapat Klarifikasi/ Rapat NegosiasiBerita Acara Rapat Klarifikasi dibuat apabila Pemberi Tuga merasa Perlu untuk meminta penegasan / kesanggupan unyuk melaksanakan pekerjaan kepada Pemenang Lelang terkait adanya :1) Beberapa hal yang dirasakan belum jelas dari dokumen penawaran-penawaran yang telah disampaikan, misalnya produk material yang ditawarkan dll.2) Kesalahan yang dibuat oleh peserta lelang dalam membuat penawaran namun sifatnya tidak menggugurkan. f. Addendum Dokumen Lelang Addendum Dokumen lelang adalah dokumen yang berisi segala macam perubahan baik pengurangan, penambahan maupun penyempurnaan terhadap Dokumen Lelag (Gambar Lelang, Spesifikasi teknis, Spesifikasi umum) yang terjadi dalam kurun waktu setelah undangan lelang/ pengambilan sampai dengan pemasukan dokumen dari peserta lelang yang harus disetujui oleh Konsultan dan Pemberi Tugas/ Pengguna Jasa.g. Spesifikasi TeknisSpesifikasi Teknis berisi ureian tentang peraturan-peraturan yang dipakai, lingkup pekerjaan, persyaratan material;, persyaratan pelaksanaan pekerjaan, persyaratan-persyaratan peralatan dan persyaratan khusus lainnya dari pekerjaan-pekerjan yang dtentukan dalam gambar tersebut Butir A. Spesifikasi teknis memiliki tingkat hierarki yang lebih tinggi disbanding gambar karena apabila dilihat dari kronologis penusunannya spesifikasi teknis dibuat untuk menjelaskan, menegaskan dan mendetailkan hal-hal yang belum tercantum dalam gambar.h. Spesifikasi UmumSpesifikasi Umum selain memuat ketentuan yangbtelah diuraikn dalam Defenisi Spesifikasi Umum dimuka, juga mejelaskan tentang tata cara peserta lelang dalam memasukkan penawaran pekerjaan yang telah di uraikan dalam Gambar (butir A) dan Spesifikasi Teknis (butir B) termasuk dokumen-dokumen yang harus dilampirkan.i. Gambar Gambar adalah dokumen produk Konsultan Perencanaan yang disahkan oleh Pemberi Tugas yang berisi tentang dimensi-dimensi dan ukuran-ukuran bangunan yang dipakai sebagai acuan bagi pelaksanaan pekerjaan dilapangan.Jika dalam suatu dokumen terdapat perbedaan gambar antaravlembar yang satu denga yang lain maka yang berlaku adalah gambar dengan skala yang lebih besar. Jika dalam sutu dokumen terdapat perbedaan gambar arsitektur dengan gambar struktur maka untuk dimensi ruang yang berlaku adalah sesuai dengan gambar arsitektur, namun untuk dimensi struktur dimensi (misalnya dimensi pemulangan pelat) yang berlaku adalah yang tercantum pada gambar stuktur.j. Berita Acara Rapat Penjelasan Lelang.Berita Acamra Rapat Penjelasan Lelang adalah Notulen hasil rapat penjelasan terhadap Gambar Lelang. Spesifikasi Teknis dan Spesifikasi Umum yang ditandatangani oleh Panitia Lelang. Konsultan dan Wakil Peserta Lelang. Pada umumnya proyek swasta Berita Acara AAnwijzing hanya berisi penjelasan tentang Spesifikasi Teknis, Spesifikasi Umum dan Gambar Lenag tanpa sebuah substansi yang ada didalamnya ; Namun apabila diperlukan adanya perubahan harus dibuat Addendum Dokumen Lelang atas persetujuan Pengguna Jasa.k. Bill of Quantity (BQ)Bill of Quantity adalah daftar item dan kauntitas pekerjaan yang penyusunan dan perhitungannya didasarkan atas gambar lelang (butir A), spesifikasi teknis (butir B) dan spesifikasi umum (butir C) yang digunakan sebagai standar acuan bagi Peserta Lelang dalam mengajukan penawaran harga.Dalam pasal 29 Keppres No. 80 Tahun 2003, Ketentuan dalam kontrak sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :1) Para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama, jabatan dan alamat.2) Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah yang di perjanjikan\3) Hak dan Kewajiban para pihak yang terkait didalam perjanjian.4) Nilai atau harga kontrak perjanjian, serta syarat-syarat pembayaran.5) Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.6) Tempat dan jangka waktu penyelesaian/ penyerahan dengan di sertai jadwal waktu penyelesaian/ penyerahan yang pasti serta syarat-syarat penyerahannya.7) Jaminan teknis/ hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan/atau ketentuan mengenai kelayakan.8) Ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajiban.9) Ketentuan mengenai pemutusan konrak secara sepihak.10) Ketentuan mengenai keadaan memaksa.11) Ketentuan mengenai kewajiban para pihak dalam hal terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan.12) Ketentuan mengenai perlindungan tenaga kerja.13) Ketentuan mengenai penyelesaian perselisihan.Berikut ini disajikan sebuah kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada dinas kesehatan kota tanjungbalai yang dibuat dan ditandatangani antara dr. H. Syafnir Chazwan sebagai Pejabat Pengguna anggaran (PPA) kegiatan pengadaan sarana dan prasarana puskesmas bersumber dari Dana DAK/DAU APBD Tahunan Anggaran 2010 pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, yang beralamat dijalan Gereja Nomor 21 Tanjungbalai, dengan M. Nur Haitamy sebagai Direktur CV.SHAFIRA, yang beralamat dijalan SM.Raja No. 456 Kel. Sendang Sari Kec. Kisaran barat, pada tanggal 4 oktober 2010. Hal hal yang diatur dalam kontrak pengadaan barang itu dapat dipilah menjadi tiga bagian, yaitu:1. Pendahuluan , meliputi :a. Judul Kontrak, Surat Perjanjian Pekerjaan (Kontrak) Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2010 Nomor : 800/1945.H/Um.Kp/X/2010b. Tanggal dibuatnya kontrak yaitu 4 Oktober 2010c. Para pihak yang terkait dalam kontrak yaitu dr. H. Syafnir Chazwan sebagai Pejabat Pengguna anggaran (PPA) kegiatan pengadaan sarana dan prasarana puskesmas pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, dengan M. Nur Haitamy sebagai Direktur CV.SHAFIRA.2. Isi Kontrak, meliputi :a. Ketentuan Umum (Pasal 1)b. Uraian Barang Serta Harganya (Pasal 2)c. Surat Jaminan Pelaksanaan (Pasal 3)d. Syarat-Syarat Penyerahan Barang (Pasal 4)e. Syarat Pembayaran (Pasal 5)f. Pelaksanaan Uji Coba (Pasal 6)g. Denda Dan Sanksi (Pasal 7)h. Juru Penengah (Pasal 8)i. Penyerahan Pekerjaan (Pasal 9)j. Penyelesaian Perselisihan (Pasal 10)k. Tempat Kedudukan/ Domisili (Pasal 11)l. Pembatalan Perjanjian (Pasal 12)m. Force Majeure (Pasal 13)n. Perubahan (Pasal 14)3. Penutup, meliputi :\a. Tiap-tiap lembar yang merupakan bagian kontak itu harus diparaf oleh kedua belah pihak dari sudut kanan bawa.b. Tandatangan oleh kedua belah pihakc. Dibubuhi materai R0 6000,- untuk masing masing pihak.

B. Jaminan Dalam Perjanjian Pengadaan Alat-Alat Kesehatan 1. Jaminan Penawaran (bid bond )Jaminan penawaran dari peserta lelang beupa surat jaminan yang dikeluarkan oleh bank Umum/ Lembaga Keuangan yang terdaftar di Departemen Keuangan, sebesar 1% sampai dengan 3% dari nilai penawaran. Peserta yang berpartisipasi dalam pengadaan barang dan pekerjaan konstruksi pada USDRP wajib menyerahkan Jaminan Penawaran atau Bid Security dengan format harus sesuai dengan yang berhutang dalam ketentuan dalam Dokumen Lelang. Jaminan Penawaran diperlukan untuk melindungi pengguna barang dan pekerjaan konstruksi terhadap resiko yang diakibatkan oleh penawaran yang tidak bertangung-jawab. Jaminan Penawaran diperlukan untuk pengadaan barang dan pekerjaan konstruksi jaminan penawaran berupa garansi bank yang diterbitkan oleh bank bereputasi baik. Dan tidak diperkenalkan dengan produk asuransi berupa bid bond, yang besarnya paling tidak minimal 2% dari harga penawaran (bid price) dan jangka waktu validitas 28 hari setelah validitas penawaran berakhir (28 days after bid validity)2. Jaminan PelaksanaJaminan pelaksanaan atau Performance Security diperlukan untuk melindungi pengguna barang dan jasa dari penyelenggaraan pekerjaan yang dilakukan oleh rekanan. Paling lambat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah menerima format kontrak, pemenang kontrak harus melengkapi jaminan pelaksanaan sesuai dengan ketentuan dalam dokumen lelang. Surat Jaminan pelaksanaan berupa bank garansi yang memuat ketentuan yang tertera dalam dokumen lelang.Jaminan pelaksanaan lanjutan meliputi :a. Surat jaminan pelaksanan dalam bentuk bank garansi diterbitkan oleh bank yang mempunai reputasi baik.b. Masa berlaku surat jaminan pelaksanaan dibuat melampaui tanggal penyelesaian pekerjaan (hal ini terutama untuk pekerjaan konstruksi) karena terkait dengan masa pemeliharaan.c. Besaran jaminan pelaksanaan umumnya bervariasi antara 5-20% tergantung dari nilai kontrak, jenis dan tingkat kesulitan pekerjaan. Jika nilai kontrak jauh lebih daripada HPS, maka nilai jaminan pelaksanaan menjadi lebih tinggi untuk mengamankan kontrak tersebut.3. Jaminan Uang MukaJaminan uang muka atau advance payment security untuk melindungi pengguna barang dan jasa dari tidak dikembalikannya uang muka oleh rekanan. Setelah mengajukan permohonan unag muka (advance payment) kepada pengguna barang dan jasa , rekanan diwajibkan untuk menyerahkan jaminan uang maka nilai uang muka yang diminta, yaitu antara 10-20% dari nilai kontrak. Jaminan uang muka diterbitkan oleh bank umum yang bereputasi baik dan diakui oleh pengguna barang dan jasa.4. Jasa Konsultasn tidak diperlukan Jaminan Pelaksanaan5. Jaminana Pemeliharaan atau Retensi.Jaminan Pemeliharaan atau Retensi dalah nilai pembayaran yang ditahan oleh perusahaan untuk waktu tertentu yang diatur dalam kontrak sesuai jenis pekerjaan minimal sebesar 5 % dari nilai kontrak. Jaminan ini sebagai persyaratan yang harus dipenuhi untuk pekerjaan jas konstruksi.6. Garansi Garansi adalah jaminan yang diberikan oleh pelaksana pengadaan barang terhadap kualitas mutu barang dan masa tertentu.

C. Analisis Hukum Kemungkinan Bermasalah Dan PenyelesaiannyaDalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), buku III tentang Perikatan, disebutkan bahwa perikatan dapat lahir karena undang-undang atau perjanjian. Perikatan yang lahir karena perjanjian Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa Semua perjanjian yang dibuat harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang mempunyai kekuatan hukum sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Maksudnya, semua perjanjian mengikat mereka yang tersangkut bagi yang membuatnya, mempunyai hak yang oleh perjanjian itu diberikan kepadanya dan berkewajiban melakukan hal-hal yang ditentukan dalam perjanjian. Perjanjian dalam pengadaan barang/jasa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain dengan menerima suatu harga tertentu. Perjanjian merupakan dasar pelaksanaan kegiatan. Perjanjian menurut R. Subekti adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal. Setiap orang atau badan hukum dapat mengadakan perjanjian, asalkan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam KUH Perdata. Syarat-syarat yang ditetapkan dalam KUH Perdata tercantum dalam pasal 1320 sebagai berikut. 1) kata sepakat antara mereka yang mengikatkan dirinya; 2) kecakapan untuk membuat suatu perjanjian; 3) suatu hal tertentu; dan 4) suatu sebab yang halal.

Jadi untuk sahnya suatu perjanjian haruslah memenuhi syarat-syarat seperti yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata dimaksud. Selanjutnya berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata, bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian asal memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Oleh karena itu, perjanjian mempunyai sistem terbuka. Dengan demikian, perjanjian dapat dilakukan oleh setiap subjek hukum antara lain perjanjian jual beli, perjanjian sewa-menyewa, pinjam-meminjam, tukar menukar, perjanjian kerja pemborongan dan sebagainya. Berkaitan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah, dimana penulis mengambil studi kasus di Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai bentuk perjanjiannya berupa kontrak pengadaan barang/jasa yaitu dalam bentuk perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana swakelola.Dalam hukum perjanjian hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian bersifat timbal balik, dimana hak pada satu pihak merupakan kewajiban pihak lain, begitu pula sebaliknya. Hak dan kewajiban para pihak merupakan hak-hak yang dimiliki serta kewajiban yang harus dilaksanakan baik oleh pengguna barang/jasa maupun penyedia barang/jasa dalam melaksanakan kontrak. Dalam perjanjian pemborongan, hak dan kewajiban para pihak adalah pengguna barang/jasa. Pengguna barang/jasa menerima hasil pekerjaan melalui PPK, yang sebelumnya dilakukan oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan (PPPHP) sesuai dengan isi perjanjian. Sedangkan kewajiban PA/KPA adalah membayar harga dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Selanjutnya Hak pihak pemborong/penyedia adalah menerima pembayaran sesuai dengan harga kontrak dari pihak yang memborongkan pekerjaan (pengguna). Sedangkan kewajiban penyedia adalah menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan isi kontrak. Hak dan kewajiban para pihak di atas biasa disebut sebagai hak dan kewajiban yang utama/pokok dari para pihak, sementara hak dan kewajiban tambahan diatur secara khusus dalam kontrak/perjanjian. Dalam kerangka dan isis pengadaan barang dan jasa seperti ditentukan oleh Keppres Nomor 80 Tahun 2003, serta melihat dokumen sebenarnya atas kontrak pengadaan barang/jasa di Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, selanjutnya dihubungkan dengan syarat-syarat sahnya perjanjian seperti yang diatur oleh pasal 1320 KUHPerdata, maka dapat disimpulkan bahwa dalam kontrak /perjanjian pengadaan barang/jasa telah memenuhi syarat-syarat sahnya kesepakatan para pihak , yaitu antara pihak Pejabat Pembuat Komitmen(sebagai perwakilan dari instansi dan yang memiliki pekerjaan) yaitu dr. H. Syafnir Chazwan sebagai Pejabat Pengguna Anggaran (PPA) Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Puskesmas Bersumber Dana DAK/DAU APBD Tahun Anggaran 2010 pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dan pihak Penyedia Barang/jas yaitu M.Nur Haitamy, Sebagai Direktur CV. SHAFIRA. Dimana para pihak tersebut jelas mempunyai kapasitas melakukan perbuatan hukum karena telah memenuhi kualifikasi sebagaimana ditentukan undang-undang (untuk syarat kecakapan untuk membuat perjanjian).Sedangkan untuk syarat objektifpun telah memenuhi, dimana mengenai objek perjanjiannya secara jelas dan tegas dinyatakan dalam judul setiap dokumen pengadaan , juga dalam pencantuman nama maupun lingkup pekerjaan., serta isi perjanjiannya pun telah ditentukan oleh undang-undang ketertiban umum, maupun kesusilaan sebagaimana disyaratkan dalam syarat-syarat adanya suatu sebab (causa) yang halal.Telah disebut dalam pengantar bahwa macam-macam perjanjian disebut dalam Buku III KUHPerdata /KUHDagang/Ketentuan Khusus disebut juga sebagai Perjanjian Bernama/Nominat/ Khusus, karena mengenai nama dan aturannya disebutkan dan terdapat dalam KUHPerdata (Buku III), seperti perjanjian jual beli, sewa-menyewa, dll. Sebaliknya, perjanjian yang tidak disebut dalam KUHPerdata /KUHDagang/ Ketentuan Khusus tetapi timbul sesuai tuntutan perkembangan jaman. Disebut sebagai Perjanjian tidak Bernama/ Innominat/Jenis Baru, misalnya seperti perjanjian leasing. BOT,dll. Berdasarkan penggolongan perjanjian tersebut, maka untuk mengadakan pengadaan barang/jasa pemeintah dengan mendasarkan pada unsur-unsurnya, khususnya dalam hak dan kewajiban para pihak, penulis dapat menyimpulkan adalah sebagai atau termasuk kualifikasi perjanjian jual beli seperti yang diatur dalam Bab V Bagian Khusus KUJPerdata.Pasal 1457 menyebutkan pengertian perjanjian jual beli, yaitu suatu perjanjian dimana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain membayar harga yang telahdi perjanjikan. Jadi unsur dari perjanjian jual beli adalah adanya pihak penjual dan pembeli, serta barang dan harga. Pihak pembeli berhak menerima barang yang telah dibelinya serta berkewajiban menyerahkan harga kepada pihak penjual. Begitu pula sebaliknya si penjual berhak menerima harga dan berkewajiban menyerahkan barang yang dijualnya kepada pihak pembeli. Harga yang dimaksud disini ialah pembayaran dengan sejumlah uang. Jika tidak dengan uang maka perjanjian tukar menukar.Apabila unsur hak dan kewajiban penjual dan pembeli tersebut diterapkan pada perjanjian pengadaan barang/ jasa yang diuraikan sebagai berikut :1) Pihak pejabat Pembuat Komitmen (Pembeli) berkewajiban membayar sejumlah harga atas barang/jasa yang dibelinya kepada pihak Penyedia barang/jasa (Penjual), dan berhak menerima barang/jasa dari pihak penyedai Barang/jasa;2) Pihak penyedia Barang/Jasa berkewajiban menyerahkan barang/jasa (hasil pekerjaan) kepada pihak Pejabat Pembuat Komitmen, serta berhak menerima sejumlah harga/ uang dari pejabat Pembuat Komitmen.Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa Perjanjian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat dikualifikasikan sebagai perjanjian jual beli sebagaimana diatur dalam Buku III Bagian V KUHPerdata, dan dengan demikian pula dapat digolongkan sebagai Perjanjian Bernama/ Khusus/ Nomint.Perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah dapat disebut pula sebagai perjanjian jual beli standard, karena mengenai bentuk maupun isi perjanjian telah diatur secara khusus oleh keppres No 80 Tahun 2003 dan Perpres No 4 Tahun 2015. Ketentuan Undang-Undang berlaku secara umum juga standard untuk semua perjanjian pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dari APBN/APBD.Selain itu juga bercirikan sebagai perjanjian timbal balik, karena masing-masing mempunyai hak/ kewajiban. Juga sebagai perjanjian-perjanjian konsensuil karena lahir dengan adanya kata sepakat. Sebagai perjanjian atas beban karena memberikan beban kepada masing-masing pihak berupa memberi atau berbuat sesuatu. Dan juga sebagai perjanjian formalitas tertentu maupun bentuk tertentu yang ditentukan oleh undang-undang.Oleh karena perjanjian pengadaan barang/jasa merupakan perjanjian jual beli, dan sesuai sifat dari Buku III KUHPerdata yang bersifat terbuka dan melengkapi, maka dengan sendirinya ketentuan-ketentuan yang ada dalam buku III KUHPerdata akan melengkapi, maka ketentuan Keppres No 80 Tahun 2003 dan Perpres No 4 Tahun 2015. Atau dengan perkataan lain, sepanjang keppres dan Perprestersebut tidak mengaturnya maka Ketentuan buku III KUHPerdata dengan sendirinya akan tetap berlaku. Sifat ini dapat diterapkan pada isi kontrak yang telah ditentukan oleh Keppres No 80 Tahun 2003 dimana ternyata tidak mencantumkan misalnya perihal menanggung kenikmatan/ ketentraman atas barang. Yang meliputi menanggung kenikmatan terhadap dari pihak ketiga danmenanggung terhadap cacat tersembunyi, yaitu cacat tidak mudah diatur oleh pembeli pada umumnya (Pasal 1504 KUHPerdata). Dengan demikian ketentuan ini dengan sendirinya akan melengkapi setiap kontrak/perjanjian pengadaan barang/jasa.Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Sekertaris Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai yang ikut dalam Daftar Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK-SKPD) Perprogram /Kegiatan APBD TA.2010 Pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.yang diwakili oleh Bapak Subroto.SE, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam praktek penyelenggaraan kegiatan pengadaan Alat-alat kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai, adakalanya kontrak dapat bermasalah apabila tidak bersesuaian dengan ketentuan Keppres 80 tahun 2003 dan Perpres No 54 tahun 2010 karena saat itu kontrak dibuat pada tahun 2010. Namun apabila pengadaan barang dan jasa pada saat sekarang ini telah di perbaharui lagi dengan Perpres No 4 Tahun 2015 prosedur pengadaan barang dan jasa ataupun dalam pelaksanan kontrak itu sendiri.Adapun yang menjadi masalah ialah apabila :1. Pihak Panitia Pengadaan Barang dan jasaa. Tidak dibuatnya dokumen penjelasan dokumen pelelangan, dengan tidak dilakukannya prosedur pengambilan dokumen pelelangan dan pemasukan prakualifikasi ;b. Tidak diberikannya penjelasan dokumen pelelangan, dengan tidak ada di berita acara penjelasan ;c. Tidak dilakukannya penetapan calon penyedia barang/jasa dipapan pengumuman resmi;d. Tidak diberikannya alokasi waktu untuk sanggahan dari masyarakat umum dunia usaha, maka menutup kemungkinan adanya tuntutan.Disamping itu terdapat pula pelaksanaan prosedur pada tahapan Pra kontrak/ perjanjian pendahuluan, khususnya pada pengadaan dengan metode pelelangan yang dalam melaksanakannya tidak sesuai atau menyimpang dari ketentuan.seperti :a. Harga Perkiraan Sendiri (HPS) disusun dan dibuat menyesuaikan atau didasarkan pada penawaran dari calon penyedia barang/ jasa;b. Surat Permintaan Penawaran langsung dikirim oleh Rekanan/ calon Penyedia Barang/Jasa tanpa didahului prosedur pengambilan dokumen pelelangan dan penjelasan;c. Prosedur prakualifikasi dilaksanakan bersamaan dengan pemasukan surat penawaran;d. Barang atau jasa telah dikirim/ dikerjakan oleh penyedia barang dan jasa tanpa terlebih dahulu melakukan prosedur tahapan Pra Kontrak/ Perjanjian Pendahuluan. Yang artinya barang/jasa dikirim/dikerjakan lebih dahulu dan untuk proses administrasi Pra Kontraknya dilakukan kemudian.Sebelum melakukan proses pengadaan barang dan jasa ditentukan oleh Keppres No 80 tahun 2003 harus terlebih dahulu melalui tahap persiapan. Seperti : perencanaan pemaketan pekerjaan (dengan larangan adanya pemecahaan pekerjaan untuk barang sejenis). Penyusunan dan pengesahan harga perkiraan sendiri (HPS) berasarkan kriteria tertentu, pengumuman rencana pengadaan barang/jasa di media massa. Pada kenyataanya penulis memperoleh data bahwa pada tahap tersebut pada tahapan tersebut, pad umumnya tidak dilakukan atau sebagian dilakukan atau sebagian dilakukan tetapi tidak sesuai/ penyimpangan dengan ketentuan yang berlaku, seperti :a. Tidak dilakukan perencanaan pemaketan pekerjaan secararusnya dilakukan dea keseluruhan;b. Rencana paket pekerjaan sejenis yang seharusnya dilakukan dengan metode pelelangan umum/pelelangan terbatas/pemilihan langsung, dibuat dan dipecah agara dapat dilakukan dengan metode penunjukan langsung dengan rekayasa dilaksanakan seolah-olah untuk triwulan I.II,III dan seterusnya ;c. Tidak dilakukannya penyusunan HPS terlebih dahulu;d. Tidak dilakukannya pengumuman rencana pengadaan barang/jasa dimedia massa sehingga masyarakat luas didunia usaha tidak mengetahuinya.Dengan tidak dilaksanakannya sebagian prosedur dalam tahap Pra Kontrak / perjanjian pendahuluan dan/dalam melaksanakannya tidak sesuai atau melanggar ketentuan undang-undang, jika hal ini dikaitkan dengan syarat-syarat sahnya kontrak/ perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, maka ini jelas menyangkut syarat adanya suatu sebab yang halal. Dengan perkataan lain, bahwa dengan tidak dilaksanakannya prosedur dalam Tahap Pra Kontrak/ Perjanjian -Pendahuluan dan dalam melaksanakannyatidak sesuai/ melanggar ketentuan undang-undang itu adalah merupakan bentuk tidak dipenuhinya syarat adanya suatu sebab yang halal itu harus tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum, serta kesusilaan. Padahal jelas bahwa dengan tidak melaksanakan prosedur dalam tahap Pra Kontrak/ Perjanjian Pendahuluan dan dalam melaksanakannya tidak sesuai / menyimpang ketentuan yang berlaku adalah jelas merupakan bentuk pelanggaran terhadap undang-undang (Keppres No 80 Tahun 2003 dan Perpres No 4 tahun 2015). Karena adanya unsur pelanggaran terhadap undang-undang itulah maka dengan sendirinya perjanjian pengadaan barang dan jasa yang dibuat pada pihak menurut hemat penulis adalah tidak memenuhi syarat objektif, maka sebagai konsekuensi hukumnya menurut KUHPerdata adalah batal demi hukum, dan atau dapat dimintakan pembatalan perjanjian oleh terutama para calon penyedia barang/jasa lainnya yang menjadi peserta atau salah satu pihak pada saat dilaksanakannya Tahapan Pra Kontrak/ Perjanjian Pendahuluan.Tidak dilaksanakannya prosedur dalam tahapan Pra Kontrak/ Perjanjian Pendahuluan dan/dalam melaksanakannya tidak sesuai / melanggar dari ketentaun undang-undang,bakan sejak dari tahapan persiapan seperti tersebut diatas, adalah jelas menjadi faktor penyebab ketidak lancaran dalam penyelenggaran pengadaan barang/ jasa pemerintah atau dapat dikatakan sebagai penyebab terjadinya penyimpangan. Hal ini terjadi oleh karena (terutama) faktor sumberdaya manusia (SDM), dimana person yang diangkat dan ditetapkan sebagai pelasana pengadaan barang/jasa pemerintah (dalam hal ini merupakan Pejabat Pembuat Komitmen dan Panita Pengadaan) ternyata pada umumnya tidak atau belum memenuhi sepenuhnya atas ketentuan dalam Keppres No 80 Tahun 2003 beserta perubahannya yang terakhir Perpres No 4 Tahun 2015 sehingga berpotensi menimbulkan kosekuensi hukum seperti disebut diatas.Kekurang pahaman atau ketidak menegrtian atas isi ketentuan undang-undang tersebut dibuktikan atas hasil penelitian lapangan bahwa pada umumnya para pelaksana pengadaan barang dan jasa pemerintah belum memiliki sertifikat ahli pengadaan barang/jasa pemerintah yang diterbitkan oleh lembaga pemeri tah yang disebutkan dalam Perpres No 8 tahun 2006 yaitu BAPPENAS Republik Indonesia. Dan ini jelas menjadi indikasi lemahnya r para pelaksana pengadaan barang dan jasa dalam menyelengarakan kegiatan pengadaan barang / jasa pemerintah.2. Penyedia Barang dan JasaFaktor penghambat lainnya adalah terletak pada para calon Penyedia Barang/Jasa yang melakukan kesalahan-kesalahan seperti :a. Penyedia barang dan jasa pada umumnya atau bahkan hampir semuanya juga tidak atau belum memahami sepenuhnya atas ketentuan Keppres 80 Tahun 2003 beserta semua perubahan terakhir dengan Perpres No 4 Tahun 2015, sehnga tidak ada upaya mengajukan sanggahan/ proses atau penyimpangan prosedur yang diketahuinya.b. Penyedia barang dan jasa tidak melakukan pekerjaan sesuai yang ditentukan dalam kontrak. Apabila terjadi hal demikian maka sesuai dengan Pasal 7 Surat Perjanjian Pekerjaan (kontrak) Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2010 Nomor : 800/1945.H/ Um.Kp/X/2010, dimana mengenai sanksi dimana jika Penyedia Barang/ jasa melanggar/ melebihi batas waktu pelaksanaan pengadaan yang ditetapkan, maka ditetapkan, maka setiap hari keterlambatan Penyedia barang/jasa dikenakan denda sebesar 1 %o (satu perseribu) per hari dari harga kontrak (jumlah harga borongan) maksimal 60 hari kalender. Begitu pula jika dalam penyerahan alat dari Penyedia barang/jasa kepada pengguna anggaran terjadi kerusakan atau cacat dan penyedia barang/ jasa telah di perintahkan untuk mengganti/ memperbaiki alat/ maksud, namun sampai batas waktu yang telah ditetapkan alat tersebut tidak diserahkan Penyedia barang/jasa, maka Penyedia barang dan jasa dikenakan biaya denda kelalaian sebesar 1 %o (satu perseribu) per hari dari harga kontrak (jumlah harga borongan) maksimal 60 hari kalender.c. Pekerjaan yang di lakukan oleh pihak kedua tidak sesuai dengan klasifikasi teknis. apabila terjadi hal yang demikian maka akan dilakukan pemutusan kontrak dan bisa juga dilanjutkan sampai ke pengadilan negeri.d. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang tertera didalam kontrak. Apabila terjadi hal seperti ini maka pihak kedua (penyedia barang/jasa) akan dikenakan denda / ganti kerugian.e. Adakalanya harga barang berubah ubah sebelum dilakukan kontrak dan pada saat kontrak tersebut sedang berjalan, dimana harga barang tersebut naik. Apabila terjadi hal demikian maka dilakuan addendum (perubahan terhadap isi kontrak mengenai harga barang tersebut)f. Pihak kedua sering memindahtangankan pekerjaan kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan pihak pertama. Apabila ini terjadi maka akan dilakukan pemutusan kontak dan bias juga dituntut ke pengadilan negeri.3. Isi kontaka. Ada kalanya isi kontrak masih sulit dimengerti oleh para pihak, sehingga terjadi masalah dikemudian hari.b. Adanya pasal-pasal yang masih rancu, menimbukan penafsiran-penafsiran yang berbeda-beda dari para pihak, atau tidak diberikan gambaran secara spesifik sehingga menyulitkan pihak-pihak.D. Penyelesaian Sengketa Terhadap Kontrak Yang BermasalahSecara konvensional, penyelesaian sengketa biasanya dilakukan secara Litigasi atau penyeleseaian sengketa dimuka pengadilan. Dalam keadaan semikian. Posisi para pihak yang bersengketa sangat antagonistis (saling berlawanan satu sama lain). Penyelesaian sengketa bisnis model ini tidak dapat direkomendasikan. Kalaupun akhirnya ditempuh , penyelesaian ini semata-mata hanyalah sebagai jalan terakhir (ultimatum remedium) setelah alternatif lain tidak membuahkan hasil.[footnoteRef:1] [1: Margono Suyud, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Alternative Dispute Resolutions (ADR), (Ghalia Indonesia, Bogor, 2010) Hal. 4]

Apabila suatu perjanjian telah disepakati (konsensus) maka masing masing pihak terikat karenanya dan berkewajiban untuk memenuhi prestasinya. Akan tetapi, dalam pelaksanannya mungkin saja mengalami hambatan-hambatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi tujuan perjanjian yang telah mereka lakukan. Pihak yang mengadakan perjanjian lazimnya sudah menyadari kemungkinan semacam ini mengingat pelaksanaan perjanjian tidak terjadi seketika, tetapi memerlukan tengang waktu. Menyadari keadaan seperti ini dan kegiatan untuk tetap menjaga kelangsungan hubungan baik yang telah terjalin, bahkan kadang-kadang juga menghendaki apabila timbulnya sengketa setidaknya diselesaikan tanpa diketahui pihak luar atau lain, maka didalam perjanjian tersebut maka para pihak mencantumkan klausula khusus.[footnoteRef:2] Didalam Surat Perjanjian Pekerjaan (kontrak) Pengadaan Sarana dan Prasarana Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai Tahun Anggaran 2010 Nomor : 800/1945.H/Um.Kp/X/2010 pada Pasal 10 kedua belah pihak yaitu Pihak Pengguna Anggaran Dan Pihak Penyedia Barang/Jasa sepakat menyelesaikan perselisihan dengan cara musyawarah mufakat sesuai dengan Azas Pancasila. Kalau dalam hal ini juga tidak bisa tercapai maka diselesaikan melalui hukum yang berlaku. Dan untuk masalah teknis agar diselesaikan melalui Dewan Arbitrase Teknik. Dan untuk masalah hukum diselesaikan melalui pengadilan Negara. [2: Agnes M. Toar, Uraian Singkat Tentang Arbitrase Dagang di Indonesia, Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi 2, Arbitrase di Indonesia (Ghalia Indonesia, Jakarta 1995) Hal. 73]

Apabila masing-masing pihak berkeinginan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul secara baik-baik, penyelesaian sengketa tersebut dapat diperjanjikan untuk diselesaikan diluar hukum acara. Janji yang telah disepakati bersama merupakan undang undang bagi para pihak yang membuatnya (Pacta Sunt Servanda) Pasal 1338 KUHPerdata. Jadi yang yang dijadikan dasar dalam alternative dispute resolution atau mekanisme alternatif penyelesaian sengketa adalah kehendak bebas yang diatur dari pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perselisihannya diluar hakim Negara. Masalah ini diakui oleh Undang-undang No 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman. Dalam penjelasan pasal 3 undang-undang tersebut, dinyatakan bahwa penyelesaian perkara diluar pengadilan atas dasar perdamaian atau wasit (arbitrase) tetap diperbolehkan.[footnoteRef:3] [3: Ibid, Hal. 72]

Sistem penyelesaian sengketa sederhana, cepat dan biayaringan telah dipancangkan sebagai salah satu asas dalam peradilan di Indonesia. Pasal 4 Ayat (2) Undang-Undang No. 1970 telah menjadi sistem yang sangat fundamentum tersebut dalam pelaksanan fungsi peradilan. Jadi, secara teoritis, tuntutan dunia bisnis yang menghendaki penyelesaian sengketa secara informal procedure sudah tertampung dalam perundang-undangan Indonesia.[footnoteRef:4] [4: Margono Suyud, Op.Cit, Hal. 8]

Penyelesaian sengketa secara damai juga dapat menggunakan instrument resguler sendiri(self regulation) yaitu kode etik yang dimiliki masing-masing organisasi profesi seperti kode etik usaha farmasi Indonesia, kode etik kedokteran, kode etik periklanan dan lain sebagainya. Meskipun ditujukan untuk kepentingan usaha organisasi, namun dapat pula berperan untuk menyelesaikan sengketa anggota organisasi dengan masyarakat.Penyelesaian sengketa melalui lembaga atau instansi yang berwenang bias dilakukan oleh lembaga-lembaga yang berdasarkan hukum positif mempunyai otoritas menyelesaikan sengketa itu seperti departemen perdagangan dan perindustrian, kesehatan, kehutanan dan sebagainya yang menjalankan kewenangan kewenangan administrative untuk memberikan izin, pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan dan pabrik-pabrik tertentu dan sebagainya.Dalam kontrak pengadaan barang dan jasa biasnya dilakukan penyelesaian sengketa dengan arbitrase. Dapat juga diselesaikan melalui Badan Arbitrase. Dapat juga diselesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI). Penjelasan Pasal 3 undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 menyatakan bahwa penyelesaian sengketa diluar pengadilan atas dasar perdamaian atau arbitrase tetap diperbolehkan, tetapi putusan arbitrase hanya mempunyai kekuatan eksekutorial setelah memperoleh izin atau pemerintah untuk eksekusi (executoir) dari pengadilan.[footnoteRef:5] [5: Ibid , Hal.11]

Model arbitrase yang diatur dalam undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 adalah cara penyelesaian suatu sengketa diluar pengadilan umum yang didasarkan atas perjanjian tertulis dari pihak yang bersengketa. Akan tetapi tidak semua sengketa dapat diselesaikan melalui arbitrase, hanya sengketa mengenai hak yang menurut hukum dikuasai sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa atas dasar kesepakatan mereka.[footnoteRef:6] [6: Ibid , Hal.12]