bab iv

7
BAB IV ANALISA KASUS 4.1 Hyaline Membrane Disease Seorang bayi laki-laki usia 7 jam datang ke IGD RS AK Gani dengan keluhan bayi terlihat sesak, kurang aktif dan tangisnya merintih. Keluhan tersebut dirasakan terjadi sejak ± 3 jam sebelum MRS. Saat datang ke IGD, bayi terlihat sesak, merintih, menangis kurang kuat, gerakan hipoaktif, warna kulit agak kebiruan, teraba dingin terutama di ujung kaki dan tangan, serta tidak nampak kuning. Pada pemeriksaan fisik ditemukan aktivitas hipoaktif, refleks isap lemah, sianosis (+) di tangan dan kaki. Tanda Vital : heart rate 162 x/menit, reguler, laju nafas : 66 x/menit, suhu : 36.5 C (aksila). Data antropometri : BB 2350 gram, PB 46 cm, lingkar kepala : 33 cm. Status Generalis ditemukan napas cuping hidung (+), retraksi suprasternal (+), retraksi intercostal (+), retraksi subcostal (+), retraksi epigastrium (+), sianosis di kedua tangan dan kaki. Keadaan pasien saat datang yaitu sesak yang mengindikasikan tidak adekuatnya oksigenasi di dalam tubuh Pada bayi ini terjadi distress nafas (respiratory distress) dimana bayi tampak bugar pasca persalinan namun sesak beberapa jam kemudian. Distress nafas pada bayi ini ditandai dengan peningkatan respirasi peningkatan 47

Upload: shafira-nur-aditya

Post on 02-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

ncxcxj

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV

BAB IV

ANALISA KASUS

4.1 Hyaline Membrane Disease

Seorang bayi laki-laki usia 7 jam datang ke IGD RS AK Gani dengan

keluhan bayi terlihat sesak, kurang aktif dan tangisnya merintih. Keluhan tersebut

dirasakan terjadi sejak ± 3 jam sebelum MRS. Saat datang ke IGD, bayi terlihat

sesak, merintih, menangis kurang kuat, gerakan hipoaktif, warna kulit agak

kebiruan, teraba dingin terutama di ujung kaki dan tangan, serta tidak

nampak kuning. Pada pemeriksaan fisik ditemukan aktivitas hipoaktif, refleks

isap lemah, sianosis (+) di tangan dan kaki. Tanda Vital : heart rate 162

x/menit, reguler, laju nafas : 66 x/menit, suhu : 36.5 C (aksila). Data

antropometri : BB 2350 gram, PB 46 cm, lingkar kepala : 33 cm. Status Generalis

ditemukan napas cuping hidung (+), retraksi suprasternal (+), retraksi

intercostal (+), retraksi subcostal (+), retraksi epigastrium (+), sianosis di

kedua tangan dan kaki.

Keadaan pasien saat datang yaitu sesak yang mengindikasikan tidak

adekuatnya oksigenasi di dalam tubuh Pada bayi ini terjadi distress nafas

(respiratory distress) dimana bayi tampak bugar pasca persalinan namun sesak

beberapa jam kemudian. Distress nafas pada bayi ini ditandai dengan peningkatan

respirasi peningkatan usaha nafas, penggunaan otot-otot pernafasan tambahan.

Derajat beratnya distress nafas dapat dinilai dengan menggunakan skor

Silverman-Anderson dan skor Downes. Skor Silverman-Anderson lebih sesuai

digunakan untuk bayi prematur yang menderita hyaline membrane disease

(HMD), sedangkan skor Downes merupakan sistem skoring yang lebih

komprehensif dan dapat digunakan pada semua usia kehamilan. Penilaian dengan

sistem skoring ini sebaiknya dilakukan tiap setengah jam untuk menilai

progresivitasnya. Downe Score berjumlah 6, yaitu terjadi gangguan pernapasan

berat. Total skor Silverman adalah 8 yang berarti pada bayi ini terjadi ancaman

gawat napas.

Pada pemeriksaan fisik, beberapa hasil pemeriksaan yang ditemukan juga

dapat membantu memperkirakan etiologi distress nafas. Bayi prematur dengan

47

Page 2: BAB IV

berat badan lahir < 1500 gram dan mengalami retraksi kemungkinan menderita

HMD, bayi aterm yang lahir dengan mekoneum dalam caian ketuban dan

diameter antero-posterior rongga dada yang membesar beresiko mengalami MAS,

bayi yang letargis dan keadaan sirkulasinya buruk kemungkinan menderita sepsis

dengan atau tanpa pneumonia, bayi yang hampir aterm tanpa faktor resiko tetapi

mengalami distress nafas ringan kemungkinan mengalami transient tachypnea of

the newborn (TTN). Pada bayi ini terdapat faktor resiko terjadi distress napas

dimana bayi ini merupakan bayi prematur dan BBLR.

Pasien lahir secara Sectio caesaria atas indikasi fetal distress, usia

kehamilan 33 minggu, asfiksia ringan dengan APGAR skor 7-8-9, ketuban jernih

(+), plasenta lengkap dan tidak ada kelainan, tali pusat segar, KPSW (+) 10 jam,

meconium (-). Berat badan lahir 2350 gram, panjang badan 46 cm, lingkar kepala

33 cm. Berdasarkan riwayat persalinan tersebut terdapat faktor resiko yang

menyebabkan terjadinya distres napas pada bayi ini, yaitu bayi lahir BBLR,

riwayat asfiksia ringan, dan KPSW 10 jam sehingga mengalami fetal distress saat

akan dilahirkan. Pada bayi imatur terjadi defisiensi surfaktan. Level surfaktan

yang matur baru muncul setelah 35 minggu kehamilan. Surfaktan berfungsi

mengurangi tegangan permukaan pada rongga alveoli, memfasilitasi ekspansi

paru, dan mencegah kolapsnya alveoli selama ekspirasi. Selain itu dapat pula

mencegah edema paru serta berperan pada sistem pertahanan terhadap infeksi.

Selain defisiensi surfaktan, pada bayi prematur, imaturitas paru secara anatomis

dan dinding dada yang belum berkembang dengan baik mengganggu pertukaran

gas yang adekuat, pusat respirasi belum berkembang sempurna disertai otot

respirasi yang masih lemah, dinding dada bayi prematur yang memiliki

compliance tinggi memberikan tahanan rendah dibandingkan bayi matur,

berlawanan dengan kecenderungan alami dari paru-paru untuk kolaps.

Pada pemeriksaan laboratorium, darah rutin dan kadar BSS dalam batas

normal. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa penyebab distres napas pada

bayi ini bukan karena sepsis dan hipoglikemia. Pada pemeriksaan rontgen thoraks

AP didapatkan kesan : gambaran HMD Grade 2 dimana terdapat gambaran

retikulogranuler, homogen, serta ada gambaran air bronchogram. Pemeriksaan

48

Page 3: BAB IV

analisa gas darah. Diperlukan juga pemeriksaan elektrolit, bilirubin total dan

direk, serta analisa gas darah.

Analisis gas darah merupakan indikator definitif dari pertukaran gas untuk

menilai gagal nafas akut. Meskipun manifestasi klinis yang ada memerlukan

tindakan intubasi segera dan penggunaan ventilasi mekanis, pengambilan sampel

darah arterial diperlukan untuk menganalisis tekanan gas darah (PaO2, PaCO2,

dan pH) sambil melakukan monitoring dengan pulse oxymetri.

Tabel 4. Pemeriksaan Penunjang Neonatus yang Mengalami Distress Napas

Pemeriksaan Kegunaan

Kultur Darah Menunjukan keadaan bakterimia

Analisa gas darah Menilai derajat hipoksemia dan keseimbangan

asam basa

Glukosa darah Menilai keadaan hipoglikemia, karena

hipoglikemia dapat menyebabkan atau

memperberat takipnea

Rontgen thoraks Mengetahui etiologi distress napas

Darah rutin dan hitung jenis Leukositosis menunjukkan adanya infeksi

Neutropenia menunjukkan infeksi bakteri

Trombositopenia menunjukkan adanya sepsis

Pulse oksimetri Menilai hipoksia dan kebutuhan tambahan oksigen

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

yang telah dilakukan, makan bayi ini didiagnosa hyaline membran disease.

Penatalaksanaan yang diberikan pada bayi ini yaitu

4.2 Prematuritas Murni

Diagnosis prematuritas murni pada bayi ini yaitu karena bayi lahir pada

usia kehamilan 33 dan berat badan lahir 2350 gram. Pada grafik Lubchenko

didapatkan kesan neonatus kurang bulan, sesuai untuk masa kehamilan.

Berdasarkan total New Ballard Score : 31 (usia gestasi ± 36 minggu). Berdasarkan

pengukuran LK menggunakan grafik Nellhaus, kepala mesocephal. Bersarkan

49

Page 4: BAB IV

kurva pertumbuhan Fenton, berat badan lahir rendah, panjang badan lahir dan

lingkar kepala sesuai, kurva Fenton dalam batas normal.

Faktor resiko yang menyebabkan keadaan ini yaitu dari faktor ibu dan dari

janin. Faktor resiko dari ibu antara lain usia ibu >35 tahun saat hamil dan jarak

kehamilan terlalu pendek (<1 tahun) dimana kehamilan ini berjarak dua bulan dari

kehamilan sebelumnya. Faktor dari janin yaitu riwayat gawat janin.

Bayi berat lahir rendah memerlukan perawatan khusus karena mempunyai

organ yang belum sepenuh nya matur, sehingga bisa didapatkan masalah karena

fungsi fungsi organ yang belum matur. Permasalahan yang dapat timbul antara

lain ketidakstabilan suhu tubuh, gangguan pernapasan, imaturitas imunologis,

masalah pada GI dan nutrisi, imaturitas hepar, dan hipoglikemi. Pada kasus ini,

terjadi masalah pada sistem respirasi akibat kurangnya produksi surfaktan

sehingga menyebabkan bayi mengalami distres napas.

4.3 Tersangka Infeksi

Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal

infeksi yaitu Bell Squash score dan Gupte score. Pada Bell Squash score, bila

hasil < 4 dinyatakan sebagai observasi neonatal infeksi, sedangkan bila hasil ≥ 4

dinyatakan sebagai neonatal infeksi. Pada Gupte score bila hasil 3-5 dinyatakan

sebagai screening neonatal infeksi, sedangkan bila hasil ≥ 5 dinyatakan sebagai

neonatal infeksi. Pada pasien ini didapatkan hasil Bell Squash score 4, yaitu

neonatal infeksi, sedangkan hasil Gupte Score 6, yaitu neonatal infeksi.

Diagnosis tersangka infeksi digunakan untuk mengurangi angka kematian

akibat sepsis neonatorum. Diagnosisnya atas dasar terdapatnya faktor resiko, yang

mana pada bayi ini yaitu terjadi KPSW 10 jam.

Kriteria sepsis klinis (minimal dua dari tanda-tanda berikut) yaitu :

temperatur >38 C atau <36.5 C, takikardia >200/menit, peningkatan frekuensi

apneu/ bradikardia, hiperglikemia >140 mg/dl, BE <-10 mval/L, perubahan warna

kulit, peningkatan kebutuhan oksigen, CRP >2 mg/dl, I/T ratio >0.2, leukosit

<5/nL, trombosit <100/nL. Pada bayi ini tidak ditemukan tanda-tanda di atas

sehingga diagnosis sepsis tidak dapat ditegakkan.

50