bab iv analisis 1. - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2011-2-00130-ar bab 4.pdf ·...
TRANSCRIPT
53
BAB IV
ANALISIS
IV.1. Analisa Aspek Lingkungan
IV.1.1. Analisa Kondisi Eksisting Tapak dan Sekitarnya
Terdapat beberapa point yang ada disekitar lokasi tapak yang
dapat dianalisa. Point-point tersebut yaitu :
1. Kegiatan Sekitar Lingkungan Tapak
Jenis kegiatan, peruntukan fungsi dan sarana yang ada diatas
tapak dan sekitarnya dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel IV.1.1.1. Analisa sekitar tapak di Senayan
Posisi Dari Tapak Jenis Kegiatan dan Fungsi
Di atas tapak - Bangunan wisma atlet yang
tidak di operasionalkan lagi
Posisi Utara - Bangunan Mezquita
geloran difungsikan
untuk tempat peribadahan
umat Islam
- Stadion Utama Gelora
Bung Karno
54
Posisi Selatan - Lahan kosong
- Plaza Senayan Arcadia
(pusat perbelanjaan)
Posisi Timur - Hotel Atlet Century
merupakan tempat
penginapan bagi atlet
- Lapangan baseball senayan
- Lapangan golf
Posisi Barat - Gedung Koni Pusat
kantor pengelola Gelora
Bung Karno
55
- Senayan golf
Sumber : Dokumentasi pribadi dan web googles
Gambar IV.1.1.1. Kegiatan di sekitar tapak
Sumber : Google maps
Dari hasil tinjauan Sisi Utara dan Selatan tapak memiliki
sudut pandang yang cukup menarik untuk menonjolkan
keistimewaan pada bentuk bangunan. Hal ini didukung oleh jalan
utama yaitu Jl. Pintu Satu Senayan yang sering dilalui oleh
kendaraan.
2. Akses Transportasi dan Lalu Lintas Sekitar Tapak
Lokasi tapak berada di jalan Pintu Satu Senayan yang
mengarah ke stadion utama GBK. Jalan ini merupakan jalur yang
cukup ramai dilalui oleh kendaraan-kendaraan (kendaraan pribadi
dan bus trans). Jalan Pintu Satu Senayan terhubung ke jalan Jenderal
Sudirman (Barat) dan jalan Asia Afrika (Timur).
Perkantoran, Apartemen dan Bank Panin
Perkantoran, high rise building
Gedung DIKTI, Hotel Atlet Century, Plaza FX
Stadion utama GBK, Mesjid
Perkantoran koni
Lokasi tapak
56
Peta IV.1.1.1. Sirkulasi kendaraan di sekitar tapak
Sumber : Tata dinas kota
Keramaian terjadi hampir pada setiap saat karena lokasi ini
berdekatan dengan jalan utama. Puncak keramaian dapat terjadi pada
saat terdapat event-event tertentu seperti adanya pertandingan-
pertandingan sepak bola, dll.
3. Ketinggian Bangunan Sekitar Tapak
Jumlah lapis atau ketinggian di sekitar tapak cukup
bervariasi. Ketinggian bangunan KONI pusat yang ada di sebelah
timur tapak mencapai +/- 12 lantai dan bangunan hotel Atlet Century
yang berada di sebelah timur tapak mencapai +/- 17 lantai. Gambar IV.1.1.2. Jumlah lapis bangunan di sekitar tapak
Sumber : Google maps
Ketinggian bangunan di sekitar tapak sangat mempengaruhi
beberapa faktor seperti pengaruh view bangunan, datangnya angin,
dan bayangan cahaya matahari. Aliran angin akan berbelok jika
Jl.Pintu Satu Senayan
Jl.Manila-Kebayoran lama
+/-20 Lt +/-20 Lt
+/-12 Lt
Hotel Century
Diknas 1 Wisma atlet yang akan dirancang
Koni pusat
57
terdapat objek di depannya. Oleh sebab itulah diperlukan
pertimbangan matang dalam perancangan wisma atlet.
Simulasi pembayangan pada bangunan yang akan dirancang
menggunakan software sketchup, dimana posisi Jakarta terletak pada
6o – 7o LS dan 107o – 108o BT adalah seperti dibawah ini : Tabel IV.1.1.2. Analisa pembayangan pada wisma atlet di Senayan
Pembayangan Tapak Waktu
Jam 06.00 WIB
Kondisi pembayangan
masih belum tampak di
lokasi tapak.
Jam 09.00
Matahari pagi
menyebabkan
pembayangan pada
bangunan di lokasi tapak
Jam 12.00 WIB
Posisi matahari berada di
atas gedung, menyebabkan
pembayangan di sekeliling
bangunan
Jam 15.00 WIB
Posisi matahari berada di
Barat menyebabkan posisi
bangunan yang menghadap
Utara terjadi pembayangan
58
Jam 18.00 WIB
Pembayangan hanya sedikit
terjadi pada bagian Barat.
Sumber : Dokumentasi pribadi
Kesimpulan dari analisa pembayangan yang terjadi di lokasi
wisma atlet – Senayan adalah cahaya matahari yang mengenai tapak
tidak terhalang oleh bangunan tinggi di sekitarnya karena pengaruh
jarak antar bangunan yang relatif cukup jauh. Pembayangan terjadi
hanya karena terdapat objek di atas tapak itu sendiri. Perencanaan
dan perancangan jumlah lapis pada wisma atlet di perkirakan
mencapai +/- 20 lapis. Pertimbangan ini diambil karena lokasi tapak
berada di area bangunan medium rise – high rise. Gambar IV.1.1.3. Analisa ketinggian wisma atlet yang akan dirancang
Sumber : Google maps
IV.1.2. Analisa View
1. View Dari Tapak
View dari tapak ke sebelah Utara berupa jalan utama yaitu Jl.
Pintu Satu Senayan dan di seberang jalan terdapat view kearah
pepohonan hijau yang di sekitarnya terdapat bangunan mesjid
Mezquita Geloran, dan view utama dari tapak ke sebelah Utara
adalah stadion utama Gelora Bung Karno.
20 lt
59
Foto IV.1.2.1. View ke pintu masuk senayan dan ke stadion utama GBK
Sumber : Dokumentasi pribadi dan web googles
Perletakan massa bangunan disesuaikan dengan potensi view
yang ada. Bangunan wisma atlet akan diletakkan pada posisi
bangunan yang menghadap ke Utara dan Selatan tapak. Sementara
untuk area servis akan diletakan di sebelah Barat atau Timur. Gambar IV.1.2.1. Respon desain ke view sekitar tapak
Sumber : Google maps
Pertimbangan (+) dan (-) pada view bangunan di lokasi tapak
ditentukan oleh potensi-potensi view yang ada disekeliling tapak.
Apakah bangunan yang ada di sekeliling tapak terlalu tinggi sehingga
menghalangi view dari dalam ke luar tapak.
2. View Dalam Tapak
Dilihat dari bentuk tapak yang hampir membentuk segiempat,
maka pertimbangan pada beberapa bagian tapak akan ditanami
penghijauan yang mengelilingi tapak, dengan maksud untuk
menciptakan penghijauan didalam area tapak.
View ke bangunan tinggi
View ke beberapa bangunan tinggi
View ke lapangan olahraga & RTH
View ke stadion utama GBK
60
Gambar IV.1.2.2. Penghijauan di sekeliling tapak
Sumber : Google maps
Selain menciptakan penghijauan, pada area tapak akan
dirancang sebuah plaza dan area publik tempat orang-orang
berkumpul, sehingga terdapat aktivitas yang berlangsung di dalam
tapak.
3. View Ke Tapak
View ke tapak pada saat ini terdapat bangunan wisma atlet
fajar. Bangunan ini merupakan bangunan lama yang akan di redesain
atau dibangun kembali. Lokasi tapak berada di tempat yang cukup
strategis. Hal ini dikarenakan jalur utama kendaraan yang melalui
tapak tersebut. Sehingga dari arah jalan dapat melihat ke dalam
tapak. Gambar IV.1.2.3. View ke tapak dari Jl. Pintu Satu Senayan
Sumber : Google maps
Kesimpulan dari analisa view ke tapak adalah penerapan
perancangan lingkungan di lokasi tapak, adalah dengan pembuatan plaza,
tempat komunal seperti ruang terbuka hijau dengan tempat duduk. Hal
Bangunan lama wisma atlet fajar yang akan dibangun kembali
61
ini dimaksudkan agar view tercipta didalam tapak menjadi lebih menarik
dan hidup secara kegiatan. Gambar IV.1.2.4. Perencanaan taman di dalam tapak
Sumber : Dokumentasi pribadi
IV.1.3. Analisa Kebisingan
Lokasi tapak yang berdekatan dengan jalan utama menyebabkan
kebisingan didalam tapak tidak dapat dihindari. Oleh karena itulah
diperlukan solusi dalam mengatasi kebisingan tersebut seperti
pengolahan zona ruang pada bangunan. Lantai bawah akan dimanfaatkan
sebagai ruang publik. Ruang-ruang diatasnya difungsikan sebagai tempat
hunian dan berbagai fasilitasnya.
Selain itu dapat juga dengan pemanfaatan barrel pada bagian
depan tapak serta penanaman tanaman untuk mereduksi kebisingan yang
berasal dari jalan utama. Solusi lainnya dapat menggunakan material
bangunan yang dapat mereduksi suara seperti double glazing dan dinding
yang lebih masif. Gambar IV.1.3.1. Penempatan fungsi dan lansekap untuk menghindari kebisingan
Sumber : Google maps
Unit kamar Ruang aktivitas dan publik
Area servis
Barrel pepohonan
Sumber kebisingan
62
Berdasarkan analisa kebisingan, sumber kebisingan lebih di
dominasi dari arah jalan utama yaitu Jl. Pintu Satu Senayan yang banyak
dilalui oleh kendaraan. Oleh sebab itulah diperlukan langkah-langkah
dalam mengatasi kebisingan tersebut agar tidak menggangu bangunan
wisma atlet. Tabel IV.1.3.1. Analisa mengatasi kebisingan
Penggunaan tanaman sebagai pemecah
kebisingan
Memundurkan massa bangunan agar jarak
bising tidak sampai ke bangunan
Pembagian zoning yang tepat
Sumber : Dokumentasi pribadi
Berdasarkan dari analisa kebisingan, penentuan peletakan massa
bangunan, pengaturan zoning dan pemilihan tanaman pada bagian tapak
yang dekat dengan kebisingan, sangat diperlukan sekali agar tidak
merusak view bangunan yang tercipta pada lokasi tapak.
IV.1.4. Analisa Iklim
Menurut analisis dan penelitian menggunakan thermometer di
lokasi serta menurut data dari badan Meteorologi dan Geofisika, hasil
yang didapat adalah suhu rata-rata mencapai 30 - 340C. Kondisi
lingkungan tersebut terasa sejuk apabila cuaca sedang mendung dan juga
dikarenakan terdapat pepohonan di sekitarnya, jika kondisi cuaca sedang
panas kondisi suhu baik di dalam ruangan maupun di luar bangunan akan
terasa cukup panas. Foto IV.1.4.1. Pepohonan pada sekeliling tapak
Sumber : Dokumentasi pribadi
privatSemi privat Publik
Tanaman
63
Di butuhkan penghijauan untuk menciptakan suhu udara yang
nyaman di lokasi tersebut. Selain penghijauan pada tapak, penghijauan
pada bangunan juga dapat dilakukan seperti roof garden, green roof,
vertical garden dan pembuatan air mancur atau kolam untuk
menurunkan suhu panas lingkungan.
IV.1.5. Analisa Vegetasi
Di sekitar lokasi tapak terdapat cukup banyak penghijauan,
karena lokasi Senayan ini selain direncanakan untuk pembangunan juga
sebagai paru-paru kota. Hampir setiap area dipenuhi oleh pepohonan
yang sudah cukup lama berada di lokasi tersebut.
Di lokasi tapak terdapat beberapa pohon eksisting yang ada di
sekeliling tapak. Perancangan pembangunan gedung akan diusahakan
tidak menggangu pepohonan yang ada. Jika memang ada yang
menggangu view atau struktur maka pepohonan akan di pindahkan. Gambar IV.1.5.1. Pohon eksisting yang ada di tapak
Sumber : Google maps
Foto IV.1.5.1. Pohon-pohon eksisting yang ada di tapak
Sumber : Dokumentasi pribadi
64
IV.1.6. Analisa Sirkulasi Ruang Luar
1. Sirkulasi Manusia
Dilihat dari kondisi tapak yang berbentuk memanjang dan
pertimbangan-pertimbangan mengenai tapak yang berdekatan dengan
jalan Pintu Satu Senayan maka jalur sirkulasi manusia direncanakan
dan dirancang mengelilingi tapak.
Untuk menjaga keamanan dan privasi dari penghuni wisma
atlet ini maka akan dibuat sebuah pemisah antara luar tapak dan
dalam tapak. Gambar IV.1.6.1. Sirkulasi manusia
Sumber : Google maps
Gambar IV.1.6.2. Pemisah atau pembatas kegiatan tapak
Sumber : Architectural Graphic Standard
Sirkulasi manusia
65
Pemisahan juga dapat berfungsi untuk membatasi dua
kegiatan yang berbeda, sehingga tidak menggangu kegiatan orang
lain.
2. Sirkulasi Kendaraan Bermotor
Sirkulasi kendaraan bermotor dibatasi dengan luasan
seminimal mungkin atau sesuai dengan fungsinya. Hal ini
dimaksudkan untuk memaksimalkan area pejalan kaki dan ruang
terbuka hijau. Penerapannya dapat berupa area-area pedestrian pada
tapak yang dipisahkan dengan kendaraan-kendaraan bermotor agar
tidak terjadi cross antara pejalan kaki dan kendaraan bermotor.
Sirkulasi kendaraan bermotor didalam tapak di batasi dengan
penyediaan fasilitas tempat parkir dan akses sirkulasi di dalam tapak.
hal ini dimaksudkan agar tapak terbebas dari kegiatan kendaraan
yang berlebihan sehingga terhindar dari polusi udara. Gambar IV.1.6.3. Pedestrian eksisting pada lokasi tapak
Sumber : Dokumentasi pribadi
3. Sirkulasi Matahari
Posisi tapak memanjang ke arah Barat dan Timur sehingga
orientasi massa bangunan lebih mengarah ke arah Utara dan Selatan.
Hal ini memberikan keuntungan tersendiri bagi massa bangunan.
Panas matahari tidak akan mengenai langsung ruang-ruang yang ada
pada bangunan.
Perencanaan ruang pada posisi Barat dan Timur,
dimanfaatkan untuk area servis. Hal ini dimaksudkan untuk tidak
menggangu para penghuni wisma atlet tersebut.
Area parkir
ME SE
66
Gambar IV.1.6.4. Sirkulasi matahari pada lokasi tapak
Sumber : Google maps
Tabel IV.1.6.1. Analisa matahari
Bagian Bangunan Yang Terkena matahari
Waktu
Jam 06.00 WIB
Sisi bagian pendek bangunan yang
terkena cahaya matahari
Jam 09.00 WIB
Sisi bagian bangunan yang
menghadap Timur yang terkena
cahaya matahari
Jam 12.00 WIB
Posisi matahari berada di posisi
atas bangunan dan mengenai atap
bangunan
Jam 15.00 WIB
Cahaya matahari mengenai
bangunan yang cenderung lebih
menghadap ke arah Selatan
T
B Bangunan wisma atlet lama yang akan dibangun kembali
T
B
T
B
T
B
T
B
peran
cahay
secon
beber
skin
perm
4. Angi
maka
berad
knot
sebag
T
Kec
<0
0.25
Berdasark
ncangan wis
ya matahari
nd skin fasad
rapa metode
fasade se
asalahan rua
n
Berdasark
a untuk arah
da pada juru
(1.45-2.55
gai tempat poGambar
Tabel IV.1.6.2.
cepatan AngBergerak 0.25 m/detik
5 – 0.5 m/det
T
Sumber : Si
kan analisa
sma atlet y
langsung a
de, overhang
pemecahan
ebagai salah
angan yang t
kan data da
h tapak yan
usan 265° d
m/s) pada k
otensi bukaaIV.1.6.5. Sirku
Sumber
. Kecepatan an
gin PeK
k Tidak
tik Paling
B
Cahaya
mengen
yang m
imulasi softwar
a matahari
yang bagian
akan di atas
g, shansedin
n maka dipili
h satu alt
terkena caha
ari Badan K
ng berada d
dan dengan
ketinggian
an yang palinulasi angin has
: Dokumentasi
ngin dan penga
engaruh ataKenyamanank dapat dirasa
g nyaman
Jam 18.0
a matahari ce
nai sisi pend
menghadap k
re sketchup
maka pe
n sisi bangu
si atau dibe
ng dan vertik
ihlah shanse
ternatif dal
aya matahari
Klimatologi
di Senayan
kecepatan
10 meter. D
ng potensial sil survey lapan
i pribadi
aruhnya atas ke
as n
Efe(Pa
akan
00 WIB
enderung
dek banguna
ke arah Barat
erencanaan
unannya ter
eri solusi be
kal garden.
eding dan se
lam pemec
langsung.
dan Geofi
secara dom
rata-rata 2.9
Data ini ber
pada bangunngan
enyamanan
ek Penyegarada Suhu 30
00C
0.5 – 0.70C
67
n
t
dan
rkena
erupa
Dari
econd
cahan
isika,
minan
9-5.1
rguna
nan.
ran 00C)
68
0.5 – 1 m/detik Masih nyaman, tetapi gerakan udara dapat dirasakan
1.0 – 1.20C
1 – 1.5 m/detik Kecepatan maksimal 1.7 – 2.20C
1.5 – 2 m/detik Kurang nyaman, Berangin
2.0 – 3.30C
>2 m/detik Kesehatan penghuni terpengaruh oleh kecepatan angin yang tinggi
2.3 – 4.20C
Sumber : Ilmu fisika bangunan
Berdasarkan data diatas maka kecepatan angin yang paling
nyaman bagi manusia adalah 0.25 – 0.5m/detik. Untuk lokasi tapak
di Senayan berdasarkan data BMKG yang mengambil lokasi Pondok
Betung sebagai lokasi yang paling dekat dengan lokasi Senayan
menyatakan bahwa kecepatan angin rata-rata mencapai 0.8 –
1.5m/detik dengan suhu udara tertinggi 350C dan suhu udara
terendah mencapai 250C - 280C. Gambar IV.1.6.6. Data BMKG kecepatan angin
Sumber : Web BMKG
Gambar IV.1.6.7. Data BMKG rata-rata suhu udara
Sumber : Web BMKG
Kecepatan maksimalMasih
nyaman
Suhu dapat mencapai 350C
Suhu dapat mencapai 25-280C
69
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kecepatan
angin di Senayan khususnya di lokasi tapak cukup kencang pada saat
bulan-bulan tertentu dengan suhu udara yang cukup tinggi, sehingga
diperlukan solusi pada saat perancangan bangunan wisma atlet,
seperti ukuran bukaan jendela dan penanaman pohon untuk
membelokan aliran angin serta menciptakan sirkulasi udara yang
baik.
IV.1.7. Analisa Pencapaian ke Tapak
Terdapat dua jalan utama menuju ke lokasi tapak yaitu Jl. Pintu
Satu Senayan dan Jl. Manila – Kebayoran Lama. Tabel IV.1.7.1. Analisa pencapaian ke tapak
Kelebihan alternatif 1:
- Posisi main entrance berada di jalan
utama Pintu Satu Senayan.
- Side entrance berada pada Jl. Manila –
Kemayoran Lama, sehingga dapat
menghindari kemacetan jalan utama
- Posisi tapak lebih terlihat dari arah
jalan utama, sehingga memudahkan
sirkulasi keluar masuk tapak.
- Servis entrance di letakan pada bagian
tapak yang menghadap ke Jl. Manila –
Kemayoran Lama. Jalur ini dipilih
berdasarkan pertimbangan jalur
sirkulasi dari jalan ini yang dapat
tembus ke arah Jl. Pintu Satu Senayan.
Dan juga untuk menghindari
terganggunya kegiatan didalam tapak.
Kekurangan alternatif 1 :
- Side entrance dan servis entrance
berada pada satu jalur keluar, sehingga
membuat sirkulasinya lebih padat di
ME
SE SV
ME
SE SV
70
dalam tapak.
Kelebihan alternatif 2 :
- Main entrance dan side entrance
berada di Jl. Pintu Satu Senayan yang
merupakan jalur utama
- Servis entrance berada di Jl. Manila –
Kemayoran Lama, sehingga tidak
menganggu jalur sirkulasi di dalam
tapak.
Kekurangan alternatif 2 :
- Side entrance berada di jalan utama
Pintu Satu Senayan, dapat
menyebabkan kemacetan pada jalan
utama.
- Sirkulasi servis entrance tidak
mengelilingi tapak, sehingga lokasi
servis hanya ditentukan di beberapa
lokasi saja.
Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google
Dari analisa pencapaian ke tapak maka dipilihlah alternatif 1,
untuk di terapkan dalam perancangan wisma atlet di Senayan. Alternatif
1 dipilih karena pertimbangan jalur sirkulasi di dalam tapak yang
memanfaatkan 2 sirkulasi jalan yang ada di Senayan yaitu Jl. Pintu Satu
Senayan dan Jl. Manila – Kemayoran Lama.
IV.1.8. Analisa Orientasi Massa Bangunan
Orientasi massa bangunan sangat dipengaruhi oleh aspek
matahari, arah angin, view, dan letak pintu masuk.
ME
SV
SE servis
ME
SV
SE servis
B
B
Tabel
U
S
U
S
IV.1.8.1. Ana
K
-
-
-
-
-
K
-
-
-
K
-
-
T
T
alisa orientasi m
Kelebihan a
Massa ba
matahari B
Tampak
terlihat de
Senayan d
Lama.
Keadaan
sejuk.
View lebih
Orientasi
menerima
karena an
arah Selat
Kekurangan
Posisi ba
arah jalan
Luasnya b
yang terk
dan Selat
khusus da
Diperluka
mengatasi
menerpa l
Kelebihan a
Sirkulasi
baik pada
Posisi
terciptany
cukup ba
massa banguna
alternatif 1 :
angunan terh
Barat dan Ti
depan b
engan jelas
dan Jl. Mani
di dalam
h menarik
bangunan c
a arah da
ngin bertiup
tan ke Utara
n alternatif
angunan tam
n.
bidang perm
kena cahaya
tan, sehing
alam menagg
an solusi
i kecepatan
langsung ke
alternatif 2
udara dapat
a jalur kiri ka
bangunan
ya sirkulasi
aik di dalam
an
:
hindar dari
imur.
angunan d
di Jl. Pintu
ila – Kemay
ruangan
ukup baik d
atangnya a
p cenderung
1 :
mpak datar
mukaan bang
a matahari
gga perlu s
gapinya.
khusus d
n angin
bangunan.
:
t tercipta de
anan bangun
memungki
i manusia
tapak.
71
sinar
dapat
Satu
yoran
lebih
dalam
angin
dari
dari
gunan
utara
solusi
dalam
yang
engan
nan.
inkan
yang
72
- Posisi massa bangunan cukup baik
karena massa bangunan yang
memiliki penampang yang lebih kecil
yang menghadap ke arah datangnya
angin, sehingga kecepatan angin yang
menerpa massa bangunan dapat
dibelokan.
Kekurangan alternatif 2 :
- Bangunan akan cukup panas karena
orientasi massa bangunan menghadap
ke sebelah Barat dan Timur.
- Bangunan tidak terlalu terlihat dari
arah jalan utama.
- Posisi massa bangunan dapat
menciptakan tornado angin pada
bagian area tapak dan juga dapat
menyebabkan tidak adanya sirkulasi
udara diantara bangunan tersebut,
dikarenakan terhalang oleh 2 – 3
massa bangunan.
Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google
IV.2. Analisa Aspek Manusia
IV.2.1. Analisa Pelaku Kegiatan
Pelaku kegiatan dibagi menjadi 4 kelompok yang memiliki
karakteristik dan kebutuhan yang berbeda :
1. Penyewa Wisma Atlet
Pelaku kegiatan pada wisma atlet ini adalah penghuni atau
para atlet yang menyewa wisma atlet. Para atlet menyewa wisma
atlet untuk tinggal dan mempersiapkan pertandingan-pertandingan
yang akan dilaksanakan. Target pengunjung lainnya adalah pada saat
73
terdapat event-event pertandingan seperti pertandingan sepak bola,
karate, badminton dan tenis.
2. Staf Pengelola - Administrasi
Staf pengelola adalah orang yang bertugas mengurus
administrasi penyewaan unit hunian pada bangunan wisma atlet. Staf
pengelola administrasi meliputi orang-orang yang bekerja dalam
kantor pengelolaan, dan staf yang terlibat langsung dengan tamu.
3. Staf Pengelola – Servis
Staf pengelola – servis adalah meliputi koki, housekeeping,
teknisi, perawatan gedung, dan keamanan. Biasanya untuk
housekeeping terdapat jalur khusus untuk kesetiap lantai.
4. Pelaku bisnis
Sedangkan pelaku bisnis adalah orang-orang yang
menjalankan usahanya seperti membuka toko-toko, retail shop, dan
kios-kios. Pelaku bisnis ini biasanya menyewa ruang-ruang yang ada
di lantai dasar untuk membuka usaha.
Adapun syarat-syarat dan fasilitas-fasilitas yang harus dimiliki
wisma atlet agar para pengunjung merasa cukup nyaman dalam
melaksanakan aktivitasnya :
1. Wisma atlet harus dapat memberikan kenyamanan thermal, verbal,
visual, dan spasial.
2. Wisma atlet menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dalam
menjalankan aktivitasnya.
3. Wisma atlet menyediakan cukup ruang untuk menampung atau
mewadahi berbagai aktivitas pengunjung.
4. Area servis harus diperhatikan persyaratan-persyaratannya seperti
kebersihan, agar tidak menganggu pengunjung atau penghuni kamar.
5. Wisma atlet harus dapat memberikan atau menciptakan keamanan
dan privasi bagi penghuninya.
IV.2.2. Analisa Penghuni (Atlet)
Pengguna dari wisma atlet ini adalah atlet-atlet baik nasional
maupun internasional. Selain untuk atlet, wisma atlet ini juga di sewa
74
untuk pelajar maupun masyarakat umum untuk menunjang produktivitas
jangka panjang pada bangunan wisma atlet.
Wisma atlet akan diperuntukan bagi atlet-atlet yang akan
mengikuti pertandingan. Berikut adalah kegiatan atlet sepanjang hari. Tabel IV.2.2.1. Jadwal kegiatan atlet
Pukul Kegiatan Pukul Kegiatan 04.00-05.30 Bangun, Gosok
Gigi, Mandi, Bersih-Bersih, sarapan
14.00-18.00 Latihan fisik (barbel, skipping, sit up, push up, benchpress, legpress, shoulder rising, dll)
05.30-07.00 Latihan fisik 18.00-19.00 Istirahat, Duduk 07.00-11.00 Sekolah 19.00-21.00 Sekolah 11.00-14.00 Istirahat, Makan,
Tidur 21.00-04.00 Istirahat, Tidur,
Duduk Sumber : Analisa aktivitas atlet dari jadwal kegiatan pada wisma atlet ragunan.
IV.2.3. Analisa Jenis dan Kebutuhan Ruang
1. Rencana Program Ruang Wisma Atlet Gambar IV.2.3.1. Skema program ruang
Sumber : Dokumentasi pribadi
2. Kegiatan Tamu Khusus Penghuni Wisma Atlet
Plaza/lobby
Parkir
Hunian
K.PengelolR.Penunjang
Taman
Servis
Main entrance
securit
75
Gambar IV.2.3.2. Skema kegiatan tamu
Sumber : Dokumentasi pribadi
3. Kegiatan Tamu Khusus Staf Pengelola Wisma Atlet Gambar IV.2.3.3. Skema kegiatan staff pengelola
Sumber : Dokumentasi pribadi
4. Analisa kebutuhan ruang/unit hunian untuk 2 orang Tabel IV.2.3.1. Kebutuhan ruang untuk 2 orang
No Kebutuhan Ruang Elemen Ruang Dimensi Ruang
Sumber
1 Kamar tidur 1 Tempat tidur, Lemari pakaian, meja
17 m2 Survey
2 Kamar mandi Shower, kloset, wastafel
4 m2 Survey
Berkunjung ke unit hunian yang dituju
Parkir security
Keluar masuk hunian melalui main
& side entrance
Pengelola
R.Pengelola
Entrance
Cek security
Parkir Kegiatan lain
76
3 Balkon Tempat duduk 3 m2 Survey TOTAL 24m2
Sumber : Dokumentasi pribadi
a. Konfigurasi ruang/unit hunian pada wisma atlet Gambar IV.2.3.4. Skema program ruang unit hunian
Sumber : Dokumentasi pribadi
b. Kegiatan penghuni wisma atlet pada unit hunian Gambar IV.2.3.5. Skema kegiatan pada unit hunian
Sumber : Dokumentasi pribadi
c. Kegiatan penghuni wisma atlet pada bangunan
K. Tidur
Balkon
Km. Mandi
Tidur
Bersantai, duduk, mengobrol,
Keluar/masuk
Mck
Balkon
77
Gambar IV.2.3.6. Skema kegiatan penghuni wisma atlet
Sumber : Dokumentasi pribadi
Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang ada pada wisma atlet :
a. Kegiatan penghuni wisma atlet Tabel IV.2.3.2. Kegiatan penghuni wisma atlet
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Kamar tidur Beristirahat,
Tidur Penghuni Privat, Tertutup
Pantry/Dapur Masak, Cuci piring, Makan
Penghuni, Pengunjung
Servis, Terbuka
Ruang Jemur Menjemur Pakaian
Penghuni, Pengunjung
Publik,Tertutup
Kamar mandi Buang air besar & kecil, Mandi
Penghuni, Pengunjung
Privat, Tertutup
Ruang bersama Duduk, Nonton, Bersosialisasi
Penghuni, Pengunjung
publik,Tertutup
Taman Hijau Bermain, bersosialisasi, relaksasi
Penghuni, Pengunjung
Publik, Terbuka
Sumber : Dokumentasi pribadi
b. Kegiatan pengunjung wisma atlet
Hunian
Keluar masuk melalui main & side entrance
Parkir security
Toko, kios/retail Fasilitas
umum
R. Pengelola
Istirahat, mandi, tidur, bekerja, beraktivitas
78
Tabel IV.2.3.3. Kegiatan pengunjung wisma atlet
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Plaza Sirkulasi
manusia, bersosialisasi
Penghuni, pengunjung, pengelola
Publik,Terbuka
Ruang Komunal Bersosialisasi, berkumpul, penyelenggaraan acara
Penghuni, Pengunjung, Pengelola
Publik,Terbuka
Kamar mandi Buang air besar & kecil, Mandi
Penghuni, Pengunjung
Privat, Tertutup
Taman Hijau Bersosialisasi, relaksasi
Penghuni, Pengunjung, Pengelola
Publik,Terbuka
Sumber : Dokumentasi pribadi
c. Kegiatan pengelola wisma atlet Tabel IV.2.3.4. Kegiatan pengelola wisma atlet
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Ruang Administrasi & Keuangan
Pengurusan masalah administrasi dan keuangan
Staff administrasi & keuangan
Publik, tertutup
Ruang Bulding Management
Mengelola management gedung
Staff Pengelola gedung
Semi privat, tertutup
Ruang unit pelayanan dan utilitas
Mengelola sistem pengoperasian, pemeliharaan rutin dan preventif
Staff pengelola teknis gedung
Semi privat, Tertutup
Ruang kepala pengelola gedung
Diskusi dan rapat laporan bulanan
Staff pengelola Semi privat, tertutup
Kamar Mandi Buang air besar & kecil
Staff pengelola Servis, tertutup
Sumber : Dokumentasi pribadi
d. Kegiatan pengelola – servis pada wisma atlet Tabel IV.2.3.5. Kegiatan pengelola – servis wisma atlet
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Pos Keamanan Menjaga
Keamanan 24 Jam
Staff Keamanan
Servis, Tertutup
79
Ruang ME & Genset
Penempatan Mekanikal & Elektrikal, genset
Staff Servis, tertutup
Gudang Penyimpanan barang barang servis
Staff Servis, Tertutup
Sumber : Dokumentasi pribadi
e. Kegiatan penunjang wisma atlet Tabel IV.2.3.6. Kegiatan fasilitas penunjang wisma atlet
Ruang Kegiatan Pengguna Sifat Ruang Ruang serba guna Acara formal dan
non formal Penghuni, pengunjung dan pengelola
Publik, tertutup
Ruang Komersil/ Retail
Kegiatan jual beli kebutuhan sehari hari
Penghuni, pengunjung dan pengelola
Publik
Musholla Beribadah Penghuni, pengunjung dan pengelola
Publik, Tertutup
Lapangan Serba guna
Berolahraga, beraktifitas sosial
Penghuni, pengunjung dan pengelola
Publik, terbuka
Ruang Terbuka Hijau
Rekreasi, bermain, bersosialisasi
Penghuni, pengunjung, pengelola
Publik, terbuka
Ruang Komunal Bersosialisasi, berkumpul santai
Penghuni, pengunjung dan pengelola
Publik, terbuka
Sumber : Dokumentasi pribadi
IV.2.4. Program Ruang
Tabel IV.2.4.1. Program ruang wisma atlet di Senayan
Jenis Kebutuhan Ruang Standart Sumber Jumlah Ruang
Luas Ruang
Hunian
Hall/Lobby 250 m2 AS 1 250 m2 R.Penjaga 13m2 AS 2 26 m2 Unit kamar 24 m2
- 1000 24.000m2
Ruang bersama 0.05 m2 /
room
NAD 1 / lantai 0.05 x 500
x 20 = 500
m2
Total Luas Pelayanan Hunian 24.776 m2
80
Sumber : Data arsitektur dan Amerika standar
Perhitungan regulasi jumlah kamar :
Tapak proyek ini memiliki luas 10.891,18m2.
KDB = 20%
Luas lantai dasar yang boleh dibangun = 20% x 10.891,18 = 2.178.24m2.
Jenis Kebutuhan Ruang Standart Sumber Kapasitas/ Jumlah
Luas Ruang
Kantor Pengelola
R.Administrasi 2 m2
/orang NAD 3 12 m2
R.Keuangan 2 m2
/orang NAD 2 8 m2
R.Maintenance 2 m2
/orang NAD 2 12 m2
Toilet 9 m2 AS 2 18 m2 R. Marketing 2 m2
/orang AS 2 8 m2
R. Meeting 1,5 m2
/orang AS 12 18 m2
Total Luas Pelayanan Kantor Pengelola 76 m2
Jenis Kebutuhan Ruang Standart Sumber Kapasitas/ Jumlah
Luas Ruang
Penunjang
Retail Kios 0.2 m2 / room
NAD 4 0.2x500x5=500
m2 Ruang Serba Guna 1 m2
/orang TS 175 175 m2
Mushola 11 m2 AS 8 88 m2 Toilet Umum 20 m2 NAD 5 100 m2
Gudang Perlengkapan 25 m2 AS 1 25 m2
Gymansium/fitnes
0.9
m2/room
NAD
135
121.5m2
Restauran 0.6 m2/room
NAD 500 300 m2
Kolam renang 58 m2 NAD 20 1160 m2
Laundry dan linen 0.7 m2 / room
NAD 500 350 m2
Total Luas Pelayanan Ruang Penunjang 2819.5m2
Jenis Kebutuhan Ruang Standart Sumber Kapasitas/ Jumlah
Luas Ruang
Servis
R.Genset 100 m2 AS 1 100 m2 R.Panel 80 m2 AS 2 160 m2
R.Pompa 122 m2 AS 2 244 m2
Area Penampungan Shaft
36 m2 AS 4 144 m2
TPS 80 m2 AS 1 80 m2 Gudang 22 m2 AS 1 22 m2
Total Luas Pelayanan Ruang Servis 750m2
81
Perencanaan jumlah lantai = 20 lapis.
KLB = 2,5.
Luas total bangunan yang boleh dibangun=2,5 x 10.891,18= 27.227,95 m2
Sirkulasi 30% = 27.227,95 x 30% = 8168,385 m2
Luas total – sirkulasi = 27.227,95 – 8168,385 = 19059,565 m2
Hasil luas total dan sirkulasi : luas kamar : jumlah lantai : jumlah bangunan
= 19059,565 : 24 : 20 : 2 = 20 unit kamar/lantai/bangunan.
• Analisa jumlah parkir :
Kebutuhan luas 1 mobil + sirkulasi = 25 m²
Kebutuhan luas 1 motor + sirkulasi = 3 m²
Kebutuhan parkir mobil service + sirkulasi = 35 m²
• Mobil
Skala ratio 5:1
Jumlah kamar 617
Jumlah mobil = 617 : 5 = 123 mobil
Kebutuhan luas parkir mobil = 123 x 25 m² = 3.075 m²
• Motor
Kapasitas = 100 motor
Kebutuhan luas parkir motor = 100 x 3 m² = 300 m²
Total luas parkir penghuni = 3.375 m²
• Bus
Asumsi 1 bus berisi 50 orang. Jumlah unit kamar = 800.
Jumlah bus = 800 : 50 = 16 bus. Di sediakan 8 tempat parkir bus yang
sisanya akan diparkir di GBK (Gelora Bung Karno).
Total luas parkir bus = 8 x 35 m² = 280 m²
• Kendaraan servis
Asumsi jumlah truck servis = 2 truck
Total luas parkir truck servis = 2 x 35 m² = 70 m²
Perhitungan Plumbing :
• Kebutuhan air bersih
Unit kamar 2 orang/unit = 135 x 1.234 orang = 166.590L
Restaurant = 70 x 200 orang = 14.000L
82
Total = 166.590+14.000 = 180.590L
• Kebutuhan air panas
Unit kamar 2 orang/unit = 135 x 1.234 orang = 166.590L
Kolam renang = 45 L x 20 orang = 900L
Laundry = 20L x 617kmx 3 kg = 37.020L
Restaurant = 2,5L x 200orang = 5000L
Total = 209.510L
• Pencegahan kebakaran
Jumlah sprinkler = luas bangunan/25 = 27.227,95/25
= 1089 sprinkler
Air sprinkler = jumlah sprinkler x 18x30L
= 1089 x 18 x 30L = 588.060L
Jumlah hidran = L. bangunan x2/800 = 27.227,95 x2/800 = 68
Jumlah air hidran = jumlah hidran x 40 x 30 = 68 x 40 x 30
= 81.600L
Total = 588.060L + 81.600L = 669.660L
Kebutuhan air bersih = volume air dingin + air hangat + air kebakaran
= 180.590L+ 209.510L+ 669.660L= 1.059.760L
Volume tangki bawah tanah = 40% x volume total
= 40% x 1.059.760L = 423.904L
= 450 m3 = 10m x 9m x 5m
Volume reservoir atas = 15% x volume total
= 15% x 1.059.760L = 158.964L
= 160 m3 = 8m x 5m x 4m
Perkiraan volume STP = 9m x 9m x 9m. Dimensi pipa pembuangan air
hujan 5” dan volume sumur resapan min. 32m3.
IV.3. Analisa Aspek bangunan
IV.3.1. Analisa Pola Sirkulasi Bangunan
Sistem sirkulasi dalam bangunan dapat dibedakan menjadi
sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Sirkulasi horizontal berguna
untuk menghubungkan ruangan yang masih berada dalam satu level
sedangkan horzontal untuk menghubungkan ruangan antar level.
83
• Sirkulasi Horizontal Tabel IV.3.1.1. Sirkulasi horizontal
Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan Linier • Menerus
• Bertekuk
• Berpotongan
• Bercabang
• Berbelok
• Melingkar
• Radial
• sesuai dengan
bangunan Wisma Atlet dalam hal efisiensi ruang
• cocok untuk bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur
• cocok untuk
bangunan dengan banyak klasifikasi ruang
• sesuai dengan
bangunan Wisma Atlet dengan banyak unit hunian dan fasilitas
• cocok untuk
bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur
• cocok untuk
bangunan pameran atau museum
• memusatkan
kegiatan/ orientasi • mudah untuk
mencapai ke titik tertentu
• cenderung
statis • tidak efisien
pada koridor wisma atlet
• tidak cocok
dengan bentuk Wisma Atlet yang memanjang
• perlunya penunjuk arah yang jelas
• membentuk
suasana yang patah/terhenti
• Sulit memberi
aksen pada jenis ruang
• Cocok
diterapkan pada bangunan fungsi ruang seragam
Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google
Pola sirkulasi yang akan digunakan pada bangunan wisma atlet
ini adalah pola sirkulasi menerus dan pola linear berbelok. Hal ini
84
dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi pengunjung untuk
mengakses ke tempat-tempat hunian serta ke beberapa fasilitas
penunjangnya.
Sedangkan untuk sistem koridor yang digunakan adalah double
loaded. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengaturan jumlah
tempat hunian dan pengaturan view ke pemandangan luar lebih
maksimal. Dalam hal ini bangunan akan cenderung lebih memipih dan
memanjang ke samping.
• Sirkulasi Vertikal
Berikut tabel perbandingan beberapa sistem sirkulasi vertikal : Tabel IV.3.1.2. Analisa sirkulasi vertikal
Jenis sirkulasi
Kelebihan Kekurangan
Tangga
Eskalator
Lift
Ramp
• tidak menggunakan listrik • fleksibel dan murah, sesuai
dengan bangunan wisma atlet • dapat dipakai setiap saat • berguna di saat kebakaran • fleksibel diletakkan di mana
saja • perjalanan arsitektur lebih baik
• efisien • daya angkut yang besar • tidak melelahkan • cocok untuk wisma atlet saat
mengangkut perabotan besar ke lantai atas
• bernilai estetika • efisien bagi trolley
• melelahkan bagi pengguna
• butuh listrik
dan space besar, tidak efisien bagi wisma atlet
• butuh listrik dan waktu tunggu
• butuh space
besar, tidak efisien bagi wisma atlet
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
Menginat bangunan ini berfungsi sebagai wisma atlet, maka
sirkulasi vertikal yang digunakan adalah tangga dan lift. Penggunaan
tangga dianggap lebih baik untuk menghemat penggunaan energi listrik.
Sedangkan penggunaan lift dikarenakan bangunan wisma atlet ini
IV.3
tergolong
berupa k
bangunan
seterusny
konsums
pa
tangga d
gempa bu
.2. Analisa B
Variasi B
g medium r
ombinasi an
n wisma atle
ya akan men
i energi listr
ada sirkulas
arurat sebag
umi, dll.
Bentuk Ban
Bentuk Ban
Su
rise. Sirkula
ntara penggu
et akan meng
nggunakan li
rik.
i vertikal, b
gai akses ev
ngunan
Tabel IV.3.2
ngunan
--
-
-
-
-
-
-
umber : F.C.K.
si vertikal p
unaan tangga
ggunakan tan
ift. Hal ini b
bangunan wi
vakuasi peng
2.1. Analisa va
Kelebiha
Lebih fungLayout lebih mudbaik Dapat memaksimruang
Bentuk dinamis Layout lebih mudbaik
Bangunansecara konstruksigempa
Bentuk bangunan kaku Relatif indah estetik
. Ching. Bentu
pada bangu
a dan lift. L
ngga, sedang
bertujuan unt
isma atlet ju
ghuni bila te
ariasi bentuk ba
an
gsional ruang
dah &
malkan
-
lebih
ruang dah &
-
-
n stabil
i/ tahan
-
-
tidak
lebih secara
-
-
uk, ruang dan ta
nan wisma
Lantai 1 – 4
gkan lantai 4
tuk penghem
uga menyedi
erjadi kebak
angunan
Kekuranga
Bentuk cenderung statis
Layout rcenderung sSulit dipaddengan belain
Layout watlet kuefisien Sulit dipaddengan belain
Sulit dpenataan laSulit dipaddengan belain
atanan
85
atlet
pada
4 dan
matan
iakan
karan,
an
ruang sulit
dukan entuk
wisma urang
dukan entuk
dalam ayoutdukan entuk
86
Dari keempat bentuk dasar massa bangunan yang akan diterapkan
dalam bangunan wisma atlet adalah bentuk segiempat dan bentuk
lengkung. Hal ini berdasarkan pertimbangan fungsi, efisien dan estetika
dalam pengolahan suatu bangunan agar dapat berfungsi secara maksimal. Tabel IV.3.2.2. Analisa bentuk bangunan berdasarkan arah datang angin
Bentuk Massa keterangan
Bentuk Massa Persegi Bangunan yang bermassa kotak
atau persegi cenderung terkena
terpaan angin yang lebih
kencang. Hal ini dikarenakan
posisi bangunan yang lebih
lurus dan memanjang sehingga
bidang permukaan yang terkena
terpaan angin lebih banyak.
Bentuk Massa Lengkung
Bentuk massa lengkung lebih
memiliki kemampuan dalam
membelokan arah datang angin
sehingga kondisi terpaan angin
ke massa bangunan relatif lebih
baik dibandingkan dengan
bentuk kotak. Sumber : Dokumentasi pribadi
Tabel IV.3.2.3. Analisa bentuk bangunan berdasarkan Pembayangan Matahari
Bulan Jam
Januari 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
Udara tidak dapat dibelokan karena pengaruh massa bangunan.
Arah datang angin
Arah datang angin
Proses pembelokan angin
87
Februari 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
Maret 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
April 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
Mei 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
88
Massa
lengkung
Juni 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
Juli 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
Agustus 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
September 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
89
Massa
kotak
Massa
lengkung
Oktober 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
November 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
Massa
lengkung
Desember 09.00 WIB 12.00 WIB 15.00 WIB
Massa
kotak
90
Massa
lengkung
Sumber : Dokumentasi pribadi
Berdasarkan analisa perbandingan antara bentuk persegi dengan
bentuk lengkung, dilihat dari segi arah datangnya angin menunjukkan
bahwa bentuk lengkung lebih memiliki kemampuan dalam membelokan
arah datangnya angin sehingga terpaan angin yang terjadi pada massa
bangunan lengkung lebih baik dibandingkan dengan bentuk persegi.
Sedangkan analisa perbandingan antara bentuk massa persegi dan
bentuk massa lengkung dengan menggunakan software sketchup
memberikan hasil bahwa bentuk massa lengkung dapat menciptakan
pembayangan yang lebih banyak pada area tapak dibandingkan dengan
bentuk massa persegi ( penelitian berdasarkan software sketchup dari
bulan Januari – Desember). Berdasarkan analisa bentuk bangunan maka
dipilihlah bentuk massa lengkung sebagai konsep dalam mendesain
massa bangunan wisma atlet fajar di Senayan.
IV.3.3. Analisa Zoning Bangunan
1. Zoning Vertikal Tabel IV.3.3.1. Alternatif zoning vertikal
Variasi Zoning Kelebihan Kekurangan
Area servis mudah dijangkau dari setiap unit ruangan, Susunan zoning lebih terarah.
Terdapat sebagian area publik yang dekat dengan area servis
Area publik yang cukup banyak
Setiap area publik dan privat berdekatan dengan area servis
Privat Publik Servis
Sumber : Dokumentasi pribadi
Berdasarkan penentuan zoning vertikal yang dikaitakan dengan
fungsi, kegiatan yang ada didalamnya maka dipilihlah alternatif 1. Hal
91
ini juga ditentukan dari orientasi massa bangunan yang menghadap ke
Utara dan Selatan sehingga sisi Timur dan Barat baik untuk area servis.
2. Zoning Horizontal
a. Analisa zoning lantai 1 – 4 Gambar IV.3.3.1. Analisa zoning horizontal Lt 1 - 4
Sumber : Dokumentasi pribadi
b. Analisa zoning lantai 5 – 20 Gambar IV.3.3.2. Analisa zoning horizontal Lt 5 - 20
Sumber : Dokumentasi pribadi
IV.3.4. Analisa Sistem Struktur Bangunan
Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya
massa bangunan dan ketahanannya terhadap elemen-elemen perusak
bangunan seperti gempa bumi, bencana angin topan, faktor biologis
(hewan perusak), dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
• Sub Structure (Struktur bawah)
Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang
bekerja dari atas kebawah. Berikut tabel perbandingan beberapa
jenis pondasi : Tabel IV.3.4.1. Analisa sub structure
Jenis Pondasi Kelebihan KekuranganTiang Pancang • waktu pelaksanaan cepat
• Relatif murah
• cocok untuk menahan beban
vertikal
• memerlukan banyak
sambungan dan
ketelitian yang tinggi,
kurang ekonomis bagi
Publik
Publik Unit
Hunian
servis
R.bersama
Unit Hunian
servis
R.bersama
Area penunj
ang
Area penunj
ang
Servis Servis
92
wisma atlet tapi bagi
hotel ekonomis
• menimbulkan bising
dan getaran
Bored Pile • pemasangan tidak
berdampak buruk bagi
lingkungan, cocok dengan
konsep wisma atlet
• memiliki kekuatan yang
cukup untuk bangunan
bertingkat tinggi
• cocok untuk segala jenis
tanah
• waktu pelaksanaan
lebih lama
• jika kadar air tinggi
pengecoran akan
beresiko
Pondasi Rakit
(basement)
• tahan gempa
• ruang pada pondasi dapat
difungsikan sebagai
basement/efisiensi lahan
• kedalaman sebesar volume
yang dipindahkan
• boros dalam pemakaian
bahan, kurang efisien
bagi Wisma Atlet
• pelaksanaan sulit
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
Berdasarkan analisa sub structure pada tabel diatas, maka Wisma
Atlet ini menggunakan kombinasi pondasi tiang pancang dan bored pile.
Pondasi tiang pancang dan bored pile dipilih karena relatif murah,
pengerjaan cepat, dan bersih, juga karena kemampuannya untuk
menahan beban yang cukup besar dan juga dalam tahap pengerjaannya
tidak mengganggu keadaan sekitar atau gangguan relatif kecil.
• Upper Structure (Struktur atas)
Upper-structure merupakan struktur utama yang bertugas untuk
menerima seluruh beban hidup atau beban lateral yang
diterimanya untuk diterukan pada pondasi. Berikut tabel
perbandingan beberapa jenis sistem upper structure :
93
Tabel IV.3.4.2. Analisa upper structure
Jenis Struktur Kelebihan KekuranganPortal
(kolom dan balok)
• kekakuan cukup
• fleksibel dalam
penataan interior unit
wisma atlet
• struktur sederhana
dan ringan
• dimensi relatif
besar untuk bentang
lebar
• trafe kolom relatif
kecil
Dinding pemikul • kekakuan tinggi
• material beton pada
bidang datar dapat
mereduksi suara
• Memipih sesuai
ruang (efisiensi)
• Waktu pemasangan
cepat
• Biaya yang cukup
besar
• Harus terjadi
banyak penyesuaian
dengan barang dari
pabrik
Struktur baja
(balok, rangka,
grid, dan slab)
• pemakaian bahan
sedikit dan berupa
prefab
• waktu pengerjaan
cepat
• dapat digunakan
untuk bentang lebar
• bahan baja kuat
tarik relatif kurang
ekonomis bagi
wisma atlet
• korosi
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi Untuk struktur atas, penggunaan sistem struktur portal dan baja
(truss). Struktur portal dipilih karena bentangan pada wisma atlet relatif
pendek, mengingat fungsi dari bangunan ini adalah hunian. Struktur
portal juga tergolong sederhana dan mudah pengerjaannya. Sedangkan
baja dipilih karena kemampuan bentangannya yang dapat mencapai 18 –
24m. terdapat beberapa bagian yang membutuhkan sistem struktur baja
untuk memperoleh bentangan yang lebar tanpa terhalang kolom, seperti
hall/ruang serba guna.
94
IV.3.5. Analisa Material Bangunan Tabel IV.3.5.1. Analisa material bangunan
Lantai Kelebihan Kekurangan
Keramik - harga ekonomis
- Mudah didapat
- Pilihan banyak
- Mudah pecah
Marmer - Kuat/keras
- Elegant
- Harga relatif mahal
- Pemasangan
cenderung sulit
Granit
- Kuat/keras
- Elegant
- Pilihan banyak
- Harga relatif mahal
- Pemasangan
cenderung sulit
Dinding Kelebihan Kekurangan
Batu bata - Tahan panas
- Kuat
- Harga ekonomis
- Pemasangan lama
- Boros bahan baku
seperti semen
Batako - harga ekonomis
- Mudah didapat
- Ringan
- Kurang kuat
- Mudah rusak
Bata ringan - Mudah didapat
- Hemat bahan baku
- Pemasangan cepat
- Harga relatif mahal
Pelapis Dinding Kelebihan Kekurangan
Cat - harga ekonomis
- Mudah didapat
- Banyak pilihan
warna
- Mudah
pudar/rontok
- Tidak tahan lama
Wallpaper - Banyak corak - Sulit diperbaiki jika
95
- Pemasangan cepat rusak
- Harga relatif mahal
Softboard - harga ekonomis
- Pemasangan cepat
& mudah
- Perawatan sulit
- Tidak tahan cuaca
Plafond Kelebihan Kekurangan
Triplek - Pemasangan cepat
- Ringan
- Mudah didapat
- Tidak tahan cuaca
- Bahaya rayap
- Kurang menarik
Gypsum - Kedap suara
- Lebih hemat bahan
- Elegant
- Harga mahal
- Pemasangan lama
GRC Board - harga ekonomis
- Kedap suara
- Tahan cuaca
- Berat
- Kurang menarik
Sumber : Dokumentasi pribadi dan web google Kesimpulan dari analisa material yang ada maka material yang
dipakai pada perancangan wisma atlet adalah : Tabel IV.3.5.2. Penggunaan material bangunan
Lantai Dinding Pelapis Dinding
Plafond
Granit Hebel Cat Gypsum
Sumber : Dokumentasi pribadi IV.3.6. Analisa Sistem Utilitas
Sistem utilitas merupakan sistem penunjang suatu bangunan
dalam beroperasional. Sistem utilitas pada bangunan terdiri dari :
1. Analisa Penghawaan
Konsumsi energi terbesar pada bangunan atau gedung-gedung
di Indonesia adalah penggunaan AC untuk mencapai kenyamanan
thermal pada manusia 24.50C – 270C. Penggunaan energi listrik
tersebut dapat mencapai 60% - 70% dari seluruh konsumsi energi
listrik pada bangunan. Penghawaan terbagi menjadi 2 macam yaitu
penghawaan alami dan penghawaan buatan.
96
a. Penghawaan Alami
Penghawaan dengan mengandalkan sirkulasi udara pada
ruangan dalam bangunan. Sirkulasi udara itu dapat terjadi jika
terdapat bukaan-bukaan yang mendukung terciptanya ventilasi
silang dalam ruangan, seperti jendela, pintu, jalusi. Gambar IV.3.6.1. Variasi inlet – outlet
Sumber : Climate Responsive Architecture, Arvand Krishan
Tabel IV.3.6.1. Variasi inlet - outlet
Variasi Kelebihan Kekurangan
1 aliran udara lebih bebas
didalam ruangan.
Aliran udara sulit mencapai
area sudut ruangan
2 Penempatan furniture
dapat dimaksimalkan
dengan baik
Terdapat sisi bidang yang
menghalangi aliran udara ke
sebagian ruangan
3 Sirkulasi udara dapat
mengalir dengan bebas
Posisi inlet – outlet harus
berada pada posisi silang
tidak boleh sejajar dengan
inlet udara
4 Sirkulasi udara dapat
terjadi dengan baik
karena terdapat
ventilasi yang cukup
banyak
Sulit dalam penempatan
furniture ruangan
Sumber : Dokumentasi pribadi Aliran udara dipengaruhi selain dari bukaan-bukaan juga
dipengaruhi oleh penempatan tanaman-tanaman di sekitarnya.
1 2 3 4
97
Udara akan berbelok jika mengenai tanaman-tanaman yang
menghalangi sirkulasi udara. Gambar IV.3.6.2. Pembelokan aliran udara
Sumber : Bangunan tropis
Kenyamanan thermal pada ruangan dipengaruhi oleh
peningkatan suhu ruangan yang diakibatkan oleh radiasi matahari
yang mengenai dinding bangunan. Oleh sebab itulah pemilihan
bahan material dan orientasi massa bangunan perlu untuk
dipertimbangkan dengan baik. Tabel IV.3.6.2. Data karakteristik bahan bangunan terhadap panas
Sumber : Ilmu fisika bangunan
Terdapat beberapa cara dalam mengatasi permasalahan
radiasi matahari pada bangunan, yaitu :
a. Sun shading Gambar IV.3.6.3. Variasi sun shading
98
Sumber : Norbert Lechner – Heating, Cooling, Lighting
b. Vertikal Garden atau Pepohonan
Untuk menghalangi radiasi matahari langsung dapat
menggunakan tanaman pohon atau tanaman rambat untuk
bangunan tinggi. Gambar IV.3.6.4. Variasi tanaman sebagai penahan radiasi matahari
Sumber : Norbert Lechner – Heating, Cooling, Lighting
c. Teknologi
Menggunakan bahan-bahan seperti Styrofoam dalam
lapisan dinding. Prosesnya adalah setelah pemasangan
dinding maka dinding dilapisi dengan bahan-bahan
Styrofoam atau lapisan polystyrene. Penggunaan lapisan
polystyrene atau bahan Styrofoam dapat menahan radiasi
matahari sehingga suhu didalam ruangan dapat terjaga
dengan baik. Gambar IV.3.6.5. Material dinding yang dapat menahan radiasi matahari
99
Sumber : Web google
Pada bangunan tinggi, ruangan-ruangan pada bagian atas
puncak bangunan sering kali terasa panas dikarenakan cahaya
matahari mengenai langsung bagian atas bangunan. Untuk
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan roof garden atau
green roof dan kolam air. Gambar IV.3.6.6. Variasi atap sebagai penahan radiasi matahari
Sumber : Dasar-dasar arsitektur ekologis
Penggunaan kolam air pada atap bangunan memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat menahan
radiasi matahari untuk masuk ke dalam ruangan. Kerugiaannya
adalah berat air yang mempengaruhi konstruksi bangunannya.
b. Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan adalah penggunaan Air Conditioner
(AC). Penggunaan AC ini hanya digunakan pada ruangan-
ruangan pada wisma atlet. Penghawaan buatan pada wisma atlet
hanya akan digunakan 2 jenis AC yaitu AC split dan AC central.
Penggunaan AC split pada wisma atlet dimaksudkan untuk
jangka panjang, seperti pada unit huniannya atau kamar-kamar.
Untuk penggunaan AC central relatif untuk waktu yang singkat.
Penggunaan AC split pada massa bangunan hunian dalam
jangka waktu panjang menghemat ruang AHU, chiller dan
100
cooling tower. Sehingga bisa dioperasionalkan sesuai dengan
penghuni yang ada. AC split hanya digunakan pada ruang kamar
tidur saja, tidak untuk digunakan pada ruangan lain. Gambar IV.3.6.7. AC split
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
Penggunaan AC spilt harus memperhatikan peletakan
outdoor unit agar tidak merusak estetika fasad bangunan. Gambar IV.3.6.8. Solusi penempatan outdoor unit AC
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
Penggunaan AC central digunakan pada ruang-ruang
bersama yang penggunaannya bersifat sementara atau dalam
waktu singkat seperti ruang serba guna. Hal ini dimaksudkan
untuk penghematan penggunaan energi listrik yang dikonsumsi
oleh AC. Gambar IV.3.6.9. Pengoperasian AC central
Sumber : Web google
101
Pengukuran Suhu Pada Lokasi Tapak - Senayan.
Berdasarkan hasil pengukuran suhu dengan menggunakan
thermometer digital pada ruangan wisma atlet fajar (yang
merupakan lokasi tapak), diperoleh suhu rata-rata pada ruangan
30.50C dan 34.50C pada luar bangunan. Posisi bangunan
menghadap Utara dan Selatan
Dalam pengukuran suhu ruangan, penulis mengambil
contoh satu ruangan kamar pada wisma atlet untuk dilakukan
pengukuran suhu ruangan dan suhu di luar ruangan. Gambar IV.3.6.10. Suhu kamar wisma atlet di Senayan
Sumber : Dokumentasi pribadi
Dalam penerapan rancangan wisma atlet harus dapat
menurunkan suhu yang ada pada ruangan sampai pada suhu rata-
rata inlet 28.50C - 29.50C dan outlet 300C - 330C. Untuk mencapai
kenyamanan thermal penghuni wisma atlet yaitu atlet. Hal ini
dapat dicapai dengan menciptakan ventilasi silang dalam
ruangan, penggunaan sun shading, vertikal garden, material yang
tidak atau dapat meminimalkan radiasi matahari pada bangunan.
In 30.60C
In 30.90C Out 34.50C
In 30.90C
In 30.90C In 30.90C
102
Gambar IV.3.6.11. Analisa suhu ruangan
Sumber : Ilmu Fisika Bangunan
2. Analisa Pencahayaan
Pada iklim tropis, radiasi matahari cukup tinggi. Pemanfaatan
cahaya matahari alami harus dioptimalkan pada siang hari untuk
menghemat penggunaan lampu yang dapat memboroskan energi
listrik. Pemanfaatan itu dapat berupa bukaan-bukaan jendela,
skylight.
Pemanfaatan overstek dapat menghindari radiasi matahari
langsung, yang dapat meningkatan suhu dalam ruangan. Gambar IV.3.6.12. Cahaya matahari yang masuk kedalam ruangan
Sumber : Norbert Lechner – Heating, Cooling, Lighting
Jarak antar bangunan juga harus dipertimbangkan dengan
baik agar cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan tidak
terhalang oleh bangunan yang lain di sekitarnya.
3. Analisa Sistem Proteksi Kebakaran
Bangunan dapat menggunakan konstruksi yang tahan api
untuk melindungi penghuninya jika terjadi kebakaran minimal dalam
waktu 2 jam. Setiap bagian bangunan dapat menggunakan sistem ini
dan biasanya sistem ini digunakan pada tangga dan lift.
103
Berdasarkan peraturan bangunan tinggi jarak jangkauan
tangga tidak boleh lebih dari 30 meter. Pada jalan buntu tangga harus
di tempatkan pada jarak 12 meter dari pintu paling ujung. Gambar IV.3.6.13. Tangga darurat
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
Selain itu sistem deteksi asap seperti smoke detector dan
sprinkler di tempatkan pada setiap unit kamar dan koridor gedung
untuk mengantisipasi apabila terjadi kebakaran. Foto IV.3.6.1. Smoke detector dan sprinkler
Sumber : Dokumentasi pribadi
hidran juga perlu disediakan pada setiap bangunan. Hidran
dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga darurat,
dan biasanya dilengkapi dengan selang, katup, tabung pemadam,
serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari
menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk
keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang.
Sumber airnya dari sistem hidran kota. Foto IV.3.6.2. Hidran air di sekitar bangunan
Sumber : Dokumentasi pribadi
104
4. Analisa Instalasi Listrik
Instalasi listrik di salurkan dari PLN ke gardu dan dari gardu
di salurkan lagi ke panel-panel pada bangunan. Selain listrik dari
PLN, pada bangunan juga disiapkan generator yang berfungsi
sebagai listrik cadangan apabila terjadi pemadaman lampu dari PLN.
Biasanya peletakan ruang panel dan generator atau genset
diletakan pada ruangan tertentu baik di basement maupun di ruang-
ruang yang jauh dari aktivitas manusia. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari kebisingan yang terjadi akibat suara mesin genset. Gambar IV.3.6.14. Ruang panel dan genset
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
Jaringan listrik masuk ke lokasi tapak melalui tiang listrik
yang ada di sekeliling tapak. Foto IV.3.6.3. Lokasi tiang listrik
Sumber : Dokumentasi pribadi
Pada perancangan bangunan wisma atlet, genset akan
diletakan di semi basement agar tidak menggangu kegiatan manusia
di sekitar bangunan wisma atlet di Senayan.
5. Analisa Pengolahan air bersih dan Pembuangan Limbah
Pipa pada bangunan atau gedung terdiri dari 2 pipa yaitu air
bersih dan air kotor. Sistem air bersih dapat berasal dari PAM dan air
Tiang listrik
105
tanah. Air yang dialiri dari PAM akan di tampun di reservoir bawah
yang kemudian akan di tarik/sedot ke reservoir atas atau di tangki
penampungan yang berada pada dak atas bangunan. Setelah di
tamping di reservoir atas air kemudian dialirkan ke setiap kamar
mandi, dapur/pantry.
Pipa buangan limbah kamar mandi harus di letakan pada
tempat yang mudah di akses. Biasanya pipa tersebut di letakkan
dekat dinding koridor yang telah dipersiapkan shaft-shaftnya agar
mudah untuk memperbaiki apabila terjadi kerusakan. Gambar IV.3.6.15. Alternatif perletakan shaft kamar mandi
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
Limbah padat pada kamar mandi dapat di salurkan dari pipa
kamar mandi menuju SPT sehingga dapat diolah dengan baik tanpa
mencemari lingkungan. Limbah cair dapat di salurkan ke sumur
resapan, kemudian diolah kembali dan di tampung di bak
penampungan bawah yang kemudian dapat digunakan kembali untuk
menyirami tanaman. Gambar IV.3.6.16. Skematik sumur resapan dan biopori aliran air
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi dan web google
106
Air hujan sebaiknya di tampung ke dalam tangki-tangki atau
bak yang dibuat untuk menampung air hujan rainwater harvesting.
Hasil tampungan dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, dan
kebutuhan air kamar mandi. Gambar IV.3.6.17. Tangki penampungan air hujan
Sumber : Web google
6. Analisa Pengolahan dan Pembuangan Sampah
Sistem pengolahan sampah pada bangunan tinggi dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu cara door to door, Petugas kebersihan
mangambil sampah pada setiap unit-unit ruangan yang kemudian
akan di tampung di TPS. Cara yang ke dua yaitu dapat dilakukan
dengan shaft pembuangan sampah yang di sediakan pada setiap unit
kamar. Tabel IV.3.6.3. Sistem pembuangan sampah
Sistem Pembuangan
Sampah
Kelebihan Kekurangan
Door to door Tidak perlu
menciptakan shaft
khusus sampah,
Pemeriksaan
sampah lebih teliti
pada setiap unit
kamar
Tidak praktis,
Membutuhkan
petugas kebersihan
yang banyak
Shaft pembuangan Praktis, Petugas
kebersihan tidak
perlu terlalu banyak
Perlu menciptakan
shaft khusus, Tidak
bersih
Sumber : Dokumentasi pribadi
107
Gambar IV.3.6.18. Sistem pembuangan sampah
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
7. Analisa Penangkal Petir
Bangunan yang memiliki fungsi publik, harus memiliki
sistem keamanan gedung. Tidak hanya di dalam gedung saja, bagian
luar gedung juga harus memiliki sistem keamanan bagi orang-orang
yang berada di luar gedung. Salah satu sistem keamanan luar gedung
adalah penangkal petir.
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem
Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas,
daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan
yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125
m. sistem ini sangat cocok untuk digunakan pada bangunan tinggi
karena dapat melindungi area publik pada bangunan itu sendiri,
bangunan-bangunan di sekitarnya dan pepohonan pada area sekitar
gedung. Gambar IV.3.6.19. Sistem penangkal petir
Sumber : Panduan sistem bangunan tinggi
Sampah
Shaft Sampah
TPS TPA
108
IV.4. Analisa Sustainable – Green Design
IV.4.1. Analisa Green Design
Green design adalah topik yang saya ambil untuk perancangan
Wisma Atlet ini. Prinsip-prinsip green design yang diambil adalah hemat
energi listrik. Beberapa analisa sebelumnya, diketahui bahwa
penggunaan energi listrik yang paling besar adalah penggunaan AC
untuk penghawaan. Oleh karena itulah diperlukan beberapa solusi yang
dapat digunakan untuk menghemat penggunaan energi listrik untuk
penghawaan yaitu :
• Dengan mengoptimalkan penghawaan alami misalnya pada
koridor, tangga darurat, ruang bersama, dan kamar mandi bila
asumsi koridor dari sebuah lantai adalah 30% maka berarti sudah
bisa menghemat di atas 30% dari penggunaan penghawaan buatan.
• Pencahayaan alami pada unit-unit yang menggunakan single
loaded. Selain itu penggunaan cahaya alami pada double louded
juga dapat diterapkan dengan memberikan bukaan-bukaan berupa
jendela dan objek transparan agar cahaya dapat masuk ke dalam
gedung.
• Pemanfaatan vertikal garden dapat mereduksi radiasi matahari
pada bangunan. Penggunaan tanaman pada fasad bangunan dapat
menciptakan oksigen pada ruangan dan lingkungan sekitar
bangunan wisma atlet. Menurut penelitian Aep Syaepul Rohman menyatakan bahwa dalam sejam satu lembar daun memproduksi
oksigen sebanyak 5 ml. Bila rata-rata jumlah daun per pohon 200
lembar dan terdapat 10 pohon, maka pohon-pohon yang ada di
wisma atlet dan sekitarnya akan menyumbang oksigen sebanyak 10
x 100 x 200 x 5 ml = 1.000 liter per jam. Angka ini setara dengan
jumlah kebutuhan oksigen untuk pernapasan sebanyak 18 orang
(kebutuhan oksigen untuk satu orang bernapas adalah 53 liter per
jam).
• Penggunaan Overhang, sun shading pada bangunan terutama pada
bagian jendela memiliki fungsi sebagai penghalang atau lebih
109
tepatnya untuk mengurangi jumlah sinar/radiasi matahari yang
masuk melalui jendela. Overhang dan sun shading ini juga
berfungsi untuk menghalangi percikan air masuk pada saat hujan Gambar IV.4.1.1. Overhang untuk menahan radiasi dan air hujan
Sumber : Web google
• Penggunaan skylight merupakan salah satu cara untuk memasukan
cahaya matahari ke dalam bangunan. Penggunaan skylight biasanya
diletakan pada bagian paling atas bangunan, agar cahaya matahari
dapat masuk ke dalam bangunan. Penggunaan skylight harus
mempertimbangkan berapa intensitas cahaya matahari yang masuk
ke dalam bangunan karena apabila intensitas yang masuk terlalu
banyak maka dapat menyebabkan naiknya suhu dalam bangunan. Gambar IV.4.1.2. Alternatif skylight
Sumber : Web google
• Bukaan Pada Bangunan
Bukaan pada bangunan dapat diartikan sebagai bagian bangunan
yang dapat memasukan aliran udara ke dalam bangunan, seperti
jendela, jalusi, selain itu jarak antar bangunan juga dapat
110
menciptakan aliran udara di antara jarak bangunan. Memasukan
aliran udara ke dalam bangunan bertujuan untuk memenuhi
kenyamanan thermal penghuni sehingga kerja AC dapat
diminimalkan dan dapat menghemat konsumsi energi listrik. Gambar IV.4.1.3. Aliran udara yang masuk melalui bukaan pada bangunan
Sumber : Dasar-dasar arsitektur ekologis
Penerapan green design pada perancangan bangunan wisma atlet
diharapkan dapat mengatasi konsumsi energi listrik yang besar untuk
penggunaan AC sebagai salah satu penunjang kenyamanan thermal bagi
penghuni wisma atlet. Meskipun pada dasarnya penggunaan AC tetap
diterapkan dalam bangunan wisma atlet. Dengan menerapkan
kenyamanan thermal dengan ventilasi alami diharapkan dapat
meringankan kerja AC sehingga konsumsi energi listrik tidak terlalu
besar.