bab iv analisis dan pembahasan -...

30
79 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan 140 orang guru sekolah dasar di UPTD DIKPORA Kecamatan Kulawi, Kabu- paten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 5 Januari - 5 Februari 2012. Satu bulan sebelum pengambilan data, tepatnya tanggal 3 Desember 2012, di lokasi penelitian telah terjadi banjir bandang yang melenyapkan 197 unit rumah warga. Subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan agama digambarkan seperti pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama Jenis kelamin N Persentase (%) Laki-laki 72 51,43 Perempuan 68 48,57 Jumlah 140 100 Agama Kristen 108 77,14 Islam 32 22,86 Jumlah 140 100 Sumber: Data Primer, 2012.

Upload: ngobao

Post on 16-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

79

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 140 orang guru sekolah dasar di UPTD DIKPORA Kecamatan Kulawi, Kabu-paten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 5 Januari - 5 Februari 2012. Satu bulan sebelum pengambilan data, tepatnya tanggal 3 Desember 2012, di lokasi penelitian telah terjadi banjir bandang yang melenyapkan 197 unit rumah warga.

Subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan agama digambarkan seperti pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Subjek Penelitian berdasarkan

Jenis Kelamin dan Agama

Jenis kelamin N Persentase (%) Laki-laki 72 51,43 Perempuan 68 48,57

Jumlah 140 100 Agama Kristen 108 77,14 Islam 32 22,86

Jumlah 140 100 Sumber: Data Primer, 2012.

80

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar guru (51,43%) adalah laki-laki, dan sebanyak 108 orang guru (77,14%) beragama Kristen.

Berdasarkan jenjang pendidikan, gambaran subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Subjek Penelitian berdasarkan

Jenjang Pendidikan

Pendidikan N Persentase (%) SPG 80 57,14

Ahli Madya 51 36,43

Sarjana (S1) 9 6,43

Magister (S2) 0 0

Jumlah 140 100 Sumber: Data Sekunder, 2012.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar guru sekolah dasar di UPTD DIKPORA Kecamatan Kulawi memiliki tingkat pendidikan tamatan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) yaitu sebanyak 80 orang guru (57,14%)

Gambaran subjek penelitian berdasarkan status dan golongan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

81

Tabel 4.3 Subjek Penelitian berdasarkan

Status dan Golongan

Status N Persentase (%) Guru Honor 17 12,14 Guru Tetap 123 87,86

Jumlah 140 100 Golongan Golongan I 0 0 Golongan II 33 23,57 Golongan III 73 52,14 Golongan IV 17 12,14

Jumlah 123 100 Sumber: Data Sekunder, 2012.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi adalah guru tetap (87,86%) dan berada pada golongan III yaitu sebanyak 73 orang guru (52,14%).

Gambaran subjek penelitian berdasarkan pem-bagian masa kerja menurut periode kenaikan pang-kat/golongan, dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

82

Tabel 4.4 Subjek Penelitian berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja (thn) N Persentase (%) < 4 3 2,14 5- 8 20 14,29 9 – 12 30 21,43 13 – 16 10 17,14 17 – 20 17 12,14 21 – 24 9 06,43 25 - 28 21 15,00 29 - 32 25 17,86 32 > 5 3,57

Jumlah 140 100 Sumber: Data Primer, 2012

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar masa kerja guru-guru sekolah dasar di UPTD Kulawi adalah kategori 9-12 tahun (21,43%).

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Kepuasan Kerja Guru (Y)

Deskripsi kategori kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 berikut ini:

83

Tabel 4.5 Deskripsi Kategori Kepuasan Kerja

Guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi

Kategori Skor N Presentase (%)

Sangat Puas Puas Sedang Kurang Puas Tidak Puas

229 – 269 188 – 228 147 – 187 106 – 146 66 – 105

0 56 66 18 0

0 40,00 47,14 12,86

0 JUMLAH 140 100

Sumber: data Primer, 2012

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 66 orang guru (47,14%) berada pada kategori sedang.

Tabel 4.6 Deskripsi Kategori Kepuasan Kerja Guru

Berdasarkan Tipe Kepribadian

Kategori Skor Tipe A Tipe B

N (%) N (%)

Sangat Puas Puas Sedang Kurang Puas Tidak Puas

229 – 269 188 – 228 147 – 187 106 – 146 66 – 105

0 42 41 12 0

0 44,21 43,16 12,63

0

0 14 25 6 0

0 31,11 55,56 13,33

0

JUMLAH 95 100 45 100

Sumber: data Primer, 2012

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebanyak 42 orang guru (44,21%) yang memiliki kepribadian tipe A berada pada kategori puas, sebanyak 25 orang guru

84

(55,56%) yang memiliki kepribadian tipe B berada pada kategori sedang.

4.2.2 Kepribadian Tipe A (X1), Kepribadian Tipe B (X2)

Deskripsi kategori kepribadian tipe A dan tipe B guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7 Deskripsi Kategori Kepribadian Tipe A, Kepribadian

Tipe B Guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi Kepribadian N Prosentase (%)

Definite A 44 31,43 Moderate A 51 36,43 Moderate B 28 20,00 Definite B 17 12,14

Jumlah 140 100 Sumber: data Primer, 2012

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tipe kepribadian yang paling banyak dimiliki oleh guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi adalah kepribadian tipe A Moderate, yaitu sebanyak 51 orang guru (36,43%).

4.2.3 Etos Kerja Guru (X3)

Deskripsi kategori etos kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

85

Tabel 4.8 Deskripsi Kategori Etos Kerja

Guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi

Kategori Skor f Presentase (%)

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

224 – 263 184 – 223 144 – 183 104 – 143 65 – 103

0 79 55 6 0

0 56,43 39,29 4,29

0 JUMLAH 140 100

Sumber: data Primer, 2012

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 79 orang guru (56,43%) memiliki etos kerja kategori tinggi.

4.3 Uji Normalitas

Untuk mengetahui kenormalan distribusi skor masing-masing variabel maka dilakukan pengujian normalitas data, yang hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

86

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Y

N 140

Normal Parametersa Mean 176.36

Std. Deviation 26.083

Most Extreme Differences Absolute .079

Positive .046

Negative -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .933

Asymp. Sig. (2-tailed) .349

a. Test distribution is Normal.

Gambar 4.1 Diagram batang variabel Kepuasan Kerja Guru (Y)

87

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov untuk variabel kepuasan kerja (Y) guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, nilai 933,0=− SK dengan taraf

signifikansi 05,0349,0 >=r . Ini menunjukkan bahwa

distribusi sebaran hasil pengukuran untuk variabel kepuasan kerja guru adalah normal.

Hasil analisis uji normalitas data untuk variabel kepribadian tipe A (X1), kepribadian tipe B (X2) guru sekolah dasar ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut ini:

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X1 X2

N 95 45

Normal Parametersa Mean 18.02 -15.69

Std. Deviation 10.617 11.552

Most Extreme Differences Absolute .101 .147

Positive .101 .118

Negative -.079 -.147

Kolmogorov-Smirnov Z .988 .987

Asymp. Sig. (2-tailed) .283 .284

a. Test distribution is Normal.

88

Gambar 4.2 Diagram batang Variabel Kepribadian Tipe A (X1), Kepribadian Tipe B (X2)

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa hasil uji

normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov untuk variabel kepribadian tipe A (X1) adalah

988,0=− SK dengan taraf signifikansi sebesar

05,0283,0 >=r dan kepribadian tipe B (X2) adalah

987,0=− SK dengan taraf signifikansi 05,0284,0 >=r . Ini

menunjukkan bahwa distribusi sebaran hasil peng-ukuran untuk variabel kepribadian tipe A, kepri-badian tipe B guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi adalah normal.

Hasil analisis uji normalitas data untuk variabel etos kerja (X3) guru sekolah dasar ditunjukkan pada Gambar 4.3 berikut ini:

89

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

X3

N 140

Normal Parametersa Mean 184.10

Std. Deviation 21.375

Most Extreme Differences Absolute .062

Positive .042

Negative -.062

Kolmogorov-Smirnov Z .739

Asymp. Sig. (2-tailed) .646

a. Test distribution is Normal.

Gambar 4.3 Diagram batang Variabel

Etos Kerja Guru (X3)

90

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov untuk variabel etos kerja (X3) guru sekolah dasar UPTD Kulawi adalah 739,0=− SK dengan taraf signifi-

kansi 05,0646,0 >=r . Ini menunjukkan bahwa distri-

busi sebaran hasil pengukuran untuk variabel etos kerja guru adalah normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan meng-gunakan Kolmogrov-Smirnov semua variabel berdistri-busi normal, oleh karena itu perhitungan koefisien korelasi dalam penelitian dapat menggunakan Pearson Product Moment.

4.4 Analisis Korelasi

4.4.1 Hubungan antara Kepribadian Tipe A (X1), Ke-pribadian Tipe B (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Kepribadian Tipe A (X1),

Kepribadian Tipe B (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Kepuasan Kerja

Kepribadian Tipe A

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

.254*

.013 95

Kepribadian Tipe B

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

.335* .017

45

**Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

91

Berdasarkan data pada Tabel 4.9 nampak koefisien korelasi kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru berarah positif sebesar 254,01 =yxr dengan

05,0013,0 <=p . Artinya, semakin tinggi skor kepribadi-

an tipe A, semakin tinggi skor kepuasan kerja guru. Semakin rendah skor kepribadian tipe A, semakin rendah pula skor kepuasan kerja guru.

Untuk kepribadian tipe B koefisien korelasi menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifi-kan dengan kepuasan kerja. Ini ditunjukkan dengan nilai 335,02 =yxr dan 05,0017,0 <=p . Artinya semakin

tinggi skor kepribadian tipe B, semakin tinggi pula skor kepuasan kerja guru. Sebaliknya semakin rendah skor kepribadian tipe B semakin rendah pula skor kepuasan kerja guru.

Untuk lebih mempertegas hubungan ini, penulis juga melakukan uji korelasi lebih lanjut terhadap masing-masing pembagian tipe kepribadian tersebut, yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 – Tabel 4.13 di bawah ini:

92

Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi antara

Kepribadian Tipe A Definite (X1.1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Tipe A definite

Kepuasan Kerja

Tipe A definite

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

1

44

.311*

.040 44

Kepuasan Kerja

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

.311*

.040 44

1

44 **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa korelasi antara kepribadian tipe A definite dengan kepuasan kerja berarah positif sebesar 311,01.1 =yxr dan 05,0040,0 <=p .

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubung-an yang positif signifikan antara kepribadian tipe A definite dengan kepuasan kerja guru. Artinya, jika skor kepribadian tipe A definite meningkat, maka skor kepuasan kerja juga akan meningkat. Atau sebaliknya, jika skor kepribadian tipe A definite menurun, maka skor kepuasan kerja guru juga akan menurun.

93

Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi antara

Kepribadian Tipe A Moderate (X1.2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Tipe A moderate

Kepuasan Kerja

Tipe A moderat

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

1

51

.321*

.022 51

Kepuasan Kerja

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

.321*

.022 51

1

51 **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil uji kore-lasi antara kepribadian tipe A moderate dengan kepu-asan kerja guru menunjukkan nilai positif sebesar

321,02.1 =yxr dan 05,0022,0 <=p . Ada hubungan yang

positif signifikan antara kepribadian tipe A moderate dengan kepuasan kerja guru. Artinya, jika skor ke-pribadian tipe A moderate naik, maka skor kepuasan kerja juga akan naik. Sebaliknya, jika skor kepri-badian tipe A moderate turun, maka skor kepuasan kerja guru juga akan turun.

94

Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara

Kepribadian Tipe B Definite (X2.1) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Tipe B definite

Kepuasan Kerja

Tipe B definite

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

1

17

.490*

.046 17

Kepuasan Kerja

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

.490*

.046 17

1

17 **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa korelasi antara kepribadian tipe B definite dengan kepuasan kerja ber-arah positif sebesar 490,01.2 =yxr dan 05,0046,0 <=p .

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubung-an yang positif signifikan antara kepribadian tipe B definite dengan kepuasan kerja guru. Artinya, jika skor kepribadian tipe B definite bertambah, maka skor kepuasan kerja juga akan bertambah. Atau sebalik-nya, jika skor kepribadian tipe A definite berkurang, maka skor kepuasan kerja guru juga akan berkurang.

95

Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara

Kepribadian Tipe B Moderate (X2.2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Tipe B moderate

Kepuasan Kerja

Tipe B moderat

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

1

28

.533*

.003 28

Kepuasan Kerja

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

.533*

.003 28

1

28 **Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa hasil uji kore-

lasi antara kepribadian tipe B moderate dengan kepu-asan kerja guru menunjukkan nilai positif sebesar

533,02.2 =yxr dan 01,0003,0 <=p . Ada hubungan yang

positif signifikan antara kepribadian tipe B moderate dengan kepuasan kerja guru. Artinya, jika skor kepri-badian tipe B moderate bertambah, maka skor kepuas-an kerja guru juga akan bertambah. Sebaliknya, jika skor kepribadian tipe B moderate berkurang, maka skor kepuasan kerja guru juga akan berkurang.

96

4.4.2 Hubungan antara Etos Kerja Guru (X3) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi antara Etos Kerja Guru (X3)

dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Etos Kerja

Kepuasan Kerja

Etos Kerja Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

1

140

.182*

.031 140

Kepuasan Kerja

Pearson correlation Sig. (2– tailed) N

.182*

.031 140

1

140 **Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed)

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa koefisien

korelasi antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru berarah positif sebesar 182,03 =yxr dengan

05,0031,0 <=p . Sehingga dapat dikatakan bahwa terda-

pat hubungan yang positif dan signifikan antara etos kerja guru dengan kepusan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi. Artinya, semakin tinggi skor etos kerja guru, semakin tinggi pula skor kepuasan kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah skor etos kerja guru, semakin rendah pula skor kepuasan kerja guru.

97

4.5 Uji Hipotesis

Penelitian ini menguji tiga hipotesis empirik. Adapun tiga hipotesis empirik yang diuji adalah:

1. Ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

2. Ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

3. Ada hubungan yang signifikan antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi.

Berdasarkan rumusan hipotesis empirik, maka hipotesis statistik yang diuji berturut-turut sebagai berikut:

1. H0: 01=yxr : Tidak ada hubungan yang signifikan

antara kepribadian tipe A dengan ke-puasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

H1: 01 ≠yxr : Ada hubungan yang signifikan antara

kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

98

2. H0: 02 =yxr : Tidak ada hubungan yang signifikan

antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

H1: 02 ≠yxr : Ada hubungan yang signifikan antara

kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

3. H0: 03 =yxr : Tidak ada hubungan yang signifikan

antara etos kerja guru dengan kepu-asan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;

H1: 03 ≠yxr : Ada hubungan yang signifikan antara

etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi.

Dasar pengambilan keputusan adalah berdasar-

kan nilai probabilitas. Ho diterima atau H1 ditolak apabila nilai probabilitas 05,0>p . H0 ditolak atau H1

diterima, apabila nilai probabilitas 05,0<p .

Dari hasil analisis, ditemukan bahwa:

1. Koefisien korelasi antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru sebesar 254,01 =yxr dengan

05,0013,0 <=p . Karena 01 ≠yxr , dan 05,0<p maka

keputusan yang diambil adalah menerima H1 dan

99

menolak H0. Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru;

2. Koefisien korelasi antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru sebesar 335,02 =yxr dengan

05,0017,0 <=p . Karena 02 ≠yxr dan 05,0<p maka

keputusan yang diambil adalah menerima H1 dan menolak H0. Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru sekolah dasar di UPTD Kulawi;

3. Koefisien korelasi antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru sebesar 182,03 =yxr dengan

05,0031,0 <=p . Karena 03 ≠yxr dan 05,0<p maka

keputusan yang diambil adalah menerima H1 dan menolak H0. Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru sekolah dasar di UPTD Kulawi.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

4.6.1 Hubungan antara Kepribadian Tipe A (X1), Ke-pribadian Tipe B (X2) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Hasil uji korelasi secara terpisah antara kepri-badian tipe A, kepribadian tipe B dengan kepuasan

100

kerja guru, menunjukkan bahwa kepribadian tipe A berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi dengan nilai

254,01 =yxr dan nilai 05,0013,0 <=p . Hubungan ini ber-

arah positif, artinya semakin tinggi skor kepribadian tipe A, maka semakin tinggi kepuasan kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah skor kepribadian tipe A (semakin ke arah kepribadian tipe B) maka semakin rendah pula kepuasan kerja guru.

Kepribadian tipe B berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, dengan nilai 335,02 =yxr dan nilai 05,0017,0 <=p

Hubungan ini berarah positif, artinya bahwa semakin tinggi skor kepribadian tipe B maka semakin tinggi kepuasan kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah skor kepribadian tipe B (semakin ke arah kepribadian tipe A) maka semakin rendah pula kepuasan kerja guru.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil temuan Owaied (2003) terhadap 406 orang guru sekolah menengah di Kuwait yang mengemukakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru. Korelasi ini ditunjukkan melalui nilai koefisien korelasi sebesar

399,0=r dan 01,0<p . Demikian halnya dengan hasil

temuan Rita (2002) terhadap 84 orang pegawai tetap bagian administrasi Universitas Katolik Atmajaya yang mendapati bahwa terdapat hubungan positif signifikan

101

antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja. Nilai koefisien korelasi 511,02 =yr dan signifikansi

64,2383,5 =>= tabelhitung tt .

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil pene-litian Lim dan Koh (1996) terhadap 122 orang pekerja sosial di Singapura yang menemukan bahwa kepri-badian tipe A memiliki hubungan yang berarah negatif dan signifikan dengan kepuasan kerja. Hubungan ini ditunjukkan melalui nilai koefisien korelasi sebesar

360,0−=r dan 01,0001,0 <=p

Adanya kesamaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian terdahulu, perlu dipertimbang kesa-maan aspek-aspek yang diukur.

Untuk mengukur tipe kepribadian, Owaied menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Abdel-Khalek dan Chukry (1991) yang berisikan 20 item pertanyan. Lim dan Koh menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Jenkins, Zyzanski, dan Rosenman (1979) yang berisi 12 item pertanyaan. Sedangkan penulis menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Insel dan Roth (1998) yang terdiri dari 40 item pertanyaan. Ketiga instrumen yang di-gunakan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Friedman dan Rosenman (1974).

Dalam pengukuran kepuasan guru, Owaied menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh

102

Cooper, Sloan dan Williams (1988) bersisikan 22 item yang terbadi dalam enam komponen kepuasan yaitu: kepuasan dengan pertumbuhan nilai dan prestasi, kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap struktur dan desain organisasional, kepuas-an terhadap proses organisasional, kepuasan terhadap hubungan baik dengan rekan kerja, serta kepuasan terhadap wawasan yang luas.

Penulis menggunakan instrumen yang dikem-bangkan oleh Lester (1984) yaitu the Teacher Job Satisfaction Questionnaire (TJSQ), terdiri dari 66 item pernyataan yang terbagi dalam sembilan faktor kepu-asan kerja yaitu: pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan, keamanan, pengawasan, rekan kerja, kondisi kerja dan gaji/upah.

Selain adanya kesamaan aspek-aspek yang diukur, sensitifitas instrumen yang digunakan juga dapat mempengaruhi hasil temuan. Wimmer (dalam Joltuwu, 2009) mengatakan bahwa sensitivitas instru-men yang digunakan dalam penelitian perlu dipertim-bangkan jika temuan penelitian yang dilakukan me-nunjukkan persamaan atau perbedaan dengan temuan penelitian sebelumnya. Bahkan jika instrumen yang sama digunakan dalam penelitian yang berbeda, hasilnya bisa sama tetapi juga bisa berbeda.

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebanyak 44,21% guru yang memiliki kepribadian tipe A berada pada kategori puas, dan sebanyak 55,56% guru yang

103

memiliki kepribadian tipe B berada pada kategori sedang. Temuan ini menarik bagi penulis karena ternyata guru dengan kepribadian tipe B menunjuk-kan prosentase yang tinggi pada kategori sedang, sebaliknya, guru dengan tipe A menunjukkan prosen-tase yang tinggi pada kategori puas.

Jika melihat teori kepribadian tipe A, kepribadi-an tipe B, semestinya guru yang berkepribadian tipe B lebih tinggi tingkat kepuasannya dibandingkan dengan guru yang berkepribadian tipe A, artinya bahwa hasil temuan di lapangan bertentang dengan teori. Hal ini dapat pahami jika kita melihat tabel 4.7 yang menun-jukkan bahwa guru yang memiliki kepribadian tipe A lebih dominan di UPTD Kulawi.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa dari 140 orang guru sekolah dasar di UPTD Kulawi, sebanyak 44 orang (31,43%) guru memiliki kepribadi-an tipe A Definite dan 51 orang (36,43%) guru memiliki kepribadian tipe A Moderate. Sebanyak 28 orang (20,00%) guru memiliki kepribadian tipe B moderat, dan 17 orang (12,14%) guru memiliki kepribadian tipe B definite.

Peristiwa bencana alam yang terjadi satu bulan sebelum pengambilan data telah berdampak terhadap aktivitas kerja yang meningkat dan penuh tantangan sehingga menimbulkan suasana kompetisi bagi guru-guru yang berkepribadian tipe A. Namun sebaliknya

104

suasana ini bisa menjadi tekanan bagi guru-guru yang berkepribadian tipe B, dan tentu hal ini akan ber-dampak pada kepuasan kerja guru.

Orang dengan kepribadian tipe A mempunyai kesulitan dalam bersantai, bereaksi secara terburu-buru dalam berbagai situasi dan cenderung tidak tenang. Ketidaksabarannya terhadap orang-orang di sekitar dirinya yaitu orang-orang yang lebih lambat (orang-orang dengan tipe B), membuatnya harus mengambil alih pekerjaan orang-orang itu dan mela-kukan sendiri. Mereka memperlihatkan daya saing dengan cara bekerja dalam waktu lama dan tidak jarang mengambil keputusan yang buruk karena mengambil keputusannya terlalu cepat.

Kepribadian tipe B biasanya lebih pasif, tidak terburu-buru, tidak terlalu ambisius dan tidak rentan untuk mengembangkan stress yang berhubungan dengan penyakit. Reaksinya terhadap situasi cende-rung lebih moderat dan teratur. Mereka menerima situasi yang ada dan bekerja sesuai dengan situasi tersebut dan bukan melawannya dengan berkompetisi. Orang-orang seperti ini bersikap santai sehubungan dengan tekanan waktu, sehingga mereka cenderung kurang mempunyai masalah yang berkaitan dengan stress.

Tabel 4.5 deskripsi subjek penelitian berdasar-kan kategori kepuasan kerja menunjukkan sebanyak 66 orang guru (47,14%) berada pada kategori sedang,

105

dan 18 orang guru kurang puas dengan pekerjaannya. Bagi guru yang memiliki kepribadian tipe A, kepuasan kerja dapat ditingkatkan dengan cara menciptakan suasana kerja yang kompetitif, berorientasi pada pen-capaian dan prestasi, serta memberikan stress yang tinggi dalam mengerjakan tugas. Sedangkan bagi guru yang memiliki kepribadian tipe B, sebisa mungkin menghindari tekanan dalam pekerjaan, pemberian tugas-tugas yang mudah dikerjakan serta melibatkan mereka untuk bekerja dengan kelompok atau bekerja sama sama dengan guru lain.

4.6.2 Hubungan antara Etos Kerja Guru (X3) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa etos kerja guru berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi dengan koefisien korelasi sebesar 182,03 =yxr dan 05,0031,0 <=p .

Hubungan ini berarah positif, dimana kenaikkan skor etos kerja akan secara bersama-sama menaikkan skor kepuasan kerja guru. Artinya, semakin tinggi skor etos kerja guru, semakin tinggi pula skor kepuasan kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah skor etos kerja guru, semakin rendah pula skor kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil studi Soleimani (2011) pada sebuah organisasi pendidikan teknik kejuruan di Teheran dengan sampel 216 staf

106

(wanita = 92, pria = 124) yang menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara etos kerja dengan kepuasan kerja staf. Hubungan ini ditunjuk-kan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 240,0=r

dan 01,0000,0 <=p . Instrumen etos kerja yang diguna-

kan adalah Work Ethic Inventory (WEI), terdiri dari 50 item pernyataan yang terbagi dalam 4 dimensi etos kerja, yaitu: dependable, ambitious, considerate dan cooperative. Penulis menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Miller, Woehr dan Hudspeth (2001) The Multidimensional Work Ethic Profil (MWEP), terdiri dari 65 item pernyataan yang terbagi dalan 7 dimensi etos kerja, yaitu: kemandirian, moralitas, waktu luang, kerja keras, sentralisasi pekerjaan, waktu yang terbuang dan penundaan kepuasan.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebanyak 79 orang (56,43%) guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi memiliki etos kerja yang tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya etos kerja ini adalah faktor agama. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Dari 140 orang guru, sebanyak 108 orang guru (77,14%) beragama Kristen dan sebanyak 32 orang guru (22,86%) ber-agama Islam.

Hasil wawancara penulis dengan sesama guru selama penelitian, baik guru yang beragama Kristen maupun yang beragama Islam, bersama-sama mema-

107

hami bahwa “kerja adalah ibadah”. Pekerjaan di-pahami sebagai berkat pemberian Tuhan kepada manusia untuk melangsungkan hidupnya di dunia. Oleh sebab itu sepatutnya pekerjaan itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sebagai wujud rasa syukur manusia terhadap pemberian Tuhan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sinamo (2011), iman seseorang mesti tampak pada perbuatannya; ibadah seseorang mesti kelihatan dari etosnya. Kita harus berkarya membangun hal-hal yang baik, benar dan adil sebanyak-banyaknya. Dan kerja menyediakan ruang secara konkrit untuk melaksanakan semua hal itu. Kerja juga merupakan anugerah Tuhan, sebab itu kita harus bekerja dengan keikhlasan, tanpa ber-sungut-sungut, tidak bermalas-malasan atau setengah hati. Hal ini merupakan bentu rasa syukur kita kepada Tuhan atas pemberian itu.

Faktor lain yang juga mempengaruhi tingginya etos kerja guru adalah faktor kondisi lingkungan. Jarak antara rumah dan sekolah dengan melewati kondisi alam yang sulit dan menantang bisa mem-pengaruhi etos kerja guru sekolah dasar di UPTD Kulawi. Mubyarto, dkk (1991) mengemukakan bahwa keadaan alam merupakan tantangan bagi penduduk-nya untuk bekerja keras mempertahankan hidup. Demikian halnya dengan Tampubolon (2007) menge-mukakan bahwa etos kerja yang tinggi biasanya muncul karena berbagai tantangan, harapan-harapan

108

dan kemungkinan-kemungkinan yang menarik. Situasi yang demikian dapat membuat manusia itu bekerja dengan rajin, teliti dan berdedikasi serta memiliki rasa tanggung-jawab yang besar.

Analisis deskriptif penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 55 orang guru (39,29%) memiliki tingkat etos kerja yang sedang. Hal ini bisa dipahami jika melihat tingkat pendidikan guru-guru sekolah dasar di UPTD Kulawi, sebanyak 80 orang guru (57,14%) masih tamatan SPG.

Era globalisasi, kemajuan teknologi, perkem-bangan pola pikir peserta didik, menuntut tenaga pendidik harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sebab itu, etos kerja guru yang masih rendah atau sedang dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya guru tersebut.

Hartanti (1999) mengemukakan bahwa seorang guru yang profesional harus memiliki kompetensi personal, sosial dan profesi akademis. Semua kompe-tensi itu hanya dapat dicapai melalui pendidikan yang relevan. Peningkatan kualitas sumber daya guru, tentunya akan membuat guru lebih memahami tugas-tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendi-dik. Dengan kualitas sumber daya yang meningkat, guru akan mampu memberikan materi-materi yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.