bab iv analisis implementasi kurikulum pai di sd...

24
74 BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PAI DI SD ISLAM TERPADU PERMATA BUNDA FULLDAY SCHOOL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA Setelah data terkumpul, maka yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisis data, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari pokok permasalahan yang dinyatakan. Data-data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dalam BAB ini. Analisis mengenai pelaksanaan kurikulum PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda dan analisis mengenai tingkat kebiasaan belajar siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda. A. Analisis Implementasi Kurikulum PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda Fullday School Kabupaten Semarang Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Departemen Pendidikan dan Nasional (DepDikNas) dan melaksanakan program pengajaran, maka SD Islam Terpadu memiliki kurikulum yang disusun oleh para guru agama di lembaga tersebut. Kurikulum yang di susun tersebut dijabarkan dalam bentuk rencana program yang disebut dengan Rencana Program Kegiatan Belajar Permata Bunda, yang merupakan satu program kegiatan belajar yang utuh dan terpadu dengan program belajar lainnya, yang disusun berdasar Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar SD. Kurikulum tersebut dilaksanakan dengan pembagian waktu menjadi dua semester yaitu semester I dan II.Dan dilaksanakan selama enam bulan dengan pembagian waktu dusesuaikan dengan tema yang diajarkan dalam tiap semesternya sesuai target yang telah ditentukan dalam tiap semesternya tanpa terikat karena disesuaikan dengan tema yang terdekat dalam tiap harinya. Satu tema mendapat alokasi waktu selama satu pekan atau satu minggu dalam setiap harinya. Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal pertama yang perlu mendapat perhatian adalah kurikulum atau GBPP-nya. Dalam GBPP telah tercantum tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok

Upload: doannhu

Post on 18-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

74

BAB IV

ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM PAI DI SD ISLAM

TERPADU PERMATA BUNDA FULLDAY SCHOOL DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIASAAN BELAJAR SISWA

Setelah data terkumpul, maka yang penulis tempuh selanjutnya adalah

menganalisis data, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dari

pokok permasalahan yang dinyatakan. Data-data yang sudah terkumpul

kemudian dianalisis dalam BAB ini. Analisis mengenai pelaksanaan

kurikulum PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda dan analisis mengenai

tingkat kebiasaan belajar siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda.

A. Analisis Implementasi Kurikulum PAI di SD Islam Terpadu Permata

Bunda Fullday School Kabupaten Semarang

Sebagai lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Departemen

Pendidikan dan Nasional (DepDikNas) dan melaksanakan program

pengajaran, maka SD Islam Terpadu memiliki kurikulum yang disusun oleh

para guru agama di lembaga tersebut. Kurikulum yang di susun tersebut

dijabarkan dalam bentuk rencana program yang disebut dengan Rencana

Program Kegiatan Belajar Permata Bunda, yang merupakan satu program

kegiatan belajar yang utuh dan terpadu dengan program belajar lainnya, yang

disusun berdasar Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar SD.

Kurikulum tersebut dilaksanakan dengan pembagian waktu menjadi

dua semester yaitu semester I dan II.Dan dilaksanakan selama enam bulan

dengan pembagian waktu dusesuaikan dengan tema yang diajarkan dalam tiap

semesternya sesuai target yang telah ditentukan dalam tiap semesternya tanpa

terikat karena disesuaikan dengan tema yang terdekat dalam tiap harinya. Satu

tema mendapat alokasi waktu selama satu pekan atau satu minggu dalam

setiap harinya.

Dalam perencanaan atau penyusunan suatu program pengajaran, hal

pertama yang perlu mendapat perhatian adalah kurikulum atau GBPP-nya.

Dalam GBPP telah tercantum tujuan kurikuler, tujuan instruksional, pokok

75

bahasan serta jam pelajaran untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut.

Demikian juga pda waktu menyusun rincian bahan ajaran dalam satuan

pelajaran, luasnya bahan dan banyaknya aktivitas belajar perlu disesuaikan

dengan waktu yang tersedia.

Waktu pertemuan atau penyampaian pelajaran pada setiap minggu

sama dan jumlah pertemuan dalam setiap semester dapat diketahui, maka

dalam merinci pokok bahasan perlu diperhatikan hal itu. Umpamanya pada

pokok bahasan yang banyak perlu ada pengelompokan sub pokok bahasan

dalam semester yang bersangkutan, yang masing-masing akan dikembangkan

dalam bentuk satuan pelajaran.

Pengembangan kurikulum yang ada dalam ketentuan umum KBK

maupun model sebelumnya dapat diimplementasikan di sistem pendidikan

Islam terpadu sebagai berikut.

- Keseimbangan akhlakiyah, fikriyah dan jasadiyah

Pengembangan akhlakiyah dilaksanakan dalam bentuk penanaman nilai-

nilai sosial dan moral baik secara vertikal dengan Allah. Contoh yang

dapat menjadikan anak didik mampu berhubungan secara vertikal pada

Allah adalah materi-materi dalam mentoring yang diberikan pementor

pada peserta didik yang langsung dikenalkan pada Allah lewat ciptaan-

ciptaan-Nya. Mentoring juga dapat mengeratkan hubungan antar peserta

mentor karena disana yang adalah saling menasehati antar satu dengan

yang lain.

Pengembangan fikriyah termasuk berfikir kreatif, inovatif logis dan

sistematis secara wawasan yang luas dan jauh ke depan.

Sedangkan pengembangan jasadiyah dalam bentuk berbagai keterampilan

olah fisik yang dapat menumbuhkan semangat kerja energisitas peserta

didik. Yang memacu pada pengembangan jasadiyah adalah pelajaran

ekstra kepanduan, di situ diajarkan berbagai bentuk pengolahan-

pengolahan fisik.

- Kesamaan memperoleh kesempatan

76

Adanya perbedaan status sosial orang tua siswa tidak menjadikan

perlakuan yang berbeda. Semua diperlakukan sama dalam posisi sebagai

peserta didik.

- Memperkuat identitas muslim mengikuti perkembangan zaman

Pendidikan tidak bebas nilai tetapi sarat dengan tujuan ideologis. Oleh

karenanya rasa kebanggaan atau izzah sebagai seorang muslim selalu

diperkuat hingga tumbuh semangat keislaman dengan benar dalam dirinya

serta semangat untuk mengembangkannya sehingga Islam benar-benar

rahmatan lil ‘alamin.

- Mengembangkan keterampilan hidup

Aspek keterampilan hidup yang dikembangkan meliputi kerumahtanggaan,

pemecahan masalah, berpikir kritis, komunikasi, dan lain-lain.

- Mengikuti perkembangan zaman

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan gaya

hidup dan pola berpikir masyarakat. Oleh karena itu kurikulum harus terus

dikembangkan seiring dengan kemajuan gaya hidup dan pola berpikir

masyarakat. Pendidikan berfungsi mengendalikan perkembangan gaya

hidup dan pola berpikir tersebut, agar sesuai dengan tujuan yang hakiki

dari proses pendidikan manusia.

- Mengintegrasikan unsur-unsur penting dalam kurikuler

Pembelajaran tematik sangat relevan untuk pengintegrasian nilai-nilai

akhlak mulia kedalam materi pelajaran

- Berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan

Peserta didik tidak hanya sebagai obyek tapi juga sebagai subyek

pendidikan. Guru lebih bersifat sebagai fasilitator yang memfasilitasi

kebutuhan keilmuan para siswa. Potensi yang Allah karuniakan harus terus

dikembangkan dalam rangka mencetak kholifatullah dan abdullah yang

berkualitas.

- Pendidikan multikultural

Peserta didik berasal dari berbagai ragam budaya, dan karakter. Oleh

karenanya pendidikan tidak boleh taqlid, fanatik dengan paham-paham

77

tertentu. Tetapi sesuatu harus didasarkan pada sikap al-fahm, ilmiah dan

logis.

- Penilaian berkelanjutan dan komprehensif

Kurikulum harus menanggapi kebutuhan belajar peserta didik untuk

mengetahui hasil belajarnya. Hasil belajar sebagai umpan balik untuk

perbaikan lebih lanjut terhadap segala kekurangan dan kelebihan peserta

didik selama belajar dalam kurun waktu tertentu.

- Pendidikan sepanjang hayat

Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia dalam rangka

mengembangkan, menambah kesadaran dan selalu belajar tentang dunia

yang berubah dalam segala bidang. Kurikulum harus menyediakan

kompensasi dan materi yang berguna bagi peserta didik bukan hanya

untuk kepentingan sekarang, tetapi juga untuk kepentingan yang akan

datang dengan memberikan pondasi yang kuat untuk menghadapi segala

konsekuensi kehidupan sepanjang hidupnya.

Kegiatan belajar mengajar di SD Islam Terpadu Permata Bunda

dilaksanakan dalam sehari penuh mulai pada jam 07.00 WIB sampai

dengan jam 15.30 WIB dengan alasan anak akan semakin banyak di

lingkungan pendidikan dan mendapat pengawasan langsung dari orang-

orang yang paham dengan pendidikan anak. Guru merupakan sosok yang

mengetahui dunia anak.

Kurikulum PAI antara pedoman dari DIKNAS, Departemen

Agama, kemudian kurikulum khas di SD Islam Terpadu Permata bunda

tentunya berbeda dalam hal jumlah jam pelajaran. Secara rinci sudah ada

pada tabel di BAB III

Pelajaran PAI di SD Islam Terpadu Permata Bunda Fullday School

lebih banyak dibanding dengan sekolah-sekolah Islam di bawah naungan

Departemen Agama. seharusnya pendidikan yang di bawah naungan

Departemen Agama mempunyai muatan PAI yang lebih banyak karena

persepsi masyarakat bahwa siswa di madrasah lebih pintar dalam hal

agama dibanding siswa yang dibawah naungan Departemen Pendidikan

78

Nasional. Namun yang terjadi adalah sebaliknya bahwa PAI di Sekolah

Islam Terpadu lebih banyak

Pendidikan Islam / Sekolah Islam tidak akan terwujud hanya karena

namanya SD Islam, jika para sarjana atau calon sarjana muslim tidak mampu

menegakkan inti ilmu pengetahuan dan menarik konsep-konsep dari

metafisika yang tercantum dalam Al-Qur’an dan As-Sunah, dan merumuskan

ancaman dasar yang Islami terhadap ilmu-ilmu sosial, kealaman dan

humaniora.

Berarti Pendidikan Islam:

a. Harus merubah epistemologi ilmu dalam seluruh jenisnya dan hanya

berdasarkan dan semangat serta missi yang diemban Islam.

b. Struktur dan materi ilmu disesuaikan dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-

Sunah.

c. Metodologi ilmu seharusnya dengan visi dan missi yang Islami, walaupun

harus memakai dan melewati kaca pandang dan pisau analisis pandang

yang berbeda dengan Islam.

d. Seluruh orang yang terlibat dalam pendidikan Islam, melakukan

aktivitasnya, terutama mengajar dan perilakunya harus berorientasi kepada

Islam.

Untuk lebih mempercepat proses Islamisasi pendidikan, maka

disamping faktor utama yang menjadi sasarannya (Islamisasi ilmu), tak kalah

pentingnya adalah harus ditopang oleh kelembagaan yang khas, dengan

karakteristik antara lain sebagai berikut:

a. Tampilan Fisik

Pekerjaan kelembagaan pertama Nabi Muhammad ketika

melakukan Hijrah adalah membangun masjid dan awal akhir Isra’ Mi’raj

Nabi adalah dari dan ke masjid. Ruh dan niatnya serta motivasi tunggal

kita dalam melakukan aktivitas adalah telah yang bentuk fisiknya adalah

masjid. Oleh karenanya sudah sewajarnya bangunan pendidikan Islam

yang paling megah dan menjadi pusat segalanya yang didahulukan adalah

masjid.

79

b. Tampilan Asesoris

Masjid sebagai lambang fisik sujud kita kepada-Nya, dengan

demikian seluruh asesories ruang dan seluruh yang ada di dalamnya juga

merupakan derivasi dari yang utama. Dari yang makro sampai yang mikro.

Dari tampilan ustadz / guru sampai tampilan kamar kecilnya, semua

mencerminkan cahaya-Nya.

c. Tampilan Pusat dan Unit Kegiatan

Pusat-pusat dan unit serta komponen yang ada dalam pendidikan

Islam juga diabdikan untuk membuka misteri alam dan jiwa manusia

untuk lebih mempercepat penemuan ketauhidan kita.

d. Jabatan

Penentu kebijakan dan pembuat perencanaan baik makro-mikro,

pendek, menengah, panjang dan problem solver seluruh permasalahan

yang muncul seharusnya adalah orang-orang yang sholeh, taqwa

berdedikasi yang tinggi, cerdas mendalam ilmunya dan mempunyai

pengalaman yang luas.

Proses evolusi yang memerlukan waktu berpuluh faktur dan

memerlukan hasil dari pengaruh timbal balik dari rekonstruksi pertama dan

kedua. Hasil rekonstruksi pertama dan kedua akan menghasilkan personal-

personal muslim yang sholeh dan taqwa. Dengan personal yang shaleh dan

taqwa akan menghasilkan lembaga / lingkungan serta ilmu yang sesuai dengan

tuntutan Islam. Personal atau guru yang shaleh, yang mencintai dan

menjunjung tinggi Islam dan nilai-nilainya. Para Ustadz ini harus berani

menafsirkan berbagai teori yang mendasari berbagai bidang studi dan ilmu

dari sudut pandang Islam yang nantinya setidaknya mampu membimbing

siswa atau masyarakat menghidupkan jiwa dan menerangi ruhani, mereka

harus berfungsi sebagai guru-guru atau personal yang dapat menyusup ke

dalam hati dan mengetuk pintu nurani orang lain. Ketaqwaan, kesalehan,

keikhlasan, kejujuran, ketinggian ilmu, dedikasi yang tinggi dan kecintaan

pada agama serta sesamanya adalah salah satu ciri yang menghiasi pribadi-

pribadi hasil didikan sekolah Islam.

80

B. Analisis tentang Kebiasaan Belajar Siswa di SD Islam Terpadu Permata

Bunda Fullday School

Kita perlu membuat lembaga pendidikan yang bisa menghasilkan

anak didik yang beraqidah baik, mempunyai akhlaqul karimah, mendalam

ilmunya, disiplin dalam kesehariannya, baik dalam pergaulan sosialnya, kuat

background teknologinya dan mempunyai jiwa mandiri. Dengan semangat

kebersamaan kita harus mulai membangun pendidikan milik sendiri yang

maju, serius kerja keras serta bisa menghasilkan luaran sebagaimana

disebutkan di atas. Kita perlu membangunya dalam realitas kekinian.

Belajar dengan pengertian lebih memungkinkan seseorang untuk

lebih berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan segala hal yang sudah

dipelajari dan dimengertinya. Sebaliknya belajar dengan hafalan mungkin

hasilnya hanya tampak pada bentuk kemampuan mengingat pelajaran itu saja.

Walaupun umpamanya pelajaran yang dihafalkannya itu berjumlah sangat

banyak, ia akan kurang bisa menerapkan dan mengembangkannya menjadi

suatu pemikiran baru yang lebih bermanfaat.

Belajar di sekolah sebagaimana telah dikatakan dapat diumpamakan

sebagai pembuka jalan ke suatu tujuan. Siswa dapat menempuh jalan itu

dengan belajar sendiri atau belajar kelompok dengan kata lain belajar di

sekolah di bawah bimbingan guru pada hakekatnya merupakan penentu arah

bagi mereka dalam belajar sendiri atau berkelompok.

Untuk lebih mengetahui bagaimana tingkat kebiasaan belajar siswa

di SD Islam Terpadu Permata Bunda Kabupaten Semarang maka dibawah

akan dijelaskan hasil dari observasi yang telah penulis lakukan selama tiga

bulan. Yang dilakukan adalah dengan meneliti tingkat kebiasaan belajar siswa

yang meliputi; kedisiplinan, ketaatan, keaktifan, perhatian dan kebersihan.

Kebiasaan belajar itu dilakukan dengan inisiatif sendiri, atas perintah guru

atau dilakukan karena ada faktor keterpaksaan.

81

1. Analisis tentang kedisiplinan siswa di SD Islam Terpadu Permata Bunda

Bawen

Kedisiplinan memang sangat tepat ditanamkan sejak dini, akan

tetapi cara penanaman kedisiplinannya pun harus disesuaikan dengan usia,

situasi, dan kondisi yang ada. Heran, masih saja ada penerapan sanksi fisik

dalam dunia pendidikan di jaman sekarang, apalagi di sekolah-sekolah

Islam. Keberatan-keberatan akan hal tersebut ada baiknya segera dan

langsung dikomunikasikan kepada pihak sekolah, saya yakin pasti akan

ada respon dan solusi yang bijaksana atas hal tersebut.

Banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di lembaga-

lembaga pendidikan Islam dengan sistem Fullday School. Para guru di

sekolah-sekolah Islam tidak perlu diragukan lagi kemampuan

akademiknya, apalagi kualitas penguasaan, pemahaman, penghayatan, dan

pengamalan ilmu-ilmu keislaman dan nilai-nilai Islamiyah-nya. Malahan,

banyak guru-guru yang pada masa remajanya aktif di masjid, kini

melanjutkan kiprahnya menjadi pendidik dan pengajar di lembaga

pendidikan Islam tersebut. Sehingga banyak optimis, sistem dan metode

penghukuman yang diterapkan pastilah telah dipertimbangkan matang,

seksama, dan bijaksana. Kalaupun ada kesalahan dan ketidaktepatan dalam

penerapan sanksi, pihak orang tua/wali siswa dapat segera

menginformasikannya pada pihak sekolah, selanjutnya dapat

dimusyawarahkan dan diadakan perubahan-perubahan guna perbaikannya.

Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan

kepada anak jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah

Prosentase (%) No Aspek yang di observasi Inisiatif

sendiri Perintah

guru Keterpak

saan 1 Kedisiplinan 61% 23% 16% 2 Keaktifan 71% 22% 7% 3 Perhatian 73% 18% 9% 4 Ketaatan 82% 9% 9% 5 Kebersihan 70% 19% 11%

82

terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan

dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin

dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.

Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar,

buku–buku pelajaran, mengingatkan tugas–tugas sekolah, menanyakan

bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan–

kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada

atau tidaknya tugas sekolah. Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan

bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan–kesepakatan yang telah

disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin

hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau

memukul).

Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi

logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan

aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat

sambil membaca koran, majalah, menyulam, atau aktivitas lain yang tidak

mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan

disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara

orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi atau sibuk

di dapur.

Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi

memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukannya secara berulang ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat

anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang

dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku “tidak jujur” melakukan

aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar.

Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang

telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang

dilakukannya.

Untuk menegakkan kedisiplinan siswa ada beberapa yang

dilakukan di antaranya pemberian hukuman. Pemberian hukuman di SD

83

Islam Terpadu bermacam-macam caranya, semuanya di gantungkan pada

usia si anak dan tingkat kesalahan/pelanggarannya. Yang dilakukan

biasanya dengan menghafalkan ayat al-Qur'an, hadist, atau doa-doa

(panjang pendeknya ditentukan menurut usia); membaca al-Qur'an dengan

jumlah baris atau ayat tertentu; membantu guru menyiapkan peralatan

makan dan membagi-bagikan buah pada saat makan siang bersama (di

samping telah ada petugas dan anak-anak yang piket, atau jika self-service,

membantu menyiapkan tray dan piring-sendok-garpu-gelasnya);

membersihkan mushola bagi anak laki-laki (biasanya pada hari Senin

jumlah siswa yang terlambat datang untuk upacara lebih banyak);

menghapus papan tulis seharian pada hari ia terlambat sekolah; dll.

Banyak lagi cara menghukum anak yang sifatnya mendidik,

bukan menyakiti secara fisik, melukai secara psikologis, atau

mempermalukan anak di depan siapa saja. Hukuman memang perlu dalam

proses pendidikan, akan tetapi itu harus diterapkan dengan sesuai,

proporsional, dan tepat guna. Hemat saya, lebih baik dikomunikasikan saja

pada pihak sekolah, pihak sekolah akan sangat terbuka menerima segala

saran dan keluhan dari orang tua/wali siswa. Toh kesemuanya nanti akan

kembali pada kebaikan bersama.

Sekolah Islam yang mulai jam 7 pagi tersebut, beberapa saat

sebelum jam 7 lonceng berbunyi dan tepat jam 7 pintu pagar ditutup.

Anak-anak yang terlambat namanya dicatat dan di bariskan terpisah.

Setelah anak yang lain masuk kelas anak yang terlambat mulai berbaris

untuk mendapatkan hukuman, dan hukuman tersebut sangat tidak

manusiawi.

Ada yang menerapkan anak perempuan disuruh jongkok berdiri

dan lain lain gerakan, sedangkan anak laki-laki disuruh merangkak,

merangkak keliling lapangan sekolah yang kotor dan berdebu. Hal itu

kurang baik karena anak-anak yang suci dan tak berdosa tersebut yang

merupakan tumpuan dan harapan bangsa dan agama dan orang tua

merangkak seperti binatang, apa yang diharapkan, apakah itu yang disebut

84

menegakkan disiplin, apakah itu satu-satunya cara, apakah itu cara yang

terbaik, Di al-Qur’an dikatakan sampaikanlah kebenaran itu dengan

hikmah, pesan apa yang di sampaikan pada anak dengan menyuruhnya

merangkak seperti binatang kalau dia terlambat?

Perlu keseriusan tenaga pengajar dan disiplin guru untuk

menegakkan kedisiplinan siswa di sekolah. Anak murid melakukan sholat

dzuhur dan asyar berjamaah di sekolah, berbaju muslimah dan belajar al-

Qur’an setiap hari, inilah yang menjadi pendorong orang tua untuk

menyekolahkannya di situ. Guru-gurunya 75 % sarjana, masih muda,

energetik, cuma banyak yang belum punya anak, jadi mungkin belum bisa

merasakan apa yang dirasakan orang tua murid.

Kedisiplinan memang sangat tepat ditanamkan sejak dini, akan

tetapi cara penanaman kedisiplinannya pun harus disesuaikan dengan usia,

situasi, dan kondisi yang ada. Heran, masih saja ada penerapan sanksi fisik

dalam dunia pendidikan di jaman sekarang, apalagi di sekolah-sekolah

Islam. Keberatan-keberatan akan hal tersebut ada baiknya segera dan

langsung dikomunikasikan kepada pihak sekolah, pasti akan ada respon

dan solusi yang bijaksana atas hal tersebut.

Di kelas diperlukan siswa yang mempunyai disiplin yang tinggi

untuk menunjang proses belajar mengajar. Karena dengan disiplin siswa

maka guru tidak harus repot-repot memarahi siswa setiap hari. Guru cukup

memberikan penjelasan secara global dengan peraturan-peraturan di kelas,

sekolah dan lain-lain. SD Permata Bunda untuk tingkat kedisiplinan siswa

hanya 61% yang dilakukan dengan inisiatif sendiri dan 23% yang

dilakukan menunggu perintah guru, sedangkan siswa yang melakukan

peraturan karena keterpaksaan mencapai 16%.

2. Analisis tentang keaktifan siswa di kelas

Guru dalam menyajikan bahan pelajaran (terutama berupa

konsep-konsep atau pengertian-pengertian yang esensial) harus

mengikutsertakan para siswanya secara aktif baik individual maupun

kelompok.

85

Keaktifan siswa ini antara lain tampak dalam kegiatan:

1. berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan

penuh keyakinan.

2. mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana

memperoleh situasi pengetahuan.

3. merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh

guru kepadanya.

4. belajar dalam kelompok.

5. mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu.

6. mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan

penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.

Dalam Proses Belajar Mengajar, Guru perlu menimbulkan

aktifitas siswa berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika

aktifitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu berlalu begitu saja,

tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang

berbeda. Atau siswa akan bertanya mengajukan pendapat, menimbulkan

diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah,

melaksanakan tugas, grafik, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh

guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu

atau pengetahuan itu dengan baik.

Pembelajaran di SD hendaknya memperhatikan empat prinsip:

1) Prinsip latar belakang, adalah keadaan di mana siswa telah mengetahui

hal lain secara langsung atau tidak langsung dengan bahan yang akan

dipelajari.

2) Prinsip belajar sambil bekerja sangat penting karena pengalaman yang

diperoleh melalui bekerja tidak mudah dilupakan.

3) Prinsip belajar dan bermain, penting karena bermain merupakan

keaktifan siswa yang dapat menimbulkan suasana yang

menyenangkan. Suasana seperti ini akan mendorong siswa untuk

belajar lebih giat.

86

4) Prinsip belajar keterpaduan, mengharapkan agar guru dalam

menyampaikan materi hendaknya mengaitkan antara materi yang satu

dengan materi yang lain, baik dalam satu bidang studi maupun dengan

bidang studi lainnya. Pemaduan konsep dapat membuat materi

pelajaran lebih bermakna.

Ditinjau dari ruang lingkup bahan pengajaran Kurikulum 1994

menggunakan pendekatan spiral yaitu pengajaran yang dimulai dari

lingkungan terdekat dan sederhana sampai kepada lingkungan yang

kompleks. Dengan demikian sangat tepat jika dengan pendekatan ini guru

mengajarkan menggunakan pendekatan terpadu dengan mengaitkan hal-

hal yang aktual yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Tujuan pembelajaran adalah menguasai konsep ilmu dalam

berbagai segi, persepsi, visi, dan misinya. Di samping itu proses

pembelajaran dituntut dapat mewujudkan dwifungsi yaitu sebagai ilmu

dan juga sebagai alat pendidikan atau edukatif pragmatik yang harus

mampu mengatasi permasalahan kehidupan manusia.

Dalam pembelajaran, manajemen sumber belajar sangat penting

sehingga alternatif pemilihan materi ajar lebih bersifat strategis dan

menghindari text book thinking. Sesuai dengan metodologi pengajaran,

pendidikan dapat ditampilkan dalam kombinasi pembelajaran berbasis

inkuiri, problematika, kontribusi, dan etos kerja aktual. Hal tersebut dapat

di realisasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Terpadu.

Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep merupakan pembelajaran yang

melibatkan beberapa pokok bahasan, sub pokok bahasan, atau beberapa

bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada

siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa akan memahami konsep yang

dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan

konsep lain yang sudah dipahami sebelumnya

Pembelajaran akan berjalan secara efektif apabila digunakan

sistem pembelajaran terpadu karena siswa secara aktif terlibat dalam

proses belajar dan pembuatan keputusan, bahwa pembelajaran akan lebih

87

bermakna bila menggunakan pembelajaran terpadu karena manusia tidak

bisa melepaskan diri dari masalah sosial dan perlu memiliki kemampuan

terpadu tentang cara pemecahannya.

Pembelajaran terpadu lebih menekankan keterlibatan siswa dan

kegiatannya bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering

ditemui siswa dalam lingkungannya. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran terpadu akan

menumbuh kembangkan keterampilan sosial.

Kemampuan untuk bergaul dengan hal yang bersifat lebih abstrak

yang diperlukan untuk mencerna gagasan dalam berbagai mata pelajaran

akademik umumnya baru terbentuk pada usia kelas akhir SD dan

berkembang lebih lanjut dengan meningkatnya usia. Oleh karena itu

pengemasan pengalaman belajar yang dirancang untuk murid akan sangat

berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman tersebut. Pengemasan

pengalaman belajar yang memenuhi tuntutan tersebut adalah dalam bentuk

pembelajaran terpadu.

Dalam pembelajaran terpadu terjadi kaitan pengalaman yang

bermakna sedangkan pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan

unsur konseptual akan meningkatkan peluang bagi terjadinya

pembelajaran yang lebih efektif. Dengan kata lain, pembelajaran terpadu

bertujuan agar pembelajaran terutama di SD menjadi lebih efektif.

Ada tiga model pembelajaran terpadu, yaitu :

a. Pembelajaran Terpadu Model Terkait

Model terkait adalah model pembelajaran terpadu yang paling

sederhana. Konsep, keterampilan, atau kemampuan yang

ditumbuhkembangkan di dalam suatu pokok bahasan atau sub pokok

bahasan dikaitkan dengan konsep, keterampilan, atau kemampuan pada

pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi.

b. Pembelajaran Terpadu Model Terjala

Berbeda dengan pembelajaran terpadu model terkait terjala ini

pelajaran dimulai dari suatu tema. Tema diramu dari pokok-pokok

88

bahasan atau sub pokok bahasan dari beberapa bidang studi yang

dijabarkan dalam konsep keterampilan, atau kemampuan yang ingin

dikembangkan. Pembelajaran melalui tema ini dapat disoroti melalui

beberapa bidang studi.

c. Pembelajaran Terpadu Model Terpadu

Berbeda dengan model-model pembelajaran terpadu sebelumnya,

dalam model terpadu ini pelajaran dimulai dengan pembahasan pokok

bahasan dan sub pokok bahasan yang diprioritaskan dan tumpang

tindih. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang tumpang tindih ini

berasal dari tiga atau lebih bidang studi yang dirancang untuk

diajarkan secara terpadu. Pokok bahasan ini harus dikaji terlebih

dahulu dalam GBPP kemudian diperkirakan untuk memperoleh

prioritas

Pada penelitian ini model pembelajaran yang akan digunakan

adalah pembelajaran terpadu model terjala atau model antar bidang studi

karena subyek penelitiannya siswa SD yang ditinjau dari perkembangan

kognitifnya masih belum mampu menggunakan taraf berfikir tinggi.

Perencanaan pembelajaran terpadu merupakan rangkaian isi dan

kegiatan pembelajaran yang menyeluruh, sistematis yang merupakan

pedoman dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran yang dikembangkan harus disesuaikan dengan

model pembelajaran yang dipilih. Pembelajaran terpadu yang diharapkan

adalah terpadu dalam materi, terpadu dalam proses, dan terpadu antar

kurikulum dengan kebutuhan siswa, yang untuk menerapkannya

diperlukan perencanaan spesifik.

Langkah dalam perencanaan pembelajaran terpadu meliputi:

memilih tema yang dapat menjadi awal topik untuk memadukan beberapa

bidang studi, melakukan peta konsep untuk menemukan konsep yang

terkait di antara mata pelajaran yang ada, memilih aktifitas belajar yang

memungkinkan adanya keterpaduan.

89

Alternatif topik dapat ditentukan berdasarkan minat siswa, minat

guru, kejadian yang penting dalam waktu tertentu, mengambil topik utama

dalam kurikulum, atau mengacu pada kegiatan dan kehidupan masyarakat

tertentu. Langkah yang perlu dilakukan dalam merancang pembelajaran

terpadu adalah: mengidentifikasi konsep yang sama, menentukan konsep

yang akan dibahas, memilih kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan

perkembangan anak, menyusun jadwal kegiatan secara sistematis. Konsep

yang dipilih dalam pembelajaran terpadu khusus untuk siswa SD

sebaiknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa, dan masalah

yang dihadapi di dalam lingkungan tersebut.

Evaluasi terhadap pembelajaran terpadu bertujuan untuk

mengetahui: apa keuntungan yang dapat diperoleh dengan pembelajaran

terpadu, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu,

kualitas program yang disusun. Untuk menilai kualitas program

pembelajaran terpadu dapat dilakukan dengan melihat dua aspek yaitu

keterpaduan konsep dan pengorganisasian atau pengelolaannya. Tingkat

keterpaduan konsep dapat ditinjau dari segi signifikansi, koherensi dan

relevansi. Evaluasi pembelajaran terpadu dapat diartikan sebagai evaluasi

yang berupa informasi tentang pencapaian pengetahuan dan pemahaman

anak, pengembangan keterampilan anak, pengembangan sosial dan efektif

anak dengan memanfaatkan asesmen alternatif dan cara informal.

Pada dasarnya evaluasi pembelajaran terpadu tidak berbeda

dengan evaluasi pada pembelajaran konvensional. Oleh karena itu semua

asas-asas yang perlu diindahkan dalam evaluasi konvensional berlaku pula

bagi evaluasi pembelajaran terpadu. Bedanya dalam pembelajaran terpadu

kita harus memberikan perhatian yang cukup banyak pada usaha

pembentukan dampak pengiring seperti kemampuan bekerja sama,

tenggang rasa, dan toleransi. Evaluasi pembelajaran terpadu mencakup

proses dan produk dengan sasaran peserta didik terhadap program.

Hasil evaluasi proses dan produk didokumentasikan dalam

portofolio. Portofolio ini dapat dijadikan salah satu masukan bagi guru

90

untuk memutuskan nilai peserta didik. Dalam evaluasi terhadap proses

pelaksanaan kegiatan, guru mengamati aktivitas siswa, secara individu dan

kelompok, pada setiap tahap kegiatan dengan memperhatikan aspek

seperti: rasionalitas alasan, peranan siswa dalam semua kegiatan, kerja

sama kelompok dan produktivitasnya, penggunaan bahasa dengan benar.

Sedangkan evaluasi dalam produk meliputi laporan verbal yang tertulis

baik berupa gambar atau metrik. Untuk mengetahui keefektifan

pembelajaran terpadu dalam pengajaran maka dilakukan penelitian ini.

Dari latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian ini

adalah bahwa pengembangan program dan materi pada tingkat dasar lebih

banyak memuat aspek pengetahuan, belum secara terintegrasi

mengembangkan bahan-bahan yang aktual. Sedangkan proses

pembelajarannya cenderung diwarnai oleh orientasi pada pencapaian target

kurikulum. Di samping itu adanya kesenjangan dalam pembelajaran,

dimana proses hafalan lebih kuat dari pada pengembangan berfikir dan

pengembangan nilai, ditambahkan lagi evaluasi yang lebih menekankan

aspek kognitif. Pembelajaran terpola pada interaksi yang monoton satu

arah atau guru sentries. Sedangkan sarana pendidikan belum difungsikan

untuk memberikan kemudahan dan pemantapan pengalaman belajar anak.

Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan

perolehan hasil belajar antara pembelajaran terpadu dengan pembelajaran

konvensional dan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran terpadu di

SD. Sedangkan manfaat penelitian ini untuk melatih dan mengembangkan

cara berpikir kritis dengan mengaitkan hal yang ada di lingkungan anak,

bagi guru hasil penelitian ini dapat meningkatkan teknik penyampaian

proses belajar mengajar sehingga dapat mengembangkan proses berfikir

siswa, dan bagi para praktisi pendidikan memberi masukan bahwa

pembelajaran lebih efektif diberikan pada anak dengan pembelajaran

terpadu. Aktif di kelas sangat diperlukan karena seorang guru akan dapat

dengan mudah menyampaikan materi sesuai yang menjadi keinginan guru.

91

Di SD Islam Terpadu Permata Bunda untuk tingkat keaktifan

agak kecil walaupun mencapai 71% aktif karena inisiatif sendiri, 22% aktif

karena perintah guru dan 7% adalah dilakukan dengan keterpaksaan.

Banyak siswa yang aktif dalam kelas karena harus diperintah oleh guru.

Dengan demikian perlu adanya pelatihan-pelatihan untuk memberikan

stimulus pada siswa untuk dapat aktif di kelas.

3 Analisis tentang Perhatian Siswa dalam Belajar

Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian

siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih

besar bila pada siswa ada minat dan bakat. Bakat telah dibawa siswa sejak

lahir, namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan

lingkungan. Perhatian dapat timbul secara langsung, karena pada siswa

sudah ada kesadaran akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang

diperolehnya. Perhatian tidak langsung baru timbul bila dirangsang oleh

guru dengan penyajian pelajaran yang menarik, juga dengan

menggunakan media yang merangsang siswa berpikir, maupun

menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.

Bila perhatian kepada pelajaran itu ada pada siswa, maka

pelajaran yang diterimanya akan dihayati, diolah dalam pikirannya

sehingga timbul pengertian. Usaha ini mengakibatkan siswa dapat

membanding-bandingkan, membedakan, menyimpulkan pengetahuan

yang diterimanya. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman

merupakan tanggung jawab orang tua. Setidaknya orang tua memenuhi

kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara

mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar.

Sebagai selingan orang tua dapat pula memberikan permainan-

permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap

menarik perhatian. Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak

disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur

mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu orang tua,

hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat

92

belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada

anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada

anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. Jika enam

langkah ini dapat diterapkan pada anak, maka sudah seharusnya ibu Rita

tidak lagi marah-marah si Andi putranya sebagaimana digambarkan pada

ilustrasi tadi.

Perhatian siswa pada saat belajar di kelas sangat diperlukan

untuk terciptanya suasana kelas yang kondusif. Di SD Islam Terpadu

Permata Bunda untuk tingkat perhatian siswa pada saat belajar juga cukup

baik yaitu mencapai 73% yang dilakukan atas inisiatif sendiri. Karena atas

perintah dari guru mencapai 18% dan karena dilakukan dengan

keterpaksaan mencapai 9%. Itu artinya bahwa perhatian siswa pada saat

belajar sudah cukup tinggi dalam rangka tercapainya suasana kelas yang

baik. Karena ada banyak di sekolah-sekolah yang kondisi kelasnya

semrawut, sehingga untuk belajar kurang bagus.

2. Analisis tentang ketaatan siswa

Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam adalah

penghargaan yang amat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya

penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di

bawah kedudukan nabi dan rasul. Mengapa demikian? Karena guru selalu

terkait dengan ilmu pengetahuan, sedang Islam sangat menghargai ilmu

pengetahuan.

Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan

realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan,

pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar; yang belajar adalah

calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Maka tidak boleh tidak, Islam

pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan adanya belajar dan mengajar

tanpa adanya guru. Karena Islam adalah agama, maka pandangan tentang

guru, kedudukan guru, tidak terlepas dari nilai-nilai kelangitan.

Lengkaplah sudah syarat-syarat untuk menempatkan kedudukan tinggi

93

bagi guru dalam Islam: alasan duniawi dan alasan ukhrawi, atau alasan

bumi dan alasan langit.

Tingginya kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan

secara nyata pada zaman sekarang. Itu dapat kita lihat terutama di

pesantren-pesantren di Indonesia. Santri bahkan tidak berani menentang

sinar mata kyainya, sebagian lagi membungkukkan badan tatkala

menghadap kyainya. Bahkan konon ada santri yang tidak berani kencing

menghadap rumah kiai sekalipun ia berada dalam kamar yang tertutup.

Betapa tidak, mereka silau oleh tingkah laku kiai yang begitu mulia, sinar

matanya yang “menembus’ ilmunya yang dalam, doanya yang diyakini

mujarab.

Pandangan ini selanjutnya akan menghasilkan bentuk hubungan

yang khas antara guru dan murid. Hubungan guru dan murid dalam Islam

tidak berdasarkan hubungan untung rugi, apalagi untung rugi dalam arti

ekonomi. Inilah nanti yang menyebabkan pernah muncul pendapat di

kalangan ulama Islam bahwa guru haram mengambil upah (gaji) dari

pekerjaan mengajar. Hubungan guru-murid dalam Islam pada hakekatnya

adalah hubungan keagamaan, suatu hubungan yang mempunyai nilai

kelangitan.

Kedudukan guru yang demikian tinggi dalam Islam kelihatannya

memang berbeda dari kedudukan guru di dunia barat. Perbedaan itu jelas

barat kedudukan itu tidak memiliki warna kelangitan. Hubungan guru dan

murid juga tidak lebih dari sekedar dari hubungan pemberi dan penerima.

Karenanya maka wajarlah bila di barat hubungan guru-murid adalah

hubungan kepentingan antara pemberi dan penerima jasa (dalam hal ini

adalah pengetahuan); karena itu, hubungan juga diikat oleh pembayaran

yang dilakukan berdasarkan penghitungan ekonomi.

Di Indonesia hubungan antara siswa kepada guru masih ada

penghormatan, para siswa akan selalu taat apa yang menjadi perintah guru.

Sebagaimana yang terjadi di SD Islam Terpadu Permata Bunda adalah

masih terlihat adanya ketaatan siswa kepada guru. Sehingga dalam

94

prosentase ketaatan siswa kepada guru mencapai 82% dengan dilakukan

inisiatif siswa, kemudian karena perintah guru mencapai 9 %, sedangkan

dilakukan karena keterpaksaan juga 9%. Itu menunjukkan bahwa tingkat

ketaatan siswa pada guru merupakan prosentase yang sangat tinggi.

Dengan ketaatan itu menjadi proses belajar mengajar akan dapat berjalan

dengan baik.

3. Analisis Tentang Kebersihan di Lingkungan Kelas dan Sekolah

Dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi berbagai masalah

yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian kita semua. Salah

satu masalah tersebut adalah menurunnya tata-krama kehidupan sosial dan

etika moral dalam praktik kehidupan sekolah yang mengakibatkan

sejumlah ekses negatif yang amat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut

antara lain semakin maraknya penyimpangan berbagai norma kehidupan

agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk: kurang

hormat kepada guru dan pegawai sekolah, kurang disiplin terhadap waktu

dan tidak mengindahkan peraturan, kurang memelihara keindahan dan

kebersihan lingkungan, perkelahian antar pelajar, penggunaan obat

terlarang dan lain-lainnya.

Masalah ini bilamana tidak segera diatasi akan semakin

mengancam kehidupan generasi bangsa kita khususnya dan tata kehidupan

sosial masyarakat pada umumnya. GBHN Tahun 1999 mengamanatkan

kepada masyarakat pendidikan untuk memberlakukan lagi pendidikan budi

pekerti sebagai pelajaran yang wajib diberikan dalam kehidupan siswa dan

warga sekolah. Hal ini dapat difahami, karena salah satu misi pendidikan

adalah bagaimana melindungi, melestarikan dan mengembangkan budaya

bangsa dan budi pekerti yang luhur dalam tata kehidupan sekolah.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa pendidikan budi pekerti secara

konsepsional dapat dibagi dalam dua aspek, yaitu yang di persepsi

(perceived behaviour) dan yang diwujudkan (manifested behaviour). Kita

telah sepakat bahwa pendidikan budi pekerti yang di persepsi dan

diajarkan dimasukkan dan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang

95

relevan (Pendidikan Agama, PPKN, Bahasa Indonesia, dsb). Namun

demikian, tujuan akhir (ultimate goal) kita adalah bagaimana pendidikan

budi pekerti menjadi bagian yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-

hari di sekolah (manifested behaviour).

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan merupakan small

community, suatu masyarakat dalam skala kecil, sehingga gagasan untuk

mewujudkan masyarakat madani perlu diwujudkan dalam tata kehidupan

sekolah. Salah satu di antaranya melalui pendidikan budi pekerti yang

nyata dilakukan (in-action), bukan semata-mata yang di persepsi. Oleh

karena itu, setiap sekolah mulai saat ini perlu mulai memikirkan

bagaimana mewujudkan pendidikan budi pekerti in action ini, agar anak

didik betul-betul dapat mempraktekkan norma dan tata nilai yang sesuai

dengan agama dan budaya bangsa kita.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan saat ini adalah, perlu

menyusun perangkat tata-krama dan tata kehidupan sosial sekolah yang

merupakan acuan norma yang harus dibuat dan dilaksanakan oleh setiap

sekolah. Acuan ini bukan hanya mencakup tata tertib sekolah

sebagaimana yang berlaku sekarang ini, tetapi meliputi semua aspek tata

kehidupan sosial sekolah yang mengatur tata hubungan antara siswa-

siswa, siswa-guru, guru-guru, kepala sekolah-siswa/guru.

Beberapa aspek nilai dasar yang perlu dikembangkan dalam

perumusan tata-krama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah, antara lain:

ketaqwaan, sopan santun pergaulan, kedisiplinan, ketertiban, kebersihan

/kesehatan/kerapian, dan keamanan. Disamping itu, setiap tata tertib perlu

diikuti dengan berbagai larangan, sanksi dan penghargaan. Hal itu

dimaksudkan untuk menjamin agar peraturan sekolah dapat berjalan dan

tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.

Kebersihan/kesehatan/kerapian ketika dalam kelas ataupun diluar

kelas sangat menjadi keharusan di lembaga-lembaga pendidikan karena

siswa akan terbiasa dengan bersih dan rapi karena dengan demikian

kesehatan pun terjamin. Untuk dapat melatih siswa agar tetap bersih

96

adalah diantaranya dengan Membiasakan siswa menjaga kebersihan dan

kesehatan badan, kerapian pakaian (bersih dan sopan), rambut, kuku, dan

semacamnya.

Selain kebersihan nilai keamanan pun harus menjadi landasan

bagi siswa dan warga sekolah dalam berbagai kegiatan baik di dalam

maupun di luar sekolah. Beberapa kegiatan yang perlu diperhatikan, antara

lain: Menjaga keamanan diri, teman, warga sekolah, barang-barang

perlengkapan sekolah, dan hak milik dalam belajar di ruang kelas,

laboratorium, kegiatan olahraga, dan kegiatan belajar dan bermain lainnya.

Menjaga keamanan dan keutuhan hak milik pribadi dan sekolah dari

pihak-pihak yang mengganggu baik dari dalam maupun luar sekolah.

Menjaga keamanan sekolah dari pengaruh negatif baik dari luar maupun

dari dalam sekolah, seperti pengedaran obat-obatan terlarang (narkoba),

adu domba dengan warga sekolah maupun warga sekolah lain, dan upaya

provokasi lainnya.

Tanggung jawab juga harus ditanamkan kepada siswa sejak dini

karena dengan tanggung jawab, kebersihan juga akan dapat dihasilkan.

Bertanggung jawab mengandung arti berkewajiban menanggung atau

memikul tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan nilai dasar yang

tidak kalah penting dengan nilai dasar yang lain. Beberapa kegiatan yang

perlu diperhatikan, antara lain:

- Melaksanakan tugas piket di sekolah dengan baik.

- Melaksanakan secara sungguh-sungguh seluruh tugas yang diberikan

oleh sekolah

- Taat memakai pakaian seragam sekolah yang telah ditetapkan.

Tingkat kebersihan di SD Islam Terpadu Permata Bunda yang

melakukan kebersihan pribadi dan lingkungan mencapai 70 %. Kebersihan

pribadi dan lingkungan karena harus menunggu perintah dari guru

mencapai 19% dan 11% adalah siswa yang melakukan kebersihan, baik

kebersihan pribadi ataupun lingkungan. Itu artinya bahwa tingkat

97

kebersihan di lembaga itu adalah cukup tinggi, sehingga suasana belajar

pun akan menyenangkan.