bab iv gambaran kabupaten mojokerto, sejarah …digilib.uinsby.ac.id/794/8/bab 4.pdfkabupaten ini...
TRANSCRIPT
131
BAB IV
GAMBARAN KABUPATEN MOJOKERTO, SEJARAH PENINGGALAN DAN SENI BUDAYA
A. Kabupaten Mojokerto
Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di
Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan
Kabupaten Gresik di sebelah utara, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Pasuruan
di sebelah timur, Kabupaten Malang di sebelah selatan dan Kabupaten Jombang di
sebelah barat.
Kabupaten Mojokerto memiliki luas wilayah 692,15 Km2 dengan jumlah
penduduk 1.102.662 jiwa dan kepadatan penduduk 1.593,10 jiwa setiap Km2,
Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 Kecamatan, terdiri dari Kecamatan Bangsal,
Kecamatan Dawar Blandong, Kecamatan Dlanggu, Kecamatan Gedeg,
Kecamatan Gondang, Kecamatan Jatirejo, Kecamatan Jetis, Kecamatan Kemlagi,
Kecamatan Kutorejo, Kecamatan Mojoanyar, Kecamatan Mojosari, Kecamatan
Ngoro, Kecamatan Pacet, Kecamatan Pungging, Kecamatan Puri, Kecamatan
Sooko, Kecamatan Trawas, dan Kecamatan Trowulan. Tiap-tiap Kecamatan
terbagi lagi atas Desa dan Kelurahan, keseluruhan Desa di Kabupaten Mojokerto
sejumlah 304 Desa dan Kelurahan.1
1Baidowik, Wawancara, Mojokerto, 26 Mei 2013. Ia adalah seorang staf pegawai Pemkab. Mojokerto, dalam penjelasannya bahwa Mojokerto asalnya terdiri dari 17 Kecamatan, berhubung jumlah penduduknya semakin bertambah, terutama Kecamatan Puri dan Kecamatan Bangsal wilayahnya luas dan jumlah penduduknya padat, maka ditambahlah satu Kecamatan yaitu Kecamatan Mojoanyar yang merupakan wilayah pemekaran dari Kecamatan Puri dan Bangsal yaitu mengambil sebagian desa dari Kecamatan Puri dan sebagian lagi desa dari Kecamatan Bangsal digabungkan menjadi Kecamatan Mojoanyar.
132
1. Kondisi Geografis
Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak di antara 1110 20’13”
sampai dengan 1110 40’47” bujur timur dan antara 7018’35” sampai
dengan 70 47” lintang selatan. Secara geografis Kabupaten Mojokerto tidak
berbatasan dengan pantai, hanya berbatasan dengan wilayah Kabupaten
lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan
Kabupaten Gresik, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo
dan Kabupaten Pasuruan, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Malang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jombang.
Sehingga posisi atau letak Kota Mojokerto berada di tengah-tengah
Kabupaten Mojokerto yang berarti Kabupaten Mojokerto mengitari
wilayah Kota Mojokerto.
2. Kependudukan
Menurut hasil registrasi dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Mojokerto, keseluruhan penduduk sampai dengan bulan
Agustus 2012 berjumlah 1.102.662. Jumlah penduduk laki-laki 554.646
sedang jumlah penduduk perempuan 548.016, sex ratio penduduk
Kabupaten Mojokerto sampai dengan bulan Agustus 2012 adalah 1,012 hal
ini berarti bahwa penduduk laki-laki Kabupaten Mojokerto lebih banyak
dibanding perempuan.
Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Mojokerto sampai
dengan bulan Agustus 2012 adalah 1.593,10 jiwa setiap km2.
133
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Mojokerto Bulan : Agustus 2012
No Kecamatan Jenis kelamin Jumlah
penduduk Jumlah kk Laki-
laki Perempuan
1 Jatirejo 21.472 20.969 42.441 13.239 2 Gondang 21.623 21.429 43.052 13.649 3 Pacet 28.861 28.831 57.692 18.726 4 Trawas 15.078 15.119 30.197 9.332 5 Ngoro 39.291 39.344 78.635 23.995 6 Pungging 37.753 37.373 35.126 23.145 7 Kutorejo 31.663 30.951 62.614 19.220 8 Mojosari 39.458 38.434 77.892 23.751 9 Dlanggu 27.767 27.558 55.325 16.893 10 Bangsal 25.798 25.183 50.981 15.879 11 Puri 37.293 36.757 74.050 21.819 12 Trowulan 37.674 36.924 74.598 22.956 13 Sooko 37676 36.904 74.580 21.293 14 Gedeg 30.603 30.192 60.795 18.874 15 Kemlagi 29.711 29.652 59.363 17.745 16 Jetis 42.141 41.600 83.741 25.968 17 Dawarblandong 25.701 26.350 52.051 15.793 18 Mojoanyar 25.083 24.446 49.529 14.713 Jumlah 554.646 548.016 1.102.662 336.990
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Pada bulan Agustus tersebut, jumlah penduduk laki-laki terbanyak
terdapat di Desa Jetis yaitu berjumlah 42.141 jiwa, perempuan terdapat
paling banyak di Desa Jetis yaitu 41.600 jiwa.
134
Gambar 4.1 JumlahPendudukBerdasarkanJenisKelamin
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Persebaran penduduk merata di setiap wilayah Kabupaten
Mojokerto. Dilihat dari diagram di atas, didapat bahwa dalam wilayah
Kabupaten Mojokerto, daerah yang mempunyai jumlah penduduk paling
banyak berada di Kecamatan Jetis yaitu 8% dari jumlah penduduk di
Kabupaten Mojokerto atau 25.968 (kk.) yang terdiri dari jumlah penduduk
laki-laki yaitu 42.141 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 41.600
sedangkan Kecamatan Trawas memiliki jumlah penduduk yang paling
sedikit yaitu 3% dari total jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto atau
9.332 (kk.) atau empat kali lebih sedikit dibandingkan Kecamatan Trawas
dengan jumlah penduduk laki-laki 15.078 jiwa dan penduduk perempuan
berjumlah 15.119.2
2Nurhono, Wawancara, Mojokerto, 11 Mei 2013. Menurutnya bahwa wilayah Kecamatan Jetis ini merupakan wilayah penduduk yang terpadat, apalagi dengan masuknya industri ke Kecamatan Jetis, sehingga pendatang yang masuk dari daerah luar untuk bekerja di perusahaan-perusahaan di Kecamatan Jetis, lama-lama para pendatang itu menetap dan membeli tanah di Kecamatan Jetis otomatis menjadi warga Jetis.
0200004000060000
Jumlah Penduduk BerdasarkanJenis Kelamin
LAKI-LAKI PEREMPUAN
135
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Umur Provinsi : Jawa timur Kabupaten : Mojokerto Bulan : Agustus 2012
No. Struktur umur Laki-laki Perempuan Total
1 0-4 37.857 35.731 73.588 2 5-9 43.345 40.378 83.723 3 10-14 47.292 44.687 91.979 4 15-19 46.025 43.691 89.716 5 20-24 42.802 41.710 84.512 6 25-29 49.871 49.320 99.191 7 30-34 48.010 47.394 95.404 8 35-39 48.293 48.000 96.293 9 40-44 47.366 46.642 94.008 10 45-49 40.389 40.912 81.301 11 50-59 33.614 32.200 65.814 12 60-64 23.833 22.115 45.948 13 65-69 16.065 16.871 32.936 14 70-74 12.656 14.602 27.258 15 > 75 17.228 23.763 40.991 TOTAL 554.646 548.016 1.102.662
Sumber : BPS Kabupaten Mojokerto
Jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto menurut struktur umur
berdasarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Jumlah penduduk
Berdasarkan struktur umur dikelompokkan menjadi 15 kelas dengan
rentang umur 5 tahun. Jumlah penduduk terbanyak berada pada struktur
umum 25-29 tahun yaitu penduduk laki-laki berjumlah 49.871 jiwa dari
total penduduk laki-laki 554.646 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah
49.320 jiwa dari total penduduk perempuan 548.016 jiwa, jumlah
penduduk berdasarkan struktur umur paling sedikit terdapat pada umur
antara 70-74 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki 12.656 jiwa dari
136
total penduduk Laki-laki 554.646 dan penduduk perempuan berjumlah
14.602 jiwa dari jiwa dari total penduduk perempuan 548.016 jiwa.3
3. Sejarah Mojokerto
Dengan melihat sinyal pada pasal-pasal dua Keputusan Bupati
Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 22/Tap/Kdh/1973 tanggal 12
September 1973, bahwa ketetapan tentang hari jadi tersebut bersifat
sementara, maka pada masa kepemimpinan Bupati Mojokerto H.
Mahmoed Zain, SH, M Si. sejak awal menjabat, mulai mengadakan
pendekatan, mengingat hari jadi Kabupaten Mojokerto yang telah
ditetapkan pada Kabupaten Mojokerto yang mempunyai akar sejarah
berkaitan erat dengan kebesaran Kerajaan Majapahit.
Berdasarkan berbagai upaya untuk menelusuri hari jadi Mojokerto,
selanjutnya ditentukanlah pembentukan Tim Penulisan Sejarah dengan
Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 438 Tahun
1992 tentang Pembentukan Tim Penulisan Sejarah Mojokerto. Dengan
memperhatikan rentetan peristiwa yang terjadi maka dapat ditetapkan 8
alternatif untuk dipertimbangkan sebagai Hari Jadi Mojokerto.
Pertama, yaitu pertemuan antara Perdana Menteri Majapahit, Shi-
nan-da-cha-ya dengan Shih-pi, Panglima tertinggi pasukan Tar-Tar, dapat
dipandang sebagai wujud pengakuan diplomatik atas Negara berdaulat
dalam rangka kerjasama Internasional untuk menyerang Doho, hal ini akan
3Rokhim, Wawancara, Mojokerto, 9 Mei 2013.
137
mengacu pada tanggal 1 bulan ke 3 Tarikh Cina atau tanggal 8 April 1293.
Kedua, pada saat Raden Wijaya mulai mengatur strategi untuk melawan
pasukan Tar-tar, saat ia memperoleh ijin dari kota Kediri ke Majapahit
pada tanggal 2 bulan ke 4 Tarikh Cina, titik waktu ini merupakan titik
awal kemenangan diplomatik dan militer dipihak Raden Wijaya, karena
mulai saat tersebut secara bertahab ia berhasil mengalahkan pasukan Tar-
Tar. Dalam Tarikh Masehi peristiwa tersebut adalah tanggal 9 Mei 1293.
Ketiga, titik waktu tentara Majapahit memperoleh kemenangan
total terhadap pasukan Tar-tar. ini berarti mengacu pada keputusan
pimpinan pasukan Tar-tar untuk meninggalkan Pat-shieh, pada tanggal 24
bulan 4 Tarikh Cina atau tanggal 31 Mei 1293, titik waktu ini ditetapkan
sebagai Hari Jadi Kota Surabaya. Keempat, titik waktu penobatan Raden
Wijaya sebagaimana diceritakan pada Kitab Harsa Wijaya atau titik waktu
penerbitan Prasasti Gunung Botak.
Kelima, dari Khasanah Kidung, juga menunjukkan titk waktu
peristiwa penting dalam sejarah Majapahit. Keenam, dari khasanah
prasasti juga ditemukan titk waktu peristiwa yang erat kaitannya dengan
sejarah Majapahit, Kidung Harsa Wijaya menyebutkan bahwa Penobatan
Raden Wijaya sebagai Raja Terjadi pada tanggal 12 Nopember 1293 (1215
C). Titik waktu ini dikemudian hari dikenal sebagai Hari Majapahit.
Prasasti Gunung Botak yang diterbitkan pada tanggal 11 September 1294
memberitakan secara panjang lebar riwayat Rajakuta Majapahit. Ketujuh,
138
perjanjian Gianti yang ditandatangani pada tanggal 13 Pebruari 1755. Dan
Kedelapan, saat ditandatangani penyerahan Kabupaten Japan pada tanggal
1 Agustus 1812 oleh Kesultanan Jogyakarta kepada Pemerintah Inggris di
Jawa.
Selanjutnya setelah melalui proses pembahasan di dalam sidang-
sidang Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Mojokerto, mengenai Hari
Jadi Kabupaten Mojokerto telah disepakati bahwa Hari Jadi Kabupaten
Mojokerto adalah tanggal 9 Mei 1293 Masehi, dengan Keputusan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Nomor : 09 Tahun 1993 tanggal 8 Mei 1993,
tentang persetujuan Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto, maka
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto saat itu H.
Mahmoed Zain, SH. mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor : 230 Tahun 1993 tanggal 8 Mei
1993 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto.
Dari uraian-uraian tersebut di atas disimpulkan bahwa dengan tidak
diberlakukannya Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Mojokerto tanggal 12 September 1973 Nomor: 22/TAP/Kdh/1973 tentang
Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto, maka hari jadi Mojokerto
adalah tanggal 09 Mei 1293 Masehi yang selanjutnya ditetapkan sebagai
Hari jadi Kabupaten Mojokerto.4
4Sumber dari Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto.
139
4. Wisata Budaya dan Kesenian di Mojokerto
a. Reco Lanang
Reco Lanang adalah Arca yang terbuat dari batu andesip
dengan ukuran tinggi 5,7 meter ini merupakan gambaran dari
perwujudan salah satu Dhani Budha yang disebut Aksobnya yang
menguasai arah mata angin sebelah timur. Agama Budha Mahayana
mengenal adanya beberapa bentuk kebudhaan yaitu Dhyani
Bodhisatwa dan manusi Budhi. Dhyani Budha digambarkan dalam
perwujudan Budha yang selalu bertafakur dan berada di langit. Dengan
kekuatannya ia memancarkan seorang manusi Budha yang bertugas
mengajarkan dharma di dunia. Tugas manusi budha berakhir setelah
wafat dan kembali ke Nirwana. Demi kelangsungan ajaran dharma,
Dhyani Budha memancarkan dirinya lagi ke dunia yaitu ke Dhyani
Boddhisatwa. Setiap jaman mempunyai rangkaian Dhyani Budha,
Boddhisatwa dan Manusi Budha. Di wilayah Trowulan sekarang sudah
banyak pemahat-pemahat yang membuat arca seperti peninggalan
kerajaan Majapahit, sehingga tidak sedikit orang dari luar daerah
bahkan luar negeri yang memesan patung-patung seperti patung
peninggalan dari kerajaan Majapahit.
b. Candi Bajang Ratu
Gapura yang berbentuk PADU RAKSA ini mempunyai tiga
bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap. Mempunyai sayap dan pagar
140
tembok di kedua sisinya. Ada hiasan pada bagian atap berupa Kepala
Kala diapit Singa. Relief Matahari, Naga berkaki, Kepala Garuda, dan
Relief bermata satu. Di bagian kaki menggambarkan cerita Sri Tanjung
mempunyai fungsi sebagai pelindung atau penolak marabahaya dan
pada sayap kanan dihiasi relief cerita Ramayana. Kanan kiri pintu
diberi pahatan berupa binatang bertelinga panjang. Gapura ini ada
hubungannya dengan Raja Jayanegara. Gapura Bajangratu dibangun
dari bata yang direkatkan satu sama lainnya degan sistem gosok,
kecuali pada ambang pintu dan anak tangga terbuat dari batu andesit.
Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang berukuran panjang
11,5 m, lebar 10,5 m. Tinggi bangunan 16,5 m dan lorong pintu masuk
lebarnya 1,4 m. Lokasinya berada du Dukuh Kraton, Desa Temon,
Kecamatan Trowulan.
c. Candi Tikus
Candi Tikus merupakan replika atau lambang Mahameru.
Candi ini disebut Candi Tikus karena sewaktu ditemukan merupakan
tempat bersarangnya tikus yang memangsa padi petani. Di tengah
Candi Tikus terdapat miniatur empat buah candi kecil yang dianggap
melambangkan Gunung Mahameru tempat para dewa bersemayam dan
sumber segala kehidupan yang diwujudkan dalam bentuk air mengalir
dari pancuran-pancuran/ jaladwara yang terdapat di sepanjang kaki
candi. Air ini dianggap sebagai air suci amerta, yaitu sumber segala
141
kehidupan. Arsitektur bangunan melambangkan kesucian Gunung
Mahameru sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Menurut
kepercayaan Hindu, Gunung Mahameru merupakan tempat sumber air
Tirta Amerta atau air kehidupan, yang dipercaya mempunyai kekuatan
magis dan dapat memberikan kesejahteraan, dari mitos air yang
mengalir di Candi Tikus dianggap bersumber dari Gunung Mahameru.
Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto.
d. Kolam Segaran
Kolam segaran merupakan bangunan kolam kuno terbesar
yang mencerminkan kemampuan Kerajaan Majapahit beradaptasi
dengan lingkungannya. Menurut cerita kolam ini digunakan untuk
rekreasi dan menjamu tamu-tamu Kerajaan Majapahit. Orang yang
pertama kali menemukan kolam ini adalah Ir. Henry Maclain Pont
pada tahun 1926. Bentuk denah kolam empat persegi panjang
berukuran panjang 375 m dan lebar 125 m. Dinding kolam setinggi
3,16 m, sementara lebarnya 1,6 m. Lokasinya berada di Dusun
Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan.
e. Candi Wringin Lawang
Candi ini diperkirakan sebagai pintu gerbang utama untuk
masuk ke komplek kerajaan Majapahit. Bentuknya berupa gapura
belah (candi Bentar). Bangunan ini terbuat dari batu bata dengan
142
ukuran tinggi 13,7 m panjang 13 m lebar 11m. Menurut cerita rakyat
gapura Wringin Lawang merupakan salah satu gapura masuk ke alun-
alun Majapahit. Di dekat gapura dahulu juga dilengkapi dengan
paseban, yaitu tempat menunggu bagi orang-orang yang akan sowan
kepada raja. Candi ini dikenal dengan Candi Wringin Lawang, konon
dulu didekat candi ini tumbuh dua pohon beringin berjajar yang besar.
Candi ini terletak di Desa Jati Pasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto.
f. Pendopo Agung
Pendopo Agung Mojokerto adalah sebuah bangunan khusus
khas nuansa Majapahit dan sering difungsikan sebagai tempat
pertunjukan kesenian, studi tour, lomba, tempat pertemuan dengan
suasana yang teduh dan nyaman juga sebagai tempat untuk istirahat
atau rekreasi. Lokasinya berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan.
Tempat tersebut diyakini sebagai pusat kerajaan Majapahit. Bagian
bangunan asli yang masih tersisa dari Pendopo Agung hanya 26 buah
umpak (batu penyangga tiang) saja, sedangkan bangunan Pendopo
Agung yang sekarang berdiri merupakan bangunan baru. Di pendopo
ini pula, diyakini Mahapatih Gajah Mada dahulu mengikrarkan
Sumpah Palapa (Palapa kemudian dipakai sebagai nama satelit
komunikasi pertama yang ‘menyatukan’ komunikasi di seluruh
Indonesia). Di depan Pendopo Agung, di sebelah kiri, terdapat patung
sang Mahapatih, dan di depan pendopo terdapat patung Raden Wijaya.
143
g. Candi Jalatunda
Candi ini terletak di lereng Gunung Bekal, salah satu puncak
dari pegunungan Penanggungan. Tepatnya di Desa Seloliman
Kecamatan Trawas. Bangunannya terbuat dari batu kali dengan ukuran
panjang 16,85 m lebar 13,52 m tinggi 5,20 m. Menurut data sejarah
candi ini menunjukkan angka tahun 977 M, dan di sebelah kiri dinding
belakang candi terdapat tulisan GEMPENG, di samping itu di sebelah
sudut tenggara juga ada tulisannya. Menurut ahli sejarah dikatakan
bahwa candi ini merupakan petirtaan yang dipersiapkan untuk Raja
Udayana yaitu raja Bali yang mempersunting putri
Gunapriyadharmapatni dari Jawa dan dari hasil perkawinan ini pada
tahun 991 lahirlah Airlangga. Jadi tahun 997 menunjukkan tahun
pembuatannya.
h. Makam Troloyo
Obyek utamanya adalah Makam Sayyid Muhammad Jumadil
Qubro (Syech Jumadil Kubro). Syech Jumadil Kubro adalah kakek
dari Sunan Ampel. Beliau adalah ulama dari Persia yang menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa. Makamnya pertama kali diberi cungkup
oleh tokoh masyarakat setempat bernama KH. Nawawi pada tahun
1940. Di kompleks makam troloyo terdapat dua kelompok makam,
yaitu kelompok makam bagian depan, terdiri dari makam Wali Songo
dan Kelompok Makam Syech Jumadil Kubro. Kelompok makam inilah
yang paling banyak dikunjungi peziarah. Dan kelompok makam bagian
144
belakang terdiri dari dua cungkup, yaitu cungkup pertama makam
Raden Ayu Anjasmara dan makam Raden Ageng yang sering disebut
sebagai kubur pitu. Makam ini mulai terkenal dan tersohor tahun 2000
ketika Gus Dur menjadi Presiden RI, saat ini sudah menjadi wisata
religi bagi masyarakat umum. Sebelumnya makam ini kelihatan sepi,
meskipun setiap hari ada saja pengunjungnya.
i. Kesenian Bantengan
Kesenian rakyat Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet
tepatnya di desa Made yang dahulunya merupakan desa yang
berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon kawasan hutan
tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk di
antaranya banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat itu, seorang
penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki hutan
dan mendapatkan seonggok kerangka banteng yang masih lengkap.
Kerangka banteng itu dengan susah payah dibawa pulang dan
dibersihkan kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya.
Dari kejadian itu Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa
Banteng dengan sebuah atraksi. Atraksi itu dimainkan dua orang, 1
orang di depan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan
dan 1 orang di belakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki
belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan-gerakan dan
sikap banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan
atraksi itu dilengkapi dengan musik terbang dan jidor.
145
j. Kesenian Ujung
Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai
visualisasi perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit,
pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi kesenian
ujung, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk
satu sama lain menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara
sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai
bercucuran darah. Rotan adalah simbol senjata "Sodo Lanang" yang
digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara
Tar-tar.
k. Kesenian Ludruk
Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan
oleh sebuah grup kesenian yang digelarkan di sebuah panggung
dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita
perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan lawakan dan
diiringi dengan gamelan sebagai musik. Dialog atau monolog dalam
ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa,
menggunakan bahasa khas Surabaya, meski terkadang ada bintang
tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun
dengan logat yang berbeda. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk,
membuat dia mudah diserap oleh kalangan non intelek (tukang becak,
peronda, sopir angkotan, dan lain-lain). Sebuah pementasan ludruk
146
biasa dimulai dengan Tari Remo dan diselingi dengan pementasan
seorang tokoh yang memerankan "Pak Sakera", seorang jagoan
Madura.5
B. Desa Kutogirang
1. Kondisi Geografis
Letak astronomi, Desa Kutogirang berada di Kecamatan Ngoro
yang terletak pada garis lintang 112°. 35" BT dan sekitar 7° 48" LS. Letak
admisnistrasinya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Ngoro,
Kabupaten Mojokerto. Secara geografis atau geologis Desa Kutogirang,
merupakan daerah dataran tinggi yang masih termasuk di daerah lereng
gunung Penaggungan.
Wilayah Desa Kutogirang berbatasan dengan desa-desa lainnya.
Batas-batas Desa Kutogirang adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Desa Purwojati
Sebelah Timur : Desa Ngoro
Sebelah Selatan : Desa Srigading
Sebelah Barat : Desa Curahmojo Kec. Pungging
2. Kondisi Iklim
Mengingat letak astronomis dan letak geografisnya, maka Desa
Kutogirang sebagaimana daerah Kabupaten lainnya termasuk daerah
5Sumber Dinas Pariwisata Kabupaten Mojokerto.
147
beriklim tropis yang dipengaruhi angin laut. Suhu rata-rata berkisar antara
21o C sampai 33o C dengan suhu rata-rata tahunan 25o C. Berdasar data
dari Dinas Pertanian Rakyat Jawa Timur untuk daerah Mojokerto dan
sekitarnya pada dekade terakhir ini mendapatkan curah hujan tahunan rata-
rata 1937 mm. Hari hujan rata-rata 103,67 hari. Bulan basah terjadi pada
Januari dan Februari. Sedangkan bulan terkering terjadi pada bulan
Agustus dan September sebesar 52,33 mm. Keadaan iklim yang demikian
sangat cocok untuk pertanian persawahan.
3. Kondisi Sosial Keagamaan
Penduduk Desa Kutogirang pada umumnya beragama Islam.
Bentuk religi yang lain, dapat dijumpai ialah pemujaan terhadap arwah
nenek moyang. Pemujaan arwah nenek moyang nampak sebagai bentuk
adanya Danyang, punden, papan arwah yang dapat dimintai pertolongan
oleh warga desa. Pemujaan arwah nenek moyang merupakan tradisi religi
pada jaman prasejarah, yaitu kepercayaan bahwa orang yang sudah
meninggal arwahnya tidak akan pergi jauh dari tempat pemukimannya
sewaktu hidup di dunia (rumah).
Roh ini bersemayam di pohon-pohon besar, batu, goa, atau daerah
perbukitan dan akan dapat melindungi anak cucu dan seluruh
keturunannya yang masih hidup serta dapat dimintai pertolongan.
Sebaliknya roh ini harus dihormati, dipuja dan diberi sesajen (makanan
khusus). Menurut kepercayaan, apabila upacara pemujaan arwah leluhur
ini dilalaikan, maka akan timbul kutukan yang berupa malapetaka,
148
misalnya panen gagal karena diserang hama, adanya wabah penyakit,
paceklik, serta kemarau panjang.
Oleh karena itu upacara untuk menghormati arwah atau roh nenek
moyang tetap diadakan. Upacara tersebut berupa sedekah bumi, nyadran
ke makam keramat (punden) Mbah Mendek. Apabila ada warga
masyarakat yang akan mengadakan hajatan (pesta) misalnya pesta
perkawinan terlebih dahulu akan pergi ke punden Mbah Mendek untuk
mempersembahkan sesaji dan mengadakan selamatan. Dengan melakukan
rangkaian upacara tersebut bertujuan agar Danyang penguasa desa (Yang
Mbau Reksa) mau melindungi dan memudahkan jalan, sehingga pada saat
melaksanakan hajat tidak ada aral melintang. Tradisi ini masih hidup dan
tetap ada hingga sekarang sekalipun mereka sudah memeluk agama
monotheisme.6
Berdasarkan kepercayaan, penduduk yang memeluk agama Islam
di Desa Kutogirang sebesar 99%. Jumlah dan komposisi penduduk
menurut agama adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama
NO Agama Jumlah (Orang) 1 Islam 3.866 2 Kristen 28
Jumlah 3.894 Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang (2012)
6Mas’ud, Wawancara, Mojokerto, 29 April 2013.
149
Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Desa Kutogirang Menurut Agama Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang(2012)
Mayoritas dari mereka adalah pengikut salah satu organisasi massa
(ormas) terbesar di Indonesia Nahdhatul Ulama (NU), dan minoritasnya
adalah Muhammadiyah. Meskipun mayoritas penduduk Desa Kutogirang
memeluk agama Islam, akan tetapi suasana keagamaan kurang begitu
mewarnai kehidupan mereka. Tingkat kepatuhan masyarakat Desa
Kutogirang terhadap doktrin-doktrin agama boleh dikatakan sedikit
rendah. Masyarakat mengamalkan agamanya hanya sebatas pada satu
perkara-perkara yang diwajibkan saja, sementara perkara-perkara yang
berpredikat anjuran kurang begitu diperhatikan dan diindahkan oleh warga
masyarakat.
Dilihat dari sarana peribadatan, saat ini Dusun Mendek Desa
Kutogirang memiliki sarana ibadah 4 buah masjid dan 28 buah mushola.
Pada umumnya meskipun terdapat 4 buah masjid dan 28 mushola, ketika
adzan dikumandangkan tempat-tempat ibadah tersebut sepi dari warga
yang sholat jama’ah, mereka yang sholat jama’ah hanyalah orang-orang
tertentu dan terdekat dengan tempat tersebut. Masjid hanya ramai hanya
ketika sholat jum’at dan sholat hari Raya Idul fitri dan Idul Adha saja.
99%
1%0% 0%
Jumlah Penduduk Desa Kutogirang Menurut Agama
Islam
kristen
150
Adapun kegiatan tahlilan serta yasinan di Desa Kutogirang masih ada yang
menyelenggarakannya, akan tetapi dilakukan ketika ada orang yang
meninggal dunia dan kadang-kadang dilakukan pada kamis malam Jum’at
bertempat di Masjid, itupun yang mengikuti hanya pemuda dan pemudi
yang mengaji serta orang-orang tua tertentu. Secara umum kondisi
masyarakat Desa Kutogirang sudah banyak mengalami perkembangan,
mulai dari pola kebiasaan yang sedikit modern dan semakin agamis
dibandingkan zaman dahulu.7 Akan tetapi sebagian dari mereka, masih
banyak yang memegang dan mempertahankan kepercayaan tradisional
seperti mempercayai roh-roh leluhur dan kekuatan gaib yang terdapat pada
benda-benda tertentu dan kekuatan yang berasal dari nenek moyang. Salah
satu kepercayaan tersebut adalah ritus-ritus tertentu ke makam mbah
Mendek. Demikian gambaran deskriptif mengenai monografi Desa
Kutogirang, Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto tentang kondisi
sosial keagamaannya.
4. Kependudukan
Penduduk Desa Kutogirang termasuk etnis Jawa, ada beberapa
desa di Kecamatan Ngoro yang didiami oleh orang-orang Madura yaitu
Desa Manduromanggung. Orang-orang Madura ini merupakan pendatang
(migran) dari pulau Madura pada zaman pembukaan perkebunan tebu
(sekitar tahun 1920), bahkan jauh sebelumnya sudah ada migrasi dari
7Mas’ud, Wawancara, 5 Juni 2013
151
Madura tetapi dalam jumlah yang kecil. Mengalirnya migrasi dari Madura
ke daerah Ngoro disebabkan adanya pembukaan pabrik gula di Kecamatan
Krembung Kabupaten Sidoarjo yang berbatasan dengan Kecamatan Ngoro
pada zaman Belanda, serta dibukanya lahan perkebunan tebu. Mereka
orang-orang Madura merupakan pekerja yang ulet dan dapat digaji murah.
Tetapi setelah perkebunan-perkebunan tersebut rusak karena Perang Dunia
II maka orang-orang Madura ini menetap sebagai petani. Mereka
bermukim di daerah pertanian pinggiran yang seringkali tanahnya sulit air.
Sedangkan orang-orang Jawa menetap di daerah Ngoro yang tanahnya
subur dan mudah mendapatkan air. Mereka sudah ratusan tahun sulit untuk
ditelusuri dari mana asal usulnya. Namun apabila dilihat dari aksen
bahasa, ada kemungkinan orang Jawa tersebut merupakan campuran dari
Jawa dan Madura. Bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari
merupakan bahasa Jawa Timuran dengan dialek Mojokerto-Sidoarjo.
Kependudukan di Desa Kutogirang meliputi jumlah penduduk dan
jumlah kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Kutogirang selalu
berubah setiap tahun, seperti data jumlah penduduk enam tahun terakhir
seperti data yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel4.4 Jumlah Penduduk Desa Kutogirang 2007-2012
NO Tahun Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1 2007 3677
152
2 2008 3711
3 2009 4259
4 2010 4246
5 2011 4357
6 2012 3894
Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang(2012)
Jumlah penduduk di Desa Kutogirang pada tahun 2007 adalah
3677 jiwa dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 3711
jiwa. Tahun 2009 jumlah penduduk Desa Kutogirang sebesar 4259 jiwa,
tahun 2010 sebesar 4246 jiwa, dan pada tahun 2011 sebesar 4357, pada
tahun 2012 mengalami sedikit penurunan sebesar 3894 jiwa. Adapun,
Desa Kutogirang memiliki 4 dusun, yaitu Dusun Mendek, Dusun Krapyak,
Dusun Kutogirang, Dusun Gadon. Kepadatan penduduk pada setiap dusun
tersebut dapat dilihat pada tabel yang disajikan berikut :
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Tiap Dusun di Desa Kutogirang
No Dusun Jumlah Penduduk
1 2 3 4
Krapyak Gadon
Mendek Kutogirang
315 1178 1075 1326
Jumlah 3894 Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang(2012)
Jumlah penduduk di Dusun Krapyak sebesar 315 penduduk,
sebagai dusun dengan jumlah penduduk terkecil di Desa Kutogirang.
Jumlah penduduk di Dusun Kutogirang yaitu 1326, sebagai dusun dengan
jumlah terbanyak di Desa Kutogirang. Selanjutnya jumlah penduduk di
dusun Gadon sebesar 1178, dan jumlah penduduk di dusun Mendek
sebesar 1075.
153
Gambar 4.3 Jumlah Penduduk Tiap Dusun di Desa Kutogirang 2007-2012
Sumber : Data Kependudukan Desa Kutogirang (2012)
5. Sejarah Desa Kutogirang
Menurut cerita masyarakat, asal-usul terbentuknya Desa
Kutogirang pertama kali didirikan oleh Mbah Mendek yang merupakan
salah satu dari pengawal Mbah Prawiro sebagai putra adipati Kerajaan di
Majapahit. Pada saat itu Mbah Prawiro dan pengawal lainnya berhenti
untuk melakukan istirahat di suatu daerah yang masih hutan. Kemudian
Mbah Mendek dan pengawal lain dari Mbah Prawiro melakukan “Babat
Alas” atau istilah untuk dilakukannya pembukaan lahan desa. Dari
pembukaan lahan tersebut, akhirnya berdirilah Desa Kutogirang.8
Menurut cerita Mbah Jupri salah seorang juru kunci di situs candi
Desa kutogirang bahwa Kutogirang dahulu menurut cerita orang-orang
dahulu yaitu sebuah kota Kabupaten atau bertempatnya istana seorang
adipati. Kota ini (sekarang Desa Kutogirang) merupakan tempat
bersenang-senangnya para raja Majapahit ketika itu. Hal itu bisa
8Jupri, Wawancara, Mojokerto, 25 Mei 2013.
8%
30%
28%
34%
Jumlah Penduduk Tiap Dusun di Desa Kutogirang
154
dibuktikan dengan keluasan tempat bangunan candi yang sudah rusak dan
hanya tersisa puing-puing batu bata merah berukuran besar tersebar di
lahan yang luasnya sekitar lima hektar. Desa Kutogirang dahulu boleh
dikatakan sebagai tempat hiburan pada masa Kerajaan Majapahit, karena
terjadi sesuatu hal yaitu banjir bandang dan longsornya gunung
penanggungan, kemudian tempat hiburan kerajaan Majapahit dialihkan ke
Trowulan di sekitar candi Tikus.9
6. Kegiatan Budaya dan Kesenian Desa
Salah satu kegiatan rutinitas Desa Kutogirang yaitu Kegiatan
Sunatan Masal. Kegiatan ini dilakukan 2 tahun 1 kali. Kegiatan ini
merupakan salah satu agenda rutin Desa Kutogirang yang diprakarsai oleh
Karang Taruna Desa Kutogirang. Peserta Sunatan masal tidak hanya dari
warga Desa Kutogirang, tetapi mengundang desa-desa lain yaitu desa
Purwojati, Desa Sedati dan juga Ngoro. Bahkan pernah pada suatu waktu
peserta sunatan masal berasal dari luar Kecamatan Ngoro, yaitu dari Desa
Curahmojo Kecamatan Pungging. Sunatan ini dilakukan di Masjid Jamik
Desa Kutogirang.10
a. Seni Ludruk
Seni ludruk merupakan seni rakyat tradisional yang banyak
digemari masyarakat Desa Kutogirang. Pertunjukan ini merupakan
semacam teater rakyat yang membawa cerita-cerita Balada
9Ibid. 10Ibid.
155
kepahlawanan misalnya Sawunggaling, Trunodjojo, tragedi yang
berupa persitiwa yang menyedihkan misalnya cerita Branjang Kawat,
Sarip Tambakyoso, atau cerita yang bersifat komedi. Pada dasarnya
pertunjukan ludruk merupakan perpaduan dari seni panggung dengan
operette (sandiwara yang sebagian besar dialognya dilagukan). Dalam
ludruk nyanyian yang didendangkan disebut Gendingan Jula-juli.
Bentuknya menyerupai pantun yang biasa disebut parikan. Isinya
berupa nasehat, sindiran atau sketsa masyarakat yang berbau kritik
(biasanya kritik sosial). Dibawakan oleh pelawak yang dinyanyikan
atau didendangkan secara humoris, diiringi oleh gamelan.
b. Wayang Kulit
Wayang kulit merupakan pertunjukan yang penggemarnya
orang tua. Generasi muda pada umumnya kurang berminat, karena
pertunjukan ini dianggap terlalu sulit untuk dinikmati. Pertunjukan
wayang kulit di Desa Kutogirang berbeda dengan daerah Jawa
Tengah. Wayang tersebut terrnasuk jenis Wayang Pesisiran (Jawa
Timuran). Ukirannya agak kasar dibanding dengan Wayang Kulit
versi Jawa Tengah. Sedangkan pewarnaan cenderung menggunakan
warna kuat. Peraga punakawan berbeda dengan Jawa Tengahan.
Wayang Jawa Tengahan peraga punakawan terdiri dari Ki Lurah
Semar dengan tiga anaknya Gareng, Petruk, Bagong. Sedangkan di
Jawa Timur tidak mengenal peraga Petruk, Gareng, yang ada hanya
156
Semar dan Bagong. Di mana kedudukan Bagong bukan sebagai anak
melainkan menantunya Ki Lurah Semar. Dialog yang digunakan ialah
bahasa Jawa Timuran, namun pada dewasa ini wayang Jawa Timuran
sudah agak tergusur dengan wayang Jawa Tengahan, karena dalang
wayang Jawa Timuran statis dan tidak menggunakan improvisasi.
Begitu pula dengan cerita-cerita yang dibawakan dan gendingnya
kurang ada kreativitas.
Dalam pertunjukan wayang biasanya yang digemari adalah
tari remo. Tari Remo dipertunjukkan biasanya sebelum pertunjukan
wayang dimainkan oleh dalang. Penampilan remo inilah biasanya
yang menonton cukup banyak, selain melihat keindahan tari remonya,
di sela-sela remo itu juga diperkenankan penonton laki-laki untuk
memilih lagu dan gending-gending yang diinginkannya sambil
memberikan saweran ke penari wanita tarian remo.
c. Kuda Kencak
Pertunjukan kuda kencak atau kuda tari biasanya dipakai
untuk mengiringi pengantin, atau anak yang dikhitan. Seekor kuda
yang sudah dilatih dan diberi pakaian semacam tenun yang dihiasi
dengan berwarna-warni benang. Dengan iringan gamelan kuda ini
akan menari-nari. Dengan jalan menggerak-gerakkan kaki bersamaan
dengan menggeleng-gelengkan dan mengangguk-anggukkan kepala.
157
Pada saat tertentu kedua kaki depan diangkat ke atas bersamaan
dengan menggeleng-gelengkan kepala.
d. Seni Hadrah
Seni Hadrah atau biasa disebut terbangan merupakan salah
satu jenis kesenian yang bernafaskan agama Islam. Beberapa orang
yang dengan lincahnya memukul terbang dengan diiringi gerakan-
gerakan kepala, tangan menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Nabi
Muhammad SAW. Lagu-lagu tersebut ada yang berbahasa Arab tetapi
ada pula yang berbahasa Jawa. Seni Hadrah bisanya dilakukan oleh
para santri.
e. Orkes
Kesenian orkes yang paling banyak digemari adalah orkes
dangdut. Orkes dangdut merupakan kelanjutan pengembangan dari
orkes Melayu. Biasanya kalau ada pertunjukan orkes dangdut,
khalayak penonton, terutama kaum remaja naik ke panggung atau
berada di sekitar panggung untuk berjoged mengikuti irama musik.
Mereka terkadang dalam permainan orkes tersebut penonton
diperbolehkan naik ke panggung dengan memberikan saweran,
mereka yang memiliki uang lebih banyak dan memiliki keberanian
untuk berjoged dan tidak memiliki rasa malu biasanya senantiasa ikut
serta dalam berjoged dan memberikan saweran berulang-ulang ke
penyanyi wanita sesuai dengan permintaan lagu yang diinginkannya.
158
Dengan adanya kemajuan di dunia elektronik terutama di bidang
sound system maka pertunjukan dangdut agak berkurang diganti
dengan rekaman tape. Pementasan karaoke lebih sering dilakukan
karena lebih praktis dan biayanya lebih ringan (ekonomis).11
7. Kelembagaan
Kelembagaan di suatu desa merupakan komponen sosial yang
penting karena merupakan kumpulan dari masyarakat-masyarakat desa
yang secara aktif dan partisipatif menjalankan kepentingan lembaga
maisng-masing. Secara umum, kelembagaan yang ada di Desa Kutogirang
merupakan wadah aspirasi mengenai pengembangan desa, serta lembaga
sebagai wadah berkumpulnya suatu komunitas. Mayoritas lembaga yang
ada di Desa Kutogirang masih dibawah koordinasi dengan pemerintah
desa. Secara umum, kelembagaan dapat dibagi menjadi dua yaitu lembaga
formal dan lembaga non formal.
a. Lembaga Formal
1) Pemerintahan Desa Kutogirang
Struktur pemerintahan Desa Kutogirang dapat digambarkan
sebagai berikut:
11Pakde Kuntet, Wawancara, Mojokerto, 8 Juni 2013
159
Gambar 4.4Struktur Lembaga Pemerintahan Desa Kutogirang Sumber: Survei Primer 02 Mei (2013)
Secara kelembagaan pemerintahan Desa Kutogirang
dipegang oleh Kepala Desa dengan garis koordinasi dengan BPD
(Bada Pemusyawaratan Desa) yang artinya segala keputusan atau
kebijakan yang diambil Kepala Desa harus mempertimbangkan
pendapat dari BPD. Selanjutnya koordinasi dilanjutkan ke
Sekretaris desa kemudian ke Kepala Seksi yang terdiri dari Kepala
Seksi Pemerintahan, Kepala Seksi Pembangunan, dan Kepala Seksi
Kemasyarakatan, lalu Kepala Urusan Umum dan Kepala Urusan
Keuangan, dan terakhir koordinasi ke masing-masing Kepala
Dusun.
Kepala desa Abdul Rohim
Sekretaris desa Mamik Sri V
KASI pemerintahan
Winarsih
KASI pembangunan
Nuruliyati
KASI kemasyarakatan
Karman
KAUR umum Suparto
KAUR keuangan Yono Iswodo IswodoNajib
KASUN Suwartining
(Dusun Gadon)
KASUN Parwito
(Dusun Mendek)
KASUN Sudiyono
(DusunKutogirang)
KASUN Abd. Rohman
(Dusun Krapyak)
BPD Suud Purnomo
160
2) BPD (Badan Permusyawaratan Desa)
Badan permusyawaratan Desa Kutogirang merupakan
lembaga yang menaungi aspirasi masyarakat Desa Kutogirang.
Badan ini beranggotakan 11 orang dengan perwakilan dari tiap-tiap
dusun yakni dusun Mendek 3 orang, dusun Kutogirang 1orang,
dusun Krapyak 4 orang, dan dusun Gadon 3 orang. Lembaga BPD
memiliki kegiatan pertemuan sebulan sekali untuk rembug desa
atau musyawarah desa. Dalam kegiatan ini membicarakan
permasalahan apa yang mungkin ada atau menyaring aspirasi
masyarakat. Lembaga BPD memiliki visi untuk melakukan
pemerataan pembangunan di setiap dusun-dusun Desa Kutogirang.
Dapat dikatakan bahwa BPD Desa Kutogirang memiliki
struktur kelembagaan yang cukup sederhana. Pada struktur
kelembagaan BPD, Sekretaris juga menjabat sebagai bendahara
lembaga BPD. Anggota-anggota BPD sendiri terdiri atas ketua,
wakil, sekretaris, dan anggota lembaga BPD.
BPD Desa Kutogirang ini memiliki keterkaitan yang sangat
erat dengan lembaga pemerintahan desa karena aspirasi-aspirasi
masyarakat yang tersaring di BPD menjadi bahan pertimbangan
untuk perencanaan pengembangan desa oleh pemerintahan desa.
BPD juga memiliki hubungan yang erat dengan LPM (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat) dan Karang taruna dalam
mengkoordinir penyelesaian permasalahan yang ada di desa.
161
Sedangkan hubungan BPD dengan lembaga-lembaga desa lainnya
bersifat kemitraan, koordinatif, dan konsultatif.12
3) LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat)
LPM Desa Kutogirang merupakan lembaga yang memiliki
kegiatan utama memberdayakan masyarakat Desa Kutogirang.
Lembaga ini beranggotakan 17 orang dari masyarakat Desa
Kutogirang sendiri. Kegiatan LPM biasanya dilakukan minimal
dalam 3 bulan sekali mengadakan rapat koordinasi dengan BPD
dan perangkat desa untuk membahas permasalahan-permasalahan
yang ada di desa. Kegiatan lainnya seperti pengajian umum rutin
dan turut berpartisipasi dalam pembangunan gorong-gorong oleh
PNPM. Secara umum, LPM Desa Kutogirang sebagai mitra kerja
perangkat desa di mana membantu pelaksanaan pembangunan yang
telah direncanakan oleh pemerintahan desa.13
b. Lembaga Non Formal
1) Karang Taruna
Karang Taruna Kutogirang Mandiri merupakan lembaga yang
mewadahi para pemuda Desa Kutogirang. Kegiatan yang dilakukan
yaitu pembinaan pemuda-pemudi dan memfasilitasi penyaluran
bakat-minat. Keanggotaan Karang Taruna Kutogirang Mandiri
seharusnya seluruh pemuda-pemudi desa, namun kenyataannya
memiliki 30-40 anggota yang aktif saja. Lembaga karang taruna
12Suud Purnomo, Wawancara, Mojokerto, 30 Mei 2013. 13Sujatmiko, Wawancara, Mojokerto, 30 Mei 2013.
162
tersebut memiliki kegiatan rutin seperti perkumpulan setiap 2
minggu sekali dan kegiatan yang diselenggarakan biasanya bersifat
spontan yakni kegiatan memperingati Hari-hari Besar Islam, dan
peringatan Hari Besar Nasional.
Gambar4.5 Struktur Kelembagaan Karang Taruna Kutogirang Mandiri
Sumber: Survei Primer 02 Mei (2013)
Struktur kelembagaan Karang Taruna Kutogirang Mandiri
terdiri dari ketua, wakil ketua I, wakil ketua II, sekretaris,
bendahara, dan bidang-bidang seperti ekonomi, sosial, agama,
olahraga, dan seni budaya. Pandangan masyarakat Desa Kutogirang
terhadap Karang Taruna Kutogirang Mandiri ini cukup positif yang
artinya lembaga pemuda pemudi ini mendapat kepercayaan untuk
turut membangun dan mengembangkan Desa Kutogirang. Karang
Taruna Kutogirang Mandiri mendapat kepercayaan dari BPD untuk
mengurus pembayaran listrik PLN warga Desa Kutogirang, Karang
Ketua Mistani
Sekretaris Lukman Harto
Bendahara Solahuddin
Wakil ketua II Sugiarto
Ekonomi
Juwarno
Sosial
Herman
Olahraga Panji
Seni budaya
Hariyono
Wakil ketua I Sugiarto
Agama
Arisedo
163
Taruna juga turut terlibat dalam rapat koordinasi antara LPM dan
BPM dalam membahas permasalahan-permasalahan desa.
Permasalahan yang ada di lembaga Karang Taruna
Kutogirang Mandiri sendiri adalah kurangnya dana sehingga
menghambat pengadaan kegiatan-kegiatan, kurangnya kekompakan
intern antar anggota Karang Taruna, serta tidak adanya regenerasi
sehingga lembaga Karang Taruna ini kurang berkembang.
Sedangkan potensi yang dimiliki adalah mengembangkan sumber
daya yang dimiliki pemuda-pemudi sehingga dapat membuat
gerakan perubahan untuk Desa Kutogirang, yang mana lembaga
Karang Taruna ini membutuhkan arahan dan pembinaan dari
lembaga-lembaga di atasnya.14
2) Lembaga Muslimat
Lembaga muslimat Desa Kutogirang merupakan lembaga
yang menghimpun masyarakat beragama Islam di Desa
Kutogirang. Lembaga muslimat mengadakan kegiatan-kegiatan
keagamaan seperti tahlilan, istighosah yang diadakan setiap
seminggu sekali, serta keagiatan sosial seperti pemberian santunan
untuk anak yatim dan orang lansia, mengadakan kegiatan senam
lansia dan lain-lain. Struktur kelembagaan lembaga muslimat
sebagai berikut:
14Sugeng Setiyoso, Wawancara, Mojokerto, 2 Juni 2013.
164
- Ketua I : Hj. Rubi’ah
- Ketua II : Hj. Romlah
- Sekretaris I : Siti Mahmudah
- Sekretaris II : Mursidah
- Bendahara : Ninik Mulyadi
- Seksi sosial : Hj. Hariani dan Hj. Alim
- Seksi lansia : Umaha
- Seksi kematian : Hj. Suniha
- Seksi pembangunan : Umrona dan Hj. Fauzia
Keuangan lembaga muslimat didapat dari swadaya
masyarakat Desa Kutogirang sendiri biasanya berkisar antara
Rp.1000-1500 baik itu untuk mengadakan acara keagamaan atau
untuk pemberian santunan.15
Pandangan masyarakat Desa Kutogirang terhadap lembaga
muslimat ini sangat antusias dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan. Lembaga muslimat ini memiliki hubungan yang erat
dengan lembaga PKK dan perangkat desa biasanya untuk
mengadakan kegiatan keagamaan.
3) ISHARI (Ikatan Shalawat dan Hadrah)
ISHARI merupakan lembaga yang bergerak di bidang
kesenian Islam. Lembaga ini beranggotakan 40 orang dari
15Hj. Sri Utami, Wawancara, Mojokerto, 2 Juni 2013.
165
masyarakat Desa Kutogirang sendiri. Kegiatan yang dimiliki
berupa pelatihan kesenian Islam seperti shalawat dan hadrah,
kemudian mengikuti perlombaan di Hari-hari Besar Islam.
Kegiatan pertemuan biasanya dilakukan sekali dalam 2 minggu.
Lembaga ISHARI Desa Kutogirang ini tidak memiliki
keterkaitan dengan lembaga-lembaga lainnya di Desa Kutogirang.
Namun masyarakat Desa Kutogirang berpandangan positif terhadap
lembaga ISHARI.16
16Mas’ud, Wawancara, Mojokerto, 5 Juni 2013.