bab iv hasil dan pembahasanrepository.unika.ac.id/16369/5/13.30.0053 irene hardianti.bab iv.pdf ·...
TRANSCRIPT
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
Mapan Group merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi
mie kering dan mie basah. Perusahaan ini dibangun sejak tahun 1992. Awalnya
perusahaan ini belum berbentuk PT hanya usaha kecil rumahan. Sebelum kantor
yang beralamat di jalan Rungkut Mapan Tengah I/FB-11 ini hanya memiliki alat-
alat sederhana untuk pembuatan mie itu sendiri dan juga hanya memiliki 8
karyawan saja. Seiring berjalannya waktu, semakin tinggi permintaan pelanggan
maka pemilik merekrut beberapa orang lagi untuk menjadi karyawan dan
perusahaan Mapan Group sekarang telah memiliki total 30 karyawan. Permintaan
di Mapan Group semakin hari semakin tinggi, pemilik telaten untuk
mempromosikan mie Mapan dengan datang satu-persatu ke pasar-pasar daerah
Surabaya dan sekarang merambat ke daerah Sidoarjo melihat permintaan yang
semakin tinggi maka pemilik menambah peralatan dan karyawan untuk
meningkatkan kapasitas produksi.
4.1.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
Mapan Group merupakan usaha manufaktur yang memproduksi mie
kering dan mie basah. Selain itu Mapan Group sendiri memiliki beberapa gerai
rumah makan yang tersebar di sekitaran Surabaya. Jika produksi mie kering dijual
34
di lingkup pasar, namun produksi mie basah sendiri dijual di gerai rumah makan
dan dihidangkan menjadi menu mie ayam dan sebagainya. Mapan Group
melakukan proses produksi setiap harinya, mie kering terus diproduksi dan dikirim
ke pasar-pasar dan mie basah juga selalu diproduksi setiap hari untuk dijual dan
dimasak sebagai hidangan konsumen di gerai rumah makan Mapan.
4.2 Tahap Produksi
Proses produksi di Mapan Group dilakukan oleh karyawan pada masing-
masing divisi dengan peralatan dan perlengkapan yang menunjang proses produksi.
Tahapan proses produksi terbagi menjadi 3, yaitu persiapan bahan, tahap pembuatan
mie, dan finishing.
a) Persiapan bahan : tahap persiapan bahan ini dimulai dari bahan baku
mie yang telah dipersiapkan terlebih dahulu kemudian masuk proses
penimbangan, bahan baku seperti tepung terigu, telur, dll semuanya
ditimbang.
b) Tahap pembuatan mie: di tahap ini dilakukan pencampuran bahan-
bahan, kemudian selanjutnya digiling dengan mesin penggiling,
setelah itu dicetak dengan cetakan alat pencetak mie, dan yang terakhir
mie yang sudah terbentuk dioven.
c) Finishing: di tahap finishing ini mie yang sudah jadi yang sudah keluar
dari oven kemudian didinginkan sebentar dan masuk ke
packaging(pengemasan) untuk dijual.
35
4.3 Mesin dan Perlengkapan
Aktivitas produksi pada Mapan Group Surabaya dikerjakan oleh
karyawan dan dengan bantuan mesin serta perlengkapan yang tersedia. Ada
berbagai macam jenis mesin yang dimiliki oleh Mapan Group yaitu mesin
pengaduk adonan, mesin pres, mesin giling, mesin cetak mie. Adapun
perlengkapan yang menunjang produksi di Mapan Group yaitu oven,
timbangan, dan alat pemotong.
4.4 Hasil dan Pembahasan
4.4.1 Seiri (pemilahan)
Langkah pertama pada metode 5S adalah Seiri (pemilahan). Untuk
melakukan pemilahan maka perlu dilakukan pengamatan kondisi pada
Mapan Group Surabaya:
1) Pemilahan sesuai frekuensi (rendah,sedang,tinggi)
Mapan Group Surabaya belum melakukan pemilahan sesuai dengan
frekuensi pemakaian. Peletakkan peralatan dan perlengkapan yang masih
ada di satu lokasi dan tidak tertata berdasarkan frekuensi pemakaian. Berikut
adalah daftar frekuensi pemakaian perlengkapan dan peralatan yang ada di
perusahaan Mapan Group.
36
Tabel 4.1 Perlengkapan dan Peralatan di Ruang Produksi Mapan Group
Frekuensi Penggunaan
(per hari)
Jenis Barang
Rendah (1-5 kali) Buku catatan order, buku keuangan
perusahaan, buku catatan belanja bahan
baku, buku telepon.
Sedang (6-10 kali) Mesin giling, mesin pres, mesin cetak mie,
timbangan
Tinggi (>10 kali) Oven, mesin pengaduk adonan, alat
pemotong, baskom
Sumber : Data primer yang diolah, 2017
2) Pemilahan penyimpanan barang
a) Ruang Kerja
Gambar 4.1 Kondisi Meja Kerja Pemilik
Gambar 4.1 Menunjukan kondisi awal meja kerja yang ada di ruang
kerja pemilik Mapan Group. Di meja tersebut terdapat buku, kertas, alat
tulis yang tidak tertata dengan rapi. Seperti yang tampak di gambar 4.1
meja kerja tersebut tidak ditata dengan rapi, barang-barang tergeletak
begitu saja sehingga terkesan berantakan.
37
Peralatan yang ada meja kerja tersebut mtidak tertata dan tidak
dikelompokkan dengan baik sehingga membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mencari barang ketika diperlukan.
Berikut adalah frekuensi pemakaian dari barang yang saat ini
diletakkan di rak penyimpanan peralatan masak di ruang produksi :
Tabel 4.2 Frekuensi Pemakaian Perlengkapan di Laci
Nama Peralatan Frekuensi Pemakaian (per
hari)
Buku catatan order 5
Buku telepon 5
Alat tulis 5
Buku keuangan perusahaan 4
Nota belanjaan 3
Buku catatan belanja bahan baku 2
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Tabel ini disusun untuk mengetahui lebih detail frekuensi
penggunaan masing-masing barang. Namun dikarenakan peralatan yang
berada di rak tersebut tidak menunjang proses produksi di Mapan
Group, maka peralatan tersebut akan dipindahkan di tempat yang
berbeda sehingga dapat menunjang proses produksi di Mapan Group.
b) Penyimpanan bahan baku mentah yang bercampur dengan barang
jadi
38
Gambar 4.2 Ruang Penyimpanan Bahan Baku Mentah yang
Bercampur dengan Barang Jadi
Tampak pada gambar 4.2 bahwa ruang penyimpanan bahan baku
mentah yang ada di ruang produksi Mapan Group selama ini belum
tertata dengan baik terlihat bahwa bahan baku mentah masih
bercampur dengan barang jadi, sehingga dapat menghambat proses
produksi. Maka perlu dilakukan adanya pemilahan dan pengaturan
ulang pada ruangan ini agar tidak terlihat berantakan bahan-bahan
juga dibedakan penempatannya antara bahan baku mentah dan
39
barang jadi. Bahan baku mentah akan diletakkan di dekat area
produksi agar mudah dijangkau.
c) Peralatan dan Perlengkapan
Gambar 4.3 Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Produksi Mapan Group
Gambar 4.3 menunjukan peralatan dan perlengkapan di Mapan Group.
Tampak pada gambar diatas, terdapat barang yang berserakan (dus-dus
bekas tidak terpakai, gas LPG bekas) diletakan diruang tersebut. Semestinya
hal ini tidak boleh terjadi pada divisi manapun. Karyawan harus mengetahui
barang apa saja yang semestinya ada di area produksi.
Peralatan dan perlengkapan yang ada di Mapan Group Surabaya
hanya diletakkan begitu saja dan tidak tertata dengan rapi. Penyebab dari
tidak tertatanya peralatan ini karena tidak ada frekuensi pemakaian yang
jelas dari masing-masing peralatan dan perlengkapan. Maka dari itu perlu
dilakukan pemilahan terhadap peralatan dan perlengkapan, agar yang sering
dipakai dapat diletakan pada tempat yang lebih mudah dijangkau.
40
4.1.2 Rancangan Seiri pada Mapan Grup
1. Mendata frekuensi penggunaan peralatan dan perlengkapan di Mapan
Grup.
Tabel 4.3 Pemilahan berdasarkan Frekuensi Pemakaian
Frekuensi
Penggunaan (per
hari)
Jenis Barang Metode
Penyimpanan
Rendah (1-5 kali) Buku catatan order,
buku keuangan
perusahaan, buku
catatan belanja
bahan baku, buku
telepon.
Disimpan dalam laci
yang diletakan di
ruang kerja pemilik.
Sedang (6-10 kali) Mesin giling, mesin
pres, mesin cetak
mie, timbangan
Timbangan
Disimpan dan
diletakkan dengan
rapi di rak ruang
produksi sedangkan
mesin giling, mesin
pres, mesin cetak
mie diletakkan
dengan jarak
berdekatan diruang
produksi.
Tinggi (>10 kali) Oven, mesin
pengaduk adonan,
alat pemotong,
baskom
Alat pemotong dan
baskom disimpan
dan diletakkan
dengan rapi di rak
ruang produksi
sedangkan oven,
mesin pengaduk
adonan diletakkan
dengan jarak
berdekatan di ruang
produksi.
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
Pada tabel 4.3 dijabarkan peralatan dan perlengkapan berdasarkan
dengan frekuensi penggunaan rendah, sedang, dan tinggi. Hal ini dilakukan
41
agar memudahkan karyawan dalam mengambil dan juga menggunakan
fasilitas yang tersedia.
A. Memilah peralatan dan perlengkapan sesuai dengan frekuensi pemakaian.
a. Laci
Berikut adalah daftar perlengkapan yang akan diletakan di laci
Tabel 4.4 Pemilahan berdasarkan Frekuensi
Pemakaian
Nama Perlengkapan Frekuensi Penggunaan (per
hari)
Buku catatan order
Buku telepon
Alat tulis
Buku keuangan perusahaan
Nota belanjaan
Buku catatan belanja bahan baku
5
5
5
4
3
2
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
b. Penyimpanan bahan baku mentah yang bercampur dengan barang
jadi
Penyimpanan bahan baku di Mapan Group untuk saat ini
masih kurang tertata dengan rapi karena disebabkan oleh para
karyawan yang tidak disiplin dalam menata ruang penyimpanan
bahan baku sehingga yang terlihat bahan baku mentah bercampur
dengan barang jadi, situasi ini memberikan dampak yang tidak baik
karena dapat menghambat proses kerja para karyawan.
42
c. Peralatan dan perlengkapan
Perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi di Mapan
Group antara lain timbangan, oven, pengocok telur, pisau, cetakan mie.
Peralatan yang digunakan yaitu alat pemotong mie, mesin giling, mesin
pres, mesin pengaduk adonan. Perlengkapan perusahaan lainnya antara
lain buku catatan belanja bahan baku, buku telepon, nota, buku catatan
order, dan buku keuangan perusahaan.
d. Membuang dan menyingkirkan yang tidak diperlukan
Apabila dalam proses pemilahan di Mapan Group ditemukan
kertas, plastik, sisa tepung atau adonan yang jatuh sehingga tidak
memiliki nilai jual sebaiknya langsung dibuang saja. Sementara apabila
terdapat kardus bekas yang masih bisa dimanfaatkan sebaiknya
disingkirkan dan diletakan di dalam gudang dan bisa digunakan apabila
suatu hari membutuhkan.
Seiri (pemilahan) pada Mapan Group Surabaya dimulai saat
pengamatan kondisi awal terlebih dahulu kemudian dicermati dan
dianalisis dengan menggunakan seiri dan dibuat rancangan yang sesuai
dengan kondisi pabrik saat ini sehingga kegiatan produksi Mapan
Group Surabaya dapat berjalan lancar. Untuk lebih mengoptimalkan
kegiatan produksi pada Mapan Group Surabaya maka dilakukan
tahapan berikutnya yaitu Seiton (penataan).
43
4.4.2 Seiton (penataan)
4.4.2.1 Rancangan Seiton pada Mapan Group
Setelah dilakukan rancangan seiri (pemilahan), maka tahapan
selanjutnya adalah melakukan rancangan seiton (penataan) di Mapan
Group Surabaya.
Berikut adalah rancangan penataan Mapan Group Surabaya:
1) Menentukan Lokasi Penyimpanan Peralatan
a. Laci
Gambar 4.4 Rancangan Filling Cabinet (laci) Ruang kerja Mapan
Grup
Gambar 4.4 menunjukan rancangan filling cabinet (laci)
berfungsi sebagai tempat penyimpanan perlengkapan produksi,
diletakkan di ruang kerja Mapan Group.
Berikut adalah susunan penyimpanan perlengkapan produksi
di laci :
A
B
C
T: 175cm
P: 50 cm
L : 50 cm
44
Laci A berisi buku catatan order, buku telepon, buku catatan bahan
baku
Laci B berisi alat tulis ( bolpoin, pensil, penggaris, straples, clip,
penghapus,dll)
Laci C berisi buku keuangan perusahaan, nota belanjaan
b. Letak penyimpanan bahan baku
Gambar 4.5 Rancangan Loker Besar untuk Bahan Baku Mie di Ruang
Produksi Mapan Group
Gambar 4.5 menunjukan rancangan loker besar untuk tempat penyimpanan
bahan baku di ruang penyimpanan. Loker ini memiliki
45
ukuran 200cmx60cmx200cm. Bahan baku mie akan ditata berdasarkan jenis
barang yang sama.
Berikut adalah susunan penyimpanan bahan baku di Mapan Group:
Rak A dan rak B untuk menyimpan tepung terigu
Rak C untuk menyimpan tepung tapioka
c. Rak tempat menyimpan perlengkapan
Gambar 4.6 Rancangan Loker 3 Susun untuk Perlengkapan di
Ruang Produksi Mapan Group
Gambar 4.6 menunjukan rancangan rak susun 3 untuk
tempat penyimpanan perlengkapan perusahaan lainnya yang terdiri
dari alat pemotong, baskom, mangkok, nampan besar, spatula, sendok,
garpu, dll.
Rak A untuk menyimpan alat pemotong dan baskom
Rak B untuk menyimpan sendok, garpu, dan spatula
Rak C untuk menyimpan mangkok dan nampan besar
46
Gambar 4.7 Layout Ruang Produksi dan Perlengkapan Mapan Group
Gambar 4.7 menunjukkan layout ruang produksi dan perlengkapan
yang berada di Mapan Group Surabaya. Layout ini menunjukkan
penempatan rak barang serta loker yang berisi bahan baku tepung dan
juga penempatan mesin pembuatan mie yang terdiri dari mesin giling,
mesin pres, mesin potong dan mixer yang diletakkan berdekatan agar
memudahkan pekerjaan karyawan.
Peralatan mesin di Mapan Group diletakkan berdekatan antara
mesin satu dengan mesin lainnya agar mempermudah karyawan dalam
bekerja dan meminimalkan pemborosan waktu.
47
Gambar 4.8 Layout Ruang Kerja Direktur
Gambar 4.8 menunjukkan layout ruang kerja direktur yang berada
di Mapan Group Surabaya. Layout ini menunjukkan penempatan
filling cabinet yang diletakkan disamping sudut ruangan agar terlihat
lebih rapi supaya barang-barang yang semula terlihat berserakan di
meja dapat diletakkan dengan rapi di setiap rak dan filling cabinet
yang tersedia.
48
Gambar 4.9 Layout Ruang Penyimpanan Barang Jadi
Gambar 4.9 menunjukkan layout ruang penyimpanan barang jadi
yang berada di Mapan Group Surabaya. Layout ini menunjukkan 4 rak
besar untuk penempatan container plastik setiap raknya dipisahkan
menurut tanggal penyimpanan rak pertama untuk tempat
penyimpanan mie kering. Gambar 4.9 menunjukkan layout ruang
penyimpanan barang jadi yang berada di Mapan Group Surabaya.
Layout ini menunjukkan 4 rak besar untuk penempatan container
plastik setiap raknya dipisahkan menurut tanggal produksi. Rak yang
berada diposisi paling dekat dengan pintu merupakan rak yang
berfungsi untuk menyimpan barang jadi yang tanggal produksinya
dibuat paling awal ke paling akhir menurut tanggal produksinya.
49
4.4.3 Seiso (pembersihan)
4.4.3.1 Kondisi awal Ruang Kerja dan Ruang Produksi Mapan Group
Area produksi Mapan Group Surabaya masih sangat kurang terjaga
kerapian dan kebersihannya. Banyak limbah produksi maupun sampah
pribadi yang masih berceceran dan tidak dibuang ditempat sampah.
Kebersihan pada alat produksi juga masih belum diperhatikan karena masih
banyak debu yang menempel dan bahkan masih banyak sisa-sisa tepung
maupun telur yang belum dicuci dengan bersih.
4.4.3.2 Rancangan Seiso pada Mapan Grup Surabaya
Seiso adalah kegiatan membersihkan mesin, peralatan, sampah
kotoran yang ada di area produksi Mapan Group. Berikut adalah rancangan
seiso untuk Mapan Group Surabaya :
1. Menentukan skala pembersihan (makro, individual, mikro)
(1) Makro :
Dalam area produksi Mapan Group harus selalu terjaga
kebersihannya. Kebersihan pada laci, area mesin, area bahan baku,
dan gudang harus diperhatikan. Ruang produksi harus bersih dari
kotoran, debu dan juga sisa tepung dari bahan baku mie.
(2) Individual :
Tiap barang yang ada di area produksi hanya barang yang
menunjang proses produksi saja. Barang pribadi milik karyawan
seharusnya ditempatkan diluar ruang area produksi agar tidak
50
mengganggu proses kerja dan konsentrasi karyawan yang sedang
bekerja seperti contohnya handphone milik karyawan.
(3) Mikro :
Dalam skala mikro yang harus lebih diperhatikan adalah kebersihan
mesin, peralatan, dan perlengkapan area produksi. Alat-alat produksi
harus dibersihkan setelah selesai digunakan supaya keesokan
harinya saat akan digunakan keadaan alat sudah bersih. Hal ini untuk
menghindari kerak-kerak yang akan menempel apabila tidak
dibersihkan.
2. Menentukan jadwal pembersihan
Tabel 4.5 Jadwal Pembersihan Mapan Group
Area
Pembersihan
Alat Standar Jadwal
Ruang kerja Membersihkan
segala kotoran
dan debu
(Samsudin)
Kemoceng,
lap,sapu,pel
Barang-
barang yang
ada di ruang
kerja bebas
dari debu dan
kotor
Pagi dan sore
(setiap hari)
Ruang produksi
(loker bahan baku)
Membersihkan
loker besar dan
sisa-sisa
tepung
(Nurhayati dan
Susan)
Kemoceng,
lap,sapu,pel
Bahan baku
bebas dari
debu dan
jamur
Pagi dan sore
(setiap hari)
Gudang Membersihkan
segala kotoran
dan debu
(Pur dan
Samsudin)
Kemoceng,sapu Barang-
barang yang
ada di gudang
bebas dari
debu dan
kotor
Setiap pagi hari
Sumber: Data primer yang diolah, 2017
51
Keterangan tabel 4.5 :
a) Area ruang kerja : pembersihan peralatan yang ada di meja kerja harus
dilakukan pembersihan setiap hari agar selalu bersih terhindar dari debu.
Pembersihan peralatan dilakukan dengan menggunakan kemoceng dan lap
dan lantai juga perlu dibersihkan dengan disapu dan dipel.
b) Area produksi : lantai di ruang produksi harus dibersihkan setiap pagi dan
sore sebelum dan setelah aktifitas produksi selesai agar lantai tidak kotor
dan tidak ada sisa tepung terigu yang tercecer. Mesin-mesin pembuat mie
juga harus dibersihkan setiap sore agar tidak berdebu dan tidak mudah
berkarat. Pembersihan dilakukan dengan kemoceng, lap, sapu, dan pel.
c) Area gudang : area ini harus dibersihkan setiap pagi sebelum mulai aktifitas
produksi. Area ini harus terjaga dari debu dan sisa kotoran. Pembersihan
dilakukan dengan menggunakan sapu dan kemoceng.
4.4.4 Seiketsu (pemantapan)
4.4.4.1 Kondisi Awal
Pada tahap ini peneliti membahas untuk memantapkan rancangan seiri,
seiton, dan seiso. Untuk memantapkan kegiatan seiri, seiton, dan seiso
dibutuhkan strategi manajemen visual. Kondisi Mapan Group saat ini penuh
dengan tumpukan bahan baku di sembarang tempat, tumpukan barang-
barang yang tidak terpakai tetapi masih disimpan, dan sampah yang
berserakan. Tidak ada tulisan-tulisan yang tujuannya bersifat sebagai
pengingat.
52
4.4.4.2 Rancangan Seiketsu pada Mapan Grup
Maka dari itu rancangan seiri, seiton, dan seiso tidak akan ada artinya
apabila tidak ada tindakan yang bisa mendukung rancangan dari seiri,
seiton, dan seiso. Beberapa tindakan yang mendukung rancangan seiri,
seiton, dan seiso tersebut adalah :
A. Menggunakan kontrol visual
Kontrol visual dimaksudkan untuk menegaskan, ketika melakukan kegiatan
operasional di Mapan Group, diperlukan adanya standar yang harus ditaati
agar kegiatan seiri, seiton dan seiso dapat berjalan dengan baik. Kontrol
visual dapat dilakukan dengan menggunakan tulisan-tulisan maupun
gambar-gambar yang diletakan disekitar area tertentu dan dipastikan agar
dapat terlihat oleh semua orang.
B. Alat dan metode kontrol visual
Gambar 4.10 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual
Contoh pada gambar 4.10 ditempelkan di ruang bahan baku, ruang
produksi, dan ruang finishing Mapan Grup. Gambar harus bisa terlihat oleh
53
tiap karyawan. Dalam hal ini, pemilik juga harus memberikan contoh pada
karyawannya agar tidak bermain handphone untuk keperluan pribadi pada
saat proses produksi berlangsung.
Gambar 4.11 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual
Tulisan “please no smoking” seperti pada gambar 4.11 ditempelkan
di area halaman luar,area ruang produksi, dan ruang kerja Mapan Group.
Gambar harus bisa terlihat oleh semua karyawan.
54
Gambar 4.12 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual
Tulisan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” pada gambar 4.12
bertujuan untuk mengajak para karyawan untuk menjaga kebersihan di
Mapan Group. Pemilik harus memberi contoh yang baik pada karyawan
sehingga kebersihan di Mapan Group tetap terjaga.
55
Gambar 4.13 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual
Tulisan “Bersihkan Tangan Anda Sebelum dan Setelah Masuk ke
Dalam Area Produksi” pada gambar 4.13 bertujuan untuk mengajak para
karyawan untuk menjaga kebersihan tangan. Pemilik harus memberi contoh
yang baik pada karyawan sehingga barang produksi masih terjaga
kebersihannya.
Letakkan Barang
pada Tempatnya!
Gambar 4.14 Rancangan Gambar untuk Mendukung Kontrol Visual
56
Tulisan “Letakkan Barang pada Tempatnya!” pada gambar 4.14 bertujuan
untuk mengajak para karyawan untuk selalu mengingat agar setelah
memakai barang diletakkan kembali pada tempatnya agar selalu terlihat
rapi.
4.4.5 Shitsuke (pembiasaan)
Tahap terakhir pada metode 5S adalah shitsuke atau pembiasaan.
Tujuan dari metode terakhir ini adalah untuk mengoptimalkan tahapan
sebelumnya yaitu seiri, seiton, seiso, dan seiketsu. Pembiasaan dilakukan
dengan penempelan poster 5S yang telah dirancang disetiap sudut ruangan,
pemilik bisa memberikan contoh dalam menerapkan metode 5S dan dapat
menegur dan menasehati karyawan bila kedapatan tidak menerapkan 5S.
Semua rancangan ini akan sia-sia jika tidak adanya kesadaran dan
komitmen bersama. Rancangan ini dirancang bertujuan untuk
meningkatkan usaha Mapan Group Surabaya dan diharapkan rancangan ini
dapat dipraktekkan semaksimal mungkin dan dapat berguna bagi
perusahaan Mapan Group Surabaya.
4.4.5.1 Rancangan Shitsuke pada Mapan Grup Surabaya
Rancangan shitsuke (pembiasaan) pada Mapan Group Surabaya
adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan kebiasaan yang akan dilakukan
a) Menerapkan jam kerja operasional.
57
b) Semua karyawan Mapan Group harus bisa disiplin dalam melakukan
hal atau kegiatan kerja apapun.
2. Kampanye ketaatan pada peraturan
a) Melakukan briefing 15-30 menit sebelum memulai proses produksi.
b) Memberikan reward kepada karyawan yang memiliki kinerja baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang Usulan Perancangan Metode 5S (Seiri,
Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) Pada PT. MAPAN GROUP Surabaya,