bab iv hasil dan pembahasan 4.1. gambaran umum...
TRANSCRIPT
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Desa Sumber Makmur yang terletak di Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten
Tulang Bawang, Provinsi Lampung memiliki luas daerah 889 ha. Iklim di Desa
Sumber Makmur memiliki curah hujan yaitu 2.800 mm dengan bulan hujan 7-8
bulan dan suhu rata-rata harian 28 °C. Tinggi tempat di desa tersebut yaitu 28
mdpl dengan bentang wilayah datar. Beberapa kegunaan lahan di Desa Sumber
Makmur yaitu untuk lahan perkebunan seluas 588 hektare, pemukiman 301
hektare, dan sisanya adalah untuk fasilitas umum. Jenis perkebunan di Desa
Sumber Makmur yaitu berupa perkebunan sawit seluas 235 hektare dan
perkebunan karet seluas 353 hektare. Selain perkebunan, terdapat juga lahan
untuk tanaman pangan yaitu berupa jagung seluas 2 hektare dan singkong seluas
10 hektare. Pemeliharaan peternakan di Desa Sumber Makmur berupa sapi, ayam,
kambing, dan bebek dengan total populasi secara keseluruhan sebanyak 1.144
ekor.
Jumlah penduduk Desa Sumber Makmur ada sebanyak 2.027 jiwa, dengan
komposisi penduduk lelaki ada sebanyak 958 jiwa dan penduduk perempuan
sebanyak 1.069 jiwa. Adapun kepadatan penduduk desa adalah 228 orang / km2.
Batas Desa Sumber Makmur yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Desa Catur
Karya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Penawar Rejo, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Agung Dalem, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa
Penawar Jaya.
Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Sumber Makmur dapat dilihat pada
tabel 4.1. Pekerjaan warga Desa Sumber Makmur terbanyak adalah berprofesi
sebagai buruh swasta sebanyak 536 jiwa (26%), dalam hal ini pekerjaan buruh
swasta yang dimaksud adalah yang bekerja pada sektor hilirisasi pabrik
pengolahan hasil perkebunan. Sedangkan pekerjaan lain-lain yang dimaksud
adalah yang bekerja sebagai wirausaha seperti tukang cukur, tukang jahit, montir
bengkel, dan lainnya.
16
Tabel 4.1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sumber Makmur
No. Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Buruh Swasta 536 68,6
2 Buruh Tani 80 10,2
3 Pedagang 50 6,4
4 Petani 24 3,1
5 Peternak 20 2,6
6 PNS 17 2,2
7 Guru 8 1
8 Bidan 1 0,1
9 Pekerjaan lainnya 45 5,8
Jumlah 781 100
Sumber : Data Mata Pencaharian Kelurahan Sumber Makmur Tahun 2015
Pengambilan 40 responden berasal dari 3 (tiga) perusahaan perkebunan karet
milik swasta yang berada di Desa Sumber Makmur, Kecamatan Banjar Margo,
Kabupaten Tulang Bawang. Nama ketiga perusahaan tersebut adalah
CV.SINTUA, CV.KEMI JAYA, dan CV.STP. Luas lahan di CV.SINTUA adalah
50 hektare (ha), dimana TM (Tanaman Menghasilkan) seluas 40 ha dan TBM
(Tanaman Belum Menghasilkan) seluas 10 ha. Usia pohon TM di perusahaan
tersebut berusia 25 tahun. Luas lahan di CV.KEMI JAYA adalah 46 ha, dimana
TM seluas 40 ha dan TBM seluas 6 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut
berusia 20 tahun. Luas lahan di CV.STP adalah 24 ha, dimana TM seluas 20 ha
dan TBM seluas 4 ha. Usia pohon TM di perusahaan tersebut berusia 25 tahun.
Sistem alur pekerjaan di semua perusahaan karet di Desa Sumber Makmur
sama, yaitu yang pertama adalah absen kehadiran, kemudian mulai menyadap
getah di blok areal masing-masing, setelah menyadap getah dikumpulkan kedalam
wadah plastik atau ember tampungan yang sudah dibawa oleh setiap buruh,
kemudian getah dibawa ke area titik kumpul untuk ditimbang hasil sadapan
terlebih dahulu, setelah itu karet kemudian dicetak kedalam wadah yang sudah
disiapkan, kemudian setelah dicetak karet kembali ditimbang hasil cetakannya
karena untuk mengetahui susutnya, setelah itu karet disimpan didalam gudang
sampai seminggu kemudian dijual oleh pihak perusahaan.
17
4.2. Gambaran Responden
Dalam penelitian ini menampilkan hasil penelitian tentang produktivitas
buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur dimana gambaran variabel yang
diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, dan
insentif yang akan dibahas. Apakah variabel-variabel yang dimaksud diatas
berpengaruh nyata terhadap produktivitas pekerjaannya sebagai buruh sadap karet.
Dalam penelitian ini jumlah responden adalah sebanyak 40 responden yang
diambil dari 3 (tiga) perusahaan perkebunan karet milik swasta yang berada di
Desa Sumber Makmur, Kecamatan Banjar Margo, Kabupaten Tulang Bawang.
Pengukuran pendapatan upah berasal dari hasil getah karet yang didapat dalam
kilogram (kg) dikalikan dengan standar upah masing-masing perusahaan dalam
rupiah (Rp), sedangkan pengukuran pendapatan insentif berasal dari yaitu yang
pertama dari tingkat kehadiran, yaitu jika hadir setiap hari selama sebulan
mendapat bonus sebesar Rp.120.000,-/bulan, tetapi jika tidak hadir akan dikurangi
sebesar Rp.5.000,-/hari. Yang kedua yaitu kebersihan getah dalam wadah, apabila
kebersihan getah dijaga setiap hari, akan mendapatkan bonus tambahan sebesar
Rp.20.000,-/bulan, tetapi jika tidak bersih tidak mendapat bonus. Sedangkan
pengukuran pendapatan berasal dari penjumlahan tingkat upah ditambah insentif.
4.2.1. Produktivitas Responden
Tingkat produktivitas responden dapat dilihat pada tabel 4.2. Produktivitas
buruh sadap karet adalah perbandingan hasil sadapan yang dicapai buruh sadap
per bulan. Keberhasilan operasi perusahaan akan tergantung pada produktivitas
kerja dari tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut langsung berhubungan dengan
operasi perusahaan dan pemanfaatan waktu sepenuhnya, juga tergantung pada
mereka. Berdasarkan perhitungan matematis, jenis tingkat produktivitas
responden dapat dikategorikan menjadi 6 (enam) kelas, yaitu sangat rendah (400-
430 kg), cukup rendah (431-460 kg), rendah (461-490 kg), sedang (491-520 kg),
cukup tinggi (521-550 kg), dan tinggi (551-580 kg). Rata-rata produktivitas kerja
buruh sadap adalah 484,2 kg/bulan.
18
Tabel 4.2. Tingkat Produktivitas Responden
No.
Produktivitas
Kg Tingkat Produktivitas
1 400-430 Sangat Rendah
2 431-460 Cukup Rendah
3 461-490 Rendah
4 491-520 Sedang
5 521-550 Cukup Tinggi
6 551-580 Tinggi
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
4.2.2. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Umur
Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap
berdasarkan umur responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan tabulasi
jenjang umur dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel 4.3 berikut
ini.
Tabel 4.3. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Umur
Umur
(Th)
Produktivitas Buruh Sadap (Kg)
Jumlah No. Sangat
Rendah
(400-430)
Cukup
Rendah
(431-460)
Rendah
(461-490)
Sedang
(491-520)
Cukup
Tinggi
(521-550)
Tinggi
(551-580)
1 23-28 1 2 2 1 - - 6
2 29-34 1 1 2 4 2 - 10
3 35-40 3 2 2 1 4 2 14
4 41-46 1 3 1 - 1 1 7
5 47-52 - - - - 1 - 1
6 53-58 1 - 1 - - - 2
Jumlah 7 8 8 6 8 3 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.3, terlihat pada kelompok umur 23-28 tahun, dari sebanyak 6
buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah
dan rendah. Pada kelompok umur 29-34 tahun, dari sebanyak 10 buruh terdapat 4
buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sedang. Pada kelompok umur
35-40 tahun, dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap yang memiliki
tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok umur 41-46 tahun, dari
sebanyak 7 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas
cukup rendah. Pada kelompok umur 47-52 tahun, dari sebanyak 1 buruh terdapat
19
1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok
umur 53-58 tahun, dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap yang memiliki
tingkat produktivitas sangat rendah dan rendah. Rata-rata umur buruh sadap karet
adalah 36,4 tahun. Dari tabel diatas tidak terlihat pola distribusi yang
menunjukkan hubungan antara umur dengan produktivitas buruh sadap, dimana
terlihat pola mengacak (tidak teratur) antara umur dan produktivitas buruh sadap
pada tabel.
4.2.3. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendidikan
Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap
berdasarkan pendidikan responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan
tabulasi jenjang pendidikan dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada
tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendidikan
Produktivitas Buruh Sadap (Kg)
No.
Pendidikan
(Th)
Sangat
Rendah
(400-430)
Cukup
Rendah
(431-460)
Rendah
(461-490)
Sedang
(491-520)
Cukup
Tinggi
(521-550)
Tinggi
(551-580)
Jumlah
1 1-2 - - - - 2 - 2
2 3-4 2 2 - - - 1 5
3 5-6 1 2 2 2 4 1 12
4 7-8 2 1 3 1 - - 7
5 9-10 2 1 2 3 1 1 10
6 11-12 - 2 1 - 1 - 4
Jumlah 7 8 8 6 8 3 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.4, terlihat pada kelompok pendidikan 1-2 tahun, dari sebanyak 2
buruh terdapat 2 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi.
Pada kelompok pendidikan 3-4 tahun, dari sebanyak 5 buruh terdapat 2 buruh
sadap yang memiliki tingkat produktivitas sangat rendah dan cukup rendah. Pada
kelompok pendidikan 5-6 tahun, dari sebanyak 12 buruh terdapat 4 buruh sadap
yang memiliki tingkat produktivitas cukup tinggi. Pada kelompok pendidikan 7-8
tahun, dari sebanyak 7 buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat
produktivitas rendah. Pada kelompok pendidikan 9-10 tahun, dari sebanyak 10
buruh terdapat 3 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas sedang. Pada
20
kelompok pendidikan 11-12 tahun, dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap
yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah. Rata-rata pendidikan buruh
sadap karet adalah 7,025 tahun atau setara dengan jenjang pendidikan SMP. Dari
tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pendidikan
dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola antara pendidikan dan
produktivitas buruh sadap pada tabel.
4.2.4. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pengalaman Kerja
Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap
berdasarkan pengalaman kerja responden, maka akan diuraikan dengan
menggunakan tabulasi jenjang pengalaman kerja dan jenjang produktivitas seperti
yang tersaji pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pengalaman
Kerja
Produktivitas Buruh Sadap (Kg)
No Pengalaman
(Th)
Sangat
Rendah
(400-430)
Cukup
Rendah
(431-460)
Rendah
(461-490)
Sedang
(491-520)
Cukup
Tinggi
(521-550)
Tinggi
(551-580)
Jumlah
1 3-4 - 1 1 - - - 2
2 5-6 3 6 1 1 - - 11
3 7-8 3 1 1 3 - - 8
4 9-10 1 - 2 1 2 - 6
5 11-12 - - - 1 3 1 5
6 13-14 - - 2 - 2 1 5
7 15-16 - - 1 - 1 1 3
Jumlah 7 8 8 6 8 3 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.5, terlihat pada pengalaman kerja (3-4 tahun), dari sebanyak 2
buruh terdapat 1 buruh sadap yang memiliki tingkat produktivitas cukup rendah
dan rendah. Pada pengalaman kerja (5-6 tahun), dari sebanyak 11 buruh terdapat 6
buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada pengalaman kerja (7-8
tahun), dari sebanyak 8 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sangat
rendah dan sedang. Pada pengalaman kerja (9-10 tahun), dari sebanyak 6 buruh
terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah dan cukup tinggi. Pada
pengalaman kerja (11-12 tahun), dari sebanyak 5 buruh terdapat 3 buruh sadap
21
dengan produktivitas cukup tinggi. Pada pengalaman kerja (13-14 tahun), dari
sebanyak 5 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah dan cukup
tinggi. Pada pengalaman kerja (15-16 tahun), dari sebanyak 3 buruh terdapat 1
buruh sadap dengan produktivitas rendah, cukup tinggi, dan tinggi. Rata-rata
pengalaman kerja buruh sadap karet adalah 8,8 tahun. Dari tabel diatas mulai
terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara pengalaman kerja
dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara
pengalaman kerja dengan produktivitas buruh sadap karet.
4.2.5. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Tingkat Upah
Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap
berdasarkan tingkat upah responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan
tabulasi jenjang tingkat upah dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada
tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Tingkat Upah
Tingkat
Upah
(Ribu Rp)
Produktivitas Buruh Sadap (Kg)
Jumlah
No. Sangat
Rendah
(400-430)
Cukup
Rendah
(431-460)
Rendah
(461-490)
Sedang
(491-520)
Cukup
Tinggi
(521-550)
Tinggi
(551-580)
1 601-650 6 - - - - - 6
2 651-700 1 7 1 - - - 9
3 701-750 - 1 6 1 - - 8
4 751-800 - - 1 5 2 - 8
5 801-850 - - - - 5 2 7
6 851-900 - - - - 1 1 2
Jumlah 7 8 8 6 8 3 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.6, terlihat pada tingkat upah (Rp.601.000,- s/d Rp.650.000,-),
dari sebanyak 6 buruh terdapat 6 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah.
Pada tingkat upah (Rp.651.000,- s/d Rp.700.000,-), dari sebanyak 9 buruh
terdapat 7 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada tingkat upah
(Rp.701.000,- s/d Rp.750.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 6 buruh sadap
dengan produktivitas rendah. Pada tingkat upah (Rp.751.000,- s/d Rp.800.000,-),
dari sebanyak 8 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas sedang. Pada
tingkat upah (Rp.801.000,- s/d Rp.850.000,-), dari sebanyak 7 buruh terdapat 5
22
buruh sadap dengan produktivitas cukup tinggi. Pada tingkat upah (Rp.851.000,-
s/d Rp.900.000,-), dari sebanyak 2 buruh terdapat 1 buruh sadap dengan
produktivitas cukup tinggi dan tinggi. Rata-rata tingkat upah buruh sadap karet
adalah Rp.735.150,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang
menunjukkan hubungan antara tingkat upah dengan produktivitas buruh sadap,
dimana terlihat pola yang teratur antara tingkat upah dengan produktivitas buruh
sadap karet.
4.2.6. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Insentif
Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap
berdasarkan insentif responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan
tabulasi jenjang insentif dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada tabel
4.7 berikut ini.
Tabel 4.7. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Insentif
Produktivitas Buruh Sadap (Kg)
No. Insentif
(Ribu Rp)
Sangat
Rendah
(400-430)
Cukup
Rendah
(431-460)
Rendah
(461-490)
Sedang
(491-520)
Cukup
Tinggi
(521-550)
Tinggi
(551-580)
Jumlah
1 100-107 2 - - 1 - - 3
2 108-114 - 1 - - - - 1
3 115-121 2 - 1 - 1 - 4
4 122-128 - - 2 1 1 - 4
5 129-135 3 3 3 - 4 1 14
6 136-142 - 4 2 4 2 2 14
Jumlah 7 8 8 6 8 3 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.7, terlihat pada insentif (Rp.100.000,- s/d Rp.107.000,-), dari
sebanyak 3 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah.
Pada insentif (Rp.108.000,- s/d Rp.114.000,-), dari sebanyak 1 buruh terdapat 1
buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah. Pada insentif (Rp.115.000,- s/d
Rp.121.000,-), dari sebanyak 4 buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas
sangat rendah. Pada insentif (Rp.122.000,- s/d Rp.128.000,-), dari sebanyak 4
buruh terdapat 2 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada insentif
(Rp.129.000,- s/d Rp.135.000,-), dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap
dengan produktivitas cukup tinggi. Pada insentif (Rp.136.000,- s/d Rp.142.000,-),
23
dari sebanyak 14 buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas cukup rendah
dan sedang. Rata-rata insentif buruh sadap karet adalah Rp.130.380,-/bulan. Dari
tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan hubungan antara insentif
dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat pola yang teratur antara insentif
dengan produktivitas buruh sadap karet.
4.2.7. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendapatan
Untuk mendapatkan gambaran distribusi produktivitas buruh sadap
berdasarkan pendapatan responden, maka akan diuraikan dengan menggunakan
tabulasi jenjang pendapatan dan jenjang produktivitas seperti yang tersaji pada
tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8. Distribusi Produktivitas Buruh Sadap Berdasarkan Pendapatan
Produktivitas Buruh Sadap (Kg)
No. Pendapatan
(Ribu Rp)
Sangat
Rendah
(400-430)
Cukup
Rendah
(431-460)
Rendah
(461-490)
Sedang
(491-520)
Cukup
Tinggi
(521-550)
Tinggi
(551-580)
Jumlah
1 701-750 3 - - - - - 3
2 751-800 4 2 - - - - 6
3 801-850 - 5 4 - - - 9
4 851-900 - 1 4 3 - - 8
5 901-950 - - - 3 3 - 6
6 951-1000 - - - - 5 3 8
Jumlah 7 8 8 6 8 3 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Dari tabel 4.8, terlihat pada pendapatan (Rp.701.000,- s/d Rp.750.000,-), dari
sebanyak 3 buruh terdapat 3 buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah.
Pada insentif (Rp.751.000,- s/d Rp.800.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 4
buruh sadap dengan produktivitas sangat rendah. Pada insentif (Rp.801.000,- s/d
Rp.850.000,-), dari sebanyak 9 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan produktivitas
cukup rendah. Pada insentif (Rp.851.000,- s/d Rp.900.000,-), dari sebanyak 8
buruh terdapat 4 buruh sadap dengan produktivitas rendah. Pada insentif
(Rp.901.000,- s/d Rp.950.000,-), dari sebanyak 6 buruh terdapat 3 buruh sadap
dengan produktivitas sedang dan cukup tinggi. Pada insentif (Rp.951.000,- s/d
Rp.1.000.000,-), dari sebanyak 8 buruh terdapat 5 buruh sadap dengan
produktivitas cukup tinggi. Rata-rata pendapatan buruh sadap karet adalah
24
Rp.865.900,-/bulan. Dari tabel diatas terlihat pola distribusi yang menunjukkan
hubungan antara pendapatan dengan produktivitas buruh sadap, dimana terlihat
pola yang teratur antara produktivitas dengan pendapatan buruh sadap karet.
4.3. Hasil Analisis Regresi Berganda Dan Pembahasan
Pada bagian ini akan disajikan hasil analisis dan pembahasan terhadap
penelitian yang telah dilakukan dengan menguraikan model dari analisis regresi
berganda dan model dari analisis regresi sederhana.
Analisis terhadap regresi berganda ini menunjukan pengaruh dari variabel
bebas: umur (X1), pendidikan (X2), pengalaman kerja (X3), tingkat upah (X4),
insentif (X5) terhadap variabel tidak bebas : produktivitas buruh sadap (Y),
dengan persamaan sebagai berikut :
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5
Y = -4,184 + 0,141 X1 - 1,304 X2 + 1,345 X3 + 0,589 X4 + 0,367 X5
Analisis secara serempak pada model regresi berganda ini dilakukan dengan
melihat nilai koefisien determinasi (R2 adjusted), nilai F hitung, dan nilai
signifikansi masing-masing variabel bebas (t hitung). Hasil dari pendugaan
parameter model regresi berganda menunjukan nilai koefisien determinasi (R2
adjusted) 0,969. Ini menunjukan sekitar 96,90% variasi dari variabel produktivitas
buruh sadap (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang meliputi : umur,
pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, dan insentif, sedangkan sisanya 3,1%
variasi dari produktivitas buruh sadap (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas
lainnya yang tidak dimasukan kedalam model regresi berganda diatas. Adapun
signifikansi model regresi berganda ini menunjukan nilai yang signifikan pada
taraf uji (α) 5% yang ditunjukan dengan nilai F hitung (242,115) > F tabel (2,49),
sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh nyata antara variabel bebas
terhadap Produktivitas (Y). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Dengan melihat hipotesis didalam bab sebelumnya terdapat hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini yaitu :
1. Umur (X1) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y)
2. Pendidikan (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y)
3. Pengalaman (X3) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y).
25
4. Upah (X4) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y).
5. Insentif (X5) berpengaruh nyata terhadap produktivitas (Y).
6. Produktivitas (Y) berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Z)
Untuk mengetahui apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak, maka nilai
koefisien regresi dari variabel akan diuji signifikansinya :
H0 = Variabel (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y)
H1 = Variabel (X) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y).
Dasar pengambilan keputusan :
H0 diterima dan H1 ditolak jika nilai t hitung < t tabel pada taraf uji 5% (α=0,05)
atau jika tingkat signifikansi 95%.
H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai t hitung > t tabel pada taraf uji 5% (α=0,05)
atau jika tingkat signifikansi 95%.
Tabel 4.9. Hasil Uji Komputasi Regresi Berganda
No Variabel Parameter
Dugaan (b)
Nilai
t hitung
Taraf Uji
(α=0,05)
Tingkat
Signifikansi
1 Konstanta (b0) -4,184 -0,170 0,866 -
2 Umur (X1) 0,141 0,637 0,528 Tidak signifikan
3 Pendidikan (X2) -1,304 (2,428) 0,021 Signifikan
4 Pengalaman kerja (X3) 1,345 2,046 (*) 0,049 Signifikan
5 Tingkat upah (X4) 0,589 19,766 (*) 0,000 Signifikan
6 Insentif (X5) 0,367 2,685 (*) 0,011 Signifikan
R2 adjusted = 0,969 F hitung = 242,115 F tabel = 2,49 t tabel = 2,032
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Keterangan : (*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.
4.3.1. Pengaruh Umur Terhadap Produktivitas Buruh Sadap
Variabel umur (X1) nilai t hitung sebesar 0,637 < t tabel 2,032 dan nilai
signifikansinya adalah 0,528 > 0,05. Sedangkan nilai b1 umur adalah sebesar
0,141 artinya jika umur bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan bertambah
0,141 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang
artinya usia (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas (Y). Jadi
hipotesis tentang umur yang diajukan dalam bab sebelumnya dalam penelitian ini
26
ditolak, karena umur tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap
karet di Desa Sumber Makmur.
Umur buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari yang
termuda berumur 23 tahun dan tertua berumur 56 tahun. Seperti pada tabel 4.3,
menunjukkan distribusi umur terhadap produktivitas tidak berpola teratur
(mengacak), sehingga menyebabkan umur tidak mempengaruhi secara nyata
terhadap produktivitas. Hal ini diduga karena umur tidak menjadi tolak ukur untuk
meningkatkan produktivitas karena keuletan individu setiap buruh sadap di
lapangan berbeda-beda. Menurut Rahmawati (2012), semakin tua umur tenaga
kerja maka produktivitas semakin menurun. Menurut pengalaman di lapangan,
umur tidak selamanya terkait dengan produktivitas, biasanya yang dibutuhkan
produktivitas adalah pengalaman kerja dan teknis faktor pohon. Umur yang tinggi
tidak selalu mempunyai pengalaman yang tinggi, begitu juga umur yang lebih
muda tidak selalu mempunyai pengalaman yang rendah.
4.3.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap Produktivitas Buruh Sadap
Variabel pendidikan (X2) nilai t hitung sebesar (2,428) > t tabel (2,032) dan
nilai signifikansinya adalah 0,021 < 0,05. Sedangkan nilai b2 pendidikan adalah
sebesar -1,304, artinya jika pendidikan bertambah 1 satuan, maka produktivitas
akan berkurang -1,304 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, yang artinya pendidikan (X2) berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang pendidikan dalam penelitian ini diterima,
karena pendidikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di
Desa Sumber Makmur.
Pendidikan buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai dari
yang terendah berpendidikan 2 tahun dan tertinggi berpendidikan 12 tahun. Hal
ini diduga walaupun pendidikan berpengaruh terhadap produktivitas namun pada
dasarnya produktivitas buruh sadap karet tidak memerlukan pendidikan yang
tinggi karena itu hasil regresinya menunjukkan arah yang negatif. Menurut
pengamatan di lapangan didalam pekerjaan sebagai buruh sadap karet, secara
dominan hanya memerlukan kekuatan tenaga fisik karena buruh sadap pada
umumnya adalah pekerjaan kasar. Berdasarkan pandangan Rahmawati (2012),
pekerjaan kasar yang mengandalkan fisik yang kuat tidak memerlukan pendidikan
27
secara khusus, pendidikan kecenderungan negatif, artinya pendidikan yang tinggi
justru menurunkan produktivitas tenaga kerja. Tetapi jika ada perbaikan
produktivitas didalam perbaikan teknologi, pendidikan menjadi sangatlah penting,
karena penggunaan teknologi didalam pekerjaan membutuhkan kecerdasan
intelektual buruh sadap karet.
4.3.3. Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Produktivitas Buruh Sadap
Variabel pengalaman (X3) nilai t hitung sebesar 2,046 > t tabel 2,032 dan
nilai signifikansinya adalah 0,049 < 0,05. Sedangkan nilai b3 pengalaman kerja
adalah sebesar 1,345, artinya jika pengalaman kerja bertambah 1 satuan, maka
produktivitas akan bertambah 1,345 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak dan H1 diterima, yang artinya pengalaman (X3) berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang pengalaman kerja dalam
penelitian ini diterima, karena pengalaman kerja berpengaruh nyata terhadap
produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber Makmur.
Pengalaman kerja buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam,
mulai dari yang termuda berpengalaman 3 tahun dan tertua berpengalaman 15
tahun. Seperti pada tabel 4.5, menunjukkan distribusi pengalaman kerja terhadap
produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan pengalaman kerja
mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Nasir (2008), masa
kerja juga dapat dilihat dari berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk
perusahaan, dan bagaimana hubungan antara perusahaan dengan tenaga kerjanya.
Dalam hubungan ini untuk menjalin kerjasama yang lebih serasi maka masing-
masing pihak perlu untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, rasa ikut memiliki,
keberanian, dan mawas diri dalam rangka kelangsungan perusahaan maka tenaga
kerja dapat dengan tenang untuk berproduksi sehingga produktivitasnya tinggi.
4.3.4. Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Produktivitas Buruh Sadap
Variabel tingkat upah (X4) nilai t hitung sebesar 19,766 > t tabel 2,032 dan
nilai signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai b4 tingkat upah adalah
sebesar 0,589, artinya jika tingkat upah bertambah 1 satuan, maka produktivitas
akan bertambah 0,589 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, yang artinya tingkat upah (X4) berpengaruh signifikan terhadap
28
produktivitas (Y). Jadi hipotesis tentang tingkat upah dalam penelitian ini
diterima, karena tingkat upah berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh
sadap karet di Desa Sumber Makmur.
Tingkat upah buruh sadap di Desa Sumber Makmur cukup beragam, mulai
dari yang upah terkecil Rp.619.000,- dan upah terbesar Rp.856.000,-. Seperti pada
tabel 4.6, menunjukkan distribusi tingkat upah terhadap produktivitas berpola
teratur sehingga menyebabkan tingkat upah mempengaruhi secara nyata terhadap
produktivitas. Menurut Adhadika (2013), besar kecilnya upah yang diberikan
perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat
produktivitas kerja karyawan Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah
yang diterima maka produktivitasnya dalam bekerja diharapkan akan meningkat.
Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat
memungkinkan pekerja untuk memenuhi kebutuhannya secara manusiawi.
Sehingga ketika tingkat penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja
dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas.
4.3.5. Pengaruh Insentif Terhadap Produktivitas Buruh Sadap
Variabel insentif (X5) nilai t hitung sebesar 2,685 > t tabel 2,032 dan nilai
signifikansinya adalah 0,011 < 0,05. Sedangkan nilai b5 insentif adalah sebesar
0,367, artinya jika insentif bertambah 1 satuan, maka produktivitas akan
bertambah 0,367 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima, yang artinya insentif (X5) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas
(Y). Jadi hipotesis tentang insentif dalam penelitian ini diterima, karena insentif
berpengaruh nyata terhadap produktivitas buruh sadap karet di Desa Sumber
Makmur.
Insentif buruh sadap di Desa Sumber Makmur tidak terlalu beragam, mulai
dari insentif Rp.100.000,- – Rp.140.000,-. Seperti pada tabel 4.7, menunjukkan
distribusi insentif terhadap produktivitas berpola teratur sehingga menyebabkan
insentif mempengaruhi secara nyata terhadap produktivitas. Menurut Tasunane
(2003), insentif adalah penghargaan yang dirancang untuk mendorong dan
memotivasi pegawai untuk berusaha melampaui performansi normal yang
diharapkan. Sedangkan menurut Govindarajan dan Anthony (2004), sistem
29
insentif didesain agar dapat mempengaruhi perilaku untuk menefektifkan strategi
organisasi, dan memberi dampak pada kinerja organisasi.
4.4. Hasil Analisis Regresi Sederhana Dan Pembahasan
Analisis terhadap regresi sederhana ini menunjukan pengaruh dari variabel
bebas: produktivitas buruh sadap (Y) terhadap variabel tidak bebas : pendapatan
buruh sadap (Z). Analisis model regresi sederhana ini dilakukan dengan melihat
nilai koefisien determinasi (R2 adjusted), nilai F hitung, dan nilai signifikansi
variabel bebas (t hitung). Hasil dari pendugaan parameter model regresi sederhana
menunjukan nilai koefisien determinasi (R2 adjusted) 0,950. Ini menunjukan
sekitar 95,00% variasi dari variabel pendapatan buruh sadap (Z) dijelaskan oleh
variabel produktivitas buruh sadap (Y), sedangkan sisanya 5,0% variasi dari
pendapatan buruh sadap (Z) dijelaskan oleh variabel-variabel bebas lainnya yang
tidak dimasukan kedalam model regresi sederhana diatas. Adapun signifikansi
model regresi sederhana ini menunjukan nilai yang signifikan pada taraf uji (α)
5% yang ditunjukan dengan nilai F hitung (748,592) > F tabel (4,10), sehingga
dapat disimpulkan terdapat pengaruh nyata antara produktivitas buruh sadap (Y)
terhadap pendapatan buruh sadap (Z), dengan persamaan regresi sederhana
sebagai berikut :
Z = b0 + b1Y
Z = 109,109 + 1,563Y
Tabel 4.10. Hasil Uji Komputasi Regresi Sederhana
No Variabel Parameter
Dugaan (b)
Nilai
t hitung
Taraf Uji
(α=0,05)
Tingkat
Signifikansi
1 Konstanta 109,109 3,926 0,000
2 Produktivitas (Y) 1,563 27,360 (*) 0,000
Signifikan
R2 adjusted = 0,950 F hitung = 748,592 F tabel = 4,10 t tabel = 2,024
Sumber : Analisis Data Primer, 2016
Keterangan : (*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.
Produktivitas (Y) nilai t hitung sebesar 27,360 > t tabel 2,024 dan nilai
signifikansinya adalah 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai b produktivitas adalah
sebesar 1,563, artinya jika produktivitas bertambah 1 satuan, maka pendapatan
akan bertambah 1,563 satuan. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
30
diterima, yang artinya produktivitas buruh sadap karet (Y) berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan buruh sadap karet (Z). Jadi hipotesis tentang produktivitas
yang diajukan dalam bab sebelumnya dalam penelitian ini diterima, karena
produktivitas berpengaruh nyata terhadap pendapatan buruh sadap karet di Desa
Sumber Makmur. Oleh sebab itu, produktivitas buruh sadap yang semakin tinggi
menyebabkan pendapatan buruh sadap semakin tinggi pula.
Menurut Purwanti (2014), pendapatan yang seimbang dengan beban kerja
yang disumbangkan buruh adalah sangat penting, karena pendapatan buruh sadap
karet yang mencukupi bagi buruh akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pribadi sehingga pada akhirnya akan memberikan dorongan bagi buruh didalam
bekerja dan melakukan aktifitas di perusahaan, yang pada akhirnya juga akan
berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan yaitu produksi dan pendapatan
bersih perusahaan. Pada dasarnya pendapatan yang meningkat bagi buruh juga
akan memberikan peningkatan pendapatan bersih bagi perusahaan, sesuatu yang
bersifat saling menguntungkan bagi buruh dan perusahaan.