bab iv hasil dan pembahasan 4.1 proses bisnis sebelumnya

24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya Untuk memulai penelitian ini yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah melakukan identifikasi terhadap proses bisnis yang telah ada. Dilakukan penelaahan proses pengolahan tepung sagu berdasarkan urutan proses, kemudian memetakan proses bisnis dengan menggunakan Ms. Visio 2013. Proses bisnis pada pengolahan tepung sagu terlihat pada gambar 4.1. SUPPLIER GUDANG Mulai Faktur Pembelian Bahan baku Input Pembelian Bahan Baku Buat Laporan Pembelian Database Laporan Pembelian Bahan Baku Membuat Laporan Ketersediaan Bahan Baku Laporan Ketersediaan Bahan Baku Cek Ketersediaan Bahan Baku Tersedia Buat PO PO PO PRODUKSI Pemarutan Perendaman Pemerasan Penyaringan Pengendapan Pati Basah Pencucian I Pencucian II Pencucian III Pencucian IV Pengendapan I Pengendapan II Pengendapan III Pengendapan IV Penggilingan I Pengeringan Penggilingan II Pengemasan A Faktur Pembelian Bahan baku Gambar 4.1. Proses Bisnis Pada Pengolahan Tepung Sagu di Klaten

Upload: others

Post on 30-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

Untuk memulai penelitian ini yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah

melakukan identifikasi terhadap proses bisnis yang telah ada. Dilakukan

penelaahan proses pengolahan tepung sagu berdasarkan urutan proses, kemudian

memetakan proses bisnis dengan menggunakan Ms. Visio 2013. Proses bisnis pada

pengolahan tepung sagu terlihat pada gambar 4.1.

SUPPLIER GUDANG

Mulai Faktur

Pembelian

Bahan baku

Input Pembelian

Bahan Baku

Buat Laporan

Pembelian

Data

base

Laporan Pembelian

Bahan Baku

Membuat

Laporan

Ketersediaan

Bahan Baku

Laporan

Ketersediaan

Bahan Baku

Cek Ketersediaan

Bahan Baku

Tersedia

Buat

PO

PO

PO

PRODUKSI

Pemarutan

PerendamanPemerasan

Penyaringan

Pengendapan Pati Basah

Pencucian

IPencucian

II

Pencucian

III

Pencucian

IV

Pengendapan

IPengendapan

II

Pengendapan

III

Pengendapan

IV

Penggilingan

I

Pengeringan

Penggilingan

II

Pengemasan

A

Faktur

Pembelian

Bahan baku

Gambar 4.1. Proses Bisnis Pada Pengolahan Tepung Sagu di Klaten

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

31

Proses bisnis pengolahan tepung sagu yang terletak di desa Daleman, Tulung,

Klaten, Jawa Tengah dimulai dari supplier membuat faktur pembelian bahan baku.

Bahan baku yang telah diterima akan disimpan digudang. Data pembelian barang

akan input dan disimpan didalam database. Selanjutnya data pembelian bahan baku

akan disusun didalam laporan pembelian bahan baku dan keteersedian bahan baku.

Dari informasi ini akan memudahkan untuk mengecek bahan baku yang tersedia

didalam gudang dan kapan harus membeli kembali. Jika bahan baku tersedia perlu

membuat PO dan Jika tersedia dapat langsung melakukan proses produksi.

Pada proses produksi dimulai dari pemarutan empulur sagu menjadi serabut-

serabut sagu. Kemudian direndam selama selama beberapa jam sebelum dilakukan

pemerasan untuk memisahkan antara pati dan ampas sagu. Pati yang masih terlarut

didalam air ini akan diendapkan untuk memisahkan antar pati, air dan abangan.

Proses pengendapan ini membutuhkan waktu sekitar 4-6 jam. Selanjutanya air akan

dikeluarkan secara manual untuk mengambil pati dibagian dasar bak pengendap.

Pati basah ini masih mengandung abangan ini kemudian dicampur dengan kaporit

untuk mengikat abangan dan kemudian diendapkan kembali selam 24 jam. Proses

ini bisa berulang selam berberapakali tergantung seberapa banyak abangan yang

tebawa di dalam pati sagu. kemudian sebelum dikeringkan digiling terlebih dahulu.

Pati basah akan dijemur dilapangan terbuka beralaskan semen dibawah matahari

selama kurang lebih 4-6 jam tergantung kondisi cuaca.

4.2 Mengidentifikasi Permasalahan

Dilakukan survey lapangan dan wawancara kepada 30 responden yang telah

ditentukan, hal ini dilakukan untuk menentukan permasalahan apa saja yang terjadi

pada proses pengolahan tepung yang telah ada. Kemudian diperoleh permasalahan-

permasalahan yang terjadi seperti :

Ketersediaan bahan baku

Kualitas bahan baku

Pengeringan yang bergantung cuaca

Proses pengolahan yang masih semi-tradisional

Proses pengolahan yang terlalu lama

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

32

Jumlah tenaga kerja yang diperlukan banyak

Proses pengendapan yang lama

Jauhnya jarak dari sumber bahan baku ketempat pengolahan sagu dapat

mempengaruhi kualitas empulur sagu yang dapat menyebabkan rendemen pati,

penurunan rendemen pati secara signifikan terlihat setelah hari ke-empat

(Widiyanto, 1984). Selain itu pati basah pada masih banyak menandung abangan,

salah satunya disebabkan oleh proses pemarutan yang tidak sempurna.

Proses pengolahan sagu yang masih semi-tradional ini membutuhkan jumlah

tenaga kerja yang cukup banyak. Proses jadi bergantung jika tenaga kerja tidak ada

maka proses tidak dapat berjalan, meskipun bahan baku tersedia. Selain itu

peralatan yang masih sangat sederhana ini bisa menimbulkan cidera. Seperti pada

mesin pemarut yang menggunakan kaki sebagai pendorong empulur hal ini sangat

beresiko, jika pekerja kurang konsentrasi kaki pekerja bereriko terkena mesin

pemarut. Selain itu getaran mesin pemarut yang lumayan tinggi dengan pekerja

berkontak langsung dengan mesin menyebabakan pekerja mengalami keluhan

kelelahan dan gangguan pada mata.

Proses pengolahan tepung sagu yang masih tradisional ini menyebabkan

proses berlangsung lama, meskipun pada proses pengolahan sagu ini telah

digunakan mesin pemarut bukan pemarutan manual. Salah satu hal yang sering

menjadi keluhan adalah proses pengering yang lama dan bergantung cuaca. Jika

pada saat hujan jumlah pati basah yang dikeringkan menjadi lebih sedikit padah

permintaan sagu pada musim ini tidak mengalami penurunan.

Dari permasalahan-permasalahan diatas, dilakukan penelusuran untuk

mengetahui kendala utama dan sebab yang akan ditimbulkan oleh kendala tersebut

seperti yang terlihat pada gambar 4.2 – 4.9. kemudian dari permasalahan tersebut

disusun kedalam fishbone diagram pada gambar 4.10

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

33

Gambar 4.2 Permasalahan 1 Gambar 4.3 Permasalahan 2

Gambar 4.4 Permasalah 3 Gambar 4.5 Permasalahan 4

Gambar 4.6 Permasalahan 5 Gambar 4.7 Permasalahan 6

Gambar 4.8 Permasalan 7

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

34

Gambar 4.9 Fishbone Diagram

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

35

4.3 Perancangan Desain Perbaikan

Perancangan usulan desain perbaikan ini menggunakan metode House of

Quality (HOQ). Proses yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi,

wawancara dan pengisian kuesioner kepada pekerja dan pemilik pengolahan tepung

sagu di Desa Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah. Dari pengumpulan data

diperoleh Costumer Requirement seperti yang terihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Costumer Requirement

Costumer Requirement Alasan

Kualitas Bahan Baku Memiliki rendemen pati yang lebih tinggi

Tenaga Kerja yang sedikit Mengurangi ketergantungan akan tenaga kerja

dan mengurangi biaya produksi

Waktu Pengendapan Yang

Singkat

Agar proses produksi menjadi lebih cepat

Proses Pengeringan yang

tidak dipengaruhi cuaca

Dapat mengeringkan tepung sagu basah disegala

kondisi cuaca

Kualitas Produk yang baik meningkatkan tingkat kepuasan konsumen dan

daya minat konsumen untuk membeli

Proses Pengambilan Pati

yang Lebih Modern

Meninkatkan efisiensi dari pengambilan pati

sagu

Berdasarkan dari costumer requirement (kebutuhan konsumen) kemudian

akan disusun kedalam house of quality seperti yang terlihat pada gambar 5.2.

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

36

Gambar 4.10. House of Quality (HOQ)

Pada HOQ technical respone requirement akan di terjemahkan ke technical

respone berupa dekat dengan proses dilakukan didalam truk,jumlah pekerja sekitar

7-8 orang, centrifugal separator, rotary dryer, centrifugal ekstraktor, mesin pemarut

portabel, dan bak pengendap. Kemudian dari technical respone ini digunakan untuk

mendesain usulan berupa truk pengolahan tepung sagu.

4.4 Usulan Perbaikan

Dari permasalahan diatas kemudian dilakukan usalan desain untuk

mengoptimalkan proses pengolahan tepung sagu. Dengan medesaian proses

pengolahan sagu secara mekanis didalam truk seperti yang terlihat pada gambar-

gambar dibawah. Nantinya setiap komponen mesin yang digunakan akan diletakan

diatas truk berdasarkan urutan proses pembuatan tepung sagu. Ketika sampai lokasi

perkebunan sagu yang dituju mesin-mesin ini akan dirakit sedemikian rupa

sehingga pekerja dapat naik ke atas truk.

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

37

Gambar 4.11 Truk Pengolahan Sagu

Proses pengolahan tepung sagu diawali dengan memarut empulur tepung

sagu memotong empulur sagu menjadi menjadi bongkahan yang lebih kecil yang

kemudian akan diparut dimesin pemarut. Setelah itu serabut sagu akan masukan ke

dalam mesin ekstraksi sagu bersama dengan air bersih. Keluar dari mesin ekstraksi

berupa cairan (air + pati). Cairan ini akan dimasukan kedalam rotary separator

untuk memisahkan antara pati dan air. Pati basah ini akan dikeringkan didalam

rotary dryer untuk menghasilkan tepung sagu kering. Proses pengolahan tepung

sagu ini hampir sama dengan proses pengolahan sagu sebelumnya perbedaannya

terletak pada proses menggunakan mesin-mesin yang lebih modern dibanding

sebelumnya (Mekanis).

Spesifikasi mesin dan truk yang digunakan sebagai komponen dari truk

pengolahan tepung sagu ini terdiri dari:

Truk Fuso FM 517 HL Long

Tipe mesin adalah 6D16-3AT2 Turbo Intercooler, mesin legendaris, terkenal

tangguh, kuat dan mudah perawatan. Chassis diperkuat dengan Cross Member

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

38

& Stiffeners, tebal, kuat dan kokoh. Untuk menambah kenyamanan selama

perjalanan truk ini dilengkapi dengan Radio/CD/MP3. Spesifikasi truk terlihat

pada tabel 4.3

Tabel 4.2 Dimensi Truk Fuso FM 517 HL Long

No. Dimensi Satuan Ukuran

1 Jarak Sumbu Roda mm 5.550

2 Panjang Keseluruhan mm 9.405

3 Lebar Keseluruhan mm 2.425

4 Tinggi Keseluruhan mm 2.725

5 Tinggi Minimal dari Tanah mm -

6 Jarak roda depan kiri-kanan mm 1.885

7 jarak roda belakang kiri kanan mm 1.815

Kecepatan maksimum truk sebesar 96 km/jam, daya tanjak dengan max G.V.W

44 tan dan radius putar minimum 9,7 m.

Gambar 4.12 Truk Fuso FM 517 HL Long

Mesin Pemarut

Desain pemarut terdiri dari 2 bagian rangka, dengan ukuran rangka bawah yang

terbuat dari besi kanal U5 yang memiliki ukuran 71 x 70 x 50 cm. Sedangkan

untuk rangka atas terbuat dari stainless steel dengan ketebalan 5 mm. Mesin ini

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

39

dilengkapi dengan pendorong batang sagu yang diletakan pada bagian atas

hopper. Kapasitas produksi hasil pemarutan sebesar 649.38 kg/jam, dengan

silinder parut berukuran 25 cm untuk diameter parut dan panjang 40 cm. Daya

yang dibutuhkan untuk menggerakan mesin pemarut ini sebesar 5,5 Hp.

Gambar 4.13 Mesin Pemarut

Rikon 10-305 Bandsaw With Fence, 10-Inch

Bandsaw terbuat dari cas iron dengan dimensi ukuran 90 x 45,72 x 33,02 cm

dan berat 34,473 kg. Kecepatan pisau pemotong adalah 847,344 meter/menit,

daya motor penggerak yang dibutuhkan sebesar 1/3 Hp. Kapasitas pemotongan

tinggi 4-5/8 inchi dan lebar 9-5/8 inchi (Amazon, 2018). Kapasitas bandsaw

adalah 779,256 kg/jam

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

40

Gambar 4.14 Rikon Bandsaw

Mesin Ekstraksi Sagu

Komponen mesin ini terdiri dari hooper, sekrup barel, saluran ampas sagu dan

saluran pati sagu. Untuk kapasitas input mesin screw press untuk ekstraksi sagu

sebesar 4,86 m3/jam sedangkan untuk kapasitas output 2,84 m3/jam. Daya yang

dibutuhkan sebesar 5,5 Hp.

Gambar 4.15 Mesin Ekstraksi Sagu

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

41

Rotary Separator

Pada mesin ini menggunakan motor ¼ HP, 2.36 A dengan tegangan 220 V,

50 Hz, dengan kecepatan putar 1400 rpm. Pada mesin ini pulley basket yang

digunakan berdiameter 101.6 mm dan pully pada motor 76.2 mm. Kapasitas

pengeluaran dari mesin ini adalah 168 kg/jam

Gambar 4.16 Rotary Separator

Rotary Dryer

Produk ini terdiri atas penyangga spinner, kipas, slinder pengering (drum), gas

LPG, motor penggerak, dan konveyor. Alat ini berotasi 1000 rpm selama 10

menit. Diameter kipas berukuran 45 cm dan terbuat dari besi. Slinder pengering

berputar 8 rpm dilengkapi dengan sirip-sirip yang horizontal untuk membantu

pergerakan pati sagu basah. Panjang slinder 4 meter dengan diameter 850 cm.

Gas LPG adalah sumber panas. Gas ini nantinya akan dikonversi menjadi uap

panas. Uap panas yang dibutuhkan antara 400-600 C agar pati sagu tidak terjadi

gelatinisasi. Motor penggerak berfungsi menggerakan slinder pengeringan.

Motor ini lah yang mengahasilkan putara 8 rpm pada slinder pengering. Pati

kering yang dihasilkan dari mesin ini diperkirakan sebesar 153,33 kg/jam.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

42

Gambar 4.17 Rotary Dryer

Mesin Penggiling tepung

Rangka mesin penggiling terbuat dari besi siku, sedangkan untuk bagian yang

berkontak dengan tepung terbuat dari stainless steel. Dimensi ukuran mesin

penggiling ini adalah 60 x 95 x 35 cm dan berat 18 kg. Tenaga yang dibutuhkan

sebesar 1,5 Hp

Gambar 4.18 Mesin Penggiling Tepung Sagu

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

43

Mesin Pengayak Tepung Sagu

Mesin pengayak tepung sagu ini memiliki dimensi ukuran 200 x 80 x 85 cm.

Ada tiga lapisan kasa (3 grid) yaitu kasar-sedang-halus, untuk ukuran kasa

yaitu 150 x 80 x 60 cm. Daya yang diperlukan sebesar 0,75 HP.

Gambar 4.18 Mesin Pengayak Tepung Sagu

Genset

Genset yang digunakan adalah genset berbahan solar dengan kapasitas 30

kVa. Konsumsi penggunaan solar diprediksi sebesar 56,7 liter solar.

Gambar 4.20 Genset

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

44

Bak Pengendap

Bak pengendap digunakan 3 buah drum plastik dengan diameter 45 cm dan

tinggi 70 cm. Untuk besi penyangga pertama berukuran panjang 65 cm, lebar

65 cm dan tinggi 30 cm. Besi penyangga kedua berukuran panjang 65 cm,

lebar 65 cm dan tinggi 115 cm. Sedangkan untuk besi penyangga ketiga

berukuran panjang 65 cm, lebar 65 cm dan tinggi 200 cm. Bak pengendap ini

dihubungkan dengan pipa PVC.

Gambar 4.21 Bak Pengendap

4.5 Perbandingan Proses (Benchmarking)

Dilakukan perbandingan untuk mengevaluasi kinerja antara proses yang

digunakan dengan pada truk pengolahan tepung sagu dengan proses pengolahan

tepung sagu yang digunakan di desa Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah. Tolak

ukurnya berupa KPI (Key Performance Indicator) yang berupa rendemen pati sagu

yang dihasilkan, kapasitas produksi dan harga pokok produksi (HPP) serta harga

jual .

4.5.1. Rendemen Pati Sagu

Menurut Widiyanto,1989 lamanya transportasi pembawa batang sagu menuju

lokasi pengolahan tepung sagu memberi pengaruh penurunan rendemen pati yang

dihasilkan sebanyak 3,10% pada hari ke-4. Pada proses pengolahan tepung sagu

sebelumnya batang sagu akan tiba pada hari 3 atau hari ke-4 sehingga ada

kemungkinan pati terjadi penurunan rendemen pati. Sedangkan pada proses

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

45

pengolahan tepung sagu pada desain usulan yang diolah masih segar (baru ditebang

dari pohon).

Proses pemarutan juga ikut mempengaruhi rendemen pati yang dihasilkan,

parut yang mengahsilkan rendemen pati yang paling baik adalah menggunakan

parut jarum (Hermanto, et al., 2011). Kedua proses ini sama sama menggunakan

mesin pemarut dengan parut jarum dengan rendemen pati yang dihasilkan sebesar

24,34%. Akan tetapi karena sebelum pemarutan terjadi penurunan sebesar 3,10%

sehingga rendemen pati yang dihasilkan pada proses pengolahan sagu di desa

Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah sebesar 21,24%. Sehingga rendemen pati

yang dihasilkan pada desain usulan menjadi lebih tinggi.

4.5.2. Kapasitas Produksi

Pemarutan merupakan tahap awal dalam proses pengolahan tepung sagu.

Pada pengolahan tepung sagu di desa Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah dan

usulan desain sama-sama memiliki 1 unit mesin pemarut tapi berbeda kapasitas

output-nya. Jika berdasarkan kapasitas mesin pemarut ini digunakan sebagai dasar

dalam menghitung kapasitas produksi tepung sagu perbulan di di desa Daleman,

Tulung, Klaten, Jawa Tengah dan pada usulan desain, maka:

Kapasitas produksi di desa Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah

Kapasitas produksi = kapasitas mesin pemarut x jam kerja x rendemen pati

= 416,67 kg/jam x 9 jam/hari x 21,24%

= 796,51 kg/hari

Kapasitas produksi desain usulan

Kapasitas produksi = kapasitas mesin x jam kerja x rendemen pati

= 649,38 kg/jam x 9 jam/hari x 24,34 %

= 1.422,53 kg/hari

Sehingga kapasitas produksi desain usulan lebih besar dibanding dengan kapasitas

produksi di di desa Daleman, Tulung, Klaten, Jawa Tengah.

4.5.3. Harga Pokok Produksi (HPP) dan Harga Jual

Kapasitas produksi pada usulan desain ini adalah sebesar 33.116 kg/ bulan.

Jika dilihat dari data impor indonesia masih membutuhkan sebanyak 1569

ton/tahun. Hal ini mememungkinkan untuk mengambil peluang tersebut karena dari

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

46

segi harga produk lebih murah dibandingkan tepung sagu lainnya. Sedangkan dari

segi kualitas telah sesuai dengan standar SNI tepung sagu dan pada produksi tepung

sagu ini tidak menggunakan kaporit yang umunya digunakan pada proses produksi

tepung sagu.

Penentuan kebutuhan bahan baku berdasarkan kapasitas bandsaw ini

dikarenakan pada mesin bandsaw ini kita dapat mengetahui seberapa banyak

kebutuhan batang sagu yang diperlukan untuk menghasilkan tepung sagu sesuai

dengan target produksi. Sehingga untuk menghasilkan tepung sagu sebanyak

33.116 kg/bulan maka kita membutuhkan sebanyak 168.319,296 kg/bulan batang

sagu. harga pohon sagu yang siap ditebang dijual dengan harga yang bervariasi

tergantung dengan kandungan pati pada pohon tersebut, harganya berkisar antar 45-

50 rb rupiah (Cyril, 2017). Berat satu buah pohon sagu bisa mencapai hingga 250

kg per pohonnya (Maherawati, et al., 2011). Sedangkan untuk upah untuk

memebang pohon sagu dan memotongnya menjadi potongan yang lebih kecil satu

pekerja diberi upah 20 rb rupiah (Cyril, 2017).

Masing-masing alat difungsikan oleh 1 pekerja , jadi untuk 8 proses dengan

tenaga kerja yang dibutuhkan 9 orang pekerja. Untuk mempermudah dan

memperlancar proses produksi ditambahkan 1 orang pekerja tambahan yang

berfungsi untuk membantu memperlancar proses produksi. Pada saat proses ini

berlangsung diawasi oleh 1 orang mandor.

Gambar 4.21 Proses Produksi Tepung Sagu

Pada desain usulan, perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode

variable costing sehingga biaya yang diperhitungkan adalah biaya bahan baku

langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

47

Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya Bahan Baku Langsung : Kebutuhan batang sagu perbulan x Harga batang

sagu per kg

Kebutuhan batang sagu perbulan = Kapasitas Bandsaw perbulan

Kapasitas Bandsaw = 649,38 kg/jam

Jika dalam satu bulan bekerja selama 24 hari, dan 1 hari bekerja selama 9 jam

maka

Kapasitas Bandsaw per bulan = 649,38 kg/jam x 24 hari/bulan x 9 jam/hari

= 168.319,296 kg/bulan

Harga batang sagu Rp. 320/ kg

Sehingga biaya bahan baku langsung dalam 1 bulan adalah Rp. 53.862.175

Biaya Tenaga Kerja langsung

Biaya Tenaga Kerja langsung = Jumlah tenaga kerja x Upah tenaga kerja per hari

Jumlah tenaga kerja = 10 orang pekerja

Upah pekerja dalam 1 hari kerja (1 hari = 9 jam kerja) = Rp.100.000

Maka biaya tenaga kerja langsung = Rp. 1.00.000 perhari atau Rp.24.000.000 per

bulan

Biaya Overhead Pabrik

Biaya Mandor = Rp. 4.500.000 / bulan (Agustiyanti, 2017)

Energi (Bahan Bakar Genset) = Rp. 7.008.120/ bulan

Biaya maintanace mesin = Rp. 700.000/ bulan

Biaya lain-lainnya

Gaji supir truk (2 orang) = Rp. 12.000.000 / bulan

Bahan bakar truk = Rp.3.124.505 / bulan

Biaya maintance truk = Rp. 833.333 / bulan

Depresiasi = Rp. 3.798.096 / bulan

Telepon = Rp. 200.000 / bulan

Transportasi = Rp. 3.000.000 / bulan

Total biaya overhead pabrik = Rp. 34.871.893 / bulan

HPP = Biaya bahan baku langsung + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik

= Rp. 53.862.175 + Rp.24.000.000 + Rp. 34.871.893

Page 19: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

48

= Rp. 112.734.068 per bulan untuk memproduksi 33.116 kg tepung sagu

HPP per kg tepung sagu = Rp. 3.317

Harga Karung (ukuran 25 kg) = Rp 2500/ karung

Harga Pokok Penjualan = HPP + Harga Karung

= Rp. 3.317 + Rp 100

= Rp. 3.417

Sedangkan untuk harga jual perkilogram tepung sagu dihitung menggunakan

metode cost plus pricing

Harga Jual Produk = Total Biaya Produksi + Laba Yang Diharapkan

Total Produksi dalam 1 bulan

Laba yang diharapakan adalah 90% dari total biaya produksi

Total biaya produksi = Rp. 112.734.068 per bulan

laba yang diharapkan = Rp. 101.460.661 perbulan

Total Produksi dalam 1 bulan = 33.116 kg

Sehingga :

Harga Jual Produk = Rp.112.734.068 + Rp101.460.661

33.116 = Rp.6.493/ kg

Untuk pengolahan tepung sagu di desa Daleman, Tulung, Klaten, Jawa

Tengah harga jual tepung sagu per kilogram adalah Rp. 7500 dengan laba yang

diperoleh sebesar Rp. 2000. Sehingga dapat diperkirakan HPP sebesar Rp. 5500/

kilogram, dimana untuk memperoleh tepung sagu basah diperlukan biaya sebesar

Rp 3.500/kg dan untuk mengolah dari sagu basah menjadi tepung sagu kering

memerlukan biaya sebesar Rp. 2000/ kg.

Jika dilihat dari harga pokok produksi dan harga jual setelah dilakukan

perbaikan mejadi turun (lebih murah) dibandingkan dengan proses sebelumnya,

harga jual sebelunya adalah Rp.7500/ kg menjadi Rp. 6.309/kg. Meskipun harga

jual tepung sagu lebih murah dibanding sebelumnya tapi kualitas tepung sagu yang

dihasilkan memiliki tetap kualitas yang baik. Justru setelah dilakukan perbaikan ini

pada saat pengolahan tepung sagu dihilangkan penggunan kaporit yang umunya

digunakan pada indutri tepung sagu untuk membersihkan pati basah dari abangan

(impurities). Sehingga harga yang lebih murah dan spesifikasi yang sesuai untuk

Page 20: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

49

tepung sagu ini menjadi keunggulan dari tepung sagu yang dihasilkan setelah

dilakukan perbaikan

4.6 Analisis Kelayakan Investasi

Untuk mendirikan usaha ini diperlukan investasi untuk membeli truk dan

peralatan untuk membuat truk pengolahan tepung sagu. Rincian investasi yang

dikeluarkan terlihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Biaya Investasi

No. Nama Alat jumlah Harga Total

1 Truk 1 Rp525.500.000 Rp525.500.000

2 Bandsaw 1 Rp4.500.000 Rp4.500.000

3 pemarut empulur sagu 1 Rp7.695.000 Rp7.695.000

4 Mesin Ekstraksi Sagu 1 Rp11.670.000 Rp11.670.000

5 rotary separator 1 Rp8.953.000 Rp8.953.000

6 rotary dryer 1 Rp17.500.000 Rp17.500.000

7

penggiling tepung

sagu 1 Rp5.796.000 Rp5.796.000

8 pegayak tepung sagu 1 Rp6.700.000 Rp6.700.000

9 Jenset 1 Rp2.500.000 Rp2.500.000

10 Cerobong 1 Rp1.000.000 Rp1.000.000

11 drum plastik 3 Rp85.000 Rp255.000

12 Filter air 2 Rp800.000 Rp1.600.000

13 rangka drum 1 Rp400.000 Rp400.000

Total Rp594.069.000

Sumber dana yang digunakan berasal dari pinjaman bank BRI sebesar Rp.

600.000.000 juta dengan bunga sebesar 10,50%, angsuran pokok sebesar Rp.

12.660.00 per bulan dan dicicil selama 48 bulan. Selanjutnya dibuat proyeksi aliran

kas (cashflow) untuk melihat rincian pemasukan dan pengeluaran proses

pengolahan tepung sagu pada usulan desain. Aliran kas terlihat pada tabel 4.3

Selain dapat mengetahui aliran pemasukan dan pengeluran, dari tabel 4.3

dapat digunakan sebgai data untuk menghitung analisis kelayakan berupa net

present value, internal rate of return (IRR), payback periode (PP). Perhitungan

dilakukan dengan menggunkan software Ms. Excel sehingga diperoleh NPV

sebesar Rp.10.083.135.514, IRR 151,55% dan PP selama 1 tahun 7 bulan . Untuk

BEP setiap tahun terlihat pada tabel 4.5

Page 21: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

50

Tabel 4.4. Aliran Kas(Cashflow)

Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Arus Kas Masuk

Volume

Penjualan (kg) 397392 437131 480844 528929 581822 640004 704004 774405 851845 937030

Harga (Rp./kg) Rp6.493 Rp6.623 Rp6.954 Rp7.302 Rp7.667 Rp8.050 Rp8.453 Rp8.875 Rp9.763 Rp10.739

Pendapatan (Rp.) Rp2.580.302.509 Rp2.895.099.415 Rp3.343.839.824 Rp3.862.134.997 Rp4.460.765.922 Rp5.152.184.639 Rp5.950.773.258 Rp6.873.143.114 Rp7.560.457.425 Rp8.316.503.167

Nilai Sisa (Rp.) Rp3.505.935 Rp3.505.935 Rp3.505.935 Rp3.505.935 Rp3.505.935 Rp3.505.935 Rp3.505.935 Rp3.505.935 Rp3.505.935 Rp3.505.935

Jumlah Rp2.583.808.443 Rp2.898.605.350 Rp3.347.345.759 Rp3.865.640.932 Rp4.464.271.856 Rp5.155.690.574 Rp5.954.279.193 Rp6.876.649.048 Rp7.563.963.360 Rp8.320.009.102

Arus Kas Keluar

Investasi Awal

(Rp.) Rp594.069.000

Biaya

Operasional dan

Perawatan

*tetap (Rp.) Rp686.085.297 Rp720.389.561 Rp756.409.040 Rp794.229.492 Rp833.940.966 Rp875.638.014 Rp919.419.915 Rp965.390.911 Rp1.013.660.456 Rp1.064.343.479

*variable (Rp.) Rp671.968.655 Rp705.567.088 Rp740.845.443 Rp777.887.715 Rp816.782.100 Rp857.621.205 Rp900.502.266 Rp945.527.379 Rp992.803.748 Rp1.042.443.935

Biaya angsuran

bank Rp151.920.000 Rp151.920.000 Rp151.920.000 Rp151.920.000 - - - - - -

Pajak Rp.322.150.347 Rp396.218.610 Rp509.451.383 Rp642.481.118 Rp844.064.637 Rp1.026.729.406 Rp1.240.307.104 Rp1.489.719.227 Rp1.667.249.747 Rp1.863.966.506

Jumlah (Rp.) Rp594.069.000 Rp2.192.144.705 Rp1.974.095.260 Rp1.974.095.260 Rp2.366.518.342 Rp2.494.787.703 Rp2.759.988.626 Rp3.060.229.285 Rp3.400.637.517 Rp3.673.713.951 Rp3.970.753.921

Arus kas Netto

(Rp.) -Rp594.069.000 Rp751.684.144 Rp924.510.090 Rp1.188.719.894 Rp1.499.122.608 Rp1.969.484.153 Rp2.395.701.948 Rp2.894.049.909 Rp3.476.011.531 Rp3.649.812.107

Rp3.832.302.713

Page 22: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

51

Contribution margin ratio = (Sales−Variable Cost)

Sales x 100%

Contoh : contribution margin ratio tahun pertama

Contribution margin ratio = (Rp.2.580.302.509 −Rp.671.986.655)

Rp.2.580.302.509 x 100%

= 0,74 dan selanjutnya

Tabel 4.5 Contribution Margin Ratio

BEP-Sales = Fixed Cost

Contribution Margin Ratio

Contoh : BEP-Sales tahun pertama

BEP-Sales = Rp.686.085.297

0,74

= Rp. 927.671.858 dan selanjutnya

BEP-Unit = BEP−Sales

Price

Contoh : BEP sales tahun pertama

BEP-Sales = Rp.927.671.858

Rp.6.493

= 142871 kg atau 142,871 Ton dan selanjutnya

Tahun Unit

(Kg)

Sales Fixed Cost Variable Cost Contribution

Margin

Ratio

1 397392 Rp2.580.302.509 Rp686.085.297 Rp671.968.655 0,74

2 437131 Rp2.895.099.415 Rp720.389.561 Rp705.567.088 0,76

3 480844 Rp3.343.839.824 Rp756.409.040 Rp740.845.443 0,78

4 528929 Rp3.862.134.997 Rp794.229.492 Rp777.887.715 0,80

5 581822 Rp4.460.765.922 Rp833.940.966 Rp816.782.100 0,82

6 640004 Rp5.152.184.639 Rp875.638.014 Rp857.621.205 0,83

7 704004 Rp5.950.773.258 Rp919.419.915 Rp900.502.266 0,85

8 774405 Rp6.873.143.114 Rp965.390.911 Rp945.527.379 0,86

9 851845 Rp7.560.457.425 Rp1.013.660.456 Rp992.803.748 0,87

10 937030 Rp8.316.503.167 Rp1.064.343.479 Rp1.042.443.935 0,87

Page 23: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

52

Tabel 4.6 BEP-Sales dan BEP-Unit Per Tahun

Tahun Unit (kg) BEP-Sales Price

BEP-Unit (kg)

1 397392 Rp.927.671.858 Rp.6.493 142871

2 437131 Rp.952.531.905 Rp.6.623 143823

3 480844 Rp.971.692.712 Rp.6.954 139729

4 528929 Rp. 994.544.611 Rp.7.302 136205

5 581822 Rp1.020.864.972 Rp.7.667 133152

6 640004 Rp.1.050.502.291 Rp.8.050 130493

7 704004 Rp.1.083.359.577 Rp.8.453 128166

8 774405 Rp.1.119.382.596 Rp.8.875 114656

9 851845 Rp.1.166.891.115 Rp.9.763 119523

10 937030 RP.1.216.874.325 Rp.10.739 113311

Suatu investasi bisnis dapat dikatakan layak jika nilai NPV > 0, IRR > suku bunga yang

dipakai dan PP < umur investasi (Setyawan, 2014). Pada usulan desain ini setelah dilakukan

perhitungan diperoleh NPV sebesar Rp.10.083.135.514 > 0, IRR sebesar 151,55% > 10,50%

dan PP selama 3 bulan < umur ekonomisnya yaitu selama 8 tahun, maka investasi usulan desain

ini dapat dinyatakan layak.

4.7 Update Proses Bisnis Terbaru

Proses bisnis diawali dengan supplier mengirimkan surat penawaran harga (SPH),

apabila harga telah disetujui supplier menerima faktur pembelian barang. Bagian gudang akan

membuat laporan penerimaan barang yang akan simpan di database perusahaan. Selain itu

bagian gudang akan melakukan pengecekan ketersediaan bahan baku. Jika bahan baku tidak

tersedia maka gudang akan membuat surat permintaan pembelian (SPP), setelah SPP disetujui

bagian gudang akan membuat SOP.

Proses produksi diawali dengan pemotongan batang sagu berukuran 30 cm dan mebuang

kulit batang sagu. empulur sagu kemudian diparut didalam mesin parut. Hasil parutan ini akan

diekstraksi untuk memisahkan antara ampas dan pati sagu. Pada proses ini ditambahkan air

untuk mengikat pati sagu. Campuran air dan pati ini akan dipisahkan didalam mesin rotary

separator untuk memisahkan antara pati dan air. Pati basah akan dikeringkan didalam mesin

rotary dryer. Setelah itu tepung sagu digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung sagu yang

memiliki ukuran mesh yang sama.

Page 24: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Bisnis Sebelumnya

53

Gambar 4.23 Proses Bisnis Terbaru